resume agama2

Upload: alit-perdana

Post on 20-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2.1 Pengertian Fiqih Fiqih atau fiqh (bahasa Arab: )adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Pengertian Fiqh menurut Etimologi, Fiqh menurut bahasa berarti; faham, sebagaimana firman Allah SWT: "Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka memahami perkataanku." ( Thaha:27-28) Pengertian fiqh seperti diatas, juga tertera dalam ayat lain, seperti; Surah Hud: 91, Surah At Taubah: 122, Surah An Nisa: 78 Fiqh dalam terminologi Islam. Dalam terminologi Islam, fiqh mengalami proses penyempitan makna; apa yang dipahami oleh generasi awal umat ini berbeda dengan apa yang populer di genersi kemudian, karenanya kita perlu kemukakan pengertian fiqh menurut versi masing-masing generasi. 2.2 Ushul Fiqih Pengertian Ushul Fiqh dapat dilihat sebagai rangkaian dari dua buah kata, yaitu : kata Ushul dan kata Fiqh; dan dapat dilihat pula sebagai nama satu bidang ilmu dari ilmu-ilmu Syari'ah. Ushul merupakan jamak (bentuk plural/majemuk) dari kata ashl yang berarti dasar, pondasi atau akar dan Fiqih secara bahasa berarti pemahaman. Dilihat dari tata bahasa (Arab), rangkaian kata Ushul dan kata Fiqh tersebut dinamakan dengan tarkib idlafah, sehingga dari rangkaian dua buah kata itu memberi pengertian ushul bagi fiqh. Kata Ushul adalah bentuk jamak dari kata ashl yang menurut bahasa, berarti sesuatu yang dijadikan dasar bagi yang lain. Berdasarkan pengertian Ushul menurut bahasa tersebut, maka Ushul Fiqh berarti sesuatu yang dijadikan dasar bagi fiqh. Menurut Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin rahimahullah: ilmu yang membahas tentang dalil-dalil fiqih yang bersifat ijmaliy (global/umum), tatacara mengambil faidah (hasil pemahaman) darinya dan keadaan mustafid (orang yang mengambil faidah). Yang dimaksud dengan mustafid pada definisi ini adalah mujtahid. 2.3 Ruang Lingkup Fiqih 1. Hubungan Manusia Dengan Allah SWT A. Fiqih Ibadah Kata ibadah yang berasal dari bahasa Arab telah menjadi bahasa melayu yang terpakai dan dipahami secara baik oleh orang-orang yang menggunakan bahasa melayu atau Indonesia. Ibadah dalam istilah bahasa arab diartikan dengan berbakti, berhikmat, tunduk , patuh, mengesakan dan merendahkan diri. Hukum syariat yakni: 1. Wajib 2. Sunnah 3. Haram Secara garis besar, ibadah itu dibagi dua yaitu : ibadah pokok yang dalam kajian ushul fiqh dimasukkan dalam hukum wajib, baik wajib ain atau wajib kifayah. Termasuk kedalam kelompok ibadah pokok itu adalah apa yang menjadi rukun islam dalam arti akan dinyatakan keluar dari islam bila sengaja meninggalkannya. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah 1. Sholat. 2. Zakat 3. Puasa 4. Ibadah Haji

2. Hubungan antara Manusia Dengan Manusia a. Fiqih Muamalah Muamalah secara harfiah berarti pergaulan atau hubungan antar manusia. Dalam pengertian yang bersifat umum ini, muamalah berarti perbuatan atau pergaulan manusia di luar ibadah. Muamalah merupakan perbuatan manusia dalam menjalin hubungan atau pergaulan sesama manusia, sedangkan ibadah merupakan hubungan atau pergaulan manusia dengan Tuhan. Sebagai istilah khusus dalam hukum Islam, fikih muamalah adalah fiqih yang mengatur hubungan antar individu dalam sebuah masyarakat. Dengan pengertian yang luas ini, hubungan antar individu yang dikenal dengan bidang perkawinan, waris, qadla, dan lainsebagainya selain ibadah, masuk ke dalam pengertian muamalah. . Pembagian bidang fiqih yang populer adalah : 1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan penghambaan kepada Allah dinamakan Ibadah 2. Hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga seperti nikah, nasab dan lainlaindinamakan Ahwal Al-Sakhsiyah 3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan pergaulan manusia dalam perkara harta benda, hak dan penyelesaian urusan tersebut dinamakan muamalah. 4. Hukum-hukum yang berkaitan dengan otoritas kehakiman dinamakan ahkam alsulthoniyah. 5. Hukum-hukum yang berkaitan dengan sanksi hokum bagi pelaku jarimah, dinamakan al-uqubat. 6. Hukum-hukum yang berkaitan dengan upaya penertiban hubungan antara pemerintahan Islam ,dinamakan al-huquq al-dauliyah. 7. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dinamkan al-adab. Ruang Lingkup Fiqih Muamalah Sesuai dengan pembagian Muamalah, maka ruang lingkup fiqih Muamalah terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Mumalah yang bersifat Abadiyah Adapun Muamalah yang bersifat Adabiyah ialah Ijab Qabul saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan pemalsuan, penimbunan dan segala sesuaru yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat. 2. Muamalah yang bersifat Madiyah Adapun Muamalah yang bersifat Madiyah ialah masalah jual beli, jaminan dan tanggungan pemindahan, hiwalah, sewa menyewa barang titipan, garapan tanah, menyewa tanah, upah, gugatan, sayembara dan beberapa masalah Muasyiroh seperti masalah bunga bank, asuransi dan kredit. b. Fqih Munakahat Perkawinan atau Nikah artinya Suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Pada dasarnya pernikahan itu diperintahkan oleh syara sesuai dengan ayat dibawah ini: Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil maka kawinilah satu saja. Rukun nikah ada 5 yakni :

a. Calon Pengantin laki-laki b. Calon pengantin perempuan c. Wali d. Dua Orang saksi e. Ijab dan Qabul Ruang Lingkup Fiqih Munakahat a. Meminang b. Nikah c.. Talak C. Fiqih Jinayah Dalam pengertian sempit Jinayah merupakan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara dan dapat menimbulkan hukuman Had, bukan Tazir. Sedangkan pengertian luas Jinayah merupakan perbuatan-perbuatan yang dapat mengakibatakan hukuman Had atau Tazir. Unsur-Unsur Jinayah adalah a. Adanya nash, yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai dengan hukuman ancaman atas perbuatan-perbuatan tersebut. Unsur ini dikenal dengan Ar-Rukn, Al-SyarI yaitu unsur formal. b. Adanya unsur perbuatan ynag membentuk Jinyah baik melakukan pebuatan yang dilaranag, atau melakukan perbuatan yang diharuskan. Unsur ini yang dikenal dengan istilah Al-Rukn, Al-Madzi yaitu unsur materian. c. Pelaku kejahatan adalah orang yang dapat menerima Khitab, artinya pelaku kejahatan tadi adalah mukallaf. Sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang mereka lakukan. Unsure ini yang dikenal dengan Al-Rukn, Al-Adabi yaitu unsure moral. Sesuatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai Jinayah, jika perbuatan tersebut mempunyai unsur tadi. Tanpa ketiga unsur tersebut, sesuatu perbuatan tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan Jinayah. Ruang Lingkup Fiqih Jinayah a. Asas Legalitas b. Jarimah c. Hukuman d. Jarimah zina dan tuduhan zina e. Jarimah pencurian dan perampokan f. Jarimah minum-minuman keras g. Jarimah pembunuhan h. Qishas i. Diyat j. Jarimah Tazir k. Pidana dan Perdata Hubunganya fiqih ibadah dengan fiqih muamalah serta fiqih yang lainnya yaitu terletak pada seseorang menjalankan ibadah kepada Allah dengan cara yang benar sehingga dapat menumbuhkan dan membiasakan ketaatan dalam menjalankan ibadah kepada Allah dan dapat menumbuhkan kedisiplinan dan tanggung jawab, sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun bermayarakat

PENGERTIAN FIQIHDilihat dari sudut bahasa, fiqih berasal dari kata faqaha yang berarti memahami dan mengerti. Sedangkan menurut istilah syarI, ilmu fiqih dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syari amali (praktis) yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalil yang terperinci.

SEJARAH DAN PERKAMBANGAN FIQIH1. Masa RasulullahMerupakan periode insya dan takwin (pertumbuhan dan pembentukan) yang berlangsung selama 22 tahun dan beberapa bulan, yaitu terhitung sejak dari kebangkitan Rasulullah tahun 610 M sampai dengan kewafatan beliau pada tahun 632 M. Periode awal ini juga dapat dibagi menjadi periode Makkah dan periode Madinah. Pada periode Makkah, risalah Nabi SAW lebih banyak tertuju pada masalah aqidah. Ayat hukum yang turun pada periode ini tidak banyak jumlahnya, dan itu pun masih dalam rangkaian mewujudkan revolusi aqidah untuk mengubah sistem kepercayaan masyarakat jahiliyah menuju penghambaan kepada Allah SWT semata. Pada periode Madinah, ayat-ayat tentang hukum turun secara bertahap. Pada masa ini seluruh persoalan hukum diturunkan Allah SWT, baik yang menyangkut masalah ibadah maupun muamalah. Oleh karenanya, periode Madinah ini disebut juga oleh ulama fiqh sebagai periode revolusi sosial dan politik.

Perkembangan Fiqh pada masa RasulullahNabi Muhammad SAW adalah seorang Rasul yang makshum (terpelihara dari dosa dan kesalahan). Beliau menerima wahyu dari Allah serta semua perbuatan, ucapan, taqrir dan himmahnya adalah kebenaran yang menjadi hukum dan diikuti oleh umatnya. Dalam masa Nabi wahyu Al-Quran masih terus turun susul-menyusul. Wahyu yang turun kadang-kadang merupakan jawaban atau solusi masalah yang sedang terjadi pada diri Nabi dan para sahabatnya. Jadi pada masa Nabi semua masalah dan perbedaan pendapat dapat diketahui hukumnya yang seharusnya berdasarkan keputusan akhir dari Nabi yang masih ada ditengah-tengah para sahabat

2. Masa SahabatYaitu periode tafsir dan takmil (penjelasan dan penyempurnaan) yang berlangsung selama 90 tahun kurang lebihnya, yaitu terhitung mulai kewafatan Rasulullah pada tahun 11 H sampai dengan akhir abad pertama Hijriah (101 H atau 632-720 M). Masa mulai dari periode khulafaur Rasyidin dan sahabat-sahabat yang senior , hingga lahirnya Imam Madzhab yaitu dari tahun 11-132 H. Ini meliputi periode khulafaur Rasyidin (11-40 H = 632-661 M).

Pada masa ini daerah kekuasaan Islam semakin luas, meliputi beberapa daerah di luar semenanjung Arabia, seperti Mesir, Syria, Iran (Persia) dan Iraq. Dan bersamaan dengan itu pula, agama Islam berkembang dengan pesat mengikuti perkembangan daerah tersebut. Di periode sahabat ini, kaum muslimin telah memiliki rujukan hukum syariat yang sempurna berupa Al-quran dan Hadits Rasul. Kemudian dilengkapi dengan ijma dan qiyas, diperkaya dengan adat istiadat dan peraturan-peraturan berbagai daerah yang bernaung dibawah naungan Islam

Keistimewaan Fiqh pada masa Sahabatkeistimewaan yang menonjol pada masa ini, yaitu: Kodifikasi ayat-ayat al-Quran serta menyebarkannya yang dimaksudkan untuk mempersatukan umat Islam dalam satu wajah tentang bacaan al-Quran agar tidak ada perbedaan yang berakibat perpecahan. Pertumbuhan tasyri dengan rayu sebagai motivasi besar terhadap para fuqaha untuk menggunakan rasio sebagai sumber ketiga yaitu qiyas.

3. Masa Tabiin berlangsung selama 250 tahun, yaitu terhitung mulai tahun 100-350 H (720-961 M). Periode ini disebut juga periode pembinaan dan pembukuan hukum islam. Pada masa ini fiqih Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat sekali. Penulisan dan pembukuan hukum Islam dilakukan dengan intensif, baik berupa penulisan hadits-hadits nabi, fatwa-fatwa para sahabat dan tabiin, tafsir al-Quran, kumpulan pendapat imam-imam fiqih, dan penyususnan ushul fiqih

Keistimewaan pada masa Tabi'in Fiqih sudah sampai pada titik sempurna pada masa ini. Pada masa ini muncul ulama-ulama besar, fuqoha dan ahli ilmu yang lain. Madzhab fiqih pada masa ini sudah berkembang dan yang paling masyhur adalah 4 madzhab.

Pengertian ThaharahPengertian thaharah secara harfiah artinya adalah bersih atau suci dari segala kotoran, baik berupa kotoran dzahir (kongkrit) seperti najis dan yang lain ataupun kotoran yang bersifat ma'nawi (abstrak) seperti halnya perbuatan maksiat. Sedang thaharah menurut istilah syara' adalah menghilangkan hal-hal yang menjadi penghalang untuk melakukan sholat yang berupa hadas atau najis dengan menggunakan air atau debu. Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa thaharah atau bersuci itu ada dua macam,. Pertama bersuci dari hadas, yang hal ini hanya tertentu pada badan. Kedua bersuci dari najis. Pada bagian yang kedua ini yang menjadi obyeknya adalah badan, pakaian dan juga tempat.

Syarat Wajib Thaharah Islam Berakal Baligh Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ) Tidak lupa Tidak dipaksa Berhenti darah haid dan nifas Ada air atau debu tanah yang suci. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

Macam Macam airDitinjau dari segi kegunaan sebagai sarana bersuci ( thaharah ), air terbagi menjadi empat macam : Air suci yang bisa menyucikan dan tidak makruh digunakan. Air suci yang tidak bisa menyucikan. Air suci dan dapat menyucikan namun makruh digunakan. Air Najis.

Pengertian Najis dan KlasifikasinyaNajis menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menjijikkan. Sedang menurut istilah syara' adalah setiap benda yang haram untuk digunakan / dimakan secara mutlak (kecuali dalam keadaan terpaksa ) bukan karena menjijikkan Dilihat dari sisi lain najis juga terbagi menjadi tiga macam: najis mughallazhah (berat), najis mutawassithah (sedang), dan najis mukhaffafah (ringan).

PEMBAGIAN TAHARA 1. Pengertian WudhuMenurut lughat ( bahasa ), adalah perbuatan menggunakan air pada anggota tubuh tertentu. Dalam istilah syara wudhu adalah perbuatan tertentu yang dimulai dengan niat. Mula-mula wudhu itu diwajibkan setiap kali hendak melakukan sholat tetapi kemudian kewajiban itu dikaitkan dengan keadaan berhadats.

Rukun Wudhu Rukun adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam wudhu. Rukun wudhu ada enam: Niat yaitu bermaksud melakukan sesuatu pada saat memulainya. Niat ini dilakukan bersamaan dengan membasuh muka. Membasuh wajah : batas wajah yang harus dibasuh, dari atas kebawah adalah mulai dari tempat tumbuhnya rambut hingga kedua tulang dagu. Sedangkan kesamping adalah antara telinga kanan sampai telinga kiri. Membasuh kedua tangan: bagian tangan yang harus dibasuh adalah dari ujung jari-jari sampai dengan siku. Mengusap sebagian kepala: dalam mengusap sebagian kepala seseorang boleh memilah rambut yang diinginkan (depan, belakang atau pinggir) asalkan masih dalam lingkup kepala. Membasuh kedua kaki: batas membasuh kedua kaki adalah sampai mata kaki Tartib (berurutan): maksudnya adalah mengerjakan rukun-rukun wudhu secara berurutan seperti yang disebutkan diatas.

Sunnat-sunnat Wudhu Untuk mencapai kesempurnaan wudhu, maka di samping melakukan rukun juga hendaknya mengerjakan sunnah-sunnahnya. Sunnah-sunnah wudhu adalah sebagai berikut : Membaca Basmallah bersamaan membasuh telapak tangan sebelum wudhu.. Membasuh dua telapak tangan. Berkumur. Menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq). Mengusap semua kepala. Mengusap kedua telinga dan dua lubang telinga. Menyelat-nyelati jenggot yang tebal. Menyelat-nyelati jari-jari tangan dan juga kaki. Membasuh / mengusap anggota wudhu sebanyak tiga kali.

Mendahulukan anggota wudlu yang kanan. Terus menerus.

Hal-hal yang dapat membatalkan Wudhu Keluarnya sesuatu dari lubang kemaluan atau dubur (anus/lubang pantat) kecuali mani, sebab keluarnya mani menyebabkan wajibnya mandi yang statusnya lebih besar disbanding wudhu. Tidur dalam posisi yang tidak menetapkan pantat pada tempat duduk (bergoyang) Hilangnya akal yang disebabkan karena mabuk, sakit, gila, epilepsi dan lain sebagainya. Persentuhan kulit dengan lain jenis yang bukan mahram dan keduanya sudah pada batasan usia dewasa. Maksud dari dewasa di sisni adalah sudah sampai pada batas usia disyahwati bagi orang yang memiliki watak normal. Sedang penjelasan mengenai mahram secara luas bisa dilihat pada bab munakahat. Menyentuh kemaluan atau dubur manusia dengan telapak tangan bagian dalam.

2. Mandi (Bersuci dari Hadats Besar)Mandi yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah mandi untuk menghilangkan hadas besar, bukan mandi biasa yang kita lakukan untuk membersihkan atau menyegarkan tubuh.mandi dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Mandi Wajib 2. Mandi Sunah

Rukun dan Sunah Mandi Rukun mandi hanya ada dua, yaitu : Niat, yaitu bermaksud menghilangkan hadas besar di awal membasuh anggota tubuh. Adapun lafal niat sebagai berikut. Menghilangkan najis yang terdapat pada tubuh (jika memang terdapat najis) Meratakan air keseluruh bagian tubuh. Jangan sampai ada yang menghalangi sampainya air pada anggota tubuh semisal kotoran di bawah kuku atau cat. Sunnat-sunnat Mandi Hal-hal yang disunnatkan dalam mandi besar sebagai berikut : Membaca Basmalah Berwudlu sebelumj mandi Membasuh kotoran yang menempel pada tubuh dengan menggosokkan kedua tangan sebatas kemampuan (jangkauan)

Berkesinambungan (muwalah) Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari pada yang kiri.

Larangan Bagi Penyandang Hadast Besar (Junub) Hal-hal yang haram dilakukan bagi orang yang sedang hadas besar (junub) adalah : Melakukan shalat dan yang searti dengan shalat seperti sujud sahwi dan sujud tilawah Melakukan thawaf (mengelilingi ka'bah) Menyentuh Mushaf (al-Qur'an) Membaca al-Qur'an walaupun hanya sebagian ayat. Hukum haram ini berlaku jika memang bermaksud mambaca al-Qur'an. Bila tujuannya adalah semisal dzikir, berdo'a atau ingin mengharap berkah, maka tdak diharamkan. Membawa mushaf. I'tikaf (diam) di dalam masjid.

3. Pengertian TayamumTayamum secara bahasa adalah menyengaja. Sedang menurut syara' adalah menyampaikan (mengusapkan) debu pada wajah dan kedua tangan sebagai ganti dari wudhu atau mandi atau membasuh anggota wudhu dan mandi.

Syarat - Syarat Tayamum Syarat-syarat tayamum ada lima perkara : Ada halangan untuk menggunakan air. Hal ini bias terjadi karena beberapa sebab diantaranya : 1) tidak menemukan air, 2) sakit, 3) ada air tetapi dibutuhkan untuk yang lebih penting semisal minum. Masuk waktu shalat. Ini dilakukan karena tayamum merupakan bersucu untuk keadaan darurat. Jika belum masuk waktu shalat maka tidak bias disebut darurat. Melakukan pencarian air setelah masuk waktu shalat, kecuali kalau sudah yaqin tidak ada air atau tayamum karena sakit. Tidak mungkin untuk menggunakan air semisal khawatir akan hilangnya fungsi anggota tubuh bila menggunakan air Menggunakan debu yang suci.

Rukun dan Hal yang membatalkan TayamumFardhu tayamum ada lima:

Niat. Niat tayamum dilakukan ketika memindah debu. Yaitu setelah menepukkan kedua telapak tangan ke debu dan berlanjut sampai mengusap wajah. Mengusap wajah. Mengusap kedua tangan. Berurutan.

Hal-hal yang Dapat Membatalkan Tayamum Tayamum menjadi batal karena beberapa perkara: Terjadinya hal-hal yang membatalkan wudlu. Melihat (mengira atau meyakini) adanya air sebelum memulai shalat. Kecuali bila bertayamum karena sakit. Hilangnya udzur (halangan) yang memperbolehkan tayamum semisal sakit yang sudah sembuh Murtad (keluar dari agama Islam.

A.Pengertian Shalat Secara etimologi shalat berarti doa dan secara terminology/istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syaratsyarat tertentu. Adapun secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan. Shalat merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan. B. Dasar Hukum Shalat hukumnya adalah wajib bagi setiap insan yang beriman, berdasarkan kepada Al-quran dan sunnah. Dalildalil tentang kewajiban shalat QS. An-Nisaa : 103 Al-Baqarah : 43 Al-Baqarah : 110 Al-Baqarah : 238 . C. Kedudukan dan Keutamaan Shalat 1. Sebagai tiang agama. 2. Sebagai pemisah antara muslim dan kafir. 3. Sebagai amalan yang paling utama. 4. Sebagai amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. 5. Sebagai sarana untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar. 6. Sebagai sarana untuk mengadukan kepada Allah SWT berbagai masalah yang dihadapi. 7. Sarana penghapus dosa. D. Syarat-syarat Shalat Syarat-syarat wajib Shalat a. Islam b. Baliqh c. Berakal d. Suci dari haid dan nifas Syarat sah Shalat a. Suci dari hadats baik hadast kecil maupun besar, berdasarkan hadits Nabi SAW yang artinya Tidak diterima shalat seseorang apabila ia berhadats sampai ia berwudhu. (HR. Imam Bukhari) b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis c. Menutup aurat, batasan aurat : Laki-laki : antara pusar sampai lutut. Perempuan : seluruh anggota tubuh, selain muka dan telapak tangan.

d. Telah masuk waktu shalat, apabila shalat dikerjakan sebelum waktunya maka shalat menjadi tidak sah. e. Menghadap kiblat. E. Rukun Shalat 1. Niat Menyengaja untuk mengerjakan shalat karena Allah. Niat haruslah dikerjakan oleh hati. 2. Berdiri bagi yang mampu Jika seseorang tidak sanggup berdiri boleh baginya shalat dalam keadaan duduk, kalau tidak juga maka ia harus tetap shalat dengan posisi apa saja yang ia sanggup. 3. Takbiratul Ihram 4. Membaca surat Al-Fatihah 5. Ruku dengan thumaninah Maksudnya adalah membungkukkan badan hingga punggung menjadi sama datar dengan leher dan kedua tangan memegang lutut dalam keadaan jari terkembang. Hal ini dilakukan dengan tenang dan tidak terburu-buru. 6. Itidal dengan thumaninah Maksudnya adalah bangun dari ruku dan kembali tegak lurus seperti semula, dan dilakukan dengan tenang. 7. Sujud dua kali dengan thumaninah Maksudnya adalah meletakkan kening dilantai diikuti oleh beberapa anggota lain, yaitu kedua telapak tangan, kedua lutut dan jari-jari kaki. 8. Duduk diantara dua sujud dengan thumaninah 9. Duduk Terakhir Maksudnya duduk untuk tasyahud akhir setelah bangkit dari sujud pada rakaat terakhir. 10. Membaca tasyahud akhir 11. Membaca shalawat kepada nabi setelah tasyahud akhir. 12. Memberi salam yang pertama yaitu ke kanan 13. Tertib dan teratur mulai dari rukun yang pertama sampai terakhir. F. Sunat-sunat Shalat 1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai sejajar jari dengan daun telinga. 2. Meletakkan kedua tangan di antara dada dan pusar, telapak tangan kanan diatas tangan kiri. 3. Mengarahkan pandangan ke arah tempat sujud. 4. Membaca doa iftitah. 5. Diam sebentar sebelum membaca surat al-Fatihah. 6. Membaca taawwuz sebelum membaca surat al-Fatihah. 7. Mengeraskan bacaan surat al-Fatihah dan ayat pada shalat Magrib, Isya dan Subuh. 8. Membaca amin setelah membaca al-Fatihah. 9. Diam sebentar setelah mengucapkan amin tersebut. 10. Membaca surat al-quran pada dua rakaat permulaan sehabis membaca al-Fatihah. 11. Mengangkat tangan ketika ruku, bangkit dari ruku dan ketika berdiri ke rakaat ketiga. 12. Membaca takbir ketika dalm setiap gerakan kecuali itidal. 13. Membaca tasbih ketika ruku dan sujud. 14. Membaca Samiallaahu liman hamidah ketika bangkit dari ruku.

15. Duduk iftirasy (bersimpuh) pada semua duduk dalam shalat kecuali pada tasyahud akhir. 16. Membaca doa ketika duduk diantara dua sujud. 17. Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha ketika duduk iftirasy maupun tawarruk. 18. Merenggangkan jari-jari kiri dan mengepalkan jari-jari tangan kanan kecuali telunjuk pada saat duduk tasyahud awal dan akhir. 19. Mengucapkan salam yang kedua serta menengok ke kiri dan kanan saat salam. 20. Membaca zikir dan doa setelah salam. G. Perkara yang Membatalkan Shalat 1. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau memutuskan rukun sebelum sempurna pelaksanaannya. 2. Tidak memenuhi salah satu dari syarat shalat seperti berhadats atau terbuka aurat. 3. Berbicara dengan sengaja, kecuali ada hubungannya dengan perbaikan shalat seperti mengingatkan imam saat terlupa. 4. Banyak bergerak dengan sengaja tanpa ada hajat secara syari. 5. Makan atau minum. 6. Menambah rukun fili seperti sujud tiga kali secara sengaja. 7. Tertawa terbahak-bahak. Adapun bersin, batuk tidak membatalkan shalat. 8. Mendahului imam secara sengaja. H. Jenis-jenis Shalat 1. Shalat Fardhu Shalat fardhu ada lima, dan masing-masing mempunyai waktu yang telah ditentukan. Zhuhur Shalat zhuhur terdiri dari 4 rakaat. Awal waktunya setelah cenderung matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama panjangnya dengan sesuatu itu. Ashar Shalat ashar terdiri dari 4 rakaat. Waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur sampai terbenamnya matahari. Maghrib Shalat maghrib terdiri dari 3 rakaat. Waktunya dari terbenamnya mataharu sampai hilangnya syafaq (awan senja) merah Isya Shalat Isya terdiri dari 4 rakaat. Waktnya mulai dari terbenam syafaq (awan senja), hingga terbit fajar. Subuh Shalat subuh terdiri dari 2 rakaat. Waktuya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit matahari. 2. Shalat Sunnah Shalat Rawatib Shalat rawatib ialah shalat sunat yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Sabda Nabi SAW, siapa yang shalat sehari semalam 12 rakaat maka dibangunlah baginya sebuah rumah disurga, yaitu 4 rakaat sebelum zhuhur, 2 rakaat sebelum zhuhur, 2 rakaat sesudah maghrib, 2 rakaat sesudah Isya dan 2 rakaat sebelum subuh.(HR. AtTarmidzi) Shalat Lail Yaitu shalat yang dikerjakan pada waktu malam hari.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram-. Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)

Shalat witir, yaitu shalat yang dilakukan pada malam hari dengan jumlah rakaat ganjil, paling sedikit satu rakaat dan paling banyak sebelas rakaat. Shalat Tahajjud, yaitu shalat sunnah yang dilakukan pada malam hari. Waktu yang paling baik adalah dilaksanakan sesudah bangun tidur setelah shalat Isya di pertiga malam terakhir. Paling sedikit dua rakaat. Firman Allah yang artinya Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajjud kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat terpuji.(QS. AlIsraa:79) Shalat Tarawih, yaitu shlat sunnah yang dilakukan pada malam hari pada bulan ramadhan. Hukumnya sunnah muakkad baik bagi laki-laki maupun perempuan. Waktu pelaksanaannya adalah setelah shalat Isya sampai shalat subuh. Shalat Idul Fitri dan Idul Adha Shalat sunnah yang dilakukan pada hari raya, Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijjah. Hukumnya adalah sunnah muakkad. Shalat Istisqa Yaitu shalat sunnah yang dilakuakan untuk memohon hujan kepada Allah SWT agar diturunkan hujan. Shalat ini dilakukan pada saat musim kemarau panjang. Shalat Kusuf Yaitu shalat sunnah yang dilakukan ketika terjadi gerhana matahari. Shalat Khusuf Yaitu shalat sunnah yang dilakukan ketika terjadi gerhana bulan. Shalat Tahiyatul Masjid Yaitu shalat untuk menghormati masjid. Bagi orang yang masuk masjid disunnahkan melakukan shalat dua rakaat sebelum dia duduk di masjid itu. Shalat Dhuha Yaitu shalat sunnah yang dilakukan pada waktu mulai matahari setinggi tombak pada pagi hari sampai mendekati waktu zhuhur. Shalat Istikharah Yaitu shalat yang dilakukan untuk memohon petunjuk kepada Allah atau pilihan antara yang paling baik untuk dilaksanakan.

I.

PENGERTIAN PUASA Menurut bahasa puasa berarti menahan diri. Menurut Syara ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah Allah semata-mata, dengan disertai niat dan syarat-syarat tertentu.

II.

DASAR HUKUM PELAKSANAAN PUASA Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam sekaligus sebagai salah satu kewajiban dari Allah Taala (bagi hamba-Nya yang beriman). Puasa merupakan ibadah yang sudah populer diajarkan oleh agama dan telah menjadi kesepakatan di kalangan kaum muslimin, yang diwarisi oleh umat ini dari para pendahulunya. Dasar Hukumnya adalah : (Q.S. Al-Baqarah : 183-185) Adapun dalil dari ijma (kesepakatan ulama) bahwa puasa itu merupakan salah satu dari rukun-rukun Islam dan ia sudah diketahui secara umum sebagai ajaran agama. Bahkan, mereka sepakat bahwa orang yang mengingkari hukum wajibnya puasa maka dia telah kafir.

III.

JENIS-JENIS PUASA Puasa di bagi empat macam (di tinjau dari sisi hukumnya), yaitu: 1. Puasa wajib, terbagi tiga, yaitu : a. Puasa Ramadhan Puasa Ramadhan adalah puasa wajib yang dikerjakan bagi setiap muslim pada bulan Ramadhan. Keutaman puasa bulan Ramadhan adalah: Bau mulut orang yang berupuasa disisi Allah lebih harum dibanding aroma kasturi. Para melaikat memohonkan ampunan bagi orang yang telah berpuasa hingga orang tersebut berbuka. Diberi ampunan kepada orang yang berpuasa pada akhir Ramadhan Ada orang dibebaskan Allah dari api neraka pada setiap malam bulan Ramadhan Dibukakan pintu-pintu surga dan ditutup rapat pintu-pintu neraka. Pada bulan Ramadhan terdapat Lailah Al-Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan Setiap hari Allah menghias surga, seraya berfirman: Telah dekat saatnya hamba-hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban derita lalu mereka datang menuju kepadamu Pada bulan Ramadhan syetan dibelenggu Amalan utama saat bulan Ramadhan: Shalat Tarawih dan witir serta shalat-shalat sunnat lainnya. Memperbanyak membaca Al-Quran

Memperbanyak shadaqoh Rasulullah bersabda: Sebaik-baiknya sedekah adalah di bulan Ramadhan (HR Tirmidzi) b. Puasa Kafarat Dalam syariat Islam ada empat puasa kifarat yaitu: Puasa kifarat karena membunuh seorang muslim tanpa disengaja. Kesalahan tersebut mewajibkan pelaksanaan salah satu dari dua denda, yaitu diyat atau kifarat. Kifarat untuk itu ada dua macam yaitu: 1. Memerdekan hamba beriman yang tidak ada cela pada dirinya yang menghambat kerja atau usaha 2. Puasa 2 (dua) bulan berturut-turut. Ulama Syafiiyah menambahkan bahwa jika seseorang karena tua atau sangat lemah tidak kuat berpuasa, maka ia dapat menggantikannya dengan member makanan untuk 60 orang miskin masing-masing 1 mud (+ 1 liter) Puasa kifarat karena seorang suami melakukan zhihar. Karena ucapan zhihar itu suami tersebut bergaul dengan istrinya. Kemudian ia bermaksud menarik kembali ucapan zhiharnya itu karena keinginannya untuk bergaul seperti sebelum terjadinya zhihar. 1. Wajib membayar kifarat, ialah memerdekakan seorang hamba atau jika ia tidak mampu, 2. Berpuasa 2 bulan berturut-turut. Jika ia tidak kuat berpuasa, maka ia terkena hukum wajib memberi makanan untuk orang-orang miskin sebanyak 60 orang masing-masing 1 mud. Puasa kifarat karena seseorang bersumpah lantas dengan sengaja ia melanggar sumpahnya. Pelanggaran tersebut menyebabkannya terkena kifarat sumpah, yaitu: 1. Wajib memerdekakan seorang hamba atau jika ia tidak mampu, 2. Wajib memberi makan/pakaian 1 orang miskin atau jika itupun ia tidak mampu, 3. Wajib berpuasa 3 hari Puasa kifarat karena seorang yang sedang ihram membunuh binatang buruan, baik yang halal maupun yang haram. Kifaratnya adalah: 1. Menggantinya dengan hewan ternak yang seimbang dengan binatang buruan yg dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil dan disembelih sebagai hadya (kurban) di tanah haram serta dagingnya diberikan kepada fakir miskin, atau jika tidak mampu,

2. Memberi makanan kepada fakir miskin yang banyaknya sedemikian rupa sehingga seimbang dengan hadya (hewan pengganti) tersebut, atau 3. Berpuasa sejumlah hari yang seimbang dengan makanan yang seharusnya ia keluarkan (jumlah hari puasa itu adalah sebanyak mud yang diberikan kepada fakir dan miskin. Mud tersebut dibanding seimbangkan dengan hewan yang disembelih tadi). c. Puasa Nazar Puasa nadzar adalah puasa yang sebenarnya tidak diwajibkan untuk mengerjakannya, namun setelah dinadzarkan (telah melakukan suatu perjanjian dengan Allah Swt, dengan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, baik dengan syarat ataupun tidak), maka puasa ini menjadi wajib hukumnya. 2. Puasa Sunnah a. Hari Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah bagi orang yang tidak mengerjakan haji. b. Hari Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram. c. Hari Tasua, yaitu pada tanggal 9 Muharram. d. Tiga hari tiap-tiap bulan. e. Enam hari pada bulan Syawal, yaitu hari-hari sesudah hari raya. f. Hari Senin Kamis. g. Puasa Nabi Daud, yaitu puasa selang-seling (sehari puasa diikuti sehari tidak puasa, dst) h. Bulan Muharram i. Bulan Syaban j. Bulan-bulan Haram Bulan-bulan Haram itu adalah Dzul-Qaedah, Dzul-Hijjah, Muharram dan Rajab. 3. Puasa Haram a. Hari Raya Idul Fitri, yaitu 1 Syawal dan hari raya Idul Adha, yaitu 10 Dzulhijjah. Dari Abi Said Al-Khudlriyyi ra. : Bahwasanya Rasulullah saw. telah melarang puasa pada dua hari yaitu : hari Idul Fitri dan hari Idul Adha. (Muttafaq alaih) b. Hari Tasyriq, yaitu pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Dari Nubaitsah Al-Hudzali ra. ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Harihari tasyriq itu adalah hari makan dan minum, dan hari dzikir kepada Allah Azza wa Jalla. (HR. Musli) 4. Puasa Makhruh a. Hari Jumat, kecuali kalau telah berpuasa sejak hari sebelumnya. b. Puasa Dahry yaitu puasa yang terus menerus. c. Seorang istri berpuasa sunnat dengan tidak seizin suaminya.

IV.

HIKMAH PUASA 1. Mendidik para mukmin supaya berperilaku luhur dan agar dapat mengontrol seluruh nafsu dalam keinginan manusia biasa. 2. Mendidik jiwa agar biasa dan dapat menguasai diri, sehingga mudah menjalankan semua kebaikan dan meninggalkan segala larangan. 3. Membiasakan orang yang berpuasa bersabar dan tahan uji. 4. Mendidik jiwa agar dapat memegang amanat sebaik-baiknya, karena orang berpuasa itu sebagai seorang yang mendapat amanat untuk tidak makan dan minum atau hal-hal yang membatalkannya. Sedang amanat itu harus dapat dipegang teguh , baik dihadapan orang banyak maupun dikala sendiri. 5. Untuk mendidik manusia agar jangan mudah lekas dipengaruhi oleh benda sekalipun ia dalam keadaan sengsara/kelaparan dapat mempertahankan pribadinya dan pribadi Islam hingga tidak lekas terjerumus ke jurang maksiat dan sebagainya. 6. Ditinjau dari segi kesehatan, puasa sangat berguna untuk menjaga dan memperbaiki kesehatan. 7. Untuk menyuburkan rasa syukur kepada Allah atas karunia yang telah diberikan kepada hamba-Nya. 8. Menanamkan rasa cinta kasih sesama manusia, terutama terhadap orang-orang miskin, orang-orang yang menderita kelaparan dan kesengsaraan. Dengan berlatih lapar dan dahaga setiap hari selama satu bulan, orang yang mampu dapat merasakan nasib fakir dan miskin.

.

PendahuluanSegala puji hanyalah milik Allah SWT pemelihara semesta alam, Sholawat serta Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada utusan termulia,yakni nabi besar Muhammad SAW. Berikut adalah sedikit penjelasan tentang zakat yang sengaja kami susun untuk memenuhi tugas Agama islam (Fiqih).Sengaja kami memilih tema ini karna saat sekarang ini telah banyak orang yang telah melalaikan zakat yang merupakan salah satu rukun islam ini. Hal ini seringkali terjadi karna sebagian masyarakat tidak mengetahui tentang makna zakat itu sebenarnya serta bagaimana hukumnya dalam islam.Atau mungkin terjadi karna masyarakat tidak mengerti bagaimana tata cara dan peraturan berzakat serta hikmah dari berzakat..Untuk itu kami merasa perlu untuk mengambil tema ini untuk menjelaskan kepada pembaca tentang zakat tersebut. Makalah ini kami susun dari beberapa sumber di situs internet dan telah kami cocokkan dengan buku buku yang kami miliki. Namun tentunya makalah singkat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.Untuk itu terlebih dahulu kami mohon maaf yang sebesar besarnya kepada pembaca. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

PembahasanI. Pengertian dan Sejarah ZakatA. Pengertian Dari segi bahasa, zakat mempunyai beberapa arti, yaitu : a. al-barakatu berarti keberkatan, b. al-namaa berarti pertumbuhan dan perkembangan, c. ath-thaharatu berarti kesucian, dan d. ash-shalahu yang berarti keberesan. Dari segi peristilahan, zakat adalah bahagian dari harta yang diwajibkan Allah SWT kepada pemiliknya untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya apabila telah melewati batas minimum/nisab.Dengan kata lain, zakat adalah harta tertentu Aset Yang Wajib Dibuat dikeluarkan Orang Yang beragama Islam dan diberikan kepada Golongan Yang berhak menerimanya (fakir Miskin dan sebagainya) menurut ketentuan Dibuat Yang telah ditetapkan syarak. Zakat merupakan salah satu Rukun Islam . B. Sejarah Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Quran. Pada awalnya, Al-Quran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak

wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut. Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syariah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan. Kejatuhan para kalifah dan negara-negara Islam menyebabkan zakat tidak dapat diselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi.

II. Dasar Hukum ZakatPerintah menunaikan zakat secara umum dapat dilihat dalam ketentuan al-Quran dan al-Hadis, diantaranya: 1. An-Nisa ayat 77 : Dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat hartamu. 2. At-Taubah ayat 103: Ambillah dari harta mereka sedekah (zakat) untuk membersihkan mereka dan menghapuskan kesalahan mereka. 3. Al-Baqarah ayat 277: Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebaikan, melakukan shalat, dan membayar zakat, mereka itu memperoleh ganjaran dari sisi Allah, mereka tiada akan takut dan tiada akan berduka cita. 4. Hadis Muttafaqun alaih: Islam itu ditegakkan di atas 5 dasar: 1. Syahadatain 2. shalat lima waktu 3. membayar zakat 4. Haji (bagi yang mampu) dan 5. Berpuasa dalam bulan Ramadahan. 5. Hadis Riawayat Ahmad dan Muslim: Dari Abu Hurairah: Telah berkata Rasulullah saw, seseorang yang menyimpan hartanya, tidak dikeluarkan zakatnya, akan dibakar dalam neraka jahannam, baginya dibuatkan setrika dari api kemudian disetrikakan ke dalam, dan seterusnya.

III. Hukum ZakatZakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya [syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah, seperti: salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.

IV. Macam-Macam Zakat:Zakat terbagi atas dua tipe yaitu: A. Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan muslim menejelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kg makanan pokok yang ada di daerah yang bersangkutan.

Zakat Fitrah merupakan kewajiban setiap pribadi muslim untuk membersihkan diri dan mensucikan jiwa, yang dibayarkan setelah umat islam menuanaikan ibadah puasa ramadhan dan dikeluarkan sebelum sholat Idul Fitri di laksanakan.Apabila dikeluarkan setelah imam naik mimbar maka tidak dianggap zakat fitrah, melainkan shadaqah biasa. Zakat fitrah dijelaskan dalam Surat Al-A'la ayat 14 yang artinya : "Sungguh telah menang orang yang mengeluarkan zakat (fitrahnya) menyebut nama Tuhanmu (mengucap takbir,membesarkan allah) lalu ia mengerjakan sholat (Shalat Idul Fitri)." Dalam sebuah hadist juga dijelaskan sebahai berikut : Diriwayatkan oleh Ibnu Umar, "Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan, pada orang yang merdeka , hamba sahaya, laki-laki dan perempuan dari kaum muslimin." Besar zakat fitrah yang di keluarkan yaitu 2,5 Kg atau 3,5 liter beras, atau sesuai dengan makanan pokok penduduk setempat. Mengeluarkan zakat fitrah adalah kewajiban setipa pribadi muslim, apakah itu laki-laki atau perempuan, tua atau muda, besar maupun kecil. B. Zakat Mal 1. Zakat Emas/Perak a. Zakat Emas Ketentuan : 1. Mencapai haul 2. Mencapai nishab, 85 gr emas murni 3. Besar zakat 2,5 % Cara Menghitung : 1. Jika seluruh emas/perak yang dimiliki, tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali Zakat emas/perak = emas yang dimiliki x harga emas x 2,5 % 2. Jika emas yang dimiliki ada yang dipakai Zakat = (emas yang dimiliki - emas yang dipakai) x harga emas x 2,5 % b. Zakat Perak Ketentuan : 1. Mencapai haul 2. Mencapai nishab 595 gr perak 3. Besar zakat 2,5 % Cara Menghitung : 1. Jika seluruh perak yang dimiliki, tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali Zakat = perak yang dimiliki x harga perak x 2,5 % 2. Jika emas yang dimiliki ada yang dipakai Zakat = (perak yang dimiliki - perak yang dipakai) x harga emas x 2,5 % 2. Zakat Perdagangan Zakat Perdagangan atau Zakat Perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual-beli. Zakat ini dikenakan kepada perniagaan yang diusahakan baik secara perorangan maupun perserikatan (CV, PT, Koperasi dan sebagainya). Hadits yang mendasari kewajiban menunaikan zakat ini adalah : "Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan untuk berdagang." ( HR. Abu Dawud )

Ketentuan zakat perdagangan 1. Berjalan 1 tahun (haul), Pendapat Abu Hanifah lebih kuat dan realistis yaitu dengan menggabungkan semua harta perdagangan pada awal dan akhir dalam satu tahun kemudian dikeluarkan zakatnya 2. Nisab zakat perdagangan sama dengan nisab emas yaitu senilai 85 gr emas 3. Kadarnya zakat sebesar 2,5 % 4. Dapat dibayar dengan uang atau barang 5. Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan 6. Pada badan usaha yang berbentuk serikat (kerjasama), maka jika semua anggota serikat tersebut beragama Islam, zakat dikeluarkan lebih dulu sebelum dibagikan kepada pihak-pihak yang berserikat. Tetapi jika anggota serikat terdapat orang yang non muslim, maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota serikat muslim saja (apabila jumlahnya lebih dari nisab) Perhitungan Zakat Perhitungan besaran zakat perniagaan dalam rumus sederhana adalah sebagai berikut: Besar Zakat = [(Modal diputar + Keuntungan + piutang yang dapat dicairkan) - (hutang + kerugian)] x 2,5 % Harta perniagaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan, industri, agroindustri, ataupun jasa, dikelola secara individu maupun badan usaha (seperti PT, CV, Yayasan, Koperasi, dll) nishabnya adalah 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha pada akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja dan untung) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas (asumsi jika per-gram Rp 75.000,- = Rp 6.375.000,-), maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5 % Contoh : Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per Januari tahun 1995 dengan keadaan sbb : Sofa atau Mebel belum terjual 5 set Rp 10.000.000 Uang tunai Rp 15.000.000 Piutang Rp 2.000.000 Jumlah Rp 27.000.000 Utang & Pajak Rp 7.000.000 Saldo Rp 20.000.000 Besar zakat = 2,5 % x Rp 20.000.000,- = Rp 500.000,-

Pada harta perniagaan, modal investasi yang berupa tanah dan bangunan atau lemari, etalase pada toko, dll, tidak termasuk harta yang wajib dizakati sebab termasuk kedalam kategori barang tetap (tidak berkembang). 3. Zakat Pendapatan Zakat Pendapatan adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendirian maupun bersama dengan orang atau lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan yang memenuhi nishab. Nishab dan Kadar Penentuan nishab zakat profesi dilakukan berdasarkan qiyas atas kemiripan (syabbah) terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada, yaitu : 1. Model memperoleh harta penghasilan (profesi) mirip dengan panen (hasil pertanian), sehingga harta ini dapat diqiyaskan ke dalam zakat pertanian berdasarkan nishab (653

kg gabah kering giling atau setara dengan 524 kg beras) dan waktu pengeluaran zakatnya setiap kali panen 2. Model harta yang diterima sebagai penghasilan berupa uang, sehingga bentuk harta ini dapat diqiyaskan dalam zakat harta (simpanan/kekayaan) berdasarkan kadar zakat yang harus dibayarkan (2,5%) Dengan demikian hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat, maka wajib baginya untuk menunaikan zakat. Nishab Zakat Profesi adalah setara dengan 524 kg beras dan kadarnya 2,5% yang dikeluarkan setiap kali menerima penghasilan. 4. Zakat Pertanian/Perkebunan Nishab Zakat Hasil Pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg gabah, jika hasil pertanian tersebut termasuk makanan pokok seperti beras, gandum, jagung, kurma dll. Sedagkan jika hasil pertanian itu selain makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga dll maka nishabnya disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut. Kadar zakat untuk hasil pertanian, berbeda tergantung dengan jenis pengairannya. Apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata air, maka zakatnya 10%, sedangkan apabila diairi dengan disirami atau dengan irigasi yang memerlukan biaya tambahan maka zakatnya 5%. Pada sistem pertanian saat ini, biaya pengelolaan tidak sekedar air tetapi juga pupuk, insektisida dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk menentukan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan sebagainya tersebut diperhitungkan sebagai pengurang hasil panen, baru kemudian apabila lebih nishab hasil panen tsb dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairan). Zakat pertanian dikeluarkan saat menerima hasil panen.

Contoh : Sawah irigasi ditanami padi dengan hasil panen 3 ton. Dalam pengelolaan dibutuhkan pupuk, insektisida dll seharga Rp 600.000. Harga gabah Rp 3.000/kg Hasil panen (bruto) 3 ton gabah = 3.000 kg Saprotan = Rp 600.000 atau = 200 kg Hasil panen bersih = 2.800 kg (melebihi nishab 653 kg, sehingga panen tersebut wajib zakat) Maka zakatnya 5% x 2.800 kg = 70 kg 5. Zakat Peternakan/Perikanan Syarat-syarat Zakat Hasil Peternakan/Perikanan adalah : 1. Sampai Nishab, yaitu mencapai jumlah minimal tertentu yang ditetapkan hukum syara, yaitu 5 ekor untuk unta, 30 ekor untuk sapi dan 40 ekor untuk kambing/domba 2. Telah dimiliki satu tahun. Menghitung masa satu tahun anak-anak berdasarkan masa satu tahun induknya 3. Digembalakan, maksudnya ialah sengaja diurus sepanjang tahun untuk dimaksud memperoleh susu, daging dan hasil perkembangbiakannya. Ternak gembalaan iadalah ternak yang memperoleh makanan di lapangan penggembalaan terbuka 4. Tidak dipergunakan untk keperluan pribadi pemiliknya dan tidak pula dipekerjakan seperti untuk membajak, megairi tanaman, alat transportasi dsb

Ternak Unggas (ayam, bebek, burung) dan ikan Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) sebagaimana peternakan, tetapi karena kegiatan ini merupakan kegiatan usaha perdagangan, maka nishabnya sama dengan harta perniagaan, yaitu 85 gram emas. Nishab usaha ternak unggas atau perikanan dihitung berdasarkan aset usaha. Apabila seseorang berternak unggas atau ikan dan pada akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia telah terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%. Kandang dan alat-alat peternakan tidak diperhitungkan sebagai harta yang wajib dizakati karena tidak diperjualbelikan. 6. Zakat Pertambangan Ma'din (hasil tambang) yaitu sesuatu benda yang terdapat dalam perut bumi (selain air) dan memiliki nilai ekonomis. Ma'din antara lain logam yang dapat diolah seperti emas, perak, aluminium, timah, tembaga, besi, giok, benda padat yang tidak dapat dibentuk seperti kapur, zionit, marmer, zamrud, batubara dan lain-lain serta minyak.

V. Yang Berhak Menerima Zakat1. Fakir dan Miskin Terdapat beragam definisi mengenai kata fakir dan miskin, tapi secara umum fakir dan miskin itu adalah mereka yang kebutuhan pokoknya tidak tercukupi sedangkan mereka secara fisik tidak mampu bekerja atau tidak mampu memperoleh pekerjaan. Golongan ini dapat dikatakan sebagai inti sasaran zakat (Hadits: zakat yang diambil dari orang kaya dan diberikan kepada orang miskin). Selanjutnya kita dianjurkan pula untuk lebih memperhatikan orang-orang miskin yang menjaga diri dan memelihara kehormatan. Sesuai hadits: Orang miskin itu bukanlah mereka yang berkeliling minta-minta agar diberi sesuap dua suap nasi, satu dua biji kurma, tapi orang miskin itu ialah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan kemudian diberi sedekah, dan merekapun tidak pergi meminta-minta pada orang (Bukhari Muslim) Fakir miskin hendaklah diberikan harta zakat yang mencukupi kebutuhannya sampai dia bisa menghilangkan kefakirannya. Bagi yang mampu bekerja hendaknya diberikan peralatan dan lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi yang tidak mampu lagi bekerja (orang jompo, cacat fisik), hendaknya disantuni seumur hidupnya dari harta zakat. Maka jelaslah bahwa tujuan zakat bukanlah memberi orang miskin satu atau dua dirham, tapi maksudnya ialah memberikan tingkat hidup yang layak. Layak sebagai manusia yang didudukan Allah sebagai khalifah di bumi, dan layak sebagai Muslim yang telah masuk ke dalam agama keadilan dan kebaikan, yang telah masuk ke dalam ummat pilihan dari kalangan manusia. Tingkat hidup minimal bagi seseorang ialah dapat memenuhi makan dan minum yang layak untuk diri dan keluarganya, demikian pula pakaian untuk musim dingin dan musim panas, juga mencakup tempat tinggal dan keperluan-keperluan pokok lainnya baik untuk diri dan tanggungannya. Wah, tentunya banyak sekali harta zakat yang harus dikumpulkan, sementara ini ummat Islam, ambil contoh di Indonesia, masih sangat minim dalam menunaikan kewajiban ini. 2. Amil Amil merupakan sasaran berikutnya setelah fakir miskin (9:60). Amil adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, dimana Allah menyediakan upah bagi mereka dari harta zakat sebagai imbalan. Dimasukkannya amil sebagai asnaf menunjukkan bahwa zakat dalam islam bukanlah suatu tugas yang hanya diberikan kepada seseorang

(individual), tapi merupakan tugas jamaah (bahkan menjadi tugas negara). Zakat punya anggaran khusus yang dikeluarkan daripadanya untuk gaji para pelaksananya. Syarat Amil : 1. Seorang Muslim 2. Seorang Mukalaf (dewasa dan sehat pikiran) 3. Jujur 4. Memahami Hukum Zakat 5. Berkemampuan untuk melaksanakan tugas 6. Bukan keluarga Nabi 7. Laki - laki Sebagian ulama mensyaratkan amil itu orang merdeka bukan hamba. Tugas Amil : Semua hal yang berhubungan dengan pengaturan zakat. Amil mengadakan sensus berkaitan dengan: 1. Orang yang wajib zakat 2. Macam - macam zakat yang diwajibkan 3. Besar harta yang wajib dizakat 4. Mengetahui para mustahik : jumlahnya, jumlah kebutuhan mereka dan jumlah biaya yang cukup untuk mereka. Besar Bagian Untuk Amil : Amil tetap diberi zakat walau ia kaya, karena yang diberikan kepadanya adalah imbalan kerjanya bukan berupa pertolongan bagi yang membutuhkan. Amil itu adalah pegawai, maka hendaklah diberi upah sesuai dengan pekerjaannya, tidak terlalu kecil dan tidak juga berlebihan. Pendapat yang terkuat yang diambil Yusuf Qardawy adalah pendapat Imam Syafii, yaitu maksimal sebesar 1/8 bagian. Kalau upah itu lebih besar dari bagian tersebut, haruslah diambilkan dari harta diluar zakat, misalnya oleh pemerintah dibayarkan dari sumber pendapatan pemerintah lainnya. 3. Muallaf Mualaf adalah mereka yang baru masuk islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya. 4. Hamba Sahaya yang ingin memerdekakan dirinya. 5. Gharimin Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya. Gharim dapat terbagi dua : a. Orang yang berhutang untuk kemaslahatan sendiri (seperti nafkah keluarga , sakit, mendirikan rumah, dll) Termasuk didalamnya orang yang terkena bencana sehingga hartanya musnah. Beberapa syarat Gharimin adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya dia mempunyai kebutuhan untuk memiliki harta yang dapat membayar utangnya. 2. Orang tersebut berhutang dalam melaksanakan ketaatan atau mengerjakan sesuatu yang diper-bolehkan Syariat. 3. Hutangnya harus dibayar waktu itu. Apabila hutangnya diberi tenggang waktu dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama apakah orang yang berhutang ini dapat dikategorikan sebagai mustahik. 4. Kondisi hutang tersebut berakibat sebagai beban yang sangat berat untuk dipikul. Berapa besar orang yang berhutang harus diberikan ? Orang yang berhutang atas kemaslahatan dirinya harus diberi sesuai dengan kebutuhannya. Yaitu untuk membayar lunas hutangnya. Apabila dia dibebaskan oleh yang memberi hutang, maka dia harus

mengembalikan bagiannya itu. Karena dia sudah tidak memerlukannya lagi (untuk membayar hutang). Sesungguhnya Islam dengan menutup utang orang yang berhutang berarti telah menempatkan dua tujuan utama yakni : 1. Mengurangi beban orang yang berhutang dimana ia selalu menghadapi kebingungan di waktu malam dan kehinaan di waktu siang. 2. Memerangi riba. b. Orang yang berhutang untuk kemaslahatan orang lain. Umumnya hal ini dikaitkan dengan usaha untuk mendamaikan dua pihak yang bersengketa, namun tidak ada dalil syara' yang mengkhususkan gharimin hanya pada usaha mendamaikan tersebut. Oleh karenanya orang yang berhutang karena melayani kepentingan masyarakat hendaknya hendaknya diberi bagian zakat untuk menutup hutangnya, walaupun dia orang kaya. Jadi bagi kita yang mengambil kredit TV misalnya, tentunya tidak termasuk kaum gharimin yang menjadi sasaran zakat. Karena kita bukannya sengsara karena hutang, tapi justru menikmatinya. 6. Fisabilillah Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai definisi "Fisabilillah" yang menjadi sasaran zakat dalam ayat 9:60. Apakah harus digunakan definisi dalam arti sempit yaitu "jihad", atau definisi dalam arti luas yaitu "segala bentuk kebaikan dijalan Allah". Kesepakatan Madzhab Empat tentang Sasaran Fisabilillah. 1. Jihad secara pasti termasuk dalam ruang lingkup Fisabilillah. 2. Disyari'atkan menyerahkan zakat kepada pribadi Mujahid, berbeda dengan menyerahkan zakat untuk keperluan jihad dan persiapannya. Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat dikalangan mereka. 3. Tidak diperbolehkan memberikan zakat demi kepentingan kebaikan dan kemaslahatan bersama, seperti mendirikan dam, jembatan, masjid dan sekolah, memperbaiki jalan, mengurus mayat, dll. Biaya untuk urusan ini diserahkan pada kas baitul maal dari hasil pendapatan lain seperti harta fai, pajak, upeti, dll. Namun beberapa ulama lain telah meluaskan arti sabilillah ini seperti : Imam Qaffal, Mazhab Ja'fari, Mazhab Zaidi, Shadiq Hassan Khan, Ar Razi, Rasyid Ridha dan Syaltut, dll. Setelah mengkaji perbedaan-perbedaan pendapat ini, dan juga merujuk pengertian kata fisabilillah yang tertera dalam ayat-ayat Al Qur'an, maka sampailah Yusuf Qardhawi pada kesimpulan sbb : Pendapat yang dianggap kuat adalah, bahwa makna umum dari sabilillah itu tidak layak dimaksud dalam ayat ini, karena dengan keumumannya ini meluas pada aspek-aspek yang banyak sekali, tidak terbatas sasarannya dan apalagi terhadap orang-orangnya. Makna umum ini meniadakan pengkhususan sasaran zakat delapan, dan sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi : "Sesungguhnya Allah tidak meridhoi hukum Nabi dan hukum lain dalam masalah sedekah, sehingga Ia menetapkan hukumnya dan membaginya pada delapan bagian". Seperti halnya sabilillah dengan arti yang umum itu akan meliputi pemberian pada orang-orang fakir, miskin dan asnaf-asnaf lain, karena itu semua termasuk kebajikan dan ketaatan kepada Allah. Kalau demikian apa sesungguhnya perbedaan antara sasaran ini dengan sasaran sesudah dan yang sebelumnya? Sesungguhnya Kalamullah yang sempurna dan mu'jiz pasti terhindar dari pengulangan yang tidak ada faedahnya. karenanya pasti yang dimaksud disini adalah makna yang khusus, yang membedakannya dari sasaran-sasaran lain. Makna yang khusus ini tiada lain adalah jihad, yaitu jihad untuk membela dan menegakkan kalimat Islam dimuka bumi ini. Setiap jihad yang dimaksudkan untuk menegakkan kalimat Allah termasuk sabilillah, bagaimanapun keadaan dan bentuk jihad serta senjatanya.

Kemudian Yusuf Al-Qaradhawy memperluas arti Jihad ini tidak hanya terbatas pada peperangan dan pertempuran dengan senjata saja, namun termasuk juga segala bentuk peperangan yang menggunakan akal dan hati dalam membela dan mempertahankan aqidah Islam. Contoh : "Mendirikan sekolah berdasarkan faktor tertentu adalah perbuatan shaleh dan kesungguhan yang patut disyukuri, dan sangat dianjurkan oleh Islam, akan tetapi ia tidak dimasukkan dalam ruang lingkup JIHAD. Namun demikian, apabila ada suatu negara dimana pendidikan merupakan masalah utama, dan yayasan pendidikan telah dikuasai kaum kapitalis, komunis, atheis ataupun sekularis, maka jihad yang paling utama adalah mendirikan madrasah yang berdasarkan ajaran Islam yang murni, mendidik anak-anak kaum Muslimin dan memeliharanya dari pencangkokan kehancuran fikiran dan akhlaq, serta menjaganya dari racun-racun yang ditiupkan melalui kurikulum dan buku-buku, pada otak-otak pengajar dan ruh masyarakat yang disahkan di sekolah-sekolah pendidikan secara keseluruhan. Sebaliknya tidak semua peperangan termasuk kategori sabilillah, yaitu peperangan yang ditujukan untuk selain membela agama Allah, seperti halnya perang yang sekedar membela kesukuan, kebangasaan, atau membela kedudukan. Pada zaman sekarang ini, bagian Sabilillah dipergunakan sebagai berikut Membebaskan Negara Islam dari Hukum orang Kafir. Bekerja mengembalikan Hukum Islam termasuk jihad Fisabilillah, diantaranya melalui pendirian pusat kegiatan islam yang mendidik pemuda Muslim, mejelaskan ajaran Islam yang benar, memelihara aqidah dari kekufuran dan mempersiapkan diri untuk membela islam dari musuh-musuhnya. Mendirikan percetakan surat kabar untuk menandingi berita-berita yang merusak dan menyesatkan ummat. 7. Ibnu Sabil Mereka yang kehabisan biaya diperjalanan.

VI. Yang Tidak Berhak Menerima Zakat1. Orang kaya. Rasulullah bersabda,"Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari). 2. Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. 3. Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim). 4. Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri. 5. Orang kafir. VII. Sumber-sumber Zakat Sepanjang tekstual Hukum Islam, zakat itu dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu: a. Zakat Hasil b. Zakat Dagang c. Zakat Kekayaan Sedangkan jenis harta yang dijumpai dibebani kewajiban zakat (ada persetujuan pendapat para ahli hukum sepenuhnya) ialah: a. Logam (Perak dan Emas) b. Hewan (unta, sapi dan domba) c. Buah (korma dan anggur). Sedangkan sepanjang pendapat para ulama terdahulu/klasik (sebahagian ada yang menyempitkan, sedangkan sebahagian lagi meluaskan pendapatnya dengan jalan analogi/qiyas), sumber zakat itu terdiri dari a. Zakat Hewan Ternak b. Zakat Emas dan Perak c. Zakat Pertanian d. Zakat Perdagangan

e. Zakat Barang Temuan.

VIII. Sumber - Sumber Zakat dalam Perekonomian ModernSeluruh jenis harta apapun dibebani kewajiban zakat walaupun tidak ada contoh konkritnya di zaman Rasulullah, akan tetapi karena perkembangan ekonomi, menjadi benda yang bernilai, maka harus dikeluarkan zakatnya. Berdasarkan qiyas, kaidah fiqhiyah dan maqasid syara dalam perekonomian modern dewasa ini sumber-sumber zakat itu antara lain adalah: a. Zakat Profesi b. Zakat Perusahaan c. Zakat Surat Berharga d. Zakat Perdagangan Mata Uang e. Zakat Hewan Ternak yang diperdagangkan f. Zakat Madu dan Produk Hewani g. Zakat Investasi properti h. Zakat Asuransi Syariah i. Zakat Usaha Tanaman Angrek, wallet, Ikan Hias, dll. j. Zakat Sektor Rumah Tangga. Secara kontekstual yang perlu mendapat perhatian kita adalah menyangkut zakat profesi. Menurut Yusuf Qardawi, di antara hal yang penting untuk mendapat perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, pendapatan semacam ini dalam ushul fiqh disebut al-maal al-mustafaad, semua pendapatan melalui kegiatan professional tersebut apabila telah sampai nishab wajib dikeluarkan zakatnya, yang menajadi dasar adalah ketentuan Al-Quran yang menegaskan Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (QS; adzDzariyat: 19). Zakat profesi ini sangat penting untuk disosialisasikan, mengingat pada masyarakat kita sekarang ini potensi zakat profesi tersebut volumenya cukup besar, terutama sekali akibat bekembangnya beberapa profesi ditengah-tengah masyarakat dewasa ini, seperti dokter, notaris, konsultan teknik, penasehat hukum/konsultan hukum/advokat, konsultan manajemen, akuntan, aktuaria dan lain-lain sebagainya. Adapun besar zakat penghasilan tergantung kepada sumber penghasilan itu sendiri, apabila penghasilan berasal dari pendapatan sebagai pegawai dan golongan profesi yang diperoleh dari pekerjan (penerima gaji) maka zakatnya sebesar seperempat puluh (2,5%). Sedangkan ukuran nishab yang paling tepat digunakan adalah pendapatan dalam setahun, yaitu apabila penghasilan pegawai dalam satu tahun mencapai nishab (setara dengan 85 gram emas) maka sudah wajib zakat. Untuk lebih memudahkan dan meringankan dalam pelaksanaannya, zakat dapat dibayarkan setiap kali menerima gaji. Apalagi dewasa ini sudah banyak Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dikelola secara professional (seperti Lembaga Amil Zakat Pedumali Umat Waspada yang dikelola oleh Harian Waspada Medan) yang akan mengelola dan menyalurkan dana zakat secara professional, sehingga manfaatnya akan lebih besar bagi pembangunan umat Islam.

IX.

Himah dan Manfaat Zakat

Zakat bermanfat sebagai perwujudan keimanan kepada Allah, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlaq mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sikap

kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki (QS. Attaubah: 103, Ar-Rum: 39, Ibrahim: 7). Selain itu zakat merupakan hak mustahik, karena itu zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidunya dengan layak, dapat beribadah, terhindar dari kekufuran, menghilangkan sifat iri, dengki (QS. An-Nisa 37). Sedangkan apabila dilihat dari sudut sosiologis, zakat sebagai pilar amal bersama (jamai) antara orang-orang yang berkecukupan dengan para mujtahid yang seluruh hidupnya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, sehingga tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha untuk nafkah diri dan keluarganya. (QS. Al-Baqarah: 273) Dari sudut kepentingan pembangunan, zakat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sebagai sarana pengembangan klualitas Sumber Daya Insani. Dari sisi kesejahteraan pembangunan umat, zakat merupakan salah satu instrumen pemeratan pendapatan, apabila zakat dikelola dengan baik memungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi, sekaligus pemerataan pendapatan (QS AlHasyr: 7). Dan yang tidak kalah pentingnya untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai ketentuan Allah SWT (HR. Imam Muslim: Allah SWT tidak menerima sedekah (zakat) dari harta yang didapat secara tidak sah).