refrat sukabumi_hzv optalmicus

6
Terapi Saat ini, dokter hanya bisa memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh herpes zoster rekuren sebanyak 300.000 orang pertahun. Tatalaksana Herpes Zoster Ophthalmikus (HZO) untuk membatasi replikasi virus dan mengurangi keparahan dan durasi inflamasi pada kulit dan mata. Terapi awal yang paling esensial adalah terapi suportif dan pemberian kombinasi obat seperti obat steroid anti inflamasi, non steroid anti inflamasi, antiviral, analgesik, dan antibiotik. Vaksin varicella bisa juga melindungi terhadap resiko komplikasi pada herpes zoster, tetapi ini masih belum terbukti dan mungkin hanya untuk proteksi pasien dengan imunokompeten. Terapi suportif. Barrier nursing – terapi dimana pasien diisolasi dan diberikan antiseptik barrier dengan menggunakan gown, masker dan sarung tangan – terapi ini sangat direkomendasikan pada stadium vesikular hingga vesikel pecah dan pasien sudah tidak infeksius lagi. Skar kulit bisa berkurang dengan energetic massage pada kulit. Dokter bisa bertemu pasien dengan kekhawatiran atau mungkin hingga depresi. Jika depresi terjadi, dokter harus mengingatkan pasiennya bahwa herpes zoster adalah penyakit self limiting disease dan cepat pulih dan diharapkan tidak rekuren. Pasien dengan depresi perlu support group atau terapi dengan tricyclic antidepressant atau selective serotonin reuptake inhibitors (contoh : fluoxetine). Steroid anti inflamasi. Pemberian obat kortikosteroid lebih awal meminimalkan pembentukan skar kulit, neuralgia, diplopia, skleritis, sklerokeratitis, iritis, atrofi optik, dan hemiplegia. Pasien harus mendapat deksametasone topikal 0,1% ( setiap 2 jam) dan kemudian atropin 1% atau cyclopentolate 0,5%-1% (1 tetes 3 kali sehari) untuk dilatasi pupil. Severe postherpetic neuralgia pada pasien ≥ 60 tahun mungkin dapat dicegah dengan kortikosteroid dosis tinggi. (contoh : 7 hari pertama

Upload: retnosfadhillah

Post on 11-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

TerapiSaat ini, dokter hanya bisa memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh herpes zoster rekuren sebanyak 300.000 orang pertahun. Tatalaksana Herpes Zoster Ophthalmikus (HZO) untuk membatasi replikasi virus dan mengurangi keparahan dan durasi inflamasi pada kulit dan mata. Terapi awal yang paling esensial adalah terapi suportif dan pemberian kombinasi obat seperti obat steroid anti inflamasi, non steroid anti inflamasi, antiviral, analgesik, dan antibiotik. Vaksin varicella bisa juga melindungi terhadap resiko komplikasi pada herpes zoster, tetapi ini masih belum terbukti dan mungkin hanya untuk proteksi pasien dengan imunokompeten.Terapi suportif. Barrier nursing terapi dimana pasien diisolasi dan diberikan antiseptik barrier dengan menggunakan gown, masker dan sarung tangan terapi ini sangat direkomendasikan pada stadium vesikular hingga vesikel pecah dan pasien sudah tidak infeksius lagi. Skar kulit bisa berkurang dengan energetic massage pada kulit. Dokter bisa bertemu pasien dengan kekhawatiran atau mungkin hingga depresi. Jika depresi terjadi, dokter harus mengingatkan pasiennya bahwa herpes zoster adalah penyakit self limiting disease dan cepat pulih dan diharapkan tidak rekuren. Pasien dengan depresi perlu support group atau terapi dengan tricyclic antidepressant atau selective serotonin reuptake inhibitors (contoh : fluoxetine).Steroid anti inflamasi. Pemberian obat kortikosteroid lebih awal meminimalkan pembentukan skar kulit, neuralgia, diplopia, skleritis, sklerokeratitis, iritis, atrofi optik, dan hemiplegia. Pasien harus mendapat deksametasone topikal 0,1% ( setiap 2 jam) dan kemudian atropin 1% atau cyclopentolate 0,5%-1% (1 tetes 3 kali sehari) untuk dilatasi pupil. Severe postherpetic neuralgia pada pasien 60 tahun mungkin dapat dicegah dengan kortikosteroid dosis tinggi. (contoh : 7 hari pertama prednison 60 mg/hari diikuti 7 hari selanjutnya dengan dosis 30 mg/hari). Kortikosteroid topikal bisa meningkatkan tekanan intraokuler dan merupakan kontraindikasi pada pasien dengan penyakit active corneal epithelial. Penggunaan steroid juga bisa meningkatkan risiko penyebaran sistemik dari herpes zoster pada pasien immunocompromised.Antiviral. Asiklovir adalah obat antiviral yang sudah dipergunakan secara luas untuk terapi herpes zoster. Keefektifan asiklovir untuk terapi Herpes Zoster Ophthalmicus ini dukung jika diberikan secara dini. Rekomendasi pemberian asiklovir oral yakni : 5 kali 800 mg perhari untuk 10 hari. penggunaan asiklovir bersamaan dengan steroid meminimalkan rebound inflamasi yang umumnya berhubungan dengan withdrawal steroid. Asiklovir juga terbukti efektif mengurangi lamanya rash dan penyebaran lesi dan juga menurunkan neuralgia pada pasien immunosuppressed. Pasien immunocompromised dengan herpes zoster bisa diterapi dengan asiklovir intravena (500mg/m2 atau 10 mg/kgBB setiap 8 jam dalam 1 jam infus selama 7 hari) atau vidarabine (dilanjutkan 10 mg/kg/hari dalam 12 jam infus).Valasiklovir oral (3 kali 1000 mg per hari selama 7 hari) dan famsiklovir (3 kali 500 mg per hari selama 7 hari) bisa juga digunakan untuk terapi herpes zoster. Terapi lama termasuk idoxuridine dan adenine arabinoside kurang efektif dan lebih toksik dari pada asiklovir. Pasien dengan transplantasi, AIDS atau pasien dengan acyclovir resistent varicella zoster bisa diterapi dengan foscarnet (40 mg/kg secara intravena per 8 jam) selama 10 hari atau hingga rash kutaneos sembuh.Terapi farmakologi lainnya. Pemberian analgesik pada 2 minggu pertama sejak terinfeksi bisa memberikan efek nyeri yang ringan dan membatasi kerusakan jalur saraf, namun nyeri yang berat sulit untuk diterapi. Pemberian antibiotik (contoh : tetrasiklin) terbukti efektif dalam meminimalkan bahaya infeksi sekuder stafilokokus pada margin kelopak mata dan keratokonjungtivitis. Obat non steroid anti inflamasi (contoh : flurbiprofen) diberikan bersamaan dengan steroid topikal dapat membantu terapi untuk episkleritis, skleritis dan skelokeratitis. Krim kapsaisin diberikan untuk terapi postherpetic neuralgia. Herpes Zoster Ophthalmicus yang berat tidak responsif dengan regimen tradisional dapat diterapi dengan sympathetic blocks, bupivikain 0,25% dan rhizotomy.aPrognosisSebagian besar pasien Herpes Zoster Ophthalmicus mendapat serangan hanya sekali dan tidak akan mendapat serangan-serangan dikemudian hari lagi. Penglihatan secara umum akan baik, namun pasien Herpes Zoster Ophthalmicus dengan penurunan penglihatan biasa disebabkan oleh masalah di kornea daripada uveitis. Beberapa pasien, bisa mengalami perjalanan penyakit yang panjang (sakit kronis), sehingga memerlukan terapi jangka panjang yang memakan waktu hingga beberapa tahun termasuk jika menderita uveitis Herpes Zoster Ophthalmicus.cSebuah penelitian yang dilakukan di Amsterdam oleh M. J. W. Zaal et al. membuktikan bahwa pada pasien Herpes Zoster Ophthalmicus yang status imunnya baik (imunokompeten) tidak didapatkan penurunan penglihatan yang serius. Pada pasien dengan status akut Herpes Zoster Ophthalmicus penurunan penglihatan dapat dicegah dengan terapi kombinasi antara asiklovir dan obat-obatan yang meningkat sistem kekebalan pada mata seperti salep lubrikan. Obat antiviral yang terbaru mungkin bisa lebih meningkatkan prognosis penglihatan pada pasien Herpes Zoster Ophthlamicus jika terapi dimulai pada fase awal dari reaktivasi Varicella Zoster Virus (VZV), sebelum kerusakan neural atau jaringan ocular berkembang. Pada penelitian ini didapatkan hanya dua pasien yang mengalami penurunan penglihatan sedang disertai manifestasi neuritis optik, mungkin berkaitan dengan keparahan reaksi nflamasi pada orbita.Meskipun neuritis optik bukanlah komplikasi yang umum terjadi pada pasien-pasien dengan Akut Herpes Zoster Ophthlamicus, tetapi merupakan faktor resiko yang predominant terjadinya kehilangan penglihatan secara ireversibel.d ImunisasiSebelum vaksinasi varicella disetujui penggunaannya di Amerika Serikat pada tahun 1995, sedang berlangsung kontroversi penggunaan vaksinasi varicella pada infant. Pertimbangannya adalah harga vaksin dan revaksinasi, kefektifan jangka panjang, apakah pada usia dewasa nanti terhindar dari infeksi varicella atau malah meningkatkan angka insidensi Herpes Zoster. Program vaksinasi varicella dimulai di Alberta pada tahun 2001 ( vaksin ini dilesensi di Canada pada tahun 1998).Sebelum pengenalan vaksin varicella, hampir setiap anak sudah mengalami chicken pox. Sejak pengenalan vaksin pada masa kanak-kanak di Amerika Serikat tahun 1995, terjadi penurunan angka rawat inap karena chicken pox menjadi 88%. Menurut perkiraan sebanyak $4,9 juta telah digunakan sejak 1994-1995 untuk biaya rumah inap dan rawat jalan chicken pox. Pada tahun 2002, terjadi penurunan 74% menjadi $22,1 juta. Meskipun vaksinasi menurunkan angka insidensi chicken pox, secara matematikal diprediksikan terjadi peningkatan infeksi Herpes Zoster pada kurang lebih 5 tahun sesudah vaksin akibat menurunnya sistem imun yang dimediasi oleh sel.Untuk mencegah Herpes Zoster, booster untuk sistem imun yang dimediasi oleh sel diperlukan. (bisa dari ekposur orang dengan varicella atau secara periodik melepaskan Varicella Zoster Virus dari gangglia). Penelitian menunjukkan bahwa sebelum pengenalan imunisasi varicella orang dewasa yang tinggal atau sering kontak dengan anak-anak memiliki resiko yang lebih kecil untuk mengalami Herpes Zoster dibandingkan dewasa yang jarang kontak dengan anak-anak. Sejumlah anak yang kontak dengan virus varicella yang liar pada masa depan meningkatkan insidens infeksi Herpes Zoster pada usia dibawah usia 50 tahun (pada grup usia ini, resiko menderita Herpes Zoster rendah akibat booster sistem imun yang dimediasi oleh sel). Begitu juga, apabila kontak yang menurun disertai penurunan sistem imun yang dimediasi oleh sel akan meningkatkan insidens Herpes Zoster pada orang lanjut usia. Setelah program vaksinasi, insidens Herpes Zoster diperkirakan menurun karena derajat populasi ganglion virus yang berkembang rendah (lesi kulit hanya berkembang dalam jumlah sedikit pada pasien yang mendapatkan vaksin).Hilangnya angka kejadian varicella tipe liar yang dikarenakan anak-anak mendapat vaksinasi memungkinkan pada saat dewasa tidak perlu mendapatkan booster yang rutin untuk memediasi imunitas seluler karena paparan ulang terhadap virus dari infeksi saat kecil. Vaksin zoster menggantikan efek booster vaksin varicella. Perkembangan PenelitianVirus Herpes Zoster merupakan jenis virus yang umum menyebabkan infeksi. Meskipun begitu, pada penelitian-penelitian terakhir masih belum secara jelas dibuktikan bahwa vaksin chicken pox mampu mencegah atau mengurangi kejadian Herpes Zoster lagi dikemudian hari. Para peneliti berusaha memahami mengapa virus Herpes Zoster bisa mudah menginfeksi beberapa pasien dan tidak pada yang lainnya. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa antiviral lebih efektif dalam menangani kasus Herpes Zoster. Antiviral juga hingga sekarang masih terus dilakukan penelitian untuk terapi Herpes Zoster.d

BAB IIIPENUTUPKesimpulanKritik dan Saran