refrat tht

20
BAB I PENDAHULUAN Laringitis atropik (laringitis sika) adalah laringitis kronik yang ditandai dengan atrofi dari mukosa dinding laring dan pembentukan krusta. Laringitis sicca sendiri lebih sering ditemui pada wanita dan biasanya di sertai dengan adanya rinitis atropik dan faringitis. [2] Gejala yang sering timbul antara lain suara serak yang sementara dapat diperbaiki oleh proses batuk dan pembersihan krusta, batuk kering yang mengganggu dan kadang terjadi dispneu karena adanya obstruksi oleh krusta. [2] Pada pemeriksaan akan tampak mukosa yang atropik disertai dengan krusta yang berbau busuk. Saat krusta sudah disingkirkan, dapat terjadi perdarahan ataupun ekskoriasi mukosa. Krusta juga dapat terlihat di trakea. [2] Untuk penanganan laringitis sika adalah eliminasi faktor resiko dan kondisi lembab. Obat kumur laring yang mengandung glukosa dan gliserin atau minyak pinus dapat membantu meringankan gejala dan membantu pelepasan krusta. [2] 1

Upload: dimas-wicaksono

Post on 09-Dec-2015

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Tht

BAB I

PENDAHULUAN

Laringitis atropik (laringitis sika) adalah laringitis kronik yang ditandai

dengan atrofi dari mukosa dinding laring dan pembentukan krusta. Laringitis sicca

sendiri lebih sering ditemui pada wanita dan biasanya di sertai dengan adanya

rinitis atropik dan faringitis.[2]

Gejala yang sering timbul antara lain suara serak yang sementara dapat

diperbaiki oleh proses batuk dan pembersihan krusta, batuk kering yang

mengganggu dan kadang terjadi dispneu karena adanya obstruksi oleh krusta. [2]

Pada pemeriksaan akan tampak mukosa yang atropik disertai dengan

krusta yang berbau busuk. Saat krusta sudah disingkirkan, dapat terjadi

perdarahan ataupun ekskoriasi mukosa. Krusta juga dapat terlihat di trakea. [2]

Untuk penanganan laringitis sika adalah eliminasi faktor resiko dan

kondisi lembab. Obat kumur laring yang mengandung glukosa dan gliserin atau

minyak pinus dapat membantu meringankan gejala dan membantu pelepasan

krusta. [2]

Laringitis sika yang disertai oleh kondisi hidung ataupun faring akan

membutuhkan perhatian khusus. Ekspektoran dengan amonium klorida dan iodida

juga dapat membantu pelepasan krusta. [2]

1

Page 2: Refrat Tht

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING

A. Anatomi Laring

Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa kartilago. Di

sebelah superior terdapat os hiodeum,

struktur yang berbentuk U dan dapat

dipalpasi di leher depan dan lewat mulut

pada dinding faring lateral. Meluas dari

masing-masing sisi tengah korpus

hiodeum adalah suatu prosesus panjang

dan pendek yang mengarah ke posterior

dan suatu prosesus pendek yang

mengarah ke superior. Tendon dan otot-

otot lidah, mandibula dan kranium, melekat pada permukaan superior korpus dan

kedua prosesus. Saat menelan, kontraksi otot-otot ini mengangkat laring. Namun

bila laring dalam keadaan stabil, maka otot-otot tersebut akan membuka mulut

dan ikut berperan dalam gerakan lidah. Di bawah os hiodeum menggantung pada

ligamentum tirohiodeum adalah dua alae atau sayap kartilago tiroidea (perisai).

Kedua alae menyatu di garis tengah pada sudut yang lebih dulu dibentuk pada

pria, lalu membentuk “jakun”. Pda tepi posterior masing-masing alae, terdapat

kornu superior dan inferior. Artikulasiokornu inferius dengan kartilago kroikodea,

memungkinkan sedikit pergeseran atau gerakan antara kartilagi tiroidea dan

krikoidea. [1]

Kartilago krikoidea melekat pada kartilago tiroidea lewat ligamentum

krikotiroideum. Kartilago krikoidea terbentuk lingkaran penuh dan tidak dapat

mengembang. Permukaan posterior atau lamina krikoidea cukup lebar, sehingga

kartilago ini tampak seperti signet ring. Intubasi endotrakea yang lama sering

merusak lapisan mukosa cincin dan dapat mengakibatkan stenosis subglotis. Di

2

Page 3: Refrat Tht

sebelah inferior, kartilago trakealis pertama melekat pada krikoid lewat

ligamentum interkartilaginosa.[1]

Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritenoidea,

masing-masing berbentuk seperti piramid bersisi tiga. Basis piramidalis

berartikulasi dengan krikoid pada artikulasio krikoaritenoidea, sehingga dapat

terjadi gerakan meluncur dari medial ke lateral dan rotasi. Tiap kartilago

aritenoidea mempunyai dua prosesus, prosesus vokalis anterior dan prosesus

muskularis lateralis. Ligamentum vokalis meluas ke anterior dari masing-masing

prosesus vokalis dan berinsersi ke dalam kartilago tiroidea di garis tengah.

Prosesus vokalis membentuk dua perlima bagian belakang dari korda vokalis,

sementara ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau pita suara

yang dapat bergetar. Ujung bebes dan permukaan superior korda vokalis suara

membentuk glotis. Bagian kecil laring diatasnya disebut supraglotis dan

dibawahnya subglotis. Terdapat dua pasang kartilago kecil dalam laring yang

tidak memiliki fungsi. Kartilago kornikulata terletak dalam jaringan di atas

menutupi aritenoid. Di sebelah lateralnya, yaitu di dalam plika ariepiglotika

terletak kartilago kuneiformis. [1]

Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang

berbentuk seperti bat pingpong. Pegangan atau petiolus melekat melalui suatu

ligamentum pendek pada kartilago tiroidea tepat di atas korda vokalis, sementara

bagian racquet meluas ke atas di belakang korpus hiodeum ke dalam lumen

faring, memisahkan pangkal lidah dari laring. Epiglotis dewasa umumnya sedikit

cekung pada bagian posterior. Namun pada anak dan sebagian orang dewasa,

epiglotis jelas melengkung dan disebut epiglotis omega atau juvenilis. Fungsi

epiglotis sebagai lunas yang mendorong makanan yang ditelan ke samping jalan

nafas laring. [1]

Selain itu, laring juga disokong oleh jaringan elastik. Di sebelah superior,

pada kedua sisi laring terdapat membrana kuadrangularis yang emluas ke

belakang dari tepi lateral epiglotis hingga tepi lateral kartilago aritenoidea.

3

Page 4: Refrat Tht

Dengan demikian, membrana ini membagi dinding antara laring dan sinus

piriformis, dan batas superiornya disebut plica ariepiglotika. Pasangan jaringan

elastik penting lainnya adalah konus elastikus (membrana krikovokalis). Jaringan

ini jauh lebih kuat daripada membrana kuadrangularis, dan meluas ke atas dan

medial dari arkus kartilaginis krikoidea untuk bergabung dengan ligamentum

vokalis pada masing-masing sisi. Jadi konus elastikus terletak di bawah mukosa di

bawah permukaan korda vokalis sejati. [1]

Otot-otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok. Otot ekstrinsik yang

terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sementara otot intrinsik

menyebabkan gerakan antara berbagai struktur-struktur laring sendiri. Otot

ekstrinsik dapat digolongkan menurut fungsinya. Otot depresor atau otot-otot

leher (omohiodeus, sternotiroideus, sternohioideus) berasal dari bagian inferior.

Otot elevator (milohioideus, genioglosus, hioglosus, digastrikus, dan

stilohioideus) meluas dari os hioideum ke mandibula, lidah dan prosesus

stiloideus pada kranium. Otot tirohioideus walaupun digolongkan sebagai otot

leher, terutama berfungsi sebagai elevator. Melekat pada os hioideum dan ujung

posterior alae kartilago tiroidea adalah otot konstriktor medius dan inferior yang

melingkari faring disebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan. Serat-serat

paling bawah dari otot komstriktor inferior berasal dari krikoid, membentuk

krikofaringeus yang kuat, yang berfungsi sebagai sfingter esofagus superior. [1]

Serat-serat otot interaritenoideus

(aritenoideus) tranversus dan oblikus

meluas di antara kedua kartilago

aritenoidea. Bila berkontraksi, kartilago

aritenoidea akan bergeser ke arah garis

tengah, mengaduksi korda vokalis. Otot

krikoaritenoideus posterior meluas dari

permukaan posterior lamina krikoidea

untuk berinsersi ke dalam prosesus

muskularis aritenoidea. Otot ini

4

Page 5: Refrat Tht

menyebabkan rotasi aritenoid ke arah luar dan mengabduksi korda vokalis.

Antagonis utama otot ini, yaitu otot krikoaritenoideus lateralis berorigo pada

arkus krikoidea lateralis. Insersinya juga pada prosesus muskularis dan

menyebabkan rotasi aritenoid ke medial , menimbulkan aduksi. Yang membentuk

tonjolan korda vokalis adalah otot vokalis dan tiroaritenoideus yang hampir tidak

dapat dipisahkan. Kedua otot ini juga berperan dalam membentuk tegangan korda

vokalis. Pada orang lanjut usia, tonus otot vokalis dan tiroaritenoideus agak

berkurang, korda vokalis agak membusur ke luar dan suara menjadi lemah dan

serak. [1]

Otot-otot utama laring lainnya adalah pasangan otot krikotiroideus, yaitu

otot yang berbentuk kipas berasal dari arkus krikoidea di sebelah anterior dan

berinsersi pada permukaan lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini akan

menarik kartilago tiroidea ke depan, meregang dan menegangkan korda vokalis.

Kontraksi ini secara pasif juga memutar aritenoid ke medial, sehingga otot

krikotiroideus juga dianggap sebagai otot aduktor. [1]

Dua pasang saraf mengurus laring dengan pernafasan sensorik dan motorik.

Dua saraf laringeus superior dan dua inferior atau laringeus rekurens, saraf

laringeus merupakan cabang-cabang saraf vagus. Saraf laringeus superior

meninggalkan trunkus vagalis tepat di bawah gangglion nodosum, melengkung ke

anterior dan medial di bawah arteri karotis interna dan eksterna, dan bercabang

dua menjadi suatu cabang sensorik interna dan cabang motorik eksterna. [1]

Cabang interna menembus membrana tirohiodea untuk mempersarafi sensorik

valekula, epiglotis, sinus piriformis, dan seluruh mukosa laring superior interna

tepi bebas korda vokalis sejati. Masing-masing cabang eksterna merupakan suplai

motorik untuk satu otot saja, yaitu otot krikotiroideus. Di sebelah inferior, saraf

rekurens berjalan naik dalam alur di antara trakea dan esofagus, masuk ke dalam

laring tepat di belakang artikulasio krikotiroideus, dan mengurus persarafan

motorik semua otot intrinsik laring kecuali krikotiroideus. Saraf rekurens juga

mengurus sensasi jaringan di bawah korda vokalis sejati (regio subglotis) dan

5

Page 6: Refrat Tht

trakea superior. Karena perjalanan saraf interior kiri lebih panjang serta

hubungannya dengan aorta, maka saraf ini lebih rentan cedera dibandingkan

dengan saraf yang kanan. [1]

Suplai arteri dan drainase venosus dari laring paralel dengan suplai sarafnya.

Arteri dan vena laringea superior merupakan cabang-cabang arteri dan vena

tiroidea superior, dan keduanya bergabung dengan cabang interna saraf laringeus

superior untuk membentuk pedikulus neurovaskular superior. Arteri dan vena

laringea inferior berasal dari pembuluh tiroidea inferior dan masuk ke laring

bersama saraf laringeus rekurens.

Terdapat dua sistem drainase limfatik terpisah pada laring, superior dan

inferior, dimana garis pemisahnya adalah korda vokalis sejati. Korda vokalis

sendiri memiliki sistem limfatik yang buruk. Di sebelah superior, aliran limfe

menyertai pedikulus neurovaskular superior untuk bergabung dengan nodi

limfatisi superiores dari rangkaian servikalis profunda setinggi os hioideus.

Drainase subglotis lebih beragam, yaitu dari nodi limfatisi pretrakeales (satu

kalenjar tepat di depan krikoid dan disebut nodi Delphian), kalenjar getah bening

servikalis profunda inferior, nodi supraklavikularis dan bahkan nodi mediastinalis

superior. [1]

Sebagian besar laring dilapisi oleh

mukosa toraks bersilia (epitel

resiratorius), tetapi bagian laring yang

aliran udara terbesar (misalnya

permukaan lingua epiglotis,

permukaan superior plika

ariepiglotika, dan permukaan superior

serta tepi bebas korda vokalis sejati)

dilapisi epitel gepeng yang lebih keras. Kalenjar penghasil mukus terbesar

ditemukan dalam epitel respiratorius. [1]

6

Page 7: Refrat Tht

Pada rinoskopi posterior, struktur pertama yang dapat dilihat adalah epiglotis.

Tiga pita mukosa (satu plika glosoepiglotika mediana dan dua plika

glosoepiglotika lateralis) meluas dari epiglotis ke lidah. Di antara pita median dan

setiap pita lateral terdapat kantung kecil, yaitu valekula. Di bawah tepi bebas

epiglotis, dapat terlihat aritenoid sebagai dua gundukan kecil yang dihubungkan

oleh otot interaritenoid yang tipis. Perluasan dari masing-masing aritenoid ke

anterolateralis menuju tepi bebas lateral bebas dari epiglotis adalah plika

ariepiglotika, merupakan suatu membrana kuadrangularis yang dilapisi mukosa. [1]

Di lateral plika ariepiglotika terdapat sinus atau resesus piriformis, yang dari

atas terlihat seperti kantung berbentuk segitiga dimana tidak memiliki dinding

posterior. Dinding medial bagian atas adalah kartilago kuadraangularis dan di

bagian bawah kartilago aritenoidea dengan otot-otot lateral yang melekat padanya,

dan dinding lateral adalah permukaan dalam akae tiroid. Di sebelah posterior

sinus piriformis berlanjut sebagai hipofaring. Sinus piriformis dan faring

bergabung ke bagian inferior, ke dalam introitus esofagi yang dikelilingi oleh otot

krikofaringeus yang kuat. [1]

Dalam laring sendiri terdapat dua pasang pita horisontal yang berasal dari

aritenoid dan berinsersi ke dalam kartilago tiroidea bagian interior. Pita superior

adalah korda vokalis palsu atau pita ventrikular, dan lateral terhadap korda vokalis

sejati. Korda vokalis palsu terletak tepat di inferior tepi bebas membrana

kuadrangularis. Ujung korda vokalis sejati (plika vokalis) adalah batas superior

konus elastikus. Otot vokalis dan tiroaritenoideus membentuk masa dari korda

vokalis. Karena permukaan superior korda vokalis adalah datar, maka mukosa

akan memantulkan cahaya dan tampak berwarna putih pada laringoskopi indirek.

Korda vokalis palsu dan sejati dipisahkan oleh ventrikulus laringitis. Ujung

anterior ventrikel meluas ke superior sebagai suatu divertikum kecil yang dikenal

sebagai sakulus laringis, dimana terdapat sejumlah kalenjar mukus yang diduga

melumasi korda vokalis. Pembesaran sakulus secara klinis dikenal sebagai

laringokel. [1]

7

Page 8: Refrat Tht

B. Fisiologi Laring

Laring memiliki tiga fungsi utama, yaitu proteksi jalan nafas, batuk, respirasi

dan proses bersuara. [1]

Perlindungan jalan nafas selama proses menelan terjadi melalui berbagai

mekanisme yang berbeda. Aditus laringis tertutup oleh kerja sfingter otot

tiroaritenoideus dalam plika ariepiglotika dan korda vokalis palsu, disamping

aduksi korda vokalis sejati dan aritenoid yang ditimbulkan oleh otot intrinsik

laring lainnya. Elevasi laring di bawah pangkal lidah membantu melindungi laring

lebih jauh dengan mendorong epiglotis dan plika ariepiglotika ke bawah menutup

aditus. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral, menjauhi aditus laringis dan

masuk ke sinus piriformis, selanjutnya ke introitus esofagi. Relaksasi otot

krikofaringeus yang terjadi bersamaan mempermudah jalan makanan masuk ke

esofagus sehingga tidak masuk ke laring. Disamping itu, respirasi juga dihambat

selama proses menelan melalui suatu refleks yang diperantai reseptor pada

mukosa daerah supraglotis. Hal ini mencegah inhalasi makanan atau saliva. [1]

Pada bayi, posisi laring lebih tinggi, epiglotis menjulur ke superior dan

menyentuh permukaan palatum mole, memungkinkan kontak antara permukaan

posterior palatum mole dengan epiglotis sehingga memungkinkan bayi untuk

bernafas selama laktasi tanpa masuknya makanan ke jalan nafas. [1]

Selama respirasi, tekanan intratoraks dikendalikan oleh berbagai derajat

penutupan korda vokalis sejati. Perubahan tekanan ini membantu sistem jantung

seperti ia juga mempengaruhi pengisian dan pengosongan jantung paru. Selain itu,

bentuk korda vokalis palsu dan sejati juga memungkinkan laring untuk berfungsi

sebagai katup tekanan bila menutup, memungkinkan peningkatan tekanan

intratorakal yang diperlukan untuk tindakan-tindakan mengejan seperti

mengangkat benda-benda berat atau defekasi. Pelepasan tekanan secara mendadak

menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan ekspansi alveoli

8

Page 9: Refrat Tht

terminal dari paru dan membersihkan sekret atau paralel makanan yang berakhir

dalam aditus laringis. [1]

Untuk fungsi pembentukan suara, korda vokalis sejati yang teraduksi diduga

berfungsi sebagai alat bunyi pasif yang bergetar akibat udara yang dipaksa antara

korda vokalis sebagai akibat kontraksi otot-otot ekspirasi. Nada dasar yang

dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring (dan

krikoideus) berperan penting dalam mengubah tinggi nada dengan mengubah

bentuk dan massa ujung-ujung bebas korda vokalis sejati dan tegangan korda itu

sendiri. Otot ekstralaring juga ikut berperan. Karena posisi laring manusia yang

lebih rendah, maka sebagian faring, di samping rongga hidung dan sinus

paranasalis dapat dimanfaatkan untuk perubahan nada yag dihasilkan laring.

Semuanya dipantau melalui mekanisme umpan balik. Kekerasan suara sendiri

pada hakekatnya proporsional dengan tekanan aliran udara subglotis yang

menimbulkan gerakan korda vokalis sejati. Di lain pihak, berbisik diduga akibat

lolosnya udara melalui komisura posterior di antara aritenoid yang terabduksi

tanpa getaran korda vokalis sejati. [1]

9

Page 10: Refrat Tht

BAB III

LARINGITIS ATROPIK (LARINGITIS SIKA)

A. Definisi

Larigitis sika adalah kondisi radang kronis laring dimana jaringan laring

menjadi sangat kering hingga terbentuk krusta dipermukaan laring dan pita suara.

B. Etiologi

Laringitis sika ditandai dengan adanya atrofi dari mukosa dan komponen

pelengkap mukosa laring. Biasanya hal ini terjadi paling sering pada pasien yang

diberi radiasi laring. Laringitis ini juga bisa merupakan perjalanan dari laringitis

kronik.

Keadaan hipoesterogenemia pada wanita mungkin dapat berpengaruh.

Laringitis sika juga dapat juga terjadi pada pasien dengan sindrom sjören dan juga

berhubungan dengan kehamilan. Merokok, dehidrasi, dan polusi juga dapat

berkontribusi untuk terjadinya kondisi ini.

Dehidrasi dapat disebabkan karena kurangnya asupan cairan, konsumsi kafein

yang berlebihan, minuman alkohol, obat diuretik, dan sebagai efek samping obat

(benzodiasepine, antihistamin, anti-kolinergik)

C. Patofisiologi

Seperti pada rinitis atrofi, pada laringitis sika juga ditemukan penurunan

kemampuan vaskular mukosa karena proliferasi intimal dan pengerasan dinding

10

Page 11: Refrat Tht

pembuluh darah kecil. Ditemukan juga hilangnya hampir seluruh struktur

glandular, walaupun mungkin saja adnya proliferasi sel goblet.

Pada bagian laring yang dilapisi oleh epitel bersilia mungkin dapat mengalami

metaplasia skuamosa, dan menjadi tipis dan mengalami atrofi, dan sering kali

disertai dengan erosi mukosa. Ditemukan adanya fibrosis pada area subepitelial,

yang juga mengandung eksudat inflamasi mononuklear.

Pada pasien yang diberi radioterapi, radiasi membunuh tumor tetapi juga

merusak atau bahkan menghancurkan kalenjar penghasil mukus di laring,

sehingga akan semakin sedikit mukus yang dihasilkan, dan lebih kental. Mukus

yang kental ini juga menjadi tempat uang baik untuk perkembangan

mikroorganisme, dan akan berubah menjadi krusta terutama pada saat kelembaban

udara rendah.

Untuk dapat menghasilkan suara, pita suara bergetar. Jika tidak adanya

lubrikasi pada pita suara, getaran dari pita suara jadi terbatas, dimana bisa

menyebabkan batuk dan inflamasi pada pita suara. Dalam waktu yang lama, hal

ini bisa berkembang jadi laringitis mekanis.

D. Gambaran Klinis

Gangguan fisiologis yang khas adalah

berkurangnya sekresi glandular dan librikasi

mukosa. Pasien biasanya mengeluh

tenggorokan yang kering, dan tenggorok

gatal. Mungkin juga terjadi batuk persisten

sebagai bentuk usaha untuk mengeluarkan

sekresi yang kental. Batuk dan suara serak

biasanya lebih buruk pada pagi hari. Kadang

krusta laring mungkin juga menyebabkan

gangguan respirasi dan hemoptisis dapat

11

Page 12: Refrat Tht

terjadi jika krusta sudah berhasil dikeluarkan. Banyak juga pasien yang

mengeluhkan terjadinya halitosis.

Mukosa laring menjadi tampak kering, dan kasar. Krusta sering ditemukan

terutama di daerah interaritenoid. Krusta itu sendiri bervariasi, mulai dari kuning

kehijauan sampai kehitaman. Mungkin juga ditemukan mukus hijau kental di

laring. Jika krusta berhasil disingkirkan, akan tampak permukaan merah dan

seperti luka terbuka , tetapi untuk ulkus sesungguhnya jarang terjadi.

Gangguan ini mungkin harus dibedakan dari laringitis kronik spesifik oleh

karena sifilis. Pasien dengan penyebab yang tidak jelas biasanya mengalami hal

yang serupa di bagian hidung.

E. Pemeriksaan Penunjang

Evaluasi untuk laringitis sika biasanya adalah laringoskopi dan stroboskopi.

Laringoskopi dilakukan untuk melihat kondisi tenggorok, laring, dan pita suara.

Stroboskopi digunakan untuk melihat gerakan pita suara secara lambat, sehingga

dapat melihat gambaran korda vokalis lebih detail.

F. Tatalaksana

Karena pada laringitis sika kalenjar mukosa sudah rusak sebagian ataupun

seluruhnya, maka tidak mungkin lagi disembuhkan sempurna, pengobatan yang

diberikan hanyalah pengobatan simptomatis dan lebih diutamakan untuk

memberikan lubrikasi pada mukosa laring dan menghindari faktor-faktor yang

dapat memperberat kondisi.

Untuk mencegah pembentukan krusta dan menghilangkan bau busuk pada

mulut, makan diberikan obat kumur yang mengandung: (1) gliserin 6%; (2) 70%

ethanol 6%; (3) rosewater gtts 10; (4) larutan saline.

12

Page 13: Refrat Tht

Pemberian iodine mungkin dapat membantu untuk menstimulasi kalenjar-

kalenjar yang belum rusak atau yang masi memiliki fungsi. Pada kondisi tertentu,

diperlukan juga untuk membersihkan krusta baik dengan laringoskopi indirek

ataupun direk.

G. Prognosis

Untuk pasien laringitis kronik, terutama yang disebabkan oleh karena

hancurnya kalenjar penghasil mukosa, maka kemampuan lubrikasi tidak dapat

disembuhkan sempurna. Yang bisa dilakukan hanyalah membantu lubrikasi

mukosa.

13

Page 14: Refrat Tht

BAB IV

RESUME

Laringitis Sika (laringitis atropik) adalah radang kronis di laring dimana

mukosa laring menjadi kering karena rusaknya kalenjar di mukosa laring, kadang

juga timbul krusta di permukaan laring dan pita suara. Hal ini lebih sering terjadi

pada wanita dimasa kehamilan,pasien sjÖren, efek obat, dan paling sering karena

radiasi. Laringitis atropik memiliki ciri laring yang kering dan kasar, dan

terbentuknya krusta, baik kuning kehijauan sampai kehitaman. Biasanya lesi

ditemukan pada permukaan laring, tetapi bisa juga sampai ke pita suara. Pasien

umumnya mengeluhkan suara serak, tenggorokan kering, dan gatal, kadang juga

sering batuk. Diagnosis dapat didukung oleh pemeriksaan laringoskopi dan

stroboskopi. Terapi yang dapat dilakukan hanyalah membantu untuk lubrikasi

laring dengan larutan glukosa dan gliserin. Kadang perlu juga dilakukan

pembersihan krusta.

14