refrat tht gangguan perkembangan bicara
DESCRIPTION
gangguan perkembangan bicaraTRANSCRIPT
CASE
GANGGUAN PERKEMBANGAN BICARA
PEMBIMBING :dr. Asnominanda, Sp.THT- KL
PENYAJI : Rhombos PPA 11-2008-105
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nyalah maka
referat ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dr.Asnominanda,Sp.THT-KL serta teman-teman sejawat kepaniteraan yang
telah membantu dalam penyelesaian referat ini.
Referat ini mengangkat judul tentang gangguan perkembangan bicara,
diharapkan referat ini dapat membantu lebih mengenal perkembangan bicara, baik itu
dilihat dari proses, fisiologis sampai gangguan nya.
Semoga referat ini berguna bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang
perkembangan bicara. Penulis sadar bahwa referat ini jauh dari sempurna, sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik saran yang bisa membangun untuk menyempurnakan
referat ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas kesediannya untuk membaca referat
ini.
Jakarta, 23 Desember 2009
Penulis
2
BAB IPENDAHULUAN
LATARBELAKANG
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam
berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar
gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada
simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural
dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi,
gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk
menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah
komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang
menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang
paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang
sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari
tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian
gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.
Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang
ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk
membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami
oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya
merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah
usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses
fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang
ringan.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan
pemulihan gangguan tersebut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Ada beberapa pengertian yang sering dipergunakan dalam berbicara dan berbahasa :
1. Komunikasi : Individu dengan sengaja dipengaruhi tindak tanduknya oleh orang
lain (Reid et al, 1987) dimana dalam komunikasi oral dilakukan dengan
mengeluarkan suara yang dimengerti oleh orang lain.
2. Bahasa : Simbol-simbol yang disusun individu dalam mengungkapkan
pengalaman,mengekspresikan ide dan perasaan sehingga ada asosiasi
suatu bunyi dengan suatu pengertian tertentu yang dimengerti oleh
suatu masyarakat. Dengan demikian bahasa tidak hanya kosa kata dan
tata bahasa, namun juga kemampuan mengingat, memilah, menyusun
dan kemampuan abstraksi.
3. S u a r a : Hasil dari bicara dimana setiap individu punya karakteristik dalam hal
kualitas yang ditentukan oleh getaran pita suara dan resonansi, tinggi
nada (frekuensi), kekerasan (kecepatan tekanan) dan gema sesuai
dengan besar individu, usia dan jenis kelamin.
4. Kepasihan : Termasuk aspek kecepatan, irama dan keteraturan.
5. Bicara : Bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral
(mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem
neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Oleh
karena itu proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh,
antara lain sistem respirasi ( pernafasan ), pusat khusus pengatur bicara
dalam korteks serebri di otak , pusat respirasi di dalam batang otak dan
struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
4
6. Fonasi : Suara terbentuk karena getaran pita suara. Tinggi rendahnya nada suara
tergantung berbagai keadaan pita suara yaitu panjangnya, tebalannya,
ketegangannya dan kecepatan getarannya.
7. Artikulasi : Pengucapan yang terbentuk oleh perubahan ruangan dan pergerakan
organ diantara pita suara dan bibir. Yaitu penyempitan dan pergerakan
lidah, bibir, palatum tenggorok, pipi dan rahang. Pengucapan ada dua
macam yaitu vokal (huruf hidup) dan konsonan (huruf mati)
Proses Fisiologis Bicara
Proses Bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem
pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di
dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris :
1. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk
memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa.
5
2. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi
dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat
reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya
bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan. Ketiganya berada di hemisfer
dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick,
merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian
segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah
pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu
yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa
ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui
lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini
rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian
dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang
disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh
saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian
jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area
motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan
oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru,
sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi
untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ
pendengaran sangat penting.
Pada dasarnya, bahasa dibedakan menjadi dua tipe, yaitu bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam menerima bahasa yang
digunakan di sekitarnya. Sejauh mana orang tersebut bisa mengerti apa yang diucapkan
6
orang lain kepadanya, apa yang disampaikan radio dll. Bahasa ekspresif adalah bahasa
yang digunakan untuk menunjukkan apa yang dirasakan, difikirkan, diinginkan oleh
seseorang. Bahasa ini bisa berbentuk bahasa verbal (lewat mulut), isyarat, ”bahasa
tubuh”, tulisan dll. Biasanya kemampuan menguasai bahasa reseptif mendahului
kemampuan bahasa ekspresif.
Proses reseptif – Proses dekode
Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan
menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan
diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke
area korteks auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima
oleh girus ini berasal dari sisi telinga yang berlawanan.
Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk.
Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk
diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan
kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area
Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses
integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode
dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga,
dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan
pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean tersebut.
Proses ekspresif – Proses encode
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang
masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke
area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian
melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan
artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses
enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan
berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat
7
pembicara. Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu
pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi
antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan
sebagai proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan
menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik.
Tujuan Berbicara
Adapun tujuan dari berbicara yaitu untuk memberitahu, menghibur, melapor, membujuk,
dan menyakinkan seseorang, ada beberapa faktor yang dapat dijadikan dalam aspek
kebahasan, yaitu :
1. Ketepatan ucapan (pelafalan)
2. Penekanan/penempatan nada dan durasi yang sesuai
3. Pemilihan kata
4. Ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama)
Sedangkan faktor aspek non kebahasaan yaitu :
1. Sikap tubuh, pendangan, bahasa tubuh, mimic wajah yang tepat
2. Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain.
3. Kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara
4. Relevansi, penalaran, dan penguasaan terhadap topic.
Hurlock mengemukakan 3 kriteria untuk mengukur kemampuan berbicara anak, apakah
anak berbicara secara benar/sekedar membeo sebagai berikut :
1. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkan dengan objek
yang diwakili.
2. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah.
3. Anak dapat memahami kata-kata tersebut, bukan karena telah sering
mendengar/menduga-menduga.
Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang
tua yang dilakukan dengan 2 cara yaitu secara spontan dan melalui penugasan dari orang
8
dewasa untuk menirukan secara spontan bahasa orang dewasa dan menggunakan tata
bahasa anak sendiri secara bebas.
PERKEMBANGAN BERBICARA DAN BERBAHASA
A. PERKEMBANGAN BICARA
Bicara merupakan suatu tahap perkembangan yang telah dimulai sejak masa bayi.
Tahap ini dapat dijadikan parameter apakah ada gangguan perkembangan pada
seorang anak. Oleh karena itu perkembangan bicara perlu diperhatikan sedini
mungkin oleh orang tua.
B. KOGNITIF BICARA & BAHASA
Otak terdiri dari otak besar, otak kecil dan batang otak. Otak besar terdiri dari 2 belahan
yaitu belahan otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri adalah terutama berperan dalam
perkembangan bahasa dan bicara karena mengatur kemampuan berbicara, pengucapan
kata dan kalimat, pengertian pembicaraan orang, mengulang kata dan kalimat di samping
kemampuan berhitung, membaca dan menulis. Fungsi otak kanan adalah berperan dalam
bahasa non verbal seperti penekanan dan irama kata, fungsi pengenalan situasi dan
kondisi, pengendalian emosi, kesenian dan kreativitas, dan pola berpikir secara holistik.
Kedua belahan otak berhubungan melalui suatu jalinan serabut saraf dan kerjasama
terjadinya melalui suatu bagian yang disebut korpus kalosum, walau untuk suatu aktifitas
tertentu salah satu bagian otak yang akan berpengaruh.
C. MACAM BAHASA DALAM PERKEMBANGAN BICARA
1. Bahasa reseptif yang sudah ada pada masa preverbal adalah masa mulai tangisan
pertama sampai keluar kata pertama anak. Bayi memproduksi bahasa prelinguistik
yang biasanya sesuai dengan pengasuhnya. Bahasa yang semula dikeluarkan
adalah cooing atau suara seperti “vokal” tertentu (seperti “au” atau “u”). Tahap
prelinguistik ini biasanya terdengar pada saat bayi berusia 4-6 minggu.
9
2. Bahasa ekspresif atau masa verbal adalah kemampuan seorang anak untuk bicara
dengan mengeluarkan kata-kata yang berarti (biasanya terjad pada usia 12-18
bulan), kata “mama” atau “papa”.
Selain kedua jenis bahasa tersebut dikenal pula “bahasa visual”. Tahap bahasa yang
berhubungan dengan emosi ini, muncul dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi.
Bahasa visual yang dapat dilihat pada seorang bayi atau anak antara lain :
1. Senyum sosial yang terjadi pada saat bayi berusia 4-6 minggu
2. Bayi usia 2-3 bulan akan mulai memperhatikan orang dewasa yang sedang bicara
dan ketika orang dewasa tersebut berhenti bicara, bayi akan mengeluarkan suara
lagi. Interaksi seperti ini merupakan dasar adanya interaksi pada seorang anak,
yang merupakan awal dari tahapan bicara.
3. Pada usia 4-5 bulan harus terlihat mencari sumber suara
4. Pada usia 6-7 bulan bayi akan menikmati permainan seperti “ciluk ba”
5. Usia 9 bulan bayi mulai menggunakan tangannya untuk melakukan kegiatan
sederhana seperti “melambaikan tangan” sebagai ekspresi interaksi social
6. Pada usia 9-12 bulan bayi memperlihatkan keinginannya pada suatu obyek
dengan meraih , atau menangis bila tidak mendapatkannya
7. Pada usia 10-12 bulan bayi mulai menggunakan jarinya untuk menunjuk sesuatu
yang menarik sambil berbagi pada orang lain.
D. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA BALITA
1. BARU LAHIR: MENANGIS
Menangis adalah “percakapan sosial” pertama sang bayi. Tangisan di bulan pertama
terdengar monoton, baik ketika ia lapar, sakit, ataupun merasa tak nyaman. Melalui
tangisan, bayi berinteraksi dengan lingkungan. Ia tengah berkomunikasi untuk
10
menyampaikan kebutuhannya kepada orang lain.Sebaliknya, dengan menangis si kecil
belajar, setiap tangisan ternyata punya makna tersendiri. Penggunaannya berbeda-beda
dan bisa ditangkap maksudnya oleh orang lain.
2. 1-4 BULAN: BAHASA TUBUH DAN SUARA VOKAL (smiling, cooing)
Sampai usia 4 bulan, bayi masih banyak berkomunikasi dengan cara menangis. Namun di
usia 1,5 bulan si kecil mulai memunculkan tangis yang berbeda-beda. Tangisannya tidak
lagi monoton seperti ketika baru lahir. Contoh:
Bila sakit diungkapkan dengan tangisan melengking keras diselingi rengekan dan
rintihan.
Bila merasa tak nyaman akibat kepanasan atau cari perhatian umumnya bayi
mengeluarkan rengekan yang terputus-putus.
Tangisan lapar terdengar keras dan panjang diselingi gerakan mengisap pada
mulut mungilnya.
Di usia ini, selain menangis bayi berkomunikasi dengan menggumam bunyi vokal meski
belum begitu jelas. Umumnya terdengar seperti bunyi “aaah” atau “oooh”.
Ada juga yang bergumam “uuuh” dan “eeeh”. Gumaman ini biasanya keluar saat bayi
“mengutarakan” perasaan, seperti senang atau tak suka. Ketika gembira diajak bermain,
gumaman yang keluar mungkin bernada panjang “aaah”.
Gumaman ini sebetulnya merupakan hasil tekanan pada otot-otot bicaranya.
Di usia 4 bulan, bayi mulai tertawa nyaring dan mampu mengeluarkan suara dari
tenggorokan. Jadi, tak lagi hanya sebatas gumaman. Ia juga mulai mengekspresikan
keterampilannya menunjukkan bahasa tubuh. Kendati bentuknya masih amat sederhana,
seperti tersenyum saat memandang wajah orang yang dikenalnya, mengerutkan dahi
ketika merasa tak nyaman, dan mulai memalingkan wajah ke arah sumber bunyi ketika
dipanggil.
3. 5-7 BULAN: KELUAR OCEHAN (babbling)
11
Di usia ini bayi mulai mengeluarkan suara ocehan pendek berupa suku kata (gabungan
huruf mati dan huruf hidup), seperti “ba”, “da”. Ocehannya masih terbatas pada bunyi-
bunyi eksplosif awal yang muncul karena adanya perubahan mekanisme suara.
Bayi amat senang dengan bentuk komunikasi berupa ocehan ini. Jika gembira bermain,
bayi akan mengeluarkan ocehan yang lebih lama dan panjang. Ocehan ini kelak akan
berkembang menjadi celoteh (memadukan berbagai suku kata) dan selanjutnya menjadi
kata demi kata.
Di usia ini, bayi juga mulai belajar mengomunikasikan perasaannya tidak melulu lewat
tangisan. Kalau ia tak suka, misalnya, ia mengeluarkan suara seperti melenguh.
Sebaliknya, jika sedang merasa senang, ocehannya bertambah keras. Bahkan akan
menjerit kesenangan meski belum dengan nada tinggi.
4. 7-8 BULAN: OCEHAN MENINGKAT (babbling)
Ocehan bayi makin panjang, semisal “bababa” atau “dadada”. Kuantitasnya juga
meningkat dengan cepat di antara bulan ke-6 sampai ke-8. Di tenggang waktu ini,
orangtua diharapkan memberi stimulasi yang tepat dengan lebih sering mengajak bayi
bercakap-cakap dalam intonasi naik turun dan ekspresif agar mudah ditangkap.
5. 8-12 BULAN: KELUAR CELOTEHAN PANJANG (lalling)
Ocehan konsonan-vokal seperti “dadada”, “uh-uh-uh” dan “mamama” akan meningkat
jadi celoteh yang maknanya dalam. Pertama, berceloteh adalah dasar bagi perkembangan
berbicara. Kedua, celoteh adalah bagian dari komunikasi bayi dengan orang lain. Ini
terlihat ketika ia mendapat respons terhadap celotehnya, bayi akan lebih giat berceloteh
dibandingkan bila ia berceloteh sendirian. Ketiga, dengan berceloteh bayi merasa menjadi
bagian dari kelompok sosial karena celotehnya ditanggapi. Ini akan membuat bayi
mengembangkan rasa percaya dirinya yang kelak akan sangat menentukan
kemandiriannya.
6. 11-14 BULAN: KATA-KATA PERTAMANYA NYARIS LENGKAP (speaking)
12
Secara spesifik, bayi mampu mengucapkan satu patah kata yang berarti meskipun belum
sempurna/lengkap, misalnya “ma” untuk mama, “pa” untuk papa, “num” untuk minum,
dan “nen” untuk menetek. Di usia ini bayi juga sudah mampu melakukan tugas yang
diminta seperti “lempar bolanya!” atau “ayo minum” sambil orangtua menunjuk benda
yang dimaksud.
7. 18-24 bulan
Mulai mengucapkan kalimat, perbendaharaan kata bertambah, bisa mengucapkan 2
kata atau frase, memahami pertanyaan sederhana
8. 2 tahun
Bisa mengucapkan aku, kamu, memahami kata kerja, bisa mengungkapkan perasaan
9. 2½ tahun
Perbendaharaan kata meningkat tajam, bisa membandingkan dua hal
10. 3 tahun
Mulai mengucapkan struktur kalimat yang benar, tapi tetap dalam bentuknya yang
sederhana, 3-4 kata
11. 4 tahun
Terbiasa menggunakan semua bentuk dasar kalimat dalam bentuk yang sederhana,
menggunakan kata sifat, 6-8 kata per kalimat, sanggup mengikuti percakapan yang
panjang
12. 5 tahun
Menggunakan bahasa sebagai alat pergaulan, kalimat yang lebih panjang dan lebih
kompleks, bisa menanyakan ’kenapa’ dan beberapa bentuk pertanyaan lainnya,
menjelaskan situasi, tidak lagi menggunakan artikulasi yang kekanak-kanakan
13. 6 tahun
13
Mengetahui lebih banyak perbendaharaan kata lagi, menggunakan lebih banyak kata
depan, mengucapkan ’karena’ lebih banyak, lebih memahami sintaksis
14. 7-9 tahun
Kalimat yang kompleks, artikulasi yang tepat untuk semua pembicaraan, grammar
atau tata bahasa menjadi lebih baik
15. 10-15 tahun
Kemampuan untuk mempelajari bahasa asing, memahami konsep-konsep yang lebih
rumit
16. 15 tahun
ke atas Pertambahan perbendaharaan kata berlanjut hingga dewasa
Ada sekitar 9 tanda yang dipakai bayi untuk mengekspresikan perasaan bayi
sebelum bayi bisa bicara yaitu :
Tertarik akan sesuatu,tampak bayi memperhatikan dengan melihat dan mendengar
sesuatu (biasanya alis matanya akan sedikit tertarik ke bawah atau ke atas)
Menikmati, bayi tersenyum sambil membuka bibir
Surprise, wajah disertai alis terangkat, mata lebih lebar dengan mulut membentuk
huruf "o"
Distrese, bayi tampak menangis, alis berkerut, dengan sudut mulut ke bawah
Marah, muka bayi tampak lebih merah, mata mengecil
Takut, kulit bayi tampak lebih pucat, dingin, bergetar atau bulu berdiri
Malu, diperlihatkan dengan bulumata yang lebih tertarik ke bawah, tonus otot di
wajah dan leher berkurang yang menyebabkan kepala bayi tertarik ke bawah
Jijik, diperlihatkan dengan mulut dan lidah berkerut
Tak suka bau tertentu,mulut dan hidung bayi terangkat dengan kepala sedikit
manjauh
14
Perbendaharaan Kata
Perkembangan jumlah perbendaharaan kata adalah salah satu aspek dari perkembangan
bahasa. Jumlah perbendaharaan kata pada seseorang sangat berbeda dengan orang lain.
Semua dipengaruhi oleh lingkungan individu tersebut juga kondisi fisiologis dan
psikologisnya.
Pertambahan perbendaharaan kata yang sangat drastis terjadi antara tahun kedua dan
ketiga usia anak. Hal ini mungkin disebabkan lantaran si anak sudah memiliki
kemampuan lokomotor dan mulai sibuk menjelajahi dunia barunya.
Hubungan Usia dengan Perbendaharaan Kata
6 bulan 0
1 tahun 1-4
1½ tahun 10-24
2 tahun 250-300
2 ½ tahun 440-500
3 tahun 850-1000
3 ½ tahun 1200-1300
4 tahun 1450-1580
4 ½ tahun 1700-1870
5 tahun 1900-2100
5 ½ tahun 2200-2289
6 tahun 2500-3000
6 tahun ke atas Terus bertambah sampai tua
15
Panjang Respon Berdasarkan Usia
o ½ tahun Kalimat satu kata ”Bola”, ”Atas” (biasanya diiringi isyarat)
o 1 ½ – 2 tahun Kalimat dua kata ”Mama pergi”, ”Mau makan”
o 2 tahun Kalimat 3-5 kata ”Mobil besar itu”, ”Itu buku mama”
o 3 tahun Kalimat 4-6 kata ”Aku punya anjing putih”
o 4 tahun Kalimat 6-8 kata ”Aku punya anjing dan kucing besar”
o 5 tahun Kalimat 7-10 kata ”Kenapa Mama tidak ikut di dalam mobil ini?”
o 6 tahun Kalimat >9 kata ”Toni tidak jadi ke sekolah karena dia sedang
sakit perut”
o 6 tahun ke atas Kalimat yang lebih rumit dan lebih panjang ”Aku akan
membawa bola itu ke lapangan dan bermain bersama teman-teman
sekolahku sampai nanti sore”
Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang
tua yang dilakukan dengan 2 cara yaitu secara spontan dan melalui penugasan dari orang
dewasa untuk menirukan secara spontan bahasa orang dewasa dan menggunakan tata
bahasa anak sendiri secara bebas.
Adapun beberapa cara orang dewasa mengajarkan bahasa bayi sebagai berikut :
1. Motherese, recasting (menyusun ulang).
2. Echoing (menggemakan)
3. Expanding (memperluaskan)
4. Labeling (memberi nama).
16
? Motherese yaitu berbicara pada bayi dengan suatu frekuensi dan hubungan yang lebih
luas dan menggunakan kalimat yang sederhana.
? Recasting yaitu suatu pengucapan makna/kalimat yang sama dengan menggunakan cara
yang berbeda contohnya : dengan mengubah suatu pertanyaan.
? Echoing adalah mengulangi apa yang telah dikatakan anak, khususnya
ungkapan/ucapan (bahasa) anak yang belum sempurna.
? Expanding adalah menyatakan ulang apa telah dikatakan anak dalam bahasa yang baik
untuk suatu kosa kata (ucapan).
? Labeling adalah mengidentifkasi nama-nama benda.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang
berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :
1. Tahap eksternal
Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari
luar diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung
jawab dengan anak.
2. Tahap egosentris
Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang
dewasa.
3. Tahap Internal
Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan
berbicara sepenuhnya.
Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik,
contohnya melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar,
mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah
dipahami, menyebutkan nama jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung
seperti : dan, karena, tetapi.
17
Gangguan Bicara dan Bahasa
HAL YANG MENYEBABKAN GANGGUAN BERBICARA DAN BERBAHASA
1. GANGGUAN PENDENGARAN.
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan
disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada
keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa
karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami
infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan
biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang
dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat
ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat,
infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat
(hiperbilirubin).
Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila
kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan
pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9
bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam
akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam.
Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf
degeneratif.
2. KELAINAN ORGAN BICARA.
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang
bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi,
adenoid atau kelainan laring.
Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan
mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula
mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.
Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa
18
rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”,
”k”, dan ”g”.
3. RETARDASI MENTAL
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak
lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan
bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai
keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
4. GENETIK HERIDITER DAN KELAINAN KROMOSOM
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga
terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.
Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat
keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara
sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom
47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat
dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
5. KELAINAN SENTRAL (OTAK)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan
kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih
rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti
pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
6. AUTISME
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme
adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi
dan interaksi sosial.
7. MUTISM SELEKTIF
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau
bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu.
Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang
lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut
sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak
19
dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit
rendah.
8. GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU LAINNYA
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,
gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya
diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya
9. ALERGI MAKANAN
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga
mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan
bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada
gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya
keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak
tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.
10. DEPRIVASI LINGKUNGAN
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari
lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan
berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak
berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami
kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena
penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena
kurang gizi atau penelantaran anak.
11. MENGALAMI GANGUAN PADA OTOT BICARA.
Ciri yang paling utama pada penderi gangguan otot bicara adalah lafal bicara si
kecil tak kunjung sempurna. Kadang otaknya sudah memerintahkan untuk
menjawab dengan benar, tapi yang keluar dari mulut tetap tidak jelas karena
adanya gangguan neurologis atau persarafan.
12. GANGGUAN FONASI.
Dihubungkan dengan kelainan di laring dengan segala penyebabnya seperti adanya
selaput laring, kelainan pita suara (paralisis, papilloma, kista), laringocele, trauma laring,
penggunaan suara yang berlebihan dan kelainan struktur laring lainnya. Gangguan fonasi
20
berkaitan dengan nada suara dan akan menghasilkan mulai suara serak, suara kasar atau
suara seperti mendesah, disfonia sampai afonia.
13. GANGGUAN ARTIKULASI.
Biasanya disebabkan karena kelainan rongga resonansi, mulai dari pita suara sampai bibir
dan hidung. Gangguan artikulasi menimbulkan kelainan suara seperti suara hipernasal,
hiponasal dan disarthria.
Keterlambatan Bicara Fungsional
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh
sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan
maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini
disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering
dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga.
Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik.
Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2
tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan
bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan
masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan
perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain adalah anak tidak
menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan
gangguan psikologis lainnya.
Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang mengalami
gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna. Gangguan saluran cerna
adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus, muntah, konstipasi, diare atau berak
darah. Lidah tampak timbal geographic tounge, drooling (sialore) atau halitosis.
21
Seringkali disertai gangguan tidur malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik,
mengigau, tertawa, menangis dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.
Cara Membedakan Berbagai Keterlambatan Bicara
Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif, kemampuan pemecahan masalah
visuo-motor dan pola keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan penyebab
kesulitan berbicara.
Tabel 1. Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan berbahasa dan bicara
Diagnosis Bahasa reseptifBahasa
ekspresif
Kemampuan pemecahan
masalah visuo-motor
Pola perkembangan
Keterlambatan fungsional
normal Kurang normal NormalHanya ekspresif yang terganggu
Gangguan pendengaran
Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi
Redartasi mental Kurang normal Kurang normal Kurang normalKeterlambatan
global
Gangguan komunikasi
sentralKurang normal Kurang normal normal Disosiasi, deviansi
Kesulitan belajar
normal,
kurang normalNormal
normal,
kurang normalDisosiasi
Autis Kurang normalnormal,
kurang normalTampaknya
normal, normal, Deviansi, disosiasi
22
selalu lebih baik dari bahasa
Mutisme elektif normal Normal
normal,
kurang normal
Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau nonfungsional
harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab keterlambatan bicara. Untuk
memastikan status keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala
keterlambatan nonfungsional. Gejala umum keterlambatan bicara nonfungsional adalah
adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-
motor dan keterlambatan perkembangan,
Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan
atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor
otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata,
cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.
Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang
berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10
minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.Tanda lainnya
tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15
bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan
Tabel 2. Tampilan klinis keterlambatan bicara yang sering dikaitkan dengan keterlambatan bicara nonfungsional
4 - 6 BULAN
* Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
23
8 - 10 BULAN
* Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;
* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
12 - 15 BULAN
* 12 bulan, belum menunjukkan mimik;
* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;
* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag";
* 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;
18 - 24 BULAN
* 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;
* 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
* 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;
* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya
30 - 36 BULAN
* 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;
3 - 4 TAHUN
* 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;
* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya";
* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.
24
Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah:
1 LINGKUNGAN YANG SEPI
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi
bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan
bicara dan bahasa pada anak.
2 STATUS EKONOMI SOSIAL
Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai
anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang
tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.
3 TEHNIK PENGAJARAN YANG SALAH
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan
perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi
karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
4 SIKAP ORANG TUA ATAU ORANG LAIN DI LINGKUNGAN RUMAH YANG
TIDAK MENYENANGKAN
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak
senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak
untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.
5 HARAPAN ORANG TUA YANG BERLEBIHAN TERHADAP ANAK
Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap
anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan
harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan
menghambat kemampuan bicarnya.
6 ANAK KEMBAR
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama
dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan
lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling
meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara
yang sama –sama belum bagus.
25
7 BILINGUAL ( 2 bahasa)
Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun
keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki
kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. Smith meneliti pada
kelompok anak bilingual tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang
dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan yang
tinggi.
BAB III
KESIMPULAN
1. Sejak lahir proses perkembangan berbicara dan berbahasa telah dimulai dan
memerlukan interaksi yang baik antara bayi atau anak dengan ibu, ayah dan
lingkungan lainnya.
2. Dengan mengetahui standar perkembangan normal, keterlambatan dan gangguan
bicara dan bahasa pada anak secara dini bisa diketahui.
3. Gangguan proses berbicara dan berbahasa ditangani dengan mengoreksi faktor yang
mempengaruhinya baik organik maupun fungsional.
4. Perlu pemeriksaan dan kerjasama dari berbagai disiplin ilmu untuk mendiagnosa dan
dalam penatalaksanaan anak dengan gangguan bicara dan bahasa seperti ahli THT,
anak, saraf, psikolog, psikiater, terapis wicara, terapis fisisk, terapi pedagogi, pekerja
sosial, ahli radiologi dan lain-lain.
26
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
1. Victor M, Ropper AH. Priciples of Neurology Adams and Victor’s, seventh
edition. McGraw-Hill.2001.
2. Lundsteen SW, Tarrow NB. Guiding young children’s learning. New York; Mc
Graw Hill; 1981.
3. Myklebust M. Prelinguistic Communication. In: Yule W, Rutter M,eds.
Language development and disorders; Clinics in developmental medicine. 1968.
4. Guyton AC, Hall JE. Dalam : Irawati Setyawan, penyunting. Buku ajar fisiologi k
edokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC, 1997 ; 90919
5. Myklebust M. Prelinguistic Communication. In: Yule W, Rutter M,eds.
Language development and disorders; Clinics in developmental medicine. 1968.
27
28