refrat farmasi.docx

67
Makalah Farmasi FLUOR ALBUS Oleh: Pupus Ledysta G99141056

Upload: ichadithyana

Post on 05-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Farmasi.docx

Makalah Farmasi

FLUOR ALBUS

Oleh:

Pupus Ledysta

G99141056

KEPANITERAAN KLINIK UPF/LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR.MOEWARDI

SURAKARTA

2015

Page 2: Refrat Farmasi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Fluor  albus (leukorea, keputihan) bukanlah suatu penyakit melainkan

gejala, berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan

bukan merupakan darah. Dalam dunia kedokteran disebut sebagi leukorea / white

dischargea / vaginal dischargea.

Fluor albus dibagi menjadi: fisiologik (normal) dan patologik (tidak

normal). Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat

ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan

kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin. Fluor albus yang patologis

diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih

proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia,

Treponema, Kandida, Human papiloma virus, dan herpes genitalis.

Penyebab paling penting dari fluor albus patologik adalah infeksi.

Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan

pemeriksaan penunjang. Prefentif: Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara

seperti memakai alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau

melakukan pemeriksaan secara dini. Kuratif : Pada fluor albus fisiologis tidak ada

pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan

kecemasannya. Pada fluor albus patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan

dengan etiologinya.

Page 3: Refrat Farmasi.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) bukanlah suatu

penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat

genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal,

kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar,

bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari

kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas

bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ

berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang

ditutupi epitel gepeng berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel

vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan

dinding belakang saling bersentuhan.

Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari

tubuh sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi

normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna

kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak

mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal

vagina meliputiCorinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus,

Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma danCandida spp. Lingkungan dengan

pH asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan olehLactobacillus

Doderlin.

Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang patologik.

Fluor albus fisiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks),

dinding vagina dan kelenjar bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-

sel dinding vagina yang lepas serta bakteri normal didalam vagina, bersifat

asam dan berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal.

Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini

cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan

sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina,

Page 4: Refrat Farmasi.docx

serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan fluor albus patologik, begitu pula

pada adneksitis. Fluor albus juga ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas,

apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-

alat genital.

B. Epidemiologi

Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang

wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak

mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini

lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial

ekonomi yang rendah.

Flour albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya

Bateri Vaginosis (BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi

vagina), Vulvovaginal Candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur candida

species, 80-90% oleh candida albicans, Trichomoniasis (TM) disebabkan oleh

trichomoniasis vaginalis, angka kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi

vagina. 

C. Etiologi

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan

pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding

lateral dan anterior vagina.

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah

pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

2. Menjelang atau setelah haid.

3. Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,

disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini

berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada

senggama.

4. Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.

Page 5: Refrat Farmasi.docx

5. Kehamilan

6. Stres, kelelahan

7. Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

8. Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita

dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis

uteri.

Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:

1. Infeksi

a. Bakteri :

1) Gonococcus

Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative

“Neisseria gonorrhoeae” ditemukan oleh Neisser in 1879. N.

gonorrhoeae adalah diplokok berbentuk biji kopi, bakteri yang

tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram

negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro, bersifat tahan asam. Bakteri

gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung

mempengaruhi transmisi seksual.  Bakteri ini bersifat tahan

terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam

pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi

untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin

dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah

kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan

pH 7.2-8.5 untuk pertumbuhan yang optimal.

Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam.

Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram

negative, terlihat diluar dan dalam leukosit, kuman ini tidak tahan

lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak

tahan zat desinfektan.

Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1

dan 2 yang mempunyai pili dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang

tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat

Page 6: Refrat Farmasi.docx

pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi radang.

Organisme ini menyerang membran mukosa, khususnya epitel

kolumnar yang terdapat pada uretra, servik uteri, rectum, dan

konjungtiva.

Gambar 1. Bakteri N. Gonorrhoeae

Gambaran tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan Pap

Smear, tetapi biasanya bakteri ini diketahui pada pemeriksaan

sedian apus dengan pewarnaan Gram. Cara penularan penyakit ini

adalah dengan senggama.

2) Chlamidia trachomatis

Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal

dengan penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada

cairan vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing

dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.

Dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan

pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi

yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina.

Page 7: Refrat Farmasi.docx

Gambar 2. Bakteri Chlamidia trachomatis

Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya

perubahan sel akibat infeksi clamidia ini karena siklus hidupnya

tidak mudah dilacak.

3) Gardanerrella vaginalis

Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak

spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme

normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini

biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk

bentukan khas dan disebut clue cell. Pertumbuhan yang optimal

pada pH 5.0-6.5.

Gambar 3. Bakteri Gardanerrella vaginalis

Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah

menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau amis seperti ikan.

Page 8: Refrat Farmasi.docx

4) Treponema Pallidum (= Spirochaeta pallida)

Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada

perkembangan penyakit dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di

vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri berbentuk

spiral P: 6 – 15 μ, L: 0,25 μ, lilitan: 9 – 24 dan tampak bergerak

aktif (gerak maju & mundur, Berotasi undulasi sisi ke sisi) pada

pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap.

Gambar 4. Bakteri Treponema Pallidum

Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup

beberapa lama di luar tubuh. Penularan dapat secara kontak

langsung yaitu melalui coital à STD dan dapat juga melalui non-

coital (jarum suntik) à sulit terjadi.

b. Jamur

1) Candida albicans

Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih

susu seperti susu pecah atau seperti keju, dan sering disertai gatal,

vagina tampak kemerahan akibat proses peradangan. Dengan KOH

10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohifa).

Page 9: Refrat Farmasi.docx

Gambar 5. Jamur Candida albicans

Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang

subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, diabetes

mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga

biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling

menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai

phenomena ping-pong.

c. Parasit

1) Trichomonas vaginalis

Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan

dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat

dipantau dengan mikroskop.

Gambar 6. Parasit Trichomonas vaginalis

Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun

jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti

handuk atau bibir kloset.

Page 10: Refrat Farmasi.docx

d. Virus

1) Virus Herpes simpleks

Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes

simpleks tipe 2 yang merupakan penyakit yang ditularakan melalui

senggama. Namun 15-35% dapat juga disebabkan virus herpes

simpleks tipe 1.

Gambar 7. Virus Herpes simpleks

Pada awal infeksi tampak kelainan kulit seperti melepuh

seperti terkena air panas yang kemudian pecah dan meimbulkan

luka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.

2) Human Papilloma Virus

Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm )

yang mempunyai genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh

kapsid (kapsid ini berperan pada tempat infeksi pada sel) yang

tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral.

Berkembang biak pada inti sel.

Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari

kondiloma akuminata. Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya

kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu

membentuk jengger ayam berukuran besar.

Page 11: Refrat Farmasi.docx

Gambar 8. Human Papilloma Virus

Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini

ditularkan melalui senggama dengan gambaran klinis menjadi

lebih buruk bila disertai gangguan sistem imun tubuh seperti pada

kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti pada pasien dengan

gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita HIV

AIDS.

2. Iritasi :

a. Sperma, pelicin, kondom

b. Sabun cuci dan pelembut pakaian

c. Deodorant dan sabun

d. Cairan antiseptic untuk mandi.

e. Pembersih vagina.

f. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

g. Kertas tisu toilet yang berwarna.

3. Tumor atau jaringan abnormal lain

Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat

gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga

menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah

rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya

pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan O2 pada

sel tumor atau kanker tersebut.

Page 12: Refrat Farmasi.docx

Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang

banyak dan berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut

dan sering kali disertai adanya darah yang tidak segar.

4. Benda asing

Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda

tertentu yang dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang

digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran

caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka

akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang

berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.

5. Radiasi

6. Fistula

7. Penyebab lain :

a. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

b. Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

D. Patogenesis

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret

vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu

diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh

jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak

sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung

sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan

bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang

dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,

glikogen, dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan

endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari

estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan

Page 13: Refrat Farmasi.docx

produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-

4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan

oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena

perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal

sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi

adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi,

kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol,

pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang

tinggi.

Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen

saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena

kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel

vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida

albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini

bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan

obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan

progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen

sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas

vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena

pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina

sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi,

hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina

tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.

Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat

menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus

acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan

Gardnerellavaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya

dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya

Page 14: Refrat Farmasi.docx

amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina.

Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor albus pada

vaginosis bacterial.

Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita

tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada

perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada

perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang

kuat.

E. Gambaran Klinis

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret

vagina merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu

yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya

dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:

1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

2. Sekret vagina yang bertambah banyak

3. Rasa panas saat kencing

4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah

orifisium uretra eksternum merah, edema, labia mayora dapat bengkak, merah

dan nyeri tekan. Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih

dikenal dengan nama gonorrhea ini berwarna putih kental/ kekuningan

(mukopurulen) yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah

putih yang mengandung Neisseria gonorrhea.  Kadang-kadang kelenjar

bartholini ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada

pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret

mukopurulen.

Page 15: Refrat Farmasi.docx

Gambar 9. Gambaran klinis servisitis GO

Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang

berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina

yang abnormal.

Gambar 10. Gambaran klinis servisitis non GO

Vaginosis bacterial menyebabkan sekret vagina yang keruh, encer,

putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau amis dan juga

memberikan gambaran vulva dan vagina yang hiperemis, sekret yang melekat

pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada

pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur

darah yang keluar dari ostium uteri internum. Bau semakin bertambah setelah

hubungan seksual.

Gambar 11. Gambaran klinis Vaginosis bacterial

Pada sifilis yang disebabkan oleh bakteri Triponema Pallidum tampak

cairan putih kekuningan, bau anyer, terdapat luka pada bibir kemaluan, yang

Page 16: Refrat Farmasi.docx

tidak nyeri, disertai pembesaran kelenjar getah bening pada lipatan paha kanan

kiri.

Gambar 12. Gambaran klinis sifilis

Pada Kandidiasis Vaginalis dapat ditemukan peradangan pada vulva

dan vagina, gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan

bengkak. Pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil

berwarna putih yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah.

Sekret vagina menggumpal putih kental.

Gambar 13. Gambaran klinis Kandidiasis VulvoVaginalis

Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak

merah, sembab dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih saat berkemih.

Pada pria sering tanpa gejala sehingga mereka tidak menyadari dan

menularkan pada istri atau pasangannya.. Kadang terbentuk abses kecil pada

dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi berwarna merah

dan dikenal sebagai Strawberry appreance. Bila sekret banyak dikeluarkan

Page 17: Refrat Farmasi.docx

dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna.

Sekret vagina biasanya sangat banyak, berwarna kuning kehijauan,

berbusa/berbuih menyerupai air sabun dan berbau busuk.

Gambar 14. Gambaran klinis Trikomoniasis/ Vaginitis Trikomonal

Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva,

labia mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat

dilihat adanya ulkus-ulkus pada vagina dan serviks.

Gambar 15. Gambaran klinis Herpes Genitalis

Pada Kondiloma akumilata yang disebabkan oleh Human Papiloma

Virus tampak cairan vagina berwarna keputihan, berbau amis, disertai

kumpulan kutil menyerupai jengger ayam.

Page 18: Refrat Farmasi.docx

Gambar 16. Gambaran klinis Kondiloma akumilata

Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan

dengan permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi

granuler, berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik.

Disamping itu tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk.

Gambar 17. Gambaran klinis Ca Cervix

F. Diagnosis

Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran

klinis dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

a. Usia

Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi

wanita atau wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena

kadar estrogen yang tinggi dan merupakan fluor albus yang fisiologis.

Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu

Page 19: Refrat Farmasi.docx

penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada

wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya

keganasan terutama kanker serviks.

b. Metode kontrasepsi yang dipakai

Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi

kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi

jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada

serviks menjadi meningkat.

c. Kontak seksual

Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea, Kondiloma

Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan

kontak seksual terakhir dan dengan siapa melakukan.

d. Perilaku

Pasien yang tinggal di asrama atau bersama temannya kemungknan

tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup

besar. Contoh: kebiasan yang kurang baik tukar menukar alat mandi atau

handuk.

e. Sifat fluor albus

Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,

keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama

kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail

karena dengan mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan

kemungkinan etiologinya

f. Hamil atau menstruasi

Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena

pada keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.

g. Masa inkubasi

Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau

pengaruh rangsangan fisik

1) Penyakit yang diderita

2) Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.

Page 20: Refrat Farmasi.docx

2. Pemeriksaan Fisis dan Genital

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi

adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi

lainnya yang mungkin berkaitan dengan fluor albus.

Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah

pemeriksaan genetalia yaitu meliputi:

a. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna

b. Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks

c. Pemeriksaan pelvis bimanual

Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan

lender vagina. Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat

diketahui kemungkinan penyebabnya.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

a. Pengukuran pH

Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)

Hasil pengukuran pH cairan vagina

1) Pada pH vagina 7.2-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus

2) Pada pH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella

vaginalis

3) Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican

4) Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis

tetapi tidak cukup spesifik.

b. Penilaian sedian basah

Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH10%

dan NaCl 0.9%. Cairan dapat diperiksa dengan melarutkan sampel

dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua

di larutkan dalam KOH10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa

di mikroskop.

Page 21: Refrat Farmasi.docx

1) Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9%

sebagai parasit berbentuk lonjong dengan flagelanya dan

gerakannya yang cepat.

2) Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel

ragi (blastospora) atau hifa semu.

3) Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella

vaginalis pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil,

lekosit yang tidak seberapa banyak dan banyak sel-sel epitel yang

sebagian besar permukannya berbintik-bintik. Sel-sel ini

disebut clue cell yan merupakan ciri khas infeksi  Gardnerella

vaginalis.

c. Perwarnaan Gram

1) Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus

intra dan ekstra seluler.

2) Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang

berukuran kecil gram negative yang tidak dapat dihitung

jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa

ditemukan laktobasil.

d. Kultur

Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,

tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam

penafsiran.

e. Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis

dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.

f. Tes Pap Smear

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada

serviks, infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi

hormonal, dan evaluasi hasil terapi.

Page 22: Refrat Farmasi.docx

Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus

ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:

1. Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah

2. Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina

3. Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu

4. pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.

G. Penatalaksanaan

1. Preventif

Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat

pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan

pemeriksaan secara dini.

a. Alat pelindung

Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya

PHS dapat dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup

efektif mencegah terjadinya penularan PHS termasuk AIDS.

b. Pemakaian obat atau cara profilaksis

Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada

hubungan yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak

ada jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap microorganism

penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik dengan dosis

profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga merugikan karena selain

kuman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat

jenis tersebut. Pemakaian obat yang mengandung estriol baik krem

maupun obat minum bermanfaat pada pasien menaupose dengan gejala

yang berat.

c. Pemeriksaan secara dini

Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan

Pap smear secara berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat

diamati adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker yang terjadi

berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher rahim

Page 23: Refrat Farmasi.docx

memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah

muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah

intim sebagai tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:

a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat

cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

b. Setia kepada pasangan.

c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana

dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana

terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada

waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu

dari arah depan ke belakang.

e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih

vagina.

f. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi

pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

g. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak

duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan

kloset sebelum menggunakannya.

2. Kuratif

a. Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan

untuk menghilangkan kecemasannya.

b. Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.

Page 24: Refrat Farmasi.docx

1) Bakteri

a) Gonorhoea

Tiamfenikol 3,5 gram oral

Ofloksasin 400 mg/oral

Kanamisin 2 gram im

Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau Amoksisiklin 3 gr

IM

Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : Doksisiklin 2 x

100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral

selama 7 hari

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

b) Klamidia trakomatis

Ceftriakson 125 mg SD IM

Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari

Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari

selama 14hari

Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2

tablet/hari selama 10 hari

c) Gardnerella vaginalis

metronidazol 500mg, SD selama 7 hari

klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr

metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr

Alternatif lain:

metronidazol 2 gr, oral, SD, atau

klindamisin 300 mg, oral, 2x /hr, 7 hr

Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

d) Treponema Pallidum

Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal

atau doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.

Page 25: Refrat Farmasi.docx

2) Jamur

Pada infeksi candida albicans dapat diberikan:

a) Sistemik :

Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.

Flukonazole 150 mg dosis tunggal

Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari

Nimorazol 2 gram dosis tunggal

Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

b) Topikal :

Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 – 14 hari

Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari.

Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini

diberikan seminggu sebelum haid selama beberapa bulan.

3) Parasit

Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan

a) Harus diberikan pd yg bergejala maupun tidak

Metronidazol 2 gr dosis tunggal, atau

metronidazol 2x 500 mg, 7 hr.

b) Mitra seksual harus diobati: dosis multipel 7 hr

c) Kehamilan: Klotrimazole intravaginal dosis tunggal atau dosis

terbagi

4) Virus

a)  Virus herpes simpleks tipe 2

Lesi Primer

Simptomatis : analgesik, kompres NaCl 0.9%

Page 26: Refrat Farmasi.docx

Anti virus

- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 7-10 hari

- Valasiklovir 2×500 mg/hari selama 7-10 hari

- Famciclovir 3×500 mg/hari selama 7-10 hari

Lesi rekuren

Simptomatis : analgesic

Anti virus

- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5  hari

- Asiklovir 3 x 400 mg oral selama 5 hari

- Asiklovir 2 x 800 mg oral selama 5  hari

- Valasiklovir 2×500 mg/hari selama 5 hari

- Famciclovir 2×125 mg/hari selama 5 hari

- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari

Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah

timbulnya infeksi sekunder

b) Human Papiloma Virus

Pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang rasional

untuk infeksi virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam

penelitian.

Kondiloma Akuminata

Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon

suatu pengatur kekebalan. Dapat diberikan obat topical

podofilin 25% atau podofilotoksin 0.5% ditempat dimana

kutil berada. Bila kondiloma berukuran besar dilakukan

kauterisasi.

Penyebab lain: Vulvovaginitis psikosomatik dengan

pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis

diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.

H. Prognosis

Page 27: Refrat Farmasi.docx

Prognosis flour albus baik karena infeksinya dapat disembuhkan

walaupun dapat timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak

menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik yang sama dapat

dipakai.

Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan

pengobatan yang tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-

96%).

Page 28: Refrat Farmasi.docx

BAB III

STATUS PASIEN

A. Identitas Penderita

Nama : Nn. A

Umur : 17 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Alamat : Purbalingga

Tanggal Periksa : 13 Januari 2014

No. RM : 01277300

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama : Keluar lendir dari kemaluan

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli kulit dengan keluhan keluar lendir dari

kemaluan. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Lendir dirasakan

muncul 2 hari setelah rekreasi sekolah ke Bali dan menggunakan kamar

mandi umum. Lendir berwarna putih kekuningan, konsistensi kental,

berbau tidak sedap. Lendir muncul cukup banyak dan membuat pasien

tidak nyaman. Lendir keluar terus-menerus dan tidak berhubungan dengan

siklus menstruasi. Untuk mengurangi keluhan pasien menggunakan daun

sirih yang direbus, kemudian air rebusannya dipakai untuk membasuh

daerah kemaluannya saat pasien akan tidur.

Pasien juga mengeluhkan gatal dan panas di daerah kemaluan.

Pasien tidak mengeluhkan kemaluan memerah atau bengkak. Pasien tidak

mengeluhkan gangguan BAK.

Page 29: Refrat Farmasi.docx

Pasien belum pernah melakukan hubungan seksual dan selama ini

siklus menstuasinya normal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa : disangkal

Riwayat atopik : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

Riwayat DM : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

Pasien seorang pelajar yang tinggal di rumah bersama dengan

orangtuanya. Mandi dua kali sehari dengan air sumur, berganti pakaian

dua kali sehari, 1 minggu yang lalu pasien berwisata ke Bali dan

menggunakan kamar mandi umum. Pasien belum pernah berhubungan

seksual.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

a. Keadaan Umum : kompos mentis, GCS: E4V5M6, gizi kesan cukup

b. Antropometri

Berat Badan : 45 kg

Tinggi Badan : 155 cm

IMT : 18.73 (kesan: normoweight)

c. Tanda Vital

Tensi : 110/ 70 mmHg

Page 30: Refrat Farmasi.docx

Nadi : 86x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan

cukup

Frekuensi nafas : 22x/menit, thorakoabdominal

Suhu : 36,80C

Kulit : warna coklat, kering (-), turgor menurun (-),

hiperpigmentasi (-), kering (-), teleangiektasis (-),

petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-), pitting oedem (-),

eritem wajah (-)

Kepala : bentuk mesocephal, rambut mudah rontok (-), luka (-),

atrofi m. Temporalis (-).

Mata : mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik

(-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan

diameter (3 mm/3 mm), edema palpebra (-/-), strabismus

(-/-)

Telinga : sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan

tragus (-)

Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)

Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), gusi

berdarah (-), luka pada sudut bibir (-), oral thrush (-)

Leher : JVP R +2 cm, trakea ditengah, simetris, pembesaran

kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-),

distensi vena-vena leher (-)

Axilla : rambut axilla rontok (-)

Thorax : bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan

= kiri, venektasi (-), retraksi intercostal (-), spidernevi(-),

pernafasan thorako abdominal, sela iga melebar (-),

pembesaran KGB axilla (-/-), atrofi m. Pectoralis (-).

Jantung

Inspeksi : ictus kordis tidak tampak

Palpasi : ictus kordis tidak kuat angkat di SIC V 1 cm medial dari

linea medio klavicularis sinistra

Page 31: Refrat Farmasi.docx

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

- Batas jantung kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

- Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parsternalis dekstra

- Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

- Batas jantung kiri bawah : SIC VI linea medioklavicularis

sinistra

Auskultasi :bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler,

bising (-), gallop (-).

Pulmo

a. Depan

Inspeksi

- Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga

tidak mendatar

- Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga

tidak melebar, retraksi intercostal (-)

Palpasi

- Statis : simetris

- Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

- Kanan : sonor, redup pada batas relatif paru-hepar pada SIC

VI linea medioclavicularis dextra, pekak pada batas

absolut paru hepar

- Kiri : sonor, sesuai batas jantung pada SIC VI 2 cm

lateral linea medioclavicularis sinistra

Auskultasi

- Kanan : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan

wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah

halus (-) di bagian basal, krepitasi (-)

Page 32: Refrat Farmasi.docx

- Kiri : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan

wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah

halus (-) di bagian basal, krepitasi (-)

b. Belakang

Inspeksi

- Statis : normochest, simetris.

- Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga

tidak melebar, retraksi intercostal (-)

Palpasi

- Statis : simetris

- Dinamis : pergerakan dada kanan = kiri, fremitus raba kanan

= kiri

Perkusi

- Kanan : sonor

- Kiri : sonor

- Peranjakan diafragma 5 cm kanan = kiri

Auskultasi

- Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan

wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah

halus (-) di bagian basal, krepitasi (-)

- Kiri : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan

wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah

halus (-) di bagian basal, krepitasi (-)

Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding thorak, ascites (-),

venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-),

ikterik (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit hepar (-), bising

epigastrium (-)

Perkusi : tympani, area troube timpani, liver span 10 cm, pekak

alih(-), pekak sisi (-), undulasi (-)

Page 33: Refrat Farmasi.docx

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas

_ _

_ _

Akral dingin Edema

2. Status Dermatologis

Regio genitalia eksterna:

Tampak sekret mukopurulen berwarna putih pekat, konsistesi kental, vulva

tampak kemerahan.

D. Diagnosis Banding

1. Fluor Albus Jamur

2. Fluor Albus Bakterial

3. Vaginitis

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pada pemeriksaan vagina didapatkan pH vagina 5.8

2. Pada pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% tampak sel ragi

(blastospora) atau hifa semu.

F. Diagnosis

Fluor Albus e.c Candida albicans 

G. Terapi

1. Non Medikamentosa

a. Menghindari hubungan seksual hingga gejala membaik

b. Menghindari menggunakan pakaian bawahan ketat dan celana dalam

yang terbuat dari karet sintetik

- -

- -

Page 34: Refrat Farmasi.docx

c. Tidak dianjurkan menggunakan produk yang mengandung parfum

pada luka

d. Menjaga agar bagian vulva tetap kering, tidak lembab

e. Meminum dan menggunakan obat dengan teratur dan sesuai petunjuk,

jika keluhan hilang tetap kontrol ke dokter hingga dinyatakan sembuh

f. Pasien dilarang menggaruk luka

2. Medikamentosa

R/ Fluconazole tab mg 50 No. III

S haustus

R/Ketoconazole 2% cream tube No. I

S ue aplic in locus dollens

Pro: Nn. A (17 tahun)

H. Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad sanam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Ad kosmetikam : bonam

Page 35: Refrat Farmasi.docx

BAB IV

PEMBAHASAN OBAT

ANTIMIKOTIK

A. Definisi

Obat antimikotik atau anti jamur merupakan obat yang digunakan untuk

menghilangkan organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti

cendawan dan ragi, atau obat yang digunakan untuk menghilangkan jamur.

B. Jenis

1. Antimikotik cream

Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina.

Antara lain : ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan

tioconazole.

2. Antimikotik peroral

Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges.Obat-

obatan ini tidak terserap melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut

digunakan untuk mengobati infeksi Candida (guam) pada mulut dan

tenggorokan. itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin

dalam bentuk tablet yang diserap ke dalam tubuh. Digunakan untuk

mengobati berbagai infeksi jamur.

Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang ada.example:

Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang

biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea. Fluconazole umumnya

digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk

mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh

3. Antimikotik injeksi

Page 36: Refrat Farmasi.docx

Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan

caspofungin adalah obat-obatan anti jamur yang sering digunakan dalam

injeksi

C. Infeksi jamur

1. Infeksi jamur sistemik

a. Amfoterisin B

Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces

nodosus.

Mekanisme kerja

Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada

membran sel jamur sehingga  membran sel bocor dan kehilangan

beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada

sel. Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh

pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia.

Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya

perubahan reseptor sterol pada membran sel.

Farmakokinetik

Absorbsi   : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Waktu

paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang  diikuti oleh eliminasi

fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar

mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian.

Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali,

hanya 3 % dari jumlah yang diberikan.

Efek samping

Infus :  kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil,

lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal

ginjal.

50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan

mengalami demam dan menggigil.

Flebitis

Page 37: Refrat Farmasi.docx

Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai

Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B

diberikan bersama flusitosin.

Indikasi

Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis,

aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis.

Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.

Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.

Sediaan

Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg

bubuk

Dosis

Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25

mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan

bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.

Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai

infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu

dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan

b. Flusitosin

Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah

mengalami fluorinasi

Mekanisme kerja

Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin

deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah

mengalami deaminasi menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis protein sel

jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh

metabolit fluorourasil

Farmakokinetik

Page 38: Refrat Farmasi.docx

Absorbsi    : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran

cerna.Pemberian bersama makanan memperlambat penyerapan  tapi

jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat

pada  pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium

hidroksida dan dengan neomisin.

Distribusi :didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan

dengan volume distribusi mendekati total cairan tubuh.

Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui

filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara

200-500µg/ml.

Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai

1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal.

Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara

2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat

sangat memanjang pada penderita insufisiensi ginjal.

Efek samping

Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia,

terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang

sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan

fungsi tulang, dan penderita dengan riwayat pemakaian obat

tersebut.

Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.

Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan

SGOT, hepatomegali.

Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan

halusinasi.

Indikasi

infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat

diberikan per oral.

Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada

kromoblastomikosis

Page 39: Refrat Farmasi.docx

Sediaan dan dosis

Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg

Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang

dibagi dalam 4 dosis.

c. Ketokanazol

Mekanisme kerja

Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi

dengan biosintesis ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan

sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran.

Farmakokinetik

Absorbsi: diserap baik melalui saluran cerna dan  menghasilkan

kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai

jenis  jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada

penderita dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama

antasid.

Distribusi: ketokonazol setelah diserap belum banyak

diketahui.

Ekskresi : Diduga ketokonazol diekskresikan   bersama cairan

empedu ke lumen usus  dan hanya sebagian kecil saja yang

dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang

tidak aktif.

Efek samping

Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.Mual dan

muntah merupakan ESO paling sering dijumpai.ESO jarang :  sakit

kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah,

erupsi kulit, dan trombositopenia.

Indikasi

Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru,

tulang, sendi dan jaringan lemak

Kontraindikasi

Page 40: Refrat Farmasi.docx

Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena

pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada

jari  hewan coba tersebut.

d. Itakonazol

Mekanisme kerja

Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi

dengan enzim yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-

demethylase. Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-methylsterol

dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian

mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membrane

Farmakokinetik

Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila

diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15

hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml.

Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian).

Sediaan dan dosis

Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.

Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8

minggu

Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3

hari.

Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5

hari.

Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.

Efek samping

Kemerahan, pruritus, lesu, pusing, edema, parestesia10-15%

penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu

dihentikan

Indikasi

Page 41: Refrat Farmasi.docx

Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang

sama dengan ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis,

histoplasmosis,koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis, kandidiasis

mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.

e. Fluconazol

Mekanisme kerja

Menghambat sintesis ergosterol membran sel jamur.

Farmakokinetik

Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa

dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung. Kadar

puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg. Waktu

paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi

90% bersihan ginjal.

Sediaan dan dosis

Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul

yang mengandung 50 dan 150mg. Dosis yang disarankan 100-400 mg

per hari. Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150

mg.

Efek samping

Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak.

Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevens Johnson.

Indikasi

Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus

pada penderita AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat

ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan

pada penderita AIDS.

f. Kalium iodide

Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic

sporotrichosis

Page 42: Refrat Farmasi.docx

Efek samping

Rhinitis

Salivasi

Lakrimasi

rasa terbakar pada mulut dan tenggorok

iritasi pada mata

sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu

Dosis

Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan

penuh (1g/ml). Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15

ml. Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih

dilanjutkan sampai sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau

tidak aktif lagi

2. Infeksi jamur topical

a. Griseofulvin

Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh

sejumlah spesies Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah

berbentuk obat oral yang diperuntukkan bagi pengobatan penyakit

dermatophytosis

Mekanisme Kerja

Griseofulvin kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-

potein mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel

jamur.Selain itu, griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi

sintensis asam nukleat.

Farmakokinetik

Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna

bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air. Penyerapan lebih

mudah bila griseofulvin diberikan bersama makanan berlemak

Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam

plasma kira-kira 1 µg/ml setelah 4 jam. Obat ini mengalami

Page 43: Refrat Farmasi.docx

metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-

metilgriseofulvin. Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari

dosis oral yang diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk

metabolit selama 5 hari.

Efek samping

Leukopenia dan granulositopenia  menghilang bila terapi

dilanjutkan.

Sakit kepala keluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang

biasanya hilang sendiri sekalipun pemakaian obat

dilanjutkan.artralgia, neuritis perifer,  demam, pandangan

mengabur, insomnia, berkurangnya kecakapan, pusing dan sinkop,

pada saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut, mual, muntah,

diare dan flatulensi.

Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema

multiform, vesikula dan erupsi menyerupai morbili.

Indikasi

Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang

disebabkan oleh jamur Microsporum, Tricophyton, dan

Epidermophyton.

Sediaan dan dosis

Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg

dan suspesi mengandung 125 mg/ml.

Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari

Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal.

Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis yang diberikan dibagi

empat dan diberikan setiap 6 jam

Kontaindikasi

Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita

penyakit liver karena obat ini menyebabkan kerusakan fungsi hati

b. Mikonazol

Page 44: Refrat Farmasi.docx

Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif

stabil, mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur

sistemik maupun jamur dermatofit.

Mekanisme Kerja

Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan

permeabilitas membran sel jamur meningkat

Farmakokinetik

Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang

baik. Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum.

Konsentrasi di dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu

melakukan penetrasi yang baik ke dalam peritoneal dan cairan

persendian.

Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin

dengan komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral

dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak berubah

pula.

Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya

diekskresi di dalam usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang

dihasilkan bersifat aktif

Indikasi

Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan

kandidiasis mukokutan.

Efek samping

Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan

penghentian terapi.

Sediaan dan dosis

Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan bedak tabur yang

digunakan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.

Indikasi

Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari

pada malam hari untuk mendapatkan retensi selama 7 hari.

Page 45: Refrat Farmasi.docx

Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta

Anderson, JR. Genital Tract Infections in women. Med Clin North

Am,1995;79;1271-98

Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis

vaginalis pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR.

Surabaya.

Asbil KK. Detection of Neisseria gonorrhoeae and Clamidya trachomatis

Colonitation of the Gravid cerviks. Am J Obstet Gynecol 2000;2;340-6.

Aulia A. Keputihan Suatu Keluhan Pasien dalam Praktek Sehari-hari. 2001.

Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta.

Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4).

Donders GG. Pathogenesis of Abnormal Vagina Bacterial Flora. Am J Obsted

Gynecol 1999;4;872-4

Herman, MJ. Virus pada Penyakit Hubungan Sexual. Maj Kedok Indon

1999;49;457-67

Hutabarat, H. Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital Wanita.

1999. Jakarta

Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and

Gynaecology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford

University Press : Oxford

Koneman, EW. Introduction to microbiology. J Clin Microbiol 1992;4;80-8

Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri

dan Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas

Kedokteran UNHAS RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang

Page 46: Refrat Farmasi.docx

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In.

Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta

Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor albus Patologis yang disebabkan oleh

Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik. 2004. Tesis/FK

UNDIP;Semarang.

Schwabe, RJ. Asymptomatic bacterial Vaginosis. 2000;6;1643-47

Sianturi, MHR. Keputihan Suatu Kenyataan dibalik Suatu Kemelut. Bagian

Obstetri Ginekologi FKUI, 1996; Jakarta

Wiggins, R. Test to identify sialides activity in Vaginal Swab from Women with

Bacterial Vaginosis. 2000;38(8);3069-87

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa

penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi

kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo :

Jakarta

Worlath H. Analysis of Bacterial Vaginosis Related Amines in Vaginal Fluid by

Gas Chromatography and Mass Spectrometry. J Clin Microbiol

2000,;39;402-6