refrat rm

Upload: abu-ahmad

Post on 20-Jul-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REFRAT

LESI PLEKSUS BRACHIALISBhetaria Santoso Dianika Rohmah Aprilia Gooo6059 G0007058

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2012

DEFINISILesi pleksus brakhialis adalah lesi yang menimbulkan kerusakan saraf pada pleksus brakhialis, mulai dari radiks saraf hingga saraf terminal.

Dapat menimbulkan gangguan fungsi motorik, sensorik, atau autonomik pada ekstremitas atas.

Istilah lain: neuropati pleksus brakhialis atau pleksopati brakhialis.

PENYEBABTrauma Merupakan penyebab terbanyak. Tumor

RadiasiEntrapment

Postur tubuh dengan bahu yang lunglai dan dada yang kolaps menyebabkan thoracic outlet menyempit sehingga menekan struktur neurovaskuler.Idiopatik

Pada Parsonage Turner Syndrome.

PATOFISIOLOGIBagian cord akar saraf dapat terjadi avulsi atau pleksus mengalami traksi atau kompresi. Setiap trauma dimana ada peningkatan jarak antara titik yang relatif terfiksasi pada fascia prevertebral dan mid fore arm akan melukai pleksus.

Traksi dan kompresi dapat juga menyebabkan iskemi, yang akan merusak pembuluh darah.Kompresi yang berat dapat menyebabkan hematome intraneural, dimana akan menjepit jaringan saraf sekitarnya.

DERAJAT KERUSAKANKlasifikasi SheddonNeuropraksia Aksonotmesis Neurotmesis Terjadi kerusakan Terjadi kerusakan Terjadi ruptur saraf mielin namun akson akson namun semua dimana proses tetap intak struktur selubung pemulihan sangat hambatan konduksi saraf termasuk sulit terjadi saraf. endoneural masih meskipun dengan tetap intak. penanganan bedah.

Klasifikasi Sunderland:

Tipe I : hambatan dalam konduksi (neuropraksia) Tipe II : cedera akson tetapi selubung endoneural tetap intak (aksonotmesis) Tipe III : aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi perineural dan epineural masih intak. Tipe IV : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi epineural masih baik. Tipe V : aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan epineural (neurotmesis).

GAMBARAN KLINISKelainan motorik, sensorik, dan bahkan autonomik pada bahu dan/atau ekstremitas atas. Gambaran klinis bervariasi tergantung letak dan derajat lesi. Lesi pleksus brakhialis dapat dibagi atas pleksopati supraklavikular dan pleksopati infraklavikular.

Pleksopati Supraklavikuler1. Lesi tingkat radiks Berkaitan dengan avulsi radiks. Gambaran klinis sesuai dengan dermatom dan miotomnya.Radiks saraf C5 C6 C7 C8 T1 Penurunan Refleks Biseps brakhii Kelemahan Hipestesi/kesemutan

Fleksi siku

Lateral lengan atas

Brakhioradiialis Ekstensi pergelangan Lateral lengan bawah tangan Triceps brakhii Ekstensi siku Jari tengah Fleksi jari2 tangan Medial lengan bawah

Abduksi jari2 tangan Medial siku

Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior Pada bayi karena penarikan kepala saat proses kelahiran Pada orang dewasa karena jatuh pada bahu dengan kepala terlampau menekuk kesamping. Waiters tip position lengan adduksi, rotasi internal pada bahu, pronasi, dan pergelangan tangan fleksi. Kelemahan otot biseps brakhialis, brakhialis, pektoralis mayor, subscapularis, rhomboid, levator scapula ,dan teres mayor. Refleks bisep biasanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian lateral dari lengan atas dan tangan.

2. Sindroma ErbDuchenne

3. Klumpkes Paralysis

Lesi di radiks servikal bawah (C8, T1) atau trunkus inferior. Penyebab pada bayi baru lahir : penarikan bahu,sedangkan pada orang dewasa biasanya saat akan jatuh dari ketinggian, tangan memegang sesuatu kemudian bahu tertarik. Deformitas clawhand. Kelumpuhan otot fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum, interosei, tenar dan hipotenar sehingga tangan terlihat atrofi. Disabilitas motorik = kombinasi lesi n. Medianus dan ulnaris. Kelainan sensorik berupa hipestesi pada bagian dalam/ sisi ulnar dari lengan dan tangan.

4. Lesi di trunkus superior

Gejala klinis sulit dibedakan dengan sindroma Erb di tingkat radiks. Namun pada lesi di trunkus superior tidak didapatkan kelumpuhan otot rhomboid, seratus anterior, levator scapula dan saraf supra - & infraspinatus. Terdapat gangguan sensorik di lateral deltoid, aspek lateral lengan atas dan lengan bawah hingga ibu jari tangan. Sangat jarang terjadi dan biasanya melibatkan daerah pleksus lainnya (trunkus superior dan/atau trunkus inferior). Kelemahan otot triceps dan otot-otot yang dipersyarafi n. radialis (ekstensor tangan) Kelainan sensorik terjadi pada dorsal lengan dan tangan.

5. Lesi di trunkus media

Gejala hampir sama dengan sindroma Klumpke di tingkat radiks. Terdapat kelemahan pada otot-otot tangan dan jari-jari terutama untuk gerakan fleksi, selain itu 6. Lesi di juga kelemahan otot-otot spinal intrinsik tangan. trunkus inferior Gangguan sensorik terjadi pada medial lengan dan tangan.

Kelemahan seluruh otot ekstremitas atas, defisit sensorik yang jelas pada seluruh ekstremitas atas dan mungkin terdapat nyeri. 7. Lesi Pansupraklavikular Otot rhomboid, seratus anterior, dan otot-otot spinal mungkin tidak lemah tergantung dari letak (radiks C5-T1 / lesi proksimal (radiks) atau lebih ke distal semua trunkus) (trunkus).

Pleksopati InfraklavikulerTerjadi lesi ditingkat fasikulus dan/atau saraf terminal. Jarang terjadi dibanding supraklavikuler namun umumnya mempunyai prognosis lebih baik.

Penyebab utama : trauma tertutup maupun terbuka.Mayoritas disertai oleh kerusakan struktur didekatnya (dislokasi kaput humerus, fraktur klavikula, scapula atau humerus). Gambaran klinis sesuai dengan lesinya.

Lesi di fasikulus lateral Kelemahan otot fleksor lengan bawah dan pronator lengan bawah Kelainan sensorik terjadi di lateral lengan bawah dan jari I III tangan.

Lesi di fasikulus medial Hampir menyerupai lesi di trunkus inferior. Kelainan sensorik terlihat pada lengan atas dan bawah medial, tangan dan 2 jari tangan bagian medial.

Lesi di fasikulus posterior Kelemahan dan defisit sensorik dikawasan n. radialis. Defisit sensorik pada posterior dan lateral deltoid, dorsal lengan, tangan dan jari-jari tangan.

PEMERIKSAAN PENUNJANGRadiografi X-foto menilai adanya dislokasi, subluksasi, fraktur. CT scan fraktur tersembunyi. Myelografi membedakan lesi preganglionik dan postganglionik.

Elektrofisio logi

Compound Muscle Action Potentials (CMAP) : kecepatan hantar syaraf rendah setelah hari ke-9. SNAPs (Sensory Nerve Action Potentials) : (+) pada lesi preganglionic. EMG (Elektromiografi) dengan jarum pada otot dapat tampak fibrilasi, positive sharp wave (pada lesi axonal), amplitudo, dan durasi.

PENATALAKSANAANPembedahan primerNeurolysis Untuk meningkatkan seluruh fungsi extremitas yang terkena. Prosedurnya berupa tendon transfer, pedicled muscle transfers, free muscle transfers, joint fusions and rotational, wedge or sliding osteotomies.

Pembedahan sekunder

Neuroma excision

Nerve grafting.

Neurotization.

PROGNOSIS

Prognosis lesi pleksus brakhialis bervariasi tergantung pada patofisiologi yang mendasari, meliputi tempat dan derajat kerusakan saraf dan kecepatan mendapat terapi. Proses regenerasi saraf terjadi kira-kira 1-2 mm/hari atau 1 inci/bulan, sehingga mungkin diperlukan beberapa bulan sebelum tanda pemulihan dapat dilihat.

FISIOTERAPI1. Fase akut RICE (rest, ice, compression, and elevation) Istirahat Terapi dingin : untuk mengurangi nyeri. Kompresi : pada ekstremitas yang edema. Elevation. Preventatif : untuk mempertahankan ROM dan mencegah kelemahan lebih lanjut, meliputi : Proper positioning Splinting Latihan ROM Latihan penguatan pada otot yang terkena

2. Fase subakut dan kronik Manajemen Nyeri Ultrasound Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS). Latihan Untuk memelihara lingkup gerak sendi (LGS) dan mencegah atrofi. Latihan peningkatan kekuatan dapat diberikan bila terdapat kontraksi otot secara aktif. Latihan penguatan otot leher. Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES) Stimulasi listrik yang lebih kuat dari pada TENS. Untuk menambah kekuatan dan memelihara massa otot walaupun tanpa usaha volunter dari subyek.

OKUPASI TERAPI Untuk meningkatkan koordinasi dan ketahanan Melalui repetisi gerakan-gerakan stereotipik dasar yang meliputi pergerakan yang diperlukan untuk menullis, makan, berhias. Pasien dievaluasi seputar kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Bila pasien menggunakan ortosis: latihan dengan menggunakan orthosis tersebut yang disesuaikan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) pasien. Strategi lain: latihan penggunaan satu tangan pada monoplegia.

ORTHOTIKTujuan: Mencegah nyeri sendi bahu dan subluksasi Mencegah atau mengurangi kontraktur Memperbaiki tampilan kosmetik Membantu positioning tangan untuk meningkatkan fungsi

PSIKOLOGIS Masalah psikologis dapat muncul terutama pada penderita dengan disabilitas yang berat. Berupaya memberikan dukungan mental kepada penderita dalam menghadapi keterbatasannya. Memberikan motivasi dalam menjalankan terapi.

SOCIAL WORKER Membantu penyelesaian masalah sosial-ekonomi, diantaranya: masalah biaya dalam menjalani terapi penderita tidak dapat melanjutkan pekerjaannya sehubungan dengan kecacatannya. Petugas sosial medik mengevaluasi kemungkinan alih pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki penderita.