lapkas rm oa

45
BAB I PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing) misalnya pada vertebra, panggul, lutut, sendi-sendi jari tangan dan pergelangan kaki.Pada lansia, osteoartritis adalah salah satu kelainan muskuloskeletal yangpaling sering dijumpai di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama impairment dan disabilitas.Berdasarkan pemeriksaan radiologi, prevalensi osteoartritis lutut di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semakin banyak populasi yang berumur tua. 1,2,3 Meningkatnya penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, dan radang sendi berpengaruh pada tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan masyarakat (Kralovec dan Barrow 2008).Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan osteoarthritis sebagai 1

Upload: chrisilia-meylita

Post on 27-Dec-2015

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Lapkas Rehab osteoarthitis

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas RM OA

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi

penopang berat badan (weight bearing) misalnya pada vertebra, panggul, lutut,

sendi-sendi jari tangan dan pergelangan kaki.Pada lansia, osteoartritis adalah

salah satu kelainan muskuloskeletal yangpaling sering dijumpai di seluruh dunia

dan merupakan penyebab utama impairment dan disabilitas.Berdasarkan

pemeriksaan radiologi, prevalensi osteoartritis lutut di Indonesia cukup tinggi,

yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Karena prevalensi yang

cukup tinggi dan sifatnya yang kronik progresif, OA mempunyai dampak sosio-

ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang.

Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat

karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih

besar karena semakin banyak populasi yang berumur tua.1,2,3

Meningkatnya penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, kanker,

dan radang sendi berpengaruh pada tingginya biaya kesehatan yang harus

dikeluarkan masyarakat (Kralovec dan Barrow 2008).Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) memasukkan osteoarthritis sebagai salah satu dari empat kondisi otot dan

tulang yang membebani individu, sistem kesehatan maupun sistem perawatan

sosial dengan biaya yang cukup besar. Indonesia merupakan negara ke-4 dengan

jumlah orang lanjut usia (lansia) terbanyak sesudah negara China, India dan

Amerika Serikat.4

Diagnosis osteoartritis biasanya didasarkan pada anamnesis yaitu

riwayatpenyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari

pemeriksaanradiologis.Anamnesis terhadap pasien osteoartritis lutut

umumnyamengungkapkan keluhan-keluhan yang sudah lama, tetapi berkembang

secaraperlahan-lahan. Keluhan-keluhan pasien meliputi nyeri sendi yang

merupakankeluhan utama yang membawa pasien ke dokter, hambatan gerakan

1

Page 2: Lapkas RM OA

sendi, kaku, pagi yang timbul setelah imobilitas, pembesaran sendi, dan

perubahan gayaberjalan.1

Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan mengurangi

faktor-faktor risiko, seperti kegemukan atau cedera sendi. Selain itu, perlu

diadakan latihan, intervensi fisioterapi, dan terapi farmakologis. Pada OA fase

lanjut sering dilakukan pembedahan. Untuk membantu mengurangi keluhan nyeri

pada OA, biasanya digunakan analgetika atau obat antiinflamasi non steroid

(OAINS). Karena keluhan nyeri pada OA bersifat kronik progresif, penggunaan

OAINS biasanya berlangsung lama, sehingga tidak jarang menimbulkan masalah,

seperti tukak lambung dan gastropati OAINS.1

Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang

rehabilitasi medik pada penderita osteoartritis genu bilateral.

2

Page 3: Lapkas RM OA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi

kompleks yang mengakibatkan hilangnya fungsi normal akibat kerusakan

kartilago artikuler. Penyakit ini merupakan hasil dari peristiwa mekanik dan

biologi yang mengganggu stabilitas proses degradasi sintesis kondrosit dan

matriks ekstrasel kartilago artikuler dan tulang subkondral.5,6

Penyakit ini ditandai oleh kehilangan tulang rawan sendi secara progresif

dan terbentuknya tulang baru pada trabekula subkondral dan tepi tulang

(osteofit). Setiap sendi memiliki risiko untuk terserang. Sendi yang paling

sering terkena adalah ujung jari tangan, ibu jari, leher, punggung bawah, lutut,

dan panggul.3,4

Gambar 1. Osteoartritis

3

Page 4: Lapkas RM OA

II. Epidemiologi

Insidens dan prevalensi OA bervariasi pada masing-masing negara, tetapi

data pada berbagai negara menunjukkan bahwa artritis jenis ini adalah yang

paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia dewasa dan usia lanjut.

Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia.3

Berdasarkan data prevalensi dari National Centers for Health Statistics,

diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara 25-74 tahun mempunyai

keluhan sesuai OA. Prevalensi dan tingkat keparahan OA berbeda-beda antara

rentang usia dewasa dan usia lanjut. OA lutut terjadi pada < 0,1% pada

kelompok usia 25-34 tahun, tetapi terjadi 10-20% pada kelompok 65-74 tahun.

OA lutut moderat sampai berat dialami 33% penderita usia 65-74 tahun.3,7

World Health Organization (WHO) melaporkan 40% penduduk dunia

lanjut usia menderita OA lutut, dimana 80% dari jumlah tersebut akan

mengalami keterbatasan gerak sendi.2

Di Amerika Serikat dan Eropa, hampir semua orang mengalami

degenerasi sendi setelah usia 40 tahun. Jumlah penderita osteoartritis setiap

tahunnya mencapai 16 juta orang, wanita 2 kali lebih banyak menderita

osteoartritis dibanding pria.4

Gambar 2. Predileksi Osteoartritis

4

Page 5: Lapkas RM OA

Berdasarkan pemeriksaan radiologi, prevalensi osteoartritis lutut di

Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada

wanita. Sendi yang paling sering terkena adalah ujung jari tangan, ibu jari,

leher, punggung bawah, lutut, dan panggul.1,2,3

III. Anatomi Lutut

Sendi lutut merupakan sendi yang kompleks bila dibandingkan dengan

sendi-sendi lainnya karena berkaitan dengan tulang yang membentuk sendi

lutut, aktivitas otot yang terintegrasi dan adanya ligamentum yang membatasi

gerakan secara tepat (stabilisasi).9

Gambar 3. Anatomi sendi lutut

Bangunan yang terdapat pada sendi lutut adalah sebagai berikut:9,10

1. Tulang

Sendi lutut terbentuk dari tulang femur bagian distal, tibia bagian

proksimal, dan patella.

2. Ligamentum dan kapsul sendi

Ligamentum terdiri dari:

Ligamentum krusiatum anterior dan posterior

Ligamentum kolaterale mediale (tibial)

5

Page 6: Lapkas RM OA

Ligamentum kolaterale laterale (fibular)

3. Otot

Ekstensor : otot kuadriseps femoris merupakan otot ekstensor

terbesar dari tungkai, menyatu dengan ligamentum patella menutupi

patella, insersi pada tuberositas tibia. Otot quadriseps terdiri dari otot

vastus lateralis, otot intermedius, otot medialis, dan otot rektus

femoris.

Fleksor : otot hamstring (semimembranosus, semitendinosus, dan

bisep femoris)

Rotator : otot bisep femoris (rotasi eksternal tibia dan fibula),

semitendinosus (rotasi internal).

4. Sendi atau kompartemen

Terdapat 3 sendi, yaitu femurtibial medial dan lateral serta femur

patella. Ketiga sendi tersebut bisa mengalami proses degenerasi. Pada

biomekanik sendi lutut normal garis beban melewati pusat dari sendi

femur tibial. Selama aktivitas, beban sebesar 2-3 kali berat badan melalui

sendi lutut, kompartemen medial mengalami tekanan atau gaya maksimal

sehingga kompartemen medial lebih sering terkena dibanding

kompartemen lainnya.

IV. Etiologi dan Faktor Risiko

Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan

yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang

berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan hemostasis

dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago

yang penyebabnya belum jelas diketahui. Untuk penyakit yang penyebabnya

tidak jelas, istilah faktor risiko adalah lebih tepat. Adapun faktor risiko

terjadinya OA adalah sebagai berikut:1,3

6

Page 7: Lapkas RM OA

1. Umur

Data radiografi menunjukkan bahwa OA terjadi pada sebagian

besar usia lebih dari 65 tahun dan pada hampir setiap orang pada usia 75

tahun.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi.

Sementara laki-laki lebih sering terkena OA panggul, pergelangan tangan,

dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45tahun frekuensi OA kurang

lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun, frekuensi OA

lebih banyak pada wanita dibanding laki-laki.

3. Suku bangsa

OA panggul lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia

daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika

asli daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan

perbedaan cara hidup.

4. Genetik

Faktor keturunan mempunyai peran terhadap terjadinya OA.

Sinovitis setiap kali dihubungkan dengan adanya mutasi genetik, yaitu

gen Ank. Gen tersebut berkaitan dengan peningkatan pirofosfat

intraselular dua kali lipat, dimana deposit pirofosfat diyakini dapat

menyebabkan sinovitis. Pengaruh faktor genetik mempunyai kontribusi

sekitar 50% terhadap risiko terjadinya OA tangan dan panggul dan

sebagian kecil OA lutut.

5. Obesitas

Obesitas merupakan penyebab yang mengawali OA. Pembebanan

pada lutut dapat menyebabkan kerusakan kartilago, kegagalan ligamen

dan dukungan struktural lain. Setiap penambahan berat badan ½ kg,

tekanan total pada satu lutut meningkat sebesar ± 1-1½ kg. Setiap

7

Page 8: Lapkas RM OA

penambahan 1 kg meningkatkan risiko terjadinya OA sebesar 10%. Bagi

orang yang obesitas, setiap penurunan berat badan walau hanya 5 kg akan

mengurangi faktor risiko OA di kemudian hari sebesar 50%.

6. Nutrisi

Fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas secara

terus-menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi terhadap

berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit

degeneratif), termasuk OA. Karena antioksidan dapat memberikan

perlindungan terhadap kerusakan jaringan, maka asupan tinggi dari

antioksidan dipostulasikan dapat melindungi penderita terhadap OA.

Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin

D. Kadar vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu

kemampuan tulang untuk merespons secara optimal proses terjadinya OA

dan akan mempengaruhi perkembangannya.

7. Hormonal

Pada kartilago terdapat reseptor estrogen, dan estrogen

mempengaruhi banyak penyakit inflamasi dengan merubah pergantian sel,

metabolisme, dan pelepasan sitokin. Perempuan perimenopouse rupanya

lebih cenderung menderita artritis inflamatorik. Ini memberi kesan bahwa

estrogen berperan dalam osteoartritis. Tampaknya perempuan yang

mendapat estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan

menderita osteoartritis lebih kecil daripada yang tidak.

8. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat dengan pemakaian satu sendi secara terus menerus,

seperti tukang pahat dan pemetik kapas, meningkatkan resiko terjadinya

OA. Cedera seperti robekan meniskus dan ketidakstabilan ligamen

menyebabkan kerusakan pada tulang rawan sendi, sehingga beresiko terjadi

OA.

8

Page 9: Lapkas RM OA

9. Kelainan pertumbuhan

Kelainan seperti Perthes disease dan dislokasi displasia perkembangan

panggul merupakan faktor resiko terjadinya OA pada usia muda.

10. Faktor lain

Pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa kepadatan tulang

yang tinggi tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima

oleh tulang rawan sendi sehingga tulang rawan menjadi mudah robek.

Kegemukan, faktor genetik, dan jenis kelamin adalah faktor risiko

umum yang penting. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan

bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah ditemukan pada anak-anak,

jarang di bawah usia 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun.

Terdapat adanya pengaruh berat badan penderita terhadap besarnya gaya

gesek dan terdapat hubungan antara gaya gesek dengan OA pada orang di

atas 45 tahun.1,8

V. Patofisiologi.1,3,7

Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik,

tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak

disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada

sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan OA yang

disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik,

pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), danimmobilisasi yang terlalu

lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari

dibandingkan dengan OA sekunder. Selama ini OA sering dipandang

sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah

diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan dari

metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya

masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan

9

Page 10: Lapkas RM OA

mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain

sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.

Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi

yaitu : Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan

tulang di dasarnya . Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan

batasan pada rentang gerak (Range of motion) sendi. Cairan sendi

(sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi

sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein

yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang

berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila

terjadi cedera dan peradangan pada sendi. Ligamen, bersama dengan kulit

dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang

rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya memungkinkan

otot dan tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada

titik-titik tertentu ketika sendi bergerak.

Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis

keseluruhan elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit

menghasilkan enzim pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1),

Tumor Necrosis Factor (TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik

yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk

melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru.

Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin

faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan. Stimulasi dari sitokin terhadap

cedera matriks adalah menstimulasi pergantian matriks, namun stimulaso

IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi matriks. TNF

menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit

(NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan

degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses

pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis

aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal

ini berlangsung pada proses awal timbulnya OA.

10

Page 11: Lapkas RM OA

VI. Manifestasi Klinis

Pada umumnya penderita OA mengatakan bahwa keluhan-

keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-

lahan. Adapun keluhan yang biasanya muncul adalah sebagai berikut:1

1. Nyeri sendi

Keluhan ini seringkali menjadi keluhan utama yang membawa

penderita datang berobat. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan

sedikit berkurang dengan istirahat.

2. Hambatan gerak sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-

pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi

Pada beberapa penderita, nyeri atau kaku sendi dapat timbul

setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang

cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.

4. Krepitasi

Adanya rasa gemeretak pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi

Penderita mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya secara

perlahan-lahan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua penderita OA, pergelangan kaki, tumit, lutut, atau

panggul berkembang menjadi pincang sehingga akan merubah gaya

berjalannya.

Pada OA lanjut dimana tulang rawan sendi sudah habis, sendi akan

terasa sakit sepanjang hari, pada waktu istirahat dan gerakan sangat

terbatas. Kerusakan tulang rawan yang progresif akan memberikan

kelainan bentuk sendi lutut yang melengkung membentuk huruf O (bow

11

Page 12: Lapkas RM OA

legged). Keadaan ini sudah merupakan indikasi untuk operasi penggantian

sendi dengan prosthesis.7

VII. Tes Provokasi

Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut

antara lain:10,11,12,13

1. Anterior drawer test

Tes ini untuk mendeteksi ruptur atau instabilitas ligamentum

krusiatum anterior. Penderita berbaring terlentang dengan salah satu lutut

difleksikan. Pemeriksa duduk di tepi meja periksa, bersandar pada kaki

penderita untuk menstabilkannya. Pemeriksa meletakkan kedua tangannya

di proksimal tungkai bawah dengan ibu jari pada kedua sisi tibia anterior

distal dan jari-jari lainnya melingkar ke belakang tungkai bawah.

Pemeriksa mencoba untuk menarik tibia ke depan. Bila ditemukan tulang

tibia yang menggeser ke depan dari bawah tulang femur, maka dianggap

anterior drawer test positif.

Gambar 4. Anterior drawer test

2. Posterior Drawer Test

Tes ini untuk mendeteksi instabilitas ligamentum krusiatum

posterior. Sama seperti anterior drawer test, hanya saja menggenggam

tibia kemudian didorong ke belakang.

12

Page 13: Lapkas RM OA

Gambar 5. Posterior drawer test

3. McMurray’s Test

Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan

lesi meniskus bagian medial atau lateral. Pada tes ini penderita berbaring

terlentang. Satu tangan pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan

lainnya memegang lutut. Kemudian tungkai ditekuk pada sendi lutut.

Lakukan eksorotasi tungkai bawah dan secara perlahan diekstensikan.

Kalau terdengar bunyi ‘klek’ dan nyeri sewaktu lutut diluruskan berarti

tes bernilai positif.

Gambar 6. McMurray’s Test

13

Page 14: Lapkas RM OA

4. Apley’s Grinding or Compression Test

Penderita dalam posisi telungkup dengan lutut difleksikan 90.

Lakukan penekanan pada telapak kaki penderita ketika melakukan rotasi

internal dan eksternal tibia. Tes ini dilakukan untuk menilai lesi pada

meniskus. Tes ini dikatakan positif jika penderita merasakan nyeri

sepanjang sendi tibiofemoral.

Gambar 7. Apley’s Grinding or Compression Test

5. Lachman’s Test

Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan lutut pada posisi

fleksi kira-kira dalam sudut 10º – 20º dengan tungkai diputar secara

eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan mestabilkan tungkai bawah

dengan memegang bagian akhir atau ujung distal daritungkai atas, dan

tangan yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia,kemudian

usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.

Gambar 8. Lachman’s Test

14

Page 15: Lapkas RM OA

VIII. Diagnosis

Diagnosis OA ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan

radiologis. Keluhan nyeri merupakan gejala klinik utama penderita OA.

Pengukuran nyeri dilakukan berdasarkan pola pribadi penderita. Visual Analog

Scale (VAS) adalah metode yang akurat untuk mengukur rasa nyeri.1,5

Diagnosis OA lutut ditetapkan berdasarkan kriteria Subcommittee

American College of Rheumatology (ACR). Kriteria tersebut adalah sebagai

berikut:14

1. Nyeri lutut

2. Memenuhi 3 dari 6 hal berikut:

a. Umur > 50 tahun

b. Kaku sendi < 30 menit

c. Krepitasi

d. Nyeri tulang

e. Pembengkakan tulang (bone enlargement)

f. Tidak teraba hangat pada perabaan

3. Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria

Kellgren & Lawrence.

Derajat 0 : Radiologi normal

Derajat 1 (meragukan OA) : Penyempitan celah sendi meragukan dan

kemungkinan adanya osteofit

Derajat 2 (OA minimal) : Osteofit moderat dan multipel,

penyempitan celah sendi yang jelas

Derajat 3 (OA moderat) : Osteofit moderat dan multipel,

penyempitancelah sendi, sklerosis moderat

dan kemungkinan deformitas kontur tulang

15

Page 16: Lapkas RM OA

Derajat 4 (OA berat) : Osteofit yang besar, penyempitan celah

sendi yang nyata, sklerosis yang berat dan

deformitas kontour tulang yang nyata.

Tabel 1. Diagnosis Osteoartritis Genu menurut ACR

Klinis dan Laboratorium

Klinis dan Radiologis

Klinis

Nyeri lutut ditambah minimal 5 dari 9 keadaan di bawah ini :- Umur > 50 tahun- Kaku < 30 menit- Krepitasi- Nyeri tekan tulang- Pembesaran tulang- Perabaan tidak

panas- LED < 40

mm/menit- RF < 1/40- SF sesuai OA

Sensitivitas 95 %Spesifitas 75%

Nyeri lutut ditambah minimal 1 dari 3 keadaan di bawah ini :- Umur > 50

tahun- Krepitasi- Osteofit

Sensitivitas 91 %Spesifitas 80 %

Nyeri lutut ditambah minimal 3 dari 6 keadaan di bawah ini :- Umur > 50 tahun- Kaku < 30 menit- Krepitasi- Nyeri tekan

tulang- Pembesaran

tulang- Teraba tidak

panas

Sensitivitas 95 %Spesifitas 69 %

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:1

Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian

yang mengandung beban)

Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral

Kista tulang

Osteofit pada pinggir sendi

Perubahan struktur anatomi sendi

Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, OA dapat digradasi

menjadi ringan sampai berat (kriteria Kallgren dan Lawrence). Gambaran

radiografi sendi seringkali masih normal pada awal penyakit.1

16

Page 17: Lapkas RM OA

IX. Diferensial Diagnosis

Osteoartritis kadang dikelirukan dengan artritis rheumatoid. Pada

arthtritis rheumatoid, bentuk paling umum kedua artritis, sistem imun

menyerang jaringan-jaringan sendi, menyebabkan nyeri, inflamasi atau

peradangan, dan bahkan kerusakan dan malformasi sendi. Ciri khas gangguan

ini terutama dimulai pada usia yang lebih muda daripada osteoartritis,

menyebabkan bengkak dan kemerahan sendi, dan membuat penderita merasa

sakit, lelah, dan demam yang luar biasa.15

X. Rehabilitasi Medik pada Osteoartritis

Tujuan dilakukannya rehabilitasi medik pada osteoartritis adalah:2,16

1. Mengurangi nyeri dan spasme

2. Memperbaiki lingkup gerak sendi

3. Meningkatkan kekuatan otot

4. Memperbaiki fungsi

5. Meningkatkan kualitas hidup

Mobilisasi sendi bila dikombinasikan dengan fisioterapi konvensional

dapat mengurangi nyeri pada penderita dengan OA lutut. Fisioterapi yang

dapat dilakukan antara lain:2,3,17-19

1. Terapi panas

Terapi panas diindikasikan untuk mengurangi nyeri, merangsang

relaksasi otot, antiinflamasi setelah fase akut, meningkatan suhu jaringan

hingga terjadi vasodilatasi dan meningkatkan vaskularisasi, terapi fisik

sebelum latihan dan peregangan, dan mengurangi kekakuan sendi.

Menurut penetrasinya, terapi ini dibedakan menjadi dua, yaitu terapi

panas superfisial dan dalam. Terapi panas superfisial yaitu terapi yang

hanya mengenai kutis atau jaringan subkutis saja, diantaranya adalah hot

pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath. Sedangkan terapi

panas dalam yaitu terapi yang panasnya dapat menembus sampai ke

17

Page 18: Lapkas RM OA

jaringan yang lebih dalam (otot, tulang, sendi). Ada tiga jenis diatermi,

yaitu micro wave diathermy (MWD), short wave diathermy (SWD), dan

ultra sound diathermy (USD).

2. Terapi dingin

Indikasi terapi dingin adalah untuk mengurangi perdarahan atau

edema sesudah suatu trauma, mengurangi nyeri, mengurangi spastisitas

otot, mempertahankan kehidupan bagian tubuh apabila ada gangguan

sirkulasi darah sementara, dan menunda terjadinya nekrosis jaringan

pada keadaan iskemia. Teknik yang dapat dilakukan adalah masase es,

kompres es, kompres dingin, dan cryocinetics.

3. Terapi latihan

Untuk sindroma neuromuskular, maka terapi yang dapat digunakan

adalah latihan mobilitas sendi (Range Of Motion exercise), latihan

penguatan (strenghening exercise), latihan daya tahan (endurance

exercise), latihan koordinasi (ditujukan kepada yang mendapat gangguan

koordinasi), dan latihan dengan tujuan khusus (re-edukasi otot dan

latihan aktivitas kehidupan sehari-hari. Gerak dasar yang dipergunakan

adalah gerak pasif dan gerak aktif. Gerak pasif terbagi atas relaxed

passive movement, forced passive movement, dan passive stretching.

Sementara gerak aktif terbagi atas active assisteddan active resisted.

4. Stimulasi listrik

Yang banyak digunakan adalah TENS (Transcutaneous Electrical

Nerve Stimulation) untuk menghilangkan nyeri dan spasme otot.

Extracorporeal shock waves therapy (ESWT) adalah terapi non invasif

yang menggunakan shock wave (gelombang kejut) yang dipancarkan dari

luar tubuh untuk mengatasi rasa nyeri atau peradangan sekitar persendian

seperti pada bahu, siku, tangan, punggung dan pinggang, lutut,

pergelangan kaki, dan tumit.

18

Page 19: Lapkas RM OA

5. Hidroterapi

Hidroterapi adalah terapi fisik dengan memanfaatkan sifat-sifat

fisik air. Air hangat akan mengurangi spasme otot sehingga terjadi

relaksasi menyeluruh dan menyebabkan peningkatan aliran darah

sehingga mengakibatkan penurunan tingkat nyeri. Efek tidak langsung

menimbulkan efek psikologis yang memberikan relaksasi.

6. Okupasi terapi

Adalah suatu treatment medis yang menggerakkan aktivitas

konstruktif yang direncanakan dan disesuaikan, yang ditujukan untuk

penderita dengan kondisi fisik maupun mental yang bertujuan untuk

membantu restorasi dan fungsional penderita.

7. Ortotik prostetik

Fungsinya untuk mengembalikan fungsi, mencegah kecacatan,

mengoreksi kecacatan, mengontrol gerakan bawah sadar, menyangga

berat badan, dan menambah kekuatan. Pada penderita OA biasa

dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.18

8. Psikologi

Mempunyai dua tujuan. Tujuan umum adalah membimbing

seseorang dalam usahanya untuk mencapai kepuasan dan kesejahteraan

hidup dalam status, relasi, dan perkembangannya. Sementara tujuan

khusus yaitu membebaskan seseorang dari masalah tertentu yang

dianggap mengganggu kesehatan jiwa dan diharapkan dapat memperkuat

dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selanjutnya.18

9. Sosial medis

Dikategorikan dalam jenis pelayanan sosial untuk tujuan

penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial.

Pelayanan sosial seringkali ditujukan untuk pemulihan kemampuan,

pelaksanaan peranan-peranan sosial sejauh mungkin, apabila

kemungkinan penyembuhan menjadi sempurna seperti sediakala sulit

dilakukan.18

19

Page 20: Lapkas RM OA

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Penderita

Nama : Ny. AP

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Mapanget barat 6 Manado

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil di RS. Ratumbuysang

Agama : Kristen Protestan

Suku : Minahasa

Pendidikan Terakhir : S1

Tanggal periksa : 23 Juni 2014

II. Anamnesis

a. Keluhan utama : Nyeri Lutut Kanan

b. Riwayat penyakit sekarang :

Nyeri lutut kanan sudah dialami penderita sejak 1 tahun yang lalu.

tetapi kemudian menghebat sejak 2 minggu yang lalu sebelum datang

ke rumah sakit ketika penderita ingin berdiri. Nyeri dirasakan seperti

kesetrum, bersifat hilang timbul. Nyeri bertambah hebat saat penderita

berubah posisi dari duduk dan mau berdiri, berubah posisi dari

jongkok ke berdiri dan penderita juga merasa nyeri apabila berjalan

jauh (100 meter) atau berjalan dalam waktu yang lama. Nyeri

berkurang pada saat penderita beristirahat. Penderita merasa kaku pagi

hari kira – kira selama 15 menit dan merasa rileks setelah

menggerakan tungkai bawah. Penderita juga mengeluh lutut kanan

20

Page 21: Lapkas RM OA

berbunyi “klik” saat berjalan. Ada bengkak di lutut kanan. Tidak ada

riwayat trauma pada lutut sebelumnya. Nyeri berkurang saat penderita

minum obat.

c. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat hipertensi 2 tahun yang lalu, minum obat teratur. Riwayat

diabetes mellitus tidak ada, sakit ginjal, hati, asam urat, kolesterol,

jantung tidak ada. Mengkonsumsi minuman beralkhol tidak ada,

merokok tidak ada, makan makanan berlemak ada.

d. Riwayat penyakit dalam keluarga

Tidak ada yang sakit seperti ini selain penderita

e. Riwayat kebiasaan

Penderita bekerja sebagai admin, setiap hari menggunakan sepatu hak

5cm. Penderita sering mengangkat berkas berat dan naik turun tangga.

Penderita tidak pernah mengalami trauma pada lutut, tidak memiliki

kebiasaan olahraga yang membebani lutut seperti badminton.

f. Riwayat sosial ekonomi

Penderita tinggal bersama suami dan3 orang anak, di rumah

permanen1 lantai, lantai tehel, penderita tidur di lantai 1, kamar mandi

dengan kloset jongkok. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS

g. Riwayat Psikologi : Penderita merasa cemas karena penyakitnya

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

21

Page 22: Lapkas RM OA

Suhu : 36,0C

Tinggi badan : 165cm

Berat badan : 83kg

IMT : 30,4 kg/m2 (obesitas 2)

Kepala : Mesocephal

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, pupil bulat isokor 3 mm/3mm,

refleks cahaya langsung kiri dan kanan

positif, refleks cahaya tidaklangsungkiri

dan kanan positif.

Leher : Trakea letak di tengah, pembesaran

kelenjar getah bening negatif.

Thoraks : Simetris kiri = kanan

Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien

tidak teraba, bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, edema (+) region dekstra

Status lokalis regio genu dextra et sinistra :

Inspeksi : Rubor (-/-), edema (-/-), deformitas

Palpasi : Kalor (-/-), edema (+/-), nyeri tekan

(-/-), ballottement (-/-), krepitasi +/-

Gerakan : Nyeri gerak aktif +/-, nyeri gerak pasif

+/-, krepitasi +/-,

22

Page 23: Lapkas RM OA

ROM genu

Dekstra Sinistra

aktif Pasif Aktif Pasif

Flexi 0-120 0-125 0-135 0-135

Extensi 0 0 0 0

Visual Analog Scale :

0 8 10

(Genu dekstra)

0 2 10

(Genu sinistra)

Pengukuran Panjang Tungkai

Pengukuran D S Normal

ALL 88 cm 88 cm -

TLL 97 cm 97 cm -

Status motorik:

23

Page 24: Lapkas RM OA

Tes provokasi:

Dextra Sinistra

Anterior drawer test - -

Posterior drawer test - -

Mc murray test + -

Appley grinding test

Lachman’s test

-

-

-

-

IV. Pemeriksaan Penunjang

24

Ekstremitas Inferior

Dekstra Sinistra

Gerakan Normal Normal

Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5

Tonus otot Normal Normal

Refleks

fisiologisNormal Normal

Refleks patologis - -

Sensibilitas

Atrofi

Normal

-

Normal

-

Page 25: Lapkas RM OA

Foto Rontgen Genu Dekstra AP Lateral

Foto AP Foto Lateral

25

Page 26: Lapkas RM OA

RESUME

Seorang wanita, 51 tahun, keluhan utama nyeri pada lutut kanan sejak

1 tahun yang lalu. Nyeri seperti kesetrum, hilang timbul disertai

kekakuan pada pagi hari selama ± 15 menit. Nyeri menghebat saat

beraktivitas dan berkurang dengan istirahat. Dari palpasi ditemukan

krepitasi (+/-). Foto rontgen genu dekstra lateral ditemukan kesan OA

genu dekstra.

Problem:

- Nyeri (VAS genu dekstra 8)

- Keterbatasan LGS

- Gangguan aktivitas kegiatan sehari-hari (toileting, dari posisi jongkok ke

berdiri, berjalan, naik tangga)

- Gangguan ambulasi

- Pasien cemas dengan sakitnya

Diagnosis Kerja

Diagnosis klinis : Osteoartritis Genu dekstra + Obesitas

Diagnosis etiologis : Degeneratif

Diagnosis topis : Regio genu dekstra

Diagnosis fungsional : - Impairment: Nyeri lutut, keterbatasan LGS

- Disabilitas: Gangguan AKS pada saat

toileting, jongkok ke berdiri, berjalan, naik

tangga.

- Handicap: Gangguan ambulasi

- Pasien cemas dengan sakitnya

26

Page 27: Lapkas RM OA

IV. Problem Rehabilitasi Medik

Problem fisik :

1. Nyeri pada kedua lutut (VAS dekstra 8)

2. Gangguan ambulasi

3. Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

Problem psikologik :Penderita merasa cemas karena penyakitnya

V. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

1. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid

2. Suplemen tulang (Glukosamin kondroitin 1x1 tab)

b. Non medikamentosa

Rehabilitasi medik

1. Fisioterapi :

Evaluasi :

- Nyeri lutut kanan (VAS genu dekstra 8)

- Keterbatasan LGS genu dekstra

Program :

- SWD pada region genu dekstra dengan 6x evaluasi

- Latihan peregangan harmstring dan quadriceps serta latihan

sepeda statis dan nk. table

2. Okupasi terapi

Evaluasi :

- Nyeri lutut kanan (VAS genu dekstra 8)

27

Page 28: Lapkas RM OA

- Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari.

- Gangguan ambulasi

Program :

Latihan atau edukasi melaksanakan Aktivitas Kehidupan Sehari-

hari dengan prinsip mengurangi beban pada sendi lutut (joint

protection).

3. Ortotik prostetik

Evaluasi : Belum memerlukan knee brace untuk sementara

4. Psikolog

Evaluasi :

Penderita merasa cemas dengan sakitnya.

Program :

- Memberi dukungan kepada penderita agar rajin berlatih di

rumah dan kontrol secara teratur

- Memberi support mental pada penderita dan keluarga agar tidak

cemas dengan sakitnya

4. Sosial Medik

Evaluasi :

- Biaya hidup sehari-hari cukup

- Biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah menggunakan

jaminam asuransi kesehatan (BPJS)

Program :

Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga mengenai

penyakit penderita dan memberikan dukungan agar penderita rajin

melakukan terapi dan home program.

28

Page 29: Lapkas RM OA

7. Home Program atau edukasi

- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti

naik turun tangga.

VI. Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanatioam : Dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Soeroso J, Harry I, Handono K, dkk. Osteoartritis. Dalam : Aru WS, editor.

Buku ajar penyakit dalam. Jilid II, Edisi IV, Jakarta. Pusat Penerbitan IPD-

FKUI, 2007: 1195-1201.

2. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam : Standar

operasional prosedur. DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18.

3. DEPKES. 2006. Pharmateutical care untuk penderita penyakit artritis rematik.

Diunduh dari http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361337229.pdf,

diakses tanggal 29 Juli 2013.

4. Institut Pertanian Bogor. Manfaat glukosamin dan kondrotin sulfate untuk

terapi osteoartritis. Diunduh dari http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDUQFjAB&u

rl=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle

%2F123456789%2F60203%2FBAB%2520I%2520Pendahuluan.pdf

%3Fsequence

%3D2&ei=mM73UdDcLcWGrgfEhIHwDQ&usg=AFQjCNEbirXWMzz6ER

29

Page 30: Lapkas RM OA

djkS4cHC0Z0yjcUQ&sig2=-svs-j3yDwWHw6GKsnDEwg, diakes tanggal 30

Juli 2013.

5. Lukum EM, Muhammad Ilyas, Bachtiar M, dkk. Hubungan derajat nyeri

berdasarkan Visual analogue scale (vas) dengan derajat radiologik

berdasarkan kellgren lawrence score pada foto konvensional lutut penderita

osteoartritis sendi lutut. Diunduh dari

pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/856a11420db1bdc1540c72e8dd67d9f5.pdf,

diakses tanggal 10 Juni 2013.

6. Fini M, G Giaveresi, A Carpi, et al. Effects of pulsed electromagnetic fields

on articular hyaline cartilage: review of experimental and clinical studies.

Biomed & Pharmacotherapy 2005; 59: 388-394.

7. Hamono Sundoyo. Osteoartritis. Diunduh dari

http://www.mitrakeluarga.com/bekasibarat/osteoartritis/, diakses tanggal 30

Juli 2013.

8. Sumual Angela S, Vennetia RD, Fransiska L. Pengaruh berat badan terhadap

gaya gesek dan timbulnya osteoartritis pada orang di atas 45 tahun di RSUP

Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik 2013; 1(1); 140-146.

9. Erwinati Endang. Perbandingan terapi osteoartritis lutut menggunakan short

wave diathermy (SWD) dengan atau tanpa latihan di RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/12192/1/1999KSP259.pdf,

diakses tanggal 30 Juli 2013.

10. Cuccurullo Sara. Physical medicine and rehabilitation board view. USA.

Demos, 2004: 210-229.

11. Miller Alan, Kimberly DH, Brian AD. The 3-minute musculoskeletal and

peripheral nerve exam. USA. Demos, 2009: 65-75.

12. Sidharta Priguna. Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta. Penerbit

Dian Rakyat, 2005: 499-501.

13. Priyonoadi Bambang. Berbagai macam tes untuk menentukan tingkat

kestabilan sendi lutut. Diunduh dari

30

Page 31: Lapkas RM OA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131453189/Tes-

Snd.Lutut_.Medkr_.Akhir_.pdf, diakses tanggal 11 Juni 2013.

14. Eka Imbawan IGN, Tjokorda RP, Gede K. Korelasi kadar matrix

metalloproteinase 3 (MMP-3) dengan derajat beratnya osteoartritis lutut. J

Peny Dalam, 2011; 12(3): 181-192.

15. Anonymous. Osteoartritis. Diunduh dari

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211008/BAB

%20II.pdf, diakses tanggal 29 Juli 2013.

16. NICE. Osteoartritis: The care and management of osteoartritis in adults.

National institue for Health and Clinical Excellence. 2008.

17. Azlin Nor. Effects of passive joint mobilization on patients with knee

osteoartritis. Sains Malaysiana 2011; 40(12): 1461-1465.

18. Rahaswanto Hendro. Mengatasi masalah sendi dengan terapi ESWT. Diunduh

dari http://www.suyotohospital.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=8:mengatasi-masalah-sendi-dengan-

terapi-eswt&catid=3:artikel&Itemid=2, diakses tanggal 29 Juli 2013.

19. Sengkey LS, dkk. Diktat Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. FK

UNSRAT Manado, 2006.

31

Page 32: Lapkas RM OA

32