lapkas rm jenly

34
BAB I PENDAHULUAN Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsional otak baik fokal atau global, dengan gejala yang berlangsung dalam 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Sebagian besar kasus dijumpai pada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun. Makin tua umur, resiko terkena stroke semakin besar. 1 Tapi beberapa kasus terakhir menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah kejadian pada kasus stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif. Dalam laporan Konferensi Ahli Saraf Internasional di Inggris, diduga terdapat lebih dari 1.000 penderita stroke yang berusia kurang dari 30 tahun setiap tahunnya. Dampak yang ditimbulkan oleh stroke yang menimpa usia produktif ini, lebih berat efek psikologisnya baik untuk penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Mereka sebagian besar adalah pencari nafkah untuk keluarga. Hal ini berakibat 1

Upload: jenly-bonde

Post on 13-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

rm

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsional otak baik fokal atau global, dengan gejala yang berlangsung dalam 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Sebagian besar kasus dijumpai pada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun. Makin tua umur, resiko terkena stroke semakin besar.1Tapi beberapa kasus terakhir menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah kejadian pada kasus stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif. Dalam laporan Konferensi Ahli Saraf Internasional di Inggris, diduga terdapat lebih dari 1.000 penderita stroke yang berusia kurang dari 30 tahun setiap tahunnya. Dampak yang ditimbulkan oleh stroke yang menimpa usia produktif ini, lebih berat efek psikologisnya baik untuk penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Mereka sebagian besar adalah pencari nafkah untuk keluarga. Hal ini berakibat terhadap menurunnya tingkat produktivitas dan terganggunya sosial ekonomi keluarga.2Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya stroke non-hemoragik, antara lain usia lanjut, hipertensi, DM, penyakit jantung, hiperkolesterolemia, merokok dan kelainan pembuluh darah otak. Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terkena stroke tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia. Hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5% penderita meninggal dunia dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian atau total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.3Berdasarkan patofisiologi stroke terdiri dari stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke non hemoragik adalah tipe stroke yang paling sering terjadi, hampir 80% dari semua stroke. Disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan lain pada arteri yang mengalir ke otak. Pada penderita terdapat kelemahan anggota gerak, dan parese nervus VII dan XII yang mengarah pada stroke non hemoragik. Sehingga diperlukan penanganan segera untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.3Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah otak bergantung pada berat ringannya gangguan dan lokasi. Gejala utama stroke non hemoragik ialah timbulnya defisit neurologik secara mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun tidur dan kesadaran biasanya tidak menurun.4

Perlu penanganan yang tepat untuk pasien pasien dengan stroke. Apalagi secara khusus untuk mereka yang masih dalam usia produktif dan menjadi tulang punggung keluarga. Selain penatalaksanaan medikamentosa (fase akut), perlu juga diperhatikan untuk penanganan melalui rehabilitasi (fase pasca akut).5Rehabilitasi merupakan lapangan spesialisasi ilmu kedokteran baru, berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang mengalami gangguan fungsi atau cedera (impairment), kehilangan fungsi (disability) yang berasal dari susunan otot tulang (muskuloskletal), susunan saraf (neuromuskular), susunan jantung dan paru (kardiovaskuler), serta gangguan mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai kecacatan tersebut.6Dengan pelayanan rehabilitasi yang tepat, maka 80% pasien dapat berjalan tanpa bantuan, 70% dapat menguasai (melakukan) aktivitas mengurus diri sendiri dan 30% dapat kembali bekerja.6BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke1. Definisi Stroke

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala yang berlangsung dalam 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1 2. Epidemiologi

Berdasarkan data WHO, setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke, dimana jumlah kematian ditemukan sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen.2Stroke menjadi penyebab utama kecacatan di negara-negara maju. Di Belanda, stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kecatatan pada usia produktif. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan kanker.3

Stroke kini tidak hanya menyerang negara-negara maju seperti Amerika dan Belanda, namun juga menyerang negara berkembang termasuk Indonesia karena perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua usia di Indonesia. Diperkirakan setiap tahun sekitar 500.000 orang penduduk Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat berat ataupun ringan. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk).74. Klasifikasi Stroke.Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain8: a. Stroke non-hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :i. Transient Ischemic Attack (TIA)ii. Trombosis serebriiii. Emboli serebrib. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 3 jenis, yaitu: i. Hemoragik Intraserebral yaitu perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otakii. Hemoragik Subaraknoid yaitu perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak)iii. Hemoragik subdural yaitu perdarahan yang terjadi akibat robeknya araknoidea5. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu.a. Serangan iskemik sepintas atau TIA merupakan bentuk gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jamb. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) adalah gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari semingguc. Progressing stroke atau stroke in evolution adalah gejala neurologik yang beratd. Completed stroke adalah gejala klinis yang telah menetap96. Berdasarkan sistem pembuluh darah.Terdiri dari:

a. Sistem karotisb. Sistem vertebrobasiler.Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu Sirkulus Willisi.97. Manifestasi klinik.Serangan stroke yang tiba-tiba ini, bisa disebabkan penyumbatan ataupun pecahnya pembuluh darah pada otak. Gangguan inilah yang menyebabkan fungsi koordinasi dari otak ke tubuh menjadi hilang dan menimbulkan gangguan. Namun manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah otak mana yang terganggu.1Stroke bisa menyebabkan lumpuh sebagian tubuhnya, kehilangan keseimbangan, kehilangan penglihatan, kehilangan pendengaran, tidak mampu memahami kata-kata hingga kesulitan bicara. Ini tergantung sisi otak yang mengalami gangguan pembuluh darah, apakah sisi otak depan, temporal, samping tengah, belakang, atau otak kecil. 10Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area temporal, dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berbicara. Gangguan pada otak bagian tengah dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan gerak. Gangguan pada otak bagian belakang dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran. Dan jika terkena pada bagian otak kecil, menyebabkan gangguan keseimbangan. 1,10Sering dijumpai penderita tidak dapat menghentikan tangisnya karena lumpuhnya kontrol otak pada sistem emosinya. Hal itu membuat penderita stroke berlaku seperti penderita penyakit kejiwaan, padahal bukan. Hal-hal seperti ini yang perlu dimengerti oleh keluarga penderita.10B. Stroke Non Hemoragik.Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.111. Menurut klasifikasi Bamford, stroke iskemik akut digolongkan atas:a. Lacunar Infarct (LACI)

b. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)

c. Partial Cisculation Infarct (PACI)

d. Posterior Circulation Infarct (POCI)2. Faktor Risiko Terjadinya Stroke Non HemoragikFaktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya stroke non-hemoragik, yaitu:11a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Usia Jenis Kelamin

Ras

Herediter

Berat badan rendahb. Faktor yang dapat dimodifikasi. Hipertensi

Diabetes

Dislipidemia Penyakit jantung

Stenosis karotis

TIA

Homosisteinemia

Ateroma Aortac. Faktor gaya hidup dan pola perilaku. Merokok

Obesitas

Aktivitas Fisik

Diet

Alkohol

Kontrasepsi oral

Drug Abuse3. Gejala Stroke Non-Hemoragik.Sebagian besar kasus terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Biasanya, gejala muncul tiba-tiba dan sering paling parah pada beberapa menit setelah terjadi stroke non hemoragik, berkembang dengan cepat, dan menyebabkan kematian jaringan otak dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Kemudian, stroke menjadi stabil menyebabkan kerusakan lebih sedikit atau tidak ada. Stroke yang tetap stabil selama 2 sampai 3 hari disebut stroke komplit. Penyumbatan mendadak oleh suatu embolus paling mungkin menyebabkan stroke jenis ini.9Pada umumnya, gejala berkembang perlahan, oleh karena stroke yang terus memburuk selama beberapa jam dalam satu atau dua hari, menyebabkan perluasan jaringan otak yang mati. Stroke semacam ini disebut stroke berkembang. Perkembangan gejala dan kerusakan biasanya agak terganggu dengan periode stabil, dimana daerah tersebut untuk sementara waktu berhenti pembesaran atau terjadi beberapa perbaikan. Stroke seperti ini biasanya karena pembentukan gumpalan di arteri menyempit.Bermacam-macam gejala yang dapat terjadi, tergantung pada arteri mana yang tersumbat dan bagian mana dari otak kekurangan darah dan oksigen. Ketika arteri yang cabang dari arteri karotid internal (yang membawa darah di sepanjang bagian depan leher ke otak) yang terkena, gejala yang timbul; kebutaan pada satu mata, ketidakmampuan untuk melihat dari sisi yang sama pada kedua mata, sensasi abnormal, kelemahan, atau kelumpuhan di salah satu lengan atau kaki atau pada satu sisi tubuh. Ketika arteri yang cabang dari arteri vertebralis (yang membawa darah di sepanjang bagian belakang leher ke otak) yang terkena, gejala yang timbul; pusing dan vertigo, penglihatan menjadi ganda, kelemahan di kedua sisi tubuh.Banyak gejala lain, seperti kesulitan berbicara (misalnya, berbicara melantur), kesadaran terganggu (misalnya kebingungan), kehilangan koordinasi, dan inkontinensia urin dapat terjadi. Stroke berat dapat menyebabkan pingsan atau koma. Selain itu, stroke bahkan yang lebih ringan, dapat menyebabkan depresi atau ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi. Jika gejala, terutama gangguan kesadaran, semakin buruk selama 2 sampai 3 hari pertama, penyebabnya paling sering adalah bengkak karena kelebihan cairan (oedema) di otak. Gejala biasanya berkurang dalam beberapa hari, oleh penyerapan cairan. Namun, pembengkakan sangat berbahaya karena tengkorak tidak berkembang.Kenaikan tekanan dapat menyebabkan otak bergeser, lebih jauh mempengaruhi fungsi otak, meskipun daerah tersebut langsung rusak akibat stroke tidak semakin besar. Jika tekanan menjadi sangat tinggi, otak terdorong ke bawah dalam tengkorak, melalui struktur-struktur kaku yang memisahkan otak ke dalam kompartemen. Gangguan yang dihasilkan disebut herniasi. Stroke dapat menyebabkan masalah lain. Jika sulit menelan, orang mungkin tidak cukup makan dan menjadi kurang gizi. Makanan, air liur, atau muntah dapat terhirup (disedot) ke paru-paru, menyebabkan pneumonia aspirasi. Berada dalam satu posisi terlalu lama dapat mengakibatkan luka tekanan dan mengakibatkan hilangnya otot. Tidak dapat memindahkan kaki dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah dalam kaki dan pangkal paha (trombosis vena). Gumpalan dapat terlepas, masuk melalui aliran darah, dan blok arteri ke paru-paru (emboli paru). Orang mungkin mengalami kesulitan tidur. Kerugian dan masalah akibat stroke bisa membuat orang depresi.C. Rehabilitasi Medik.Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut.

Rehabilitasi merupakan lapangan spesialisasi ilmu kedokteran baru, berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang mengalami gangguan fungsi atau cedera (impairment), kehilangan fungsi (disability) yang berasal dari susunan otot tulang (muskuloskeletal), susunan saraf (neuromuskular), susunan jantung dan paru (kardiovaskuler), serta gangguan mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai kecacatan tersebut.121. Fase Awal.Tujuannya adalah mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi, stimulasi elektrikal dan setelah penderita sadar dimulai penanganan emosional.132. Fase Lanjutan.Tujuannya untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau emboli mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subaraknoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi 14, 15:a. Fisioterapi

i. Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2 ke bawah).

ii. Diberikan terapi panas superfisial (infrared) untuk melemaskan otot.

iii. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari kekuatan otot.

iv. Latihan untuk meningkatakan kekuatan otot.

v. Latihan mobilisasi, transfer dan ambulasib. Okupasi Terapi.Sebagian besar penderita stroke mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ektremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan, kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.c. Terapi WicaraPenderita stroke sering menagalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara: i. Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan napas, menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.

ii. Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-kata.

iii. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-kata.

iv. Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga. d. Ortotik Prostetik

Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain: wheel chair, tripod, walker.e. Psikologi

Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lain mengalami secara lambat, berhenti pada satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.f. Sosial Medik

Pekerjaan sosial medik dapat memulai pekerjaan dengan wawancara keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita.3. Problem Rehabilitasi.a. Kesukaran atau tidak dapat transfer ambulasi

b. Kesukaran atau tidak dapat berkomunikasi

c. Kesukaran atau tidak dapat merawat diri sendiri

d. Kesukaran atau tidak dapat melakukan gerak154. Problem Psikis.a. Rasa malu

b. Rasa rendah diri

c. Tidak dapat menerima kenyataan

d. Tidak mau menyesuaikan diri dengan kecacatannya

e. Beberapa mengalami penurunan intelegensia14,155. Prognosis.Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis:

1. Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu.

2. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan adanya: 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap. 15BAB III

LAPORAN KASUSI. IDENTITASNama

: Tn. T.TUmur

: 53 tahun 4 bulanJenis kelamin

: Laki-lakiAlamat

: Jln. 17 Agustus ManadoAgama

: Kristen ProtestanPekerjaan

: SwastaTanggal periksa

: 15 12 2014

II. ANAMNESIS Keluhan utama

: Kelemahan anggota gerak sebelah kiri Riwayat penyakit sekarang:

Penderita masuk rumah sakit (MRS) dengan kelemahan tubuh sebelah kiri yang dialami secara tiba tiba sejak tanggal 7 desember 2014 saat penderita baru bangun tidur, dan juga bicara pelo, penderita juga susah untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, membersihkan diri dan ke toilet. Penderita kemudian dibawa ke RSUP Prof.Kandou untuk dirawat selama 4 hari. Riwayat trauma kepala, penurunan kesadaran, mual, muntah, gangguan menelan, kejang, demam dan penglihatan ganda tidak didapatkan. Penderita sulit untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari seperti mandi dan membersihkan diri, serta berpakaian.. Tidak ada gangguan BAB dan BAK. Riwayat penyakit dahulu :Riwayat DM (+) sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, tidak terkontrol, tetapi baru menggunakan insulin sejak 1 minggu yang lalu.Riwayat Darah tinggi, kolesterol, asam urat, penyakit jantung, penyakit ginjal disangkal penderita.Penderita tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya Riwayat keluarga :

Hanya penderita yang menderita sakit seperti ini dalam keluarga. Riwayat kebiasaan :

Penderita merokok minimal 3 batang/hari, tidak mengkonsumsi alkohol dan penderita suka makan makanan berlemak. Penderita adalah seorang kontraktor dan dominan menggunakan tangan kanan. Riwayat sosial ekonomi :

Penderita tinggal bersama seorang istri di rumah permanen 1 lantai dengan 4 kamar tidur Penderita memiliki 2 orang anak yang sudah berkeluaga dan tinggal di jawa. Lantai rumah penderita adalah lantai tegel, dinding beton, dan atap seng. Sumber listrik PLN dan sumber air sumur. Kamar mandi di dalam rumah (WC duduk), jarak dari tempat tidur ke WC dekat, kurang lebih 3 meter. Biaya kehidupan sehari hari cukup .dan biaya pengobatan di rumah sakit ditanggung sendiri (umum) Riwayat Psikologik :

Penderita tampak cemas dengan sakit yang dideritanya.III. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran

: E4M6V5Kontak dan pengertian : BaikTanda vital

: Tekanan darah = 120/80 mmHg

Nadi

= 78 x/menit

Respirasi

= 20 x/menit

Suhu

= 36,5 CKepala

: Mata : Pupil bulat isokor 3 mm, RC +/+, RCTL +/+

Conjungtiva anemis (-), Sklera Ikteris (-)

Leher

: Trakhea letak di tengah, pembesaran KGB (-)

Thorax

: Cor/Pulmo = dalam batas normal. Rhonki -/- Wheezing -/-

Abdomen

: Datar, lemas BU (+) Normal

Ekstremitas

: Akral hangat, oedema (-)TB

: 158 cm

BB

: 58 kg

IMT: BB (kg ) / TB (m ) 2 = 58/(1,58)2 m = 58 (kg)/2,49(m)2 = 23,3 (normal)Status Neurologis

Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Laseque (-), Kernig (-), Brudzinsky (-)Pemeriksaan Nervus cranialis : - N. Facialis: Paresis N.VII Dextra (sentral).- N. Hipoglossus: Paresis N.XII Dextra (sentral).Status NeuromuscularPemeriksaanEkstremitas SuperiorEkstremitas Inferior

DSDS

GerakanNN

Kekuatan Otot5/5/5/53/4/2/35/5/5/54/4/4/4

Tonus ototNN

Atrofi----

Refleks FisiologisNN

Refleks Patologis----

Sensibilitas

Protopatik

ProprioseptikNNNNNNNN

Indeks BarthelAktivitasTingkat KemandirianN = Nilai

A

BladderKontinensia, tanpa memakai alat bantu1010

Kadang-kadang ngompol5

Inkontinensia urin0

B

BowelKontinensia, memasang enema, suppositoria tanpa dibantu1010

Dibantu5

Inkontinensia alvi0

C

ToiletingTanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak mencemari baju). Boleh berpegangan pada bar dinding benda, memakai bad pen, dapat meletakkan di kursi & membersihkan, dibantu hanya salah satu kegiatan di atas.105

Dibantu5

D

GroomingTanpa dibantu cuci muka, menyisir, hias, gosok gigi termasuk persiapan alat2 tersebut.105

Dibantu5

E

DressingTanpa dibantu buka/pakai, resleting, ikat tali sepatu, termasuk pakaian khusus, boleh pakaian yang disesuaikan keadaan, mis. Kancing depan. Dibantu sebagian minimal, setangah tidak dibantu.105

Dibantu5

F

FeedingTanpa dibantu memakan makanan normal lengkap1010

Memakai alat-alat makanan. Dibantu sebagian hasil memotong, memoles mentega.5

Dibantu0

G

Transfer

Dari kursi roda ke tempat duduk/sebaliknya termasuk duduk dan berbaring tanpa dibantu.1515

Bantuan minor secara fisik atau verbal pada langkah2 diatas.10

Bantuan mayor secara fisik (1/2 org terlatih), tetapi dapat duduk/dgn tanpadibantu.5

Tidak dapat duduk berpindah (sitting balance)0

H

MobilityBerjalan 16 m (50 yard) ditempat datar, boleh dengan alat bantu kecuali rolling walker. Mengayuh kursi roda 16 m, berkeliling, berputar, berjalan tanpa dibantu.1515

Menguasai alat bantuannya, berjalan dengan bantuan minor fisik/verbal. Memakai kursi roda dengan di bantu.10

Imobile5

I

StairsTanpa dibantu105

Dibantu secara fisik/verbal5

Tidak dibantu0

J

BathingTanpa dibantu berendam, memakai pancuran.50

Dibantu0

Total10080

Nilai Interpretasi :

0-20

( disabilitas total

25-45

( disabilitas berat

50-75

( disabilitas sedang

80-90

( disabilitas ringan

100

( mandiriIV. RESUMELaki-laki, 53 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah kiri, disartria (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah = 120/80 mmHg, nadi = 78 x/menit, respirasi = 20 x/menit, suhu badan = 36,50C. Dari pemeriksaan nervus kranialis didapatkan paresis N. VII dekstra dan paresis N. XII dekstra sentral. Pemeriksaan status motorik didapatkan gerakan menurun pada ekstremitas superior dan inferior sinistra, kekuatan otot ekstremitas superior sinistra adalah 3/4/2/3 dan ekstremitas inferior sinistra adalah 4/4/4/4, tonus otot meningkat pada ekstremitas superior dan inferior sinistra, reflex fisiologis yang meningkat pada ekstremitas superior dan inferior sinistra. Pada indeks Barthel didapatkan nilai 80 (disabilitas ringan) DIAGNOSISDiagnosis klinis : Hemiparesis sinistra + Diasartria ec Stroke Iskemik, DM Tipe 2Diagnosis topis

: KortikalDiagnosis etiologi

: Stroke IskemikDiagnosis fungsional

:

Impairment : Hemiparesis sinistra + disartria Disabilitas : Disabilitas ringan (grooming, dressing, toileting, ). Handicap : -V. PROBLEM REHABILITASI MEDIK Kelemahan anggota gerak sinistra Gangguan disabilitas AKS (grooming, dressing, toileting) Disartria Gangguan kecemasan terhadap penyakitnyaVI. PENATALAKSANAAN1. Terapi medikamentosa (dari bagian Neurologi) Brain Act tab 500 mg 2 x 1 Ranitidin tab 2 x 1 Aspilet tab 80 mg 1 x 1 Simvastatin 10 mg tab (0-0-1)2. Terapi Non-MedikamentosaA. Fisioterapi

Evaluasi:

Kelemahan anggota gerak sinistra (kekuatan otot ektremitas superior 3/4/2/3, ekstremitas inferior 4/4/4/4) Gangguan AKS (grooming, toileting, dressing)Program:

Infra-red pada ekstremitas superior sinistra dan ekstremitas inferior sinistra. Latihan lingkup gerak sendi (LGS) untuk ekstremitas superior dan inferior sinistra

Latihan peningkatan kekuatan otot-otot ekstremitas superior dan inferior sinistra Streching ekstremitas superior dan inferior Sinistra

B. Okupasi Terapi

Evaluasi:

Kelemahan anggota gerak sinistra (kekuatan otot ektremitas superior 3/4/2/3, ekstremitas inferior 4/4/4/4)

Gangguan AKS (grooming, toileting, dressing)Program:

Latihan peningkatan AKS (grooming, toileting, dressing) dengan aktivitas dan ketrampilan Latihan motorik halus

Latihan kordinasi jari-jari

C. Terapi WicaraEvaluasi : DisartriaProgram : Latihan artikulasiD. Psikologi

Evaluasi: Penderita merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya Program:

Memberi dukungan mental pada penderita dan keluarga, memberikan motivasi untuk berobat dan latihan Memberi bimbingan dan konseling pada penderita dan keluarga untuk kesiapan dalam menjalani program rehabilitasi medik agar lebih percaya diriE. Sosial MedikEvaluasi:

Penderita seorang kontraktor, mempunyai 2 orang anak dan sudah menikah serta tinggal di pulau jawa, tidak ada tanggungan lagi. Tinggal di sebuah rumah permanen bersama istrinya. Kamar mandi dan water closed (WC) terletak di dalam rumah, kloset jongkok. Biaya pengobatan penderita saat ini ditanggung sendiri.Program :

Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan berlatih secara teratur.

Mengadakan edukasi dan evaluasi terhadap lingkungan rumah. Modifikasi kloset jongkok menjadi kloset duduk.VII. PROGNOSIS

Prognosis vitam

: dubia ad bonam

Prognosis functionam

: dubia ad bonam

Prognosis ad sanationam : dubia ad bonamDAFTAR PUSTAKA

1. Machfoed MD, Hamdan M, Machin A, Wardah RI. Buku ajar ilmu penyakit saraf. Departemen Ilmu penyakit saraf. Fakultas kedokteran Universitas Airlangga 2011. 91-982. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro Klinis Dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian Rakyat, 1995 ; 269 302

3. Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A First Large Prospective Hospital Based Study of Acute Stroke in 28 Hospitals in Indonesia. Jakarta ; 19964. Harvey RL, et all. Stroke Syndromes. In: Braddom LR. Physical Medicine and Rehabilitation. Second Volume. New York :Elsevier Saunders; 2011; p. 1180-1181.5. Walelang TH. Faktor Resiko dan Pencegahan Stroke. Poceeding symposium stroke up date. Manado. Perdosi, 2001.

6. Karema W. Diagnosis dan Klasifikasi Stroke. Dalam : Siwi R, Supit W. Et all eds. Stroke Up Date. Bagian Neurologi / SMF FK UNSRAT / RSUP Manado. Perdossi. Manado, 2002 ; 1 17. Soendoro T, On behalf of RISKESDAS team. Report on result of National Basic Health Research (RISKESDAS) 2007. Jakarta: The National Institute of Health Research and Develompment Ministry of Health Republic of Indonesia; 2008.8. Deryke Xiliu, Baldwin Kathleen. Management of acute ischemic stroke and transient ischemic acute. Neurology and psychiatry journal 2007. P 71-919. D Anderson, D Larson, Bluhm J, et al. Diagnosis and initial treatment of ischemic stroke. ICSI Health Care Guideline juni 201210. Shah Sid. Stroke Pathophysiology. Foundation for education and research in neurogical emergencies.11. Feigin, Valery. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.12. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after Sroke. In : Basic Clinical Rehabilitation Medicine. Philadelphia. Mosby, 1993 ; p. 87-8

13. Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, Mogi TI, Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. Fakultas kedokteran Unsrat. Manado 2006.14. Post Stroke Rehabilitation. National Of Neurogical Disorder and Stroke. October 2014.15. Stroke rehabilitation : Long term rehabilitation after stroke. NICE Guideline 2013.15