lapkas oa genu bilateral
DESCRIPTION
asasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoarthritis adalah merupakan penyakit sendi degeneratif yang keseluruhan struktur
sendinya mengalami perubahan patologis. Tanda perubahan patologis, yaitu kerusakan tulang
rawan (kartilago) hialin sendi, meningkatnya ketebalan serta sclerosis dari lempeng tulang,
pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan
melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berhubungan erat dengan usia
lanjut terutama pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban. Secara
klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi oleh hambatan gerak.1
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling sering menyerang manusia dan
dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua. Osteoarthritis lutut merupakan jenis
penyakit sendi terbanyak yang dijumpai di seluruh dunia dan penyebab nyeri serta kecacatan
pada usia lanjut dibandingkan dengan penyakit lain.2
Prevalensi osteoarthritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5%
pada pria dan 12,7% pada wanita.3 Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang
kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosio – ekonomi yang besar, baik di negara
maju maupun negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia
menderita cacat karena osteoarthritis. Pasien osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri pada waktu
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih
berat nyeri dapat dirasakan terus-menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Lama
kelamaan kekuatan otot berkurang, tidak mampu untuk naik tangga, serta sulit jongkok.4 Pada
tahap awal, nyeri timbul bila selesai latihan fisik yang berat dan kemudian hilang saat istirahat.
Keluhan kemudian berlanjut menjadi kekakuan sendi sewaktu bangun pagi yang hilang dalam
waktu 15-30 menit dan makin berkurang setelah digerakkan.5
Berikut ini akan dibahas tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang rehabilitasi medik
pada penderita osteoarthritis genu bilateral.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi, dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi yang kompleks, terdiri dari
proses perbaikan pada kartilago, tulang dan sinovium diikuti komponen sekunder proses
inflamasi. Prosesnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai seluruh sendi,
termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul, dan jaringan sinovial serta jaringan ikat
periartikuler. Paling sering mengenai vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.2
B. Epidemiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di
Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami gejala
osteoarthritis. Di Amerika 1 dari 7 penduduk menderita osteoarthritis. Di dunia barat
osteoarthritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab
ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga).6
Prevalensi osteoarthritis secara jelas meningkat sesuai dengan pertambahn usia. Kondisi ini
jarang ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kegemaran,
ras, dan hereditas seluruhnya bisa berperan dalam manifestasi klinis osteoarthritis.7
C. Etiologi
Etiologi pasti dari osteoartritis genu sampai saat ini belum diketahui pasti, akan tetapi
beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh:2
- Umur : Umumnya ditemukan pada usia lanjut
- Obesitas : kelebihan berat badan (kegemukan) akan menyebabkan pembebanan yang
berlebihan pada sendi yang banyak menumpu berat badan.
- Jenis kelamin : pada usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena berhubungan
dengan menopause
2
- Aktifitas fisik dan pekerjaan : adanya stres yang berkepanjangan pada lutut seperti pada
olahragawan dan pekerjaan yang yang terlalu banyak menumpu pada lutut seperti
membawa beban, atau berdiri yang terus-menerus mempunyai resiko yang lebih besar
terkena osteoarthritis.
- Riwayat trauma langsung maupun tidak langsung dan immobilisasi yang lama
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang biasanya dikeluhkan oleh pasien yang menderita osteoarthritis antara
lain:4
- Nyeri sendi: keluhan ini merupakan keluhan utama yang sering kali membawa pasien ke
dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding
gerakan yang lain.
- Hambatan gerakan sendi: gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
- Kaku pagi: pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas,
seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah
bangun tidur.
- Krepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
- Pembesaran sendi (deformitas): pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya
(seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
- Perubahan gaya berjalan: hampir semua pasien osteoarthritis pergelangan kaki, tumit,
lutut atau panggul berkembang menjadi
pincang dan merupakan gejala yang
menyusahkan pasien.
Gambar 1. Gambaran sendi normal
dan sendi yang terkena
osteoarthritis
3
E. Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologis, osteoarthritis dibedakan menjadi dua, yaitu osteoarthritis primer
dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga osteoarthritis idiopatik yaitu
osteoarthritis yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoarthritis sekunder adalah osteoarthritis
yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan herediter, jejas
mikro dan makro serta imobilisasi terlalu lama. Kasus osteoarthritis primer lebih sering dijumpai
pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder. Selama ini osteoarthritis
sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah
diketahui bahwa osteoarthritis merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago
dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut
diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme
lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.4
Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena
faktor umur, stres mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan obesitas. Jejas mekanis
dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul
abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan
terjadinya inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri. Osteoarthritis terjadi sebagai hasil
kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang dan inflamasi cairan sendi. Terjadi
peningkatan degradasi kolagen yang mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi yang
berakumulasi di sendi, menghambat fungsi serta mengawali respon imun yang menyebabkan
inflamasi sendi.4
Penyebab rasa sakit pada osteoarthritis merupakan akibat dari dilepasnya mediator kimiawi
seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendon atau
ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada
sendi juga diakibatkan oleh osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari
medulla spinalis.4
F. Diagnosis
4
Dalam mendiagnosis osteoarthritis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang. Pada anmnesis akan didapatkan gejala-gejala yang sudah berlangsung
lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.7 Gejala utama adalah nyeri pada sendi yang
terkena, terutama pada waktu bergerak. Awal mula merasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin
bertambah berat sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari dapat timbul
setelah imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun tidur.
Krepitasi atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan dari penderita
osteoarthritis.8
Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut yaitu:
a. McMurray Test
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi meniskus medial dan
lateral. Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan satu tangan pemeriksa memegang
tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi
lutut. Tungkai bawah eksorotasi dan endorotasi kemudian secara perlahan-lahan
diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “krek” atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka
meniskus medial atau bagian lateral yang mungkin terobek.9
b. Anterior Drawer Test
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi ruptur atau instabilitas ligamentum krusiatum anterior.
Penderita berbaring terlentang dengan salah satu lutut difleksikan. Pemeriksa duduk di tepi
meja periksa, bersandar pada kaki penderita untuk menstabilkannya. Pemeriksa meletakkan
5
Gambar 2. Pemeriksaan McMurray
kedua tangannya di bagian proksimal tungkai bawah dengan ibu jari pada kedua sisi tulang
tibia anterior distal dan jari-jari lainnya melingkar di belakang tungkai bawah. Pemeriksa
mencoba untuk menarik tibia ke depan. Bila ditemukan tulang tibia yang menggeser ke
depan lebih dari 5 mm, maka dianggap anterior drawer test positif.9
c. Posterior Drawer Test
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi ruptur atau instabilitas ligamentum krusiatum posterior.
Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test. Pada tes ini pemeriksa
meletakkan tangan pada bagian proksimal tungkai bawah dan ibu jari berada dibagian distal
tulang patela kemudian di dorong ke arah belakang. Tes ini positif jika ditemukan tulang
tibia bergeser ke belakang.9
6
Gambar 3. Anterior Drawer Test
Gambar 4. Posterior Drawer Test
d. Appley Compresion Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan cedera ligamental atau meniscus. Penderita dalam posisi
berbaring tengkurap dengan tungkai bawah difleksikan 90. Kemudian dilakukan penekanan
pada tumit pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam
(endorotasi) dan luar (eksorotasi). Tes ini apabila pasien merasakan nyeri pada bagian lutut.9
e. Appley Distraction Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan cedera meniskus atau ligamental pada persendian lutut.
Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley Comppresion Test. Lakukan
distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar (eksorotasi) dan kedalam
(endorotasi). Apabila pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tes
ini positif.9
f. Test for
lateral stability
Tes ini untuk menilai instabilitas ligamen kolateral lateral. Penderita dalam posisi berbaring
telentang dengan lutut ekstensi penuh. Pegang tungkai bawah dengan satu tangan diletakkan
pada lutut bagian posterior medial saat memaksakan bagian distal tungkai bawah ke medial.
Buatlah daya varus pada lutut dan tekanan pada ligamentum kolateral lateral. Manuver
7
Gambar 5. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test
dilakukan pada 0 dan fleksi lutut 30. Tes positif jika nyeri dan atau peningkatan celah pada
garis sendi lateral.9
g. Test for Medial Stability
Tes ini untuk menilai instabilitas ligamen kolateral medial. Penderita tidur telentang dengan
lutut ekstensi penuh. Pegang tungkai bawah dengan satu tangan diletakkan pada lutut bagian
posterior lateral dan memaksakan bagian distal tungkai bawah ke lateral. Buatlah daya valgus
pada lutut dan tekanan pada ligamentum kolateral medial. Manuver dilakukan pada 0 dan
fleksi lutut 30. Tes bernilai positif jika nyeri dan atau peningkatan pemisahan pada garis
sendi medial.9
8
Gambar 6. Test for lateral stability
Gambar 7. Test for Medial Stability
G. Gambaran Radiologi
Pada sebagian besar kasus, foto rontgen pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup
memberikan gambaran diagnostik yang lebih canggih. Gambaran radiografi sendi yang
menyokong diagnosis osteoarthritis ialah:4
- Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban)
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi
- Perubahan struktur anatomi sendi
Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi diatas, secara radiografi osteoarthritis dapat
digradasi menjadi ringan sampai berat (kriteria Kellgren dan Lawrence).4
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren & Lawrence:10
Derajat 0 : Radiologi normal.
Derajat 1 : Penyempitan celah sendi meragukan.
Derajat 2 : Osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
Derajat 3: Osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sclerosis
sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
Derajat 4 : Osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis
yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.
The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis osteoarthritis lutut
idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:19
9
Tabel 1. Kriteria diagnosis osteoarthritis
Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis
Nyeri lutut + minimal 5 dari 9
berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada
perabaan
- led < 40mm/jam
- rheumatoid factor < 1:40
- cairan sinovial: jernih,
viscous,
leukosit < 2000/mm3
Nyeri lutut + minimal 1 dari 3 berikut
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi + osteofit
Nyeri lutut + minimal 3 dari
6 berikut :
- umur> 50 tahun
- stiffnes < 30 menit
- Krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada
perabaan
H. Penatalaksanaan
Tatalaksana pada penderita osteoartritis berupa terapi farmakologis dan non farmakologis
yaitu:4,11
1. Terapi non farmakologis
- Edukasi dan penerangan
- Terapi fisik dan rehabilitasi
- Penurunan berat badan
2. Terapi farmakologis
- OAINS
- OAINS topikal
- Chondroprotective
- Steroid intra-artikuler
10
3. Terapi bedah
- Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus
- Osteotomi
- Artroplasti sendi total
I. Rehabilitasi Medik pada osteoartritis
Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarthtritis antara lain:12-14
Fisioterapi
a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan,
mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat
juga menggunakan es yang dikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat
berupa cryotherapy, kompres es dan masase es.
b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja
(Hot pack, infra red, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas dalam,
yaitu panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,
tulang, dan sendi. Diatermi gelombang mikro (MWD), diatermi gelombang pendek
(SWD), diatermi gelombang suara ultra (USD). Pada kasus osteoarthritis digunakan
diatermi gelombang pendek (SWD) dan diatermi gelombang suara ultra (USD).
c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan modalitas yang
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui peningkatan ambang
rangsang nyeri.
d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan
bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah digerakan. Suhu air
yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.
e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan
pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan
meningkatkan fungsi yang menyeluruh. Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan,
peregangan dan rekreasi.
Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) untuk
memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan kembali
kegiatan atau perkerjaan normalnya.
11
Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi
kecacatan, menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh yang sakit. Pada penderita
OA biasa dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.
Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan dan memecahkan masalah sosial yang
berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga maupun
lingkungan masyarakat.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. HML
Umur : 64 Tahun
Alamat : Tondano
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen Protestan
Suku : Minahasa
Tanggal Periksa : 4 Januari 2015
2. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Nyeri kedua lutut.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak ±6 bulan yang lalu. Awalnya penderita merasa sakit di
lutut kiri dan kemudian di lutut kanan. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Nyeri
tidak menjalar. Saat timbul nyeri, lutut sukar digerakkan. Nyeri bertambah saat naik atau
turun tangga, jongkok saat buang air besar, atau hendak merubah posisi dari duduk atau
jongkok ke berdiri, dan sebaliknya. Nyeri berkurang saat penderita beristirahat. Saat
menggerakkan kedua lututnya sering terdengar bunyi “krek”. Kaku pada pagi hari durasinya
±5 menit dan apabila lutut digerak-gerakkan, kekakuan berkurang. Riwayat trauma (+) ± 10
tahun yang lalu jatuh dari tangga dan lutut terbentur dilantai. Selama ini bila nyeri, penderita
hanya meminum obat analgetik. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dahulu :
- Hipertensi (+) ±5 tahun lalu mendapat terapi Amlodipin 10mg dikonsumsi
secara teratur
13
- Kolesterol disangkal oleh penderita
- Diabetes mellitus disangkal oleh penderita
- Asam urat (+) ±8 bulan yang lalu mendapat terapi Allopurinol 100 mg, hanya
dikonsumsi pada saat pasien merasa nyeri lutut.
Riwayat Keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat kebiasaan dan aktifitas :
- Penderita adalah ibu rumah tangga
- Banyak aktivitas dilakukan dengan berdiri lama.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita adalah seorang janda. Penderita memiliki lima orang anak yang semuanya sudah
berkeluarga. Penderita tinggal di rumah permanen, satu lantai, pakai wc jongkok. Di rumah
penderita tinggal dengan seorang pembantu rumah tangga. Biaya hebutuhan sehari-hari
mencukupi, diberi oleh anak-anaknya dan hasil pensiunan suaminya. Biaya pengobatan oleh
ASKES.
Visual Analog Scale (VAS) :
04 Januari 2015
Genu dekstra
0 5 10
Genu sinistra
0 3 10
14
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis GCS: E4M6V5
Tekanan darah : 140/90 mmHg Respirasi: 20 x/m
Nadi : 84 x/m Suhu : 36,70C
Tinggi badan : 154 cm
Berat badan : 77 kg
Indeks massa tubuh : 32,47 kg/m2 (overweight)
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pupil bulat
isokor 3mm-3 mm, refleks cahaya langsung kiri dan
kanan ada, refleks cahaya tidak langsung kiri dan kanan
ada.
Leher : Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar getah bening
tidak ada.
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Cor/Pulmo: dalam batas normal.
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
bising usus (+) normal.
Extremitas : Hangat, capillary refill time (CRT) ≤ 2
Status lokalis
Regio genu Dextra
Inspeksi : Edema(-), Kemerahan (-), deformitas (+) varus
Palpasi : Hangat (-), nyeri tekan (-), krepitasi (+)
Movement : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (-)
Regio genu Sinistra
Inspeksi : Edema(-), Kemerahan (-), deformitas (+) varus
Palpasi : Hangat (-), nyeri tekan (-), krepitasi (+)
Movement : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (-)
15
Dextra Sinistra
Lingkar paha
(20 cm di atas Tuberositas Tibia)
45 45
Lingkar lutut 41 41
Lingkar betis
(10 cm di bawah Tuberositas Tibia)
35 32
Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra
Dextra Sinistra Normal
Fleksi 0-1100 0-1100 1350
Ekstensi 0-00 0-00 00
Status Motorik
Ekstremitas inferior
Dextra Sinistra
Gerakan Normal Normal
Tonus Otot Normal Normal
Kekuatan Otot 5/5/5/5 5/5/5/5
Refleks Fisiologis Normal Normal
Refleks Patologis Negatif Negatif
MMT (Manual Muscle Test)
16
Status Sensibilitas
Tes Provokasi
Jenis tes Dextra Sinistra
Anterior drawer - -
Posterior drawer - -
Test for lateral stability - -
Test for medial stability - -
McMurray - -
Appley compression - -
Appley distraction - -
Hasil X-Foto genu AP/Lateral:
17
Dextra Sinistra
L2 (Hip Flexion) 5 5
L3 (Knee extension) 5 5
L4 (Ankle dorsi-flexion) 5 5
L5 (Great toe extention) 5 5
S1 (Ankle plantar-flexion) 5 5
Ekstremitas inferior
Dextra Sinistra
Protopatik Normal Normal
Propioseptik Normal Normal
Kesan : Osteoarthritis genu bilateral
Resume
Perempuan 64 tahun, dengan nyeri kedua lutut sejak ± 6 bulan terakhir ini. Awalnya nyeri
dirasakan pada lutut kiri dan kemudian dilutut kanan. Kekakuan sendi pada pagi hari (+).
Pada pemeriksaan fisik : tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit,
suhu badan 36,70C. Krepitasi genu bilateral (+), Nyeri gerak aktif genu bilateral (+) VAS
Dekstra 5, VAS Sinistra 3.
Diagnosis
Diagnosis klinis : Osteoartritis Genu Bilateral, Nyeri keterbatasan gerak
kedu lutut
Diagnosis etiologi : Degeneratif
Diagnosis topis : Kartilago Genu Bilateral
Diagnosis fungsional : Impairment : Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut.
Disability : Gangguan AKS (toileting, jongkok dan
kemudian berdiri saat bekerja)
Handicap : -
Problem Rehabilitasi
1. Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut
18
2. Gangguan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) seperti : jongkok dan berdiri saat
bekerja, toileting.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
Non medikamentosa
Rehabilitasi medik
Fisioterapi
Evaluasi :
- Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut
- Gangguan AKS seperti jongkok dan berdiri saat bekerja, toileting dll.
Program:
- Short wave diathermi regio genu bilateral
- Stretching m. hamstring dan Strengthening m. quadriceps femoris
ekstremitas inferior bilateral
Okupasi terapi
Evaluasi :
- Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut
- Gangguan AKS seperti jongkok dan berdiri saat bekerja, toileting dll.
Program:
- Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
dengan prinsip mengurangi beban pada sendi lutut (joint protection).
Ortotik prostetik
Evaluasi :
- Nyeri dan keterbatasan gerak kedua lutut
- Gangguan AKS seperti jongkok dan berdiri saat bekerja, toileting dll.
Program:
- Dinamic splint
Psikolog
Evaluasi : Penderita merasa cemas dengan sakitnya.
19
Program: Memberi dukungan kepada penderita agar rajin berlatih di rumah dan
kontrol secara teratur, memberi dukungan mental kepada penderita dan
keluarga agar tidak cemas dengan penyakit yang dideritanya.
Sosial Medik
Evaluasi :
- Biaya hidup sehari-hari cukup dengan menggunakan uang pemberian
anaknya dan hasil pensiunan suaminya. Biaya pengobatan ditanggung
oleh ASKES.
Program:
- Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga mengenai penyakit
penderita dan memberikan dukungan agar penderita rajin melakukan
terapi dan home program.
Home program atau edukasi
- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun tangga,
berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang lama, jongkok saat bekerja diganti
dengan duduk di kursi kecil yang kerendahannya disesuaikan.
- Menggunakan WC duduk.
- Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan ditekuk).
- Jika lutut bengkak, kompres dengan es selama 5-10 menit pada lutut atau daerah
yang bengkak tersebut.
- Ikuti program atau petunjuk yang diberikan dokter rehabilitasi medik dengan
teratur.
Anjuran : pemeriksaan Laboratorium
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad Bonam
Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Osteoartritis. Dalam Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. 2006.h.1317.
2. Suriani S, Lesmana I. Latihan theraband lebih baik menurunkan nyeri daripada latihan
quadrisep bench pada osteoarthritis genu. April.2013.Jurnal Fisioterapi Vol 13(1)
3. Iwamoto J, Takeda T, Sato Y, Matsumoto H. Effect of risedrorate on osteoarthtritis of the
knee.YMJ.2010;51(2):164-170
4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Dalam: Subekti NB, Yudha EK, editor. Jakarta:
EGC. 2009.h. 346-47.
5. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
V. Jakarta. Interna publishing; 2009.h.2538-49.
6. VanWeely S, Leufkens HGM . 2004. Priority Medicines for Europe and the World. A Public
Health Approach to Innovation. World Health Organisation (WHO).p10-12
7. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al. Estimates of the prevalence of arthritis and
other rheumatic conditions in the United States. Part II. Arthritis Rheum. 2008;58(1):26–35.
8. Isbagio H. Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada Osteoartritis. Cermin Dunia
Kedokteran.2008.h 84-87.
9. Miler A, Heckert KD, Davis BA. The 3-minute musculoskeletal & peripheral nerve exam.
New York: Demos medical; 2009.h.65-76.
10. Santiago DT, Kathleen T, Elizabeth F. Rheumatic Diseases. In: Randall L Braddom, editor
Physical Medicine& Rehabilitation. 4th ed. 2007.h.770-771
11. Hochberg MC, et al. American College of Rheumatology 2012: Recommendations for the
Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapies in Osteoarthritis of the Hand, Hip,
and Knee. American College of Rheumatology. 2012 Apr;64(4):465-74.
12. lyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan ilmiah tahunan PERDOSRI.
Bidang pendidikan dan latihan pengurus besar PERDOSRI. Jakarta; 2002.h.53-63.
13. Tulaar ABM. Peran kedokteran fisik dan rehabilitasi medik pada tatalaksana osteoarthritis.
Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest. Februari 2006;46-54.
14. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI; 1999.h.525-6.
21
22