laporan kasus oa genu dextra opa ton

25
LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTHRITIS BOBBY YANDHIKA 02111106 Lahan Praktek : SASANA TRESNA WERDHA

Upload: bobby-yandhika

Post on 24-Dec-2015

172 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

OSTEOARTHRITIS

BOBBY YANDHIKA

02111106

Lahan Praktek :

SASANA TRESNA WERDHA

BINAWAN

INSTITUTE OF HEALTH SCIENCES

Page 2: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

BAB 1

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pendahuluan

Osteoartritis (OA) merupakan sindrom klinis nyeri persendian yang seringkali

menyebabkan gangguan fungsional dan penurunan kualitas hidup (Birrell et al., 2008).

Penyakit ini ialah gangguan sendi tersering dan merupakan penyebab utama nyeri

muskuloskeletal kronik serta gangguan mobilitas pada populasi lanjut usia di seluruh

dunia (Zhang et al., 2008), yang akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup pasien OA.

Meskipun OA memiliki kecenderungan prevalensi meningkat seiring dengan

pertambahan usia, penyakit ini juga dapat diderita pasien usia kerja dengan beberapa

faktor risiko seperti obesitas dan kurangnya kondisi kebugaran fisik .

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis

(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan

dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002

hal 1087).

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang

menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit

ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di

atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan

frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan

tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan

pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut

osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal

proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan

sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis

Page 3: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

merupakan penyakit sendi degenaritif yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago

sendi. Lutut, punggung, tangan, dan pergelangan kaki paling sering terkena

     B.   Etiologi

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1.      Usia/Umur

Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia

pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi

fibrosis tulang rawan.

2.      Jenis Kelamin

Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada

wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak

ditemukan pada pria.

3.      Ras

Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada

kulit hitam.

4.      Faktor Keturunan

Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi interfalang

distal, anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih

sering.

5.      Faktor Metabolik/Endokrin

Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan

berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun wanita.

6.      Faktor Mekanis

Page 4: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

·         Trauma dan Faktor Predisposisi

Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan

predisposisi OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi

berlebihan, dan gangguan kongruensi sendi akan meningkatkan OA.

·         Cuaca dan Iklim

OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.

7.      Diet

Salah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia disebut penyakit Kashin-Beck yang

mungkin disebabkan oleh menelan zat toksin yang disebut fusaria.

C.   Patofisiologi

Selama ini OA sering di pandang sebagai proses penuaan yang tidak dapat

dihindari. Ternyata OA merupakan penyakit gangguan hemeostasis metabolisme

kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum

jelas diketahui.

Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi terjadi multifokal,antara lain faktor

usia, strees mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomis,

obesitas, genetik, humoral, dan faktor kebudayaan. Pemeriksaan biopsi sinovial klien

OA menunjukkan adanya sinovitis. Pada level seluler, terjadi peningkatan aktivitas

sitokin yang menyebabkan dikeluarkannya mediator inflamasi dan matriks

metelloproteinase (MMP). Akibatnaya, ada gangguan sintesis proteoglikan. Selain itu

ditemukan nitrogen monoksida yang berhubungan dengan transmisi neurogenik dari

mediator inflamsi yang menyebabkan kerusakan kartilago jauh dari lokasi peradangan.

Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit

merupakan satu-satunya sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan

dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan

sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitoksin interkoukin 1β

(iL-β) dan tumor necrosis factor α (TNF α), sedangkan faktor anabolik diperankan oleh

transforming growth factor (TNF β) dan insulin-like growth factor 1 (IGF 1).

Page 5: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan osteoklas

yang dalam aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri,

melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului

penyerapan tulang oleh osteoklas yang memerlukan waktu 40 hari, disusul fase

istiraahat, dan kemudian disusul fase pembentukkan tulang kembali oleh osteoblas

yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam penyerapannya, osteoklas melepaskan

transforming growth factor yang meransang aktivitas awal osteoklas. Dalam keadaan

normal, kuantitas dan kualitas pembentukkan tulang baru osteoblas. Pada

osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukkan baru.

D.   Klasifikasi

Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:

1.      Osteoartritis Primer

OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau

beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia

baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada

bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus

heberden).

2.      Osteoartritis Sekunder

OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada

sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat

menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:

·         Trauma /instabilitas.

OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi,

tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas, instabilitas sendi,

ketidaksejajaran dan ketidakserasian permukaan sendi.

·         Faktor Genetik/Perkembangan

Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial,

displasia asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan,

tergelincirnya epifisis) dapat menyebabkan OA.

Page 6: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

·         Penyakit Metabolik/Endokrin

OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit okronosis,

akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi pada sendi.

(misalnya, OA atau artropati karena inflamasi).

Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan

menjasi:

1.      Grade 0 : Normal

2.      Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minim

3.      Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi

menyempit asimetris.

4.      Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan

sendi menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.

5.      Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara

komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.

          E.   Manifestasi Klinis

1.      Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang

melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2.      Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat

memulai kegiatan fisik.

3.      Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi

akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan

menimbulkan rasa nyeri.

4.      Mekanik

Page 7: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan

berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit

yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada

sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat

dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada

waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.

5.      Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan

dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6.      Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7.      Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

Page 8: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

BAB 2

A.  Anatomi, Fisiologi, dan  Biomekanik  Regio  Lutut

1.  Anatomi, Fisiologi Lutut

a.  Tulang pembentuk sendi lutut

Tulang yang membentuk sendi  lutut antara  lain: Tulang  femur distal,  tibia proksimal,

tulang fibula,  tulang patella.

1)  Tulang femur (Tulang paha)

Tulang femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas dengan pelvis dan ke

bawah dengan  tulang  tibia. Tulang  femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis 

dan  epiphysis  distalis.  Pada  tulang  femur  ini  yang  berfungsi  dalam persendian 

lutut  adalah  epiphysis  distalis.  Epiphysis  distalis merupakan  bulatan sepanjang 

yang  disebut  condylus  femoralis  lateralis  dan  medialis.  Di  bagian proksimal 

tonjolan  tersebut  terdapat  sebuah  bulatan  kecil  yang  disebut epicondylus  lateralis 

dan medialis.Pandangan  dari  depan,  terdapat dataran  sendi yang  melebar  ke 

lateral  yang  disebut  facies  patellaris  yang  nantinya  bersendi dengan  tulang patella.

Dan pandangan dari belakang, diantara condylus  lateralis   dan  medialis  terdapat 

cekungan  yang  disebut  fossa  intercondyloideal  (Aswin, 1989).

2)  Tulang patella (Tulang tempurung lutut)

Tulang  patella  merupakan  tulang  dengan  bentuk  segitiga  pipih  dengan apeks 

menghadap  ke  arah  distal.  Pada  permukaan  depan  kasar  sedangkan permukaan

dalam atau dorsal memiliki permukaan  sendi yaitu  facies articularis medialis yang

sempit (Aswin, 1989).

3)  Tulang Tibia (Tulang kering) 

Tulang tibia terdiri dari epiphysis proxsimalis, diaphysis, epiphysis diatalis. Epiphysis 

proxsimalis  pada  tulang  tibia  terdiri  dari  dua  bulatan  yang  disebut

condylus lateralis dan condylus medialis yang atasnya terdapat dataran sendi yang

disebut  facies  artikularis  lateralis  dan  medialis  yang  dipisahkan  oleh  ementio

intercondyolidea.  Lutut merupakan  sendi  yang  bentuknya  dapat  dikatakan  tidak

ada  kesusaian  bentuk,  kedua  condylus  dari  femur  secara  bersama-sama

membentuk  sejenis  katrol  (troclea),  sebaliknya  dataran  tibia  tidak  rata

Page 9: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

permukaannya,  ketidaksesuaian  ini  dikompensasikan  oleh  bentuk  meniscus (Aswin,

1989). Hubungan  - hubungan antara  tulang  tersebut menbentuk suatu sendi yaitu:

antara  tulang  femur  dan  patella  disebut  articulation  patella  femorale,  hubungan

antara tibia dan femur disebut articulatio tibia femorale. Yang secara keseluruhan dapat

dikatakan sebagai sendi lutut atau knee joint.  

4)  Tulang fibula 

Tulang  fibula  ini  berbentuk  kecil  panjang,  terletak  di  sebelah  lateral  dari tibia 

juga  terdiri  dari  tiga  bagian  yaitu:  epiphysis  proximal,  diaphysis,  dan epiphysis

distalis.  Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum  fibula yang ke proximal

meruncing  menjadi  apex  capitulis  fibula.  Pada  capitulum  terdapat  dua  dataran

yang disebut facies articularis capituli fibula untuk bersendi dengan tibia. Diaphysis

mempunyai empat crista lateralis, crista medialis, crista lateralis dan facies posterior.

Epiphysis distalis ke arah lateral membulat disebut malleolus lateralis (mata kaki luar)

(Aswin, 1989)

B.  Patologi

1.  Etiologi 

Pada  umumnya  disepakati  bahwa  etiologi  yang  pasti  dari  OA  tidak diketahui. 

Namun  beberapa  faktor  yang  disebut-sebut mempunyai  peranan  atas timbulnya OA

antara lain:  

 a.  Umur

OA  umumnya  terjadi  pada  usia  lanjut,  namun  belum  jelas  benar  apakah OA

memang terjadi sebagai konsekwensi dari proses penuaan (Isbagio, 2001).

b.  Obesitas

Hubungan  antara  obesitas  dan OA masih  tetap membingungkan,  karena OA  sering 

ditemukan  juga  pada  sendi  yang  tidak  menahan  beban.  Sebaliknya sendi 

pergelangan  kaki  yang  merupakan  sendi  penahan  beban  (weight  bearing joint)

biasanya bebas dari kelainan ini (Hudaya, 1996).

c.  Aktifitas fisik dan kerusakan sendi sebelumnya

Page 10: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

Seseorang  yang  sangat  banyak  melakukan  aktifitas  fisik  dan  sering mengalami 

trauma  yang  berulang  (misal:  para  olahragawan) mempunyai  resiko yang tinggi

untuk terkena OA (Isbagio, 2001).

d.  Faktor genetik (herediter)

Mungkin  ada hubungannya dengan defek pembentukan  serabut  collagen, defek 

pembentukan  proteoglicane  atau  hiperaktivitas  chondrocyte,  yang kesemuanya

mempermudah timbulnya kerusakan sendi (Hudaya,1996).

e.  Faktor hormoral atau penyakit metabolik

Hal  ini  sering  dihubungkan  dengan  kenyataan  bahwa  OA  sering  terjadi pada

penderita diabetes mellitus (Isbagio, 2001).

f.  Faktor makanan

Memakan makanan yang mengandung furasium sporotic hiella.

g.  Penyakit endokrin

Pada  hipotiroidisme  terjadi  produksi  air  dan  garam-garam  proteoglikan yang 

berlebihan  pada  seluruh  jaringan  penyokong,  sehingga  akan merusak  sifat   fisik 

rawan  sendi,  ligament,  tendon,  synovial  dan  kulit  pada  diabeties meillitus, glukusa

akan menyebabkan produksi proteoglikan menurun (Soepratiman, 1987).

h.  Jenis kelamin

Sebelu  usia  40  tahun  kemungkinan  laki-laki  maupun  perempuan  yang terkena

penyakit ini sama. Namun setelah menopause frekuensi OA meningkatkan pada

perempuan (Setiyawan, 2001). Faktor-faktor  tersebut  di  atas  secara  bersama-sama 

akan  menimbulkan faktor  predis  posisi  umum  yang  kemudian  ditambah  dengan 

faktor-faktor biomekanik  lokal  dari  sendi  yang  bersangkutan,  khususnya 

biomekanik  rawan sendi, akan menyebabkan timbulnya proses OA.

2.  Perubahan patologi 

Dalam perubahan patologis dalam kasus OA ada yang akut dan kronis. Di mana 

pengertian  dari  akut  adalah  suatu  kondisi  yang  terjadi  saat  itu  atau  yang terjadi 

suatu  gejala  kurang  dari  2X/24  jam  dan  diawali  dengan  pembengkakan.

Sedangkan  pada  kondisi  kronis  adalah  suatu  kondisi  yang  terjadi  setelah masa

akut atau setelah gejala 2X/24 jam. Pada kondisi OA terjadi perubahan local pada

Page 11: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

kartilago  (tulang  rawan)  dimana  kartilago  yang  mengalami  degenerasi  akantampak

suram, tidak kenyal dan rapuh. Di sekitar sendi dibentuk tulang baru yang sering  kali

menyerupai  duri  disebut  osteopyte  atau  spur  atau  taji  yang  sifatnya lebih rapuh

dari tulang aslinya (Hudaya,1996). Pada aktivitas normal, robekan tulang rawan sendi

lama baru terjadi. Pada tingkat awal OA ditandai dengan  timbulnya perubahan lokal

pada cartilage yang berupa  timbulnya  bila  akibat  adanya  penambahan  jumlah  air 

setempat.  Akibat   adanya penambahan jumlah air ini, akan menyebabkan serabut

collagen setempat terputus-putus dan proteoglican mengalami pembengkakan

(Hudaya, 1996).  Pada  tingkat selanjutnya, akan  terjadi perubahan air dan

proteoglican dan tercerai-cerai,  sehingga  struktur  normal  tulang  rawan  sendi  rusak. 

Kemudian kerusakan diperluas, hal  ini  akan  terus berlangsung dan  akhirnya  seluruh 

tulang rawan sendi akan rusak (Hudaya, 1996).

C.  Objek yang Dibahas 

Di  kita akan membahas masalah yang  terjadi pada osteoarthrosis knee dextra.  

1.  Nyeri 

a.  Definisi

Nyeri  adalah  suatu  pengalaman  sensorik  emosional  yang  tidak menyenangkan

berkaitan dengan  jaringan yang  rusak atau  jaringan yang cenderung rusak

(Widiastuti, 1991).

b.  Macam-macam nyeri

Macam-macam  nyeri  dilihat  dari  sumber  penyebab  nyeri  antara  lain:      

1) nyeri neuromuscolosceletal non neurogenik yang dirasakan pada anggota gerak

yang  timbul  akibat  proses  patologik  jaringan  yang  diliengkapi  serabut  nyeri.         

2)  Nyeri  neuromuscolo  societal  neurogenik  yaitu  nyeri  akibat  iritasi  langsung

terhadap sensoris perifer dengan ciri khas nyeri menjalar sepanjang kawasan distal

saraf yang bersangkutan dan penjalaran nyeri tersebut berpangkal pada  bagian  saraf 

yang  mengalami  iritasi.  3)  nyeri  ridiculer  yaitu  nyeri  yang  timbul akibat  adanya 

iritasi  pada  serabut  sensorik  dibagian  radiks  posterior maupun  saraf spinal

(Sidharta, 1999)

c.   Pengukuran derajat Nyeri

Page 12: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

Nyeri dapat diukur dengan berbagai skala adalah skala VAS, VDS, Skala 5 tingkat yaitu

berjalan 15 meter, jongkok berdiri, toileting, naik dan turun tangga. Penulis  melakukan 

pemeriksaan  derajat  nyeri  dengan  menggunakan  skala VAS  (Visual  Analog  Scale) 

yaitu  cara  pengukuran  derajat  nyeri  dengan menunjukkan  satu  titik  pada  garis 

skala  (0  - 

10). Cara  penulisan  nyeri  dengan

skala VAS yaitu: Salah  satu  ujung  menunjukkan  tidak  nyeri  dan  ujung  yang  lain

menunjukkan nyeri yang hebat. Panjang garris mulai dari titik tidak nyeri sampai titik

yang menunjukkan besarnynya nyeri.

2.  LGS (Lingkup Gerak Sendi) 

Lingkup Gerak Sendi adalah luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu

sendi (DP3fT). Alat ukur yang digunakan adalah goneometer. Posisi  awal  biasanya 

posisi  anatomi  yang  disebut  NZSP  (Neutral  Zero Starting  Position).  Pengukuran 

LGS  dilakukan  pada  tiga  bidang  gerak  dasar, yaitu:

a  Bidang Sagital (S) untuk gerak flexi dan extensi

b  Bidan Frontal (F) untuk gerakan abduksi - adduksi dan side flexi

c  Bidang Transversal (T) untuk gerakan horizontal abduksi - adduksi

LGS  yang  diukur  pada  sendi  lutut  hanya  pada  bidang  frontal.  Diukur sesuai 

dengan  ISOM  (International  Standar  Orthopedic  Measurement).  penulisan

menggunakan  system  SFTR  dengan  tiga  kelompok  angka mulai  dari extensi 

(semua  gerakan  yang  menjauhi  tubuh)  ditulis  pertama  posisi  awal dituliskan

ditengah. Flexi (semua garakan yang mendekati tubuh) ditulis terakhir. Semua gerajkan

diukur dari posisi awal/anatomis (Creapy, 1994). 

3.  Antropometri (pengukur lingkar segmen tubuh) 

Pengukuran  lingkar  segmen  sangat  penting  artinya  dalam  pemeriksaan fisioterapi.

Dengan mengukur  lingkar  angota  gerak  kita  bisa mengetahui  adanya atropi  otot, 

odema  dan  lainnya. Alat  ukur  yang  digunakan Mid  line  (meteran). Pelaksanaan

pengukuran lingkar anggota gerak ini menggunakan patokan-patokan tertentu.  Pada 

kasus  OA  sendi  lutut  patokan  dimulai  dari  tuberositas  tibia (kemudian ukur 5 cm

Page 13: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

diatas  tuberositas  tibia,10 cm diatas  tuberositas  tibia, 5 cm dibawah tuberasitas tibia,

10 cm dibawah tuberositas tibia (Creapy, 1994). 

4.  Kemampuan Fugsional dengan skala Jette

Untuk menilai kemampuan bangkit dari posisi duduk, berjalan (15 m) dan naik  tangga, 

dapat  digunakan  indeks  status  fungsional  jette  (modifikasi  fisher)

(Jette AM, 1980). Indeks  ini  pertama  kali  digunakan  dalam  The  Pilot  Geriatric 

Arthiris Program, Wilconsin USA  tahun  1977  berdasarkan  indeks  ini,  status 

fungsional mempunyai tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: (1) Nyeri, derajat nyeri

saat melakukan aktifitas  terdiri dari 1 =  tidak nyeri, 2 = nyeri, 3 = nyeri sedang, 4 =

sangat  nyeri,  (2) Kesulitan,  derajat  kesukaran  untuk melakukan  aktifitas,  terdiri dari

1 = sangat mudah, 2 = agak mudah, 3 = tidak mudah tetapi juga tidak sulit, 4 =  agak 

sulit,  5  =  sangat  sulit,  (3)  Ketergantungan,  derajat  ketergantungan seseorang

untuk melakukan  aktifitas  terdiri dari 1 =  tanpa bantuan, 2 = bantuan   alat, 3 = butuh

bantuan orang, 4 = butuh bantuan alat dan orang, 5 =  tidak dapat melakukan aktifitas

(Parjanto, 2000).

5.  MMT (Manual Muscule Testing) 

MMT adalah suatu usaha untuk menentukan atau mengetahui kemampuan seseorang 

dalam  mengontraksikan  otot  atau  grup  secara  voluntary.  Untuk pemeriksaan  MMT 

ini  dengan  system  manual  yaitu  dengan  cara  terapis memberikan  tahanan 

kepada  pasien  dari  pasien  disuruh  melawan  tahanan  dari terapis  dan  saat  itu 

terapis  menilai  sesuai  dengan  criteria  nilai  kekuatan  otot (Sujatno et al., 1993).

Page 14: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

BAB III

LAPORAN KASUS

1. Assesment

a) Anamnesa

Nama : Opa S

Usia : 80 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Tidak menikah

Alamat : Jl. Cabe V PKT Kav-32, Pondok Cabe Tangerang

Pekerjaan : Staf duta besar

Hobby : Menyanyi, Sepak bola

Keluhan utama

Pasien mengeluh sakit pada lutut kanan saat berjalan

b) Riwayat penyakit

Riwayat penyakit sekarang :

Osteoatritis Genu Dextra, Parkinson, Glukoma, DM.

Riwayat Penyakit dahulu :

Orang tua pasien menderita Parkinson, Glukoma, dan katarak

2. Pemeriksaan

a) Pemeriksaan umum

- Cara datang : Pasien datang mengunakan tongkat dan ditemani seorang

pendamping

- Kesadaran : Composmentis

- Tensi : 100/70 mmHg

- Nadi : 80x/mnt

- RR : 21x/mnt

Page 15: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

- Status gizi : Baik

b) Pemeriksaan Khusus

i. Inspeksi

Cara datang : Berjalan menggunakan tongkat

ii. Palpasi : Perbedaan suhu antara lutut kana dan kiri, Nyeri pada Ilio tibial

iii. Quick test : nyeri saat menekuk dan meluruskan kaki

iv. Pemeriksaan gerak :sakit saat menggerakan lutut fleksi dan ekstensi

c) Pemeriksaan Psikososial

- Kognitif

Pasien mampu memberikan informasi

-Intrapersonal

Pasien memahami instruksi terapis

-Interpersonal

Pasien dapat berkomunikasi dengan baik

3) Diagnosa

a) Problem

- Ada nyeri pada lutut kanan saat bergerak

- gangguan fungsional saat berjalan karena ada nyeri di lutut kanan

- kelemahan otot

b) OA Genu Dextra

4) Planning

a) Jangka Pendek :

- Mengurangi Nyeri saat gerak

- Mengurangi spasme otot

b) Jangka Panjang :

- Full ROM

- Meningkatkan LGS

Page 16: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

c) Modalitas :

- US

5) Intervensi

US

- Intensitas : 1mHz

- Waktu : 7 menit

- Frekuensi : 2 hari sekali

Streatching

Quadriceps setting,

ABD Hip

Active resisted Fleksi Knee

Bringing exercise

6) Evaluasi : Pengukuran ROM dan LGS

Page 17: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Osteoarthritis adalah penyakit sendi degenerative yang menegenai kartilago

sendi yang sangat sering terjadi. Terjadinya penyakit ini dipengaruhi oleh genetic, usia

metabolism, dan gerakan gerakan pada sendi. OA pada lutut sering terjadi karena lutut

merupakan sendi penyangga berat tubuh yang utama.

Latihan merupakan bagian penting dalam manajemen pada pasien dengan OA

lutut. Tujuan program latihan pada pasien OA adalah mengurangi nyeri dan

memperbaiki fungsi, melindungi sendi dari kerusakan lebih lanjut, serta mencegah

disabilitas dan menurunnya kesehatan yang terjadi karena inaktivitas dengan

meningkatkan level aktifitas fisik sehari-hari dan memperbaiki daya tahan fisik.

Penelitian menunjukan pada latihan OA relative aman tetapi harus disusun

secara individual dengan mempertimbangkan usia dan mobilitas pasien secara umum.

Cochrane Database of System Review dan Philadelpia Panel Evidence Based Clinical

Practice Guidelines menyimpulkan bahwa latihan penguatan, peregangan, latihan

aerobic dan latihan fungsional terbukti mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi fisik

pada penderita OA. Latihan juga dapat meningkatkan fleksibilitas, memperbaiki aliran

darah dan kerja jantung, menjaga/menurunkan berat badan, memperbaiki mood, dan

meningkatkan daya tahan tubuh.

Page 18: LAPORAN KASUS OA Genu Dextra Opa Ton

DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23462/5/Chapter%20I.pdf,

Universitas Sumatra Utara

2. http://digilib.unimus.ac.id

3. Elyas E.Pendekatan terapi fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan ilmiah tahunan

PERDOSRI 2002. Bidang pendidikan dan latihan pengurus besar PERDOSRI. Jakarta,

2002

4. Pain exercise. Knee Pain exercise