rm refrat.docx

28
TINJAUAN PUSTAKA BAB I FRAKTUR TIBIA 1. Definisi Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari kekuatan tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. 1 Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau persendian pergelangan kaki. 2 Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan tulang osteoporosis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat jatuh atau benturan benda keras. 8

Upload: yayaseptiana

Post on 22-Dec-2015

284 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: RM Refrat.docx

TINJAUAN PUSTAKA

BAB I

FRAKTUR TIBIA

1. Definisi

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari kekuatan tersebut, keadaan

tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan

apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.1

Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia

dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus),

diafisis, atau persendian pergelangan kaki.2

Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia

sebelah kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh

yang bertumpu pada kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak

dan wanita lanjut usia dengan tulang osteoporosis dan tulang lemah

yang tak mampu menahan energi akibat jatuh atau benturan benda

keras. 8

2. Anatomi dan fisiologi tulang

Sistem kerangka manusia terdiri dari susunan berbagai tulang-

tulang yang banyaknya sekitar 206 tulang. Fungsi rangka manusia :

1. Menahan seluruh bagian tubuh supaya tidak roboh.

2. Melindungi organ dalam seperti otak, jantung dan paru-paru.

3. Tempat melekatnya otot – otot sebagai alat penggerak tubuh.

4. Tempat pebuatan sel-sel darah terutama eritrosit.

5. Memberikan bentuk pada tubuh

Anatomi ekstremitas manusia terdiri dari superior dan inferior.

Ekstremitas inferior terdiri dari os coxae, os femur, os patella, os

fibula, os tibia, os tarsalia, os metatarsalia, dan os falang.

Page 2: RM Refrat.docx

Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pipa yang terbesar

setelah tulang pahan yang membentuk persendian lutut dengan os

femur. Pada bagian ujungnya terdapat tonjolan ynag disebut os

maleolus lateralis.

Os tibia berbentuk lebih kecil pada bagian pangkal melekat pada

os fibula pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang

pangkal kaku dan terdapat laju yang disebut os maleolus medialis. 2

3. Etiologi

Etiologi dari fraktur ada 3 yaitu:

a. Cidera atau benturan

b. Fraktur patologik

Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah

menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.

c. Fraktur beban

Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang

yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di

Page 3: RM Refrat.docx

terima dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai

latihan lari.

4. Faktor Risiko

Faktor manusia

Beberapa faktor yang berhubungan dengan fraktur atau patah tulang

antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas olah raga dan

massa tulang.

a. Usia

Pada kelompok usia munda cenderung lebih berisiko karena

banyaknya aktivitas berat yang dilakukan dari pada kelompok usia

tua.

b. Jenis Kelamin

Umumnya pada laki-laki akan mengalami peningkatan risiko

karena lebih banyak mengalami kecelakan baik kecelakaan kerja

maupun lalu lintas.

c. Aktivitas olahraga

Aktivitas olahraga berat dengan gferakan yang cepat dapat menjadi

salah satu risiko penyebab cidera pada otot dan tulang. Daya tekan

pada saat berolahraga seperti hentakan, loncatan atau benturan

dapat menyebabkan cidera dan jika hentakan atau tekanan itu besar

dapat menyebabkan fraktur.

d. Massa tulang

Massa tulang rendah akan cenderung mengalami fraktur daripada

massa tulang yang padat. Walaupun dengan benturan yang sedikit

dapat langsung menimbulkan patah tulang karena massa tulang

yang rendah dan tidak dapat menahan daya dari benturan itu.5,8

Faktor perantara

Trauma benturan dapat dikatakan sebagai perantara terjadinya fraktur .

benturan yang keras dapat menimbulkan fraktur karena tidak mampu

untuk menahan daya tekan yang ditimbulkan sehingga tulang retak atau

patah.4

Page 4: RM Refrat.docx

Faktor lingkungan

Factor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya fraktur adalah kondisi

jalan yang licin, permukaan jalan yang tidak rata atau bergelombang,

lantai yang licin dapat menyebabkan terjadinya fraktur akibat terjatuh.

Aktivitas pengendara yang dilakukan dengan cepat dijalan raya yang padat

dan tidak menaatin rambu lalu lintas dapat menimbulkan kecelakaan.5

5. Klasifikasi Fraktur

Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia

luar di bagi menjadi 2 antara lain:

a. Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu:

Derajat I :

I. Luka <1 cm

II. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk

III. Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan

IV. Kontaminasi minimal

Derajat II :

I. Laserasi >1 cm

II. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi

III. Fraktur kominutif sedang

IV. Kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur

kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi.

Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:

I. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,

meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur

Page 5: RM Refrat.docx

segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma

berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.

II. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang

terpapar atau kontaminasi masif.

III. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki

tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.1,7,8

6. Gambaran Klinis

Gambaran klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,

deformitas, pemendekan ekstrimitas, krepitus, pembengkakan lokal,

dan perubahan warna.

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

di imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk

bidai alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar

fragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran

fraktur menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui

dengan membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas

tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

d. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen

satu dengan yang lainya.

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini

biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.7,8

7. Stadium penyembuhan fraktur

Proses penyembuhan fraktur terdiri atas lima stadium yaitu :

Page 6: RM Refrat.docx

a. Pembentukan hematom

Fraktkur merobek pembuluh darah dalam medulla, korteks, dan

periosteum sehingga timbul hematom.

b. Organisasi

Dalam 24 jam kapiler dan fibroblast tumbuh kedalam hematom

yang disertai dengan infiltrasi sel-sel peradangan dengan demikian

daerah bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi fibroblastic

vaskuler.

c. Kalus sementara

Sekitar hari ketujuh mulai timbul kartilago dan jaringan osteoid

dalam jaringan granulasi ini. Kalus sementara terbentuk dari

mineralisasi yang terjadi karena jaringan osteoid dalam bentuk

spikular irregular dan trabekular.

d. Kalus definitive

Kalus sementara yang tidak beraturan secara bertahap akan diganti

oleh tulang yang teratur dengan susunan havers-kalus definitive.

e. Remodeling

Kontur normal tulang mulai tersusun kembali melalui proses

remodeling akibat pembentukan tulang mioplastik ataupun resorpsi

osteoklastik.1,8

8. Penatalaksanaan

a. Non operatif

Prinsip penanganan fraktur adalah rekognisi, reduksi, retensi dan

rehabilitasi.

Rekognisi (Pengenalan )

Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk

menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada

tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak.

Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas

integritas rangka.

Reduksi (manipulasi/ reposisi)

Page 7: RM Refrat.docx

Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen

fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti

letak asalnya. Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga

kembali seperti semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat

dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka.

Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah

jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena

edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur

menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami

penyembuhan.

Retensi (Immobilisasi)

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga

kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi,

fragmen tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam

posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi

dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode

fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,

pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di

gunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan sebagai bidai interna

untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang

diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang

dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus

menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat

fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan

menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan

digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat

dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis. Prinsip dasar

dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan

pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona

trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain

dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang

Page 8: RM Refrat.docx

berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan

sebagai temporary treatment untuk trauma muskuloskeletal atau

sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma

yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak.

Rehabilitasi

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk

menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan,

harus segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk

mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi.

b. Operatif

Penatalaksanaan fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu:

1) Absolut

a) Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga

memerlukan operasi dalam penyembuhan dan perawatan

lukanya.

b) Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk

memperbaiki jalannya darah di tungkai.

c) Fraktur dengan sindroma kompartemen.

d) Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki

mobilitas pasien, juga mengurangi nyeri.

2)Relatif, jika adanya:

a) Pemendekan

b) Fraktur tibia dengan fibula intak

c) Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama

Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Fiksasi eksternal

a) Standar

Page 9: RM Refrat.docx

Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan

cidera multipel yang tidak stabil, dan dapat juga digunakan

pada fraktur terbuka dengan luka terkontaminasi. Dengan

metode ini, luka operasi dapat dibuat bisa lebih kecil dan

meminimalisir trauma tambahan yang dapat memperlamba

penyembuhan.

b) Open reduction with eksternal fixation (OREF)

Cara ini digunakan pada fraktur diafisis tibia yang

mencapai ke metafisis. Keuntungan penatalaksanaan fraktur

dengan cara ini yaitu gerakan sendinya menjadi lebih stabil.

Kerugian cara ini adalah mudahnya terjadi komplikasi pada

penyembuhan luka operasi.

c) Intramedullary nailing

Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada

fraktur terbuka atau tertutup. Keuntungan cara ini adalah

mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan

menghindarkan trauma pada jaringan lunak.

2) Amputasi

Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia,

putusnya nervus tibia dan pada crush injury dari tibia.5,6,8

9. Komplikasi

Komplikasi fraktur antara lain:

a. Komplikasi awal fraktur antara lain syok, sindrom emboli lemak,

sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler

nekrosis.

Syok

Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan

(banyak kehilangan darah eksternal maupun yang tidak

Page 10: RM Refrat.docx

kelihatan yang bisa menyebabkan penurunan oksigenasi)

dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak.

Sindroma Kompartement

Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan

dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan

jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran

kompartement otot karena fasia yang membungkus otot

terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat

ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema

atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah

(misalnya : iskemi,dan cidera remuk).

Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak

ada nadi, CRT menurun, syanosis bagian distal, dan

hematoma yang lebar.

Avaskuler nekrosis (AVN)

Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu

yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan di awali

dengan adanya Volkman’s Ischemia.

b. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain

malunion, delayed union, dan non union.

Malunion

Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah

telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya ditandai

dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan

bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan

pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

Delayed Union

Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus

berjalan dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan

Page 11: RM Refrat.docx

normal. Delayed union merupakan kegagalan fraktur

berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang

untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan

suplai darah ke tulang.

Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan

memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil

setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai dengan adanya

pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk

sendi palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan

karena aliran darah yang kurang.4,8

10. Pencegahan

Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya.

Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau

terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian

kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap

peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari

terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya.

Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang

cepat dilakukan dengan cara hati – hati, memperhatikan

pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat –

akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan

memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada

penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar

tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk

selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis

dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang

Page 12: RM Refrat.docx

patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu

untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat

dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi,

pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun

eksternal.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk

mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan

memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari

atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan

disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan

operatif dan rehabilitasi. 4,5

11. Prognosis

Prognosis dari fraktur tibia dan fibula untuk kehidupan adalah

bonam. Pada sisi fungsi dari kaki yang cedera, sebagian besar pasien

akan pulih seperti sediakala, hal ini juga tergantung dari terapi yang

dilakukan dan gambaran fraktur.8

BAB II

REHABILITASI MEDIK

1. Definisi

Page 13: RM Refrat.docx

Rehabilitasi medik merupakan semua usaha yang dilakukan

untuk mengurangi kecacatan yang bertujuan untuk mengembalikan

fungsi tubuh agar dapat kembali melakukan mobilisasi seperti

biasanya.

Menurut WHO rehabilitasi medik adalah semua tindakan yang

ditujukan guna mengurangi dampak kecacatan dan handicap serta

meningkatkan kemampuan penyandang cacat mencapai integrasi

sosial.

2.Tujuan Terapi

a. Mempertahankan kualitas hidup atau mengupayakan kehidupan

yang berkualitas.

b. Mencegah komplikasi akibat tirah baring.

c. Mencegah terjadinya kaku pada otot atau sendi setelah dilakukan

operasi.

d. Menurunkan rasa nyeri yang dialami penderita setelah operasi.

e. Mempertahankan dan memperbaiki fungsi seperti meminimalkan

bengkak, memantau neurovaskuler, dan dapat melakukan aktivitas

sehari-hari secara bertahap.

3.Terapi Fisik pada Rehabilitasi Medik

a. Weight bearing

Variasi weight bearing atau penumpuan berat badan pada kaki

bergantung pada stabilitas dari reposisi dan metode fiksasi yang

dipakai pada operasinya. Semua pasien seharusnya memulai segera

mobilisasi dari tempat tidur dan ambulasi dengan alat bantu berupa

walker.3

Weight bearing terdiri dari non weight bearing untuk fraktur tidak

stabil setelah operasi, partial weight bearing dapat digunakan pada

fraktur kondisi fraktur yang stabil (nondisplaced or impacted) yaitu

tehnik berjalan dengan tungkai menyangga sebagian dari berat

Page 14: RM Refrat.docx

badan dan full weight bearing mulai dilatih pada saat minggu ke 12

dengan mulai melepas alat bantu seperti walker maupun kruk. Full

weight bearing merupakan tehnik berjalan dengan cara tungkai

menyangga penuh berat badan tanpa alat bantu. 3

b. Range of Motion

Jika nyeri hilang, aktif ROM diberikan pada hip, knee dan ankle.

Awalnya ROM khusus untuk knee, biasanya terbatas karena oedem

dan nyeri. Untuk mengontrol oedem, pasien dapat diperintahkan

untuk mengangkat kakinya.

Lingkup Gerak Sendi Pinggul3

Motion Normal

Flexion 125-128o

Extension 0-20o

Abduction 45-48o

Adduction 40-45o

Internal rotation 40-45o

External rotation 45o

Lingkup Gerak Sendi Lutut3

Motion Normal

Flexion 130-140o

Extension 0oa

Lingkup Gerak Sendi Pergelangan Kaki3

Motion Normal

Dorso Flexion 0-20o

Plantar Flexion 0-50o

Untuk melatih ROM dapat dilakukan sebagai berikut:

Page 15: RM Refrat.docx

- Passive ROM exercise yaitu melatih bagian tubuh dengan bantuan

penuh baik secara manual ataupun mekanik yang dapat melewati

gerak sendi. Sasarannya adalah otot dengan kekuatan 0-1 atau zero

– trace. Tujuannya adalah memelihara mobilisasi sendi.

- Active ROM Exercise adalah latihan gerak aktif tanpa batuan atau

dengan perlawanan. Diindikasikan untuk otot dengan kekuatan 2 - >

4 atau poor - > good. Tujuannya adalah memelihara lingkup gerak

sendi minimal akibat kurang aktivitas dan menstimulasi sistem

cardio pulmoner.3

Assisted active

exc (lat aktif

dgn bantuan)

Free active exc

( Lat aktif

bebas)

Resisted active

exc ( lat aktif

dgn beban)

Indikasi Kelemahan otot

1-2, kesulitan

mengontrol

gerak,

terhambat jarak

pergerakan

sendi

Kelemahan otot

> 3, kesulitan

mengontrol

gerak tubuh,

terhambatnya

gerak sendi,

ketegangan jar.

Lunak

Kelemahan

otot 4, atropi

otot atau otot

menyusut

Kontra

indikasi

Total bed rest,

sendi yang

membutuhkan

mobilisasi.

Total bed rest Nyeri/ edema

setelalh sesi

exc

Dosis Repetisi 10-

30x/macam

W : sesuai

toleransi

F : 1x/hari

S : 1 seri = 6x

Repetisi 10-

30x/macam

W : 2-3

menit/macam

F : 1x/hari

S : 1 seri = 6x

Repetisi 10-

30x/macam

W : sesuai

toleransi

F : 1x/hari

S : 1 seri = 6x

- Stretchinng exercise adalah latihan denga peregangan

Page 16: RM Refrat.docx

c. Kekuatan otot

Latihan kekuatan otot yang dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan kekuatan otot didaerah yang terkena fraktur.

a) Gluteus medius: abduksi pinggul

b) Iliopsoas: fleksi pinggul

c) Gluteus maximus: ekstensi pinggul

d) Adductor magnus, longus, and brevis: adduksi pinggul

e) Quadriceps: ekstensi lutut

f) Hamstrings: fleksi lutut

g) Tibialis anteriar : dosofleksi inversi

h) Gastrocnemius, soleus : plantar flexi

i) Tibialis posterior : inversi

j) Peroneus longus, peroneus brefis : eversi

d. Aktifitas fungsional

Pada pasien weight bearing pasien dapat menggunakan anggota

gerak untuk membantu ketika berpindah posisi dari kasur dan kursi

dengan dibantu asisten. Sedangkan pada pasien non weight bearing

pasien disuruh berpindah posisi pada porosnya dengan bantuan

kruk.7

e. Berjalan

Menggunakan alat bantu kruk atau walker untuk berpindah tempat.

Pada non weight bearing pasien menggerakkan kruk dahulu lalu

diikuti ekstremitas yang tidak aktif. Pada pasien weight bearing,

pasien menggerakkan kruk dahulu lalu ekstremitas yang sehat

diikuti oleh ekstremitas yang fraktur.3,7

Rehabilitasi Pasien Fraktur Tibia setelah Open Reduction Internal

Fixation sejak fraktur hingga 16 minggu 3

Sejak fraktur

hingga 1

minggu

-Isometric gluteal, quadriceps exercise

-Isotonic ankle exercise

Page 17: RM Refrat.docx

-General conditioning, strengthening exercise

2 minggu -Active, active assistive range of motion to the hip, knee, ankle.

-Isometric gluteal, quadriceps strengthening exercise

-Latihan transfer dan ambulasi dengan alat bantu

4-6 minggu -Active, active assistive range of motion to the hip, knee, ankle.

-Isometric gluteal, quadriceps strengthening exercise

-Latihan transfer dan ambulasi dengan alat bantu

8-12 minggu Isometrik dan isotonik hip dan knee

12-16 minggu -Isometrik dan isotonik hip dan knee

-Full weight bearing

DAFTAR PUSTAKA

1. Appley, AGL. Salomon. 1995. Buku ajar Ortopedi Fraktur Sistem

Appley.Edisi 7. Jakarta: Widya Medika

2. Budianto A & Azizi M., 2004. Guidance to Anatomy I. Surakarta: Sebelas

Maret University Press.

3. Hoppenfeld, S., Murthy, V. 1999. Treatment and Rehabilitation of

Fracture.

Page 18: RM Refrat.docx

4. Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

5. Prince, A.S, Wilson, M.L. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses

Penyakit . Jakarta : EGC ; 2001.

6. Taylor Kenneth W M. D , Vasantha L. Murthy M. D. 2000. Threatment

and  Rehabilitation of Fractures

7. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar:

Bintang Lamumpatue.

8. Sjamsuhidajat, R,de Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

Jakarta : EGC

9. Snell, R. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:

EGC pp: 557-91