preskes rm mela

37
PRESENTASI KASUS REHABILITASI MEDIS SEORANG LAKI-LAKI 60 TAHUN DENGAN SPINAL CORD INJURY INCOMPLETE CENTRAL CORD SYNDROME V C 4 FRANKEL C Oleh: Rut Pamela Sudianto G99142123 Pembimbing dr. Trilastiti Widowati, Sp.KFR, M.Kes

Upload: benazier-marcella-besmaya

Post on 10-Dec-2015

255 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Rehab medik

TRANSCRIPT

Page 1: Preskes RM Mela

PRESENTASI KASUS REHABILITASI MEDIS

SEORANG LAKI-LAKI 60 TAHUN DENGAN SPINAL CORD

INJURY INCOMPLETE CENTRAL CORD SYNDROME VC 4

FRANKEL C

Oleh:

Rut Pamela Sudianto

G99142123

Pembimbing

dr. Trilastiti Widowati, Sp.KFR, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RSUD DR.MOEWARDI

2015

Page 2: Preskes RM Mela

STATUS PENDERITA

I. ANAMNESA

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. P

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh bangunan

Alamat : Kadirejo RT/RW 02/01 Gandekan, Jebres, Ska

Status : Menikah

Masuk rumah Sakit : 28 Agustus 2015

Tanggal Periksa : 2, 6 September 2015

No CM : 01 31 19 58

B. Keluhan Utama

Keempat anggota gerak tidak dapat digerakan post trauma

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Satu hari SMRS saat pasien sedang mengerjakn bangunan terjatuh

dari ketinggian 2,7 m. Pasien jatuh dengan posisi kepala dan badan

terlentang di tanah, pingsan (-), muntah (-), kejang (-), setelah kejadian

pasien mengeluh tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki. Satu jam

kemudian pasien ditemukan oleh penolong dan dibawa ke RS Kustati,

namun karena keterbatasan biaya, pasien APS dari RS Kustati, kemudian

pasien mengurus BPJS dan dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi dengan

diagnosis trauma tulang belakang.

Tanggal 2 September 2015, pasien mengeluhka tebal di seluruh

tubuh dan merasa lemah di keempat anggota gerak. Pada pemeriksaan

tanggal 6 September 2015, pasien mengeluhkan tebal di bawah leher

sampai ujung kaki dan lemah di keempat anggota gerak.

Page 3: Preskes RM Mela

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kelemahan anggota gerak : Disangkal

Riwayat Trauma : 1 hari SMRS dari ketinggian 2,7 m

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat Mondok : Disangkal

Riwayat Bedah sebelumnya : Disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi

Riwayat Merokok : (+)

Riwayat minum alkohol : Disangkal

Riwayat Olahraga : Disangkal

G. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai buruh bangunan di Solo. Pasien sudah menikah dan

memiliki seorang istri dan 2 orang anak yang sudah berkeluarga. Saat ini

pasien mondok di RSUD Dr. Moewardi dengan menggunakan biaya BPJS.

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan umum lemah, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup

B. Tanda Vital

Tekanan darah : 120/50 mmHg

Nadi : 65x/ menit, isi cukup, irama teratur, simetris

Page 4: Preskes RM Mela

Respirasi : 17x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal

Suhu : 36,50C per aksiler

C. Kulit

Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),

spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).

D. Kepala

Luka di pelipis kanan vulnus ekskoriasi, bentuk mesocephal,

kedudukan kepala simetris, rambut hitam beruban, tidak mudah

rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).

E. Mata

Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung

dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra

(-/-), sekret (-/-)

F. Hidung

Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

G. Telinga

Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)

H. Mulut

Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor

(-), stomatitis (-), mukosa basah (+),

I. Leher

Dipasang rigid collar neck

J. Thoraks

a. Retraksi (-)

b. Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat

Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,

bising (-)

c. Paru

Page 5: Preskes RM Mela

Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler )

Suara tambahan Ronki halus +/+

K. Trunk

Inspeksi : Deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-),

lordosis(-)

Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)

Perkusi : Nyeri ketok kostovertebra (-)

Tanda Patrick/Fabere : (-/-)

Tanda Anti Patrick : (-/-)

Tanda Laseque/SLR : (-/-)

Thomas test : (-)

Ober test : (-)

L. Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Perkusi : Tympani

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar teraba 1 cm dibawah arcus

costa, tepi tumpul, konsistensi kenyal, bruit (-) dan lien

tidak teraba

M. Ekstremitas

Oedem Akral dingin

N. Status Psikiatri

Deskripsi Umum

1. Penampilan : Laki- laki, tampak sesuai umur, perawatan diri cukup.

- -

- -

Page 6: Preskes RM Mela

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik : hipoaktif

4. Pembicaraan : Pasien menjawab setiap pertanyaan pemeriksa

5. Sikap Terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata (+)

Afek dan Mood

- Afek : luas

- Mood : eutimik

Gangguan Persepsi

- Halusinasi: -

- Ilusi : -

Proses Pikir

- Bentuk : realistik

- Isi : waham (-)

- Arus : koheren

Sensorium dan Kognitif

- Daya Konsentrasi : baik

- Orientasi : Orang : baik

Waktu : baik

Tempat : baik

- Daya Ingat : Jangka pendek : baik

Jangka panjang : baik

Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial baik

Insight : derajat 6

Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

O. Status Neurologis

Kesadaran : GCS E4V5M6

Fungsi Vegetatif : Terpasang IV line dan DC, BAB normal

Fungsi Sensorik

Page 7: Preskes RM Mela

- Rasa Eksteroseptik : suhu, nyeri, dan raba menurun

- Rasa Propioseptik : getar, posisi, dan tekan menurun

- Rasa Kortikal :stereognosis, barognosis menurun

Fungsi Motorik dan Reflek :

Ka/Ki

a. Lengan

- Pertumbuhan (n/n)

- Tonus ↓/↓- Kekuatan

- Reflek Fisiologis

Reflek Biseps

Reflek Triceps

T1 C8 C7 C6 C5 / C5 C6 C7 C8 T1

1 1 2 2 3 / 3 2 2 1 1

(↓/↓)

(↓/↓)

- Reflek Patologis

Reflek Hoffman

Reflek Trommer

(-/-)

(-/-)

b. Tungkai

- Pertumbuhan (n/n)

- Tonus ↓/↓- Kekuatan S1 L5 L4 L3 L2 / L2 L3 L4 L5 S1

2 2 2 3 3 / 3 3 2 2 2

- Reflek Fisiologis

Reflek Patella

Reflek Achilles

- Reflek Patologis

ReflekChaddock

Reflek Babinsky

Reflek Oppenheim

(↓/↓)

(↓/↓)

(-/-)

(-/-)

(-/-)

Page 8: Preskes RM Mela

Reflek Gordon

Reflek Scaeffer

Reflek Rosolimo

(-/-)

(-/-)

(-/-)

Nervus Cranialis

II, III  : Reflek cahaya (+ /+), diameter pupil (3/3)

N. III, IV, VI : dbn

N. V : Reflek kornea (+/+)

N. VII : dbn

N. IX, X : DC

N.XII : dbn

Range of Motion (ROM)

NECKROM Aktif ROM Pasif

Fleksi 0 º Sde

Ekstensi 0 º Sde

Lateral bending kanan 0 º Sde

Lateral bending kiri 0 º Sde

Rotasi kanan 0 º Sde

Rotasi kiri 0 º Sde

Ektremitas SuperiorROM Aktif ROM Pasif

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Shoulder

Fleksi 30 º 0 º 0-90º 0-90º

Ektensi 0 º 0 º 0-30o 0-30o

Abduksi 10 º 0 º 0-90º 0-90º

Adduksi 20 º 0 º 0-75º 0-75º

Eksternal Rotasi 0 º 0 º Sde Sde

Internal Rotasi 0 º 0 º Sde Sde

Elbow Fleksi 100 º 0 º 0-150º 0-150º

Ekstensi 10 º 0 º 0-90º 0-90º

Page 9: Preskes RM Mela

Pronasi 20 º 0 º 0-90º 0-90º

Supinasi 20 º 0 º 0-90º 0-90º

Wrist

Fleksi 0 º 0 º 0-20º 0-20 º

Ekstensi 0 º 0 º 0-10 º 0-10 º

Ulnar Deviasi 0 º 0 º 0-30o 0-30o

Radius deviasi 0 º 0 º 0-30o 0-30o

Finger MCP I Fleksi 0 º 0 º 0-40 º 0-40 º

MCP II-IV

fleksi

0 º 0 º 0-40 º 0-40 º

DIP II-V fleksi 0 º 0 º 0-40 º 0-40 º

PIP II-V fleksi 0 º 0 º 0-40 º 0-40 º

MCP I Ekstensi 0 º 0 º 0-40 º 0-40 º

TRUNK ROM Aktif ROM Pasif

Fleksi 0 º Sde

Ekstensi 0 º Sde

Rotasi 0 º Sde

Ektremitas InferiorROM Aktif ROM Pasif

Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Hip

Fleksi 0 º 0 º 0-90º 0-90º

Ektensi 0 º 0 º Sde Sde

Abduksi 30 º 30 º 0-30º 0-30º

Adduksi 30 º 30 º 0-30º 0-30º

Eksorotasi 20 º 20 º 0-30º 0-30º

Endorotasi 20 º 20 º 0-30º 0-30º

KneeFleksi 50 º 50 º 0-50º 0-50º

Ekstensi 20 º 20 º 0-20o 0-20o

Ankle Dorsofleksi 10 º 10 º 0-10º 0-10º

Plantarfleksi 10 º 10 º 0-10º 0-10º

Page 10: Preskes RM Mela

Eversi 20 º 20 º 0-20º 0-20º

Inversi 20 º 20 º 0-20º 0-20º

Manual Muscle Testing (MMT)

NECK

Fleksor M. Strenocleidomastoideus : sde

Ekstensor : sde

Ekstremitas Superior Dextra Sinistra

Shoulder Fleksor M Deltoideus anterior 3 1

M Biseps 3 1

Ekstensor M Deltoideus anterior 3 1

M Teres mayor 3 1

Abduktor M Deltoideus 3 1

M Biceps 3 1

Adduktor M Lattissimus dorsi 3 1

M Pectoralis mayor 3 1

Internal

Rotasi

M Lattissimus dorsi 3 1

M Pectoralis mayor 3 1

Eksternal

Rotasi

M Teres mayor 3 1

M Infra supinatus 3 1

Elbow Fleksor M Biceps 3 1

M Brachialis 3 1

Ekstensor M Triceps 3 1

Supinator M Supinator 3 1

Pronator M Pronator teres 3 1

Wrist Fleksor M Fleksor carpi

radialis

1 1

Ekstensor M Ekstensor

digitorum

1 1

Page 11: Preskes RM Mela

Abduktor M Ekstensor carpi

radialis

1 1

Adduktor M ekstensor carpi

ulnaris

1 1

Finger Fleksor M Fleksor digitorum 1 1

Ekstensor M Ekstensor

digitorum

1 1

Ekstremitas inferior Dextra Sinistra

Hip Fleksor M Psoas mayor 1 1

Ekstensor M Gluteus maksimus 1 1

Abduktor M Gluteus medius 1 1

Adduktor M Adduktor longus 1 1

Knee Fleksor Harmstring muscle 4 4

Ekstensor Quadriceps femoris 4 4

Ankle Fleksor M Tibialis 4 4

Ekstensor M Soleus 4 4

Status Lokalis

Inspeksi : sde

Palpasi : sde

ROM : sde

Skor Resiko Jatuh dengan Braden Score

10 (Resiko sangat tinggi)

Skor ADL dengan Barthel Index

0 (Ketergantungan total)

Page 12: Preskes RM Mela

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Darah

Pemeriksaan Hasil

Hb

Hematokrit

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

Glukosa darah sewaktu

HbsAg

12,9 g/dl

40 %

9,5 ribu/ul

198 ribu/ul

4,32 juta/ul

117 mg/dl

Non reaktif

Pemeriksaan Foto Cervical AP dan Lat

Hasil foto cervical AP dan Lat:

- Paracervical muscle spasm

- Spondilosis cervicalis

Page 13: Preskes RM Mela

Pemeriksaan MRI Cervical Polos

Page 14: Preskes RM Mela

Hasil pemeriksaan MRI:

- Kompresi Vc4 dengan soft tissue swelling dan hematomparavertebral anterior

setinggi level Vc4. Vth 2 menekan trakea dan esofaguske anterior disertai spinal

cord swelling setinggi level C2-3, 3-4, 4-5, 5-6 menyebabkan stenosis parsial

- Spondylosis cervicalis dengan paracervical muscle spasm

IV. ASSESMENT

Spinal Cord Injury incomplete level Vc IV

Hipersekresi bronkus

Prolong immobilisasi

V. PENATALAKSANAAN

Terapi medikamentosa :

1. O2 3 lpm

2. IVFD RL 20 tpm

3. Inj Ranitidin 50 mg/12 jam

4. Mecobalamin 50 mg/12 jam

5. Paracetamol 1 gr/8jam

6. Metilprednisolon 20 mg/8 jam

Terapi NonMedikamentosa :

1. Rigid collar brace

2. Pasang bed decubitus

3. Perhatikan higiene urogenital dan anal

4. Konsul bagian rehab medik

VI. DAFTAR MASALAH

A. Problem Medis :

Spinal Cord Injury incomplete cetral cord syndrome level Vc IV

Frankel C

Page 15: Preskes RM Mela

B. Problem Rehabilitasi Medik

1. Fisioterapi : Terjadi kelumpuhan keempat ekstremitas,

hipersekresi bronkus dan imobilisasi yang lama

2. Terapi wicara : Tidak ada

3. Okupasi Terapi : Gangguan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari

4. Sosiomedik : Membutuhkan bantuan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari

5. Ortesa-protesa : Latihan berjalan saat kondisi pasien sudah

stabil

6. Psikologi : Beban pikiran karena keterbatasan melakukan

aktivitas sehari- hari dan tidak dapat bekerja seperti

biasanya

C. Rehabilitasi Medik:

1. Fisioterapi : Proper positioning, alih baring setiap 2 jam, G

PROM exercise keempat ekstremitas, chest

excersise, breath excersise

2. Terapi wicara : Tidak dibutuhkan

3. Okupasi terapi : Latihan dalam meakukan aktivitas sehari-hari

4. Sosiomedik : Memberi edukasi kepada penderita dan keluarga

mengenai penyakit penderita, memberikan edukasi

kepada keluarga dalam merawat dan membantu

pasien

5. Ortesa-Protesa : Walker (apabila sudah milai latihan berjalan)

6. Psikologi : Mengurangi kecemasan penderita, meningkatkan

kepercayaan diri penderita, penguatan psikologis

penderita, dan keluarga diharapkan senantiasa

memberikan dukungan dan perhatian.

Page 16: Preskes RM Mela

VII. IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAP

Impairment : Spinal Cord Injury incomplete central cord syndrome level

Vc IV frankel C

Disability : Penurunan fungsi keempat ekstremitas

Handicap : Pasien saat ini mengalami keterbatasan dalam melakukan

kegiatan sehari- hari, pasien juga tidak dapat melakukan

pekerjaannya sebagai buruh bangunan, tidak dapat

menjalankan perannya

VIII.TUJUAN

JANGKA PENDEK

1. Perbaikan keadaan umum

2. Mencegah terjadinya komplikasi akibat tirah baring lama

JANGKA PANJANG

1. Mengurangi impairment, disabilitas, dan handicap yang dialami

pasien

2. Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot

3. Meningkatkan dan memelihara ROM

4. Meningkatkan ADL

5. Mengatasi masalah psikososial yang timbul akibat penyakit yang

diderita pasien

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad sanam : Dubia ad malam

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

Page 17: Preskes RM Mela

TINJAUAN PUSTAKA

Spinal Cord Injury

A. Definisi

Spinal cord injury atau trauma medula spinalis meliputi kerusakan medula

spinalis karena trauma langsung atau tak langsung yang mengakibatkan

gangguan fungsi utamanya, seperti fungsi motorik, sensorik, otonomik, dan

refleks, baik komplet maupun inkomplet (Gondowardaja dan Purwata, 2014).

Jika fungsi parsial dari saraf sensoris dan motoris masih ditemukan

dibawah level neurologis, maka trauma tersebut tidak komplit, sedangkan

trauma komplit adalah bila tidak didapatkan lagi fungsi motoris atau sensoris

dibawah lesi (Laswati et al, 2015).

Central cord syndrome (CCS) merupakan SCI akut yang ditandai dengan

kerusakan fungsi motorik atas yang lebih parah dibandingkan dengan fungsi

motorik bawah, serta fungsi kemih dan parestesi yang bervariasi (Alpert, 2015).

B. Epidemiologi

Trauma medula spinalis merupakan penyebab kematian dan kecacatan

pada era modern, dengan 8.000-10.000 kasus per tahun pada populasi

penduduk USA dan membawa dampak ekonomi yang tidak sedikit pada

sistem kesehatan dan asuransi di USA (Gondowardaja dan Purwata, 2014).

Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75%

dari seluruh cedera (Suzanne C. Smeltzer, 2001). Dalam kasus cedera

medulla spinalis sekitar 70% karena trauma dan kurang lebih setengahnya

masuk cedera pada level cervical, sekitar 50% kasus dikarenakan oleh

kecelakaan lalu lintas, 26% kecelakaan industri, dan 10% kecelakaan di

rumah. Mayoritas dari kasus ditemukan adanya fraktur atau dislokasi,

kurang dari 25% hanya fraktur saja, dan sangat sedikit ditemukan kelainan

pada medula spinalis (Bromley, 1991).

C. Mekanisme

Trauma medula spinalis dapat menyebabkan komosio, kontusio,

laserasi, atau kompresi medula spinalis. Patomekanika lesi spinalis berupa

Page 18: Preskes RM Mela

rusaknya traktus pada medula spinalis baik asenden maupun desenden.

Petekie tersebar paa substansia grisea, membesar, lalu menyatu dalam waktu

satu jam setelah trauma. Selanjutnya terjadi nekrosis hemoragik dalam 24-

36 jam. Pada substansia alba, apat ditemukan petekie dalam waktu 3-4 jam

setelah trauma. Kelainan serabut mielin dan traktus panjang menunjukkan

adanya kerusakan struktural yang luas (Tjokorda dan Maliawan, 2009).

Kerusakan medula spinalis dan radiks disebutkan oleh

Gondowardaja dan Purwata (2014), dapat rusak melalui 4 mekanisme, yaitu:

a. Kompresi oleh tulang, ligamen, herniasi diskus intervertebralis,

dan hematoma. Yang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang

dan kompresi oleh corpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior

dan trauma hiperekstensi.

b. Regangan jaringan berlebihan, biasanya terjadi pada hiperfleksi.

Toleransi medula spinalis terhadap regangan akan menurun dengan

bertambahnya usia.

c. Edema medula spinalis yang timbul segera setelah trauma

mengganggu aliran darah kapiler dan vena

d. Gangguan sirkulasi atau sistem arteri spinalis anterior dan

posterior akibat kompresi tulang.

Terminologi lesi motor neuron atas menunjukkan lesi pada susunan

saraf pusat, dalam hal ini sumsum tulang belakang. Lesi tersebut

mengakibatkan gangguan sensorik dan motorik dibawah lesi. Pada

pemeriksaan akan didapatkan reflek fisiologis yang meningkat, spasisitas,

adanya reflek patologik, gangguan BAB dan BAK, dan juga gangguan

seksual (Laswati et al, 2015).

Spinal syok adalah istilah yang digunakan untuk fenomena yang

terjadi pada medulla spinalis yang mengakibatkan hilangnya atau turunnya

reflek spinal secara temporer. Syok spinal berhubungan dengan adanya

trauma medulla spinalis (Atkinson dan Atkinson, 1996).

Central Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi pada trauma

hiperekstensi. Trauma bisa terjadi karena kompresi bagian belakang atau

Page 19: Preskes RM Mela

bagian depan dari medulla spinalis. Kerusakan motorik yang terjadi

disebabkan karena pola laminasi dari traktus kortikospinal dan spinotalamik

pada medulla spinalis (Alpert, 2015)

D. Klasifikasi

Untuk menilai derajat kerusakan neurologis cidera tulang belakang,

umumnya dipakai klasifikasi Frankel, yaitu

Frankel A: Komplit. Tidak ada fungsi motorik maupun sensorik dibawah

level lesi. Terjadi kelumpuhan total

Frankel B: Hanya ada sedikit fungsi sensorik. Fungsi motorik maupun

paralisis total dibawah lesi

Frankel C: Fungsi motorik masih ada dibawah lesi, tetapi tidak berfungsi

(motor useless), fungsi sensorik ada

Frankel D: Fungsi motorik masih ada dibawah lesi, dan berfungsi, tetapi

tidak normal, fungsi sensorik ada

Frankel E: Pulih total. Tidak ada kelemahan otot atau gangguan sensorik.

BAB dan BAK normal. Mungkin masih didapatkan refleks

abnormal.

Klasifikasi dari trauma medula spinalis juga dapat dinilai dengan

metode American Spinal Injury Association (ASIA) untuk menggolongkan

sesuai level neurologisnya. Kriteria ASIA impaiment scale ini merupakan

modifikasi dari klasifikasi Frankel. Kriteria ASIA dapat dilihat pada tabel 1.

A Complete: Tidak ada fungsi sensori dan motor pada segmen S4-5

B Incomplete: Terdapat fungsi sensori, namun tidak motorik dibawah level

neurologi termasuk S4-5

C Incomplete: Ada fungsi motorik dibawah level neurologis, dan memiliki

grade kurang dari 3

D Incomplete: Ada fungsi motorik dibawah level neurologis, dan minimal

memiliki grade3

E Normal: fungsi sensori dan motorik normal

Tabel 1. Kriteria ASIA Impairment Scale

E. Pemeriksaan

Page 20: Preskes RM Mela

Hartanto (2014) menyatakan pemeriksaan yang dilakukan pada

pasien suspek trauma medula spinalis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fungsi Paru

o Hilangnya fungsi otot ventilasi dari denervasi a/atau trauma

thorax

o Cedera paru-paru, seperti pneumothorax, hemothorax, atau

kontusio paru

o Penurunan ventilasi sentral yang berhbungan dengan cedera

kepala atau efek eksogen alkohol dan obat-obatan

Pemeriksaan hemoragik, hipotensi dan syok hipotensi dan

neurogenik

o Syok neurogenik terjadi hanya di SCI akut atas T6,

hipotensi dan/atau shock dengan SCI akut pada atau

dibawah T6 disebabkan oleh perdarahan

o Hipotensi dengn fraktur vertebra saja, tanpa defisit

neurologis atau SCI yang jlasm adalah selalu disebabkan

oleh perdarahan

o Pasien dengan SCI diatas T6 mungkin tiak memiliki

temuan fisik klasik terkait dengan perdarahan (misalnya

takikardia, vasokonstriksi perifer), kebingungan tanda vital

dikaitkan dengan disfungsi otonom ini sering terjaid pada

SCI

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

o Analisa gas darah: untukmenilai tingkat ventilasi dan

oksigenasi

o Level lakta: evaluasi shock

o Hemoglobin dan/atau hematokrit: menilai perdarahan

Page 21: Preskes RM Mela

o Urinalisis dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma

genitourinari

Radiografi

o Pencitraan diagnostik tradisional dimulai dengan radiografi

terstandar dari daerah yang terkena tulang belakang. Dam

banyak pusat, CT scan telah menggantikan radiografi polos.

o CT scan dicadangkan untuk menggambarkan kelainan

tulang atau fraktur

Magnetic Resonance Imaging

o MRI yang terbaik untuk SCI, cedera ligamen, atau cedera

jaringan lunak lain atau patologi. Modalitas pencitraan ini

harus diuakan untuk mengevaluasi nonosseous.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan trauma medula spinalis dimulai segera setelah

terjadinya trauma. Berbagai studi memperlihatkan pentingnya pelaksanaan

pra-rumah sakit dalam menentukan prognosis pemulihan neurologis pasien

trauma medula spinalis (Wahjoepramono, 2007; Mitchell dan Lee, 2008)

Fase evaluasi meliputi observasi primer dan sekunder. Observasi

primer terdiri atas:

A: Airway maintenance dengan kontrol pada vertebra spinal

B: Breathing dan ventilasi

C: Circulation dengan kontrol perdaraha

D: Disability (status neurologis)

E: Exposure

Klasifikasi trauma medula spinalis komplet atau inkomplet serta

level trauma dapat diketahui melalui pemeriksaan motorik dan sensorik.

Pemeriksaan motorik dilakukan secara cepat dengan meminta pasien

menggenggam tangan pemeriksa dan melakukan dorsoflekxi. Fungsi

otonom dinilai dengan melihat ada tidaknya retensi urin, priapismus, atau

hilang tidaknya tonus sfingter ani. Temperatu kulit yang hangat dan adanya

Page 22: Preskes RM Mela

flushing menunjukkan hilangnya tonus vasukler simpatis di bawah level

trauma (Gall dan Stoke, 2008).

Instabilitas vertebra beresiko merusak saraf. Vertebra servikal

dapat diimobilisasi sementara menggunakan hard servikal kolar dan

meletakkan bantal pasien pada kedua sisi kepala. Bila terdapat abnormalitas

struktur vertebra, tujuan penatalaksanaan adalah realignment dan fiksasi

segmen bersangkutan (Wahjoepramono, 2007).

Penanganan komplikasi immobilisasi lama pada cidera tulang

belakang harus dihindari sedini mungkin dan harus ditangani sebaik-

baiknya apabila sudah terjadi karena dapat mengganggu pemulihan

fungsional penderita. Menurut Laswati et al (2015), ada beberapa

komplikasi yang sering terjadi pada pasien cidera medula spinalis, seperti:

1. Atrofi dan Kelemahan otot

Diberikan stimulasi listrik pada otot pada fase spinal shock sampai

muncul spasisitas. Selain itu, diberikan latihan penguatan/stengthening

exercise.

2. Ulkus dekubitus

Kerusakan kulita dapat terjadi dalam waktu yang singkat, terutama dalam

kondisi panas, basah, pakaian, atau penyebab lain. Perlu diperhatikan

untuk memeriksa kulit setiap hari untukdeteksi dini kerusakan kulit,

melakukan perubahan posisi tidur miring ke kanan dan kiri setiap 2-3

jam, mengurangi tekanan pada area luka dengan menggerakkan setiap

15-20 menit, menjaga kulit bersih dan kering, gizi cukup, dan melindungi

kulit dari panas dan dingin

3. Kontraktur sendi

Dicegah dengan meletakkan pasien dengan posisi yag benar dan

diberikan latihan LGS pasif/aktif. Apabila sudah terjadi kontraktur dapat

dikoreksi dengan cara latihan peregangan dan bila kontraktur berat,

dipertimbangkan koreksi bedah

4. Gangguan fungsi pulmonal

Page 23: Preskes RM Mela

Bed rest dapat menimbulkan kongesti pulmonal dan infeksi. Pencegahan

engan merubah posisi setiap 2 jam, mobilisasi, dan latihan pernafasan

G. Prognosis

Pasien dengan SCI komplit memiliki kesempatan kurang dari 5%

dari pemulihan. Jika kelumpuhan lengkap berlangsung pada 72 jam setelah

cedera, pemulihan pada dasarnya adalah nol. Prognosis jauh lebih baik

untuk SCI inkomplit. Jika beberapa fungsi sensorik dipertahankan,

kemungkinan bahwa pasien akhirnya akan dapat berjalan lebih besar dari

50%. Pada akhirnya 90% pasien dengan SCI kembali ke rumah mereka

dan independen (Hartanto, 2014).

Page 24: Preskes RM Mela

DAFTAR PUSTAKA

Alpert MJ. 2015. Central Cord Syndrome. Medscape. emedicine.medscape.com/article/321907-overview#a4

Atkinson PP, Atkinson JL. 1996. Spinal Shock. PubMed. Apr;71(4):384-9

Bromley I. 1991. Tetraplegi dan Paraplegi “A Guide for Physiotherapist”; fourth edition. Edinburg London Mebourne New York and Tokyo: Churchill Livingstone

Gall A, Stokes LT. 2008. Chronic Spinal cord injury: management of patients in acute hospital settings. ClinMed 8:70-4

Gondowardaja Y, Purwata TE. 2014. Trauma Medula Spinalis: Patobiologi dan Tatalaksana Medikamentosa. KalbeMed.

Hartanto, OS. 2014. Neurologi untuk Dokter Umum Bab Trauma Medula Spinalis. Surakarta: UNS Press

Laswati H, Andriati, Pawana A, Lydia A. 2015. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Edisi ke 3. Jakarta: Sagung Seto

Mitchell CS, Lee R. 2008. Pathology dinamicpredic spinal corinjury therapeutic success. J Neurotrauma 25:1483-97

Suzanne CS. 2001. Keperawatan Medikal Beah edisi 8. Jakarta: ECG

Tjokorda GBM, Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana kegawatdaruratan tulang belakang. Jakarta: Sagung Seto

Wahjoepramono EJ. 2007. Medula Spinalis dan Tulang Belakang. JakartaSuburmitra Grafistama