refrat rm-isi

83
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi seperti disebutkan dalam UU No. 23 tahun 1992 yang diperbaharui dalam UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan. Kesehatan menjadi suatu hal yang didambakan oleh setiap orang. Banyak cara yang kemudian dilakukan agar tetap sehat, mulai dari penerapan pola hidup sehat (sebagai upaya preventif), sampai berobat ke dokter apabila terkena penyakit (sebagai upaya represif). Pengobatan ke dokter merupakan pilihan ketika seseorang (pasien) menderita suatu penyakit. Harapannya adalah agar penyakit yang dialami dapat disembuhkan oleh dokter tersebut. Pada mulanya, masyarakat sangat percaya kepada dokter (prinsip konfidensialisme). Semua keluhan (termasuk penyakit yang 1

Upload: maria-ardelia-purwaningrum

Post on 28-Jun-2015

510 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat RM-isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi seperti disebutkan dalam UU No. 23 tahun

1992 yang diperbaharui dalam UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan. Kesehatan menjadi

suatu hal yang didambakan oleh setiap orang. Banyak cara yang kemudian dilakukan agar tetap

sehat, mulai dari penerapan pola hidup sehat (sebagai upaya preventif), sampai berobat ke dokter

apabila terkena penyakit (sebagai upaya represif).

Pengobatan ke dokter merupakan pilihan ketika seseorang (pasien) menderita suatu

penyakit. Harapannya adalah agar penyakit yang dialami dapat disembuhkan oleh dokter

tersebut. Pada mulanya, masyarakat sangat percaya kepada dokter (prinsip konfidensialisme).

Semua keluhan (termasuk penyakit yang menyebabkan rasa malu/ aib) disampaikan kepada

dokter, tujuannya untuk kepentingan diagnosis maupun terapi agar penyakit yang diderita dapat

disembuhkan. Ada suatu keyakinan dari masyarakat bahwa dokter tidak akan menyebarluaskan

penyakit yang dialami oleh seseorang tersebut. Bahkan terkadang masyarakat tidak tahu penyakit

yang diderita dan obat apa yang diberikan.

Pada awalnya, pasien berserah diri atas nasib dan penderitaannya kepada dokter,

sehingga tidak ada catatan medis kecuali sekedar nama obat yang telah diberikan pada pasien.

Istilah patient/ patientia (bahasa latin) menunjukan penderita yang hanya percaya dan berserah

diri. Dari situ kemudian muncul istilah pelayanan kesehatan.

1

Page 2: Refrat RM-isi

Indonesia sebagai warga negara hukum yang menjamin perlindungan hak asasi warga

negaranya telah memberikan hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang layak dalam

konstitusinya, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 28 H (1) yang

menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan”. Ketentuan dalam UUD 1945 tersebut kemudian dilaksanakan dengan UU No. 36

tahun 2009 tentang kesehatan.

Setiap orang berhak dan wajib mendapatkan kesehatan dalam derajat yang optimal. Itu

sebabnya peningkatan derajat kesehatan harus terus menerus diupayakan untuk memenuhi hidup

sehat. Untuk itu harus ada peningkatan pelayanan medis. Catatan medis yang awalnya tidak ada

(kurang lengkap) ditingkatkan menjadi lebih baik dengan nama dokumen medis. Kemudian

ditingkatkan lagi menjadi rekam medis atau rekam kesehatan sebagai pengganti istilah Medical

Records.

Kelengkapan pembuatan rekam medis menjadi tumpuan kualitas medis, untuk itu perlu

adanya evaluasi secara sistematis dan periodic dengan baik dari “medical auditing” (audit

medik) dan atau diadakan “malpractice review committee” suatu tim yang bertugas membahas

kesalahan tenaga medis secara periodik untuk perbaikan pelayanan kesehatan.

Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima adalah

tersedianya pelayanan medis oleh dokter dengan kualitasnya yang terpelihara sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam penyelenggaraan

praktik kedokteran, setiap dokter wajib mengacu pada standar, pedoman dan prosedur yang

berlaku sehingga masyarakat mendapat pelayanan medis secara profesional dan aman. Sebagai

2

Page 3: Refrat RM-isi

salah satu fungsi pengaturan dalam UU Praktik Kedokteran yang dimaksud adalah pengaturan

tentang rekam medis yaitu pada Pasal 46 dan Pasal 47.

Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran menegaskan bahwa dokter dan dokter gigi

wajib membuat rekam medis dalam menjalankan praktik kedokteran. Setelah memberikan

pelayanan praktik kedokteran kepada pasien, dokter dan dokter gigi segera melengkapi rekam

medis dengan mengisi atau menulis semua pelayanan praktik kedokteran yang telah

dilakukannya.

Pelayanan kesehatan pada penderita yang datang berobat ke fasilitas pelayanan

kesehatan (puskesmas, rumah sakit umum dan lain-lain) tidak lagi ditangani oleh satu orang saja;

karenanya dibutuhkan sarana komunikasi. Di samping itu mutu pelayanan kesehatan perlu

ditingkatkan dari waktu ke waktu. Kegiatan ini membutuhkan informasi dan pengalaman

sebelumnya, yang diolah secara sistematik menjadi hasil yang dapat dipercaya. Untuk itu

diperlukan sumber informasi yang memadai. Rekam medis merupakan salah satu sumber

informasi sekaligus sarana komunikasi yang dibutuhkan baik oleh pihak terkait lain (klinisi,

manajemen RSU, asuransi dan sebagainya), untuk pertimbangan dalam menentukan suatu

kebijakan tatalaksana/ pengelolaan atau tindakan medik.1

Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar kegiatan

pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam

medis yaitu dimulai sejak pencatatan selama pasien mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan

dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta

pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/ peminjaman apabila

dari pasien atau untuk keperluan lainnya.

3

Page 4: Refrat RM-isi

Sebagai penyusun, kami melihat masalah rekam medis saat ini tergolong menarik untuk

dijadikan bahan referat kami. Karena kita dapat lebih mengetahui dan memahami tentang rekam

medis khususnya aspek medikolegal rekam medis. Terutama karena, belakangan ini, hubungan

antara dokter dengan pasien tidak dapat hanya didasarkan pada kepercayaan, sehingga seringkali

timbul masalah, dan rekam medis dapat dijadikan alat bukti yang sah dalam pengadilan apabila

seorang dokter mendapat tuntutan hukum dari pasiennya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah definisi, sejarah, manfaat, jenis-jenis, dan isi rekam medis?

2. Bagaimanakah penyimpanan dan pemusnahan rekam medis?

3. Bagaimanakah aspek hukum rekam medis?

4. Apakah rekam medis dapat menjadi alat bukti yang sah di pengadilan?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui aspek medikolegal rekam medis yang terdapat di Indonesia.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi, sejarah, manfaat, jenis-jenis, dan isi rekam medis.

b. Mengetahui sistem penyimpanan, pemusnahan dan pengungkapan rekam medis.

c. Meningkatkan pengetahuan tentang rekam medis elektronik.

d. Mengetahui aspek hukum rekam medis.

e. Mengetahui keabsahan rekam medis sebagai alat bukti yang sah di pengadilan.

4

Page 5: Refrat RM-isi

1.4. Manfaat Penulisan

- Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat, jenis-jenis dan isi rekam medis.

- Meningkatkan pengetahuan tentang aspek hukum rekam medis.

- Meningkatkan pengetahuan akan perlunya membuat rekam medis untuk kepentingan dokter,

pasien, sarana pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

5

Page 6: Refrat RM-isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aspek Medis Rekam Medis

2.1.1. Definisi Rekam Medis

Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan rekam

medis adalah “berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.”

Definisi Rekam Medis Menurut Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989 “Rekam Medis

adalah berkas yang beiisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, basil pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesebatan, baik

rawat jalan maupun rawat inap.”2

Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis

adalah “Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,

pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai

tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka palayanan kesehatan.”3

Menurut Gemala Hatta, yang dimaksud rekam medis merupakan “kumpulan fakta tentang

kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan

saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien.”

6

Page 7: Refrat RM-isi

Menurut Waters dan Murphy “Rekam Medis adalah Kompendium (ikhtisar) yang berisi

informasi tentang keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan”.

Sedangkan, menurut Edna K Huffman, 1992 “Rekam Medis adalah rekaman atau catatan

mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa

perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta

memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan

pengobatan serta merekam hasilnya”.4

2.1.2. Sejarah Rekam Medis

Pada awalnya disadari oleh para ilmuwan di bidang kesehatan bahwa rekam medis telah

dilaksanakan sejak lama. Dalam sejarah, lahirnya rekam medis hampir bersamaan dengan

lahirnya ilmu kedokteran. Dari sebuah penemuan para arkeolog di dinding gua batu di Spanyol,

didapat peninggalan purba berupa lukisan mengenai tata cara praktik pengobatan, antara lain

tentang amputasi jari tangan, yang diduga telah berumur 25.000 tahun (pada zaman

Paleoliticum).

Pada Zaman Mesir kuno

Dewa Thoth, seorang ahli pengobatan, yang dijuluki sebagai Dewa Kebijaksanaan, ia

mengarang antara 36 sampai dengan 42 buku. Enam buku diantaranya mengenai masalah

kedokteran (tubuh manusia, penyakit, alat-alat pengobatan dan kebidanan).

Imhotep, hidup di zaman piramid antara 3000 – 2500 SM, menjabat sebagai Kepala

Arsitek Negeri dan Penasehat Medis Raja Fir’aun. Ia adalah seorang dokter yang mendapat

7

Page 8: Refrat RM-isi

kehormatan sebagai medical demiggod, ia membuat papyrus yaitu dokumen ilmu kedokteran

kuno yang berisi 43 kasus pembedahan.

“Ebers Papyrus", papyrus ini oleh Universitas Leipzing (Polandia) berisi observasi yang

cermat mengenai penyakit dan pengobatan yang dikerjakan secara teliti dan mendalam.

Pada Zaman Yunani kuno

Terdapat seseorang yang dikenal sebagai dewa kedokteran yakni Aeculapius. Tongkatnya

yang dililit oleh ular menjadi simbol kedokteran sampai saat ini.

Selain itu dikenal juga Hippocrates sebagai bapak ilmu kedokteran. Beliaulah yang banyak

menulis tentang pengobatan penyakit dengan metode ilmu modern, mengenyampingkan ramalan

dan pengobatan mistik, serta melakukan penelitian observasi dengan cermat, yang sampai saat

ini masih dianggap relevan. Hasil penelitian terhadap pasien tersebut sampai saat ini juga masih

dapat dibaca oleh para dokter. Beliau mengajarkan pentingnya menuliskan catatan penemuan

medis kepada murid-muridnya.

Pada Zaman Romawi

Setelah zaman Yunani berakhir kemudian berganti dengan zaman Romawi. Di zaman ini

terdapat tokoh-tokoh yang cukup berperan dalam perkembangan dunia kedokteran yaitu Galen

dan St. Jerome yang memperkenalkan pertama kali istilah rumah sakit (Hospitalia) yang

didirikannya pertama kali di Roma italia pada tahun 390 M.

8

Page 9: Refrat RM-isi

Pada Zaman Byzantium

Perkembangan ilmu kedokteran hanya mencapai pada 3 abad pertama. Adanya pencatatan

apa yang dilakukan oleh para rahib (dokter kuno). Dikenal beberapa pengarang ilmu

kedokteran : Aetius, Alexander, Oribasius & Faul.

Pada Zaman Yahudi

Ditemukan buku “Leviticus” yang membicarakan hal sanitasi dan higienis : Efek

menyentuh benda-benda kotor, jenis makanan yang harus dimakan, jenis makanan yang

mengandung gizi, cara membersihkan ibu yang baru bersalin. Segi kebersihan lainnya.

Pada zaman keemasan Dinasti Islam (zaman Muhammad)

Pada perkembangan zaman keemasan Dinasti Islam, Avicena (Ibnu Sina) dan Rhazes

merupakan tokoh yang berperan dalam penulisan catatan klinik yang lebih baik maupun buku-

buku kedokteran seperti “Treatise on Smallpox and Measles”.

Pada Zaman Renaissance

Pentingnya rekam medis mulai sangat terasa sejak didirikannya Rumah Sakit St.

Barthelomew di London. RS ini sangat menekankan pencatatan laporan/ instruksi medis yang

harus dilakukan oleh seorang dokter sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada pasiennya.

RS ini juga yang mempelopori adanya pendirian perpustakaan kedokteran.

9

Page 10: Refrat RM-isi

Pada abad 18, Rumah Sakit Penansylavania di Philadelphia didirikan oleh Benyamin

Franklin pada tahun 1752. Kemudian tahun 1771 rumah sakit New York didirikan, dan

pencatatan rekam medis baru dilakukan pada tahun 1793 yaitu registrasi pasien baru. Tahun

1862 pengindeksan penyakit dan kondisi penyertanya baru dilakukan.

Abad 19, perkembangan dunia rekam medis semakin berkembang, dengan dibukanya

rumah sakit umum Massacussect di Boston tahun 1801. RS ini memiliki rekam medis dan

katalog pasien lengkap. Pada tahun 1871 mulai menginstruksikan bahwa setiap pasien yang

dirawat harus dibuat Kartu Indeks Utama Penyakit (KIUP).

Pada abad 20 rekam medis baru menjadi pusat perhatian secara khusus pada beberapa

rumah sakit, perkumpulan/ organisasi/ ikatan tenaga medis (dokter) di negara barat. Pada tahun

1902 American Hospital Association (AHA) untuk pertama kalinya melakukan diskusi rekam

medis. Hingga tahun 1905 seorang dokter berkebangsaan Amerika dr. Wilson mengemukakan

pidato ilmiahnya tentang “A clinical chart for the record of patient in small hospital” atau inti

pidatonya yaitu tentang pentingnya nilai rekam medis yang lengkap demi kepentingan pasien

maupun pihak rumah sakit. Perkembangan berikutnya yaitu sebagai berikut;

a. Tahun 1935 di Amerika mulai muncul 4 buah sekolah rekam medis

b. Tahun 1955 sekolah tersebut telah berkembang hingga 26 sekolah.

c. Di Inggris didirikan 4 buah sekolah rekam medis tahun 1948.

d. Australia medirikan sekolah rekam medis oleh seorang ahli rekam medis

berkebangsaan Amerika Ny. Huffman.

10

Page 11: Refrat RM-isi

Sejarah & Perkembangan Rekam Medis tingkat Nasional

Di Indonesia sejarah dan perkembangan rekam medis dijumpai dengan adanya resep-resep

jamu warisan nenek moyang yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui catatan pada

daun lontar dan sarana lain yang dapat digunakan sesuai dengan zamannya.

Walapun pelayanan rekam medis di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan, namun

perhatian untuk pembenahan yang lebih baik dapat dikatakan mulai sejak diterbitkannya

1. Keputusan Men.Kes.RI No. 031/Birhup/1972 yang menyatakan bahwa semua

rumah sakit diharuskan mengerjakan medical recording dan reporting, dan

hospital statistic. Keputusan tersebut kemudian dilanjutkan dengan adanya

2. Keputusan Men.Kes.RI No. 034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan

Pemeliharaan Rumah Sakit. “ Guna menunjang Rencana Induk (Master Plan)

yang baik, maka setiap RS diwajibkan : mempunyai dan merawat statistik yang

up to date, membina medical record berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan “.

3. Keputusan Men.Kes.RI No. 134/MenKes/SK/IV/1978, tgl 28 April 1978,

tentang SOTK RSU. “Sub Bagian (Urusan) Pencatatan Medik mempunyai tugas

mengatur Pelaksanaan Kegiatan Pencatatan Medik“.

4. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

5. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.

6. Adanya UU Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2004.

7. PerMenKes RI No. 269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medik (Medical

Record).

11

Page 12: Refrat RM-isi

Hal-hal yang menjadi latar belakang perlunya dibuat rekam medis adalah untuk

mendokumentasikan semua kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pasien serta menyediakan

media komunikasi diantara tenaga kesehatan bagi kepentingan perawatan penyakitnya yang

sekarang maupun yang akan datang sehingga semua data medik perlu diungkap secara detail.

Untuk itu rekam medis menjadi wajib bagi setiap dokter dan dokter gigi dalam menjalankan

praktik kedokteran (Pasal 5 Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008).5

2.1.3. Manfaat Rekam Medis

Tujuan dibuatnya rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi

dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa dukungan suatu

sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar tertib administrasi di rumah sakit tidak

akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu

faktor yang menentukan upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pembuatan rekam medis di

rumah sakit bertujuan untuk mendapatkan catatan atau dokumen yang akurat dan adekuat dari

pasien, mengenai kehidupan dan riwayat kesehatan, riwayat penyakit di masa lalu dan sekarang,

juga pengobatan yang telah diberikan sebagai upaya meningkatkan pelayanan kesehatan. Rekam

medis dibuat untuk tertib administrasi di rumah sakit yang merupakan salah satu faktor penentu

dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan.

12

Page 13: Refrat RM-isi

Nilai Guna Rekam Medis

1. Bagi Pasien

a. Menyediakan bukti asuhan keperawatan/tindakan medis yang diterima oleh pasien.

b. Menyediakan data bagi pasien jika pasien datang untuk yang kedua kali dan

seterusnya.

c. Menyediakan data yang dapat melindungi kepentingan hukum pasien dalam kasus-

kasus kompensasi pekerja kecelakaan pribadi atau mal praktek.

2. Bagi Fasilitas Layanan Kesehatan

a. Memiliki data yang dipakai untuk pekerja profesional kesehatan.

b. Sebagai bukti atas biaya pembayaran pelayanan medis pasien.

c. Mengevaluasi penggunaan sumber daya.

3. Bagi Pemberi Layanan

a. Menyediakan informasi untuk membantu seluruh tenaga profesional dalam merawat

pasien.

b. Membantu dokter dalam menyediakan data perawatan yang bersifat

berkesinambungan pada berbagai tingkatan pelayanan kesehatan.

c. Menyediakan data-data untuk penelitian dan pendidikan.

Kegunaan rekam medis secara umum antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahlinya yang ikut ambil bagian di

dalam memberikan pelayanan pengobatan, perawatan kepada pasien.

13

Page 14: Refrat RM-isi

2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada

seorang pasien.

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan

pengobatan selama pasien berkunjung/ dirawat di rumah sakit.

4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan kepada pasien.

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga

kesehatan lainnya.

6. Menyediakan data-data khususnya yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan.

7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggung

jawaban dan laporan.7

Permenkes no. 749 a tahun 1989 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 manfaat yaitu:

1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.

2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum

3. Bahan untuk kepentingan penelitian

4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, dan

5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

14

Page 15: Refrat RM-isi

Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 6 manfaat, yang untuk mudahnya

disingkat sebagai ALFRED, yaitu:

1. Adminstrative value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanan

kesehatan.

2. Legal value: Rekam medis dapat dijadikan bahan pembuktian di pengadilan

3. Financlal value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan

kesehatan yang harus dibayar oleh pasien

4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan

kedokteran, keperawatan dan kesehatan.

5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan pendidikan

mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.

6. Documentation value: Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai

dokumen yang berkaitan dengan kesehatan pasien.

Menurut Depkes RI, 1994, manfaat rekam medis, diantaranya :

1. Menjamin kelengkapan administrasi pasien

2. Membantu memperlancar administrasi keuangan pasien

3. Memudahkan perencanaan dan penilaian pelayanan medis

4. Memperlancar komunikasi antar petugas kesehatan

5. Melindungi kepentingan hukum dari berbagai pihak

6. Sebagai kelengkapan dokumentasi sarana pelayanan kesehatan

7. Sebagai bahan rujukan pendidikan dan pelatihan

8. Sebagai sumber data penelitian.8

15

Page 16: Refrat RM-isi

2.1.4. Jenis-jenis Rekam Medis

Menurut bentuknya, dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis rekam medis, yaitu :

a. Rekam medis konvensional

Rekam medis yang terbuat dan berbentuk lembaran – lembaran kertas yang diiisi

dengan tulisan tangan atau ketikan komputer yang telah diprint. Bentuk rekam

medis ini sangat umum dan dapat ditemukan diseluruh rumah sakit, klinik, maupun

praktek dokter.

Keuntungan dari rekam medis bentuk konvensional ini adalah mudah untuk

didapatkan, bisa dilakukan oleh siapa saja dalam hal ini staf medis yang tidak

memerlukan ketrampilan khusus, mudah dibawa dan mampu di isi kapan saja dan di

mana saja. Namun rekam medis dalam bentuk ini memiliki kerugian, yaitu dapat

terjadi kesalahan dalam penulisan dan pembacaan, tidak ringkas, mudah rusak oleh

keadaan basah, mudah terbakar karena terbuat dari bahan kertas, memiliki

keterbatasan dalam hal penyimpanan karena bentuknya yang bisa dikatakan besar,

dan kerapian dari penulisan akan berkurang.

16

Page 17: Refrat RM-isi

b. Rekam medis elektronik

Rekam medis yang terbuat dan berbentuk elektronik berupa data – data di komputer

yang diisi dengan hanya mengetik di komputer. Bentuk rekam medis ini sangat

jarang ditemukan. Hanya ditemukan pada rumah sakit, klinik ataupun praktek

dokter yang sudah modern dan canggih.

Rekam medis dalam bentuk ini memiliki beberapa keuntungan antara lain, yaitu

ringkas, bisa menampung dalam jumlah yang sangat banyak, tidak memakan

banyak tempat dalam hal penyimpanan karena disimpan dalam bentuk data

komputer, bisa disimpan lama. Di samping itu, kerugian dari rekam medis bentuk

ini juga ada, yaitu mudah terserang virus yang merusak data, tidak semua orang bisa

mengoperasikannya, hanya terjangkau oleh kalangan tertentu, dan tidak dapat

dioperasikan apabila tidak ada sumber listrik.

Pada kenyataannya, rekam medis bentuk konvensional yang banyak ditemukan dan

sebagai standar bentuk rekam medis di dalam suatu rumah sakit, klinik ataupun praktek dokter.9

17

Page 18: Refrat RM-isi

2.1.5. Isi Rekam Medis

Isi rekam medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data tentang

identitas dan data medik seorang pasien. Secara umum, isi rekam medis dapat dibagi menjadi

dua kelompok data, yaitu :

1. Data medis atau data klinis

Data medik atau data klinis adalah segala data

tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis,

pengobatan serta hasilnya, laporan dokter, perawat, hasil

pemeriksaan laboratorium, rontgen, dan sebagainya. Data-

data ini bersifat rahasia (confidential) sehingga tidak dapat

dibuka kepada pihak ketiga tanpa izin dari pasien yang

bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan

peraturan atau perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi tersebut.

2. Data sosiologis atau data non medik

Data sosiologis atau data non medik adalah segala data lain yang tidak berkaitan

langsung dengan data medik, seperti data identitas, data sosial ekonomi, alamat, dan sebagainya.

Data ini oleh sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya

merupakan data yang juga bersifat rahasia (confidential)

Dalam pengisian rekam medis harus memperhatikan komponen – komponen yang terdapat

di dalam rekam medis sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

269/MENKES/PER/III/2008 dibedakan atas rekam medis pasien rawat jalan, rawat inap dan

gawat darurat. (Tabel 1)

18

Page 19: Refrat RM-isi

Tabel 1. Komponen Yang Terdapat di Rekam Medis

Pasien Rawat Jalan Pasien Rawat Inap Pasien Gawat Darurat

1. Identitas pasien

2. Tanggal dan waktu

3. Hasil anamnesis

4. Hasil pemeriksaan fisik dan

penunjang medik

5. Diagnosis

6. Rencana Penatalaksanaan

7. Pengobatan dan/atau tindakan

8. Pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien

9. Untuk pasien gigi dilengkapi

dengan odontogram klinik

10. Persetujuan tindakan bila

diperlukan

11. Nama dan tanda tangan

dokter, dokter gigi atau

tenaga kesehatan tertentu

yang memberikan pelayanan

kesehatan

1. Identitas pasien

2. Tanggal dan waktu

3. Hasil anamnesis

4. Hasil pemeriksaan fisik dan

penunjang medik

5. Diagnosis

6. Rencana Penatalaksanaan

7. Pengobatan dan/atau

tindakan

8. Persetujuan tindakan bila

diperlukan

9. Catatan observasi klinis

dan hasil pengobatan

10. Ringkasan pulang

11. Nama dan tanda tangan

dokter, dokter gigi atau

tenaga kesehatan tertentu

yang memberikan

pelayanan kesehatan

12. Pelayanan lain yang

dilakukan oleh tenaga

kesehatan tertentu

13. Dilengkapi odontogram

klinik untuk pasien gigi

1. Identitas pasien

2. Kondisi saat pasien tiba di

sarana kesehatan

3. Identitas pengantar pasien

4. Tanggal dan waktu

5. Hasil anamnesis

6. Hasil pemeriksaan fisik dan

penunjang medik

7. Diagnosis

8. Pengobatan dan/atau tindakan

9. Ringkasan kondisi pasien

sebelum meninggalkan

pelayanan UGD dan rencana

tindak lanjut

10. Nama dan tanda tangan dokter,

dokter gigi atau tenaga

kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan

kesehatan

11. Sarana transportasi yang

digunakan bagi pasien yang

akan dipindahkan ke sarana

pelayanan kesehatan lain

12. Pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien

19

Page 20: Refrat RM-isi

Isi rekam medis pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi ketentuan untuk isi

rekam medis pasien gawat darurat, ditambah dengan :

1. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan.

2. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal.

3. Identitas yang menemukan pasien.1

Contoh Data-data Identitas Pasien antara lain:

- Nama

- Jenis Kelamin

- Tempat Tanggal lahir

- Umur

- Alamat

- Pekerjaan

- Pendidikan

- Golongan Darah

- Status pernikahan

- Nama orang tua

- Pekerjaan Orang tua

- Nama suami/istri 3

20

Page 21: Refrat RM-isi

Beberapa kewajiban pokok yang menyangkut isi rekam medis berkaitan dengan aspek

hukum adalah:

1. Segala gejala atau peristiwa yang ditemukan harus dicatat secara akurat dan langsung

2. Setiap tindakan yang dilakukan tetapi tidak ditulis, secara yuridis dianggap tidak dilakukan

3. Rekam medis harus berisikan fakta dan penilaian klinis

4. Setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus dicatat dan dibubuhi paraf

5. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca (juga oleh orang lain)

a. Kesalahan yang diperbuat oleh tenaga kesehatan lain karena salah baca dapat berakibat

fatal.

b. Tulisan yang tidak bisa dibaca, dapat menjadi bumerang bagi si penulis, apabila rekam

medis ini sampai ke pengadilan.

6. Jangan menulis tulisan yang bersifat menuduh atau mengkritik teman sejawat atau tenaga

kesehatan yang lainnya.

7. Jika salah menulis, coretlah dengan satu garis dan diparaf, sehingga yang dicoret masih bisa

dibaca.

8. Jangan melakukan penghapusan, menutup dengan tip-ex atau mencorat-coret sehingga tidak bisa

dibaca ulang.

9. Bila melakukan koreksi di komputer, diberi space untuk perbaikan tanpa menghapus isi yang

salah.

10. Jangan merubah catatan rekam medis dengan cara apapun karena bisa dikenai pasal penipuan.

21

Page 22: Refrat RM-isi

2.1.6. Penyimpanan dan Pemusnahan Rekam Medis

Penyimpanan, pemusnahan dan kerahasiaan rekam medis sesuai Permenkes No.

269/MENKES/PER/III/2008. Sesuai Permenkes tersebut dijelaskan antara lain: 

I. Untuk Pelayanan Kesehatan di  Rumah Sakit dalam mengelola dan pemusnahan rekam

medis maka harus memenuhi aturan sebagai berikut:

1. Rekam medis pasien rawat inap wajib disimpan sekurang-kuangnya 5 tahun sejak

pasien berobat terakhir atau pulang dari berobat di rumah sakit.

2. Setelah 5 tahun rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringakasan pulang dan

persetujuan tindakan medik.

3. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik wajib disimpan  dalam jangka

waktu 10 tahun sejak ringkasan dan persetujuan medik dibuat.

4. Rekam medis dan ringkasan pulang disimpan oleh petugas yang ditunjuk oleh

pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

 

II. Untuk Pelayanan Kesehatan non rumah Sakit dalam mengelola dan pemusnahan rekam

medis harus memenuhi aturan sebagai berikut:

1. Rekam medis pasien wajib disimpan sekurang-kuangnya 2 tahun sejak pasien

berobat terakhir atau pulang dari berobat. Setelah 2 tahun maka rekam medis dapat

dimusnahkan.

2. Kerahasiaan isi rekam medis yang berupa identitas, diagnosis, riwayat penyakit,

riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan harus dijaga kerahasiaannya oleh

22

Page 23: Refrat RM-isi

dokter, dokter gigi, petugas kesehatan lain, petugas pengelola dan pimpinan sarana

pelayanan kesehatan. Untuk keperluan tertentu rekam medis tersebut dapat dibuka

dengan ketentuan:

1. Untuk kepentingan kesehatan pasien.

2. Atas perintah pengadilan untuk penegakan hukum.

3. Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri.

4. Permintaan lembaga /institusi berdasarkan undang-undang.

5. Untuk kepentingan penelitian, audit, pendidikan dengan syarat tidak

menyebutkan identitas pasien.10

Permintaan rekam medis tersebut harus dilakukan tertulis kepada pimpinan sarana

pelayanan kesehatan.

Penyimpanan juga dapat dilakukan dengan microfilm, komputer atau media penyimpanan

lain, yang hingga saat ini belum diuraikan media-media apa saja yang diperbolehkan

(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/Sk/XII/1999 tentang standar

pelayanan Rumah Sakit, Standar Pelayanan Rekam Medis dan Manajemen Informasi

Kesehatan).

Pada beberapa kasus atau penyakit yang dianggap membutuhkan data medis yang sudah

lama, panitia rekam medis atau manajemen informasi kesehatan dapat membuat suatu

aturan khusus yang bersifat intern Rumah Sakit (by law) mengenai penyimpanan dan

pemusnahannya.11

23

Page 24: Refrat RM-isi

Sistem Penyimpanan

Banyak pilihan yang tersedia dalam melakukan penyimpanan rekam medis, diantaranya dengan

menempatkan berkas rekam medis kedalam lemari terbuka (open shelves) , lemari kabinet

(filling cabinet) atau dengan menggunakan teknologi microfilm maupun digital scanning dan

terakhir secara komputerisasi (rekam medis elektronik). Pilihan terhadap cara yang akan

diambil tergantung pada kebutuhan dan fasilitas rumah sakit. Pada rumah sakit yang masih

menggunakan rekam medis dengan format kertas, bila jumlah berkas rekam medis masih

sedikit gunakan kertas saja. Sedangkan untuk rumah sakit dengan jumlah berkas rekam medis

yang banyak, kombinasi dari sistem penyimpanan dibawah ini dapat menjadi pilihan.

1. Sistem penomoran langsung (straight numerical filing system)

Penyimpanan dengan sistem nomor langsung adalah penyimpanan rekam medis dalam rak

penyimpanan secara berturut sesuai dengan urutan nomornya. Misalnya keempat rekam medis

berikut ini akan disimpan berurutan dalam satu rak, yaitu 462931, 462932, 462833, 462934.

Kelebihan dari sistem penyimpanan ini adalah mudah dalam mengambil berkas rekam medis

yang banyak dari rak aktif dan tidak aktif. Kemudahan lainnya adalah sistem penyimpanan ini

mudah dimengerti bagi tenaga baru. Sedangkan kelemahannya: Petugas harus melihat seluruh

angka sehingga mudah keliru dalam mengambil berkas dari rak penyimpanan.

24

Page 25: Refrat RM-isi

2. Sistem angka akhir (terminal digit filing system)

Contoh: nomor 26 - 03 -60

26 - -, angka ketiga (tertiary digit)

- 03 -, angka kedua (secondary digit)

- - 60, angka pertama (primary digit)

Kelebihan:

(a) Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara merata dalam rak penyimpanan

(b) Petugas tidak berdesak-desakkan disatu tempat

(c) Pekerjaan akan terbagi rata mengerjakan jumlah rekam medis yang hampir sama tiap

harinya untuk setiap seksi

(d) Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari setiap seksi, pada

saat ditambahnya rekam medis baru

(e) Jumlah rekam medis untuk tiap-tiap seksi terkontrol dan bisa dihindarkan timbulnya rak-rak

kosong

(f) Memudahkan dalam perencanaan peralatan penyimpanan

(g) Kekeliruan peyimpanan dapat dicegah atau terkendali karena petugas hanya melihat dua

digit angka terakhir dalam memasukkan rekam medis ke rak penyimpanan

(h) Hanya melihat angka pertama dengan rak yang mudah dihafal

(i) Disusun lagi melihat angka kedua dan kemudian RM disimpan berdasar angka ketiga

(j) Lebih mudah efisien, efektif.

Kelemahan: Memerlukan tempat/ruang yang lebih besar . oleh karena sebaran nomor sesuai

dengan rak untuk rumah sakit besar dengan volume yang besar dan rekam medis yang tebal.

25

Page 26: Refrat RM-isi

3. Sistem Angka Tengah (Middle Digit Filing System)

Contoh: 29-14-98 99-04-99

29-14-99 99-04-00

30-14-00 00-05-01

Kelebihan:

a) Mudah pengambilan untuk 100 berkas.

b) Pergantian angka tengah mudah dan penyebaran nomor merata sehingga tanggung jawab

petugas dapat dibagi per area

c) Penyebaran nomor-nomor lebih merata pada rak penyimpanan.

d) Petugas dapat bekerja pada seksi-seksi tertentu sehingga menghindarkan kekeliruan

penyimpanan.

Kelemahan :

a) Memerlukan latihan dan bimbingan yang lebih lama.

b) Terjadi rak-rak lowong untuk area tertentu bila rekam medis dialihkan ke area penyimpanan

inaktif.

c) Sistem angka tengah tidak dapat digunakan dengan baik untuk nomor-nomor yag lebih dari

angka.

4.Sistem Mikrofilm (Microfilm)

Penyimpanan juga dapat dilakukan dengan microfilm, komputer atau media penyimpanan lain,

yang hingga saat ini belum diuraikan media-media apa saja yang diperbolehkan (Keputusan

26

Page 27: Refrat RM-isi

Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/Sk/XII/1999 tentang standar pelayanan Rumah

Sakit, Standar Pelayanan Rekam Medis dan Manajemen Informasi Kesehatan).

Mengingat rekam medis kertas membutuhkan ruang penyimpanan yang luas dan cenderung

bertambah dari waktu ke waktu, sejak 40 tahun yang lalu microfilm mulai diperkenalkan

sebagai alternatif pilihan lain. Proses microfilm adalah suatu proses mengubah lembaran rekam

medis kertas menjadi bentuk negatif film yang lebih kecil dari kuku kelingking orang dewasa

dan disebut micrifis (microfiche). Microfilm dapat berbentuk gulungan kecil film (roll) yang

menghimpun ribuan gambar/ ratusan berkas rekam medis. Versi ini baik untuk rekaman inaktif.

Jenis microfilm lain disebut jaket. Satu lembar jaket microfilm memuat beberapa puluh microfis

yang terhimpun dalam satu lembar jaket microfilm.

Biasanya tahapan pelaksanaan microfilm sebagai berikut:

a) Penyusutan/ retensi berkas inaktif atau yang jarang digunakan

b) Penilaian berkas yang mau diretensi

c) Pemotretan berkas yang mau diretensi

d) Pemberian jaket microfilm

e) Penjajaran bentuk microfilm dengan sistem penyimpanan disesuaikan dengan sistem yang

pilih, misalnya system penjajaran kelompok angka tepi atau jenis lainnya.

5. Sistem Penyimpanan Pencitraan (maging)

Merupakan suatu proses mengubah atau mentransfer gambar dalam bentuk kertas atau film

(radiology) ataupun gambar medis (seperti grafik EKG,EEG, CTG, USG, Echo dan lain-lain)

ke dalam software melalui data digital seperti scanner/ pencitraan. Dalam rekam medis manual

27

Page 28: Refrat RM-isi

(paper based record) film radiologi disimpan tersendiri diunit radiologi sedangkan untuk hasil

gambar USG, Echo, EEG, dan ECG biasanya ditempatkan pada berkas Rekam medis.

2.2. Aspek Hukum Rekam Medis

2.2.1. Dasar Hukum Rekam Medis

Pengaturan tentang hak atas kesehatan dalam sejumlah instrumen hukum dapat dilihat dalam

Pasal 25 (1) Universal Declaration of Human Rights, yaitu: “Everyone has the right to a standart

of living adequate for health of himself and of his family, including food, clothing, housing and

medical car and necessary social service”. Hak atas kesehatan sangat mendasar bagi tiap individu

dalam hal melaksanakan hak asasinya yang lain termasuk dalam pencapaian standar hidup yang

memadahi. Mata rantai dari Universal Declaration of Human Rights adalah:

1. The right to health care;

2. The right to information;

3. The right to self determination.

Hak atas kesehatan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, ia tidak hanya menyakut

masalah individu tetapi meliputi semua faktor yang member kontribusi terhadap hidup yang

sehat (healthy life) terhadap individu, seperti masalah lingkungan, nutrisi, perumahan, dan lain-

lain. Sementara hak atas kesehatan dan hak atas atas pelayanan kesehatan yang merupakan hak-

hak pasien, adalah bagian yang lebih spesifik dari hak atas kesehatan.

Seiring perkembangan jaman, nilai kepercayaan pasien kepada dokter telah mengalami

perubahan. Masyarakat sekarang ini tidak sepenuhnya percaya pada dokter, ataupun tenaga

medis lain dalam pelayanan kesehatan. Ada permasalahan-permasalahan kesehatan yang muncul.

28

Page 29: Refrat RM-isi

Permasalahan dan sengketa di bidang medik semakin bertambah. Malpraktek pun acapkali

terjadi. Malpraktek di sini maksudnya adalah perilaku tidak baik atau perilaku buruk yang terjadi

dari tugas profesi. Malpraktek tersebut bisa dinyatakan mencakup pelanggaran terhadap etika,

pelanggaran terhadap hukum dan pelanggaran terhadap disiplin yang berhubungan dengan tugas

profesi.

Pelayanan kesehatan yang sangat rawan terhadap konflik dan sengketa hukum adalah:

1. Informed consent;

2. Medical secrecy;

3. Medical record;

4. Medical risk;

5. Medical liability.

Kelima bagian tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain, tidak dapat

dipisahkan dan merupakan satu kesatuan dalam hal pelayanan masyarakat masyarakat. Jika satu

bagian tidak dijalankan sebagaimana mestinya maka akan mempengaruhi bagian yang lain.

Medical Record merupakan satu bagian yang berada ditengah-tengah yang memiliki pengaruh

yang sangat kuat dalam menentukan kualitas layanan kesehatan.1

2.2.2 Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis

Penyelenggaraan Rekam Medis pada suatu sarana kesehatan merupakan salah satu

indikator mutu pelayanan kesehatan merupakan salah satu indikator mutu pelayanan pada

institusi tersebut. Berdasarkan data pada Rekam Medis tersebut akan dapat dinilai apakah

pelayanan yang diberikan sudah cukup baik mutunya atau tidak, serta apakah sudah sesuai

29

Page 30: Refrat RM-isi

standar atau tidak. Untuk itulah, maka pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan merasa

perlu mengatur tata cara penyelenggaraan Rekam Medis dalam suatu peraturan menteri

kesehatan agar jelas rambu-rambunya, yaitu berupa Permenkes RI Nomor

269/Menkes/Per/III/2008.

Secara garis besar penyelenggaraan Rekam Medis dalam Permenkes RI Nomor

269/Menkes/Per/III/2008 tersebut diatur sebagai berikut:

1. Rekam Medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima

pelayanan (Pasal 5 ayat 2). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih original dan

tidak ada yang terlupakan karena adanya tenggang waktu.

2. Setiap pencatatan Rekam Medik harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas pelayanan

kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistim pertanggung-jawaban atas

pencatatan tersebut (Pasal 5 ayat 4)

3. Jika terdapat kesalahan pencatatan pada rekam medis, maka dapat dilakukan pembetulan

(Pasal 5 ayat 5). Pembetulan hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa

menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi, atau tenaga

kesehatan tertentu yang bersangkutan (Pasal 5 ayat 6).

Pada saat seorang pasien berobat ke dokter, sebenarnya telah terjadi suatu hubungan

kontrak terapeutik antara pasien dan dokter. Hubungan tersebut didasarkan atas kepercayaan

pasien bahwa dokter tersebut mampu mengobatinya, dan akan merahasiakan semua rahasia

pasien yang diketahuinya pada saat hubungan tersebut terjadi. Dalam hubungan tersebut secara

otomatis akan banyak data pribadi pasien tersebut yang akan diketahui oleh dokter serta tenaga

kesehatan yang memeriksa pasien tersebut. Sebagian dari rahasia tersebut dibuat dalam tulisan

30

Page 31: Refrat RM-isi

Rekam Medis. Dengan demikian, kewajiban tenaga kesehatan untuk menjaga rahasia

kedokteran, mencakup juga kewajiban untuk menjaga kerahasiaan isi Rekam Medis.

Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran menegaskan bahwa dokter dan dokter gigi wajib

membuat rekam medik dalam menjalankan praktik kedokteran. Setelah memberikan pelayanan

praktik kedokteran kepada pasien, dokter dan dokter gigi segera melengkapi rekam medis

dengan mengisi atau menulis semua pelayanan praktik kedokteran yang telah dilakukannya.

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang

pasien, bahkan juga setelah seorang pasien itu telah meninggal dunia.

Bab IV butir 2 Keputusan DIRJEN Pelayanan Medik Nomor :

78/Yan.Med/RS.UM.DIK/YMU/I/91 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam

Medis (medical record) di Rumah Sakit, yang berbunyi: “Isi rekam medis adalah milik pasien

yang wajib dijaga kerahasiannya”.

Untuk melindungi kerahasiaan tersebut, maka dibuat ketentuan sebagai berikut:

a. Hanya petugas rekam medis yang diijinkan masuk ruang penyimpanan berkas rekam

medis.

b. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan-badan atau

perorangan, kecuali yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Selama penderita dirawat, rekam medis menjadi tanggung jawab perawat ruangan

dan menjaga kerahasiaannya.

Pasal 15 Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 menyatakan bahwa pengelolaan

rekam medis dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja pelayanan kesehatan.

31

Page 32: Refrat RM-isi

Kepala dinas kesehatan propinsi, kepala dinas kesehatan kabupaten/ kota, dan organisasi

profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan sesuai dengan tugas dan

fungsi masing-masing (Pasal 16 ayat 1 Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008). Dalam

rangka pembinaan dan pengawasan, menteri, kepala dinas kesehatan propinsi, kepala dinas

kesehatan kabupaten/ kota, dapat mengambil tindakan administrasi sesuai dengan kewenangan

masing-masing. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dapat berupa teguran lisan,

teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin (pasal 17 ayat 1 dan 2 Permenkes RI Nomor

269/Menkes/Per/III/2008)

Beberapa Ketentuan Perundang-undangan yang mengatur tentang rekam medis adalah: 1

1. Diantara produk Hukum Medis yang sudah diterbitkan adalah antara lain mengenai Medical

Records yang diterjemahkan dengan Rekam Medis sebagaimana diatur didalam Peraturan

Menteri Kesehatan No 749a tahun 1989.

Secara yuridis, sejak berlakunya Permenkes tersebut maka pelaksanaan Rekam Medis

dengan membuat catatan catatan data pasien sudah merupakan suatu keharusan, sudah

menjadi kewajiban hukum.

2. Pasal 21 PP No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

a. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi

standar profesi tenaga kesehatan.

b. Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan

oleh menteri.

32

Page 33: Refrat RM-isi

c. Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesi berkewajiban

untuk:

1) Menghormati hak pasien

2) Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien

3) Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang

akan dilakukan

4) Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan

5) Membuat dan memelihara rekam medis

3. Pasal 46 UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

a. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat

rekam medis

b. Rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus segera dilengkapi setelah

pasien selesai menerima pelayanan kesehatan

c. Setiap catatan rekam medik harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas

yang memberikan pelayanan atau tindakan

Pasal 47 UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

a. Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 merupakan milik

dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis

merupakan milik pasien

b. Rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disimpan dan dijaga

kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan

kesehatan

33

Page 34: Refrat RM-isi

c. Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

diatur dengan peraturan Menteri.

4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenggaraan

praktik dokter dan dokter gigi

Pasal 16

Ayat 1

“Dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib membuat

rekam medis”

Ayat 2

“Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

ketentuan perundang-undangan”

Peraturan tersebut menjelaskan bahwa dokter ataupun dokter gigi wajib membuat rekam

medis ketika menjalankan praktik kedokteran, peraturan tentang rekam medis selanjutnya

akan diatur dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.

5. Pasal 5 ayat (1), (2), (3) Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam

Medis

a. Pasal 5 ayat (1) menyatakan :

“Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib

membuat rekam medis.”

b. Pasal 5 ayat (2) menyatakan :

“Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan

dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.”

34

Page 35: Refrat RM-isi

c. Pasal 5 ayat (3) menyatakan :

“Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui

pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.”

Pasal 5 ayat (4), (5), (6) Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008

d. Pasal 5 ayat (4) menyatakan:

“Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda

tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan

kesehatan secara langsung.”

e. Pasal 5 ayat (5) dan (6)

“Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat

dilakukan pembetulan. Pembetulan sebagaimana dimaksud hanya dapat dilakukan

dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi

paraf dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.”

Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (1) dan (2) Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008

tentang Rekam Medis:

f. Pasal 10 ayat (1) menyatakan :

“Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan

riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi,

tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan

kesehatan.”

35

Page 36: Refrat RM-isi

g. Pasal 11 ayat (1) dan (2) menyatakan :

“Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter

gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi

rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien

berdasarkan peraturan perundang-undangan.”

Pasal 13 ayat (1), (2), dan (3) Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam

Medis:

(1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:

a. pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

b. alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi

dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;

c. keperluan pendidikan dan penelitian;

d. dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan

e. data statistik kesehatan

(2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang

menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien

atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.

(3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak diperlukan

persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.

36

Page 37: Refrat RM-isi

Pasal 14 ayat (1), (2), dan (3) Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam

Medis:

“Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan,dan/

atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis.”

6. Selama ini, rekam medis mengacu pada pasal 46-47 UU no.29/2004 tentang Praktik

Kedokteran & Permenkes no.269/2008 tentang Rekam Medis. UU no.29/2004 sebenarnya

diundangkan saat rekam medis elektronik (electronic medical record/ EMR) telah banyak

digunakan, namun tidak mengatur mengenai rekam medis elektronik. Sedangkan Permenkes

no.269/2008 belum mengatur mengenai EHR. Tetapi dengan adanya UU ITE, secara umum

penggunaan rekam medis elektronik sebagai dokumen elektronik telah memiliki dasar

hukum. Rekam medis elektronik sebagai dokumen elektronik di Indonesia terdapat di dalam

undang – undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi, Teknologi dan Edukasi.

Pernyataan IDI tentang Rekam Medis :

1) Rekam medis/ kesehatan adalah rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas

pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medis/ kesehatan kepada seorang pasien.

2) Rekam medis/ kesehatan meliputi identitas lengkap pasien, catatan tentang penyakit

(diagnosis, terapi dan pengamatan perjalanan penyakit), catatan dari pihak ketiga, hasil

pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, pemeriksaan USG, dan lain lainnya serta resume.

3) Rekam medis/ kesehatan harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya paling lambat 48 jam

setelah pasien pulang atau meninggal.

37

Page 38: Refrat RM-isi

4) Perintah dokter melalui telepon untuk suatu tindakan medis, harus diterima oleh perawat

senior. Perawat senior yang bersangkutan harus membaca ulang catatannya tentang perintah

tersebut dan dokter yang bersangkutan mendengarkan pembacaan ulang itu dengan seksama

serta mengoreksi bila ada kesalahan. Dalam waktu paling lambat 24 jam, dokter yang

memberi perintah harus menandatangani catatan perintah itu.

5) Perubahan terhadap rekam medis / kesehatan harus dilakukan dalam lembaran khusus yang

harus dijadikan satu dengan dokumen rekam medis kesehatan lainnya.

6) Rekam medis/ kesehatan harus ada untuk mempertahankan kualitas pelayanan profesional

yang tinggi, untuk melengkapi kebutuhan informasi, untuk kepentingan dokter pengganti

yang meneruskan perawatan pasien, untuk referensi masa datang, serta diperlukan karena

adanya hak untuk melihat dari pasien.

7) Berdasarkan butir 6 diatas, rekam medis/ kesehatan wajib ada di RS, Puskesmas atau balai

kesehatan dan praktik dokter pribadi atau praktik berkelompok.

8) Berkas rekam medis/ kesehatan adalah milik RS, fasilitas kesehatan lainnya atau dokter

praktik pribadi/ praktik berkelompok. Oleh karena itu, rekam medis/ kesehatan hanya boleh

disimpan oleh RS, fasilitas kesehatan lainnya dan praktik pribadi/ praktik berkelompok.

9) Pasien adalah pemilik kandungan isi rekam medis/ kesehatan yang bersangkutan, maka

dalam hal pasien tersebut menginginkannya, dokter yang merawatnya harus

mengutarakannya, baik secara lisan maupun secara tertulis.

10) Pemaparan isi kandungan rekam medis/ kesehatan hanya boleh dilakukan oleh dokter yang

bertanggung jawab dalam perawatan pasien yang bersangkutan. Dan hal ini hanya boleh

dilakukan untuk:

38

Page 39: Refrat RM-isi

( 1 ) Pasien yang bersangkutan.

( 2 ) Atau kepada konsulen.

( 3 ) Atau untuk kepentingan pengadilan.

Untuk RS permintaan pemaparan ini untuk kepentingan pengadilan harus ditujukan kepada

Kepala RS.

11) Lama penyimpanan berkas rekam medis/ kesehatan adalah lima tahun dari tanggal terakhir

pasien berobat atau dirawat, dan selama lima tahun itu pasien yang bersangkutan tidak

berkunjung lagi untuk berobat. Lama penyimpanan berkas rekam medis/ kesehatan yang

berkaitan dengan hal hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan lain.

12) Setelah batas waktu tersebut pada butir 11, berkas rekam medis/ kesehatan dapat

dimusnahkan.

13) Rekam medis/ kesehatan adalah berkas yang perlu dirahasiakan.

Oleh karena itu, sifat kerahasiaan ini perlu selalu dijaga oleh setiap petugas yang ikut

menangani rekam medis/ kesehatan.12

Sanksi Hukum, Disiplin dan Etik

Dalam Pasal 79 Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran secara

tegas mengatur bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam

medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling

banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Selain tanggung jawab pidana, dokter dan

dokter gigi yang tidak membuat rekam medis juga dikenakan sanksi secara perdata, karena

39

Page 40: Refrat RM-isi

dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (ingkar janji/ wanprestasi)

dalam hubungan dokter dengan pasien.13

Selain itu, tindakan membuka rahasia petugas kesehatan dapat dikenakan sanksi pidana,

perdata maupun administratif. Secara pidana membuka rahasia kedokteran diancam pidana

melanggar pasal 322 KUHP dengan ancaman hukuman selama-lamanya 9 bulan penjara. Secara

perdata, pasien yang merasa dirugikan dapat meminta ganti rugi berdasarkan pasal 1365 jo 1367

KUH Perdata: “barang siapa yang sengaja membuka suatu rahasia yang ia wajib menyimpannya

oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dulu, dihukum dengan

hukuman selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah uang

lama”. Secara administratif, PP No.10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Dokter

menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang membuka rahasia kedokteran dapat dikenakan sanksi

secara administratif, meskipun pasien tidak menuntut dan telah memaafkannya.

Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain mendapat sanksi hukum

juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan Undang-Undang Praktik

Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Kode Etik

Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI).

Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 tentang

Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP, ada tiga

alternatif sanksi disiplin yaitu:

1. Pemberian peringatan tertulis

2. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat ijin praktik

40

Page 41: Refrat RM-isi

3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi.14

Selain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis dapat

dikenakan sanksi etik oleh organisasi profesi yaitu Majelis Kehormatan Etik Kedokteran

(MKEK) dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi (MKEKG).

2.2.3. Kepemilikan Rekam Medis

Ada beberapa perdebatan tentang siapa sebenarnya pemilik dari rekam medis. Ada yang

mengatakan bahwa itu adalah hak pasien, karena menyangkut dirinya, ada juga yang

beranggapan itu milik rumah sakit.

Terlepas dari perdebatan itu, sebenarnya sudah ada aturan hukumnya. Dalam Permenkes

RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 menyatakan bahwa berkas rekam medis adalah milik sarana

pelayanan kesehatan ( pasal 12 ayat 1), sedangkan isi rekam medis adalah milik pasien (pasal 12

ayat 2). Isi rekam medis tersebut berbentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan ini dapat

diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan

pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

Jadi kesimpulannya, rekam medis adalah milik health care provider sedangkan isinya

pasien berhak tahu diberi tahu sesuai dengan penjelasan Pasal 53 Undang-Undang Kesehatan

serta berhak memanfaatkan rekam medis untuk dapat menunjang kepentingannya.

41

Page 42: Refrat RM-isi

Implementasi dari pasal dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

1. Health Care Provider

a. Merancang desain rekam medik

b. Berhak menguasai rekam medik

c. Menggunakan isi rekam medik untuk kepentingannya

d. Memusnahkan isi rekam medik sesuai ketentuan

e. Menyerahkan berkas rekam medik yang sudah kadaluwarsa kepada pasien. Kebijakan

ini lebih baik dari pada memusnahkannya sebab tidak tertutup kemungkinan rekam

medik tersebut sangat berguna sebagai acuan diluar masa kadaluwarsa.

2. Health Care Provider berkewajiban untuk :

a. Menyimpan berkas dengan baik sebab didalamnya terdapat data tentang pasien yang

sewaktu-waktu diperlukan

b. Menjaga dari kerusakan atau kehilangan

c. Melaporkan berita acara pemusnahan berkas kepada Dirjen Pelayanan Medik

2.3. Pengungkapan Isi Rekam Medis

Pada Permenkes RI Nomor 269/MENKES/Per/III/2008 tentang rekam medis disebutkan

bahwa salah satu manfaat dari rekam medik adalah untuk kepentingan penelitian, pendidikan,

dan audit medis sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien. Ketentuan model yang diajukan

oleh the American Medical Record Association menyatakan bahwa informasi medik dapat

dibuka dalam beberapa hal, yaitu:

a. Memperoleh otorisasi tertulis dari pasien

42

Page 43: Refrat RM-isi

b. Sesuai dengan ketentuan undang-undang

c. Diberikan kepada sarana kesehatan lain yang saat ini menangani pasien

d. Untuk evaluasi perawatan medik

e. Untuk riset dan pendidikan sesuai dengan peraturan setempat

Pemaparan isi rekam medis untuk pembuktian perkara hukum, dapat dilakukan oleh dokter

yang merawat baik dengan izin tertulis maupun tanpa izin dari pasien. Pimpinan sarana

pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau langsung kepada

pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan, seperti

dijelaskan peraturan menteri kesehatan nomor 269 tahun 2008 pasal 11 ayat 2 yang menyatakan :

”Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi Rekam Medis, tanpa

izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”16

Dalam hal demikian, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka

penegakan hukum atas perintah pengadilan, dokter, dokter gigi yang bertanggungjawab atas

perawatan pasien atau pimpinan rumah sakit dapat memberikan fotokopi rekam medis disamping

kesimpulan (yang merupakan pendapatnya). Mengenai fotokopi ini memang tidak ditegaskan

dalam Permenkes Nomor 269/2008. Ini merupakan pendapat pakar hukum karena rekam medis

berfungsi sebagai alat bukti surat maupun alat bukti keterangan ahli.

Di samping itu, audit medik yang mereview rekam medik dapat saja menemukan

kesalahan-kesalahan orang, kesalahan prosedur, kesalahan peralatan dan lain-lain, sehingga

dapat menimbulkan rasa kurang nyaman bagi para profesional (dokter, perawat, dan profesi

kesehatan lain). Oleh karena itu audit medik bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan medik

43

Page 44: Refrat RM-isi

dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan bukan untuk mencari kesalahan dan

menghukum seseorang. Boleh dikatakan bahwa audit medik tidak mencari pelaku kesalahan

(liable person/parties), melainkan lebih ke arah menemukan resiko yang dapat dicegah

(avoidable risks) sehingga arahnya benar-benar menuju peningkatan kualitas dan safety.

Dengan demikian dalam melaksanakan audit medik perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Semua orang/ staf yang turut serta dalam audit medik adalah mereka yang telah disumpah

untuk menjaga kerahasiaan kedokteran sebagaimana diatur dalam pasal 3 Peraturan

Pemerintah No. 10 tahun 1996 tentang Wajib Simpan Rahasia Dokter, dikenal memiliki

integritas yang tinggi dan memperoleh penunjukkan resmi dari direksi.

2. Semua formulir data yang masuk dalam rangka audit medik tetap memiliki tingkat

kerahasiaan yang sama dengan rekam medik, termasuk seluruh fotokopi dan faks.

3. Harus disepakati tentang sanksi bagi pelanggaran atas rahasia kedokteran ini, misalnya

penghentian penugasan/ akses rekam medik, atau bahkan penghentian hubungan kerja.

4. Seluruh laporan audit tidak diperkenankan mencantumkan identitas pasien, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

5. Seluruh hasil audit medik ditujukan untuk kepentingan perbaikan pelayanan medik rumah

sakit tersebut, tidak dapat dipergunakan untuk sarana kesehatan lain dan tidak digunakan

untuk menyalahkan atau menghukum seseorang atau satu kelompok orang.

6. Seluruh hasil audit medik tidak dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan (dalam

keadaan tertentu, rekam medis tetap dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan).

44

Page 45: Refrat RM-isi

2.4. Rekam Medis Sebagai Alat Bukti di Pengadilan

Indonesia menganut asas pembuktian negatif dalam hukum pidana, yang berarti bahwa

seseorang tidak cukup untuk dinyatakan sebagai terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan

alat-alat bukti yang sah menurut undang - undang secara kumulatif, melainkan juga harus

disertai dengan keyakinan hakim. Dalam kasus dimana dokter atau dokter gigi merupakan salah

satu pihak (kasus kesalahan/ kelalaian dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan profesi),

salah satu kendala yang dihadapi dalam proses pembuktian ialah keterangan ahli yang diatur

dalam pasal 186 KUHAP. Keterangan ahli yang dimaksudkan disini dapat juga sudah diberikan

pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam satu bentuk

laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu ia menerima jabatan/pekerjaan

tersebut. Apabila hal tersebut tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik/penuntut

umum, maka pada waktu pemeriksaan di sidang diminta untuk memberikan keterangan dan

dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan tersebut diberikan setelah ia mengucapkan

sumpah atau janji di hadapan sidang mengenai kebenaran keterangannya sebagai saksi ahli.

Sumpah atau janji yang diberikan sebagai saksi ahli harus dibedakan dengan sumpah/janji yang

diucapkan pada waktu menerima jabatan/pekerjaan (sumpah jabatan). Keterangan ahli yang

dimaksudkan oleh pasal 186 KUHAP tersebut bila dikaitkan dengan hubungan antara dokter atau

dokter gigi dan pasien dapat dituangkan dalam bentuk baik tertulis maupun tidak tertulis.

Keterangan ahli yang berwujud tertulis dapat berupa Rekam Medis (RM) yang dari segi formal

merupakan himpunan catatan mengenai hal – hal yang berkait dengan riwayat perjalanan

penyakit dan pengobatan/perawatan pasien. Sedangkan dari segi material, isi rekam medis

meliputi identitas pasien, catatan tentang penyakit, hasil pemeriksaan laboratorik, foto rontgen,

45

Page 46: Refrat RM-isi

dan pemeriksaan USG. Hal ini secara jelas diatur dalam Permenkes RI Nomor 269 /2008 tentang

Rekam Medis.

Fungsi legal dari rekam medis ialah karena rekam medis dapat berfungsi sebagai alat bukti

bila terjadi silih pendapat / tuntutan dari pasien dan dilain pihak sebagai perlindungan hukum

bagi dokter. Yang penting ialah bahwa rekam medis yang merupakan catatan mengenai

dilakukannya tindakan medis tertentu itu secara implisit juga mengandung Persetujuan Tindakan

Medik, karena tindakan medis tertentu itu tidak akan dilakukan bila tidak ada persetujuan dari

pasien. Apabila rekam medis yang mempunyai multifungsi tersebut dikaitkan dengan pasal 184

KUHAP, maka rekam medis selain berfungsi sebagai alat bukti surat juga berfungsi sebagai alat

bukti keterangan ahli yang dituangkan dan merupakan isi rekam medis. Permasalahannya ialah

bahwa isi rekam medis adalah milik pasien dan dokter wajib menjaga kerahasiaannya. Isi rekam

medis sebagaimana dimaksud pada Pasal ayat (2) dan (3) Permenkes Nomor 269 /2008 adalah

dalam bentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan rekam medis tersebut dapat diberikan, dicatat,

atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau

keluarga pasien yang berhak untuk itu. Dalam keadaan tidak untuk kepentingan pengadilan maka

ringkasan rekam medis tersebut yang diberikan.

Dalam asas hukum pidana Indonesia berlaku asas pembuktian negatif. Hal ini berarti

bahwa rekam medis dapat digunakan sebagai dasar untuk membuktikan ada tidaknya

kesalahan/kelalaian dokter/ dokter gigi dalam melaksanakan profesi, dan di segi lain rekam

medis dapat digunakan sebagai dasar pembelaan/perlindungan hukum bagi dokter/ dokter gigi

terhadap gugatan/ tuntutan yang ditujukan kepadanya. Penggunaan rekam medis sebagai alat

bukti di persidangan pengadilan dengan demikian hanya dimungkinkan apabila para pihak yaitu

46

Page 47: Refrat RM-isi

dokter atau dokter gigi pasien dan penuntut umum mengajukan rekam medis sebagai alat bukti

untuk menemukan kebenaran material/ kebenaran yang sejati, dan memperjelas ada tidaknya

kesalahan/kelalaian dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan profesinya.

Dengan demikian rekam medis merupakan alat bukti bahwa dokter atau dokter gigi telah

mengupayakan semaksimal mungkin melalui tahapan proses upaya pelayanan kesehatan sampai

kepada satu pilihan terapi yang paling tepat yang berupa tindakan medis tertentu. Bagi pasien,

rekam medis merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai dasar apakah tindakan medis

tertentu yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadapnya itu sudah sesuai dengan standar

profesi. Oleh karena itu semakin lengkap rekam medis semakin kuat fungsinya sebagai alat bukti

yang memberikan perlindungan hukum bagi dokter atau dokter gigi.15

Rekam medis merupakan dokumen resmi dari kegiatan rumah sakit. Apabila salah satu

pihak bersengketa dalam satu acara pengadilan menghendaki pengungkapan isi rekam medis di

dalam sidang, ia meminta dari pengadilan kepada rumah sakit yang menyimpan rekam medis

tersebut. Rumah sakit yang menerima perintah tersebut wajib mematuhi dan melaksanakannya.

Apabila ada keragu-raguan dari isi perintah tersebut dapat diminta penjelasan ke pengadilan yang

bersangkutan. Dengan surat tersebut diminta seorang saksi untuk datang dan membawa rekam

medis yang diminta atau memberikan kesaksian di depan sidang. Apabila yang diminta rekam

medisnya saja, rumah sakit dapat membuat resume dari rekam medis yang diminta dan

mengirimkannya kepada bagian tata usaha pengadilan setelah dilegalisasi pejabat yang

berwenang (dalam hal ini pimpinan rumah sakit).17

47

Page 48: Refrat RM-isi

Dari apa yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa rekam medis mempunyai

fungsi ganda sebagi alat bukti, yaitu :

1. Sebagai alat bukti keterangan ahli.

2. Sebagai alat bukti surat.

Rekam medis adalah suatu kekuatan untuk dokter atau dokter gigi dan rumah sakit

untuk membuktikan bahwa telah dilakukan upaya yang maksimal untuk menyembuhkan pasien

sesuai dengan standar profesi kedokteran.

Dalam undang-undang praktik kedokteran ditegaskan bahwa rekam medis adalah berkas

yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindak

dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Lebih lanjut ditegaskan dalam

Permenkes no. 269/MENKES/PER/III/2008 pada pasal 13 ayat (1) bahwa rekam medis dapat

dimanfaatkan/digunakan sebagai alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran

oleh MKDKI, penegakan etika kedokteran dan kedokteran gigi bagi profesi kedokteran. Pada sisi

lain dalam pasal 2 ayat (1) Permenkes tersebut ditegaskan bahwa rekam medis harus dibuat

secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara elektronik dalam penjelasan pasal 46 ayat (3)

bahwa penggunaan teknologi informasi elektronik dimungkinkan dalam pencatatan rekam

medis.

Seperti yang ditegaskan pada pasal 2 ayat (1) Permenkes/PER/III/2008 yang

memungkinkan dipilihnya dua cara, yaitu rekam medis ditulis secara lengkap atau dengan

menggunakan elektronik. Artinya bahwa rekam medis dapat saja memilih salah satu cara

tersebut tertulis atau elektronik. Bahwa pilihan ini sebagaimana dikemukakan dalam Permenkes

mengandung konsekuensi hukum yang berbeda, yang nantinya akan berakibat kedudukan rekam

48

Page 49: Refrat RM-isi

medis sebagai alat bukti juga terjadi perubahan fundamental dan berakibat hukum yang tidak

sama.

Bila diamati, apa yang diatur dalam kitab Undang-Undang Acara Pidana dan Hukum

Acara Perdata (HIR) tidak ada satu ketegasan mengatur bahwa catatan elektronik ditempatkan

sebagai alat bukti utama. HIR pasal 164 menegaskan bahwa alat-alat bukti terdiri dari, bukti

dengan surat, bukti dengan saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah. Begitu pula

dalam Hukum Acara Pidana pasal 184 menegaskan bahwa alat bukti yang sah ialah keterangan

saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.

Berdasarkan kedua ketentuan atau peraturan tersebut diatas, tidak satupun yang

menempatkan alat bukti elektronik sebagai alat bukti utama. Oleh karena itu, bilamana rekam

medis yang tadinya tertulis dalam bentuk dokumen lengkap masuk pada alat bukti utama karena

bentuknya sebagai bukti surat pada Hukum Acara Perdata dan bukti surat pada Hukum Acara

Pidana. Bila konsekuensi pihak jatuh pada bentuk elektronik, konsekuensinya bahwa kedudukan

sebagai alat bukti utama menjadi tidak utama. Konsekuensi inilah akan juga mempengaruhi atas

keputusan-keputusan hakim nantinya, karena sebagaimana kita ketahui rekam medis adalah

catatan dokumen-dokumen pemeriksaan, pengobatan tindakan dan pelayanan yang nantinya

sangat diperlukan atau satu-satunya alat bukti tertulis bagi hakim. Secara yuridis pula dapat

dikatakan bahwa undang-undang praktik kedokteran tidak dapat dikatakan mengamanatkan

dapatnya menjadi pilihan tertulis atau elektronik, hal ini terlihat pencatatan dimungkinkannya

secara elektronik hanya ditempatkan pada penjelasan undang-undang tidak pada batang tubuh

undang-undang.

49

Page 50: Refrat RM-isi

Pada kenyataannya tidak semua rekam medis dapat dijadikan bahan bukti di pengadilan,

tetapi harus memenuhi syarat.

Menurut J. Guwandi, rekam medis tidak dapat dipakai sebagai alat pertanggungjawaban

atau bahan bukti didepan pengadilan, apabila :

1. Tulisannya tidak dapat dibaca oleh orang lain (hakim, pengacara dan lain-lain),

2. Terdapatnya penghapusan, penambahan, pencoretan yang menutupi tulisan sehingga

tidak dapat dibaca lagi,

3. Diketahui telah dilakukan penggantian lembaran Rekam Medis,

4. Telah dilakukan perubahan-perubahan pada catatan atau angka-angka,

5. Tidak dicatat apa yang telah dilakukan.16

50

Page 51: Refrat RM-isi

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan, rekam medis sangat diperlukan

dalam bidang kesehatan. Rekam medis memiliki berbagai manfaat, baik bagi pihak tenaga

kesehatan maupun pasien, serta berguna untuk menunjang tertib administrasi, tanpa didukung

suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi tersebut

dapat berhasil.

Sebagai pelaksana dan pengguna rekam medis, kita perlu mengetahui sejarah dan

perkembangan rekam medis, dan perubahan apa saja yang terjadi dalam sistem rekam medis.

Baik yang terjadi di tingkat nasional maupun internasional. Perubahan tersebut dimulai dari

perbaikan catatan kesehatan melalui standarisasi rumah sakit dan organisasi yang telah terjadi

sejak zaman dahulu kala. Perlu pula diketahui dasar hukum rekam medis di Indonesia.

Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan

rekam medis adalah “berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.”

Isi rekam medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data tentang

identitas dan data medik seorang pasien. Isi rekam medis dapat dibagi menjadi dua kelompok

data, yaitu data medis atau data klinis dan data sosiologis atau data non medik. Data-data yang

terdapat pada rekam medis bersifat rahasia.

51

Page 52: Refrat RM-isi

Secara umum rekam medis merupakan:

1. Alat komunikasi antar tenaga kesehatan

2. Dasar perencanaan pengobatan/perawatan

3. Bukti tertulis atas segala pelayanan/perawatan/tindakan

4. Bahan analisa, penelitian dan evaluasi mutu pelayanan kesehatan

5. Alat perlindungan hukum

6. Penunjang pendidikan dan penelitian

7. Dasar perhitungan biaya pelayanan medis

8. Sarana dokumentasi pelayanan keehatan

9. Bahan pembuatan laporan kesehatan

Terdapat beberapa isu hukum utama yang berkaitan dengan rekam medis antara lain

kepemilikan, perlindungan, penggunaan, dan pengungkapan, serta komputerisasi. Masalah

pelepasan informasi kepada pihak lain muncul semakin sering sejak era komputerisasi informasi

kesehatan. Peminta pertama dapat meneruskan informasi kepada pihak lain tanpa ototrisasi

pasien lagi. Masalah etik dalam manajemen mutu dapat terjadi sebagai akibat dari data kinerja

yang tidak tepat, rekam medis yang tidak lengkap dan pola layanan kesehatan yang tidak tepat.

Kini, kemajuan rekam medis ini, tidak saja tertulis di atas kertas, tapi telah masuk ke era

elektronik seperti komputer, mikrofilm, pita suara dan lain-lain. Dengan demikian dapat

dipahami bahwa kegiatan pelayanan rekam medis yang telah dilakukan sejak zaman dulu sangat

berperan dalam perkembangan dunia pengobatan.

52

Page 53: Refrat RM-isi

3.2. Saran

- Tenaga Kesehatan

1. Pemeliharaan informasi kesehatan harus dilakukan dengan benar

dan sesuai dengan standar, etika, dan hukum. Undang-undang

dan Permenkes telah mengatur kewajiban dan mengatur pokok-

pokok pembuatan rekam medis yang harus ditaati.

2. Penulisan rekam medis hendaknya dicatat pada saat perawatan

yang diuraikan diberikan, ditulis dengan jelas. Singkatan dan

simbol sebaiknya hanya digunakan dalam rekam medis bila

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Rekam medis harus berisi informasi kesehatan yang lengkap dan

rinci, akurat, dan relevan sehingga dapat menunjukkan

bagaimana perawatan dan pengobatan yang telah diberikan

kepada pasien.

- Instansi Pelayanan Kesehatan

1. Rekam medis hendaknya disusun secara sistematik untuk

memudahkan pencarian dan kompilasi data.

2. Kebijakan instansi pelayanan kesehatan hendaknya

mempesifikasi siapa saja yang berhak mendokumentasikan dan

menyimpan rekam medis.

53

Page 54: Refrat RM-isi

3. Melindungi informasi berbasis komputer sehingga menjamin

kerahasiaan dan akses untuk memasukkan, menyimpan, dan

mengolah data.

4. Lebih bertanggung jawab dalam melindungi informasi kesehatan

yang terdapat didalam rekam medis terhadap kemungkinan

hilang, rusak, pemalsuak, dan akses yang tidak sah.

- Pemerintah

1. Meningkatkan upaya penjagaan dan peningkatan mutu

pengelolaan infomasi kesehatan, seperti membentuk panitia rekam

medis, membuat peraturan yang relevan, serta pendidikan yang

sesuai bagi tenaga kesehatan.

54