refrat parkinsin finish

Upload: ade-laksono

Post on 13-Apr-2018

261 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    1/27

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif, yang

    ditandai dengan komplikasi motorik dan non motorik yang mempengaruhi fungsi hidup pada

    tingkat yang berbeda.1

    Penyakit Parkinson atau lebih tepat bila disebut dengan sindrom Parkinson merupakan

    penyakit degeneratif sistem saraf kedua paling sering dijumpai setelah penyakit Alzheimer.

    Penyakit ini dapat dialami oleh semua orang tanpa melihat asal maupun bangsa.Penyakit

    parkinson diakui sebagai salah satu gangguan neurologis yang paling umum terjadi,

    mempengaruhi sekitar 1% dari orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Ada 2 temuan

    neuropathologic utama yaitu hilangnya neuron dopaminergik berpigmen di substansia nigra pars

    compacta (SNPC) dan adanya badan Lewy.1

    Penyakit Parkinson ini sulit untuk disembuhkan maupun dicegah dan lambat laun dengan

    pengobatan jangka panjang. Ada berbagai macam penatalaksanaan tetapi tidak jelas apakah

    pengobatan tepat bagi pasien . Pengobatan dini pada Penyakit Parkinson merupakan usaha untuk

    mencegah perkembangan gejala klinis lebih buruk. Pengobatan Parkinson sendiri saat ini

    bertujuan untuk mengurangi gejala motorik dan memperlambat progresivitas

    penyakit.pengobatan Parkinson saat ini terbanyak berlandaskan untuk memulihkan kembali

    dopamin di dalam otak.2,3

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    2/27

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anatomi

    Dalam menjalankan fungsi motoriknya , inti motorik medula spinalis berada dibawah

    kendali sel piramid korteks motorik , langsung atau lewat kelompok inti batang otak .

    Pengendalian langsung oleh korteks motorik lewat traktus piramidalis , sedangkan yang tidak

    langsung lewat sistem ekstrapiramidal , dimana ganglia basalis ikut berperan. Komplementasi

    kerja traktus piramidalis dengan sistem ekstapiramidal menimbulkan gerakan otot menjadi halus

    , terarah dan terprogram.

    Ganglia Basalis ( GB )tersusun dari beberapa kelompok inti , yaitu:4

    1. Striatum ( neostriatum dan limbic striatum )

    Putamen ( Put )

    Terletak di lateral globus palidus (atau pallidum, disebut demikian karena

    warna yang relatif pucat), menyelubunginya seperti tempurung dan membentang

    melewati globus palidus baik di bagian dorsal maupun kaudal. Putamen dan globus

    palidus dipisahkan oleh lapisan tipis substansia alba yang disebut lamina medularis

    medialis.

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    3/27

    3

    Nukleus kaudantus dan putamen dihubungkan oleh jembatan kecil substansia

    grisea dalam jumlah banyak, yang terlihat seperti garis-garis pada potongan

    anatomis yang disebut korpus striatum (striated body). Garisgaris ini timbul pada

    masa perkembangan, saat serabut kapsula interna berkembang melalui ganglion

    basale yang asalnya sama.

    Nucleus Caudatus ( NC )

    Membetuk bagian dinding ventrikel lateral dan memiliki bentuk melengkung,

    akibat rotasi telensefalon pada masa perkembangan embrio. Kaput nukleus

    kaudatus membentuk dinding lateral dari ventrikel lateral, bagian kaudalnya

    membentuk atap kornu inferius pada ventrikel lateral di lobus temporalis dan

    membentang sampai amigdala yang terletak di ujung anterior kornu inferior.

    Dengan demikian nukleus kaudatus dapat terlihat dari dua lokasi yang berbeda pada

    potongan koronal, terutama di dinding lateral korpus ventrikuli lateralis serta atap

    kornu inferior. Bagian dorsal (kaput) nukleus kaudatus berhubungan dengan

    putamen.

    2. Globus Palidus ( GP )

    Globus palidus terdiri dari segmen-segmen internal dan eksternal (pars interna

    dan pars eksterna). Karena globus palidus secara filogenetik saat perkembangannya

    lebih dahulu dibandingkan nukleus yang lain maka struktur ini disebut juga

    paleostriatum. Sebagian dari struktur ini secara embriologis merupakan komponen

    diensefalon. Putamen dan globus palidus secara bersama-sama disebut nukleus

    lentiformis atau nukleus lentikularis (nukleus berbentuk lensa).

    3. Nukleus Asosiasi

    Nukleus yang lain secara fungsional berkaitan erat dengan ganglia basalia

    terdiri dari dua nuklei mesensefali-substansia nigra (secara timbal balik berhubungan

    dengan striatum) dan nukleus ruber-serta satu nukleus diensefali, nukleus

    subtalamikus (secara timbal balik berhubungan dengan globus palidus). Globus

    palidus dibagian kaudal membatasi pars rostralis (zona merah) substansia nigra.

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    4/27

    4

    Palidum, substansia nigra, dan nukleus ruber mengandung banyak zat besi. Pigmentasi

    substansia nigra yang gelap disebabkan oleh kandungan melanin yang tinggi.

    Ganglia basalis merupakan bagian intergral kompleks sirkuit regulatoris yang

    mengeksitasi dan menginhibisi neuron korteks motorik. Korteks motorik dan sensorik

    mengirimkan proyeksi yang terorganisasi secara toprografis ke striatum yang mengunakan

    neurotransmiter eksitatoris, glutamat. Terdapat tiga jenis neurotransmitter utama didalam ganglia

    basalis , yaitu : Dopamine ( DA ) ,Acetylcholin ( Ach ) dan asam amino ( Glutamat dan GABA).

    Setelah striatum, sirkuit ganglia basalia terbagi menjadi dua bagian, yaitu jaras langsung dan

    tidak langsung.

    1.Jaras langsung

    Jaras langsung bersifat GABAergik dan berjalan dari striatum ke globus

    palidus medialis. Dari palidum jaras tersebut berlanjut ke neuron glutamatergik

    talamus, dan kembali ke lengkung korteks serebri.

    2.Jaras tidak langsung

    Jaras tidak langsung menggunakan neurotransmiter GABA dan enkefalin,

    berjalan dari stratum ke globus palidus lateralis. Dan berlanjut ke nukleus

    subtalamikusyang kemudian mengirimkan proyeksi glutamatergik ke globus palidus

    medialis. Perjalanan jaras tidak langsung selanjutnya identik dengan jaras langsung

    yaitu dari talamus kembali ke korteks serebri

    Dapat disimpulkan dari kombinasi neurotransmiter inhibitorik dan eksitatorik yang

    digunakan oleh kedua jaras tersebut adalah jaras langsung korteks serebri yaitu eksitatorik,

    sedangkan stimulasi jaras tidak langsung adalah inhibitorik. Proyeksi dopaminergik dari

    substansia nigra (pars kompakta) memiliki peran untuk memodulasi sistem ini.

    2.2. Definisi

    Penyakit Parkinson (Parkinson Disease) adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem

    saraf (neurodegenerative)yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan

    (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan

    kekakuan otot.5

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    5/27

    5

    Penyakit parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat

    dengan usia. Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron

    berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi

    sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies), atau disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.6

    Sedangkan Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,

    rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamine dengan

    berbagai macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai Sindrom Parkinson.6

    2.3. Epidemiologi

    Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita

    hampir seimbang. Lima sampai sepuluh persen orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala

    awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun.

    Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di

    Eropa, meningkat 0,6 % pada usia 6064 tahun sampai 3,5 % pada usia 8589 tahun.7

    Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri,

    dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita.

    Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, laki-laki lebih banyak

    terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.8

    Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif ke 2 paling sering dijumpai

    setelah penyakit Alzheimer. Berbagai gejala penyakit Parkinson, antara lain tremor waktu

    istirahat, telah dikemukakan sejak Glen tahun 138-201, bahkan berbagai macam tremor sudah

    digambarkan tahun 2500 sebelum masehi oleh bangsa India. Namun Dr. James Parkinson pada

    tahun 1817 yang pertama kali menulis deskripsi gejala penyakit Parkinson dengan rinci dan

    lengkap kecuali kelemahan otot sehingga disebutnya paralysis agitans. Pada tahun 1894, Blocg

    dan Marinesco menduga substansia nigra sebagai lokus lesi, dan tahun 1919 Tretiakoffmenyimpulkan dari hasil penelitian post mortem penderita penyakit Parkinson pada disertasinya

    bahwa ada kesamaan lesi yang ditemukan yaitu lesi disubstansia nigra. Lebih lanjut, secara

    terpisah dan dengan cara berbeda ditunjukkan Bein, Carlsson dan Hornykiewicz tahun 1950an,

    bahwa penurunan kadar dopamine sebagai kelainan biokimiawi yang mendasari penyakit

    Parkinson.8,9

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    6/27

    6

    2.4. Etiologi

    Usia

    Peran penuaan yang mungkin dalam patogenesis parkinson adalah sering terjadi pada

    usia pertengahan-akhir dan prevalensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia.

    Namun, sampai sekarang masih belum jelas peran yang tepat dari penuaan.9

    Faktor lingkungan

    Tahun 1983 ditemukan kalau N-methyl-4-phenyl-1,2,3,6- tetrahydropyridine(MPTP)

    berpotensi menginduksi parkinson pada manusia. Banyak studi telah menunjukkan

    asosiasi antara tinggal di pedesaan, terpapar herbisida/pestisida beresiko berkembang

    menjad parkisnson. Akan tetapi, masih sulit dipahami peran suatu senyawa terhadap

    parkinson.9

    Genetik

    Selama bertahun-tahun, faktor genetik dianggap tidak mungkin untuk

    memainkan peran penting dalam patogenesis parkinson. Namun, dalam penelitian

    baru-baru ini mutasi telah diidentifikasi spesifik penyebab parkinson, sehingga

    memungkinkan untuk pertama kalinya untuk mulai

    menjelajahi patogenesis pada tingkat molekuler.9

    2.5. Klasifikasi

    Penyakit Parkinson dibagi menjadi 3 bagian besar7:

    1. Primer atau idiopatik

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    7/27

    7

    Bentuk parkinson kronis yang sering dijumpai, disebut juga paralisis agitan.

    Kira-kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk jenis ini. Paralisis agitan merupakan

    bentuk yang sehari-hari kita temukan pada parkinson.

    2. Sekunder atau simtomatik

    Pada parkinson tipe ini penyebabnya dapat diketahui. Berbagai kelainan atau

    penyakit mengakibatkan PD, diantaranya : arteriosklerosis, anoksia atau iskemia

    cerebral, obat-obatan zat toksik, penyakit (ensefalitis viral, sifilis meningo-vaskuler,

    pasca ensefalitis)

    3. Paraparkinson (Parkinson Plus)

    Gejala parkinson hanya merupakan sebagian dari keseluruhan. Dari segi terapi

    dan prognosis perlu dideteksi untuk jenis ini, misalnya didapat penyakit Wilson,

    Huntington, sindrom Shy Drager, Hidrosefalus normotesif

    2.6. Patofisiologi

    Agak sulit memahami mekanisme yang mendasari terjadinya kelainan di ganglia basalis

    oleh karena hubungan antara kelompok-kelompok inti disitu sangat kompleks dan saraf

    penghubungnya menggunakan neurotransmitter yang bermacam-macam. Satu unit fungsional

    yang dipersarafi oleh lebih dari satu sistem saraf maka persarafan tersebut bersifat reciprocal

    inhibition (secara timbal balik satu komponen saraf melemahkan komponen yang lain). Artinya

    yang satu berperan sebagai eksitasi dan yang lain sebagai inhibisi terhadap fungsi tersebut.

    Contoh klasik reciprocal inhibition adalah dalam fungsi saraf otonom antara saraf simpatik

    dengan NT noradrenalin (NA) dan saraf parasimpatik dengan NT asetilkolin (Ach).

    Fungsi unit tersebut normal bilamana kegiatan saraf eksitasi sama atau seimbang dengan

    saraf inhibisi. Bilamana oleh berbagai penyakit atau obat terjadi perubahan keseimbangan

    tersebut maka timbul gejala hiperkinesia atau hipokinesia tergantung komponen saraf eksitasi

    atau inhibisi yang kegiatannya berlebihan.

    Patofisiologi GB dijelaskan lewat dua pendekatan , yaitu berdasarkan cara kerja obat

    menimbulkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik dan

    perubahan keseimbangan jalur direk (inhibisi) dan jalur indirek (eksitasi).

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    8/27

    8

    Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar

    dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 50% yang

    disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Lesi primer pada penyakit

    Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung neuromelanin di dalam batang otak,

    khususnya di substansia nigra pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang.

    Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamin dari ujung saraf nigrostriatum akan

    merangsang reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di dendrit output

    neuron striatum. Output striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia

    nigra pars retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek berkaitan

    dengan reseptor D2. Maka bila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada kelainan

    gerakan.

    Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra pars

    kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap reseptor

    D1 maupun D2. Gejala Penyakit Parkinson belum muncul sampai lebih dari 50% sel saraf

    dopaminergik rusak dan dopamin berkurang 80%. Reseptor D1 yang eksitatorik tidak terangsang

    sehingga jalur direk dengan neurotransmitter GABA (inhibitorik) tidak teraktifasi. Reseptor D2

    yang inhibitorik tidak terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen ke globus palidus segmen

    eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi inhibitorik terhadap

    globus palidus segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi dari saraf GABAergik dari globus

    palidus segmen ekstena ke nucleus subtalamikus melemah dan kegiatan neuron nukleus

    subtalamikus meningkat akibat inhibisi.

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    9/27

    9

    Gambar 2. Skema teori ketidakseimbangan jalur langsung dan tidak langsung

    Terjadi peningkatan output nukleus subtalamikus ke globus palidus segmen interna/

    substansia nigra pars retikularis melalui saraf glutaminergik yang eksitatorik akibatnya terjadi

    peningkatan kegiatan neuron globus palidus/ substansia nigra. Keadaan ini diperhebat oleh

    lemahnya fungsi inhibitorik dari jalur langsung, sehingga output ganglia basalis menjadi

    berlebihan kearah talamus.

    Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke talamus adalah GABAnergik sehingga

    kegiatan talamus akan tertekan dan selanjutnya rangsangan dari talamus ke korteks lewat saraf

    glutamatergik akan menurun dan output korteks motorik ke neuron motorik medulla spinalis

    melemah terjadi hipokinesia.1

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    10/27

    10

    Gambar Patofisiologi Parkinson

    2.7. Gambaran klinis

    Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik, yang didapat

    dari anamnesa yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-pegal atau kram otot, distonia

    fokal, gangguan ketrampilan, kegelisahan, gejala sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik

    (ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita Parkinson:4,10

    1. Tremor

    Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi

    metakarpofalangeal, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam (pil

    rolling). Pada sendi tangan fleksi ekstensi atau pronasi supinasi, pada kaki fleksi

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    11/27

    11

    ekstensi, pada kepala fleksi ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup,

    lidah terjulur tertarik tarik. Tremor terjadi pada saat istirahat dengan frekuensi 4-5

    Hz dan menghilang pada saat tidur. Tremor disebabkan oleh hambatan pada aktivitas

    gamma motoneuron. Inhibisi ini mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit

    gamma yang mengakibatkan menurunnya kontrol dari gerakan motorik halus.

    Berkurangnya kontrol ini akan menimbulkan gerakan involunter yang dipicu dari

    tingkat lain pada susunan saraf pusat. Tremor pada penyakit Parkinson mungkin

    dicetuskan oleh ritmik dari alfa motor neuron dibawah pengaruh impuls yang berasal

    dari nukleus ventro-lateral talamus. Pada keadaan normal, aktivitas ini ditekan oleh

    aksi dari sirkuit gamma motoneuron, dan akan timbul tremor bila sirkuit ini

    dihambat.

    2. Rigiditas

    Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot

    protagonis dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot protagonis

    dan otot antagonis sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa motoneuron pada

    otot protagonis dan otot antagonis menghasilkan rigiditas yang terdapat pada seluruh

    luas gerakan dari ekstremitas yang terlibat.

    3.

    Bradikinesia

    Gerakan volunter menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi berkurang

    misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban mengenakan pakaian

    atau mengkancingkan baju, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak

    bibir dan lidah menjadi lamban. Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi

    muka serta mimik dan gerakan spontan berkurang sehingga wajah mirip topeng,

    kedipan mata berkurang, menelan ludah berkurang sehingga ludah keluar dari mulut.

    Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari impuls optik

    sensorik, labirin, propioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia basalis. Hal ini

    mengakibatkan perubahan pada aktivitas refleks yang mempengaruhi alfa dan

    gamma motoneuron.

    4. Hilangnya refleks postural

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    12/27

    12

    Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada

    awal stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit

    Parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini

    disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil

    impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu

    kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.

    5. Wajah Parkinson

    Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi

    muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang, disamping

    itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.

    6. Mikrografia

    Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi

    menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.

    7. Sikap Parkinson

    Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit

    Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala

    difleksikan ke dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan,

    dan lengan tidak melenggang bila berjalan.

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    13/27

    13

    Gambar Gambaran klinis parkinson

    8. Bicara

    Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan

    bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan

    volume yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara

    mengurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban.

    9. Disfungsi otonom

    Disfungsi otonom mungkin disebabkan oleh menghilangnya secara progresif

    neuron di ganglia simpatetik. Ini mengakibatkan berkeringat yang berlebihan, air liur

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    14/27

    14

    banyak (sialorrhea), gangguan sfingter terutama inkontinensia dan adanya hipotensi

    ortostatik yang mengganggu.

    10. Gerakan bola mata

    Mata kurang berkedip, melirik kearah atas terganggu, konvergensi menjadi

    sulit, gerak bola mata menjadi terganggu.

    11. Refleks glabela

    Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang. Pasien

    dengan Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan. Disebut

    juga sebagai tanda Mayersons sign

    12. Demensia

    Demensia relatif sering dijumpai pada penyakit Parkinson. Penderita banyak

    yang menunjukan perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi

    visuospatial merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan. Degenerasi jalur

    dopaminergik termasuk nigrostriatal, mesokortikal dan mesolimbik berpengaruh

    terhadap gangguan intelektual.

    13.

    Depresi

    Sekitar 40 % penderita terdapat gejala depresi. Hal ini dapat terjadi

    disebabkan kondisi fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang menyedihkan

    seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan harga diri dan merasa dikucilkan. Tetapi hal

    ini dapat terjadi juga walaupun penderita tidak merasa tertekan oleh keadaan fisiknya.

    Hal ini disebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara anatomi keadaan

    ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita Parkinson terjadi degenerasi neuron

    dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron norepineprin yang letaknya tepat

    dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron asetilkolin yang letaknya diatas

    substansia nigra.

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    15/27

    15

    2.8. Diagnosis

    Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya gejala motorik

    utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks

    postural. Kriteria diagnosis yang dipakai di Indonesia adalah kriteria Hughes (1992) :5

    Possible : didapatkan 1 dari gejala-gejala utama

    Probable : didapatkan 2 dari gejala-gejala utama

    Definite : didapatkan 3 dari gejala-gejala utama

    Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam

    hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr(1967) yaitu:5

    Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat

    gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor

    pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)

    Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan

    terganggu

    Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat

    berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang

    Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak

    tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat

    berkurang dibandingkan stadium sebelumnya

    Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri

    dan berjalan walaupun dibantu.

    2.9. Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis, karena tidak

    memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit Parkinson. Pengukuran kadar NT

    dopamine atau metabolitnya dalam air kencing, darah maupun cairan otak akan menurun pada

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    16/27

    16

    penyakit Parkinson dibandingkan kontrol. Lebih lanjut, dalam keadaan tidak ada penanda

    biologis yang spesifik penyakit, maka diagnosis definitive terhadap penyakit Parkinson hanya

    ditegakkan dengan otopsi. Dua penelitian patologis terpisah berkesimpulan bahwa hanya 76%

    dari penderita memenuhi kriteria patologis aktual, sedangkan yang 24% mempunyai penyebab

    lain untuk parkinsonisme tersebut.7,9

    Neuroimaging:

    a. Magnetik Resonance Imaging (MRI)

    Baru-baru ini dalam sebuah artikel tentang MRI, didapati bahwa hanya pasien

    yang dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di striatum.9

    b.

    Positron Emission Tomography (PET)

    Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi

    kontribusi yang signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamine nigrostriatal dan

    peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan karakteristik pada

    pengambilan fluorodopa, khususnya di putamen, dapat diperlihatkan hampir pada

    semua penderita penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini. Pada saat awitan

    gejala, penderita penyakit Parkinson telah memperlihatkan penurunan 30% pada

    pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi sayangnya PET tidak dapat membedakan

    antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme atipikal. PET juga merupakan

    suatu alat untuk secara obyektif memonitor progresi penyakit, maupun secara

    obyektif memperlihatkan fungsi implantasi jaringan mesensefalon fetus.9

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    17/27

    17

    Gambar 4. PET pada penderita Parkinson pre dan prost transplantasi

    c.

    Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)

    Sekarang telah tersedia ligand untuk imaging sistem pre dan post sinapsis oleh

    SPECT, suatu kontribusi berharga untuk diagnosis antara sindroma Parkinson plus

    dan penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit presinapsis murni. Penempelan ke

    striatum oleh derivat kokain [123]beta-CIT, yang juga dikenal sebagai RTI-55,

    berkurang secara signifikan disebelah kontralateral sisi yang secara klinis terkena

    maupun tidak terkena pada penderita hemiparkinson. Penempelan juga berkurang

    secara signifikan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan sesuai umur yang

    berkisar antara 36% pada tahap I Hoehn dan Yahr sampai 71% pada tahap V. Marek

    dan yang lainnya telah melaporkan rata-rata penurunan tahunan sebesar 11% pada

    pengambilan [123]beta-CIT striatum pada 34 penderita penyakit Parkinson dini yang

    dipantau selama 2 tahun. Sekarang telah memungkinkan untuk memvisualisasi dan

    menghitung degenerasi sel saraf nigrostriatal pada penyakit Parkinson.

    Dengan demikian, imaging transporter dopamin pre-sinapsis yang menggunakan

    ligand ini atau ligand baru lainnya mungkin terbukti berguna dalam mendeteksi orang

    yang beresiko secara dini. Sebenarnya, potensi SPECT sebagai suatu metoda skrining

    untuk penyakit Parkinson dini atau bahkan presimptomatik tampaknya telah menjadi

    kenyataan dalam praktek. Potensi teknik tersebut sebagai metoda yang obyektif untuk

    memonitor efikasi terapi farmakologis baru, sekarang sedang diselidiki.7

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    18/27

    18

    2.10Tata laksana

    Medika mentosa

    Strategi terapi parkinson bertujuan untuk mengembalikan kekurangan dopamin pada

    sinaps nigrostriatal, termasuk penggantian langsung dengan levodopa, aktivasi reseptor dopamin

    striatal oleh agonis dopamin, penggunaan agen yang mengubah metabolisme dopamin, seperti

    monoamine oxidase-B inhibitor atau peningkatan pengiriman levodopa ke otak menggunakan

    dopa-dekarboksilase atau katekol-O-methyltransferase (COMT) inhibitor.1,11,12

    a. Levodopa

    Banyak dokter yang menunda pengobatan simptomatis dengan levodopa sampai

    memang dibutuhkan. Bila gejala masih ringan, tidak menganggu sebaiknya levodopa

    jangan dimulai. Hal ini mengingat bahwa efektifitas berkaitan dengan lama waktu

    pemakaiannnya. Bila sudah beberapa bulan atau tahun sering timbul komplikasi

    misalnya gejala 0n-off. Mendadak penderita beberapa saat immobil, gerakan seolah

    membeku, jadi berhenti. Disamping itu, didapatkan juga berbagai komplikasi lain

    apakah gejala sudah mengganggu kegiatan sehari-hari, kehidupan dirumah, dikantor

    dan efek psikologis.

    Levodopa melintasi sawar darah otak dan memasuki SSP. Di sini ia mengalami

    perubahan enzimatis menjadi dopamin. Dopamin mengambat aktivitas neuron ganglia

    basal. Neuron ini juga dipengaruhi oleh aktivitas eksitasi dan sistem kolinergik. Jadi

    berkurangnya inhibisi sistem dopaminergic pada nigrostrtial dapat diatasi oleh

    meningkatnya jumlah dopamin dan keseimbangan antara inhibisi dopaminergik dan

    eksitasi kolinergik dipulihkan. Efek samping : nausea, muntah, distres abdominal,

    hipotensi postural, aritmia jantung, diskinesia, abnormalitas laboratorium.

    Meskipun mekanisme yang tepat tidak diketahui, komplikasi motorik terkait

    dengan levodopa, diduga terkait dengan waktu paruh yang relatif singkat pada

    formulasi levodopa konvensional (-1.5 jam), yang menyebabkan fluktuasi kadar

    levodopa plasma.

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    19/27

    19

    Uji coba ELLDOPA menunjukkan hubungan ketergantungan dosis antara

    levodopa dan berkembangnya komplikasi motorik setelah 40 minggu, dengan sekitar

    30% dari pasien menerima levodopa 600mg/hari (diberikan 200 mg 3x sehari)

    mengalami wearing off dibandingkan dengan 18 dan 16% pada mereka yang

    menerima 300 (100 mg tiga kali sehari) dan 150 mglday (50 mg tiga kali sehari) secara

    berurutan. Hal ini menunjukkan bahwa dosis levodopa berperan dalam

    berkembangnya komplikasi motorik.

    b. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa

    Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin diluar otak, maka

    levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase (benzerazide )

    yaitu enzim yang mengkonversi levodopa menjadi dopamin.

    c. COMT inhibitors

    Entacapone adalah penghambat perifer catechol-O-methyltransferase (COMT)

    yang melengkapi aksi dari penghambatan amino acid de-carboxylase (AADC).

    Dianggap bahwa volume distribusi yang tersisa tidak berubah, penambahan

    entacapone meningkatkan waktu paruh plasma dari levodopa sebesar 45% pada tiap

    dosis. Begitu juga, tolcapone dapat meningkatkan waktuparuh levodopa pada tiapp

    dosis, walaupun ini diberikan tunggal pada regimen dosis levodopa. Ketika entacapone

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    20/27

    20

    dan tolcapone ditambahkan pada levodopa/terapi penghambatan AADC, mereka

    menghambat COMT-salah satu enzim yang bertanggungjawab untuk metabolisme

    dopamine yang menghasilkan lebih banyak dan lebih bertahan kadar dopamine pada

    sistem saraf sentaral dan plasma daripada dengan levodopa/carbidopa tunggal,

    menghasilkan aksi antiparkinson lebih lama dan disusul dengan fungsi motorik yang

    meningkat.

    d. Agonis Dopamin

    Ada 6 macam obat agonis dopamine oral yang tersedia di Inggris. 4 adalah derivat

    ergot bromocriptine, pergolide, cabergoline dan lisuride; dan dua lainnya adalah obat

    non-ergot: ropinirole and pramipexole.

    Penelitian yang lebih baru agonis dopamin menunjukkan penurunan yang

    signifikan dalam pengembangan komplikasi motorik pada pasien dibandingkan

    dengan levodopa. Namun, dalam dipublikasikan penelitian monoterapi ropinirole dan

    pramipexole, pasien yang dirawat dengan levodopa menunjukkan peningkatan

    dibandingkan dengan agonis dopamin tersebut. Kualitas hidup (kualitas hidup) diukur

    selama lebih 4 tahun sama untuk levodopa dan kelompok pramipexole. Efek samping

    profil agonis dopamin mirip dengan levodopa, tapi kebingungan dan halusinasi terjadi

    lebih sering dibandingkan dengan levodopa terapi tunggal.

    Bromokriptin adalah obat yang langsung menstimulasi reseptor dopamin,

    diciptakan untuk mengatasi beberapa kekurangan levodapa. Sementara itu, efek

    samping bromokriptin sama dengan efek samping levodopa. Obat ini diindikasikan

    bila terapi dengan levodopa atau karbidopa/levodopa tidak atau kurang berhasil atau

    bila terdapat diskinesia atau fenomen on-off. Dosis bromokroptin ialah dimulai dengan

    2,5 mg sehari, ditingkatkan menjadi 2x2,5 mg dan kemudian dapat ditingkatkan

    sampai 40-45 sehari bergantung respon. Dosis sampai 200mg sehari pernah

    digunakan.

    e. Obat antikolinergik

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    21/27

    21

    Obat antikolinergik menghambat sistem kolinergik di ganglia basal. Sistem

    kolinergik secara normal diinhibisi mengakibatkan aktivitas yang berlebihan pada

    sistem kolinergik. Pada penderita penyakit parkinson yang ringan dengan gangguan

    ringan obat antikolinergik paling efektif. Obat antikolinergik triheksifenidil,

    benztropin dan biperiden. Mulut kering, konstipasi dan retensio urin merupakan

    komplikasi yang sering dijumpai pada pengguna obat antikolinergik.

    f. Apomorphine

    Apomorphine adalah senyawa yang sangat lipofilik yang sepenuhnya diserap

    dari saluran pencernaan, tetapi ekstensif terdegradasi oleh metabolisme hati. dengan

    subkutan, maka dengan cepat diserap dan bioavailabilitas bervariasi dari fungsi

    injeksi, kedalaman dan suhu kulit. Puncak konsentrasi plasma l0 - 30 ug/I, diperoleh

    dalam 5 - l5 menit dan konsentrasi puncak dalam LCS yang dicapai dalam 15 - 25

    menit. Pada pasien Parkinson, waktu rata-rata untuk onset adalah 5 - 35 menit, dengan

    durasi dari 45 - 100 menit setelah dosis tunggal 10 - 100 ug/kg.

    Kelemahan apomorphine adalah kebutuhan untuk administrasi parenteral dan

    pengobatan harus dimulai dalam lingkungan di mana tenaga medis dapat memonitor

    tekanan darah secara ketat. Obat ini biasanya ditoleransi dengan baik dan, sekali

    dititrasi, dosis tetap stabil.

    g. Anti histamin

    Kerjanya antihistamin pada terapi penyakit parkinson belum terungkap.

    Sebagian besar obat antihistamin mempunyai sifat antikolinergik ringan, yang

    mungkin mendasari khasiatnya pada parkinson. Obat ini dapat digunakan tunggal bila

    penyakit ini sudah lanjut obat ini dapat digunakan sebagai tambahan pada levodopa

    dan bromokriptin. Difenhidramin ( benadryl ) merupakan preparat yang bermanfaat.Dosis dapat 3-4 x 50 mg sehari. Efek samping ialah mengantuk dan toleransi timbul

    cepat.

    h. Amantadin ( symmetrel)

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    22/27

    22

    Amantadin berfungsi membebaskan sisa dopamin dari simpanan presinaptik

    di jalur nigrostrial. Obat ini ajuvan yang berguna yang dapat memberikan perbaikan

    lebih lanjut pada penderita yang tidak dapat mentoleransi dosis levodopa atau

    bromokriptin yang tinggi. Obat ini dalam bentuk kapsul 100mg. Dosisnya ialah

    2x100mg. Efek samping di ekstremitas bawah, insomnia, mimpi buruk, jarang

    dijumpai hipotensi postural, retensio urin, gagal jantung.

    i. Selegiline ( suatu inhibitor MAO jenis B )

    Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit parkinson karena

    neurotransminsi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Baik

    dikombinasikan dngan levodopa. Dosisnya 10 mg sehari.

    Terapi fisik

    Sebagian besar penderita parkinson akan merasakan efek positif dari terapi fisik. Terapi

    ini dapat dilakukan dirumah dengan diberikan petunjuk dan latihan contoh diklinik terapi fisik.

    Program terapi fisik pada penyakit parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis

    terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit. Misalnya perubahan pada

    rigiditas, tremor dan hambatan lainnya.

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    23/27

    23

    Table skema terapi parkinson

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    24/27

    24

    2.11. Prognosis

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    25/27

    25

    Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan

    perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka

    penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi

    mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan

    fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap

    pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala

    berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang

    dapat sangat parah.1,4

    PD sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan

    waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang

    tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak,

    pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian. Progresifitas gejala pada PD

    dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih

    singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-

    masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup produktif

    beberapa tahun setelah diagnosis.4,5

    BAB III

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    26/27

    26

    KESIMPULAN

    Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,

    merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau

    tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal

    dopamine deficiency).

    Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara

    holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit

    ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada

    sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa

    dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani

    sepanjang hidupnya.

    Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total

    disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan

    kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien

    berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat

    bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/27/2019 REFRAT Parkinsin Finish

    27/27

    1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Penyakit Parkinson. 3th

    ed. Jakrta :Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007. Hal 1373-1377.

    2. Syahu, S. 2011. Parkinson : gejala, tahapan, dan pengobatannya. Available from www.

    Itokindo.org (managemen.modern dan kesehatan masyarakat)

    3. Hauser, R.A. 2010. Early Pharmacologic Treatment in Parkinsons Disease. The American

    Journal of Managed Care . Vol 16 no4

    4. Duus Peter. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan Gejala. 2nd

    ed.

    Penerbit Buku Kedokteran EGC.1996. Hal 231-243.

    5. Ganong, William F., and Mcphee, Stephen J. Patofisiologi Penyakit: Penyakit Parkinson.

    Jakarta: EGC.2011. Hal 188-189.

    6.

    De Long, Mahlon. Harrison Neurology in Clinical Medicine.1

    st

    ed. McGraw-HillProfessional.2006.

    7. Harsono. 2008. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Neurologis Klinis. Perhimpunan Dokter

    Spesialis Saraf Indonesia dan UGM. Hal 233-243.

    8. Clarke CE, Moore AP. 2006. Parkinson's Disease.

    http://www.aafp.org/afp/20061215/2046.html (diakses 5 Februari 2013).

    9. Price SA, Wilson LM, Hartwig MS. 2006. Gangguan Neurologis dengan Simtomatologi

    Generalisata. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol 2. Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. Hal 1139-1144.

    10.Fahn, Stanley. 2000.Merrits Neurology. Tenth edition. Lippincott Williams & Wilkins.

    11.John C. M. Brust, MD. 2007. Current Diagnosis & Treatment In Neurology, McGraw-

    Hill. Hal 199-206.

    12.Sjahrir H, Nasution D, Gofir A. 2007. Parkinsons Disease & Other Movement Disorders.

    Pustaka Cedekia dan Departemen Neurologi FK USU Medan. Hal 4-53.

    http://www.aafp.org/afp/20061215/2046.htmlhttp://www.aafp.org/afp/20061215/2046.html