refrat influenza

7
INFLUENZA DAN PENCEGAHANNYA R.H.H. Nelwan PENDAHULUAN Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri. EPIDEMIOLOGI Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia. Sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau gangguan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal sebagai tidak berbahaya ini. Suluh satu komplikasi yang serius adalah pneumonia bakterial. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik. Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya duniia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. jumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang danjauh lebih tinggi daripada angka-angka pada keadaan non epidemik. Reservoir penyakit influenza adalah manusia sendiri. diduga bahwa reservoir hewan seperti babi, kuda dan unggas memegang peran penting sebagai penyebab terjadinya strain virus influenza yang baru, karena terjadinya rekombinasi gen dengan strain-strain virus influenza yang berasal dari manusia. Bebek pada saat ini sudah dipastikan dapat dihinggapi oleh semua serotipe. Utama virus influenza A yang total berjumlah 30 b uah serotipe (Tabel). penyebaran penyakit ini adalah melalui media tetesan air (droplet), pada waktu batuk dan melalui partikel yang berasal dari sekret hidungatau tenggorok yang melayang di udara (airbome) terutama di ruangan-ruangan yagn terhrtup dan sesak dipenuhi manusia. ETIOLOGI

Upload: pra-yudha

Post on 03-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Influenza

INFLUENZA DAN PENCEGAHANNYA

R.H.H. Nelwan

PENDAHULUAN

Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.

EPIDEMIOLOGI

Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia. Sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau gangguan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal sebagai tidak berbahaya ini. Suluh satu komplikasi yang serius adalah pneumonia bakterial. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik.

Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya duniia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. jumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang danjauh lebih tinggi daripada angka-angka pada keadaan non epidemik.

Reservoir penyakit influenza adalah manusia sendiri. diduga bahwa reservoir hewan seperti babi, kuda dan unggas memegang peran penting sebagai penyebab terjadinya strain virus influenza yang baru, karena terjadinya rekombinasi gen dengan strain-strain virus influenza yang berasal dari manusia. Bebek pada saat ini sudah dipastikan dapat dihinggapi oleh semua serotipe. Utama virus influenza A yang total berjumlah 30 b uah serotipe (Tabel). penyebaran penyakit ini adalah melalui media tetesan air (droplet), pada waktu batuk dan melalui partikel yang berasal dari sekret hidungatau tenggorok yang melayang di udara (airbome) terutama di ruangan-ruangan yagn terhrtup dan sesak dipenuhi manusia.

ETIOLOGI

Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakniA, B, dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovinzs golongan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk myxo atau musin.

Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa: antigen S (atau soluble arftigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan

Page 2: Refrat Influenza

1. lsolasi lokasi peternakan tertular

2. Dekontaminasikandang/peralatan

3. Vaksinasi hewan sehat

4. Depopulasi unggas/pemusnahan

5. Surveillans dan penelusuran

6. Penanganan ketat lalu lintas unggas hidup

7. Prosedur disposal di bawah pengawasan

8. Meningkatkan kesadaran masyarakat

Sumbe.r. Pedoman Penyuluhan dan pemberantas"n pH/ft Of ptnfV Rl

2005:42-49

memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membran lemak di sebelah luarnya. Berbagai subtipe virus influenza A dapat dilihat di tabel 1 beserta hospes alamiahnya.

PATOGENESIS

Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya di traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran parlikel (droplet) yang membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius 10 virus/droplet 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus.

Setelah virus berhasil menerobos masuk ke dalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram negatif.

GAMBARAN KLINIS

Pada umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot, batuk, pilek, dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin. Pada pemeriksaan fisis tidak dapat ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali hiperemia ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok.

Page 3: Refrat Influenza

Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung untuk beberapa hari dan hilang dengan gejala spontan. Setelah episode sakit ini, dapat dialami rasa cape dan cepat lelah untuk beberapa waktu. Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza melalui mekanisme produksi zat anti dan pelepasan interferon. Setelah sembuh akah terdapat resistensi terhadap infeksi oleh virus yang homolog.

Pada pasien usia lanjut harus dipastikan apakah influenza juga menyerang paru-paru. Pada keadaan tersebut, pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan bungi napas yang abnormal. Mortalitas yang tinggi pada pasien usia lanjut yang terserang pneumonia virus interstisial, disebabkan adanya saturasi oksigen yang berkurang, serta akibat asidosis dan-anoksia. Komplikasi yang mungkin terjadi n ini adalah infeksi sekunder, seperti pneumonia bakterial. Batuk-batuk kering berubah menjadi batuk yang produktif yang kadang-kadang dapat mengandung bercak- bercak warna coklat. Penyakit umumnya akan membaik dengan sendirinya tapi kemudian pasien acapkali mengeluh lagi mengenai demam dan sakit dada. Pemeriksaan sinar tembus dapat menunjukkan adanya infiltrat di paru-paru Infeksi sekunder ini umumnya akibat Streptokokus pneumonia atau Hemophilus influenzae, Infeksi sekunder yang berat sekali, dikenal sebagai pneumonia stahlokok fulminans dapat terjadi beberapa hari setelah seseorang diserang influenza. Pada pasien terjac: sesak napas, diare, batuk dengan bercak merah, hipotensif, dan gejala-gejala kegagalan sirkulasi. Dari darah. Stafilokokus aureus sering dapat dibiakkan. Komplikasi yang sangat jarang tetapi yang dapat juga dijumpai sesudah influenza adalah ensefalomielitis.

DIAGNOSIS

Menetapkan diagnosis pada saat terjadi wabah tidak akan banyak mengalami kesulitan. Di luar kejadian, wabah diagnosis influenza kadang-kadang terhambat oleh diagnosis penyakit lain. Diagnosis pasti penyakit influenza dapat diperoleh melalui isolasi virus maupun melalui pemeriksaan serologis. Untuk mengisolasi virus maupun melalui pemeriksaan serologis. Untuk mengisolasi virus diperlukan usap tenggorok atau usap hidung dan harus diperoleh sedini mungkin; biasanya pada hari-hari pertama sakit. Diagnosis serologis dapat diperoleh melalui uji fiksasi komplemen atau inhibisi hemaglutinasi. Akan dapat ditunjukkan kenaikan titer sebanyak 4 kali antara serum sebanyak 4 kali attara serum pertama dengan serum konvalesen atau satu titer tunggal yang tinggi. Pada saat ini antiinfluenzalgM juga digunakan di beberapa tempat. Diagnosis cepat lainnya dapatjuga diperoleh dengan pemeriksaan antibodi fluoresen yang khusus tersedia untuk tipe virus influenza A. PCR dan RT-PCR sangat berguna untuk diagnosa cepat virus lainnya yang dapat pula menyerang saluran nafas antara lain adeno-virus parainfluenza virus, rinovirus, respiratory syncytical virus, cytomegalovirus, dan enterovirus. Keterlibatan berbagai jenis virus ini dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan serologis atau dengan isolasi langsung.

PENATALAKSANAAN

Pasien dapat diobati secara simtomatik. Obat oseltamivir 2x75 mg sehari selama 5 hari akan memperpendek masa sakit dan mengurangi keperluan antimikroba untuk infeksi sekunder. Zanamivft dapat diberikan lokal secara inhalasi, makin cepat obat diberikan makin baik. Untuk kasus dengan komplikasi yang sebelumnya mungkin menderita bronkitis kronik, gangguan jantung atau

Page 4: Refrat Influenza

penyakit ginjal dapat diberikan antibiotik. Pasien dengan bronkopneumonia sekunder memerlukan oksigen. Pneumonia stafilokokus sekunder harus diatasi dengan antibiotik yang tahan betalaktamase dan kortikosteroid dalam dosis tinggi

Kematian karena flu burung yang menjangkiti manusia 60% dt China dan mencapai g0% di Indonesia dan penyebabnya mirip dengan multiple organ failure yang akut. Sifat virus ini dapat berintegrasi di beberapa jaringan tubuh tanpa dapat dideteksi kecuali pada paru. Kematian karena terjangkit dengan flu babi rendah teiutama meliputi mereka dengan penyakit paru atau jantung kronik atau usia yang rentan sepefti anak dan lansia.

PENCEGAHAN

Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan. Infeksi dengan virus influenza akat memberikan kekebalan terhadap reinfeksi dengan virus yang homolog. Karena sering te4'adi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah, sehingga seorang masih mungkin diserang berulangkali dengan galur (strain) virus influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi terdapat pada sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intiamuskuler. vaksin ini dapat mencegah terjadinya mixing dengan virus sangat patogen H5N1 yang dikenal sebagaipenyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine (live attenuated influenza t,accine) dapatjuga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3 sampai 4 minggu sebelum terserang influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya untuk beberapa tolongan masyarakat tefientu sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal

Golongan yang memerlukan imunoprofilaksis ini antara lain: I ). Pasien berusia di atas 65 tahun; 2). pasien dengan penyakit yang kronik seprti kardiovaskular, pulmonal, renal, metabolik (termasuk diabetes melitus), anemia berat dan pasien imunokompromais. Dianjurkan untuk diberikan vaksin setiap tahun menjelang musim dingin atau musim hujan. Pasien yang sedang menderita demam akut sebaikinya ditunda pemberian vaksin sampai keadaan membaik; 3). Juga mereka yang melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat yang vital memerlukan vaksinasi, seperti misalnya pegawai yang berlugas di unit darurat medis di rumah sakit. Mereka mungkin dapat menularkan penyakit ke pasien yang dirawat. Dosis oseltamivir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu. Bila bersihan kreatinin 10-30 ml/menit oseltamivir diberikan setiap 2 hari sekaIi.

Pencegahan dengan kemoprofilaksis untuk mereka yang tidak dapat diberikan vaksinasi karena menderita alergi terhadap protein dalam telur dapat diusahakan dengan pemberian rimantadine 200 mg dua kali sehari atau amantadine 100 mg setiap 12 jam masing_masing selama

4-6 minggu. Juga bila tidak tersedia vaksin, cara pencegahan ini dapat diterapkan. pemberian amantadin harus hati-hati pada mereka dengan gangguan fungsi ginjal atau yang menderita penyakit konvulsif. pada usia lanjut cukup diberikan amantadin 100 mg sekali sehari mengingat penurunan

Page 5: Refrat Influenza

fungsi ginjal. Juga pada bersihan kreatinin antara 40-60 mVmenit berlaku hal yang sama. pada bersihan kreatinin antar l0-15ml.menit dapat diberikan 200 mg amantadin sekali seminggu.

Meluasnya penyebaran penyakit ini dalam masyarakat dapat dicegah dengan meningkatkan tingkah laku higienik perorangan. Khususnya unfuk flu burung tindakan serta surveilens tidak terbatas pada dunia kesehatan saja tetapi memerlukan kerja sama dan integrasi yang erat dengan dinas peternakan dan dinas perdagungun. Terdapat perbedaan prinsip pencegahan menghadapi flu babi yang tidak memerlukan obat antivirus untuk merek u yung sebelumnya sehat, cukup diistirahatkan dan mencegah kontak dengan masyarakat sekelil ing (home confinement) dan obat hanya diberikan kepada mereka yang jelas bergejala.

REFERENSI

W.Wr"r. Control of Avian Influenza A HrN, in China Lancet Infec_

tious Disease. 2009 (August). 460_1.

Chan M. World nou,' at the shut of 2009 infectious patient. 2009

Cunha BA. Antibiotic Essentials physician press. 20b9.

Wilschut JC, Mc Elhaney JE, pelache AM. Influenza. Eidenburgh:

Mosby-Elsevier.2 006.