epid avian influenza

Upload: karimah-ihda-husna-yain

Post on 01-Mar-2016

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Epid Avian Influenza

TRANSCRIPT

  • EPIDEMIOLOGIAVIAN INFLUENZA

  • DEFINISI

    Avian Influenza (AI) disebabkan oleh virus yang merupakan famili Orthomyxoviridae, genus Influenzavirus A. Terdapat 3 genus influenzavirus: A, B dan C; hanya genus influenzavirus A yang menginfeksi unggas.

    Semua subtype virus AI bersifat patogen terhadap unggas. Subtype H5 dan H7 paling sering ditemukan sebagai penyebab infeksi pernafasan pada unggas.

    Sebagai contoh: epidemi pada unggas di wilayah timur US pada tahun 1983-1984 disebabkan oleh subtype virus H5N2 (FAO).

  • DEFINISI

    Virus AI dibagi 2 kelompok berdasarkan kemampuannya untuk menyebabkan penyakit pada unggas:

    1. Sangat patogen: tingkat kematian tinggi (tingkat kematian bisa mencapai 100% dalam waktu 48 jam)

    2. Kurang patogen: dapat menyebabkan epidemi pada peternakan tetapi biasanya tidak disertai dengan sakit yang parah.

    (FAO)

  • DEFINISI

    Sebagian besar virus AI tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Akan tetapi, terdapat beberapa subtype virus AI yang bersifat zoonotik, yang dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit.

    Sebagai contoh adalah virus AI subtype H5N1 yang menyebar di peternakan di sebagian negara-negara Asia dan Afrika, yang telah menyebabkan penyakit dan kematian pada manusia sejak tahun 1997.

    Subtype virus AI lain, seperti H7N7 dan H9N2 juga dapat menginfeksi manusia. Beberapa infeksi bisa sangat parah hingga menyebabkan kematian dan beberapa diantaranya bersifat ringan dan tidak menimbulkan gejala klinis.

  • SEJARAH

    Virus AI subtype H5N1 bersifat sangat patogen. Pertama kali menginfeksi manusia dilaporkan pada tahun 1997 pada saat terjadi epidemi AI di peternakan di Hong Kong dan China.

    Sejak tahun 2003-2004, virus AI menyebar luas dari Asia ke Eropa dan Afrika yang menyebabkan banyak peternakan terinfeksi, beberapa kasus serta kematian pada manusia.

    Virus AI subtype H7N9 bersifat tidak terlalu patogen dan hingga tahun 2013 hanya terjadi di China diperlukan surveilans yang kontinu untuk memantau penyebarannya

  • Kasus atas nama RA (laki-laki, 33 tahun) warga Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta, seorang karyawan.

    Pada tanggal 1 Juni 2014, timbul gejala demam dan flu pada kasus dan berobat ke klinik swasta. Keesokan harinya tanggal 2 Juni 2014, kasus berobat ke Poliklinik RS swasta dengan diagnosa infeksi saluran kemih (ISK). Lalu dikarenakan tidak ada perubahan dan muncul keluhan mual, muntah dan mata bengkak, pada 3 Juni 2014 kasus kembali berobat ke RS swasta dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Dyspepsia. Kondisi kasus tidak kunjung mengalami perubahan, sehingga pada 4 Juni 2014 kasus masuk rawat inap di RS swasta yang sama.Pada 5 Juni 2014, kasus mengeluh sesak dan dikonsultasikan ke spesialis paru dengan diagnosa bronchitis dan Coronary Artery Disease (CAD). Keesokan harinya tanggal 6 Juni 2014, kasus merasa semakin sesak dan dipindahkan ke ICU dengan hasil foto thorak terdapat infiltrat. Kemudian terjadi perburukan dengan didiagnosa pneumonia dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Pada tanggal 13 Juni 2014, kasus lalu dirujuk ke RS Rujukan FB, dan meninggal pada tanggal 14 Juni 2014 dini hari pukul 01.00 WIB. (Kasus ke 197)

  • Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah penderita dan lingkungan sekitar oleh Tim Terpadu Kemenkes RI, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Sudin Kesehatan Jakarta Timur, Puskesmas Pulogebang, Puskesmas Cakung, Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet), Binas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur, balai Kesehatan Hewan dan Ikan Provinsi DKI, didapat kemungkinan faktor risiko yaitu kontak lingkungan di salah satu pasar di Jakarta Timur, tempat di mana kasus membeli ayam hidup yang langsung dipotong di pasar tersebut pada 27 Mei 2014.

    Lingkungan rumah kasus bersih, tidak memelihara unggas di kompleks tersebut. Rumah kasus berbatasan dengan perkampungan rumah petak, namun penduduk di sana tidak ada yang memelihara ayam, hanya ada yang memelihara 2 ekor burung di dalam sangkar yang digantung di halaman rumah.

  • UPAYA EPIDEMIOLOGIS

    1. Penanggulangan. Diarahkan kepada upaya penurunan kasus baru (incidence) dengan menekankan upaya-upaya pencegahan tingkat awal

    2. Pencegahan. Diarahkan kepada upaya-upaya khusus sehingga kelompok risiko tidak menjadi kasus DM baru

    3. Pengobatan. Diarahkan supaya penderita DM dapat mengakses pelayanan pengobatan, memilih dan memakai bentuk pengobatan yang sesuai serta patuh melakukan upaya pengobatan.

    4. Secara khusus dianjurkan untuk mengembangkan registrasi lengkap penderita DM sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan metode intervensi yang lebih efektif di masa datang

  • Kasus atas nama RNA (Laki-laki, 2 tahun) warga Kecamatan Jatisrono, Kab.Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.Tanggal 7 April 2014, timbul gejala demam pada kasus. Keesokan harinya, 8 April 2014 kasus berobat ke Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Pule Jatisrono Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Pada 11 April 2014, demam sempat menurun namun siang harinya kembali tinggi. Kasus berobat ke praktek swasta pada 13 April 2014 menjalani pemeriksaaan laboratorium dan mendapat diagnosa dengan Typhoid Fever. Pada hari yang sama, kasus dirawat.

    Pada tanggal 16 April 2014, mulai ada batuk, hasil foto rontgen pada tanggal 17 April 2014 menunjukkan adanya infiltrat paru kanan. Tanggal 19 April 2014, kembali dilakukan foto rontgen, infiltrat sudah menyebar ke paru kiri dinyatakan sebagai suspek Flu Burung dan kasus dirujuk ke RSU Dr. Moewardi Surakarta, Jawa Tengah. Keadaan makin memburuk. Pada tanggal 20 April 2014, sekitar pukul 04.00 WIB (dinihari) dinyatakan meninggal dunia

  • Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah penderita dan lingkungan sekitar oleh Tim Kemenkes (Ditjen PP dan PL, Tim Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Kab. Wonogiri dan Tim Puskesmas Jatisrono II). Diperoleh informasi bahwa faktor risiko yaitu kontak lingkungan dengan adanya kematian 9 ekor ayam di rumah kasus, yang bersamaan dengan kematian 60 ekor ayam lainnya sekitar lingkungan pada tanggal 26 Maret 2014.

  • Kasus atas nama DL (perempuan, 31 tahun) warga Kota Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat, seorang ibu rumah tangga. Tanggal 1 November 2013 mulai timbul gejala demam dan mual. Pada tanggal 3 November 2013 kasus berobat jalan ke klinik swasta dan disarankan untuk periksa ke laboratorium apabila dalam 3 hari tidak ada perubahan. Karena tidak ada perbaikan, tanggal 5 November 2013 kasus kemudian berobat ke poliklinik rawat jalan RS Swasta dan dilakukan permeriksaan laboratorium dengan didiagnosis Demam Tifoid. Selanjutnya pada tanggal 6 November 2013 kasus berobat ke IGD RS Swasta yang berbeda dengan keluhan demam, mual, muntah dan langsung dirawat di rumah sakit tersebut. Pada tanggal 8 November 2013 keadaan kasus semakin memburuk dengan keluhan batuk-batuk dan sesak. Pada tanggal 11 November 2013 sekitar jam 02.00 WIB dini hari, kasus meninggal dunia saat akan dirujuk ke rumah sakit rujukan Flu Burung.

  • Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah penderita dan lingkungan sekitar oleh Tim Terpadu Kemenkes, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan Kota Bekasi didapat kemungkinan faktor risiko yaitu kontak lingkungan dengan adanya burung hias di rumah kasus. Di lingkungan rumah kasus ada sekitar 50-60 ekor unggas yang tersebar kurang lebih di empat lokasi. Sekitar 500 meter dari rumah kasus terdapat pasar umum yang sesekali kasus belanja di pasar tersebut

  • FAKTOR RISIKO INFEKSI TERHADAP MANUSIA

    Faktor risiko utama adalah adanya paparan langsung maupun tidak langsung dari unggas hidup atau mati yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi seperti pasar burung.

    Tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa virus H5N1 dan H7N9 menular ke manusia melalui daging atau telur yang dimasak dengan benar.

    Beberapa kasus H5N1 dihubungkan dengan konsumsi daging setengah matang, menangani unggas dan mempersiapkan makanan dari unggas yang terinfeksi.

  • FAKTOR RISIKO INFEKSI TERHADAP MANUSIA

    Pengendalian penyebaran virus H5N1 dan H7N9 di peternakan unggas sangat penting untuk mengurangi risiko infeksi pada manusia.

    Oleh karena masih terdapatnya virus H5N1 dan H7N9 di beberapa populasi peternakan unggas, pengendalian tersebut memerlukan komitmen jangka panjang.

  • POTENSI PANDEMI PADA MANUSIA

    Pandemi influenza (wabah yang mempengaruhi sebagian besar dunia yang disebabkan oleh virus baru) adalah tidak bisa diprediksi tetapi menyebabkan kejadian yang mempunyai konsekuensi pada kesehatan, ekonomi dan sosial di seluruh dunia. Pandemi influenza dapat terjadi bila terdapat faktor kunci yaitu : virus tersebut mempunyai kemampuan untuk menular dari orang ke orang dan populasi manusia tidak mempunyai atau sedikit mempunyai imunitas untuk melindungi dari virus. Dengan adanya perdagangan dan perjalanan global, epidemi yang terlokalisir dapat menjadi pandemi dalam waktu singkat, dengan waktu yang sempit untuk menyiapkan respon kesehatan masyarakat.

  • POTENSI PANDEMI PADA MANUSIA

    Virus AI subtype H5N1 dan H7N9)merupakan virus influenza yang berpotensi pandemi, karena virus tersebut terus menyebar di populasi peternakan unggas, sebagian besar manusia tidak mempunyai kekebalan yang melindungi, serta dapat menyebabkan penyakit dan kematian pada manusia.Akan tetapi, apakah virus AI subtype H7N9 dapat menyebabkan pandemi belum bisa diketahui. Pengalaman menunjukkan bahwa beberapa virus influenza pada binatang yang kadang-kadang menginfeksi manusia tidak sampai menyebabkan pandemi, sementara beberapa yang lain dapat menyebabkan pandemi. Surveilans dan penyelidikan epidemiologi saat ini sedang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan tersebut.

  • Selesai