kajian persistensi dan penularan virus avian influenza di … · 2015-11-16 · diperiksa...

82
KAJIAN PERSISTENSI DAN PENULARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA DI PETERNAKAN ITIK MENGGUNAKAN TEKNIK REAL TIME RT-PCR AMINAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: haxuyen

Post on 14-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

KAJIAN PERSISTENSI DAN PENULARAN

VIRUS AVIAN INFLUENZA DI PETERNAKAN ITIK

MENGGUNAKAN TEKNIK REAL TIME RT-PCR

AMINAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Persistensi dan Penularan

Virus Avian Influenza di Peternakan Itik menggunakan Teknik Real Time RT-

PCR adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mauoun tidak dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2012

Aminah

B253090011

Page 3: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

ABSTRACT

AMINAH. The Study of Persistence and Transmission of Avian Influenza Virus

in Duck Farm using Real Time RT-PCR Technique. Under supervision of

SURACHMI SETIYANINGSIH and IDWAN SUDIRMAN.

Highly pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 virus has been a major

threat to poultry industry and human health in Indonesia over the past several

years. The existence of backyard and free-range duck raising system has been

hypothesized to play role in the disease circulation. This study investigated H5

virus infection and circulation occurring in three types of free-range duck farms in

Indramayu District, West Java, Indonesia from September 2009 to March 2010.

One hundred and eighty pairs of cloacal-oropharyngeal swab samples from

sentinel ducks placed in six farms of the three farm types were collected every

month for seven months period and screened in pools for influenza A virus. In

addition to the sentinel ducks, 30 non-sentinel ducks were included at the first and

the last sampling month. Of the total 648 pool samples collected for seven months,

91 pools (14%) were found influenza A positive at repeated events. The virus was

more commonly found on type 1 farms followed by type 2 and 3 farms. The

individual swab samples of influenza A positive pools were tested for H5 subtype.

Of the total 91 pools of influenza A positive samples, 455 individual samples

were tested for H5 subtype and 50 (11%) individual samples were found H5

positive. The H5 subtype was found at certain points of sampling time and was

more commonly found in type 2 farms followed by type 1 and was not found on

type 3 farms. The H5 virus was likely to be transmitted within duck farm but was

unlikely to be maintained for a long time.

Keywords: avian influenza, free-range duck, real time RT-PCR

Page 4: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

RINGKASAN

Avian influenza (AI) telah menjadi masalah global maupun nasional yang

mengakibatkan kerugian besar bagi industri perunggasan. Virus highly pathogenic

avian influenza (HPAI) H5N1 bersifat 100% mematikan bagi ayam dan unggas

gallinaceous lainnya sedangkan unggas air seperti itik dapat mengeluarkan virus

melalui saluran pernafasan dan pencernaan dengan sedikit atau tidak ada gejala

penyakit. Unggas air merupakan reservoir utama virus influenza A dan dapat

menularkannya ke unggas domestik dan mamalia, termasuk manusia. Keberadaan

sistem pemeliharaan itik skala rumah tangga dan itik angon berperan dalam

peredaran penyakit AI. Penelitian ini mengamati infeksi dan peredaran virus AI

subtipe H5 di tiga tipe peternakan itik yang ada di kabupaten Indramayu, Jawa

Barat, Indonesia dari bulan September 2009 hingga Maret 2010. Seratus delapan

puluh pasang sampel usap kloaka dan orofaringeal itik sentinel yang ditempatkan

di enam peternakan dari ketiga tipe diambil setiap bulan selama tujuh bulan dan

diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. Selain dari itik sentinel,

sampel juga diambil dari itik non-sentinel pada bulan pertama dan terakhir

pengambilan sampel. Dari total 614 pool sampel usap kloaka dan orofaringeal

yang berhasil dikoleksi selama tujuh bulan, didapati 98 (16%) pool positif VAI

secara berulang pada bulan-bulan tertentu yang menunjukkan bahwa VAI

bersirkulasi di satu peternakan untuk waktu yang lama dan mungkin melibatkan

lebih dari satu strain virus meskipun shedding virus terjadi dalam rentang waktu

tertentu pada tingkat pool dengan perbandingan sampel usap kloaka positif hampir

seimbang dengan usap orofaringeal yaitu masing-masing 52 (53,1%) dan 46

(46,9%). Virus AI lebih sering ditemukan pada peternakan tipe 1, diikuti tipe 2

dan 3. Sampel usap individual dari pool yang positif influenza A diperiksa

terhadap keberadaan subtipe H5. Dari total 98 sampel pool yang positif influenza

A, diperiksa 453 sampel individu dan didapati 49 (10,9%) sampel positif subtipe

H5 dengan perbandingan sampel usap kloaka dan orofaringeal positif H5 masing-

masing 18 (36,7%) dan 31 (63,3%) serta rata-rata konsentrasi virus yang

diekskresikan melalui kloaka sedikit lebih tinggi dibandingkan orofaring, terlihat

dari nilai Ct masing-masing 27,68 (STD 5,32) dan 27,83 (STD 5,64). Subtipe H5

dapat muncul di satu peternakan namun tidak bertahan lama karena kemudian

Page 5: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

vi

menghilang seiring kematian itik yang terinfeksi atau pembersihan virus

(clearance). Subtipe H5 ditemukan pada titik waktu tertentu pengambilan sampel

dan lebih sering ditemukan pada peternakan tipe 2, diikuti tipe 1 dan tidak

ditemukan pada tipe 3. Virus influenza A selain H5 lebih persisten dalam populasi

itik angon dibandingkan dengan subtipe H5 yang hanya muncul pada titik waktu

tertentu. Virus influenza A lebih persisten pada peternakan itik angon namun

penularan lebih mudah terjadi pada itik yang dikandangkan. Keberadaan VAI H5

di peternakan menunjukkan peran itik angon sebagai reservoir dan sumber

penularan AI.

Page 6: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA
Page 7: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 8: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

KAJIAN PERSISTENSI DAN PENULARAN

VIRUS AVIAN INFLUENZA DI PETERNAKAN ITIK

MENGGUNAKAN TEKNIK REAL TIME RT-PCR

AMINAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Mikrobiologi Medik

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 9: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. drh. Retno D. Soejoedono, MS

Page 10: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

Judul Penelitian : Kajian Persistensi dan Penularan Virus Avian Influenza

di Peternakan Itik menggunakan Teknik Real Time

RT-PCR

Nama : Aminah

Nomor Pokok : B253090011

Program Studi : Mikrobiologi Medik

Disetujui:

Komisi Pembimbing

drh. Surachmi Setiyaningsih, Ph.D

Ketua

Dr. drh. Idwan Sudirman

Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi

Mikrobiologi Medik

A.n. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Sekretaris Program Magister

Prof. Dr. drh. Fachriyan H Pasaribu Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc

Tanggal Ujian: 03 Februari 2012 Tanggal Lulus: 20 Februari 2012

Page 11: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA
Page 12: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan berkahNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis yang berjudul

“Kajian Persistensi dan Penularan Virus Avian Influenza di Peternakan Itik

mengunakan Teknik Real Time RT-PCR” ini. Karya ilmiah ini disusun sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program Magister pada Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada drh. Surachmi Setiyaningsih,

PhD atas kesempatan dan segala bimbingan yang diberikan sehingga karya ilmiah

ini dapat terwujud, kepada Dr. drh. Idwan Sudirman atas bimbingan dan arahan

dalam diskusi-diskusi selama penyusunan tesis, dan kepada Prof. Dr. drh. Retno

D. Soejoedono, MS sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis ini. Terimakasih

kepada seluruh staf pengajar serta pegawai laboratorium program studi

Mikrobiologi Medik atas curahan ilmu dan tenaga yang tiada henti selama penulis

menyelesaikan studi.

Terima kasih kepada Colorado State University (CSU) atas dukungan

dana penelitian yang penulis kerjakan, khususnya kepada Dr. Kristy Pabilonia dan

Christina Weller dari CSU Veterinary Diagnostic Laboratory atas pelatihan yang

diberikan. Demikian juga kepada rekan-rekan dokter hewan yang tergabung

dalam Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) atas kerja

keras selama pengambilan sampel di lapangan.

Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Dr. Yety

Rochwulaningsih, MS atas segala dukungan agar penulis melanjutkan studi serta

kepada keluarga besar Bukittinggi dan Sragen atas kebersamaan dan kehangatan

keluarga yang penulis terima. Tidak lupa kepada rekan-rekan drh. Emilia, Yuliana

Radja Riwu, Wury Kadarsih, Wiwin Mukti, dan Zakiyah Widowati untuk semua

persahabatan. Terimakasih juga kepada semua pihak yang mendukung penelitian

serta penyusunan tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat dan menginspirasi banyak pihak untuk giat

melakukan penelitian dan memberikan yang terbaik bagi kemajuan ilmu

pengetahuan dan kesejahteraan bangsa. Segala saran dan masukan yang

menunjang demi kebaikan kedepan kami terima dengan tangan dan pikiran

terbuka.

Bogor, Februari 2012

Aminah

Page 13: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bukittinggi Sumatera Barat pada tanggal 10 Oktober 1983,

menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah atas di kota yang sama. Tahun

2002 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Bukittinggi dan pada tahun yang sama

masuk sebagai mahasiswa ke Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor. Tahun 2008 penulis menamatkan pendidikan Dokter Hewan dan mulai

aktif sebagai asisten peneliti di Laboratorium Virologi FKH IPB sekaligus asisten

praktikum untuk mata kuliah Penyakit Infeksius II.

Page 14: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

DAFTAR ISTILAH

AI Avian influenza

Ct Cycle threshold

HA Hemaglutinin

HPAI Highly pathogenic avian influenza

LPAI Low pathogenic avian influenza

M1 Protein matriks 1

M2 Protein matriks 2 (ion channel)

MA Matriks

NA Neuraminidase

NEP Nuclear export protein

NLS Nuclear localization signal

NP Nukleoprotein

NS Non-struktural

ORF Open reading frame

PA Polymerase acidic

PB1 Polymerase basic 1

PB2 Polymerase basic 2

PCR Polymerase chain reaction

Rn Normalized reporter

RNA Ribonucleic acid

RNP Ribonukleoprotein

RRT-PCR Real time reverse transcriptase polymerase chain reaction

RT-PCR Reverse transcriptase polymerase chain reaction

SA Sialic acid

Sentinel Hewan yang sengaja ditempatkan untuk merekam satu atau

rangkaian kejadian penyakit dalam program sureveilans

prospektif

VAI Virus avian influenza

Page 15: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang ................................................................................................... 1

Tujuan ................................................................................................................ 2

Manfaat .............................................................................................................. 3

Hipotesis ............................................................................................................ 3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

Virus Influenza A .............................................................................................. 4

Siklus replikasi virus ................................................................................. 8

Antigenic drift ......................................................................................... 11

Antigenic shift ......................................................................................... 12

Influenza A pada Unggas Liar ......................................................................... 13

Influenza A pada Unggas Domestik ................................................................ 15

Ekologi Itik dan Perannya dalam Penyebaran Influenza A ............................. 15

Patobiologi Avian Influenza pada Itik ............................................................. 19

AI Patogenitas Rendah (low-pathogenic avian influenza, LPAI) .......... 20

AI Patogenitas Tinggi (highly pathogenic avian influenza, HPAI) ........ 21

Teknik Diagnostik Avian Influenza ................................................................ 23

RRT-PCR untuk Deteksi Avian Influenza .............................................. 23

BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 31

Waktu dan Tempat .......................................................................................... 31

Bahan dan Alat ................................................................................................ 31

Sampel ............................................................................................................. 31

Metode ............................................................................................................. 32

Pooling .................................................................................................... 32

Isolasi RNA ............................................................................................. 33

RT-PCR Konvensional ........................................................................... 33

Real Time RT-PCR ................................................................................. 34

Analisis Data ................................................................................................... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 36

RT-PCR Konvensional dan Real Time ............................................................ 36

Influenza A ...................................................................................................... 38

Subtipe H5 ....................................................................................................... 41

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46

LAMPIRAN .......................................................................................................... 58

Page 16: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pasangan primer dan probe untuk deteksi gen tertentu. ...................... 29

Tabel 2. Virus AI di tiga tipe peternakan itik angon. ......................................... 39

Tabel 3. Persentase sampel usap positif di 6 peternakan itik ............................. 40

Tabel 4. Virus AI subtipe H5 di peternakan itik angon, Indramayu ................... 42

Page 17: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram skematis struktur virus influenza A ....................................... 4

Gambar 2. Endositosis virus influenza .................................................................. 9

Gambar 3. Grafik tingkat kelangsungan hidup itik. ............................................. 20

Gambar 5. Perbandingan hasil PCR konvensional dan real time ........................ 36

Gambar 6. Grafik amplifikasi real time RT-PCR. ............................................... 37

Gambar 7. Distribusi temporal VAI di tiga tipe peternakan itik angon ............... 41

Gambar 8. Distribusi wilayah angon itik Kabupaten Indramayu ......................... 43

Page 18: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabulasi nilai Ct MA dan H5 di peternakan 1 .................................. 59

Lampiran 2. Tabulasi nilai Ct MA dan H5 di peternakan 2 .................................. 60

Lampiran 3. Tabulasi nilai Ct MA dan H5 di peternakan 3 .................................. 61

Lampiran 4. Tabulasi nilai Ct MA dan H5 di peternakan 4 .................................. 62

Lampiran 5. Tabulasi nilai Ct MA dan H5 di peternakan 5 .................................. 63

Lampiran 6. Tabulasi nilai Ct MA dan H5 di peternakan 6 .................................. 64

Page 19: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Avian influenza (AI) telah menjadi masalah global maupun nasional yang

mengakibatkan kerugian besar bagi industri perunggasan. Sejak terjadi wabah

highly pathogenic avian influenza (HPAI) pertama pada pada unggas di akhir

tahun 2003, hingga Januari 2012 30 dari 33 Provinsi di Indonesia telah tertular

(OIE 2012). Kasus AI pada manusia di Indonesia mulai terjadi pada bulan Juni

2005, dan hingga bulan Januari 2012 WHO telah mencatat 184 kasus dengan 152

(82,6%) diantaranya mengakibatkan kematian (WHO 2012). Hingga Oktober

2010 kasus AI pada manusia di Indonesia paling tinggi terjadi di Provinsi DKI

Jakarta dan dari 46 kasus konfirmasi, 39 (84,8%) diantaranya meninggal dunia

(Dinkes-Jabar 2010). Kasus AI pada manusia tertinggi kedua terjadi di Provinsi

Jawa Barat yaitu dari 41 kasus konfirmasi, 36 (87,8%) diantaranya meninggal

dunia dan tersebar di 14 Kabupaten/Kota (Dinkes-Jabar 2010).

Unggas air liar merupakan reservoir utama virus influenza A dan dapat

menularkannya ke unggas domestik dan mamalia, termasuk manusia. Dari 16

subtipe HA virus influenza A, hanya subtipe H5 dan H7 yang dapat menyebabkan

highly pathogenic avian influenza (HPAI) pada inang alami. Virus HPAI H5N1

bersifat 100% mematikan bagi ayam dan unggas gallinaceous lainnya sedangkan

unggas air seperti itik dapat mengeluarkan virus melalui saluran pernafasan dan

pencernaan dengan sedikit atau tidak ada gejala penyakit (Brown et al. 2006;

Keawcharoen et al. 2008). Hal ini menunjukkan bahwa VAI yang tidak

menimbulkan gejala penyakit pada itik tetap merupakan ancaman bagi kesehatan

itik sendiri maupun inang lain. Meskipun kejadian wabah HPAI pada pada ayam

jauh lebih tinggi dibandingkan pada itik tetapi penelitian yang dilakukan di

Thailand menunjukkan adanya keterkaitan erat antara wabah HPAI dengan

keberadaan itik domestik maupun angon di negara itu (Gilbert et al. 2006) di

samping faktor-faktor lainnya seperti jumlah ayam, populasi manusia, dan

keadaan topografis (Gilbert et al. 2008). Kegiatan surveilans aktif perlu dilakukan

untuk menentukan peran itik dalam penularan dan asal usul virus. Sangat tidak

mungkin mengandalkan laporan tentang wabah AI untuk mengetahui prevalensi

Page 20: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

2

VAI H5 pada populasi itik karena hasilnya tidak akan akurat, demikian juga

dengan peran itik dalam wabah HPAI.

Di Indonesia beberapa jenis itik telah lama dikembangkan untuk

dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani berupa daging maupun telur. Jenis

itik yang berkembang di beberapa daerah antara lain itik alabio di Kalimantan

Selatan, itik tegal di Jawa Tengah, dan itik pitalah di Sumatera Barat (Suswono

2011a; Suswono 2011b; Suswono 2011c). Jawa Barat memiliki populasi itik

paling tinggi di Indonesia yaitu mencapai 4,4 juta ekor pada tahun 2002 dan terus

meningkat hingga 8,2 juta ekor pada tahun 2009, 2 juta ekor diantaranya berada di

Kabupaten Indramayu (Ditjennak 2010) dengan mayoritas pemeliharaan

menerapkan sistem angon sehingga dijadikan sebagai lokasi penelitian mengenai

virus avian influenza (VAI) H5 di peternakan itik angon.

Keberadaan VAI dapat dideteksi menggunakan teknik reverse transcriptase

PCR (RT-PCR). Teknik ini memiliki beberapa keuntungan antara lain dapat

digunakan untuk berbagai jenis sampel, lebih cepat dan lebih ramah lingkungan

dibandingkan isolasi virus pada embrio ayam, dan karena virus tidak aktif sejak

awal pemrosesan, keamanan dan keselamatan biologis juga lebih mudah untuk

dipertahankan (Spackman dan Suarez 2008). Secara konvensional teknik ini

memerlukan waktu beberapa jam dan pembacaan hasilnya melibatkan bahan

kimia yang dapat merugikan pengguna maupun lingkungan. Perkembangan

teknologi telah melahirkan real-time RT-PCR (RRT-PCR) yang mulai banyak

digunakan sejak awal tahun 2000-an dalam rangka pengawasan rutin, selama

wabah, dan untuk penelitian. Beberapa keuntungan RRT-PCR dibandingkan

dengan RT-PCR konvensional antara lain dari segi sensitivitas dan spesifisitas

yang lebih tinggi, memerlukan waktu yang lebih singkat, bersifat kuantitatif,

ramah lingkungan, dan meskipun biaya yang diperlukan untuk investasi peralatan

lebih tinggi namun untuk operasional dan pengamanan lingkungan teknik ini

memerlukan biaya yang lebih sedikit.

Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah

itik yang merupakan unggas air domestik berperan sebagai reservoir VAI H5.

Page 21: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

3

Teknik RRT-PCR digunakan untuk mendeteksi persistensi dan penularan VAI H5

dalam peternakan itik angon serta menentukan rute pengeluaran (shedding) virus.

Manfaat

Memberi informasi tentang persistensi dan penularan VAI subtipe H5 di

peternakan itik sebagai pertimbangan dalam pengendalian AI.

Hipotesis

Virus AI H5 menular dan persisten dalam peternakan itik angon dan dapat

dideteksi dengan RRT-PCR.

Page 22: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

TINJAUAN PUSTAKA

Virus Influenza A

Virus influenza merupakan virus RNA untai negatif dengan genom

tersegmentasi berisi tujuh sampai delapan segmen gen yang termasuk kedalam

famili Orthomyxoviridae. Berdasarkan perbedaan sifat antigenik protein matriks

dan nukleoprotein, virus influenza dikelompokkan kedalam tiga tipe yaitu A, B,

dan C yang masing-masing memiliki kecenderungan inang dan patogenisitas

berbeda. Virus influenza A dan B memiliki struktur yang tidak dapat dibedakan

dibawah mikroskop elektron (Bouvier dan Palese 2008) berbeda dengan virus

influenza C. Virus influenza A dan B memiliki delapan segmen gen RNA untai

tunggal, sedangkan virus influenza C memiliki tujuh segmen dan masing-masing

menyandi setidaknya satu protein (Murphy et al. 1999).

Gambar 1. Diagram skematis struktur virus influenza A (Lee dan Saif 2009)

Virus influenza A memiliki selubung yang berasal dari membran lipid sel

inang. Kedelapan segmen gen menyandi setidaknya 11 open reading frame (ORF)

(Bouvier dan Palese 2008). Permukaan virus diselubungi oleh penonjolan tiga

protein: hemaglutinin (HA), neuraminidase (NA) dan matriks 2 (M2) (Gambar 1).

Protein matriks 1 (M1) terdapat di bawah membran, berinteraksi dengan bagian

sitoplasmik glikoprotein permukaan dan dengan kompleks ribonukleoprotein

Page 23: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

5

(RNP) virus. Protein M1 juga berikatan dengan protein pengeluaran dari inti

(nuclear export protein NEP) yang memperantarai pengeluaran M1-RNP melalui

nukleoporin ke dalam sitoplasma (Bouvier dan Palese 2008). Protein M2 yang

berukuran kecil merupakan ion channel transmembran dan hanya ditemukan pada

virus influenza A. Protein M2 memiliki bagian luar yang berada di permukaan

selubung virus bersama dengan HA dan NA. Protein M2 merupakan target obat

anti influenza dari kelas amantadine yang memblokir aktivitas ion channel dan

mencegah pelepasan selubung virus (Pinto et al. 1992; Wharton et al. 1994; Sheu

et al. 2011). Selain itu, M2 merupakan protein permukaan sehingga dijadikan

sebagai komponen vaksin (Slepushkin et al. 1995; Neirynck et al. 1999).

Hemaglutinin merupakan protein membran integral tipe I terglikosilasi yang

berfungsi sebagai protein pengikat reseptor dan protein fusi serta merupakan

target utama netralisasi oleh antibodi inang (Cross et al. 2001; Hulse et al. 2004;

Hoffmann et al. 2005; Gambaryan et al. 2006). Protein ini dapat mengenali asam

sialat (N-acetyl neuraminic acid) yang terikat pada gula di ujung glikoprotein sel

inang. Virus influenza A memiliki berbagai HA spesifik dengan isomerisasi

ikatan glikosidik berbeda untuk disakarida yang terdiri atas sialic acid (SA) dan

galaktosa atau N-asetilgalaktosamin (GalNAc). Reseptor HA pada unggas

memiliki spesifisitas ikatan terhadap SA 2,3 sel bersilia, sementara HA pada

manusia memiliki spesifisitas ikatan yang lebih tinggi terhadap SA 2,6 sel tidak

bersilia (Matrosovich et al. 2004). Struktur kristal molekul HA berbentuk trimer

dengan dua regio struktural berbeda yaitu bagian batang dan kepala (Wilson et al.

1981). Bagian kepala mengandung reseptor situs pengikatan SA yang dikelilingi

oleh determinan antigenik variabel yang disebut A, B, C, dan D pada subtipe H3

(Shortridge et al. 1990) dan Sa, Sb, CA1, Ca2, dan Cb pada subtipe H1 (Palese

dan Shaw 2007). Protein HA memiliki bentuk trimer yang masing-masing

monomernya mengalami pembelahan proteolitik untuk menghasilkan rantai

polipeptida HA1 dan HA2 dengan ikatan disulfida sebelum aktivasi. Polipeptida

HA2 memperantarai fusi selubung virus dengan membran sel, sedangkan HA1

mengandung situs antigenik dan pengikatan reseptor (Steinhauer 1999).

Pembelahan HA memerlukan protease serin eksogen (enzim yang menyerupai

tripsin) yang mengenali motif Q/E-X-R lestari di situs pembelahan HA untuk

Page 24: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

6

aktivasi (Chen et al. 1998). Pada manusia dan mamalia lain, enzim ini berupa

triptase Clara yang diproduksi oleh sel epitel bronkiolus (Murakami et al. 2001).

Aktivasi pembelahan HA dalam sel usus dan/atau pernafasan unggas

kemungkinan juga memerlukan protease serupa. Situs pengenalan protease dapat

berubah menjadi urutan menyerupai furin R-X-R/K-R pada subtipe H5 dan H7

bila mengalami mutasi insersional pada situs pembelahan HA. Perubahan situs

pembelahan HA menjadi polibasa ini memperluas spesifisitas protease sehingga

memungkinkan aktivasi pembelahan intraseluler dan replikasi virus secara

sistemik pada unggas yang mengakibatkan influenza unggas sangat patogen

(highly pathogenic avian influenza, HPAI) (Werner 2006). Akumulasi perubahan

yang relatif kecil pada situs antigenik HA yang dikenali oleh antibodi disebut

antigenic drift yang menghasilkan strain virus yang tidak lagi dapat dinetralisir

oleh antibodi sehingga inang menjadi rentan terhadap infeksi kembali oleh strain

yang mengalami drift.

Neuraminidase (NA) merupakan tetramer berbentuk seperti jamur yang

menancap pada selubung virus melalui domain transmembran (Colman et al.

1983; Varghese et al. 1983). Sebagai glikoprotein membran integral tipe II dengan

aktivitas enzimatik sialidase (neuraminidase), NA diperlukan untuk pembelahan

SA sel inang yang memungkinkan pelepasan virion baru dan melepaskan SA dari

glikoprotein virus untuk mencegah agregasi partikel progeni virus (Palese et al.

1974). Hemaglutinin dan NA merupakan target antigenik utama respon imun

humoral terhadap virus influenza A dengan NA menjadi target obat antivirus

oseltamivir dan zanamivir (De Clercq 2006).

Setiap segmen RNA virus influenza A diselubungi oleh nukleoprotein (NP).

Pada virion, RNA virus melilit monomer NP dan membentuk RNP bersama-sama

dengan tiga protein polimerase yaitu: polymerase acidic protein (PA), polymerase

basic protein 1 (PB1) dan polymerase basic protein 2 (PB2) (Coloma et al. 2009).

NP berperan terutama sebagai protein pengikat RNA untai tunggal dan berfungsi

sebagai protein struktural pada RNP. Selain itu, NP berperan penting dalam

transkripsi dan perpindahan RNP antara sitoplasma dan nukleus. Transkripsi RNA

virus influenza A dan replikasi terjadi di dalam inti inang karena virus ini

bergantung pada sistem pengolahan RNA sel inang (Palese dan Shaw 2007).

Page 25: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

7

Sintesis RNA virus influenza A memerlukan polimerase yang terdiri atas

tiga subunit PA, PB1, dan PB2. Kompleks heterotrimer polimerase terbentuk

melalui interaksi PA dengan PB1 dan PB1 dengan PB2. Protein PA berperan

penting dalam penempelan, katalisis, dan lokalisasi inti oleh polimerase (Guu et

al. 2008). Protein PB1 berfungsi sebagai RNA polimerase sedangkan PB2

berperan dalam sintesis mRNA melalui pengikatan bagian kepala mRNA inang.

Protein non struktural kecil lainnya yaitu PB1-F2 secara bervariasi disandi oleh

gen PB1 melalui bingkai bacaan (reading frame) alternatif. Protein ini menjadikan

membran dalam mitokondria sebagai target dan mungkin berperan dalam

apoptosis selama infeksi virus influenza A selain memiliki aktivitas antagosnisme

interferon (Dudek et al. 2011). Gen PB1 juga menyandi polipeptida ketiga yang

diekspresikan melalui penggunaan kodon AUG diferensial yang disebut N40

(Wise et al. 2009).

Protein non-struktural 1 (NS1) memiliki beberapa domain fungsional antara

lain: domain N-terminal pengikat RNA (residu 1-73) yang pada in vitro mengikat

beberapa spesies RNA dengan afinitas rendah dan memiliki sinyal lokalisasi inti

(nuclear localization signal, NLS) (Hatada dan Fukuda 1992; Qian et al. 1995;

Chien et al. 2004), dan domain C-terminal 'efektor' (residu 74-230) yang

memperantarai interaksi dengan protein sel inang dan secara fungsional

menstabilkan domain pengikat RNA (Wang et al. 2002). Keseluruhan NS1

merupakan homodimer dengan domain pengikat RNA dan domain efektor

berkontribusi terhadap multimerisasi (Nemeroff et al. 1995). NS1 memiliki fungsi

pleiotropik, antara lain pengikatan dsRNA, peningkatan translasi mRNA virus,

penghambatan proses mRNA inang dan antagonisme interferon tipe I (Palese dan

Shaw 2007). Protein NS2 (disebut juga protein ekspor inti, NEP) ditemukan

dalam virion dan memfasilitasi pengeluaran kompleks RNP virus dari dalam inti

(O'Neill et al. 1998).

Berdasarkan karakterisasi antigen glikoprotein permukaan HA dan NA virus

influenza A dikelompokkan kedalam 16 subtipe HA dan 9 NA (Fouchier et al.

2005). Secara teoritis kombinasi HA-NA dapat membentuk 144 subtipe, dan

setidaknya 116 kombinasi subtipe ini telah diisolasi dari unggas (Krauss et al.

2007; Munster et al. 2007). Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia untuk

Page 26: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

8

nomenklatur virus influenza adalah sebagai berikut: pertama, tipe virus (A, B,

atau C), kemudian inang (jika bukan manusia), tempat isolasi, nomor isolasi dan

tahun isolasi (dipisahkan dengan garis miring). Untuk virus influenza A, subtipe

HA (H1-H16) dan NA (N1-9) ditulis dalam tanda kurung. Sebagai contoh, strain

yang termasuk dalam vaksin trivalen influenza manusia untuk musim 2010-2011

di Amerika Serikat adalah: A/California/7/2009 (H1N1), A/Perth/16/2009 (H3N2)

dan B/Brisbane/60/2008.

Virus influenza tipe B dan C menginfeksi dan hampir selalu diisolasi dari

manusia meskipun virus influenza B pernah diisolasi dari anjing laut dan virus

influenza C pernah diisolasi dari babi dan anjing (Wright et al. 2007). Sebaliknya,

virus influenza A dapat menginfeksi berbagai hewan berdarah panas seperti

unggas, babi, kuda dan manusia. Virus AI yang menjadi penyebab flu burung/AI

termasuk kedalam virus influenza A dengan unggas air sebagai reservoir alami

untuk semua subtipenya (Webster et al. 1992). Tiga sifat penting yang membuat

virus influenza mudah beradaptasi, mampu menghindari respon kekebalan inang,

dan mampu menginfeksi spesies inang baru (Webster et al. 1992; Bahl et al.

2009) yaitu: pertama, enzim polimerase yang mengkatalisis replikasi RNA dari

cetakan RNA mudah melakukan kesalahan; kedua, kurangnya koreksi kesalahan

selama replikasi; dan ketiga, struktur genom virus influenza memungkinkan untuk

pertukaran segmen antar virus-virus yang menginfeksi sel di waktu bersamaan

melalui proses yang disebut reassortment.

Siklus replikasi virus

Virus influenza mengenali SA (N-asetilneuraminik) pada permukaan sel

inang. Monosakarida asam sembilan karbon yang dapat ditemukan pada ujung

berbagai glikokonjugat ini terdapat di banyak tempat pada berbagai tipe sel dan

spesies hewan. Karbon 2 SA dapat mengikat karbon 3 atau 6 galaktosa

membentuk ikatan 2,3 atau 2,6. Perbedaan ikatan ini menghasilkan konfigurasi

sterik yang unik pada SA. Bagian SA dapat dikenali oleh dan berikatan dengan

HA pada permukaan virus influenza yang memiliki spesifisitas ikatan 2,3 atau

2,6. Pada sel epitel trakea manusia lebih dominan reseptor 2,6 sedangkan

reseptor 2,3 lebih umum ditemukan pada epitel usus bebek. Reseptor 2,3 SA

Page 27: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

9

juga terdapat pada epitel saluran pernafasan manusia meskipun jumlahnya lebih

sedikit dibandingkan 2,6 (Couceiro et al. 1993; Matrosovich et al. 2004)

sehingga manusia dan primata lain juga dapat terinfeksi oleh VAI meskipun

dengan efisiensi yang lebih rendah dibandingkan infeksi oleh strain manusia (Tian

et al. 1985; Beare dan Webster 1991). Perbedaan ekspresi SA pada saluran

pernafasan mamalia membantu menjelaskan infektivitas rendah tetapi

patogenisitas tinggi pada beberapa strain VAI. Pada manusia protein SA dengan

ikatan 2 ,3 dalam jumlah sedikit terdapat di saluran pernafasan bawah seperti

bronkiolus dan alveoli. Akses partikel virus dari udara ke paru-paru tidak

semudah virus mencapai saluran pernafasan bagian atas seperti nasofaring, sinus

paranasal, trakea, dan bronkus, sehingga infeksi VAI relatif jarang terjadi pada

manusia. Namun ketika strain VAI menginfeksi paru-paru manusia, pneumonia

berat dan progresif dapat terjadi dengan angka kematian melebihi 60% (Gambotto

et al. 2008).

Gambar 2. Endositosis virus influenza diadaptasi dari Lakadamyali et al. (2004)

Setelah protein HA virus influenza (atau protein HEF virus influenza C)

menempel pada SA, virus mengalami endositosis. Keasaman kompartemen

endosomal sangat penting untuk pelepasan selubung virus influenza (Gambar 2).

Rendahnya pH memicu perubahan konformasi HA, memaparkan peptida fusi

yang menjadi mediator penggabungan selubung virus dengan membran

endosomal sehingga membuka ruang untuk RNP virus terlepas ke sitoplasma sel

Page 28: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

10

inang (Stegmann 2000; Sieczkarski dan Whittaker 2005). Ion hidrogen dari

endosom dipompa ke dalam partikel virus melalui ion channel M2. Pengasaman

internal virion influenza melalui channel M2 mengganggu interaksi protein-

protein internal sehingga RNP dapat dilepaskan keluar dari matriks virus ke dalam

sitoplasma sel (Martin dan Helenius 1991).

Setelah keluar dari virion, RNP masuk kedalam inti sel inang dengan

memanfaatkan sinyal lokalisasi inti (NLS) oleh protein virus (NS1) yang

memerintahkan protein sel untuk memasukkan RNP dan protein virus lainnya ke

dalam inti sel inang (Cros dan Palese 2003). Inti merupakan tempat dimana semua

sintesis RNA virus terjadi, tempat RNA poliadenilasi (mRNA) yang bertindak

sebagai cetakan bagi sel inang untuk translasi, dan tempat segmen RNA virus

yang membentuk genom progeni virus. Polimerase RNA yang merupakan

komponen RNP juga masuk kedalam inti dan menggunakan RNA virus untai

negatif sebagai cetakan untuk mensintesis dua RNA untai positif, yaitu cetakan

mRNA untuk sintesis protein virus, dan RNA komplementer (cRNA) untuk

membentuk lebih banyak RNA virus untai negatif penyusun genom (Bouvier dan

Palese 2008).

Berbeda dengan mRNA sel inang yang terpoliadenilasi oleh poli (A)

polimerase spesifik, ujung penutup poli (A) mRNA virus influenza disandi dalam

bentuk RNA virus untai negatif dengan lima sampai tujuh residu urasil yang

ditranskripsikan oleh polimerase virus menjadi untai positif dengan adenosin

membentuk ekor poli (A) (Robertson et al. 1981; Li dan Palese 1994).

Pembentukan ujung penutup RNA messenger juga terjadi dengan cara unik yang

sama, di mana protein PB1 dan PB2 "mencuri" primer berujung penutup 5' dari

transkrip pre-mRNA inang untuk memulai sintesis mRNA virus, proses ini

disebut "cap snatching" (Krug 1981). Setelah terpoliadenilasi dan ujungnya

ditutup, mRNA asal virus dapat keluar dan diterjemahkan seperti mRNA inang.

Pengeluaran segmen RNA virus dari inti diperantarai oleh protein M1 dan

NEP/NS2 virus (Cros dan Palese 2003).

Protein selubung HA, NA, dan M2 disintesis dari mRNA asal virus di

ribosom yang terikat pada membran retikulum endoplasma kemudian masuk

Page 29: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

11

kedalam aparatus Golgi untuk modifikasi pasca-translasi. Ketiga protein tersebut

memiliki sinyal penyusun apikal yang kemudian mengarahkan mereka ke

membran sel untuk perakitan virion. Meskipun relatif sedikit yang diketahui

tentang translasi dan penyortiran protein yang bukan bagian dari selubung, M1

diperkirakan berperan dalam membawa kompleks RNP-NEP berkontak dengan

protein selubung HA, NA, dan M2 untuk dikemas di membran sel inang (Palese

dan Shaw 2007).

Virus influenza tidak sepenuhnya menular kecuali virion yang lengkap

berisi genom delapan segmen, atau tujuh segmen untuk virus influenza C.

Sebelumnya pengemasan RNA virus dianggap sebagai sebuah proses yang

sepenuhnya acak, di mana segmen RNA virus secara tidak beraturan dimasukkan

ke dalam tunas partikel virus dan hanya yang memiliki genom lengkap yang dapat

menular. Namun bukti baru menunjukkan bahwa pengemasan merupakan proses

selektif di mana sinyal pengemasan pada semua segmen RNA virus memastikan

bahwa genom lengkap dimasukkan ke dalam setiap partikel virus (Bancroft dan

Parslow 2002; Fujii et al. 2003).

Pertunasan (budding) virus influenza terjadi di membran sel yang dimulai

dengan akumulasi protein matriks M1 di sisi sitoplasma dari lipid bilayer. Ketika

budding selesai, tonjolan HA tetap menempelkan virion pada SA di permukaan

sel hingga partikel virus secara aktif dilepaskan oleh aktivitas sialidase protein NA

(Colman et al. 1983; Varghese et al. 1983).

Antigenic drift

Virus influenza A terus berevolusi dengan tingkat mutasi tinggi yang

berkisar antara 1×10-3

sampai 8×10-3

substitusi/situs/tahun (Chen dan Holmes

2006). Mutasi selektif pada domain antigenik yang terjadi secara bertahap dalam

satu strain dan menghindarkan virus dari sistem kekebalan disebut antigenic drift

(Rambaut et al. 2008). Bagian HA1 dari gen HA mengalami evolusi dengan

tingkat mutasi 5,7 substitusi nukleotida/tahun atau 5,7×103 substitusi/situs/tahun

(Fitch et al. 1997). Dengan antibodi terhadap protein HA mencegah pengikatan

reseptor, menetralisir, dan mencegah infeksi ulang oleh subtipe yang sama

(Suarez dan Schultz-Cherry 2000) maka mutasi yang mengubah asam amino pada

Page 30: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

12

glikoprotein permukaan seperti HA dapat menguntungkan virus karena

memungkinkan virus menghindar dari sistem kekebalan. Proses replikasi virus

sangat rawan mutasi karena enzim polimerase yang mengkatalisis replikasi RNA

dari cetakan RNA mudah melakukan kesalahan disertai kurangnya koreksi

kesalahan selama replikasi. Hal ini menjadi penyebab terjadinya antigenic drift.

Antigenic drift merupakan salah satu strategi virus influenza untuk

menghindar dari sistem kekebalan inang yang meningkat karena vaksinasi.

Perubahan antigenik yang terjadi di daerah epitop merupakan hambatan untuk

pengembangan vaksin karena vaksinasi yang efektif hanya dapat terjadi bila strain

epidemik sesuai dengan strain vaksin (Stohr 2002). Gen HA sebagai target

netralisasi antibodi menjadi contoh klasik protein antigen yang mengalami mutasi

titik yang menumpuk pada epitop atau daerah yang dikenali antibodi (Webster et

al. 1982; Wilson dan Cox 1990). Antigenic drift pada gen HA dapat dipercepat

oleh vaksinasi (Lee et al. 2004) yang suboptimal karena tekanan oleh kekebalan

hasil imunisasi terhadap virus yang sebelumnya bereplikasi dan beredar antar dan

intra spesies (Abdelwhab dan Hafez 2011) memaksa virus untuk beradaptasi.

Virus H5N1 dapat bermutasi secara intensif pada unggas yang divaksinasi

sehingga berpotensi menimbulkan pandemi. Gen HA dari 4 strain H5N1 yang

beredar di Mesir mengalami perubahan asam amino pada epitop HA sehingga

berbeda dengan VAI H5N1 awal yang ditemukan sejak program vaksinasi dimulai

pada tahun 2006 yang berdampak pada virulensi H5N1 pada mamalia (Abdel-

Moneim et al. 2011). Contoh lain virus influenza A yang mengalami antigenic

drift adalah virus pandemi H1N1 2009 (pH1N1 2009) yang berasal dari babi.

Residu 227 HA pada H1N1 babi yang berupa asam amino alanin mengalami

perubahan menjadi asam glutamat sehingga mampu menular dan menimbulkan

pandemi pada manusia (van Doremalen et al. 2011).

Antigenic shift

Genom virus influenza A terdiri dari 8 segmen RNA sehingga ko-infeksi

satu sel inang dengan dua virus influenza A berbeda dapat menghasilkan progeni

virus yang berisi segmen gen dari kedua virus. Proses penyusunan (reassortment)

genetik ini disebut antigenic shift (Webster et al. 1977). Reassortment berperan

Page 31: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

13

penting dalam evolusi virus influenza A (Holmes et al. 2005; Dugan et al. 2008)

dan adaptasi inang (Garten et al. 2009, Scholtissek et al. 1978). Secara teori dapat

terjadi 256 (28) kombinasi 8 segmen gen hasil reassortment antara dua virus

dalam satu inang. Rekombinasi homolog jarang terjadi pada virus RNA negatif

seperti virus influenza A (Boni et al. 2008) tetapi rekombinasi dengan pertukaran

segmen gen diketahui berperan dalam perubahan virulensi dan adaptasi inang

(Wright et al. 2007).

Influenza A pada Unggas Liar

Virus influenza A memiliki keragaman genetik dan antigenik yang tinggi

dan tersebar pada berbagai spesies unggas liar di seluruh dunia. Penularan virus

influenza A pada unggas air liar terjadi melalui rute fekal-oral dan menginfeksi

sel-sel epitel saluran pencernaan dengan sedikit atau tanpa gejala penyakit. Virus

bertahan melalui infeksi asimtomatik (low pathogenic, LPAI) pada unggas air dari

ordo Anseriformes seperti itik dan angsa, ordo Charadriiformes seperti camar dan

burung laut, serta ordo Passeriformes dan setidaknya 105 spesies unggas liar telah

teridentifikasi membawa virus influenza A (Munster et al. 2007). Distribusi

subtipe HA dan NA virus pada isolat unggas liar tidak merata. Sebagian besar

subtipe HA dapat ditemukan pada Anseriformes sedangkan subtipe H13 dan H16

ditemukan pada Charadriiformes (Munster et al. 2007).

Pola umum keragaman VAI pada unggas liar dapat dijelaskan dengan dua

model evolusi yaitu spesiasi alopatrik (cekaman geografis) dan simpatrik

(cekaman selektif) (Dugan et al. 2008). Analisis filogenetik menunjukkan bahwa

semua subtipe HA VAI memiliki nenek moyang yang sama namun subtipe HA

tidak berasal dari radiasi tunggal. Hal ini dapat dilihat dari tingginya keragaman

genetik antar subtipe HA sedangkan dalam subtipe HA yang sama keragaman

genetik cukup rendah. Pola ini juga terjadi pada evolusi kesembilan subtipe NA.

Analisis menunjukkan keragaman yang mencerminkan bahwa nenek moyang

bersama terdekat (the most recent common ancestors TMRCA) subtipe HA yang

berbeda pernah ada dalam rentang waktu beberapa ratus tahun yang lalu (Chen

dan Holmes 2010). Segmen gen NS VAI pada unggas memiliki perbedaan jelas

antara alel A dan B yang menunjukkan bahwa kedua alel mengalami seleksi

Page 32: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

14

keseimbangan (Dugan et al. 2008). Keragaman genetik yang lebih rendah dimiliki

oleh lima segmen gen VAI lainnya (PB2, PB1, PA, NP dan M). Analisis

filogenetik juga menunjukkan perbedaan urutan asam inti yang jelas antara VAI

yang berasal dari unggas di belahan dunia timur dan barat, sesuai dengan evolusi

cekaman alopatrik (Dugan et al. 2008; Munster dan Fouchier 2009).

Banyaknya kombinasi HA-NA yang ditemukan pada unggas liar

menunjukkan bahwa infeksi campuran dan reassortment VAI sering terjadi pada

unggas liar (Wang et al. 2008) dan bahwa subtipe HA-NA memiliki kombinasi

spesifik yang rendah. Keragaman genetik yang tinggi pada HA, NA dan NS

bertolak belakang dengan 5 segmen gen penyandi protein internal yang memiliki

stabilitas tinggi di tingkat asam amino. Hal ini menandakan bahwa kelima segmen

gen tersebut telah melalui alur seleksi pemurnian. Kecocokan kelima gen tersebut

untuk saling terkait dalam genom ditentukan oleh viabilitas fungsional, dengan

sedikit cekaman selektif untuk mempertahankan mutasi yang menguntungkan.

Urutan asam amino yang sangat stabil menunjukkan bahwa reassortment terjadi

antara segmen-segmen yang secara fungsional setara. Dugan et al. berhipotesis

bahwa VAI pada unggas liar berperan sebagai kolam (pool) besar yang berisi

segmen-segmen gen yang memiliki kesetaraan fungsional sehingga dapat saling

tukar membentuk konstelasi genom sementara tanpa ada cekaman selektif yang

kuat agar tetap bertahan sebagai genom (Dugan et al. 2008).

Virus influenza A pada unggas liar dapat berpindah ke inang yang baru

seperti ayam, kuda, babi, bahkan manusia dan tetap stabil sehingga dapat menjadi

virus menular di kelompok inang yang baru. Virus influenza A sering beradaptasi

terhadap inang yang berasal dari spesies unggas domestik (Wright et al. 2007).

Kemampuan virus untuk tetap stabil setelah berganti inang memerlukan akuisisi

sejumlah mutasi, tergantung pada virus dan spesies inang yang memisahkan

individu virus dari pool gen virus influenza A di unggas liar. Adaptasi terhadap

inang baru ini dapat mengurangi kemampuan virus untuk kembali ke pool gen

virus influenza A pada unggas liar (Swayne 2007) sehingga ia harus membangun

konstelasi genom delapan segmen yang berbeda dari klonnya di unggas liar

(Dugan et al. 2008; Taubenberger dan Morens 2009).

Page 33: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

15

Influenza A pada Unggas Domestik

Unggas domestik dari ordo Galliformes seperti kalkun, ayam, dan burung

puyuh bukan merupakan reservoir virus influenza A unggas namun rentan

terhadap infeksi oleh virus influenza A dari unggas liar yang telah beradaptasi.

Virus influenza A yang telah beradaptasi pada Galliformes jarang kembali dan

beredar di unggas liar (Swayne 2007) kecuali virus HPAI H5N1 Eurasia yang

baru-baru ini diisolasi dari populasi unggas liar di Eropa dan Asia. Virus

panzootik HPAI H5N1 galur Asia memiliki keunikan (Webster et al. 2007) yang

dapat mengakibatkan kematian jutaan unggas di 64 negara di tiga benua. Adaptasi

virus influenza A pada inang Galliformes secara molekuler belum sepenuhnya

dapat dijelaskan namun diketahui melibatkan seleksi positif mutasi HA, NA

(Perez et al. 2003; Campitelli et al. 2004), dan protein RNP (Wasilenko et al.

2008).

Virus influenza A yang diisolasi dari unggas domestik umumnya

mempertahankan spesifisitas pengikatan reseptor HA 2,3-SA (Wright et al.

2007). Ciri lainnya yaitu penghapusan in-frame sekitar 20 asam amino di daerah

batang NA yang mengurangi aktivitas enzimatik NA (Baigent dan McCauley

2001) sebagai kompensasi terhadap penurunan aktivitas pengikatan reseptor HA

virus influenza A dari unggas liar yang beradaptasi untuk bereplikasi di saluran

pernafasan unggas domestik (Matrosovich et al. 1999). Strain virus influenza A

H5 atau H7 yang beradaptasi pada unggas domestik berkembang menjadi HPAI

melalui akuisisi mutasi insersi yang mengakibatkan situs pembelahan asam amino

polibasa pada HA (Wright et al. 2007).

Ekologi Itik dan Perannya dalam Penyebaran Influenza A

Itik adalah anggota subfamili Anatinae yang menaungi spesies unggas air

Anseriformes. Subfamili ini tersebar di seluruh dunia dan menempati hampir

semua habitat perairan. Ekologi unggas ini memungkinkan pemeliharaan dan

penyebaran VAI.

Replikasi VAI terjadi di saluran pernafasan (Webster et al. 1978) tetapi

situs utama infeksi VAI pada itik adalah usus (Webster et al. 1978) meskipun

virus influenza A isolat manusia dan HPAI H5N1 yang saat ini beredar lebih

Page 34: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

16

sering menginfeksi saluran pernafasan bagian atas. Virus LPAI dalam populasi

itik ditularkan melalui rute fekal-oral (Webster et al. 1992) yang dicirikan oleh

tingginya jumlah usap kloaka positif dibandingkan trakea dan titer virus yang

tinggi pada kotoran serta didukung oleh stabilitas virion dalam air meskipun

penularan melalui aerosol tidak dapat diabaikan. Itik yang diinfeksi secara

eksperimental mengeluarkan virion H4N7, H7N3, dan H11N9 dalam waktu lebih

lama dan titer lebih tinggi melalui feses dibandingkan melalui trakea (Webster et

al. 1978). Virus AI memasuki lingkungan ketika inang defekasi atau

mengeluarkan leleran kemudian menginfeksi inang yang rentan melaui proses

makan dan minum. Ketika segerombolan itik berenang di kolam kecil,

diperkirakan sebanyak 1010

EID50/g/hari virion ditularkan ke lingkungan melalui

kotoran masing-masing itik yang terinfeksi (Webster et al. 1978) dan VAI relatif

stabil dalam air (Stallknecht et al. 1990; Webster et al. 1992). Keadaan ini

menjelaskan mengapa prevalensi infeksi pada itik yang makan di permukaan lebih

tinggi dibandingkan itik yang mencari makan di air yang lebih dalam (Olsen et al.

2006).

Data surveilans menunjukkan bahwa penularan VAI dalam populasi itik

terjadi sepanjang tahun. Prevalensi infeksi menunjukkan pola siklus tahunan pada

populasi itik di Amerika Utara (Olsen et al. 2006) (Krauss et al. 2004) dan

Eurasia (Munster et al. 2007) yang memuncak sebelum dan selama migrasi

musim gugur sebagai akibat dari masuknya itik remaja yang secara imunologis

naif kedalam populasi (Hinshaw et al. 1985; Webster et al. 1992; Olsen et al.

2006). Itik Pekin putih yang diinfeksi secara ekperimental mengeluarkan virus

selama lebih dari tiga minggu setelah inokulasi (Kida et al. 1980). Itik yang

terinfeksi mengeluarkan virus selama beberapa minggu pertama migrasi musim

gugur, menebarkan virus di sepanjang koridor migrasi dengan morbiditas dan

respon antibodi serum yang rendah (Kida et al. 1980). Meskipun demikian,

prevalensi infeksi jauh lebih rendah di sepanjang rute migrasi dan di lokasi

migrasi musim dingin dibandingkan di tempat itik istirahat dan mencari makan

(Okazaki et al. 2000; Munster et al. 2007; Wallensten et al. 2007). Perbedaan ini

mungkin mencerminkan perkembangan kekebalan terhadap subtipe virus yang

Page 35: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

17

beredar dalam populasi itik atau penurunan transmisi karena penyebaran populasi

(Hinshaw et al. 1985).

Secara umum prevalensi infeksi di tempat migrasi musim dingin dan di

tempat bersarang musim semi lebih tinggi pada populasi itik Eropa dibandingkan

populasi itik Amerika Utara. Penjelasan yang paling mungkin untuk perbedaan ini

adalah variasi acak, karena penelitian surveilans pada populasi itik di beberapa

daerah di Amerika Utara dan Eropa sering memperoleh nilai prevalensi yang

sedikit berbeda. Banyak faktor dapat mempengaruhi prevalensi termasuk ukuran

populasi itik, lokasi pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel, dan lain-

lain.

Prevalensi infeksi paling rendah terjadi selama migrasi musim semi namun

kembali meningkat setelah musim kawin ketika itik pindah ke tempat bersarang

musim panas (Hinshaw et al. 1985; Krauss et al. 2004; Wallensten et al. 2007).

Tidak jelas bagaimana populasi itik memperoleh virus AI selama musim semi

setiap tahun. Ada dua kemungkinan bahwa itik mungkin membawa virus terus

menerus selama migrasi yang ditunjukkan oleh prevalensi pada itik yang terus ada

sepanjang tahun, meskipun daya tahan virus di habitat beku juga dapat berperan

dalam kelangsungan hidup virus (Olsen et al. 2006) karena virion infektif

mungkin dapat bertahan di dalam air beku melewati musin dingin di tempat itik

berkembang biak dan menginfeksi saat itik tersebut kembali pada musim semi

(Webster et al. 1978; Webster et al. 1992).

Beberapa subtipe virus lebih sering ditemukan daripada yang lain (Krauss et

al. 2004; Olsen et al. 2006). Tiga subtipe HA yaitu H3, H4, dan H6 paling sering

ditemukan pada itik di Amerika Utara dan Eropa (Krauss et al. 2004; Munster et

al. 2007) dengan kombinasi subtipe yang paling umum yaitu H4N6 dan H6N2

(Wallensten et al. 2007). Banyak penjelasan mengapa subtipe HA dan NA tertentu

dan kombinasi keduanya sering atau jarang ditemukan pada unggas liar. Hipotesis

umum adalah bahwa subtipe tertentu memiliki kecocokan tertinggi, dengan

tingkat replikasi dan virulensi seimbang yang cukup untuk meningkatkan

kemungkinan keberhasilan transmisi. Hal ini diyakini sangat dipengaruhi oleh

keseimbangan fungsional antara afinitas ikatan HA dan aktivitas enzimatik NA

Page 36: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

18

(Wagner et al. 2002). Meskipun gen H6 berasal dari Eurasia dan secara luas

tersebar pada itik di Amerika Utara, analisis genom virus menunjukkan bahwa

pertukaran gen antar benua antara Eurasia dan Amerika sangat terbatas (Krauss et

al. 2007). Oleh karena itu kemunculan genotipe virus baru harus melalui mutasi

dan reassortment genom-genom yang bersirkulasi dalam wilayah geografis

tertentu. Kesempatan untuk mutasi dan reassortment ini terbuka lebar di daerah

tempat itik istirahat dan mencari makan karena populasi itik dari berbagai tempat

dan koridor migrasi berbeda datang dengan membawa kombinasi subtipe masing-

masing (Wallensten et al. 2007). Koinfeksi itik dengan dua atau lebih subtipe

virus sering terjadi (Sharp et al. 1997) sama seperti reassortment memunculkan

virus yang sangat virulen pada unggas Galliformes namun memiliki patogenisitas

rendah pada inang itik (Sturm-Ramirez et al. 2005).

Peran itik dalam pemeliharaan dan penyebaran virus influenza, dan terutama

dalam pemunculan genotipe baru tergantung pada perilaku migrasi. Itik yang

bermigrasi setiap tahun cenderung menyebarkan virus influenza di sepanjang rute

migrasi terutama pada populasi itik domestik dan peliharaan di berbagai lokasi

persinggahan (Olsen et al. 2006; Wallensten et al. 2007). Selanjutnya itik

domestik membawa virus berdekatan dengan spesies lain dan berperan dalam

penyebaran LPAI dan HPAI pada unggas domestik dan unggas darat lainnya

(Hulse-Post et al. 2005; Sturm-Ramirez et al. 2005; Gilbert et al. 2006).

Bebek domestik dan itik angon telah dikaitkan dengan penyebaran virus

HPAI H5N1 di Asia Tenggara (Gilbert et al. 2006). Itik sebagai salah satu unggas

air domestik dianggap sebagai sumber penularan virus H5N1 pada wabah di Cina

tahun 1999-2002 (Chen et al. 2004; Li et al. 2004) dan Hongkong tahun 2001

(Sturm-Ramirez et al. 2005). Penelitian seroprevalensi AI pada unggas air (itik,

entog, dan angsa) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan seroprevalensi pada

ayam kampung. Hal ini terlihat pada pemeriksaan serologis itik di daerah Jawa

Barat (BALITVET 2006). Pemeriksaan serologis yang dilakukan oleh Balitvet

pada bulan Oktober 2006 menunjukkan sejumlah unggas yang seropositif

terhadap H5 VAI dengan prevalensi pada ayam 22,96% (n=591), itik 41,74%

(n=43), entog 27,04% (n=43), dan angsa 75,0% (n=12). Hasil pemeriksaan

serologis pada bulan November 2006 memperlihatkan prevalensi unggas

Page 37: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

19

seropositif terhadap H5 VAI masing-masing pada ayam 33,37% (n=1.038), itik

43,44% (n=63), entog 28,21% (n=68), dan angsa 42,3% (n=11) (BALITVET

2006).

Patobiologi Avian Influenza pada Itik

Wabah AI pertama kali dilaporkan tahun 1878 terjadi pada ayam dan

burung di Italia yang saat itu disebut penyakit Lombardia kemudian pada tahun

1901 Centanini dan Savonucci dapat mengidentifikasi organisme berukuran mikro

yang menyebabkan wabah tersebut namun baru pada tahun 1955 Schafer dapat

menunjukkan ciri-ciri organisme itu sebagai virus influenza A (Werner 2006).

Virus influenza A biasanya tidak patogenik terhadap reservoir alaminya yaitu itik

dan unggas air lain. Namun virus HPAI telah berevolusi dari yang tidak

mengakibatkan atau sedikit menimbulkan gejala infeksi pada saluran pernafasan

itik menjadi virus yang menyebabkan penyakit sistemik parah dan kematian

(Pantin-Jackwood dan Swayne 2007). Wabah virus highly pathogenic avian

influenza (HPAI) H5N1 pertama kali dilaporkan di Cina Selatan pada tahun 1996-

1997, kemudian menyebar dan menyebabkan kematian unggas di Vietnam,

Thailand, Indonesia dan Negara Asia Timur sejak awal tahun 2004 (Smith et al.

2006).

Gejala HPAI H5N1 sebelum tahun 2002 tidak terlihat pada itik. Penelitian

eksperimental yang dilakukan oleh (Perkins dan Swayne 2002) yang

menginfeksikan A/chicken/HK/220/97 pada itik tidak menemukan gejala klinis.

Sedangkan infeksi virus HPAI H5N1 pada itik menggunakan isolat yang

diperoleh pada tahun 2002 sampai 2004 menimbulkan gejala klinis seperti

penurunan berat, lesu, diare, mata berkabut, dan ataksia kemudian mati meskipun

beberapa strain yang diisolasi selama tahun 2002-2004 juga menunjukkan gejala

yang ringan atau tidak ada sama sekali (Gambar 3) (Sturm-Ramirez et al. 2004).

Itik yang diinfeksi virus A/duck/Thailand/71.1/2004 menunjukkan gejala panas

tinggi, kesulitan bernafas, depresi, diare, gejala syaraf (ataksia, konvulsi, dan

inkoordinasi), dan konjungtivitis dengan mortalitas 20-100% (Songserm et al.

2006). Saat nekropsi ditemukan pendarahan titik dan terlokalisir pada kaki dan

telapak, ascites, dan kebiruan pada kepala. Secara histologis perubahan yang

Page 38: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

20

paling menonjol ditemukan pada paru-paru seperti pneumonia, edema, kongesti,

dan peradangan perivaskuler (Songserm et al. 2006). Pada itik yang menunjukkan

gejala syaraf ditemukan kumpulan sel radang di sekitar pembuluh darah dan

peradangan neuroglia. Pada itik ras pedaging ditemukan degenerasi otot jantung

dengan perubahan patologis lain yang dapat terlihat antara lain hepatitis,

tubulonefritis, pengecilan kelenjar limfoid dan enteritis (Songserm et al. 2006).

Gambar 3. Grafik tingkat kelangsungan hidup itik yang diinfeksi berbagai isolat

VAI H5N1 diadaptasi dari Sturm-Ramirez et al. (2005). Kelompok

virus LPAI: A/Thai/1(Kan-1)/04 dan A/Ck/PP/BPPV3/04, HPAI:

A/Dk/VN/40D/04, A/Ck/VN/48C/04, A/Dk/Thai/71.1/04, dan

A/VN/1203/04.

AI Patogenitas Rendah (low-pathogenic avian influenza, LPAI)

Sasaran utama infeksi virus LPAI pada itik tidak hanya saluran pernafasan

dan jaringan paru-paru. Itik yang diinokulasi intranasal dengan virus LPAI

menunjukkan gejala paru-paru pneumonia ringan dan infiltrasi limfosit dan

makrofag dalam waktu 2 hari. Pewarnaan imunohistokimia nukleoprotein

menunjukkan perubahan pada sel epitel saluran pernafasan namun tidak ada

replikasi virus pada jaringan paru-paru (Cooley et al. 1989). Virus LPAI dapat

melewati saluran pencernaan atas itik dan bereplikasi dalam usus tanpa

menyebabkan manifestasi klinis penyakit (Webster et al. 1978; Kida et al. 1980).

Hasil penelitian yang menginokulasikan virus secara langsung pada tembolok dan

kloaka (Webster et al. 1978) serta ditemukannya titer virus yang tinggi pada feses

setelah inokulasi intravena (Kida et al. 1980) membuktikan bahwa usus

Page 39: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

21

merupakan organ target virus LPAI pada itik sebagai tempat replikasi virus tanpa

infeksi pada paru-paru. Lebih spesifik, replikasi virus LPAI diyakini terjadi di

kriptus Lieberkühn usus besar (Kida et al. 1980).

Keragaman jenis itik juga berperan penting dalam patogenisitas virus

influenza. Embrio itik Mallard yang diinokulasi dengan virus LPAI memiliki

tingkat kematian lebih rendah daripada embrio entog. Antigen virus dapat

ditemukan di organ-organ internal seperti sinus hidung, faring, trakea, bronkus,

paru-paru, dan kantung hawa embrio itik Mallard tetapi tidak ditemukan pada

embrio entog. Alasan mortalitas dan replikasi virus pada itik Mallard ini tidak

jelas tetapi mendukung bukti bahwa itik Mallard berperan sebagai reservoir utama

virus LPAI di alam (Mutinelli et al. 2003).

Pemahaman mengenai respon imun itik terhadap VAI masih terbatas

meskipun beberapa penelitian mengenai respon antibodi serum itik yang terinfeksi

secara alami maupun eksperimental telah dilakukan (Suarez dan Schultz-Cherry

2000). Itik Pekin putih yang diinokulasi virus LPAI H7N2 memberikan hasil titer

antibodi HI yang sangat rendah tetapi virus tetap dikeluarkan hingga 7 hari pasca

inokulasi. Inokulasi ulang setelah 46 hari dengan strain virus yang sama memberi

respon antibodi yang lebih tinggi tetapi virus tidak ditemukan pada organ. Hasil

ini disertai rendahnya respon imun sekunder setelah inokulasi menggunakan virus

yang dilemahkan dalam formalin menunjukkan bahwa respon cepat imun pada

itik yang diinfeksi ulang dapat membatasi infeksi influenza untuk rentang waktu

tertentu (Kida et al. 1980). Infeksi yang pernah terjadi tidak dapat melindungi itik

terhadap infeksi berikutnya oleh subtipe virus lain. Sebagai contoh, itik yang

diinfeksi subtipe H4N6 terlindungi dari infeksi ulang dengan virus yang sama

tetapi mengeluarkan virion selama 8 hari setelah ditantang dengan isolat H11N3

(Austin dan Hinshaw 1984).

AI Patogenitas Tinggi (highly pathogenic avian influenza, HPAI)

Beberapa penelitian eksperimental telah dilakukan untuk memahami

patogenisitas virus HPAI H5N1 yang diisolasi sejak 2002 pada itik. Itik Pekin

Cherry Valley yang diinokulasi strain HPAI H5N1 isolat daging itik 2003 dari

stasiun inspeksi karantina Cina menunjukkan gejala neurologis seperti kebutaan

Page 40: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

22

dan kepala gemetar meskipun tidak mati. Titer virus yang tinggi ditemukan pada

organ pernafasan (paru-paru dan trakea), otak, hati, ginjal, dan usus besar disertai

perubahan mikroskopik pada otak (ensefalitis), jantung (miokarditis dengan

degenerasi dan nekrosis miosit), dan bursa (hiperplasia ringan pada folikel

limfoid) (Kishida et al. 2005).

Neurotropisme dan pankreatotropisme virus terlihat pada penelitian lain

yang menggunakan isolat virus HPAI. Itik yang ditantang dengan virus HPAI

H5N1 pada dosis letal menunjukkan gejala neurologis berat, seperti tortikolis,

inkoordinasi, tremor, dan kejang (Sturm-Ramirez et al. 2004; Vascellari et al.

2007). Imunohistokimia positif yang ditemukan pada otak dan batang otak serta

hibridisasi in situ virus yang terlihat pada neuron dan sel glia materi abu-abu otak

menunjukkan neurotropisme isolat setelah tahun 2002 (Sturm-Ramirez et al.

2004; Vascellari et al. 2007).

Meskipun rute masuknya virus ke dalam sistem saraf pusat belum dapat

dipastikan, setidaknya dua hipotesis dapat menjelaskan. Hipotesis pertama yaitu

transmisi virus dapat menjalar melalui serabut saraf vagus, olfaktorius, dan

trigeminus, dan hipotesis kedua yaitu virus dapat melakukan penetrasi melewati

blood-brain barrier (Silvano et al. 1997; Park et al. 2002).

Ciri-ciri lain virus HPAI H5N1 pada itik adalah titer virus yang sering lebih

tinggi pada usap orofaringeal dibandingkan usap kloaka (Sturm-Ramirez et al.

2004; Keawcharoen et al. 2008). Ekskresi virus HPAI H5N1 pada faring diduga

berasal dari paru-paru dan/atau kantung hawa karena hanya kedua jaringan ini

yang menunjukkan bukti replikasi virus secara imunohistokimia. Kecenderungan

ekskresi pada faring ini menunjukkan bahwa usap faring juga harus diambil ketika

melakukan surveilans VAI pada bebek liar selain usap kloaka yang selalu

dilakukan (Keawcharoen et al. 2008). Jika tidak, prevalensi HPAI H5N1 dapat

disalahperhitungkan.

Hasil penelitian FKH-IPB tahun 2006 menujukkan bahwa bebek yang tidak

dikandangkan memiliki resiko terinfeksi HPAI lebih tinggi (OR = 6,87; SK 95%;

1.29-36.54) dibandingkan dengan bebek yang dipelihara dalam kandang tertutup.

Sistem pemeliharaan yang dicampur antara ayam dan bebek juga memiliki

Page 41: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

23

kecenderungan risiko positif AI yang lebih tinggi (OR = 4,05) dibandingkan

dengan yang tidak dicampur. Isolat virus HPAI H5N1 FKH/IPB/Duck/NG29 yang

ditemukan pada bebek sehat dapat menginfeksi ayam yang berkontak sehingga

pemeliharaan yang dicampur antara bebek dan ayam berpotensi meningkatkan

shedding virus dimana bebek berperan sebagai bank virus dan ayam sebagai

media propagasi (FKH-IPB 2006).

Teknik Diagnostik Avian Influenza

Diagnosa AI dilakukan dengan isolasi virus atau melalui deteksi dan

karakterisasi segmen genom virus karena gejala klinis yang ditimbulkan sangat

beragam menurut spesies inang, strain virus, status kekebalan inang, keberadaan

infeksi lain dan kondisi lingkungan (OIE 2009). Identifikasi VAI diawali dengan

isolasi virus pada ruang alantois telur ayam berembrio (TAB) specific pathogen

free (SPF). Selanjutnya cairan alantois diuji tapis dengan hemagglunation test

(HA) untuk mendeteksi keberadaan virus yang mampu mengaglutinasi sel darah

merah, kemudian diuji dengan agar gel immunodiffusion test (AGID) atau enzyme

linked immunosorbent assay (ELISA) yang masing-masing untuk mendeteksi tipe

dan subtipe virus. Pengujian subtipe virus juga dapat dilakukan dengan

hemagglutination inhibition test (HI) dan neuraminidase inhibition test (NI).

Alternatif lain untuk mendeteksi keberadaan VAI adalah dengan reverse-

transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) atau real time RT-PCR (RRT-

PCR) menggunakan primer spesifik matriks atau nukleoprotein. Selanjutnya

subtipe virus ditentukan dengan menggunakan primer spesifik hemaglutinin dan

neuraminidase. Uji serologis seperti AGID, HI, dan ELISA juga digunakan untuk

mendeteksi antibodi dalam serum inang.

RRT-PCR untuk Deteksi Avian Influenza

Perkembangan teknologi yang pesat memberikan berbagai pilihan teknik

dan produk yang dapat digunakan untuk mendukung pengujian diagnostik yang

telah ada atau menjadi landasan untuk pengujian diagnostik yang baru. Teknik

reverse transcriptase PCR (RT-PCR) secara konvensional telah dikembangkan

untuk mendeteksi VAI namun sejak awal tahun 2000-an mulai banyak digunakan

Page 42: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

24

real-time RT-PCR (RRT-PCR) dalam rangka pengawasan rutin, selama wabah,

dan untuk penelitian karena lebih menguntungkan dari segi sensitivitas dan

spesifisitas yang lebih tinggi, memerlukan waktu yang lebih singkat, bersifat

kuantitatif, lebih ramah lingkungan, dan meskipun biaya yang diperlukan untuk

investasi peralatan lebih tinggi namun untuk operasional dan pengamanan

lingkungan teknik ini memerlukan biaya yang lebih sedikit.

Pembacaan hasil RRT-PCR tidak memerlukan elektroforesis gel melainkan

dapat dilihat secara langsung berupa grafik intensitas pendaran zat warna

floresens yang meningkat secara eksponensial, linier, kemudian mendatar seiring

siklus amplifikasi (Gambar 4). Hasil RRT-PCR berupa nilai Ct (cycle threshold)

yang merupakan perpotongan antara kurva amplifikasi dengan garis threshold

yang menggambarkan konsentrasi relatif target PCR.Aktivitas nuklease ujung 5'-

polimerase yang terdapat dalam polymerase chain reaction (PCR) memecah

probe hidrolisis saat ekstensi amplikon sehingga memisahkan reporter (R)

florofor dari quencher (Q). Sinyal floresens yang dihasilkan ketika tereksitasi oleh

cahaya dari luar di setiap siklus PCR sebanding dengan jumlah produk yang

dihasilkan (Koch 2004).

Beberapa peningkatan yang penting demi perbaikan pengujian RRT-PCR

telah tersedia untuk VAI, antara lain: pengembangan dan penggunaan kontrol

internal untuk mengurangi negatif palsu reaksi dan pengembangan reagen kering

beku (lyophilized) untuk meningkatkan kualitas kontrol (Das et al. 2006; Di Trani

et al. 2006); penggunaan robot untuk meningkatkan keluaran laboratorium agar

mampu menangani peningkatan jumlah sampel selama wabah meskipun mungkin

tidak memberikan sensitivitas yang lebih baik (Spackman et al. 2002; Spackman

dan Suarez 2005); dan protokol baru untuk pengolahan sampel sulit seperti

sampel kloaka atau jaringan (Das et al. 2006).

Semua uji diagnostik molekuler bertujuan untuk memperoleh hasil yang

cepat dengan sensitifitas yang sebanding dengan isolasi virus, dan

mempertahankan tingkat spesifisitas yang tinggi. Oleh karena itu tiga titik kritis

penting untuk diperhatikan, yaitu tahapan ekstraksi RNA, tahapan amplifikasi RT-

Page 43: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

25

PCR, dan urutan basa primer dan probe. Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan

agar pengujian menjadi sensitif dan spesifik.

Gambar 4. Prinsip probe hidrolisis TaqMan diadaptasi dari Koch (2004) (a)

proses hidrolisis probe saat ekstensi memisahkan reporter floresensi

dari quencher (b) sinyal floresensi meningkat secara eksponensial,

linier, kemudian mendatar seiring siklus amplifikasi.

Ekstraksi RNA merupakan tahap yang penting dalam setiap uji diagnostik

molekuler karena kualitas RNA akan mempengaruhi efisiensi amplifikasi.

Berbagai teknologi ekstraksi RNA yang ada seperti ekstraksi organik, ekstraksi

kolom silika, dan ekstraksi manik (beads) magnetik (Hale et al. 1996; Petrich et al.

2006) memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Page 44: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

26

Metode ekstraksi organik yang menggunakan fenol dan guanidinium

memberikan efisiensi ekstraksi yang baik untuk sampel kompleks tetapi metode

ini memungkinkan inhibitor PCR juga ikut terekstraksi sehingga dapat

menyebabkan hasil negatif palsu (Das et al. 2006). Metode ekstraksi juga

bervariasi dalam hal kemudahan penggunaan dan skalabilitas. Metode ekstraksi

organik relatif memerlukan tenaga intensif dan sulit untuk pengerjaan sampel

skala besar.

Beberapa metode ekstraksi berbasis kolom atau beads magnetik dapat

digunakan untuk keluaran besar misalnya dengan pemrosesan pada plat 96

sumuran atau menggunakan robot. Banyak sistem robotik yang tersedia secara

komersial dengan format reagen dan perlengkapan sendiri atau terbuka. Platform

kerja robotik juga sangat bervariasi dalam hal biaya tergantung pada kerumitan

dan fitur mesin. Platform kerja robotik cukup menjanjikan untuk meningkatkan

efisiensi laboratorium diagnostik, tetapi setiap robot dengan teknologi ekstraksi

RNA masih memerlukan validasi sebelum dapat digunakan secara rutin pada

sampel diagnostik. Kecil kemungkinan bagi sebuah mesin atau kit ekstraksi untuk

dapat memiliki fleksibilitas dalam menangani berbagai jenis sampel yang dibawa

ke laboratorium diagnostik dengan efisiensi ekstraksi RNA dan kemurnian yang

diperlukan untuk memperoleh hasil yang konsisten (Aguero et al. 2007; Tewari et

al. 2007). Diagnosis AI untuk ayam dan kalkun sebaiknya menggunakan sampel

usap trakea atau orofaringeal karena tropisme virus pada kedua spesies tersebut

adalah saluran pernafasan. Namun untuk spesies lain seperti itik

direkomendasikan sampel usap kloaka karena pada spesies tersebut virus LPAI

memiliki tropisme enterik. Sampel usap trakea/orofaringeal relatif mudah

digunakan untuk ekstraksi RNA karena mengandung sedikit sekali sel. Sampel

RNA lebih sulit diekstraksi dari usap kloaka dan jaringan karena keduanya

mengandung bahan organik lebih tinggi, komposisi kimia yang kompleks, dan

berpotensi mengandung inhibitor PCR (Cone et al. 1992; Buonagurio et al. 1999;

Petrich et al. 2006).

Reagen amplifikasi RT-PCR merupakan area kritis lain yang dapat

mempengaruhi hasil pengujian. Berbagai macam kit komersial dengan enzim dan

reagen berbeda banyak tersedia untuk amplifikasi RNA virus. Semua prosedur

Page 45: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

27

dilengkapi dengan tahap reverse transkripsi dan amplifikasi PCR, biasanya

dengan enzim yang berbeda untuk setiap tahapan. Kedua tahap tersebut sangat

penting untuk pengujian diagnostik yang sensitif. Secara umum RT-PCR dapat

dijalankan dengan prosedur dua tahap atau satu tahap (onestep). Pada prosedur

dua tahap, reverse transkripsi RNA dan amplifikasi DNA dijalankan secara

terpisah sehingga optimasi dilakukan di kedua reaksi. Sedangkan pada RT-PCR

onestep, semua reagen untuk tahapan reverse transkripsi RNA dan amplifikasi

DNA dimasukkan kedalam tabung yang sama sehingga pengujian dapat selesai

tanpa membuka tabung untuk memasukkan reagen tambahan. Prosedur dua tahap

dianggap lebih sensitif daripada metode onestep karena kedua tahapan dilakukan

pada kondisi yang optimal namun amplifikasi onestep menyederhanakan prosedur

dan mengurangi kemungkinan kontaminasi silang sampel sehingga prosedur

onestep ini lebih baik untuk berbagai situasi (OIE 2008b).

Enzim-enzim untuk RT-PCR onestep dapat dibeli secara terpisah atau dalam

bentuk kit yang mencakup hampir semua reagen yang perlukan untuk pengujian.

Keuntungan penggunaan kit adalah peningkatan kontrol kualitas yang didapatkan

dari produk komersial selain lebih mudah untuk dipesan dan digunakan

dibandingkan dengan penggabungan reagen dari berbagai sumber. Meskipun

banyak kit diagnostik yang tersedia secara komersial, tidak semua memiliki

kinerja yang sama di setiap aplikasi. Prosedur diagnostik resmi RRT-PCR AI

yang diterapkan oleh jaringan laboratorium kesehatan hewan nasional (National

Animal Health Laboratory Network, NAHLN) Amerika Serikat yang dikelola

oleh layanan inspeksi kesehatan hewan dan tumbuhan (Animal and Plant Health

Inspection Service, APHIS) Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States

Department of Agriculture, USDA) menggunakan kit untuk ekstraksi RNA dan

amplifikasi RT-PCR (Suarez et al. 2007). Kit alternatif kadang dapat bekerja

dengan baik sehingga ketentuan yang dibuat dalam protokol resmi NAHLN

memberi ruang bagi penggunaan metode alternatif untuk ekstraksi RNA atau

reagen amplifikasi RT-PCR (selain primer atau probe) namun pengguna harus

memiliki data yang cukup untuk menunjukkan bahwa protokol modifikasi sama

sensitifnya dengan protokol resmi. Perubahan protokol dapat terjadi bila prosedur

alternatif memberikan nilai tambah yang signifikan seperti biaya yang lebih

Page 46: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

28

rendah, sensitivitas yang lebih tinggi, lebih mudah digunakan, meningkatkan

keluaran, dan nilai tambah lain. APHIS telah menyetujui beberapa perubahan atau

alternatif sejak protokol resmi disetujui pada tahun 2002 (Suarez et al. 2007).

Elemen kunci ketiga untuk pengujian diagnostik molekuler adalah desain

primer dan probe yang menjadi landasan sensitivitas dan spesifisitas uji.

Meskipun program-program untuk desain primer terus berkembang, sensitivitas

pasangan primer tetap harus ditentukan secara empiris melalui optimasi

konsentrasi primer dan probe, konsentrasi magnesium, dan kondisi siklus agar

didapatkan sensitivitas tertinggi (OIE 2008b). Spesifisitas uji juga dapat

dievaluasi secara in silico (menggunakan komputer) (Boutros dan Okey 2004)

namun pengujian empiris tetap diperlukan untuk konfirmasi spesifisitas. Telah

banyak pasangan primer AI untuk RT-PCR konvensional, namun baru beberapa

yang telah dipublikasikan (Tabel 1). Variabilitas gen HA yang tinggi menyulitkan

pengembangan primer dan probe yang dapat mendeteksi isolat beragam dalam

satu subtipe HA, terutama untuk mengidentifikasi isolat dari garis keturunan

Amerika dan Eurasia sehingga untuk wilayah geografis yang berbeda diperlukan

pasangan primer dan probe berbeda (Spackman et al. 2002). Urutan basa primer

dan probe menentukan spesifisitas dan sensitivitas uji diagnostik sehingga

perubahan urutan basa memerlukan pengujian yang luas untuk validasi (OIE

2008b; OIE 2008a).

Pengujian RRT-PCR telah dikembangkan sebagai uji spesifik untuk

influenza A dengan target regio lestari (conserved) pada matriks, nukleoprotein,

atau gen nonstruktural lain yang informasi urutan basanya banyak tersedia.

Beberapa pengujian spesifik untuk subtipe juga telah dipublikasikan dengan target

gen HA untuk mendeteksi HPAI yang terbatas pada subtipe H5 atau H7 (Starick

et al. 2000; Munch et al. 2001; Collins et al. 2002; Spackman et al. 2002; Collins

et al. 2003; Dybkaer et al. 2004). Penggunaan RRT-PCR untuk mendeteksi asam

nukleat spesifik influenza A, H5 dan H7 pertama kali dijelaskan oleh Spackman et

al. (2002). Pengujiannya memerlukan primer dan probe yang dirancang untuk

mendeteksi regio lestari ujung 5’ segmen gen 7 (gen M1) dengan panjang 100

nukleotida dan pasangan primer/probe spesifik H5 dan H7 yang dirancang untuk

mendeteksi regio lestari subunit HA2 urutan basa virus AI Amerika Utara

Page 47: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

29

(Spackman et al. 2002). Variabilitas HA menjadi salah satu alasan mengapa uji

spesifik terhadap tipe A dengan target protein internal yang lebih lestari

diperlukan sebagai uji tapis dalam pengujian molekuler AI dan pengujian subtipe

HA berperan sebagai penyedia informasi tambahan dan konfirmasi sampel positif

(Suarez et al. 2007).

Tabel 1. Pasangan primer dan probe untuk deteksi gen tertentu.

Target Primer/ probe Urutan basa(5 -3 )

Amerika Utara dan Eurasia (Spackman et al. 2002)

Gen M1 M +25 AGATGAGTCTTCTAACCGAGGTCG

M 124 TGCAAAAACATCTTCAAGTCTCTG

M +64 TCAGGCCCCCTCAAAGCCGA

Gen H5 (HA2) H5 +1456 ACGTATGACTAYCCRCARTAYTCA

H5 1685 AGACCAGCTACCATGATTGC

H5 +1637 TCAACAGTGGCGAGTTCCCTAGCA

Gen H7 (HA2) H7 +1244 ATTGGACACGAGACGCAATG

H7 1342 TTCTGAGTCCGCAAGATCTATTG

H7 +1281 TAATGCTGAGCTGTTGGTGGCA

Asia (Heine et al. 2005)

Gen M1 IVA-D161M AGATGAGYCTTCTAACCGAGGTCG

IVA-D162M TGCAAANACATCYTCAAGTCTCTG

IVA-Ma TCAGGCCCCCTCAAAGCCGA

Gen H5 IVA-D148H5 AAACAGAGAGGAAATAAGTGGAGTAAAATT

IVA-D149H5 AAAGATAGACCAGCTACCATGATTGC

IVA-H5a TCAACAGTGGCGAGTTCCCTAGCA

Asia (Payungporn et al. 2006)

Gen M1 MF3 TGATCTTCTTGAAAATTTGCAG

MR1+ CCGTAGMAGGCCCTCTTTTCA

M-probe TTGTGGATTCTTGATCG

Gen H5 (HA2) H5F4 GACTCAAATGTCAAGAACCTTTA

H5R3 CCACTTATTTCCTCTCTGTTTAG

H5-probe ACGGAACGTATGACTAC

Gen N1 N1F2 GTTTGAGTCTGTTGCTTGGTC

N1R1 TGATAGTGTCTGTTATTATGCC

N1-probe TTGTATTTCAATACAGCCAC

Qinghai (Hoffmann et al. 2007)

Gen H5 (situs

pembelahan

HA1 dan HA0)

FliH5-1028F GGGGAATGCCCCAAATATCT

FliH5-1190R TCTACCATTCCCTGCCATCC

FliH5-CS-FAM AGAGAGAAGAAGAAAAAAGAGAGGACTA

FliH5-1148-

HEX

TTGGAGCTATAGCAGGTTTTATAGAGG

Eurasia dan Afrika (Monne et al. 2008)

AI virus

subtipe H5

H5-For TTATTCAACAGTGGCGAG

H5NE-Rev CCAG(T)AAAGATAGACCAGC

H5 probe CCCTAGCACTGGCAATCATG

1. M = A, C; R = A, G; Y = C, T

2. Cetak tebal mengindikasikan warna reporter dan quencher probe

Page 48: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

30

Pengujian gen matriks (M1) memiliki limit deteksi 10 fg atau sekitar 103

salinan gen dan dapat mendeteksi virus hingga 0,1 EID50 (50% egg infective dose).

Penelitian (Lee dan Suarez 2004) selanjutnya menunjukkan bahwa kuantitas RNA

yang ditentukan dengan metode RRT-PCR berkorelasi erat dengan dan EID50

yang ditentukan dengan metode konvensional isolasi virus pada embrio ayam.

Namun demikian, tingkat kesepakatan antara pengujian RRT-PCR matriks (MA

RRT-PCR) dan isolasi virus (virus isolation, VI) pada embrio ayam tidak 100%.

Positif RRT-PCR / negatif VI dan negatif RRT-PCR / positif VI pada sampel usap

dapat terjadi (Spackman et al. 2002; Cattoli et al. 2004) sehingga hasil RRT-PCR

sebaiknya diinterpretasikan pada tingkat kandang daripada tingkat individu.

Berdasarkan analisis data wabah H7N2 LPAI di Virginia tahun 2002, sensitivitas

diagnostik relatif RRT-PCR terhadap VI adalah 85,1% (probabilitas 95% interval:

71,9-95,7%), sedangkan spesifisitas diagnostik relatif terhadap VI mencapai

98,9% (probabilitas 95% interval: 98,0-99,5%) (Elvinger et al. 2007).

Pasangan primer dan probe spesifik untuk H5 dan H7 memiliki limit deteksi

100 fg target RNA atau sekitar 103-10

4 salinan gen dan dapat mendeteksi virus 10

EID50. Meskipun uji H5 yang telah ada terbukti mampu mendeteksi virus subtipe

H5 Amerika Utara dan Eurasia, modifikasi untuk pengujian ini telah dilakukan

untuk mengoptimalkan deteksi H5N1 Eurasia (Slomka et al. 2007b). Modifikasi

primer forward dan reverse dilaporkan dapat meningkatkan sensitivitas analitik

untuk virus H5N1 Eurasia hingga 1000 kali lipat (Heine et al. 2007).

Sensitivitas dan spesifisitas RRT-PCR yang spesifik untuk virus influenza

hampir sebanding dengan VI dan HI sehingga teknik ini disukai, selain karena

lebih cepat, mengurangi resiko kontaminasi silang, dapat memproses sampel

dalam jumlah besar, dapat menentukan tipe dan subtipe virus, dan tidak

memerlukan virus hidup (Spackman et al. 2002). Pengujian MA RRT-PCR telah

dianjurkan sebagai metode deteksi virus AI oleh ring trial Uni Eropa (Slomka et

al. 2007a) dan versi modifikasi yang memiliki sensitivitas analitik tinggi untuk

virus H5N1 galur Eurasia (Heine et al. 2007) telah digunakan oleh laboratorium

rujukan AI regional OIE untuk Asia Tenggara.

Page 49: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan terhadap sampel yang dikoleksi selama tujuh bulan

mulai September 2009 hingga Maret 2010 di Kabupaten Indramayu. Penelitian

dilaksanakan di Laboratorium Virologi FKH IPB.

Bahan dan Alat

Media transport yang digunakan adalah brain heart infusion (BHI) dalam

tabung eppendorf berukuran 2 ml. Virus (A/chicken/Indonesia/SmiWN18/2009);

JF302895 digunakan sebagai kontrol positif. Sampel usap diambil menggunakan

cotton swab steril. Untuk isolasi genom virus digunakan MagMAX™ AI/ND

Viral RNA Isolation kit dari Ambion®

, plat ekstraksi 96 sumuran, dan magnetic

stand. RT-PCR konvensional menggunakan SuperScript®

III One Step RT-PCR

with Platinum®

Taq dari Invitrogen® dengan strip tabung PCR pada mesin BIO-

RAD MJ Mini, sedangkan RRT-PCR dilakukan menggunakan Ag-Path ID™

One-Step RT-PCR kit dari Ambion®

dengan plat optik 96 sumuran pada mesin

Applied Biosystems 7500 Real Time PCR System. Peralatan dan bahan yang juga

diperlukan selama penelitian antara lain mikropipet, tips mikropipet, titer plate

shaker, vortex, alkohol, dan reservoir reagen.

Sampel

Sampel berasal dari sentinel dan non-sentinel yang ditempatkan di enam

peternakan itik yang dibedakan berdasarkan cara itik memperoleh makanan, yaitu

(tipe 1) peternakan itik angon; (tipe 2) peternakan itik dengan sistem angon dan

pemberian pakan tambahan; (tipe 3) peternakan itik dengan pemberian pakan

tanpa diangon dan hanya disediakan pekarangan untuk mencari makan tambahan.

Pada masing-masing tipe, sentinel ditempatkan di dua peternakan dan bila terjadi

kematian atau tanda terlepas maka sentinel diganti dengan itik yang ada di

peternakan.

Sampel yang diuji dalam penelitian ini meliputi sampel usap kloaka dan

usap orofaring dari itik sentinel dan non-sentinel masing-masing sebanyak 30 ekor

Page 50: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

32

di enam peternakan (P1-P6). Sampel sentinel berasal dari bulan pengambilan 0-6

sedangkan sampel non-sentinel berasal dari bulan pengambilan 0 dan 6. Sehingga

jumlah total sampel adalah 3240 sampel usap kloaka dan orofaring.

Sampel ditangani secara individual, dikemas, dan diberi kode berdasarkan

jenis, asal, dan tanggal pengambilan sampel. Seluruh sampel ditransportasikan

dalam rantai dingin (4-8°C) sebelum sampai ke laboratorium untuk dilakukan

pengujian. Sampel usap disimpan pada kondisi deep freezer -80°C.

Metode

Pertama dilakukan pengujian untuk membandingkan PCR konvensional dan

real time dalam mendeteksi VAI H5. Kontrol positif H5 diencerkan secara serial

dengan menambahkan sampel kedalam dH2O dengan perbandingan 1:1.

Sampel usap kloaka dan usap orofaringeal diuji keberadaan gen matriks dan

VAI H5 dengan RRT-PCR. Sampel usap dipool di laboratorium sesuai jenis,

peternakan asal, dan nomor individu dengan jumlah maksimal 5 sampel per pool

sebelum pengujian matriks (uji tapis influenza A). Sedangkan pengujian H5

dilakukan terhadap individu dalam pool yang positif influenza A. Semua proses

penanganan sampel dilakukan dalam biological safety cabinet class II.

Pooling

Sampel usap dikelompokkan berdasarkan bulan pengambilan (0-6), asal

peternakan, dan jenis (kloaka atau orofaring). Sampel usap dari tiap

peternakan/bulan yang terdiri atas 30 individu (1-30) dikelompokkan menjadi 6

pool yang masing-masing terdiri atas 5 individu. Pool kloaka pertama terdiri atas

sampel kloaka individu 1-5 yang masing-masing diambil 100 µl, pool kloaka

kedua terdiri atas sampel kloaka individu 6-10 yang masing-masing diambil 100

µl, dan seterusnya. Setelah didapatkan pool, sampel individu kembali disimpan

dalam deep freezer untuk pengujian H5 individu bila pool didapati positif

influenza A. Uji tapis yang mendeteksi gen matriks dilakukan terhadap sampel

pool sedangkan deteksi gen H5 dilakukan terhadap individu dalam pool yang

teridentifikasi positif uji tapis.

Page 51: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

33

Isolasi RNA

Sebanyak 50 µl sampel dimasukkan kedalam 100 µl buffer lisis pada plat

ekstraksi 96 sumuran kemudian ditambahkan larutan beads magnetik sebanyak 20

µl. Plat kemudian diagitasi selama 4 menit lalu didiamkan di atas magnetic stand

selama 2 menit untuk mengendapkan beads, setelah itu supernatan dibuang

dengan cara disedot menggunakan mikropipet. Plat diturunkan dari magnetic

stand kemudian ditambahkan 100 µl buffer pencuci I lalu diagitasi selama 30

detik dan didiamkan di atas magnetic stand selama 1 menit, setelah itu supernatan

dibuang. Proses pencucian ini dilanjutkan menggunakan buffer pencuci II

sebanyak dua kali setelah itu beads dikeringkan dengan cara agitasi selama 2

menit. Buffer elusi 50 µl ditambahkan untuk melarutkan RNA kemudian plat

diagitasi selama 3 menit lalu didiamkan di atas magnetic stand selama 1 menit

untuk mengendapkan beads, setelah itu supernatan (RNA) diambil dan

dipindahkan kedalam plat 96 sumuran yang baru untuk nantinya digunakan

sebagai template PCR atau disimpan pada suhu -80°C hingga digunakan.

Untuk setiap proses isolasi RNA sampel disertakan satu kontrol positif

(A/chicken/ Indonesia/SmiWN18/2009, accession number: JF302895) dengan

nilai Ct 35 dan 1-2 kontrol negatif.

RT-PCR Konvensional

Campuran PCR disiapkan dalam di atas cold block dalam biosafety cabinet

(BSC). Secara berurutan reagen PCR dicampur kedalam tabung eppendorf

kemudian disimpan pada -20oC hingga digunakan dengan urutan dan

volume/reaksi sebagai berikut: RNAse-free dH2O 1,5 µl, buffer 2X 12,5 µl,

primer forward (20 M) 1,0 µl, primer reverse (20 M) 1,0 µl, enzim mix 1,0 µl.

Sekuens primer yang digunakan sebagai berikut: H5 forward (J3): 5’-GAT AAA

TTC TAG CAT GCC ATT CC-3’ dan H5 reverse (B2a): 5’-TTT TGT CAA TGA

TTG AGT TGA CCT TAT TGG-3’

Kedalam tabung PCR dimasukkan 17 µl campuran PCR kemudian

ditambahkan 8 µl RNA template hasil isolasi. Tabung ditutup kemudian di

tempatkan pada thermo cycler BIO-RAD dengan kondisi sebagai berikut:

Page 52: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

34

1. Tahap 1 (1×): Reverse transkripsi 50oC 30 menit; denaturasi 94

oC 4 menit.

2. Tahap 2 (35×): Denaturasi 94oC 45 detik; annealing 50

oC 45 detik; ekstensi

72oC 2 menit.

Hasil PCR selanjutnya dielektroforesis menggunakan agarose 1% pada

120V selama 45 menit. Hasil elektroforesis dibaca di atas uv iluminator.

Real Time RT-PCR

Campuran PCR disiapkan dalam di atas cold block dalam biosafety cabinet

(BSC). Secara berurutan reagen PCR dicampur kedalam tabung eppendorf

kemudian disimpan pada -20oC hingga digunakan dengan urutan dan

volume/reaksi sebagai berikut: RNAse-free dH2O 1,08 µl, buffer 2X 12,50 µl,

primer forward (20 M) 0,25 µl, primer reverse (20 M) 0,25 µl, enzim mix 25X

1,00 µl, probe (6 M) 0,25 µl, dan detection enhancer 1,67 µl.

Sekuens primer/probe yang digunakan sebagai berikut: matriks forward

(M+25): 5’-AGA TGA GTC TTC TAA CCG AGG TCG-3’; matriks reverse (M-

124): 5’-TGC AAA AAC ATC TTC AAG TCT CTG-3’; probe AIV Matrix

(M+64): 5’d FAM-TCA GGC CCC CTC AAA GCC GA-BHQ1-3’; H5 forward

(IVA-D148H5): 5’-AAA CAG AGA GGA AAT AAG TGG AGT AAA ATT-3’;

H5 reverse (IVA-D149H5): 5’-AAA GAT AGA CCA GCT ACC ATG ATT GC-

3’; probe IVA-H5a: 5’d FAM-TCA ACA GTG GCG AGT TCC CTA GCA-

BHQ1-3’.

Kedalam masing-masing sumuran plat optik 96 sumuran dimasukkan 17 µl

campuran PCR kemudian ditambahkan 8 µl RNA template hasil isolasi. Plat

ditutup dengan seal optik kemudian di tempatkan pada mesin Applied Biosystems

7500 Real Time PCR System dengan kondisi berbeda untuk PCR matriks dan H5.

Untuk PCR matriks, mesin diatur agar siklus PCR berjalan sebagai berikut:

1. Tahap 1 (1×): Reverse transkripsi 45oC 10 menit; denaturasi 95oC 10 menit.

2. Tahap 2 (45×): Denaturasi 94oC 1 detik; annealing + ekstensi 60oC 30 detik.

Sedangkan untuk PCR H5, mesin diatur agar siklus PCR berjalan sebagai berikut:

1. Tahap 1 (1×): Reverse transkripsi 45oC 10 menit; denaturasi 95

oC 10 menit.

2. Tahap 2 (40×): Denaturasi 94oC 1 detik; annealing 57

oC 30 detik; ekstensi

72oC 5 detik.

Page 53: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

35

Untuk setiap run disertakan satu kontrol positif amplifikasi berupa RNA

hasil isolasi dengan nilai Ct 25 dan satu kontrol negatif. Hasil PCR dianalisis

menggunakan Applied Biosystems 7500 Real-Time PCR System software. Hasil

dinyatakan layak bila diperoleh nilai Ct kontrol positif isolasi RNA 35, kontrol

positif PCR 25, dan tidak satupun kontrol negatif memiliki nilai Ct (undetected).

Sampel positif MA ditetapkan pada Ct 38 dan H5 36.

Analisis Data

Seluruh data yang didapatkan dari studi ini dianalisa secara deskriptif.

Page 54: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

HASIL DAN PEMBAHASAN

RT-PCR Konvensional dan Real Time

Percobaan membandingkan RT-PCR konvensional dan real time dilakukan

untuk mengetahui perbedaan sensitivitas kedua uji dalam mendeteksi VAI H5.

Virus yang digunakan sebagai kontrol positif (A/chicken/Indonesia/SmiWN

18/2009; GenBank accession number: JF302895) diencerkan secara serial 1:1

kemudian diekstraksi dan dilakukan RT-PCR H5 secara konvensional maupun

real time. Dengan RT-PCR konvensional, virus dapat terdeteksi hingga

pengenceran 2-14

sedangkan menggunakan teknik real time, virus dapat terdeteksi

hingga pengenceran 2-22

(Gambar 5). Perbedaan pengenceran hingga 28 ini

menunjukkan bahwa RRT-PCR dapat mendeteksi sampel dengan konsentrasi

hingga 250 kali lebih rendah dibandingkan RT-PCR konvensional. Lee dan

Suarez (2004) menemukan bahwa RRT-PCR H5 memiliki limit deteksi 103-10

4

salinan gen atau 10 EID50 dan kuantitas RNA yang ditentukan dengan metode

RRT-PCR berkorelasi erat dengan EID50 yang ditentukan dengan metode isolasi

virus pada embrio ayam.

a b

Gambar 5. Perbandingan hasil PCR konvensional dan real time (a) elektroforesis

gel RT-PCR konvensional, H5 terdeteksi hingga pengenceran 2-14

dan

(b) grafik amplifikasi RRT-PCR hingga pengenceran 2-22

.

Pada pengenceran virus 2-6

diperoleh nilai Ct 19,97 sehingga pengenceran

ini digunakan untuk mengencerkan stok virus yang kemudian diekstraksi dan

RNA hasil isolasi dibagi kedalam tabung-tabung berisi 8 µl untuk digunakan

sebagai kontrol positif PCR. Pembagian kontrol kedalam tabung-tabung dengan

Page 55: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

37

volume satu atau dua kali run dilakukan untuk menghindari frezee-thaw. Untuk

kontrol positif isolasi RNA, stok virus diencerkan 2-15

dan dibagi kedalam tabung-

tabung berisi 100 µl sehingga dapat digunakan pada dua kali isolasi RNA.

Gambar 6. Grafik amplifikasi real time RT-PCR (a) matriks sampel bulan kedua

dan (b) subtipe H5 berbagai bulan pengambilan sampel. Grafik

eksponensial yang melewati threshold (garis hijau) menunjukkan hasil

positif sedangkan background noise di bawahnya merupakan hasil

negatif.

Page 56: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

38

Gambar 6 menunjukkan hasil RRT-PCR MA sampel bulan kedua dan H5

berbagai bulan pengambilan sampel dengan kontrol positif dan negatif isolasi

RNA dan PCR Teknik RT-PCR konvensional mendeteksi RNA setelah reaksi

PCR selesai dan dilanjutkan dengan elektroforesis gel yang memerlukan waktu

serta melibatkan bahan kimia berbahaya seperti etidium bromida dan sejenisnya.

Sedangkan bahan kimia yang digunakan dalam RRT-PCR lebih aman dan

memungkinkan deteksi dilakukan pada tahap awal reaksi sehingga dalam hal ini

teknik real time lebih menguntungkan dibandingkan konvensional. Secara

konvensional hasil yang diperoleh bersifat kualitatif sedangkan secara real time

hasil yang diperoleh merupakan konsentrasi relatif RNA target dalam bentuk nilai

Ct dari perpotongan antara kurva amplifikasi dengan garis threshold.

Influenza A

Tingkat kesepakatan antara pengujian RRT-PCR matriks (MA RRT-PCR)

untuk mendeteksi keberadaan virus influenza A dan isolasi virus pada embrio

ayam tidak 100% sehingga RRT-PCR MA positif/isolasi virus negatif dan RRT-

PCR MA negatif/isolasi virus positif pada sampel usap dapat terjadi (Spackman et

al. 2002; Cattoli et al. 2004). Sensitivitas diagnostik relatif RRT-PCR terhadap

isolasi virus adalah 85,1% dengan spesifisitas 98,9% (Elvinger et al. 2007)

sehingga hasil RRT-PCR diinterpretasikan pada tingkat kandang/peternakan

daripada tingkat individu.

Dari 3.240 sampel yang diharapkan, berhasil dikoleksi 2.786 sampel karena

faktor kematian atau itik yang tidak ditemukan saat pengambilan sampel. Virus

influenza A dapat ditemukan di ketiga tipe peternakan, dan telah ada sejak awal

pengambilan sampel di peternakan tipe 1 dan 2. Pada peternakan tipe 1, VAI

terdeteksi hampir setiap bulan pengambilan sampel kecuali Januari (Tabel 2).

Keberadaan VAI di peternakan tipe 2 terdeteksi saat screening di bulan

September, Desember, Januari, dan Maret. Sedangkan pada peternakan tipe 3,

VAI hanya ditemukan di akhir pengambilan sampel bulan Maret pada sampel

usap kloaka dan orofaringeal itik sentinel maupun non sentinel.

Dari total 614 pool sampel usap kloaka dan orofaringeal yang diambil

selama tujuh bulan, didapati 98 (16%) pool positif VAI. Perbandingan usap

Page 57: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

39

kloaka positif hampir seimbang dengan usap orofaringeal yaitu masing-masing 52

(53,1%) dan 46 (46,9%) dengan nilai Ct yang bervariasi (Tabel 2). Virus AI

terdeteksi secara berulang sejak saat screening pada bulan September di tiga

peternakan dari tipe 1 dan 2. Umumnya pengulangan terjadi pada dua waktu

pengambilan sampel kemudian virus menghilang dan terdeteksi kembali pada

bulan berikutnya atau virus hilang timbul pada tingkat pool dari waktu ke waktu

pengambilan sampel. Di tingkat peternakan, VAI dapat ditemukan hampir setiap

bulan pada peternakan tipe 1, kecuali bulan Januari pada P1 dan Januari-Februari

pada P2. Pada peternakan tipe 2 VAI lebih jarang ditemukan dan hanya berulang

pada P3 yaitu September, Desember, dan Januari. Sedangkan pada P4 VAI hanya

ditemukan di bulan Maret setelah itik dalam peternakan diganti dengan itik yang

dibeli dari peternak lain. Hal ini menunjukkan peran introduksi itik baru dalam

penularan VAI pada peternakan itik angon.

Tabel 2. Virus AI di tiga tipe peternakan itik angon Kabupaten Indramayu.

Peternakan Waktu pengambilan sampel Ct MA Subtipe H5

Tipe 1

September 2009 36-38 -

Oktober 2009 30-35 +

November 2009 25-33 -

Desember 2009 26-38 -

Januari 2009 - -

Februari 2009 36 -

Maret 2009 33-38 +

Tipe 2

September 2009 29-38 -

Oktober 2009 - -

November 2009 - -

Desember 2009 37 -

Januari 2009 29-37 +

Februari 2009 - -

Maret 2009 28-37 +

Tipe 3

September 2009 - -

Oktober 2009 - -

November 2009 - -

Desember 2009 - -

Januari 2009 - -

Februari 2009 - -

Maret 2009 28-37 -

Pengulangan kemunculan VAI dalam peternakan menunjukkan bahwa VAI

bersirkulasi di satu peternakan untuk waktu yang lama dan mungkin melibatkan

lebih dari satu strain virus meskipun shedding virus terjadi dalam rentang waktu

tertentu pada tingkat pool. Penelitian eksperimental pada itik berumur 2-16

Page 58: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

40

minggu yang diinfeksi virus A/Mallard/MN/ 355779/00 (H5N2) mengeluarkan

virus yang terdeteksi dengan RRT-PCR hingga hari ke 16 pascainfeksi kemudian

virus tidak terdeteksi pada hari ke 21 (Costa et al. 2010). Percobaan lain

menunjukkan bahwa itik yang direinokulasi setelah 28 hari pascainfeksi awal

dengan virus yang sama (LPAI H7N2) tidak mengeluarkan virus melalui kloaka

maupun trakhea (Kida et al. 1980). Namun infeksi yang pernah terjadi tidak dapat

melindungi itik terhadap infeksi berikutnya oleh subtipe virus lain. Sebagai

contoh, itik yang diinfeksi subtipe H4N6 terlindungi dari infeksi ulang dengan

virus yang sama tetapi mengeluarkan virion selama 8 hari setelah ditantang

dengan isolat H11N3 (Austin dan Hinshaw 1984).

Tabel 3. Persentase sampel usap kloaka/orofaringeal positif di 6 peternakan itik

Tipe P VAI Sep-N Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Mar-N

1

1MA 0/0 0/33 33/50 17/17 33/17 0/0 0/0 20/0 17/0

H5 0/0 0/0 10/33 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0

2MA 17/0 17/0 33/17 0/0 67/17 0/0 17/0 33/100 33/50

H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/4 0/0

2

3MA 50/50 50/17 0/0 0/0 33/0 67/67 0/0 0/0 0/0

H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 94/71 0/0 0/0 0/0

4MA 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 67/33 50/100

H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 8/0 0/43

3

5MA 0/0 0/0 0/0 17/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0

H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0

6MA 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 100/100 100/100

H5 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0

Virus AI lebih banyak ditemukan pada peternakan tipe 1, diikuti tipe 2, dan

terendah pada peternakan tipe 3 selama periode pengambilan sampel. Pada P1 dan

P2 (tipe 1) terlihat pola pengulangan kemunculan VAI yang mirip satu sama lain.

Pada P3 dan P4 (tipe 2) pengulangan kemunculan VAI hanya terjadi pada P3 yang

memelihara itik hasil penetasan sendiri dengan wilayah angon sempit yaitu

disekitar kandang. Sedangkan pada P4 yang wilayah angonnya lebih luas dan

berinteraksi dengan P2 (tipe 1), VAI terdeteksi pada sampel usap sentinel pada

bulan akhir pengambilan sampel di lokasi yang sama dan setelah keduanya

mengganti itik. Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan wilayah angon mungkin

mempengaruhi kemunculan VAI pada peternakan, sama seperti kontak intensif

antar itik dalam satu peternakan dan introduksi itik baru. Pada P5 dan P6 (tipe 3),

hanya salah satu peternakan yang terdeteksi VAI positif yaitu di akhir

pengambilan sampel sehingga tidak terlihat adanya pengulangan. Perbedaan

Page 59: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

1

2

3

4

5

6

penemuan

VAI sanga

yang sel

mengeluar

mudah un

lebih mud

P6 di akhi

Subtipe H

Viru

(Gambar

diperiksa

terhadap s

positif H5

bahwa itik

saluran pe

Gambar 7

Subt

peternakan

seperti kem

di tingkat

satu petern

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Se

p-0

9 N

Se

p-0

9

Okt-

09

T

n VAI dalam

at dipengaru

lalu dikan

rkan virus i

ntuk dikenda

dah akibat k

ir pengambi

H5

us AI subt

7). Dari t

453 sampe

subtipe H5

5 masing-m

k angon yan

ernafasan di

K

. Distribusi

tipe H5 te

n tipe 1 (P1

munculan v

peternakan

nakan namu

Okt-

09

No

v-0

9

De

s-0

9

Ja

n-1

0

Feb-1

0

Tipe 1

m satu tipe

uhi oleh ke

ndangkan m

influenza A

alikan. Nam

kontak inten

ilan sampel

tipe H5 ha

total 98 sa

el individu

dengan pe

masing 18

ng diteliti m

ibandingkan

Kloaka Or

i temporal V

erdeteksi p

Oktober, P

virus influen

n. Hal ini m

un tidak be

Mar-

10

Mar-

10 N

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

peternakan

adaan lingk

memiliki

A karena ke

mun bila ter

nsif antar it

pada bulan

anya ditemu

ampel pool

u dan didap

rbandingan

(36,7%) da

mengeluarka

n pencernaa

rofaring H

VAI di tiga

pada samp

P2 Maret) d

nza A, subti

menunjukka

rtahan lama

Se

p-0

9 N

Se

p-0

9

Okt-

09

No

v-0

9

Tipe 2

n ini menun

kungan mas

kecenderun

ebersihan da

rjadi infeksi

tik dalam k

n Maret (Tab

ukan pada

l yang pos

pati 49 (10

n sampel us

an 31 (63,3

an VAI subt

an.

H5 Kloaka

tipe peterna

pel usap k

an tipe 2 (P

pe H5 tidak

an bahwa su

a karena ke

De

s-0

9

Ja

n-1

0

Feb-1

0

Mar-

10

Ma

r1

0N

2

njukkan bah

sing-masing

ngan lebih

an keamana

i maka penu

kandang sep

bel 3).

peternakan

sitif terhada

0,9%) samp

sap kloaka d

3%). Hal in

tipe H5 lebi

H5 Orof

akan itik an

kloaka dan

P3 Januari, P

k ditemukan

ubtipe H5

emudian me

Ma

r-1

0N

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Se

p-0

9 N

S0

9

hwa kemun

g peternakan

h sedikit/j

an biologis

ularan juga

perti terjadi

n tipe 1 d

ap influenz

pel yang p

dan orofari

ni menunju

ih sering m

faring

ngon

n orfaringe

P4 Maret). T

n secara beru

dapat munc

enghilang se

Se

p-0

9

Okt-

09

No

v-0

9

De

s-0

9

Ja

n-1

0

Tipe 3

41

nculan

n. Itik

arang

lebih

akan

pada

dan 2

za A,

positif

ingeal

ukkan

elalui

al di

Tidak

ulang

cul di

eiring

Ja

n1

0

Feb-1

0

Mar-

10

Mar-

10 N

Page 60: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

42

kematian itik yang terinfeksi atau pembersihan virus (clearance). Temuan ini

didukung oleh hasil penelitian yang menginfeksi virus H5N1 HPAI maupun LPAI

pada itik dan menghasilkan shedding virus terdeteksi hingga hari ke 11-17

pascainfeksi kemudian virus menghilang (Hulse-Post et al. 2005).

Jumlah VAI subtipe H5 yang ditemukan bervariasi selama pengambilan

sampel. Dilihat dari tipe peternakan, VAI H5 lebih banyak ditemukan pada tipe 2,

diikuti tipe 1, dan tidak ditemukan pada tipe 3 (Tabel 4). Pada P1 dan P2 (tipe 1)

subtipe H5 lebih banyak ditemukan pada sampel usap orofaringeal. Subtipe H5

ditemukan di P1 setelah sebelumnya 10 ekor sentinel mati. Temuan ini membuka

kemungkinan bahwa virus yang ada di peternakan tipe 1 merupakan HPAI pada

itik yang dicirikan oleh virus lebih tinggi/sering ditemukan pada usap orofaringeal

dibandingkan usap kloaka (Sturm-Ramirez et al. 2004; Keawcharoen et al. 2008).

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang menginfeksi itik dengan isolat

HPAI H5N1 setelah 2002 dan menemukan bahwa shedding virus melalui trakhea

secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kloaka (Sturm-Ramirez et al. 2005)

terlepas dari rute infeksi. Penemuan VAI H5 yang kemungkinan merupakan HPAI

pada peternakan tipe 1 yang sepenuhnya memelihara itik dengan cara diangon ini

dikhawatirkan akan berdampak pada penyebaran virus ke lingkungan maupun

unggas lain dalam wilayah yang luas. Hal senada juga dilaporkan oleh Gilbert

(2006) yang menemukan keterkaitan erat antara tingginya H5N1 di Thailand

dengan besarnya jumlah itik angon yang didukung oleh luasnya pertanian basah

serta tingginya populasi unggas darat, dan manusia.

Tabel 4. Virus AI subtipe H5 di peternakan itik angon, Indramayu

Tipe PKeadaan

peternakan

Asal itik Bulan Rute Jml Ct

1

110 ekor sentinel mati Penetasan

sendiri

Oktober kloaka

orofaringeal

1

5

33

29-35

2itik baru, 4 ekor

sentinel mati

Peternakan

lain

Maret orofaringeal 1 36

2

3kematian meningkat,

2 ekor sentinel mati

Penetasan

sendiri

Januari kloaka

orofaringeal

16

12

21-36

19-36

4

itik baru, 3 ekor

sentinel mati

Peternakan

lain

Maret

Maret-

NS

kloaka

orofaringeal

1

13

35

16-36

Page 61: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

Pada

di bulan J

dengan rat

tinggi dib

5,32) dan

tersebut m

positif leb

fekal-oral

yang dipe

infeksi VA

epitel salu

a

b

Gambar 8

a P3 (tipe 2

anuari men

ta-rata kons

bandingkan

27,83 (STD

merupakan v

bih tinggi dib

(Webster e

eroleh pada

AI sebelum

uran pencern

. Distribusi

angon ke

didatangi

bulan pe

menunjuk

2) VAI H5 l

gikuti kema

sentrasi viru

orofaring,

D 5,64). Hal

virus LPAI

bandingkan

et al. 1992

a peternakan

tahun 2002

naan (Webs

i wilayah

eenam pete

peternakan

ngambilan

kkan bulan d

lebih banya

atian 2 itik

us yang diek

terlihat dar

l ini membu

pada itik y

n orofaringe

2). Temuan

n tipe 1 in

2 yang umu

ster et al. 19

angon itik

ernakan dan

n angon pad

sampel (1

ditemukan s

ak ditemuka

sentinel (ter

kskresikan

ri nilai Ct m

uka kemung

yang dicirika

eal dan biasa

yang berto

ni bisa saja

mnya tidak

978).

k Kabupaten

n (b) lokas

da bulan ter

1-6 = Okto

subtipe H5.

an pada sam

rendah dian

melalui klo

masing-mas

gkinan bahw

an oleh jum

anya ditular

olak belaka

terjadi kar

k patogen pa

n Indramay

si peternak

rtentu. Angk

ober-Maret)

mpel usap k

ntara petern

oaka sedikit

sing 27,68

wa VAI H5

mlah usap k

rkan melalu

ang dengan

rena situs u

ada itik adal

yu. (a) wi

kan tipe 3

ka menunju

). Angka m

43

kloaka

akan)

lebih

(STD

di P3

kloaka

ui rute

hasil

utama

lah di

ilayah

yang

ukkan

merah

Page 62: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

44

Meskipun sesama tipe 2 yang memelihara itik dengan cara dikandangkan

dan diangon, P3 memiliki luas wilayah angon yang lebih sempit dibandingkan P4

(Gambar 8). Hal ini menjadi alasan mengapa infeksi VAI H5 lebih tinggi pada P3

dibandingkan P4, mengingat wilayah yang sempit meningkatkan intensitas kontak

antar itik dalam kandang. Temuan ini didukung oleh hasil penelitian yang

melaporkan bahwa kepadatan populasi dapat meningkatkan prevalensi (Okazaki

et al. 2000; Munster et al. 2007; Wallensten et al. 2007).

Pada P4 yang wilayah angonnya lebih luas dibandingkan P3 (sesama tipe 2)

dan berpotongan dengan P2 (tipe 1) di bulan yang sama dengan penemuan VAI

H5 yaitu Maret, subtipe H5 lebih banyak ditemukan pada sampel usap

orofaringeal itik non-sentinel yang baru dibeli dari peternak lain (sama seperti P2)

(Gambar 8). Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa itik sentinel terpapar pada

virus yang dibawa oleh itik baru dari tempat pembibitan meskipun perpotongan

wilayah angon juga dapat berperan dalam meningkatkan kontak itik antar

peternakan. Namun demikian, penularan yang terjadi tidak berlangsung intensif

karena kerenggangan populasi (Hinshaw et al. 1985) sehingga prevalensi VAI H5

pada P4 lebih rendah dibandingkan P3. Keberadaan VAI H5 pada itik angon

dalam penelitian ini menunjukkan indikasi bahwa populasi itik angon berperan

penting sebagai reservoir dan pembawa VAI H5 yang efektif serta berpotensi

mempertahankan keberadaan dan menyebarkan virus ke lingkungan maupun

unggas lain yang rentan.

Page 63: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

SIMPULAN DAN SARAN

Virus AI subtipe H5 hanya ditemukan pada titik waktu tertentu selama

studi, sedangkan VAI non-H5 lebih persisten dalam populasi itik angon. Virus AI

diekskresikan oleh itik secara seimbang melalui rute kloaka dan orofaring

meskipun subtipe H5 lebih banyak diekskresikan melalui orofaring. Itik yang

dikandangkan lebih jarang mengekskresikan VAI dibandingkan itik yang diangon

namun kepadatan populasi kandang mengakibatkan intensitas penularan yang

lebih tinggi. Introduksi itik baru dalam populasi atau interaksi dengan populasi

lain selama masa angon dapat menjadi sarana penularan AI. Keberadaan subtipe

H5 dalam populasi menunjukkan peran itik angon sebagai reservoir dan sumber

penularan AI.

Perlu diperiksa apakah pengulangan kemunculan VAI di satu peternakan

disebabkan oleh virus yang sama dan secara persisten beredar dalam peternakan

atau merupakan hasil introduksi virus yang baru. Patogenisitas VAI H5 yang

ditemukan perlu dikaji lebih lanjut dan kesamaan subtipe H5 yang ditemukan di

peternakan tipe 1 dan 2 yang berbagi wilayah angon perlu diidentifikasi untuk

mengetahui peran perpotongan wilayah dalam penularan virus dan penyebaran

penyakit. Itik sebaiknya dikandangkan dengan memperhatikan faktor kesehatan

agar keamanan biologis lebih mudah untuk dikendalikan. Penemuan VAI H5 pada

peternakan yang menetaskan itik (pembibitan) sendiri dan peternakan yang baru

membeli bibit dari peternakan lain memberi petunjuk bahwa kegiatan pengawasan

aktif perlu dilakukan agar peternakan pembibitan tidak menjadi sumber

penyebaran virus.

Page 64: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Moneim AS, Afifi MA, El-Kady MF. 2011. Genetic drift evolution under

vaccination pressure among H5N1 Egyptian isolates. Virol J 8283.

Abdelwhab EM, Hafez HM. 2011. An overview of the epidemic of highly

pathogenic H5N1 avian influenza virus in Egypt: epidemiology and

control challenges. Epidemiol Infect 139(5): 647-657.

Aguero M, San Miguel E, Sanchez A, Gomez-Tejedor C, Jimenez-Clavero MA.

2007. A fully automated procedure for the high-throughput detection of

avian influenza virus by real-time reverse transcription-polymerase chain

reaction. Avian Dis 51(1 Suppl): 235-241.

Austin FJ, Hinshaw VS. 1984. The isolation of influenza A viruses and

paramyxoviruses from feral ducks in New Zealand. Aust J Exp Biol Med

Sci 62 ( Pt 3)355-360.

Bahl J, Vijaykrishna D, Holmes EC, Smith GJ, Guan Y. 2009. Gene flow and

competitive exclusion of avian influenza A virus in natural reservoir hosts.

Virology 390(2): 289-297.

Baigent SJ, McCauley JW. 2001. Glycosylation of haemagglutinin and stalk-

length of neuraminidase combine to regulate the growth of avian influenza

viruses in tissue culture. Virus Res 79(1-2): 177-185.

[BALITVET] Balai Penelitian Veteriner. 2006. Kajian Epidemiologi Penyakit

Avian Influenza (AI) pada Unggas dan Hewan Lainnya, disajikan pada:

Evaluasi Hasil Penelitian Avian Influenza. Deptan. 19-20 Desember 2006.

Bancroft CT, Parslow TG. 2002. Evidence for segment-nonspecific packaging of

the influenza a virus genome. J Virol 76(14): 7133-7139.

Beare AS, Webster RG. 1991. Replication of avian influenza viruses in humans.

Arch Virol 119(1-2): 37-42.

Boni MF, Zhou Y, Taubenberger JK, Holmes EC. 2008. Homologous

recombination is very rare or absent in human influenza A virus. J Virol

82(10): 4807-4811.

Boutros PC, Okey AB. 2004. PUNS: transcriptomic- and genomic-in silico PCR

for enhanced primer design. Bioinformatics 20(15): 2399-2400.

Bouvier NM, Palese P. 2008. The biology of influenza viruses. Vaccine 26 Suppl

4D49-53.

Brown JD, Stallknecht DE, Beck JR, Suarez DL, Swayne DE. 2006.

Susceptibility of North American ducks and gulls to H5N1 highly

pathogenic avian influenza viruses. Emerg Infect Dis 12(11): 1663-1670.

Buonagurio DA, Coleman JW, Patibandla SA, Prabhakar BS, Tatem JM. 1999.

Direct detection of Sabin poliovirus vaccine strains in stool specimens of

first-dose vaccinees by a sensitive reverse transcription-PCR method. J

Clin Microbiol 37(2): 283-289.

Page 65: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

47

Campitelli L, Mogavero E, De Marco MA, Delogu M, Puzelli S, Frezza F,

Facchini M, Chiapponi C, Foni E, Cordioli P, Webby R, Barigazzi G,

Webster RG, Donatelli I. 2004. Interspecies transmission of an H7N3

influenza virus from wild birds to intensively reared domestic poultry in

Italy. Virology 323(1): 24-36.

Cattoli G, Drago A, Maniero S, Toffan A, Bertoli E, Fassina S, Terregino C,

Robbi C, Vicenzoni G, Capua I. 2004. Comparison of three rapid detection

systems for type A influenza virus on tracheal swabs of experimentally

and naturally infected birds. Avian Pathol 33(4): 432-437.

Chen H, Deng G, Li Z, Tian G, Li Y, Jiao P, Zhang L, Liu Z, Webster RG, Yu K.

2004. The evolution of H5N1 influenza viruses in ducks in southern

China. Proc Natl Acad Sci U S A 101(28): 10452-10457.

Chen J, Lee KH, Steinhauer DA, Stevens DJ, Skehel JJ, Wiley DC. 1998.

Structure of the hemagglutinin precursor cleavage site, a determinant of

influenza pathogenicity and the origin of the labile conformation. Cell

95(3): 409-417.

Chen R, Holmes EC. 2006. Avian influenza virus exhibits rapid evolutionary

dynamics. Mol Biol Evol 23(12): 2336-2341.

Chen R, Holmes EC. 2010. Hitchhiking and the population genetic structure of

avian influenza virus. J Mol Evol 70(1): 98-105.

Chien CY, Xu Y, Xiao R, Aramini JM, Sahasrabudhe PV, Krug RM, Montelione

GT. 2004. Biophysical characterization of the complex between double-

stranded RNA and the N-terminal domain of the NS1 protein from

influenza A virus: evidence for a novel RNA-binding mode. Biochemistry

43(7): 1950-1962.

Collins RA, Ko LS, Fung KY, Chan KY, Xing J, Lau LT, Yu AC. 2003. Rapid

and sensitive detection of avian influenza virus subtype H7 using NASBA.

Biochem Biophys Res Commun 300(2): 507-515.

Collins RA, Ko LS, So KL, Ellis T, Lau LT, Yu AC. 2002. Detection of highly

pathogenic and low pathogenic avian influenza subtype H5 (Eurasian

lineage) using NASBA. J Virol Methods 103(2): 213-225.

Colman PM, Varghese JN, Laver WG. 1983. Structure of the catalytic and

antigenic sites in influenza virus neuraminidase. Nature 303(5912): 41-44.

Coloma R, Valpuesta JM, Arranz R, Carrascosa JL, Ortin J, Martin-Benito J.

2009. The structure of a biologically active influenza virus

ribonucleoprotein complex. PLoS Pathog 5(6): e1000491.

Cone RW, Hobson AC, Huang ML. 1992. Coamplified positive control detects

inhibition of polymerase chain reactions. J Clin Microbiol 30(12): 3185-

3189.

Cooley AJ, Van Campen H, Philpott MS, Easterday BC, Hinshaw VS. 1989.

Pathological lesions in the lungs of ducks infected with influenza A

viruses. Vet Pathol 26(1): 1-5.

Page 66: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

48

Costa TP, Brown JD, Howerth EW, Stallknecht DE. 2010. The effect of age on

avian influenza viral shedding in mallards (Anas platyrhynchos). Avian

Dis 54(1 Suppl): 581-585.

Couceiro JN, Paulson JC, Baum LG. 1993. Influenza virus strains selectively

recognize sialyloligosaccharides on human respiratory epithelium; the role

of the host cell in selection of hemagglutinin receptor specificity. Virus

Res 29(2): 155-165.

Cros JF, Palese P. 2003. Trafficking of viral genomic RNA into and out of the

nucleus: influenza, Thogoto and Borna disease viruses. Virus Res 95(1-2):

3-12.

Cross KJ, Wharton SA, Skehel JJ, Wiley DC, Steinhauer DA. 2001. Studies on

influenza haemagglutinin fusion peptide mutants generated by reverse

genetics. EMBO J 20(16): 4432-4442.

Das A, Spackman E, Senne D, Pedersen J, Suarez DL. 2006. Development of an

internal positive control for rapid diagnosis of avian influenza virus

infections by real-time reverse transcription-PCR with lyophilized

reagents. J Clin Microbiol 44(9): 3065-3073.

De Clercq E. 2006. Antiviral agents active against influenza A viruses. Nat Rev

Drug Discov 5(12): 1015-1025.

Di Trani L, Bedini B, Donatelli I, Campitelli L, Chiappini B, De Marco MA,

Delogu M, Buonavoglia C, Vaccari G. 2006. A sensitive one-step real-

time PCR for detection of avian influenza viruses using a MGB probe and

an internal positive control. BMC Infect Dis 687.

[Dinkes-Jabar] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2010. Deteksi Dini

AI/Avian Influenza. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. http://www.

diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubArtikel &idMenuKiri=10&id

Artikel=634 [13 Februari 2011].

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Statistik peternakan 2010

Direktorat Jenderal Peternakan. http://ditjennak.deptan.go.id/ [11 Februari

2011].

Dudek SE, Wixler L, Nordhoff C, Nordmann A, Anhlan D, Wixler V, Ludwig S.

2011. The influenza virus PB1-F2 protein has interferon antagonistic

activity. Biol Chem 392(12): 1135-1144.

Dugan VG, Chen R, Spiro DJ, Sengamalay N, Zaborsky J, Ghedin E, Nolting J,

Swayne DE, Runstadler JA, Happ GM, Senne DA, Wang R, Slemons RD,

Holmes EC, Taubenberger JK. 2008. The evolutionary genetics and

emergence of avian influenza viruses in wild birds. PLoS Pathog 4(5):

e1000076.

Dybkaer K, Munch M, Handberg KJ, Jorgensen PH. 2004. Application and

evaluation of RT-PCR-ELISA for the nucleoprotein and RT-PCR for

detection of low-pathogenic H5 and H7 subtypes of avian influenza virus.

J Vet Diagn Invest 16(1): 51-56.

Page 67: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

49

Elvinger F, Akey BL, Senne DA, Pierson FW, Porter-Spalding BA, Spackman E,

Suarez DL. 2007. Characteristics of diagnostic tests used in the 2002 low-

pathogenicity avian influenza H7N2 outbreak in Virginia. J Vet Diagn

Invest 19(4): 341-348.

Fitch WM, Bush RM, Bender CA, Cox NJ. 1997. Long term trends in the

evolution of H(3) HA1 human influenza type A Proceedings of the

National Academy of Sciences 94(15): 7712-7718 .

[FKH-IPB] Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 2006. Kajian

terhadap Karakter Virus Avian Influenza (AI) pada Unggas Air sebagai

Dasar Pengendalian AI. Laporan: Akhir. Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor.

Fouchier RA, Munster V, Wallensten A, Bestebroer TM, Herfst S, Smith D,

Rimmelzwaan GF, Olsen B, Osterhaus AD. 2005. Characterization of a

novel influenza A virus hemagglutinin subtype (H16) obtained from

black-headed gulls. J Virol 79(5): 2814-2822.

Fujii Y, Goto H, Watanabe T, Yoshida T, Kawaoka Y. 2003. Selective

incorporation of influenza virus RNA segments into virions. Proc Natl

Acad Sci U S A 100(4): 2002-2007.

Gambaryan A, Tuzikov A, Pazynina G, Bovin N, Balish A, Klimov A. 2006.

Evolution of the receptor binding phenotype of influenza A (H5) viruses.

Virology 344(2): 432-438.

Gambotto A, Barratt-Boyes SM, de Jong MD, Neumann G, Kawaoka Y. 2008.

Human infection with highly pathogenic H5N1 influenza virus. Lancet

371(9622): 1464-1475.

Gilbert M, Chaitaweesub P, Parakamawongsa T, Premashthira S, Tiensin T,

Kalpravidh W, Wagner H, Slingenbergh J. 2006. Free-grazing ducks and

highly pathogenic avian influenza, Thailand. Emerg Infect Dis 12(2): 227-

234.

Gilbert M, Xiao X, Pfeiffer DU, Epprecht M, Boles S, Czarnecki C, Chaitaweesub

P, Kalpravidh W, Minh PQ, Otte MJ, Martin V, Slingenbergh J. 2008.

Mapping H5N1 highly pathogenic avian influenza risk in Southeast Asia.

Proc Natl Acad Sci U S A 105(12): 4769-4774.

Guu TS, Dong L, Wittung-Stafshede P, Tao YJ. 2008. Mapping the domain

structure of the influenza A virus polymerase acidic protein (PA) and its

interaction with the basic protein 1 (PB1) subunit. Virology 379(1): 135-

142.

Hale AD, Green J, Brown DW. 1996. Comparison of four RNA extraction

methods for the detection of small round structured viruses in faecal

specimens. J Virol Methods 57(2): 195-201.

Hatada E, Fukuda R. 1992. Binding of influenza A virus NS1 protein to dsRNA in

vitro. J Gen Virol 73 ( Pt 12)3325-3329.

Page 68: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

50

Heine H, Trinidad L, Selleck P. 2005. Influenza virus type A and H5-specific real-

time reverse transcription (RRT)-PCR for detection of Asian H5N1

isolates. Australian Animal Health Laboratory.

Heine HG, Trinidad L, Selleck P, Lowther S. 2007. Rapid detection of highly

pathogenic avian influenza H5N1 virus by TaqMan reverse transcriptase-

polymerase chain reaction. Avian Dis 51(1 Suppl): 370-372.

Hinshaw VS, Wood JM, Webster RG, Deibel R, Turner B. 1985. Circulation of

influenza viruses and paramyxoviruses in waterfowl originating from two

different areas of North America. Bull World Health Organ 63(4): 711-

719.

Hoffmann B, Harder T, Starick E, Depner K, Werner O, Beer M. 2007. Rapid and

highly sensitive pathotyping of avian influenza A H5N1 virus by using

real-time reverse transcription-PCR. J Clin Microbiol 45(2): 600-603.

Hoffmann E, Lipatov AS, Webby RJ, Govorkova EA, Webster RG. 2005. Role of

specific hemagglutinin amino acids in the immunogenicity and protection

of H5N1 influenza virus vaccines. Proc Natl Acad Sci U S A 102(36):

12915-12920.

Holmes EC, Ghedin E, Miller N, Taylor J, Bao Y, St George K, Grenfell BT,

Salzberg SL, Fraser CM, Lipman DJ, Taubenberger JK. 2005. Whole-

genome analysis of human influenza A virus reveals multiple persistent

lineages and reassortment among recent H3N2 viruses. PLoS Biol 3(9):

e300.

Hulse-Post DJ, Sturm-Ramirez KM, Humberd J, Seiler P, Govorkova EA, Krauss

S, Scholtissek C, Puthavathana P, Buranathai C, Nguyen TD, Long HT,

Naipospos TS, Chen H, Ellis TM, Guan Y, Peiris JS, Webster RG. 2005.

Role of domestic ducks in the propagation and biological evolution of

highly pathogenic H5N1 influenza viruses in Asia. Proc Natl Acad Sci U S

A 102(30): 10682-10687.

Hulse DJ, Webster RG, Russell RJ, Perez DR. 2004. Molecular Determinants

within the Surface Proteins Involved in the Pathogenicity of H5N1

Influenza Viruses in Chickens. Journal of Virology 78(18): 9954-9964.

Keawcharoen J, van Riel D, van Amerongen G, Bestebroer T, Beyer WE, van

Lavieren R, Osterhaus AD, Fouchier RA, Kuiken T. 2008. Wild ducks as

long-distance vectors of highly pathogenic avian influenza virus (H5N1).

Emerg Infect Dis 14(4): 600-607.

Kida H, Yanagawa R, Matsuoka Y. 1980. Duck influenza lacking evidence of

disease signs and immune response. Infect Immun 30(2): 547-553.

Kishida N, Sakoda Y, Isoda N, Matsuda K, Eto M, Sunaga Y, Umemura T, Kida

H. 2005. Pathogenicity of H5 influenza viruses for ducks. Arch Virol

150(7): 1383-1392.

Koch WH. 2004. Technology platforms for pharmacogenomic diagnostic assays.

Nat Rev Drug Discov 3(9): 749-761.

Page 69: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

51

Krauss S, Obert CA, Franks J, Walker D, Jones K, Seiler P, Niles L, Pryor SP,

Obenauer JC, Naeve CW, Widjaja L, Webby RJ, Webster RG. 2007.

Influenza in migratory birds and evidence of limited intercontinental virus

exchange. PLoS Pathog 3(11): e167.

Krauss S, Walker D, Pryor SP, Niles L, Chenghong L, Hinshaw VS, Webster RG.

2004. Influenza A viruses of migrating wild aquatic birds in North

America. Vector Borne Zoonotic Dis 4(3): 177-189.

Krug RM. 1981. Priming of influenza viral RNA transcription by capped

heterologous RNAs. Curr Top Microbiol Immunol 93125-149.

Lakadamyali M, Rust RMJ, Zhuang X. 2004. Endocytosis of influenza viruses.

Microbes and Infection 6(10): 929–936.

Lee C-W, Saif YM. 2009. Avian Influenza Virus. Comparative Immunology,

Microbiology and Infectious Diseases 32(4): 301–310.

Lee CW, Senne DA, Suarez DL. 2004. Effect of vaccine use in the evolution of

Mexican lineage H5N2 avian influenza virus. J Virol 78(15): 8372-8381.

Lee CW, Suarez DL. 2004. Application of real-time RT-PCR for the quantitation

and competitive replication study of H5 and H7 subtype avian influenza

virus. J Virol Methods 119(2): 151-158.

Li KS, Guan Y, Wang J, Smith GJ, Xu KM, Duan L, Rahardjo AP, Puthavathana

P, Buranathai C, Nguyen TD, Estoepangestie AT, Chaisingh A,

Auewarakul P, Long HT, Hanh NT, Webby RJ, Poon LL, Chen H,

Shortridge KF, Yuen KY, Webster RG, Peiris JS. 2004. Genesis of a

highly pathogenic and potentially pandemic H5N1 influenza virus in

eastern Asia. Nature 430(6996): 209-213.

Li X, Palese P. 1994. Characterization of the polyadenylation signal of influenza

virus RNA. J Virol 68(2): 1245-1249.

Martin K, Helenius A. 1991. Transport of incoming influenza virus nucleocapsids

into the nucleus. J Virol 65(1): 232-244.

Matrosovich M, Zhou N, Kawaoka Y, Webster R. 1999. The surface

glycoproteins of H5 influenza viruses isolated from humans, chickens, and

wild aquatic birds have distinguishable properties. J Virol 73(2): 1146-

1155.

Matrosovich MN, Matrosovich TY, Gray T, Roberts NA, Klenk HD. 2004.

Human and avian influenza viruses target different cell types in cultures of

human airway epithelium. Proc Natl Acad Sci U S A 101(13): 4620-4624.

Monne I, Ormelli S, Salviato A, De Battisti C, Bettini F, Salomoni A, Drago A,

Zecchin B, Capua I, Cattoli G. 2008. Development and validation of a

one-step real-time PCR assay for simultaneous detection of subtype H5,

H7, and H9 avian influenza viruses. J Clin Microbiol 46(5): 1769-1773.

Munch M, Nielsen LP, Handberg KJ, Jorgensen PH. 2001. Detection and

subtyping (H5 and H7) of avian type A influenza virus by reverse

transcription-PCR and PCR-ELISA. Arch Virol 146(1): 87-97.

Page 70: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

52

Munster VJ, Baas C, Lexmond P, Waldenstrom J, Wallensten A, Fransson T,

Rimmelzwaan GF, Beyer WE, Schutten M, Olsen B, Osterhaus AD,

Fouchier RA. 2007. Spatial, temporal, and species variation in prevalence

of influenza A viruses in wild migratory birds. PLoS Pathog 3(5): e61.

Munster VJ, Fouchier RAM. 2009. Avian influenza virus: Of virus and bird

ecology. Vaccine 27(45): 6340-6344.

Murakami M, Towatari T, Ohuchi M, Shiota M, Akao M, Okumura Y, Parry MA,

Kido H. 2001. Mini-plasmin found in the epithelial cells of bronchioles

triggers infection by broad-spectrum influenza A viruses and Sendai virus.

Eur J Biochem 268(10): 2847-2855.

Murphy FA, Gibbs EJP, Horzinek MC, Studdert MJ. 1999. Veterinary Virology:

Academic Press.

Mutinelli F, Hablovarid H, Capua I. 2003. Avian embryo susceptibility to Italian

H7N1 avian influenza viruses belonging to different lineages. Avian Dis

47(3 Suppl): 1145-1149.

Neirynck S, Deroo T, Saelens X, Vanlandschoot P, Jou WM, Fiers W. 1999. A

universal influenza A vaccine based on the extracellular domain of the M2

protein. Nat Med 5(10): 1157-1163.

Nemeroff ME, Qian XY, Krug RM. 1995. The influenza virus NS1 protein forms

multimers in vitro and in vivo. Virology 212(2): 422-428.

O'Neill RE, Talon J, Palese P. 1998. The influenza virus NEP (NS2 protein)

mediates the nuclear export of viral ribonucleoproteins. EMBO J 17(1):

288-296.

[OIE] Office International des Epizooties. 2008a. Principles of validation of

diagnostic assays for infectious diseases, dalam: Manual of Diagnostic

Tests and Vaccines for Terrestrial Animals.

[OIE] Office International des Epizooties. 2008b. Validation and quality control

of polymerase chain reaction methods used for the diagnosis of infectious

diseases animals, dalam: Manual of diagnostic tests and vaccines for

terrestrial. hlm: 46-55. Paris.

[OIE] Office International des Epizooties. 2009. Avian Influenza, dalam: OIE

Terrestrial Manual 2009. hlm: 1-20. Paris.

[OIE] Office International des Epizooties. 2012. Detailed country (ies) disease

incidence. Office International Des Epizooties. http://web.oie.int/

wahis/public.php [12 Januari 2012].

Okazaki K, Takada A, Ito T, Imai M, Takakuwa H, Hatta M, Ozaki H, Tanizaki T,

Nagano T, Ninomiya A, Demenev VA, Tyaptirganov MM, Karatayeva

TD, Yamnikova SS, Lvov DK, Kida H. 2000. Precursor genes of future

pandemic influenza viruses are perpetuated in ducks nesting in Siberia.

Arch Virol 145(5): 885-893.

Olsen B, Munster VJ, Wallensten A, Waldenstrom J, Osterhaus AD, Fouchier

RA. 2006. Global patterns of influenza a virus in wild birds. Science

312(5772): 384-388.

Page 71: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

53

Palese P, Shaw M. 2007. Orthomyxoviridae: The Viruses and Their Replication,

dalam: Fields Virology, editor: D Knipe, P Howley. hlm: 1647-1690.

Philadelphia, Lippicott: Williams & Wilkins.

Palese P, Tobita K, Ueda M, Compans RW. 1974. Characterization of temperature

sensitive influenza virus mutants defective in neuraminidase. Virology

61(2): 397-410.

Pantin-Jackwood MJ, Swayne DE. 2007. Pathobiology of Asian highly

pathogenic avian influenza H5N1 virus infections in ducks. Avian Dis

51(1 Suppl): 250-259.

Park CH, Ishinaka M, Takada A, Kida H, Kimura T, Ochiai K, Umemura T. 2002.

The invasion routes of neurovirulent A/Hong Kong/483/97 (H5N1)

influenza virus into the central nervous system after respiratory infection

in mice. Arch Virol 147(7): 1425-1436.

Payungporn S, Chutinimitkul S, Chaisingh A, Damrongwantanapokin S,

Buranathai C, Amonsin A, Theamboonlers A, Poovorawan Y. 2006.

Single step multiplex real-time RT-PCR for H5N1 influenza A virus

detection. J Virol Methods 131(2): 143-147.

Perez DR, Webby RJ, Hoffmann E, Webster RG. 2003. Land-based birds as

potential disseminators of avian mammalian reassortant influenza A

viruses. Avian Dis 47(3 Suppl): 1114-1117.

Perkins LE, Swayne DE. 2002. Pathogenicity of a Hong Kong-origin H5N1

highly pathogenic avian influenza virus for emus, geese, ducks, and

pigeons. Avian Dis 46(1): 53-63.

Petrich A, Mahony J, Chong S, Broukhanski G, Gharabaghi F, Johnson G, Louie

L, Luinstra K, Willey B, Akhaven P, Chui L, Jamieson F, Louie M,

Mazzulli T, Tellier R, Smieja M, Cai W, Chernesky M, Richardson SE.

2006. Multicenter comparison of nucleic acid extraction methods for

detection of severe acute respiratory syndrome coronavirus RNA in stool

specimens. J Clin Microbiol 44(8): 2681-2688.

Pinto LH, Holsinger LJ, Lamb RA. 1992. Influenza virus M2 protein has ion

channel activity. Cell 69(3): 517-528.

Qian XY, Chien CY, Lu Y, Montelione GT, Krug RM. 1995. An amino-terminal

polypeptide fragment of the influenza virus NS1 protein possesses specific

RNA-binding activity and largely helical backbone structure. RNA 1(9):

948-956.

Rambaut A, Pybus OG, Nelson MI, Viboud C, Taubenberger JK, Holmes EC.

2008. The genomic and epidemiological dynamics of human influenza A

virus. Nature 453(7195): 615-619.

Robertson JS, Schubert M, Lazzarini RA. 1981. Polyadenylation sites for

influenza virus mRNA. J Virol 38(1): 157-163.

Sharp GB, Kawaoka Y, Jones DJ, Bean WJ, Pryor SP, Hinshaw V, Webster RG.

1997. Coinfection of wild ducks by influenza A viruses: distribution

patterns and biological significance. J Virol 71(8): 6128-6135.

Page 72: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

54

Sheu TG, Fry AM, Garten RJ, Deyde VM, Shwe T, Bullion L, Peebles PJ, Li Y,

Klimov AI, Gubareva LV. 2011. Dual resistance to adamantanes and

oseltamivir among seasonal influenza A(H1N1) viruses: 2008-2010. J

Infect Dis 203(1): 13-17.

Shortridge KF, Underwood PA, King AP. 1990. Antigenic stability of H3

influenza viruses in the domestic duck population of southern China. Arch

Virol 114(1-2): 121-136.

Sieczkarski SB, Whittaker GR. 2005. Characterization of the host cell entry of

filamentous influenza virus. Arch Virol 150(9): 1783-1796.

Silvano FD, Yoshikawa M, Shimada A, Otsuki K, Umemura T. 1997. Enhanced

neuropathogenicity of avian influenza A virus by passages through air sac

and brain of chicks. J Vet Med Sci 59(3): 143-148.

Slepushkin VA, Katz JM, Black RA, Gamble WC, Rota PA, Cox NJ. 1995.

Protection of mice against influenza A virus challenge by vaccination with

baculovirus-expressed M2 protein. Vaccine 13(15): 1399-1402.

Slomka MJ, Coward VJ, Banks J, Londt BZ, Brown IH, Voermans J, Koch G,

Handberg KJ, Jorgensen PH, Cherbonnel-Pansart M, Jestin V, Cattoli G,

Capua I, Ejdersund A, Thoren P, Czifra G. 2007a. Identification of

sensitive and specific avian influenza polymerase chain reaction methods

through blind ring trials organized in the European Union. Avian Dis 51(1

Suppl): 227-234.

Slomka MJ, Pavlidis T, Banks J, Shell W, McNally A, Essen S, Brown IH. 2007b.

Validated H5 Eurasian real-time reverse transcriptase-polymerase chain

reaction and its application in H5N1 outbreaks in 2005-2006. Avian Dis

51(1 Suppl): 373-377.

Smith GJ, Naipospos TS, Nguyen TD, de Jong MD, Vijaykrishna D, Usman TB,

Hassan SS, Nguyen TV, Dao TV, Bui NA, Leung YH, Cheung CL,

Rayner JM, Zhang JX, Zhang LJ, Poon LL, Li KS, Nguyen VC, Hien TT,

Farrar J, Webster RG, Chen H, Peiris JS, Guan Y. 2006. Evolution and

adaptation of H5N1 influenza virus in avian and human hosts in Indonesia

and Vietnam. Virology 350(2): 258-268.

Songserm T, Jam-on R, Sae-Heng N, Meemak N, Hulse-Post DJ, Sturm-Ramirez

KM, Webster RG. 2006. Domestic ducks and H5N1 influenza epidemic,

Thailand. Emerg Infect Dis 12(4): 575-581.

Spackman E, Senne DA, Myers TJ, Bulaga LL, Garber LP, Perdue ML, Lohman

K, Daum LT, Suarez DL. 2002. Development of a real-time reverse

transcriptase PCR assay for type A influenza virus and the avian H5 and

H7 hemagglutinin subtypes. J Clin Microbiol 40(9): 3256-3260.

Spackman E, Suarez DL. 2005. Use of a novel virus inactivation method for a

multicenter avian influenza real-time reverse transcriptase-polymerase

chain reaction proficiency study. J Vet Diagn Invest 17(1): 76-80.

Spackman E, Suarez DL. 2008. Type A influenza virus detection and quantitation

by real-time RT-PCR. Methods Mol Biol 43619-26.

Page 73: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

55

Stallknecht DE, Shane SM, Kearney MT, Zwank PJ. 1990. Persistence of avian

influenza viruses in water. Avian Dis 34(2): 406-411.

Starick E, Romer-Oberdorfer A, Werner O. 2000. Type- and subtype-specific RT-

PCR assays for avian influenza A viruses (AIV). J Vet Med B Infect Dis

Vet Public Health 47(4): 295-301.

Stegmann T. 2000. Membrane fusion mechanisms: the influenza hemagglutinin

paradigm and its implications for intracellular fusion. Traffic 1(8): 598-

604.

Steinhauer DA. 1999. Role of hemagglutinin cleavage for the pathogenicity of

influenza virus. Virology 258(1): 1-20.

Stohr K. 2002. Influenza--WHO cares. Lancet Infect Dis 2(9): 517.

Sturm-Ramirez KM, Ellis T, Bousfield B, Bissett L, Dyrting K, Rehg JE, Poon L,

Guan Y, Peiris M, Webster RG. 2004. Reemerging H5N1 influenza

viruses in Hong Kong in 2002 are highly pathogenic to ducks. J Virol

78(9): 4892-4901.

Sturm-Ramirez KM, Hulse-Post DJ, Govorkova EA, Humberd J, Seiler P,

Puthavathana P, Buranathai C, Nguyen TD, Chaisingh A, Long HT,

Naipospos TS, Chen H, Ellis TM, Guan Y, Peiris JS, Webster RG. 2005.

Are ducks contributing to the endemicity of highly pathogenic H5N1

influenza virus in Asia? J Virol 79(17): 11269-11279.

Suarez DL, Das A, Ellis E. 2007. Review of rapid molecular diagnostic tools for

avian influenza virus. Avian Dis 51(1 Suppl): 201-208.

Suarez DL, Schultz-Cherry S. 2000. Immunology of avian influenza virus: a

review. Dev Comp Immunol 24(2-3): 269-283.

Suswono. 2011a. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2921/Kpts/OT.140/6/2011

tentang Penetapan Rumpun Itik Alabio, .

Suswono. 2011b. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2922/Kpts/OT.140/6/2011

tentang Penetapan Rumpun Itik Tegal. .

Suswono. 2011c. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2923/Kpts/OT.140/6/2011

tentang Penetapan Rumpun Itik Pitalah. .

Swayne DE. 2007. Understanding the complex pathobiology of high

pathogenicity avian influenza viruses in birds. Avian Dis 51(1 Suppl): 242-

249.

Taubenberger JK, Morens DM. 2009. Pandemic influenza--including a risk

assessment of H5N1. Rev Sci Tech 28(1): 187-202.

Tewari D, Zellers C, Acland H, Pedersen JC. 2007. Automated extraction of avian

influenza virus for rapid detection using real-time RT-PCR. J Clin Virol

40(2): 142-145.

Tian SF, Buckler-White AJ, London WT, Reck LJ, Chanock RM, Murphy BR.

1985. Nucleoprotein and membrane protein genes are associated with

restriction of replication of influenza A/Mallard/NY/78 virus and its

reassortants in squirrel monkey respiratory tract. J Virol 53(3): 771-775.

Page 74: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

56

van Doremalen N, Shelton H, Roberts KL, Jones IM, Pickles RJ, Thompson CI,

Barclay WS. 2011. A single amino acid in the HA of pH1N1 2009

influenza virus affects cell tropism in human airway epithelium, but not

transmission in ferrets. PLoS One 6(10): e25755.

Varghese JN, Laver WG, Colman PM. 1983. Structure of the influenza virus

glycoprotein antigen neuraminidase at 2.9 A resolution. Nature 303(5912):

35-40.

Vascellari M, Granato A, Trevisan L, Basilicata L, Toffan A, Milani A, Mutinelli

F. 2007. Pathologic findings of highly pathogenic avian influenza virus

A/Duck/Vietnam/12/05 (H5N1) in experimentally infected pekin ducks,

based on immunohistochemistry and in situ hybridization. Vet Pathol

44(5): 635-642.

Wagner R, Matrosovich M, Klenk HD. 2002. Functional balance between

haemagglutinin and neuraminidase in influenza virus infections. Rev Med

Virol 12(3): 159-166.

Wallensten A, Munster VJ, Latorre-Margalef N, Brytting M, Elmberg J, Fouchier

RA, Fransson T, Haemig PD, Karlsson M, Lundkvist A, Osterhaus AD,

Stervander M, Waldenstrom J, Bjorn O. 2007. Surveillance of influenza A

virus in migratory waterfowl in northern Europe. Emerg Infect Dis 13(3):

404-411.

Wang R, Soll L, Dugan V, Runstadler J, Happ G, Slemons RD, Taubenberger JK.

2008. Examining the hemagglutinin subtype diversity among wild duck-

origin influenza A viruses using ethanol-fixed cloacal swabs and a novel

RT-PCR method. Virology 375(1): 182-189.

Wang X, Basler CF, Williams BR, Silverman RH, Palese P, Garcia-Sastre A.

2002. Functional replacement of the carboxy-terminal two-thirds of the

influenza A virus NS1 protein with short heterologous dimerization

domains. J Virol 76(24): 12951-12962.

Wasilenko JL, Lee CW, Sarmento L, Spackman E, Kapczynski DR, Suarez DL,

Pantin-Jackwood MJ. 2008. NP, PB1, and PB2 viral genes contribute to

altered replication of H5N1 avian influenza viruses in chickens. J Virol

82(9): 4544-4553.

Webster RG, Bean WJ, Gorman OT, Chambers TM, Kawaoka Y. 1992. Evolution

and ecology of influenza A viruses. Microbiol Rev 56(1): 152-179.

Webster RG, Hinshaw VS, Bean WJ, Jr. 1977. Antigenic shift in myxoviruses.

Med Microbiol Immunol 164(1-3): 57-68.

Webster RG, Hulse-Post DJ, Sturm-Ramirez KM, Guan Y, Peiris M, Smith G,

Chen H. 2007. Changing epidemiology and ecology of highly pathogenic

avian H5N1 influenza viruses. Avian Dis 51(1 Suppl): 269-272.

Webster RG, Laver WG, Air GM, Schild GC. 1982. Molecular mechanisms of

variation in influenza viruses. Nature 296(5853): 115-121.

Page 75: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

57

Webster RG, Yakhno M, Hinshaw VS, Bean WJ, Murti KG. 1978. Intestinal

influenza: replication and characterization of influenza viruses in ducks.

Virology 84(2): 268-278.

Werner O. 2006. [Classic fowl plague--a review]. Berl Munch Tierarztl

Wochenschr 119(3-4): 140-150.

Wharton SA, Belshe RB, Skehel JJ, Hay AJ. 1994. Role of virion M2 protein in

influenza virus uncoating: specific reduction in the rate of membrane

fusion between virus and liposomes by amantadine. J Gen Virol 75 ( Pt

4)945-948.

[WHO] World Health Organization. 2012. Avian Influenza - Situation in

Indonesia. World Health Organization. http://www.who.int/csr/don/

201201_11/en/index.html [24 Januari 2012].

Wilson IA, Cox NJ. 1990. Structural basis of immune recognition of influenza

virus hemagglutinin. Annu Rev Immunol 8737-771.

Wilson IA, Skehel JJ, Wiley DC. 1981. Structure of the haemagglutinin

membrane glycoprotein of influenza virus at 3 A resolution. Nature

289(5796): 366-373.

Wise HM, Foeglein A, Sun J, Dalton RM, Patel S, Howard W, Anderson EC,

Barclay WS, Digard P. 2009. A complicated message: Identification of a

novel PB1-related protein translated from influenza A virus segment 2

mRNA. J Virol 83(16): 8021-8031.

Wright P, Neumann G, Kawaoka Y. 2007. Orthomyxoviruses, dalam: Fields

Virology, editor: D Knipe, P Howley. hlm: 1691–1740. Philadelphia,

Lippicott: Williams & Wilkins.

Page 76: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

LAMPIRAN

Page 77: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

59

Lam

pir

an 1

. T

abu

lasi

nil

ai C

t MA

dan

H5

di

pet

ern

akan

1

Mare

t N

-S

Oro

fari

ng

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

41

.0

40

.1

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

32

.8

neg

neg

Ma

ret

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg NS

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - -

NS

NS

neg NS

NS - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

37

.2

NS

neg

Feb

rua

ri

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

NS

NS

NS

NS

NS

NS

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

NS

NS

NS

NS

NS

NS

Ja

nu

ari

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Des

emb

er

Oro

fari

ng

H5

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

neg NS

neg NS

NS

MA

33

.3

neg

neg

neg

neg

38

.9

Klo

ak

a

H5

neg

neg

neg

neg

neg NS

NS

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

37

.5

26

.0

neg

neg

neg

neg

No

vem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

MA

neg

neg

neg

neg

neg

32

.6

Klo

ak

a

H5

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - -

MA

25

.3

neg

neg

40

.0

neg

neg

Ok

tob

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

neg

neg

neg

33

.2

30

.2

31

.5

28

.9

neg

neg

35

.2

- - - - -

MA

neg

32

.0

neg

34

.0

30

.4

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - -

neg

33

.4

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

30

.7

34

.0

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

Oro

fari

ng

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

MA

37

.5

39

.1

neg

neg

37

.0

39

.8

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

N-S

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Po

ol

1 2 3 4 5 6

Page 78: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

60

Lam

pir

an 2

. T

abu

lasi

nil

ai C

t MA

dan

H5

di

pet

ern

akan

2

Mare

t N

-S

Oro

fari

ng

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

MA

37

.3

38

.0

39

.4

38

.6

34

.4

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - -

MA

neg

37

.2

neg

38

.1

neg

neg

Ma

ret

Oro

fari

ng

H5

NS

neg

neg

neg NS

NS

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

36

.0

NS

NS

neg

neg NS

neg

neg

neg NS

neg

neg

neg

neg

neg

MA

35

.5

36

.2

34

.5

35

.6

35

.0

34

.5

Klo

ak

a

H5

NS

neg

neg

neg NS

NS

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

37

.6

38

.3

neg

neg

neg

neg

Feb

rua

ri

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - -

NS

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg NS

neg

MA

neg

36

.1

neg

neg

neg

40

.0

Ja

nu

ari

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Des

emb

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

neg NS

neg

neg

neg - - - - -

MA

neg

44

.0

38

.6

neg

34

.8

neg

Klo

ak

a

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg NS

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

MA

40

.7

37

.1

31

.6

39

.1

32

.8

37

.2

No

vem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Ok

tob

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

35

.2

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

MA

neg

neg

neg

30

.7

32

.3

neg

Sep

tem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

36

.3

neg

Sep

tem

ber

N-S

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

41

.0

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

36

.2

neg

neg

neg

Po

ol

1 2 3 4 5 6

Page 79: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

61

Lam

pir

an 3

. T

abu

lasi

nil

ai C

t MA

dan

H5

di

pet

ern

akan

3

Mare

t N

-S

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg NS

NS

NS

NS

NS

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg NS

NS

NS

NS

NS

Ma

ret

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Feb

rua

ri

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Ja

nu

ari

Oro

fari

ng

H5

neg

21

.6

33

.7

neg

neg - - - - -

NS

35

.7

neg

24

.3

28

.1

27

.1

neg

35

.9

29

.0

NS - - - - -

19

.1

22

.9

24

.2

neg

32

.4

MA

29

.4

neg

35

.7

36

.1

neg

32

.4

Klo

ak

a

H5

32

.1

22

.7

25

.1

34

.9

28

.0

- - - - -

NS

29

.1

36

.0

36

.1

21

.6

25

.4

neg

35

.2

29

.1

NS - - - - -

21

.1

32

.0

22

.7

neg

32

.1

MA

37

.2

neg

37

.5

37

.0

neg

33

.8

Des

emb

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg NS - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

39

.0

neg

neg

Klo

ak

a

H5

neg

neg

neg

neg NS

neg

neg

neg

neg NS

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

neg

neg

neg

neg NS

neg

neg NS

NS

neg

MA

37

.1

39

.5

43

.9

neg

38

.0

41

.0

No

vem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Ok

tob

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

MA

neg

39

.8

neg

neg

neg

32

.1

Klo

ak

a

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - -

MA

29

.2

30

.7

neg

36

.3

neg

neg

Sep

tem

ber

N-S

Oro

fari

ng

H5

- - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

MA

neg

35

.5

34

.4

37

.9

40

.0

41

.5

Klo

ak

a

H5

- - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

38

.6

neg

neg

neg

neg

neg

neg

MA

neg

41

.0

neg

34

.1

34

.8

35

.7

Po

ol

1 2 3 4 5 6

Page 80: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

62

Lam

pir

an 4

. T

abu

lasi

nil

ai C

t MA

dan

H5

di

pet

ern

akan

4

Mare

t N

-S

Oro

fari

ng

H5

neg

neg

26

.6

21

.4

22

.3

neg

29

.3

neg

neg

neg

neg

26

.9

16

.3

neg

neg

neg

34

.6

35

.0

21

.1

neg

neg

neg

23

.1

25

.4

30

.1

neg

neg

neg

neg

36

.0

MA

31

.9

34

.8

27

.8

34

.2

27

.6

37

.1

Klo

ak

a

H5

- - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - -

MA

neg

38

.1

37

.0

35

.7

neg

neg

Ma

ret

Oro

fari

ng

H5

neg

neg

neg NS

NS - - - - - - - - - -

neg

neg NS

neg

neg NS

NS

neg

neg

neg

neg

neg NS

neg NS

MA

40

.2

neg

neg

38

.1

40

.0

38

.2

Klo

ak

a

H5

neg

neg

neg NS

NS

NS

neg NS

NS

neg

neg

neg

neg NS

neg

neg

neg NS

neg

35

.0

NS

NS

neg

neg

neg

neg

neg NS

38

.2

NS

MA

36

.5

41

.0

35

.4

38

.7

35

.5

35

.0

Feb

rua

ri

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Ja

nu

ari

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Des

emb

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

No

vem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Ok

tob

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

N-S

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Po

ol

1 2 3 4 5 6

Page 81: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

63

Lam

pir

an 5

. T

abu

lasi

nil

ai C

t MA

dan

H5

di

pet

ern

akan

5

Mare

t N

-S

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg NS

NS

NS

NS

NS

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg NS

NS

NS

NS

NS

Ma

ret

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Feb

rua

ri

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Ja

nu

ari

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Des

emb

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

No

vem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - -

neg

neg

neg

neg

neg - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

38

.1

neg

neg

neg

neg

Ok

tob

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

N-S

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg NS

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg NS

Po

ol

1 2 3 4 5 6

Page 82: Kajian Persistensi Dan Penularan Virus Avian Influenza Di … · 2015-11-16 · diperiksa keberadaan virus influenza A dalam pool. ... Program Studi Mikrobiologi Medik SEKOLAH PASCASARJANA

64

Lam

pir

an 6

. T

abu

lasi

nil

ai C

t MA

dan

H5

di

pet

ern

akan

6

Mare

t N

-S

Oro

fari

ng

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

MA

34

.6

35

.6

32

.2

37

.3

36

.6

35

.4

Klo

ak

a

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

MA

33

.3

32

.5

30

.9

28

.6

27

.9

31

.9

Ma

ret

Oro

fari

ng

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

MA

34

.8

33

.2

34

.2

34

.4

33

.7

33

.7

Klo

ak

a

H5

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

neg

MA

31

.7

31

.0

36

.4

33

.7

32

.6

34

.1

Feb

rua

ri

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Ja

nu

ari

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Des

emb

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

neg

neg

neg

neg

neg

MA

neg

neg

neg

neg

neg

38

.6

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

No

vem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Ok

tob

er

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Sep

tem

ber

N-S

Oro

fari

ng

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Klo

ak

a

H5

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

MA

neg

neg

neg

neg

neg

neg

Po

ol

1 2 3 4 5 6