laporan praktikum sirup influenza

30
LAPORAN PRAKTIKUM SIRUP INFLUENZA (DIAFLU ® ) Laporan ini di susun untuk memenuhi tuntutan tugas Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Semisolid dan Liquid Disusun Oleh : Kelompok 4 Farmasi D 2010 Safitri Saptawardani / 3311101159 Dyah Nur Azizah / 3311101160 Ambar Pudjiarti / 3311101161 Ismi Muslimah / 3311101162 Tenny Aulia Ulhaq / 3311101163 R Dellique Dieratu / 3311101164 Meti Ismayanti Umar / 3311101165

Upload: ismikhatmidz6004

Post on 26-Oct-2015

548 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

nvhvjh

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Sirup Influenza

LAPORAN PRAKTIKUM SIRUP INFLUENZA (DIAFLU®)

Laporan ini di susun untuk memenuhi tuntutan tugas Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan

Semisolid dan Liquid

Disusun Oleh :

Kelompok 4 Farmasi D 2010

Safitri Saptawardani / 3311101159

Dyah Nur Azizah / 3311101160

Ambar Pudjiarti / 3311101161

Ismi Muslimah / 3311101162

Tenny Aulia Ulhaq / 3311101163

R Dellique Dieratu / 3311101164

Meti Ismayanti Umar / 3311101165

LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEATAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI 2013

Page 2: Laporan Praktikum Sirup Influenza

BAB I

Pendahuluan

Dalam dunia farmasi terdapat berbagai macam sediaan yang berbentuk cair. Baik berupa

larutan, suspensi, dan emulsi yang sengaja dibuat untuk mempermudah pasien dalam

meminum obat baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak yang seringkali

mendapatkan kesukaran dalam menelan obat berupa padatan ataupun sediaan tablet, pil, dan

sebagainnya. Oleh karena itu jika berbicara mengenai obat-obatan tidak terlepas dari berbagai

macam bentuk sediaannya yang kerap diperbincangkan, akan tetapi bagaimana

kenyamanannya untuk diminum bagi setiap pasien terutam bagi anak-anak yakni sediaan

yang berupa larutan (solutio).

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misalnya

terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling

bercampur. Diantaranya solution dan mixtura tidak ada perbedaan yang pokok. Oleh karena

itu molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan dalam

bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan kesenjangan dosis dan memiliki ketelitian

yang baik jika larutan di encerkan atau dicampur.

Proses pembuatan bentuk sediaan obat didasarkan atas sifat-sifat fisik dan kimia bahan

obat. Sifat fisik bahan obat meliputi bentuk Kristal, hablur, bubuk, tablet, bahan kental

misalnya ekstrak kental, atau bahan setangah padat misalnya lanolinum atau adeps lanae,

higroskopik atau tidak, berwarna atau tidak, ( pada umumnya bahan obat berwarna putih).

dan berat jenisnya. Sifat kimia bahan obat meliputi hal-hal sebagai berikut yaitu bahan

menguap atau tidak, kestabilan dan kelarutan terutama untuk bentuk sediaan cair. Selain sifat-

sifat tersebut, jumlah bahan obat (dalam bobot/volum ) juga berpengaruh dalam urutan

mencampur. Sediaan dalam bentuk cair harus memenuhi 2 persyaratan yaitu homogen dan

stabil.

Larutan atau sediaan cair dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang

ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan memberikan efek sistemik. Kenyataan

bahwa obat-obat itu diberikan dalam bentuk larutan, biasanya berati bahwa absorpsinya

dalam sistem saluran cerna kedalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat

dari pada dalam bentuk sediaan suspensi atau padat dari zat obat yang sama.

Dalam larutan yang diberikan secara oral biasanya terdapat zat-zat terlarut lain selain

dari bahan obat. Bahan-bahan tambahan ini biasanya meliputi pemberi warna, pemberi rasa,

Page 3: Laporan Praktikum Sirup Influenza

pemanis, atau penstabil larutan. Dalam penyusunan formula atau pencampuran suatu larutan

farmasi, ahli-ahli farmasi harus memamfaatkan keterangan tentang kelarutan atau kestabilan

dari masing-masing zat terlarut yang ada dengan memperhatikan pelarut atau sistem pelarut

yang digunakan. Ahli farmasi harus berhati-hati menghadapi penggunaan kombinasi obat

atau bahan-bahan farmasi yang akan menimbulkan interaksi kimia atau fisika yang akan

mempengaruhi mutu terapeutik dan stabilitas farmasetik produk.

Untuk larutan dengan zat terlarut tunggal dan terutama untuk larutan dengan zat terlarut

yang banyak macamnya, ahli farmasi harus mengetahui sifat-sifat kelarutan yang khas dari

zat terlarut dan ciri-ciri melarutkannya dari pelarut farmasi tertentu. Setiap bahan kimia

mempunyai kelarutan sendiri-sendiri dalam pelarut yang digunakan seperti dalam buku

referensi dicantumkan kelarutan yang tepat dari bahan obat dalam pelarut yang lazim.

Pembuatan larutan ini juga bertujuan untuk memudahkan dalam penggunaanya

khususnya pada pasien yang kesulitan menelan yablet dengan utuh, terutama pada anak-anak

yang sukar menelan. Selain itu ada beberapa factor pembuatan sediaan larutan yaitu

disolusi ,didefinisikan sebagai proses dimana sesuatu zat padat masuk kedalam pelarut

menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat

melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam

penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses

disolusi yang melibatakan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses pambahasan sediaan,

kamampuan penetrasi media disolusi kedalam sediaan, proses pengembangangan, proses

disentegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi

karakteristik disolusi obat dari sediaan.

Lepasnya suatu obat dari sistem pemberian meliputi factor disolousi dan difusi. Laju

disolusi adalah sebagai salah satu factor yang meliputi dan mempengaruhi pelepasan obat.

Oleh karena itu, pembuatan larutan tidak hanya untuk oral tetapi lebih berkembang lagi

sehingga memudahkan pasien dalam menggunakannya atau memilih misalnya : larutan

topikal, injeksi, tetes mata, infusa dan gargarisma.

Tetapi ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam pembutan larutan, misalnya cara

melarutkan, factor yang mempengaruhi kelarutan, dan perhitungan dosisnya maupun

bahannya dan akan lebih diulas dalam landasan teori dalam laporan ini.

Page 4: Laporan Praktikum Sirup Influenza

BAB II

Tinjauan Pustaka

A.   Pengertian Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut

air suling kecuali dinyatakan lain, dimaksudkan untuk pemakaian obat dalam, obat luar

atau untuk dimasukkan dalam rongga tubuh.

Menurut FI Edisi III hal 32, Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan

kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.

Menurut FI Edisi IV hal 15, Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau

lebih zat kimia terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang

sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.

Jadi, larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih

dalam pelarut, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk

dimasukkan ke dalam rongga tubuh.

Berdasarkan bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menurut cara pemberiannya,

yakni sebagai berikut :

1. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu

atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut

dalam air atau campuran kosolven-air.

2. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali

mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliol.

3. Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan

bahan pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar.

4. Spiritus adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah

menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.

5. Tingtura adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan

tumbuhan atau senyawa kimia.

6. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar

tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai sirup simpleks.

Page 5: Laporan Praktikum Sirup Influenza

Sediaan obat berbentuk larutan :

Menurut kimia fisik banyak sediaan obat yang dapat digolongkan sebagai larutan

tetapi di dalam farmasetika tidak di sebutkan sebagai sediaan larutan. Misalnya :

sirup, spiritus, eliksir, air aromatic, tingtura, ekstrak encer, infusa, imunoserum.

Biasanya bentuk sediaan diatas hanya disebut sebagai golongan sediaan bentuk

cair.sedangkan istilah larutan untuk farmasetika hanya dibatasi pada :

a. Solutiones : bila zat kimia terlarut hanya satu. Contohnya : Garamycin Ophtalmic

0,5% solution untuk mengobati permukaan mata yang terinfeksi mikroorganisme.

b. Mixture yaitu bila zat kimia terlarutnya banyak. Contohnya : mixture

brometorum yaitu mengandung natrium bromide,kalium bromida,dan ammonium

bromide.

B. Monografi Bentuk Sediaan Larutan

Larutan (solutio dan mixture)

1. Eliksir : sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat

mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat

pewangi dan zat pengawet, dan digunakansebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama

eliksir adalah etanol.

2. Sirup :sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali dikatakan lain.

Kadar kadar sakarosa tidak kurang dari 64.0% dan tidak lebih dari 66,0%.

3. Infusa : sediaan cair yang dibuat dengan menyari simsplisia nabati dengan air pada

suhu 90 derajat C selama 15 menit.

4. Air aromatic : sediaan cair yang mengandung bahan berbau harum (minyak

atsiri)yang pelarutnya air.

5. Spiritus aromatik : sediaan cair yang mengandung minyak atsiri yang pelarutnya

alkohol (spritus lavandel, spititus)

C. Komposisi Sediaan Larutan

1. Zat aktif / obat (solut)

2. Bahan pelarut (solvent)

3. Pada larutan oral biasanya diberi bahan tambahan

Page 6: Laporan Praktikum Sirup Influenza

Pewarna (metilen blue), pemberi rasa (orange oil, menthol) pemanis (sorbitol,

sukrosa).

4. Penstabil larutan

5. Kadang-kadang juga dimasukkan bahan pengawet (metal paraben, asam benzoat).

Bahan pengawet tidak diberikan pada larutan untuk mata yang digunakan selama

operasi atau mata trauma.

D. Pembagian Larutan Berdasarkan Jumlah Zat Terlarut

1. Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada pada fase kesetimbangan

(jumlah maksimum) yang dapat dilarutkan oleh zat pelarut.

2. Larutan tidak jenuh : suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi

di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature

tertentu. Yang dapat dibagi lagi atas larutan encer dan larutan kental (dekat kejenuh)

3. Larutan lewat jenuh : suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi

lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperature tertentu. Terdapat juga

zat terlarut yang tidak larut.

E. Pembagian larutan secara umum

1. Larutan sederhana : larutan yang hanya terdiri dari satu jenis zat terlarut

2. Larutan campuran : larutan yang terdiri dua jenis atau lebih zat terlarut

3. Larutan stok :larutan yang dibuat sebagai bahan/ pelarut pada pembuatan resep.

Berdasarkan tujuan penggunaannya larutan dibagi menjadi :

1. Larutan Steril, meliputi larutan untuk pemakaian luar. Semua alat yang digunakan

dalam pembuatan larutan steril, termasuk wadahnya, harus betul-betul bersih sebelum

digunakan. Obat dilarutkan dalam pelarut yang tersedia dan larutan dijernihkan

dengan menyaring, masukkan dalam wadah yang kemudian ditutup dan sterilkan

dengan cara sterlisasi yang sesuai. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar

harus memenuhi syarat yang tertera pada Injectiones. Wadah harus dapat dikosongkan

dengan cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter. Larutan steril harus memenuhi syarat

uji sterilitas yang tertera pada Farmakope Indonesia.

Page 7: Laporan Praktikum Sirup Influenza

2. Larutan nonsteril, meliputi larutan untuk obat dalam, baik obat larutan yang langsung

diminum atau pun larutan yang harus diramu lebih dahulu. Selama pembuatan harus

diperhatikan agar sedapat mungkin harus dihindarkan terjadinya kontaminasi jasad

renik.

3. Larutan antiseptikum mudah sekali dicemari jasad renik yang telah resistan.

Karena itu dalam pembuatan larutan ini harus diperhatikan hal berikut :

Larutan harus dibuat menggunakan air suling atau air yang baru saja dididihkan dan

wadah yang digunakan harus betul-betul bersih, lebih baik disterilkan labih dahulu,

tutup gabus jangan digunakan.

Larutan ini tidak boleh digunakan lebih lama dari satu minggu sejak tutupnya telah

dibuka pertama kali.

F. Istilah-Istilah Kelarutan

Berikut adalah istilah-istilah kelarutan yang digunakan :

Istilah kelarutanJumLah bagian pelarut yang

diperlukan untuk melarutkan

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 – 10

Larut 10 – 30

Agak sukar larut 30 – 100

Sukar larut 100 – 1000

Sangat sukar larut 1000 – 10.000

Praktis tidak larut Lebih dari 10.1000

G. Keuntungan Dan Kerugian Larutan

Kerugian sediaan larutan :

1. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut dan

disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat digunakan.

2. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan

tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.

3. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu

memerlukan penambahan pengawet.

4. Ketetapan dosis tergantung pada kemampuan pasien untuk menakar.

Page 8: Laporan Praktikum Sirup Influenza

5. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam larutan

dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan dapat diberi pemanis

dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman.

Keuntungan sediaan larutan :

1. Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan utnuk bayi,

anak-anak, dan usia lanjut.

2. Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan sehingga tidak

mengalami proses disintegrasi dan pelarutan.

3. Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan

4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan karena larutan akan segera

diencerkan oleh isi lambung.

5. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

H. Sediaan Sirup

Dalam Farmakope Indonesia edisi III,Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang

mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa,C12H22O11,tidak kurang

dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula

atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel,

1989)

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar

tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa

dalam sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirop adalah

larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat

wewangi, merupakan larutan jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol,

atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk

menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat

(Anonim, 1978).

Komponen sirup

Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut didamping air

murni dan semua zat-zat obat yang ada:

Page 9: Laporan Praktikum Sirup Influenza

1. Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula igunakan untuk memberi rasa manis dan

kental 

2. Pengawet anti mikroba. Diantara pengawet-penagawet yang umum digunakan sebagi

sirup denga konsentrasi lasim yang efektif adalah : asam benzoat (0,1-0,2 %), natrium

benzoat (0,1-0,2 %) dan berbagi campuran metil-,profil,dan butil paraben (total ± 0,1

%). Sering kali alkohol digunakan dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan

bahan-bahan yang larut dalam alkohol, tetapi secara normal alkohol tidak ada dalm

produk akhir dalm jumlah yang dianggap cukup sebagai pengawet (15-20 %). 

3. Pembau 

4. Pewarna. Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang

berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan ( misalnya hijau untuk rasa

permen, coklat untuk rasa coklat dan sebaginya). Pewarna yang digunakan umum

larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warna stabil pada

kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi

enounter selama masa penyimpanan. 

5.  Perasa. Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-

bahan yang berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh : minyak

jeruk), vanili dan lain-lainnya. Untuk membuat sirup jamin yang sedap rasanya.

Karena sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam

air yang cukup. Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecill alkohol ditambahkan

kesirup untuk menjamin kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya

dalam air buruk. 

6. Biasanya untuk untuk sirup yang dibuat dalam perdagangan,mengandung pelarut-

pelarut khusus,pembantu kelarutan,kental,dan stabilisator.

Jenis – Jenis Sirup

Ada 3 macam sirup, yaitu :

1. Sirop simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25% b/v.

2. Sirop obat : mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan

digunakan untuk pengobatan.

3. Sirop pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat

penyedap lain. Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa tidak

enak dan bau obat yang tidak enak

Page 10: Laporan Praktikum Sirup Influenza

Keuntungan

1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak - anak).

2. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak - anak karena

rasanya lebih enak dan warna lebih menarik.

3. Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent.

Kerugian

1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.

2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi

beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien.

Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk

pasien.

3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit

(sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).

4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau

eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol,

suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent yang

digunakan.

5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi

yang mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying

agent yang digunakan).

6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat

sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah

dilarutkan haInya beberapa hari).

7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus

pula.

Page 11: Laporan Praktikum Sirup Influenza

I. Pengertian Influenza

Demam, batuk dan pilek sering disebut dengan influenza. Influenza (flu) adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung meler, sakit kepala, batuk, tidak enak badan (malaise) dan peradangan pada selaput lendir hidung dan saluran pernafasan.

Penyebab

Virus influenza tipe A atau B. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita.

Gejala

Influenza berbeda dengan common cold. Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba. Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza. Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4?Celsius. Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur; mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai. Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling dan di belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala. Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair. Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak. Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah wajah. Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya mengalami peradangan ringan. Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak. Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada saluran pernafasan.

Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum banyak cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya dilakukan segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal. Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn, aspirin, ibuprofen atau naproksen. Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.

Page 12: Laporan Praktikum Sirup Influenza

J. Monografi

a. Parasetamol / Asetaminofen

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C8H9NO2 , dihitung terhadap zat anhidrat.

Rumus kimia : C8H9NO2

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol ( 95% ) P, dalam 13

bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian

propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.

Stabilitas : Terhadap pelarut parasetamol sangat stabil dalam air, terhadap pH

waktu paruh dalam larutan terdapat pada pH 6, diperkirakan selama

21,8 tahun penurunannya dikatalis oleh asam dan basa dan waktu

paruhnya 0,73 tahunan pada pH 2,28 tahun pada pH 9.

Sifat farmakologi: Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai efek

mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik).

Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara menghambat

impuls/rangsang nyeri di perifer. Parasetamol menurunkan demam

dengan cara menghambat pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.

Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati berbagai

penyakit seperti sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, flu

dan demam. Parasetamol mempunyai efek mengurangi nyeri pada

radang sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab

peradangan dan pembengkakan sendi.

Efek samping : reaksihipersensitivitas dan kelainan darah

Tempat absorpsi :di absorpsi dengan cepat dan sempurna di saluran cerna

Waktu paruh : konsentrasi tertinggi dalam plasma antara 1 sampai 3 jam

Interaksi obat : Aspirin : konsentrasi tertinggi dalam plasma akan meningkat dengan

adanya aspirin, Kloramfenikol: parasetamol meningkatkan waktu

paruh kloramfenikol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

b. CTM (Klorfenilamin maleat)

Rumus kimia : C16H19ClN2C4H4O4

Berat molekul : 390,87

Page 13: Laporan Praktikum Sirup Influenza

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau; larutan mempunyai pH antara 4

dan 5.

Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut

dalam eter dan benzene

Titik lebur : antara 130o dan 135o C

Stabilitas : mengalami peruraian pada suasana asam

OTT : inkompatibel dengan Kalsium klorida, kanamisin sulfat,

noradrenalinaad tartrat, penobarbital sodium dan meglumine

adipiodone.

Khasiat : antihistamin, sedative

c. Fenilpropanolamin

Rumus molekul: C9H13NOHCl

BM : 187,67

Pemerian : serbuk hablur putih; bau aromatis lemah; dipengaruhi oleh cahaya

Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol; tidak larut dalam eter

Indikasi : meringankan influenza yang disertai gejala demam, pilek, bersin-

bersin, sakit kepala dan batuk.

Efek samping : kerusakan hati pada penggunaan dosis tinggi

d. Nipagin

Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%

C8H8O3 , dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Rumus molekul: C6H6O3

BM : 152,15

Pemerian : hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau

atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar

Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida;

mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

Efek farmakologis : Mekanisme kerja senyawa nipagin adalah dengan menghilangkan

permebilitas membran sehingga isi sitoplasma keluar dan menghambat sistem transport

elekrolit yang lebih efektif terhadap kapang dan khamir. Paraben terabsorpsi dalam

saluran cerna.

Page 14: Laporan Praktikum Sirup Influenza

Peranan di Bidang farmasi : Preservatif dan sebagai zat pengawet yang dirasa baik agar

sediaan tidak menjadi tempat pertumbuhan bakteri.

e. Nipasol

Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C5H10O3 , dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan.

Rumus molekul: C9H10O3

BM : 166,18

Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna

Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam gliserin; mudah larut dalam aseton,

dalam methanol, dalam eter dan dalam propilenglikol.

f. Asam sitrat

Sinonim Acidum citricum. Asam sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu

molekul air. Mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 100,5 % C H

O, dihitung terhadap zat anhidrat.

Rumus kimia : CH2(COOH)C(OH) (COOH)CH2COOH.H2O

Pemerian : hablur bening tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,

putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam, bentuk

hidrat mekar dalam udara kering. Kelarutan sangat mudah larut dalam

air, mudah larut dalam etanol, sukar larut dalam ester.

Kegunaan dalam bidang farmasi : Sequistering agent 0,3-2,0 %; larutan buffer 0,1-2,0

%; penimbul rasa pada sediaan cair 0,3-2,0 %.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.

g. Propilan Glikol

Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,

menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform,

larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat

bercampur dalam minyak lemak.

Khasiat dan Kegunaan : Zat tambahan sebagai bahan pengawet

Page 15: Laporan Praktikum Sirup Influenza

h. CMC- Na (Carboxymethylcellulosum Natricum)

Bahan suspensi atau suspending agent ini merupakan bahan pensuspensi sintetis

derivat selulosa. CMC atau karboksi metil selulosa dalam perdaganagan ada 3 macam

kualitas CMC yang berbeda viskositasnya. Ada CMC HV, CMC MV, dan CMC LV.

Pemerian : serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik

Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut

dalam etanol dan dalam pelarut organik lain.

Kekentalan : tidak kurang dari 80% dan tiak lebih dari 120% dari yang tertera

dalam etiket untuk kadar larutan 2%; tidak kurang dari 75% dan tidak

lebih dari 140% dari yang tertera pada etiket untuk kadar larutan 1%.

(FI IV, 1995:175)

Page 16: Laporan Praktikum Sirup Influenza

BAB III

Alat dan Bahan

3.1 Alat Percobaan Beaker glass Mortir dan stamper Batang pengaduk Botol 60 mL Spatula Kassa Kaki tiga Spiritus Tissue Lap tangan Piknometer pHmeter Viscometer Gelas ukur Pipet tetes

3.2 Bahan Percobaan Parasetamol (PA) Fenilprofanolamin (F) Klorfeniramin maleat (K) Propilenglikol (PR) Sukrosa (SK) Perisa botiegum (B1) Pewarna (FDC brilliant) (B2) Nipagin (B3) Nipasol (B4) CMC Na (B5) Asam sitrat (B6) Natrium sitrat (B7) Sakarin (B8)

BAB IV

Page 17: Laporan Praktikum Sirup Influenza

Prosedur Percobaan

1. Disiapkan alat dan bahan. Botol 60 mL dikalibrasi dan beaker glass dikalibrasi 600 mL terlebih dahulu kemudian bahan-bahan ditimbang sesuai dengan yang dibutuhkan.

2. 0,6 gram B6 dikembangkan dengan menambahkan air panas 2,4 mL kemudian diaduk hingga mengembang.

3. Dimasukkan air sebanyak 100 mL dalam beaker glass 100 mL kemudian dipanaskan hingga suhu ±80ºC, setelah itu dimasukkan SK 300 gram sedikit demi sedikit hingga melarut dan didiinginkan hingga suhu ±40ºC.

4. Dimasukkan 14,4 gram PA kedalam beaker glass 500 mL, lalu ditambahkan B6 yang telah mengembang, kemudian diaduk hingga homogeny. Kemudian dimasukkan 60 mL PR diaduk kemudian ditambahkan 1080 mL B3 dan 120 mL B4 kemudian diaduk.

5. Ditambahkan sedikit air untuk melarutkan 0,6 gram F kemudian dimasukkan kedalam larutan PA.

6. Pembuatan larutan dapar sitratDimasukkan 100 mL kedalam beaker glass, kemudian ditambahkan B6 dan B7 sambil diaduk hingga larut/homogen kemudian dimasukkan di beaker glass 1 liter.

7. Dalam beaker glass 1 liter yang berisi SK ditambah larutan PA kemudian diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan B2 dan B1 secukupnya kemudian dituang kedalam beaker glass 1 liter.

8. Setelah smua bahan masuk ke dalam beaker glass 1 liter semuanya diaduk homogen. Setelah itu di add hingga tanda batas. Kemudian diuji untuk evaluasi sirup yaitu uji pemerian, pemeriksaan pH, pemeriksaan bobot jenis (BJ) dan uji viskositas

9. Kemudian sediaan sirup dimasukkan kedalam botol yang sudah dikalibrasi setelah itu diberi etiket dan dimasukkan kedalam kemasan.

BAB V

Page 18: Laporan Praktikum Sirup Influenza

Hasil Percobaan

Dari hasil percobaan pembuatan sirup antiinfluenza, dilakukan evaluasi meliputi :

1. Uji pemerian (organoleptis)

Sirup berwarna biru tosca, rasa bubblegum dengan rasa manis sedikit pahit paracetamol

dan bau bubblegum

2. Pemeriksaan pH

pH dari obat sirup antiinfluenza ini yaitu 4,638

3. Pemeriksaan bobot jenis (BJ)

Piknometer kosong (W0) 22, 298

Piknometer kosong yang diisi larutan obat sirup (W1) 50,652

Bobot jenis (BJ) 1,1342

4. Uji viskositas

Viskositas obat sirup antiinfluenza ini 33,5% dengan rpm 100 mpas 100 spindel L2

BAB VII

Page 19: Laporan Praktikum Sirup Influenza

Kesimpulan

1. Komponen-komponen dari pembuatan sirup anti influenza adalah :

a. Gula, biasanya sukrosa/pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan

kental

b. Pengawet mikroba

c. Pengaroma atau perasa

d. Pengental

e. Penyeimbang pH

f. Pewarna (biasanya diberikan pada sediaan sirup untuk anak)

2. Untuk menjaga keamanan pembuatan sirup anti influenza harus dilakukan dalam gelas

kimia atau gelas piala.

3. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, sirup anti influenza DIAFLU® telah

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Homogenitas, warna, bau dan rasa dinilai baik.

b. Hasil pemeriksaan pH sebesar 4,638 yang menghasilkan hidrolisis minimum zat aktif

pada sediaan.

c. Bobot jenis sirup > 1 diukur memenuhi syarat sebesar 1,1342

d. Viskositas sirup adalah 33,5% dengan Rpm 

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Laporan Praktikum Sirup Influenza

- Anief, Moh, 1995, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

- Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Ed III, Depkes RI, Jakarta.

- Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed IV, Depkes RI, Jakarta.

- Anonim, 2007, Kapita Selekta Dispensing I, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

- Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas

- Press Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .

Jakarta : Dirjen POM

- Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .

Jakarta : Dirjen POM ( ikatan sarjana farmasi )

- Howard, ansel C 1982, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta.

- Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1995, Farmakologi Dan

Terapi, Edisi IV Jakarta.

- American hospital formulary services Drug Information, 1998.

- Kibbe, orthur H, 2000. Hand Book Of Pharmaceutical Excipient, edisi III. Penerbit:

Pharmaceutical Press. USA.