refrat anes final
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Transfusi darah merupakan upaya untuk menyelamatkan kehidupan dalam
banyak hal, namun transfusi bukanlah tanpa risiko. Reaksi terhadap transfusi
komponen darah diklasifikasikan sebagai akut dan lambat. Salah satu jenis reaksi
akut adalah cedera paru akut terkait-transfusi (transfusion-related acute lung injury,
TRALI).3
TRALI adalah cedera paru akut yang terjadi selama atau dalam waktu 6 jam
transfusi.9
Semua produk darah dapat menyebabkan TRALI namun risiko nya 5-8 kali
lebih tinggi pada produk darah yang kandungan plasmanya tinggi. Terdapat tiga hal
yang dikaitkan sebagai etiologi TRALI yaitu faktor pendonor, faktor penyimpanan
produk darah dan faktor pasien.6
TRALI adalah penyebab utama mortalitas dan morbiditas terkait transfusi.
TRALI merupakan komplikasi transfusi yang jarang. Insidennya hanya 1:5000.
Insiden yang rendah ini diperkirakan karena sedikitnya laporan ke bank darah. Hal ini
dikarenakan masih banyaknya TRALI yang hanya didiagnosis sebagai cedera paru
akut biasa 1,2,7,8,9
Dari penjelasan di atas, tujuan penulisan referat ini adalah karena masih
minimnya pengetahuan untuk mendiagnosis penyakit ini. Hal ini akan sangat berguna
disamping karena TRALI merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas
terkait transfusi juga agar bank darah di daerah kita lebih waspada menyeleksi produk
darah yang layak digunakan untuk transfusi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Transfusi Darah
2.1.1 Tujuan Transfusi Darah1,2,3
Tujuan dari transfusi darah atara lain :
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
4. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
5. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
2.1.2 Indikasi Transfusi Darah3
Dalam pedoman WHO disebutkan :
1.Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.
2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.
Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai
komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah
merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-
faktor pembekuan. Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah :
a. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan
cairan.
b. Anemia kronis.
c. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
d. Plasma loss atau hipoalbuminemia.
e. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit
saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu
dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl.
2
2.1.3 Jenis Transfusi Darah1,2,3
1. Darah lengkap (whole blood)
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume
darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml.
Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan
jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht
meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya
untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan
proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang
diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang
diperlukan untuk stabilisasi.
Indikasi :
a. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
b. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume
darah total.
Rumus kebutuhan whole blood
6 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :
1) Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan.
Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap
termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya
sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi
3
silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan
penyakit relatif banyak.
2) Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor.
Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan
kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
3) Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia
setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya
ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan
transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb
terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat
tinggi.
2. Sel darah merah
a. Packed red cell
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup
atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume
tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C.
Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah
dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak
dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan
anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki
oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas
8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau
1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam
4
dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang
diketahui.
Kebutuhan darah (ml) :
3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan
volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan
darah jenuh adalah:
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload
berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Indikasi: :
1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
2. Hemoglobin <8 gr/dl.
3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya
empisema, atau penyakit jantung iskemik)
4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai
batas TOLERABLE atau OPTIMAL
5
b. Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku yang
Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang
menetap.
c. Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline,
sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human
plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi
selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai
dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion. Untuk
penderita yang alergi terhadap protein plasma
d. Darah merah pekat miskin leukosit
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan
jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen
darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.
3. White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu
diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan
dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam
dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan
antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia).
4. Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang
disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang
6
dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. Transfusi
trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia.
Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
a. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya
kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,
leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang
karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
b. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal
juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
Rumus Transfusi Trombosit
BB x 1/13 x 0.3
Macam sediaan:
1) Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.
Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.
2) Platelet Concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C.
Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada
dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam,
alloimunisasi Antigen trombosit donor.
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich
Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan
kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma.
Masa simpan ± 48-72 jam.
7
5. Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah
(hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada
nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah
faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.
Macam sediaan plasma adalah:
a. Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan
packed red cell.
b. Plasma kering (lyoplylized plasma)
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
c. Fresh Frozen Plasma
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung
dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan
perdarahan (hemostasis).
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume 150-
220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna
untuk meningkatkan faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat
tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma
(FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan
VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan
koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-
masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan
PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai
suhu tubuh.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar
diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat
kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.
8
Indikasi :
- Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
- Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang
mengancam nyawa.
- Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi
massif
- Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan
d. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor
pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk
menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita
hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui
tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak
tahan pada suhu kamar.
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam,
alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg
fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
- Hemophilia A
- Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
- Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :
0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
e. Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan
dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi
9
cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan
400 ml plasma biasa
Rumus Kebutuhan Albumin
∆ albumin x BB x 0.8
2.1.4 Penyimpanan Darah3
Darah donor sebelum disimpan untuk diberikan pada resipien harus
dibebaskan dari pelbagai macam penyakit yang mungkin dapat menulari resipien
seperti hepatitis B atau C, sifilis, malaria, HIV-1 atau HIV-2, virus human T-cell
lymphotropic(HTLV-1 dan HTLV-2). Darah simpan supaya awet dan tidak membeku
perlu disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu sekitar 1o-6oC diberi pengawet.
Selama penyimpanan, eritrosit akan mengalami serangkaian perubahan-
perubahan biokimiawi dan struktural yang akan mempengaruhi viabilitas dan
fungsinya setelah transfusi. Perubahan seperti itu dikenal sebagai storage lesion.
Kebutuhan energi eritrosit disediakan oleh jalur metabolik glikolitik dan
heksosemonofosfat. Produk akhirnya adalah laktat yang akan menurunkan pH dan
laju glikolisis dan menurunkan kadar ATP dan 2,3 DPG.
Adenosin trifosfat diperlukan untuk mempertahankan viabilitas eritrosit.
Apabila kadar ATP intraseluler menurun, terjadi kehilangan lipid membran, membran
menjadi kaku, dan bentuknya berubah dari cakram menjadi sferis. ATP juga penting
untuk proses fosforilasi glukosa dan mempertahankan pompa Na-K. Kekurangan
ATP menyebabkan kalium keluar sel dan natrium masuk sel sehingga fragilitas
osmotik dan lisis sel meningkat.
Interaksi antara molekul hemoglobin dan 2,3-DPG akan memfasilitasi
pelepasan O2 sehingga kurva disosiasi O2 bergeser ke kanan. Deplesi 2,3-DPG
menyebabkan kurva disosiasi bergeser ke kiri, sehingga meningkatkan afinitas
hemoglobin terhadap terhadap oksigen sehingga oksigenasi jaringan menjadi
menurun.
Setelah transfusi, eritrosit donor yang rusak segera disingkirkan oleh tubuh
resipien. Eritrosit yang dapat melewati 24 jam pertama setelah transfusi akan
10
mempunyai kelangsungan hidup yang normal. Kriteria viabilitas yang adekuat dari
darah yang disimpan apabila kelangsungan hidup eritrosit sebanyak 70 % setelah 24
jam pasca transfusi. Dengan antikoagulan yang ada saat ini tujuan tersebut dapat
dicapai.
Selain perubahan pada eritrosit, maka selama penyimpanan darah juga akan
terjadi penurunan daya fagositik lekosit (nol setelah hari keempat), penurunan
aktivitas trombosit (nol setelah hari kedua), dan kehilangan faktor pembekuan (4 jam
untuk fibrinogen dan AHF).
Darah tidak boleh beku, karena darah beku dapat menyebablan hemolisis dan
menimbulkan reaksi transfusi hebat.
2.1.5 Efek Yang Tidak Diinginkan Pada Transfusi3
Reaksi yang tidak diinginkan terhadap transfusi komponen darah diklasifikasikan
sebagai akut atau lambat (table 8-21). Reaksi-reaksi transfusi ini didefinisikan sebagai
gejala atau tanda klinis yang tidak diperkirakan atau tidak diinginkan terjadi pada
pasien selama atau segera setelah pemberian suatu komponen darah. Reaksi lambat
dapat timbul beberapa hari sampai beberapa tahun setelah transfusi. Interpretasi klinis
tentang apakah telah terjadi reaksi transfusi harus dibuat dengan mempertimbangkan
(1) keadaan pasien, (2) semua penyakit primer yang mendasari, (3) jenis komponen
yang telah diberikan, (4) volume yang diberikan, dan (5) apakah pasien
memperlihatkan hasil uji penapisan antibody yang positif. Reaksi yang sering terjadi
pada larutan intravena lain dapat mempersulit suatu transfusi darah dan meliputi: (1)
pirogen, (2) pencemaran bakteri, (3) beban sirkulasi yang berlebihan, (4) emboli
udara, dan (5) tromboflebitis.
11
Penyebab Reaksi Reaksi Transfusi Akut Reaksi Transfusi Lambat
Nonimun
Imun
Hemolitik
Septik
Sirkulatorik
Agregat dan infiltrat paru
Metabolik
Koagulopati
Toksisitas sitrat
Hipotermia
Hiperkalemia
Nonhemolitik
Demam
Urtikaria
Anafilaktoid
Cedera paru akut terkait transfusi
(TRALI)
Hemolitik akut
Transfusi yang tidak cocok
Infeksi
Bakteri
Virus
Parasit
Kelebihan besi
Aloimunisasi
Hemolitik tipe lambat
Graft vs. host disease
Purpura pascatransfusi
Refrakter trombosit
Imunomodulasi
Tabel 1. Reaksi Yang Tidak Diinginkan Terhadap Komponen Darah3
2.1.6 Transfusi Darah Masif3
Transfusi darah masif adalah pemberian darah yang dengan volume melebihi
volume darah pasien dalam waktu 24 jam. Hal-hal yang mungkin terjadi adalah :
1. Koagulopati
a. Trombositopenia
Terjadi setelah transfusi darah simpan lama lebih dari 80 ml/kgBB. Diatasi
dengan pemberian trombosit bila jumlah trombosit <50.000/mm3 atau memberi unit
darah utuh segar setiap transfusi 4 unit darah simpan.
12
b. Turunnya faktor koagulasi labil (faktor V dan faktor VIII. Dapat diatasi dengan
pemberian 1 unit FFP setiap transfusi 5 unit WB/PRC.
2. Keracunan Sitrat
Tubuh memiliki kemampuan yang besar untuk metabolisme sitrat, kecuali
pada keadaan shock, penyakit hati, dan lanjut usia. Pada kasus ini dapat diberikan
Calcium Glukonas 10% 1 gram IV pelan-pelan setiap telah masuk 4 unit darah.
3. Hiperkalemia
Kalium dalam darah simpan 21 hari dapat naik setinggi 32 mEq/L, sedangkan
batas dosis infus kalium adalah 20 mEq/jam. Hiperkalemia menyebabkan aritmia
sampai fibrilasi ventrikel/cardiac arrest. Untuk mencegah hal ini diberikan Calsium
Glukonas 5 mg/kgBB I.V pelan-pelan. Maksud pemberian kalsium disini karena
kalsium merupakan antagonis terhadap hiperkalemia.
2.2 TRALI
2.2.1 Definisi4,9
Pasien yang tidak menderita cedera paru akut segera sebelum transfusi dan
tidak memiliki factor risiko cedera paru akut yang lain (tabel 2) diagnosis TRALI
ditegakkan jika:
a. Cedera paru akut yang baru terjadi setelah transfusi
b. Onset gejala dan tandanya adalah selama atau dalam waktu 6 jam transfusi.
Dengan kata lain, definisi di atas juga meng-inklusi pasien yang menerima
transfusi masif karena pasien-pasien tersebut menerima banyak sekali unit darah
sehingga sangat berisiko menderita TRALI . Tapi definisi tersebut meng-eksklusi
pasien yan sudah menderita cedera paru akut sebelum transfusi sehingga muncul
istilah baru “possible TRALI” (tabel 3)
13
Tabel 2. Faktor risiko cedera paru akut4
2.2.2 Epidemiologi2,6,7,8,9
Insiden TRALI yang sebenarnya tidak diketahui karena definisi standar TRALI
baru dipublikasikan.Laporan terbaru menyatakan insiden TRALI adalah 1:5000.
TRALI telah ditetapkan sebagai penyebab utama mortalitas dan morbiditas terkait
transfusi.
Semua produk darah dapat menyebabkan TRALI namun risiko nya lebih besar
pada produk darah yang lebih bnayak mengandung plasma. Insiden pada produk
darah dengan plasma yang tinggi yaitu FFP 1:58.000 trombosit 1:63.000 sedangkan
pada produk darah yang plasmanya rendah yaitu kriopresipitate 1:300.000, sel darah
merah 1:523.000
2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko6
1. Faktor pendonor
Dari penelitian yang dilakukan tahun 2007 untuk melihat antibody HLA dan neutrofil
menghasilkan kesimpulan tidak ada antibody HLA pada laki-laki dan ditemukan
antibody HLA pada 9,8% perempuan yang pernah hamil sebelumnya.
14
Para donor produk darah yang terlibat dalam patogenesis TRALI biasanya seorang
wanita multipara yang memiliki beberapa eksposur terhadap antigen leukosit paternal
dari janin selama kehamilan.
2. Faktor penyimpanan produk darah
a. Bioactive Lipids
terakumulasi saat penyimpanan darah
memicu cedera paru yang dimediasi neutrofil
Pada penelitian prospektif dan retrospektif pada pasien TRALI ditemukan
kadar bioactive lipids yang tinggi.
b. Soluble CD40L
Dikeluarkan oleh platelet
Kadarnya meningkat pada platelet yang disimpan
Pengurangan kadar CD40L pada binatang percobaan menurunkan risikocedera
paru akut.
Pada penelitian case-control pada pasien yang menderita TRALI ditemukan
kadar CD40L yang tinggi
3. Faktor pasien.
TRALI lebih sering terjadi pada pasien sepsis, keganasan, operasi jantung,
ventilasi mekanik, resipien transfusi darah massif, penyalahguna alcohol kronik,
umur pasien, shock, AKI, penyakit hati berat, operasi vertebrae, operasi hati.
Kondisi-kondisi pasien tersebut akan menyebabkan inflamasi sistemik
sehingga sitokin dan kemokin seperti TNF-α, GM-CSF, IL-8 and IFN-γ akan keluar.
Hal itu akan menyebabkan “resting neutrofil” menjadi “prime neutrofil”. Sehingga
jumlah prime neutrofil akan meningkat. Selanjutnya jika dilakukan transfusi maka
terjadilah pathogenesis two-hit TRALI model.
15
2.2.4 Patogenesis4
1. A. TRALI dapat dipicu oleh satu keadaan, transfusi darah dari donor yang
mengandung antibody akan langsung menyerang leukosit resipien, sehingga
terjadi aktivasi komplemen, leukostatsis paru, aktivasi PMN,, kerusakan
endotel, kebocoran kapiler dan cedera paru akut
2. B. TRALI dapat dipicu oleh dua keadaan (two-hit TRALI model): pertama
karena kondisi klinis pasien (liat etiologi) yang menyebabkan inflamasi
sistemik sehingga memicu “resting neutrofil” menjadi “prime neutrofil”.
akibatnya jumlah prime neutrofil meningkat. Keadaan yang kedua karena
kondisi dari darah yang ditransfusi yang mengandung bioactive lipid dan
antibodi yang menyerang HLA I/ II atau antigen granulosit yang memicu
aktivasi primed neutrofil, neutrofil ini akan merusak endotel paru sehingga
terjadila TRALI pada pasien yang memiliki factor predisposisi.
16
3. (C) Pada pasien dengan neutropeni, TRALI dapat dipicu oleh agen yang
langsung menyebabkan fenestrasi endotel, diantaranya kada VEGF yang
tinggi atau kadar antibody HLA II yang tinggi yang langsung merusak antigen
pada endotel paru.
2.2.5 Gambaran Klinis dan Diagnosis4,9
Gejala klinis TRALI adalah gejala distress pernafasan akut yang terjadi saat
transfusi. Pasien dating dengan distress pernafasan (dispneu), hipoksia, edema paru
dan infiltrate bilateral halus pada rontgen thorak selama atau dalam 6 jam transfusi.
Mayoritas kasus terjadi saat 1-2 jam transfusi. Gejala dan tandanya adalah takipneu,
secret paru yang berbusa, hipotensi (tapi ada juga sedikit yang hipertensi). Demam,
takikardi dan sianosis. Yang terpenting adalah tidak ada bukti adanya kelebihan
beban sirkulasi, tekana vena jugularis tidak meningkat dan tidak ada gallop. Tekanan
vena sentral juga normal. B-natriuretic peptide perlu diperiksa untuk membedakan
TRALI dan kelebihan beban sirkulasi akibat transfusi dimana kadar BNP meningkat lebih
dari 100 pg/dl dan rasio posttransfusi:pretransfusi 1:5. Pasien juga biasanya akan
membaik sendiri dalam 96 jam dan hal ini kontras dengan distress pernafasan akut
lainnya.
Suspected TRALI
Onset Akut dalam waktu 6 jam transfusi
rasio P/F mengalami perburukan seperti PaO2/FiO2<300 mmHg
Infiltrat bilateral pada rontgen thorax
Tidak ada tanda edema paru hidrostatik seperti pada overload cairan
Possible TRALI
Sama seperti suspected TRALI tapi terdapat factor risiko cedera paru akut lain
Delayed TRALI
Sama seperti possible TRALI tapi onset muncul 6-72 jam paska transfusi
Tabel 3.Kriteria diagnosis TRALI
17
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu mendukung penegakan diagnosis
TRALI. Temuan yang di dapat biasanya leukopeni, neutropeni, monositopeni dan
hipokomplementemia. Pemeriksaan laboratorium yang akan sangat membantu diagnosis
TRALI adalah ditemukannya HLA I&II atau antibody spesifik neutrofil pada plasma
pendonor.
Gambar 1 . Rontgen toraks dan pemeriksaan patologi mikroskopis pasien
dengan TRALI yang fatal.
A.Rontgen toraks pasien sebelum operasi menunjukkan volume paru-paru yang
rendah dengan atelektasis bibasilar subsegmental, tidak ada bukti efusi pleura,
konsolidasi fokal, atau pneumotoraks, dan siluet kardiomediastinal normal.
B.Rontgen toraks pada saat diagnosis TRALI ditegakkan, menunjukkan daerah
konsolidasi bilateral yang luas di lobus menengah dan atas paru-paru konsisten
dengan aspirasi atau edema dengan siluet jantung normal, baru sejak
pemeriksaan sebelumnya pada hari yang sama. Daerah-daerah konsolidasi luas lobus
menengah dan atas yang paling diperhatikan untuk edema paru noncardiogenic.
C.Ada ekstravasasi signifikan PMN ke dalam alveoli dan ruang udara dengan edema
interstitial dan intra - alveolar (panah biru).
18
Toluidin biru dan Jones stain menunjukkan dilatasi kapiler dan menonjolnya
neutrofil inflamasi di kapiler dan ruang udara (panah kuning). Histologis
temuan ini konsisten dengan sindrom gangguan pernapasan akut dini(ARDS).
2.2.6 Diagnosis Banding7
Diagnosis banding pasien yang memiliki insufisiensi paru setelah transfusi
harus mencakup overload sirkulasi, reaksi anafilaksis transfusi, dan transfusi produk
darah yang terkontaminasi bakteri.
Overload sirkulasi overload terkait transfusi (TACO) dapat terjadi dalam
beberapa menit sampai beberapa jam post transfusi ditandai gangguan pernapasan
dengan takipnea, takikardia, hipertensi , dan sianosis .
Semua komponen darah dapat menyebabkan TACO, dan cepat merespon
diuresis agresif dan bantuan ventilasi.
Reaksi transfusi anafilaktik juga menyebabkan gangguan pernapasan dengan
bronkospasme yang dimanifestasikan oleh takipnea, mengi, sianosis, dan hipotensi
berat disertai eritema wajah dan trunkus dan edema umum dengan urtikaria khas
melibatkan kepala, leher, dan trunkus.
Gangguan pernapasan dari reaksi transfusi anafilaksis berhubungan dengan
edema laring dan bronkus daripada edema paru, seperti di TRALI.
Reaksi ini terjadi dengan cepat selama transfusi dari setiap jenis komponen
darah yang mengandung protein dan dapat terjadi setelah hanya sedikit saja transfusi
darah.
Sepsis terkait transfusi setelah transfusi sel darah merah (PRC) atau
konsentrat trombosit yang terkontaminasi bermanifestasi sebagai berikut : demam,
hipotensi, dan kolapsnya pembuluh darah, yang dapat menyebabkan gangguan
pernapasan, dan harus dipertimbangkan pada pasien dengan insufisiensi paru setelah
menjalani transfusi.
Meskipun beberapa gejala dan tanda-tanda reaksi transfusi hemolitik mungkin
tumpang tindih dengan gejala TRALI, mereka mudah dibedakan oleh adanya
hemolisis.
19
PerbedaanReaksi transfusi yang mengarah ke gangguan pernapasan
TRALI Anafilaktik Overload sirkulasi
Kontaminasi bakteri
Distres pernapasan
Edema paru karena
kerusakan sel endotel,
kebocoran kapiler dan kerusakan jaringan.
Hipoksemia berat.
Bronkospasme dan edema
laring
Edema paru akut dari CHF
Jarang* kecuali sudah terjadi
kolaps pembuluh darah pada reaksi yang
berat
Tekanan darah
Hipotensi dalam 1-6 jam
dapat juga hipertensi
dalam 15% kasus
Hipotensi berat dalam 1-45
menit
Hipertensi biasanya terjadi akut. Biasanya
disertai pembesaran vena di leher
Hipotensi dalam 1-2 jam.
Temperatur Demam Tidak demam Tidak demam Demam tinggi
Kulit t.a.k.Kemerahan di
punggung, muka dan leher
Edema Sedikit kemerahan
Terapi diuretik Tidak respon. Sesuai kebutuhan Respon baik Sesuai
kebutuhan
Komponen terlibat
Komponen mengandung
plasma. Biasanya dalam
bentuk FFP.
Komponen yang
mengandung plasma protein.
Apa saja Apa saja
Tabel 4.Diagnosis Banding TRALI
2.2.7 Penatalaksanaan1,2,7
Tindakan segera yang dapat dilakukan ketika sudah diduga terjadi TRALI
antara lain
a. menghentikan transfusi
b. menjaga tanda-tanda vital pasien
c. menentukan konsentrasi protein dari cairan edema paru melalui pipa endotrakeal
d. cek darah lengkap dan rontgen dada
20
e. memberitahu bank darah kemungkinan TRALI sehingga unit terkait lainnya dapat
dikarantina.
Tatalaksana selanjutnya sama dengan penatalaksanaan distress pernafasan
akut pada umumnya yaitu
a. mencegah cedera paru iatrogenic
b. Mengurangi cairan paru
c. Mempertahankan oksigenasi jaringan
Tatalaksana TRALI bersifat suportif. Lung protektive untuk kasus ini
pengaturan volume tidal kecil yang digunakan untuk ventilasi yang optimal. Karena
temuan di berbagai penelitian hipoksemia dalam kasus yang dilaporkan, adalah wajar
untuk menganggap pada dasarnya semua pasien akan memerlukan bantuan oksigen
bahkan pada mereka yang tidak memerlukan intubasi. Dari pengalaman peneliti,
umumnya hipotensi arteri sering ditatalaksana dengan cairan intravena saja, tetapi
kadang-kadang agen pressor juga diperlukan terutama ketika hipotensi yang
mendalam, berkepanjangan, atau tidak responsif untuk infus cairan intravena.
Rekomendasi untuk menggunakan cairan infus dapat juga digunakan untuk
membedakan gagal jantung kongestif dan transfusi berlebih dari TRALI. Tentu,
terapi cairan agresif diperkirakan akan memperburuk dua kondisi selain TRALI tadi.
Pada pasien dengan TRALI dan overload cairan, penggunaan diuretik dapat juga
berguna tetapi dengan tidak adanya overload, tidak ada bukti yang menunjukkan
manfaat. Memang, penggunaannya agak kontroversial dan dianggap oleh beberapa
orang sebagai kontraindikasi karena pasien yang hipotensi dan membutuhkan bantuan
cairan mungkin mengalami perburukan kondisi setelah pemberian diuretik kuat.
Penggunaan kortikosteroid sering dilaporkan dalam laporan kasus anekdotal namun
tidak ada data yang meyakinkan untuk mendukung atau untuk membantah nilai terapi
pemberian kortikosteroid. Pemberian steroid pada pasien sendiri dapat meningkatkan
risiko mereka terserang infeksi nosokomial karena pasien sering di dukungan
ventilasi di unit perawatan intensif. Pasien dengan TRALI perlu dilakukan
pemantauan hemodinamik invasif untuk memandu manajemen cairan yang aman.
21
2.2.8 Pencegahan7
Tindakan pencegahan ini dilakukan dengan menghindari etiologi dan factor
risiko dari TRALI. Pertama dengan menskrining pendonor dengan riwayat transfusi
dan kehamilan sebelumnya. Menggunakan produk trombosit yang segar sehingga
mengurangi kadar bioactive lipid
Inggris mengadopsi system tersebut dengan hanya membolehkan donor laki-
laki untuk produk komponen plasma (FFP). Dan hasilnya terjadi penurunan insiden
TRALI dari 14 kasus di tahun 2003 menjadi hanya 6 kasus di 2004 tanpa ada laporan
2.2.9 Prognosis5
Berbeda dengan ALI secara umum, angka kematian dalam kasus TRALI relatif
lebih rendah (6 -10%). Pasien-pasien yang bertahan di periode awal dapat
memperbaiki fungsi paru mereka dalam beberapa hari, fungsi jangka panjang paru-
paru tampaknya dasarnya sama dengan yang untuk pasien yang tidak pernah
mengalami TRALI. Tidak ada bukti jelas bahwa akan terjadi fibrosis atau kerusakan
struktural lainnya pada parenkim paru akibat TRALI.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Miller RD, Pardo MC. Blood therapy dalam Basic of anesthesia. Edisi ke 6.
Elsevier : Amerika Serikat. 2011.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Fluid management and transfusion dalam
Morgan’s clinical anesthesiology. McGraw-Hill, USA. 2006.
3. Sacher Ronald.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium edisi 11. EGC:
Jakarta.
4. Bux J, S UJH, The pathogenesis of transfusion-related acute lung injury dalam
British journal of haematology. Giessen. 2007. diakses dari
http://onlinelibrary.wiley.com /doi/10.1111/ j.1365-2141.2007.06492.x/pdf
(tanggal 05-10-2013)
5. Moore SB, Transfusion-related acute lung injury (TRALI): Clinical presentation,
treatment, and prognosis. Diakses dari :http://www.osuem.com
/downloads/resources /TRALI_CCM_ 2006.pdf (tanggal 05-10-2013)
6. Flanagan Peter. Reducing the risk of TRALI the option of blood service. New
Zealand. 2007
7. Darrell. Transfusion related acute lung injury: an update. American society of
hematology. 2006.
8. Tanya Petraszko.Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI). Diakses dari
http://www.transfusionmedicine.ca/articles/transfusion-related-acute-lung-injury-
TRALI (tanggal 05-10-2013)
9. Osgood, M. J. 2013. TRALI, TRIM, TACO and Others: Adverse Blood
Transfusion Reactions In Surgical Patients and the Influence on Mortality.
23