refrat jiwa skizofren dsm v final

63
Skizofrenia Bab I : Pendahuluan Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu yang melibatkan proses pikir, emosi, persepsi dan tingkah laku. Skizofrenia ditandai dengan tidak adanya pemahaman diri dan ketidakmampuan menilai realitas. Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini pada usia 15-25 tahun sedangkan pada perempuan sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki- laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri (suicide) dan perilaku agresif .Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri. 1 Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode 20 Oktober – 22 November 2014

Upload: marcella

Post on 19-Nov-2015

33 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Skizofrenia DSM-V

TRANSCRIPT

Skizofrenia

Bab I : PendahuluanSkizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaanpsikopatologis yang sangat mengganggu yang melibatkan proses pikir, emosi,persepsi dan tingkah laku. Skizofrenia ditandai dengan tidak adanya pemahaman diri dan ketidakmampuan menilai realitas. Skizofrenia dapat ditemukanpada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1%populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini pada usia 15-25 tahun sedangkan padaperempuan sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untukbunuh diri (suicide) dan perilaku agresif .Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri.Skizofrenia dibagi menjadi beberapa subtype yang akan dijelaskan dalam refrat ini berdasarkan DSM IV dan DSM V.Penderita skizofrenia memerlukan penatalaksanaan secara integrasi, baik dari aspekpsikofarmakologis, dan aspek psikososial. Hal ini berkaitan dengan kondisi setiap penderita yang merupakan seseorang dengan sifat individual, memiliki keluarga dan sosial psikologis yangberbeda-beda, sehingga menimbulkan gangguan bersifat kompleks. Oleh sebab itu memerlukanpenanganan dari beberapa modalitas terapi.Penggunaan obat antipsikotik atipikal telah mengalami peningkatan selama beberapa tahun belakangan ini untuk pengobatan skizofrenia karena meminimalisasi efek samping ekstrapiramidal. Keputusan mengenai pilihan terapi bukan saja mempertimbangkan efikasi dan tolerabilitas terhadap beberapa antipsikotik yang tersedia, tetapi juga kecepatan onset. Aspek pengobatan yang terpenting dari suatu gangguan adalahpengurangan yang cepat pada gejala-gejala positif, negatif dan kognitif. Respons yang cepat terhadap pengobatan adalah penting dalam mengurangi penderitaan pasien dan keluarganya, serta biaya pengobatan. Faktor psikologik dan sosial juga berpengaruh dalam perjalanan penyakit ini. Namun, seberapa besar dukungan dari keluarga maupun lingkungan sosial lainnya akan sangat mempengaruhi penyembuhan dan bahkan dapat mencegah kambuhnya skizofrenia. Penatalaksanaan yang diberikan secara komprehensif pada penderita skizofrenia menghasilkanperbaikan yang optimal.

Bab II: PembahasanA. DefinisiSkizofrenia adalah deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan genetic, fisik dan sosial budaya. Skizofrenia merupakan sebuah sindrom klinis dengan psikopatologi yang bervariasi dan sangat mengganggu yang melibatkan fungsi kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku. B. SejarahDeskripsi tertulis mengenai gejala-gejala yang didapatkan saat ini pada pasien dengan skizofrenia sudah dijelaskan oleh dokter-dokter Yunani dimana pasien mengalami waham kebesaran, waham paranoia, dan penurunan fungsi kognitif dan kepribadian. Benedict Morel (1809-1873) menggunakan istilah demence pracoce untuk mendeskripsikan pasien yang perjalanan penyakitnya dimulai pada masa remaja. Emil Karepelin (1856-1926) mengartikan istilah demence pracoce menjadi dementia precox, yang menekankan perubahan kognitif (demensia) dan awitan dini (prekok) pada gangguan ini. Pasien dengan dementia precox dideskripsikan memiliki perjalanan penyakit jangka panjang yang memburuk dengan gejala halusinasi dan delusi.Eugene Bleuler (1857-1939) pertama kali menggunakan istilah skizofrenia, yang menggantikan dementia precox, dalam literature. Bleuler menjelaskan adanya keretakan antara pikiran, emosi dan perilaku pada pasien dengan gangguan ini, dan menekankan bahwa skizofrenia tidak harus mempunyai perjalanan penyakit yang memburuk.Bleuler mengidentifikasi gejala-gejala primer skizofrenia, yaitu gangguan asosiasi pikiran, terutama asosiasi longgar, gangguan afektif, autism dan ambivalensi , dan gejala-gejala sekunder skizofrenia yaitu waham dan halusinasi.

C. EpidemiologiSkizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering ditemukan, hampir 1% penduduk dunia menderita gangguan ini selama hidup mereka. Gejala biasanya muncul pada usia remaja atau dewasa muda, awitan untuk laki-laki berkisar antara 15-25 tahun dan 25-35 tahun untuk perempuan. Angka fertilitas orang dengan skizofrenia sama dengan populasi umum, dan terdapat peningkatan resiko sepuluh kali lebih besar bagi relasi tingkat pertama dari orang dengan skizofrenia untuk mengalami gangguan tersebut.D. EtiologiFaktor Genetik:Kemungkinan seseorang mengalami skizofrenia berkorelasi dengan hubungannya dengan seorang relasi dengan gangguan tersebut (tingkat pertama). Namun, tidak semua individu yang rentan secara genetic akan berkembang menjadi skizofrenia. Telah ditemukan bahwa seseorang yang lahir dengan ayah diatas usia 60 tahun rentan mengalami gangguan tersebut, hal ini mungkin diakibatkan oleh kerusakan genetik dalam spermatogenesis pada pria yang berusia lebih tua. Prevalensi Skizofrenia pada Populasi Spesifik

PopulasiPrevalensi (%)

Populasi umum1

Saudara (bukan kembar) pasien8

Anak dengan satu orang tua dengan skizofrenia12

Saudara kembar dizigotik pasien skizofrenia12

Anak dari kedua orang tua dengan skizofrenia40

Saudara kembar monozigotik pasien skizofrenia47

Faktor Biokimia:Hipotesa DopaminHipotesa dopamine menempatkan skizofrenia sebagai akibat dari terlalu banyak aktivitas dopaminergik. Teori ini dikembangkan dari dua observasi, pertama, efikasi dan potensi dari obat antipsikotik yang merupakan antagonis reseptor dopamine, berkorelasi dengan kemampuannya untuk bekerja pada reseptor dopamine tipe 2 (D2). Yang kedua, zat-zat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik seperti kokain dan amfetamin bersifat psikotomimetik. Teori ini tidak mengelaborasi apakah hiperaktivitas dopaminergik ini disebabkan oleh terlalu banyaknya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, hipersensitifitas reseptor dopamine terhadap dopamine atau kombinasi ketiga mekanisme tersebut.Serotonin:Hipotesa saat ini menempatkan ekses serotonin sebagai penyebab gejala-gejala positif dan negative pada skizofrenia. Hal ini divalidasi oleh kerja antagonis serotonin Clozapine dan antipsikotik golongan dua lainnya dalam mengurangi gejala positif pada pasien kronik. Norepinefrin:Anhedonia, gangguan kapasitas untuk gratifikasi emosional dan penurunan kemampuan untuk merasakan kesenagan merupakan salah satu bagian dari skizofrenia. Sebuah degenerasi neuron dalam norepinephrine reward neural system dapat menyebabkan hal ini.

GABA:-aminobutyric acid yang bersifat inhibitorik terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Pasien dengan skizofrenia kehilangan neuron GABAnergik di hipokampus. GABA berperan dalam pengaturan aktivitas dopamine, dan hilangnya efek inhibisi neuron GABA dapat mengakibatkan hiperaktivitas neuron dopaminergik.

Neuropeptida:Berbagai neuropeptida seperti substansi P dan neurotensin terlokalisasi dengan neurotransmitter katekolamin dan indolamin dan mempengaruhi neurotransmitter ini. Perubahan dalam mekanisme neurotransmitter dapat meningkatkan, menghambat atau merubah pola pelepasan system neuron tersebut.

Glutamat:Glutamat terimplikasi karena konsumsi phencyclidine, sebuah antagonis glutamate menyebabkan sebuah sindrom akut yang mirip dengan skizofrenia.

Asetilkolin dan Nikotin:Studi post-mortem pada skizofrenia telah mendemonstrasikan penurunan reseptor muskariniv dan nikotinik di hipokampus dan beberapa bagian korteks preftontal. Reseptor-reseptor ini mempunyai peran yang penting dalam regulasi system neurotransmitter yang terlibat dalam kognisi, yang terganggu pada skizofrenia.

Neuropatologi:CT-scan pasien skizofrenia menunjukan adanya pembesaran ventrikel III dan lateral, selain itu dapat ditemukan kurangnya simetrisitas antara beberapa area di otak pasien skizofrenia seperti lobus oksipital, frontal dan temporal. Karena perannya dalam mengontrol emosi, system limbic diduga terlibat dalam skizofrenia. Studi pada otak pasien skizofrenia postmortem menunjukan adanya penurunan ukuran dari amygdale, hippocampus dan ditemukan abnormalitas anatomi pada kortkes prefrontal.

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis skizofrenia menimbulkan tiga masalah inti. Pertama, tidak ada tanda atau gejala yang patognomonik untuk skizofrenia: setiap tanda atau gejala yang ditemukan pada skizofrenia dapat ditemukan di gangguan psikiatrik atau neurologis yang lainnya. Pengamatan tersebut adalah berbeda dengan pendapat klinis yang sering terdengar bahwa tanda dan gejala tertentu diagnostik untuk skizofrenia. Dengan demekian, seorang klinisi tidak dapat mendiagnosis skizofrenia semata-mat dengan suatu pemeriksaan status mental. Riwayat pasien adalah penting untuk diagnosis skizofrenia. Kedua, gejala pasien berubah dengan berjalannya waktu,sebagai contohnya, seorang pasien mungkin memiliki halusinasi intemiten dan berbagai kemampuan untuk dilakukan secara adekuat di dalam situasi social. Atau, contoh lain, atau gejala bermakna dari gangguan mood mungkin juga timbul dan menghilang selama perjalanan skizofrenia. Ketiga, klinisi harus memperhitungkan tingkat pendidikan pasien, kemampuan intelektual, dan keanggotaan cultural dan subkultural. Sebagai contohnya, suatu gangguan kemampuan untuk mengerti konsep yang abstrak, dapat mencerminkan pendidikan atau kecerdasan pasien. Berbagai oragnisasi keagamaan dan kultur mungkin mempunyai kebiasaan yang terlihat aneh bagi pihak luar tetapi dianggap sangat normal bagi mereka yang berada di dalam lingkungan kultural tersebut. Tanda dan Gejala PremorbidDi dalam rumusan teoritis tentang perjalanan skizofrenia, tanda dan gejala pramorbid tampak sebelum fase prodromal dari penyakit. Perbedaan tersebut berarti bahwa dan gejala dan tanda premorbid ada sebelum proses penyakit menunjukkan dirinya dan tanda serta gejala prodromal adalah bagian dari gangguan yang sedang berkembang. Riwayat pramorbid yang tipikal tetapi tidak tanpa kecuali dari pasien skizofrenia adalah bahwa mereka mempunyai kepribadian schizoid atau schizotipal. Kepribadian tersebut mungkin ditandai sebagai pendiam, pasif, dan introvert; sebagai akibatnya, anak memiliki sedikit teman. Seorang remaja praskizofrenik mungkin tidak memiliki teman dekat dan tidak memiliki pacar dan mungkin menghindari olahraga tim. Remaja tersebut mungkin senang menonton film atau televisi atau mendengarkan music untuk keluar dari aktivitas social.Tanda dan gejala prodromal, hampir tanpa kecuali dikenali secara retrospektif setelah diagnosis skizofrenia dibuat. Dengan demikian, kebasahannya menjadi tidak pasti jika skizofrenia didiagnosis, pengingatan retrospektif tentang tanda dan gejala awal adalah terpengaruhi. Namun demikian, walaupun perawatan di rumah sakit yang pertama kali seirng dianggap sebagai awal gangguan, tanda dan gejala seirngkali telah ada selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Tnada dan gejala tersebut telah dimulai dengan keluhan di sekitar gejala somatic, seperti nyeri kepala, nyeri punggung, dan otot, kelemahan, dan masalah pencernaan. Diagnosis awal mungkin gangguan berpura-pura atau gangguan somatisasi. Keluarga dan teman-teman akhirnya memperhatikan bahwa orang tersebut telah berubah dan tidak lagi berfungsi baik di dalam aktifitas pekerjaan, social, dan pribadi. Selama stadium tersebut pasien mungkin mulai mengembangkan minat baru di dalam gagasan abstrak filososfi, ilmu gaib, atau masalah keagamaan. Tanda dan gejala prodromal tambahan adalah perilaku yang sangat aneh, afek yang abnormal, bicara yang tidak lazim, gagasan aneh, dan pengalaman perceptual yang asing.

F. KlasifikasiDSM-IV mengklasifikasi skizofrenia menjadi beberapa subtype, paranoid, herbefrenik, katatonik, tidak terperinci dan residual berdasarkan presentasi klinis.

Tipe Paranoid:Sizofrenia paranoid ditandai dengan satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering. Secara klasik, skizofrenia paranoid ditandai dengan adanya waham kejar atau kebesaran. Pasien dengan skizofrenia paranoid biasanya mengalami episode pertamanya pada usia lebih tua daripada pasien dengan skizofrenia hebefrenik atau katatonik. Pasien dengan tipe ini menunjukan lebih sedekit kemunduran pada kemampuan mental, respon emosional dan perilaku dibandingkan dengan pasien skizofrenia tipe lain. Pasien dengan tipe ini biasanya tegang, curiga, terjaga, terkadang agresif, namun dapat berperilaku cukup dalam situasi-situasi sosial. Inteligensi mereka dalam area-area yang tidak berhubungan dengan psikosis mereka tidak terpengaruhi.

Tipe HebefrenikSkizofrenia hebefrenik ditandai dengan kemunduran yang sangat jelas ke perilaku primitive, disinhibisi dan tidak teratur dan ketiadaan gejala yang memenuhi criteria tipe katatonik. Awitan tipe ini secara umum terjadi lebih awal, sebelum usia 25 tahun. Pasien tipe ini biasanya aktif tapi tidak bertujuan dan nonkonstruktif. Gangguan pikiran mereka jelas dan kontaknya dengan realita buruk. Penampilan pasien skizofrenia hebefrenik tidak rapid an perilaku sosial dan respons emosi mereka tidak sesuai. Mereka sering tertawa tanpa alas an yang jelas, senyum lebar yang tidak layak atau meringis sering ditemukan pada pasien-pasien ini.

Tipe KatatonikFitur klasik dari tipe katatonik adalah gangguan nyata pada fungsi motorik, gangguan ini dapat berupa stupor, negativism, rigiditas, eksitasi atau posturing. Terkadang, pasien menunjukan perubahan yang cepat antara eksitasi dan stupor. Manifestasi lain dapat berupa stereotipi, manerisme dan fleksibilitas lilin. Mutisme sering ditemukan, pada saat eksitasi katatonik, pasien memerlukan observasi untuk mencegah mereka melukai diri sendiri ataupun orang lain.

Residual TypeMenurut DSM-IV, skizofrenia residual ditandai dengan adanya bukti kontinu terhadap gangguan skizofrenia walau tanpa gejala aktif atau gejalanya tidak cukup untuk memenuhi criteria diagnosis tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan diri dari sosial, perilaku eksentrik, pikiran tidak logis dan asosiasi longgar yang ringan lazim ditemukan pada sizofrenia residual. Ketika halusinasi atau delusi muncul, mereka tidak prominen dan tidak dibarengi dengan afek yang kuat. Subtipe LainPenentuan subtipe skizofenia mempunyai riwayat yang panjang, dan skema subtype lain dapat ditemukan di dalam literature, khususnya Negara-negara selain Amerika Serikat.Namun ada beberapa subtype tersebut adalah menjelaskan katanya sendiri (self-explanatory) sebagai contohnya, onset akhir (late-onset), masa anak-anak dan proses. Skizofrenia onset akhir biasanya didefinisikan sebagai skizofrenia yang mempunyai onset setelah usia 45 tahun. Skizofrenia dengan onset masa anak-anak hanya disebut skizofrenia, di dalam DSM-IV, walaupun di dalam literatur di Amerika Serikat cenderung menamainya skizofrenia masa anak-anak,childhood schizophrenia.Bouffee delirante (psikosis delusional akut). Konsep diagnosis Perancis ini dibedakan dari skizofrenia, terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizoform di dalam DSM-VI. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira 40% diagnosis bouffee delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai menderita skizofrenia.Laten. Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptual diagnosis skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan bagi pasien dengan apa yang sekarang dinamakan gangguan kepribadian schizoid fan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak secara terus-menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.Oneiroid. Keadaan oneroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah skizofrenk oneiroid telah digunakan bagi pasien skizofrenik yang khusus nya terlibat di dalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan dalam dunia nyata. Jika terdapat keadaam oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologis dan gejala tersebut.Parafrenia. Istilah ini sering kali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam pemakaan lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya sistem waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.Pseudoneurotik. Kadang-kadang pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansie tas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang dengan sulit pernah menghilang. Di dalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.Skizofrenia Simpleks. Seperti pada skizofrenia laten istilah skizofrenia simpleks digunakan selama suatu periode dimana skizofrenia mempunyai konseptualisasi diagnostic yang luas. Skizofrenia simpleks ditandai oleh hilangnya dorongan dan amibisi yang bertahap dan tidak kentara. Pasien dengan gangguan biasanya tidak secara jelas psikotik dan tidak mengalami halusinasi atau waham yang menetap. Gejala utama adalah penarikan diri dari situasi social dan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sindroma mungkin mencerminkan depresi, fobia, demensia, atau suatu eksaserbasi sifat keperbadian. Klinis harus pasti bahwa pasien benar- benar memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia sebelum membuat diagnosis tersebut. Untuk mempertahankannya, gangguan deteroriatif simpleks (skizofrenia simpleks) ditemukan sebagai suatu criteria diagnostic di apendiks DSM-IVG. DiagnosisKriteria Diagnostik Skizofrenia menurut DSM-IV

A. Gejala karakteristik: Dua (atau lebih) dari gejala berikut ini, masing-masing berlangsung selama sebagian besar dari waktu satu bulan (kurang bila ditangani dengan sukses) : 1. delusi2. halusinasi 3. bicara tidak teratur (inkoherensi dan derailment)4. perilaku tidak teratur atau katatonik5. Gejala negatif, yaitu afek datar, alogia, avolisi Catatan: Hanya satu gejala criteria A yang diperlukan bila wahamnya aneh atau halusinasi berupa suara yang mengomentari perilaku atau pikiran orang tersebut atau dua atau lebih suara-suara yang berbicara satu dengan lainnya. B. Gangguan sosial/pekerjaan: untuk waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, satu atau lebih area besar dalam fungsi seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri berkurang jauh dibawah tingkat yang dimiliki sebelum awitan (atau jika awitan pada masa kanak-kanak atau remaja, kegagalan untuk mencapai prestasi interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diperkirakan).C. Durasi: Tanda dari gangguan ini terus ada secara kontinu selama minimal 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mengikut sertakan minimal 1 bulan dengan gejala yang memenuhi criteria A (gejala fase aktif) dan dapat mengikut sertakan periode-periode dengan gejala prodromal atau residual. Pada periode prodromal atau residual ini tanda dari gangguan mungkin hanya dimanifestasikan sebagai gejala negative atau dua atau lebih gejala pada criteria A yang lebih lemah (kepercayaan yang aneh,m pengalaman persepsi yang tidak lazim) D. Eksklusi gangguan skizoafektif dan gangguan mood: gangguan skizoafektif dan gangguan mood sudah disingkirkan karena tidak ada episode depresi, manic atau campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala-fase aktig, atau jika gejala mood terjadi pada saat fase aktif, total durasinya singkat bila dibandingkan dengan fase aktif dan residual. E. Eksklusi kondisi medis/substansi: gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung dari berbagai substansi (penyalahgunaan obat-obatan, dalam pengobatan) atau kondisi medis umum. F. Hubungan dengan gangguan perkembangan yang pervasive: jika ada riwayat gangguan autistic atau gangguan perkembangan lain, diagnosis tambahan berupa skizofrenia hanya dibuat jika terdapat halusinasi atau delusi yang jelas selama minimal satu bulan. Klasifikasi perjalanan longitudinal (dapat diaplikasikan setelah minimal 1 tahun sejak awitan gejala fase aktif): Episodik dengan gejala residual interepisode (episode ditandai dengan kemunculan gejala psikotik yang prominen), juga spesifikasi jika, gejala negative prominenEpisodik tanpa gejala residual interepisode

Kontinu (gejala psikotik terdapat jelas selama periode observasi), juga spesifikasi bila disertai gejala negative prominen Episode tunggal dalam remisi parsial, juga spesifikasi bila disertai gejala negatifEpisode tunggal dalam remisi penuh Pola lain atau tidak spesifik

Kriteria Diagnosis Subtipe Skizofrenia

Tipe ParanoidSebuah tipe skizofrenia yang memenuhi criteria: A. Preokupasi dengan satu atau lebih waha, atau halusinasi auditorik yang sering. B. Tidak ada yang terdapat secara prominen dari: berbicara tidak teratur, perilaku tidak teratur atau katatonik, afek tidak sesuai atau datar..

Tipe HebefrenikSebuah tipe skizofrenia yang memenuhi criteria: A. Semua gejala berikut terlihat dengan jelas:1. Berbicara tidak teratur2. Perilaku tidak teratur 3. Afek datar atau tidak sesuai B. Tidak memenuhi criteria tipe katatonik

Tipe Katatonik

Sebuah tipe skizofrenia dimana gambaran klinisnya didominasi oleh minimal 2 dari: 1. Imobilitas motorik berupa katalepsi (termasuk fleksibilitas lilin) atau stupor 2. Aktivitas motorik berlebih (tanpa tujuan dan tidak terpengaruh stimulus eksternal) 3. Negativisme ekstrem (sebuah tahanan tanpa motif terhadap seluruh instruksi yang terlihat jelas, atau mempertahankan postur kaku terhadap segala usaha untuk digerakan) atau mutisme 4. Kekhasan gerakan volunter seperti posturing (mempertahankan postur aneh atau tidak sesuai secara volunteer), gerakan stereotipi, manerisme atau grimacing yang jelas 5. Echolalia atau echopraxia

Tipe Tidak Terperinci

Sebuah tipe skizofrenia dimana didapatkan gejala yang memenuhi criteria A, tapi tidak memenuhi gejala tipe paranoid, hebefrenik atau katatonik.

Tipe Residual

Sebuah tipe skizofrenia yang memenuhi criteria: A. Ketiadaan waham, halusinasi, bicara tidak terarur, perilaku yang tidak teratur atau katatonik secara menonjol B. Terdapat bukti kontinu dari gangguan, berupa gejala negative atau dua atau lebih gejala yang terdapat pada criteria A untuk skizofrenia, dalam bentuk yang lemah (contoh: kepercayaan yang aneh, pengelaman persepsi yang tidak lazim)

Menurut DSM V

SkizofreniaKriteria Diagnosis295.90 (F20.9)

A. Terdapat dua atau lebih gejala berikut ini, dimana masing - masing gejala terjadi dalam porsi waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati). Setidaknya ada satu gejala nomor (1), (2), (3) : 1. Delusi. 2. Halusinasi. 3 Bicara tidak teratur (inkoheren). 4. Sangat tidak teratur atau terdapat perilaku katatonik. 5. Gejala negatif (yaitu, ekspresi emosional berkurang atau kurang motivasi).B. Untuk sebagian besar waktu sejak awal gangguan, tingkat fungsi dalam satu atau lebih bidang fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, terlihat di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau ketika onset berada dalam masa kanak - kanak atau remaja, ada kegagalan untuk mencapai tingkat yang diharapkan dalam bidang interpersonal, akademik, atau fungsi kerja). C. Gejala berkelanjutan dan bertahan selama minimal 6 bulan. Dalam periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang jika berhasil diobati) yang memenuhi Kriteria A (misalnya, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode prodromal atau periode residual. Selama periode ini prodromal atau residual, tanda - tanda gangguan dapat dimanifestasikan oleh hanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tercantum dalam kriteria A terjadi dalam bentuk yang tidak menonjol (misalnya, keyakinan aneh, pengalaman persepsi yang tidak biasa).D. Gangguan schizoafektif dan gangguan depresi atau bipolar dengan ciri psikotik telah disingkirkan. Baik 1) Tidak ada depresi atau episode manik yang terjadi secara bersamaan dengan gejala fase aktif, atau 2) Jika episode gangguan mood terjadi selama gejala fase aktif, episode tersebut telah muncul pada sebagian kecil dari total durasi dari periode fase aktif dan residual dari penyakit. E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari zat (misalnya, penyalahgunaan obat, dalam pengobatan medis) atau dalam kondisi medis lainnya.F. Jika ada riwayat gangguan autism spektrum atau gangguan komunikasi yang terjadi pada masa anak - anak, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol, di samping gejala lain yang diperlukan skizofrenia, juga terjadi untuk setidaknya 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati). Tentukan jika : Kelompok perjalanan penyakit ini hanya digunakan setelah durasi 1 tahun dari gangguan dan jika tidak bertentangan dengan kriteria diagnostik. Episode pertama, saat ini pada episode akut : Manifestasi pertama dari gangguan sesuai dengan kriteria diagnosis dan waktu. Episode akut adalah periode waktu dimana kriteria gejala terpenuhi.Episode pertama, saat ini dalam remisi parsial : Remisi parsial adalah periode waktu di mana perbaikan setelah episode sebelumnya dipertahankan dan di mana kriteria diagnosis gangguan tersebut hanya sebagian terpenuhi. Episode pertama, saat ini dalam remisi penuh : Remisi penuh adalah periode waktu setelah episode sebelumnya di mana tidak ada gejala gangguan spesifik yang terjadi. Multipel episode, saat ini dalam episode akut : Multipel episode dapat ditentukan setelah minimal dua episode (yaitu, setelah episode pertama, remisi dan minimal satu kali kambuh). Multipel episode, saat ini dalam parsial remisi.Multipel episode, saat ini dalam remisi penuh.Berkelanjutan : Gejala memenuhi kriteria diagnostik gejala dari gangguan yang tersisa untuk sebagian besar perjalanan penyakit, dengan gejala dibawah batas periode relatif singkat dari perjalanan penyakit secara keseluruhan. Episode Yang Belum JelasTentukan jika : Dengan katatonia (lihat kriteria katatonia terkait dengan gangguan mental lain, hal 119 - 120, untuk definisi). Catatan coding : Gunakan kode tambahan 293,89 (F06.1) katatonia terkait dengan gangguan schizophreniform untuk menunjukkan terjadinya komorbid katatonia. Tentukan keparahan saat ini : Tingkat keparahan dinilai secara kuantitatif dari gejala utama psikosis, termasuk delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, perilaku psikomotor yang abnormal, dan gejala negatif. Masing - masing gejala ini dapat dinilai untuk keparahan saat ini (yang paling parah dalam 7 hari terakhir) dari 5 poin skala mulai dari 0 (tidak ada) sampai 4 (saat ini masih bergejala dan berat). (Lihat Bagian Dimensi Derajat Klinis Gejala Keparahan Psikosis Dalam Bab "Langkah Langkah Penilaian"). Catatan : Diagnosis gangguan skizofrenia dapat dibuat tanpa menggunakan penentuan keparahan ini.

Diagnosis Menurut DSM VGejala khas skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif, perilaku, dan emosional, tetapi tidak ada gejala tunggal patognomonik dari gangguan. Diagnosis melibatkan kumpulan pengakuan tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan fungsi pekerjaan atau sosial. Individu dengan gangguan tersebut akan bervariasi pada gejala yang terjadi, oleh karena itu skizofrenia merupakan sindrom klinis yang heterogen. Setidaknya dua gejala Kriteria A harus ada dalam waktu yang bermakna selama periode 1 bulan atau lebih. Setidaknya satu dari gejala - gejala ini harus jelas memperlihatkan gejala delusi, halusinasi, atau bicara tidak teratur, sangat tidak teratur atau perilaku katatonik dan gejala negatif juga dapat terjadi. Dalam situasi dimana gejala fase aktif mulai sembuh dalam waktu satu bulan sebagai respon terhadap pengobatan, kriteria A masih sesuai jika klinisi memperkirakan bahwa gejala tersebut akan bertahan dengan tidak adanya pengobatan. Skizofrenia melibatkan gangguan dalam satu atau lebih bidang fungsi utama (Kriteria B). Jika gangguan dimulai pada masa kanak - kanak atau remaja, tingkat perkembangan yang diharapkan dari bidang fungsi tidak tercapai. Gangguan fungsi terus berlanjut untuk waktu yang cukup selama gangguan dan tidak muncul untuk menjadi akibat langsung dari setiap gejala tunggal. Avolition (yaitu, penurunan dorongan untuk mengejar tujuan) terkait dengan disfungsi sosial yang dijelaskan dalam Kriteria B. Ada juga bukti yang kuat untuk hubungan antara penurunan kognitif dan gangguan fungsional pada individu dengan skizofrenia.Beberapa tanda - tanda gangguan harus bertahan untuk jangka waktu terus menerus minimal 6 bulan. Gejala prodromal sering mendahului fase aktif, dan gejala residual dapat mengikutinya, ditandai dengan bentuk ringan atau subthreshold halusinasi atau delusi. Individu dapat mengekspresikan keyakinan yang bervariasi, tidak biasa, atau keyakinan aneh yang tidak proporsional (misalnya, ide-ide dari referensi atau pemikiran magis); individu tersebut mungkin memiliki pengalaman persepsi yang tidak biasa (misalnya, merasakan kehadiran orang yang tak terlihat); bicara individu tersebut mungkin umumnya dapat dimengerti namun bermakna kabur; dan perilaku individu tersebut mungkin biasa namun tidak terlalu teratur (misalnya, bergumam di depan umum). Gejala negatif umumnya terjadi pada fase prodromal dan fase residual dan dapat menjadi bertambah parah. Individu yang awalnya aktif secara sosial dapat menjadi menarik diri dari rutinitas sebelumnya. Perilaku tersebut sering menjadi tanda pertama dari gangguan skizofrenia. Selain lima wilayah gejala utama yang diidentifikasi dalam kriteria diagnostik, penilaian kognisi, depresi, dan gejala mania sangat penting untuk membuat perbedaan antara berbagai spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.

H. Pemeriksaan Status MentalPenampilan umum Penampilan umum dari pasien skizofrenia dapat bermacam-macam, dari orang yang sama sekali acak-acakan, berteriak-teriak, teragitasi, sampai orang yang berdandan secara obsesif, sangat tenang, dan tidak bergerak. Diantara kedua kutub tersebut, pasien mungkin senang berbicara dan mungkin menunjukkan postur tubuh yang aneh. Perilaku mungkin menjadi teragitasi atau menyerang, tampaknya dalam suatu cara yang tidak terprovokasi tetapi biasanya sebagai respon terhadap halusinasi. Perilaku tersebut berbeda secara dramatis pada stupor katatonik, seringkali hanya disebut katatonia, dimana pasien tampaknya tanpa kehidupan sama sekali dan mungkin menunjukkan tanda seperti kebisuan, negativism, dan kepatuhan otomatis. Fleksibilitas lilin (waxy flexibility) digunakan untuk tanda umum pada katatonia, tetapi hal ini sekarang adalah jarang. Presentasi yang kurang ekstrim dan tipe tersebut mungkin adalah penarikan diri dari lingkungan social yang jelas dan egosentrisitas, tidak adanya bicara atau gerakan spontan dan tidak adanya perilaku yang diarahkan tujuan. Pasien katatonik mungkin duduk tanpa bergerak dan tidak berbicara di kursinya, berespon terhadap pertanyaan hanya dengan jawaban yang singkat, dan bergerak hanya bila diperintah. Perilaku lain yang jelas mungkin adalah kecanggungan atau kekakuan yang aneh dalam pergerakan tubuh, tanda yang sekarang terlihat sebagai kemungkinan menyatakan patologi di ganglia basalis. Pasien skizofrenik seringkali memiliki dandanan yang buruk, tidak mandi, dan berpakaian ynag terlalu tebal bagi temperatur lingkungan di sekelilingnya. Perilaku aneh lainnya adalah tics, streotipik, manerisme, dan kadang-kadang ekopraksia, dimana pasien meniru postur atau perilaku pemeriksa.

Perasaan Prekoks (Precox Feeling)Beberapa klinisi melaporkan suatu perasaan prekoks, suatu pengalaman intuitif dalam kemampuan mereka menegakkan rapport emosional dengan pasien. Walaupun pengalaman ini adalah sering, tidak ada data yang menyatakan bahwa hal tersebut merupakan criteria yang sah atau dapat dipercaya dalam diagnosis skizofrenia.Mood, perasaan, dan afekDepresi dapat merupakan suatu ciri psikosis akut dan suatu akibat dari suatu episode psikotik. Gejala depresif kadang-kadang disebut sebagai depresi sekunder pada skizofrenia atau sebagai gangguan depresif pasca psikotik dari skizofrenia. Beberapa data menunjukkan bahwa depresi berhubungan dengan gejala ekstrapiramidalis akibat anti psikotik. Data tersebut dapat mengarahkan bahwa pasien skizofrenik dengan ciri depresif adalah rentan terhadap efek samping ekstrapiramidalis dari antipsikotik. Irama perasaan lain adalah kebingungan, terror, perasaan terisolasi, dan ambivalensi yang melanda. Gejala Afektif LainnyaDua gejala afektif lain yang sering ditemukan dalam skizofrenia adalah penurunan responsivitas emosional, yang seringkali cukup parah sehingga memerlukan label anhedonia, dan emosi yang sangat aktif dan tidak sesuai, seperti penyerangan yang ekstrim, kegembiraan, dan kecemasan. Suatu afek yang datar atau tumpul, dapat merupakan suatu gejala penyakitnya sendiri, efek samping parkinsonisme dari medikasi anti psikotik, atau depresi. Perbedaan gejala tersebut dapat merupakan tantangan klinis. Pasien yang sangat emosional mungkin menggambarkan perasaan kemahakuasaan yang meluap-luap, kegembiraan religious yang luar biasa, terror tentang disintegrasi jiwa mereka, atau kecemasan yang melumpuhkan tentang keruntuhan jagad raya. Gangguan persepsiPada pasien psikiatrik semua dari lima indera dapat dipengaruhi oleh pengalaman halusinasi. Tetapi halusinasi yang paling seirng adalah halusinasi dengar. Suara-suara yang seringkali mengancam, kotor, menuduh, atau menghina. Dua atau lebih suara dapat saling berbicara satu sama lainnya, atau sebuah suara mungkin berkomentar tentang perilaku atau kehidupan pasien. Halusinasi lihat sering ditemukan, tetapi halusinasi raba, cium, kecap, jarang ditemukan; keberadaan halusinasi tersebut harus segera mengarahkan dokter untuk mempertimbangkan kemungkinan gangguan medis atau neurologis yang mendasari yang menyebabkan keseluruhan sindroma. Halusinasi kenestetikHalusinasi kenestetik (cenestetic hallucination) adalah sensasi perubahan keadaan organ tubuh yang tidak mempunyai dasar. Contoh dari halusinasi kenestetik adalah perasaan terbakar di otak, sensasi mendorong di pembuluh darah, dan sensasi memotong di sumsum tulang. IlusiIlusi, berbeda dari halusinasi, adalah suatu penyimpangan (distorsi) dari citra atau sensasi sesungguhnya, sedangkan halusinasi tidak didasarkan pada sensasi yang nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenia selama fase aktif gangguan, tetapi juga terdapat terjadi fase prodromal dari gangguan selama periode remisi. Bilamana ilusi atau halusinasi terjadi, klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab gejala yang berhubungan dengan obat, bahkan pada seorang pasien yang telah mendapatkan diagnosis skizofrenia. PikiranGangguan berpikir adalah gejala yang paling sulit untuk dimengerti bagi banyak klinisi dan mahasiswa. Gangguan berpikir pada kenyataannya dapat merupakan gejala inti dari skizofrenia. Salah satu cara untuk memperjelas gangguan berpikir adalah membaginya jadi gangguan isi pikiran, bentuk pikiran, dan proses berpikir. Isi pikiran. Gangguan isi pikiran mencerminkan gagasan, keyakinan, dan interpretasi pasien tentang stimuli. Waham adalah contoh yang paling jelas dari gangguan isi pikiran. Waham dapat bervariasi pada pasien skizofrenia, waham kejar kebesaran, keagamaan, atau somatic. Pasien mungkin percaya bahwa lingkungan luar mengendalikan pikiran atau perilaku mereka, atau sebaliknya bahwa mereka mengendalikan kejadian-kejadian dalam cara yang luar biasa (sebagai contohnya, menyebabkan matahari terbit dan tenggelam dan mencegah gempa bumi). Pasien mungkin memiliki keasyikan atau preokupasi yang kuat dan menghabiskan waktu dengan gagasan yang hanya dapat diketahui dan dipahami oleh orang tertentu saja atau esoteric, abstrak, simbolik psikologis, atau filosofi. Pasien mungkin juga memperhatikan kondisi somatic yang diduga mengancam kehidupan tetapi sangat kacau dan tidak masuk akal, sebagai contohnya adanya benda asing di dalam testis pasien dan mempengaruhi kemampuannya untuk memiliki anak. Kalimat kehilangan ikatan ego menggambarkan hilangnya perasaan yang jernih dimana tubuh dan pikiran pasien sendiri, dan mempengaruhi akhir dan dimana objek hidup dan ojek mati lainnya dimulai. Sebagai contohnya, pasien mungkin berfikir bahwa orang lain, televisi, atau surat kabar menyangkut dirinya (ideas of reference). Gejala lain hilangnya ikatan ego adalah perasaan pasien bergabung dengan objek luar (sebagai contohnya, sebatang pohon atau orang lain) atau bahwa pasien telah terdisintegrasi dan bergabung dengan jagat raya. Dengan keadaan pikiran tersebut, pasien skizofrenik memiliki keraguan seperti jenis kelamin apa mereka itu atau apa orientasi seksual mereka. Gejala tersebut tidak boleh dikacaukan dengan transvestisme, transeksualitas, homoseksualitas.Bentuk Pikiran. Gangguan bentuk pikiran secara objektif terlibat dalam ucapan dan bahasa tulisan pasien. Gangguan berupa kelonggaran asosiasi, hal yang keluar dari jalurnya, inkoherensi, tangensialitas, sirkumstansialitas, neologisme, ekolalia, ferbigerasi, gado-gado kata dan mutisme. Walaupun kelonggaran asosiasi pernah digambarkan sebagai patognomonik untuk skizofrenia, gejala sering kali ditemukan pada mania. Membedakan antara kekenduran asosiasi dan tangensialitas mungkin sulit bahkan bagi dokter yang paling berpengalaman. Proses Pikiran. Gangguan proses pikiran mempermasalahkan cara gagasan dan bahasa dibentuk. Pemeriksa menemukan gangguan dari apa dan bagaimana pasien berbicara, menulis atau menggambar. Pemeriksa juga menilai proses berfikir pasien dengan mengamati perilaku pasien khususnya dalam melakukan tugas tertentu dalam terapi kerja (occupational therapy) sebagai contohnya. Gangguan proses berfikir dapat berupa flight of ideas, hambatan pikiran (thought blocking), gangguan perhatian, kemiskinan isi pikiran, kemampuan abstraksi yang buruk, perseverasi, asosiasi idiosinkratik (sebagai contohnya, predikat identik dan asosiasi bunyi), melibatkan diri secara berlebihan (over-inclusion), dan sirkumstansial. Impulsivitas, bunuh diri, dan pembunuhan. Pasien dengan skizofrenia mungkin teragitasi dan mempunyai pengendalian impuls yang kecil jika mereka sakit. Mereka juga memiliki kepekaan social yang menurun, tampak menjadi impulsive sesaat, sebagai contohnyam mereka merebut rokok orang lain, mengganti saluran televisi secara tiba-tiba atau membuang makanan di lantai. Beberapa perilaku yang tampaknya impulsive, termasuk usaha bunuh diri atau pembunuhan, mungkin sebagai respon dari halusinasi yang memerintah pasien untuk melakukan hal tersebut. Bunuh diri. Kira-kira 50% dari semua pasien skizofrenik melakukan usaha bunuh diri, dan 10-15% pasien skizofrenik meninggal akibat bunuh diri. Pencetus untuk bunuh diri adalah perasaan kekosongan yang mutlak, kebutuhan untuk membebaskan diri dari penyiksaan mental, atau halusinasi dengar yang memerintah pasien untuk membunuh dirinya sendiri. Faktor resiko untuk bunuh diri adalah kesadaran pasien akan penyakitnya, jenis kelamin laki-laki, pendidikan perguruan tinggi, usia muda, perubahan dalam perjalanan penyakit, suatu perbaikan setelah suatu relaps, ketergantungan pada rumah sakit, ambisi yang terlalu tinggi, usaha bunuh diri sebelumnya pada awal perjalanan penyakit dan tinggal sendirian. Pembunuhan. Data yang tersedia menyatakan bahwa seorang pasien skizofrenik tidak lebih mungkin melakukan pembunuhan dibandingkan seorang anggota populasi umum. Jika seorang pasien skizofrenik memang melakukan bunuh diri, hal tersebut mungkin dilakukan untuk alasan yang tidak dapat diperkirakan atau kacau yang didasarkan pada halusinasi atau waham. Predictor yang mungkin untuk aktivitas membunuh adalah riwayat kekerasan sebelumnya, perilaku berbahaya saat dirawat di rumah sakit, dan halusinasi atau waham yang melibatkan kekerasan tersebut.

Sensorium Dan KognisiOrientasi. Pasien skizofrenik biasanya terorientasi terhadap orang, waktu, dan tempat. Tidak terdapatnya orientasi tersebut harus langsung mengarahkan klinisi untuk memeriksa kemungkinan gangguan otak medis atau neurologis. Beberapa pasien skizofrenik dapat memberikan jawaban yang tidak tepat atau aneh terhadap pertanyaan orientasi- sebagai contohnya saya adalah Tuhan; di sini adalah surga; dan sekarang adalah tahun 35 Masehi.Daya ingat. Daya ingat, seperti yang diuji pada pemeriksaan status mental, biasanya intak. Tetapi, dapat tidak mungkin untuk meminta pasien cukup memperhatikan pengujian daya ingat untuk dapat diujinya kemampuan tersebut secara adekuat. Pertimbangan dan Tilikan Biasanya, pasien skizofrenik digambarkan sebagai memiliki tilikan yang buruk terhadap sifat dan keparahan penyakitnya. Tidak adanya tilikan dihubungkan dengan kepatuhan terhadap pengobatan yang buruk. Saat memeriksa pasien skizofrenik, klinisi harus secara cermat menentukan berbagai aspek dari tilikan, seperti kesadaran akan gejala, kesulitan dalam bersama-sama dengan orang lain dan alasan masalah tersebut. Informasi tersebut adalah berguna secara klinis dalam menyusun strategi pengobatan dan secara teoritis berguna dalam memperkirakan daerah otak mana yang berperan terhadap hilangnya tilikan yang diamati (sebagai contohnya, lobus parietalis). ReliabilitasSeorang pasien skizofrenik tidak kurang dapat dipercaya dari pasien psikiatrik atau nonpsikiatrik lainnya. Tetapi, sifat gangguan mengharuskan pemeriksa untuk memperjelas informasi penting melalui sumber tambahan.

Positive and Negative Syndrome Scale of Schizophrenia memberikan skor 1-7 kepada gejala-gejala skizofrenia dan dapat membantu menilai derjat keparahan gejala tersebut.

I. Diagnosa BandingGangguan Psikotik Sekunder dan Akibat ObatGejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan medis nonpsikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat, diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum, gangguan psikotik akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit seringkali sebelum perkembangan gejala lain. Dengan demikian, klinisi harus mempertimbangkan berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik didalam diagnosis banding psikosis, bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan neurologis mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok pasien tersebut.Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik:Pertama, klinisi harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadaran. Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap, termasuk riwayat gangguan medis, neurologis dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan kemumungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya.

Berpura-pura dan Gangguan BuatanBaik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut biasanya memiliki alasan finansial dan hukum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang kurang mengendalian pemalsuan gejala psikotiknya, mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan gejala lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.Gangguan Psikotik LainGejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan gangguan yang terlihat pada gangguan skizofeniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan sizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memeiliki lama (durasi) gejala yang sekurang nya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan psikotik singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke fungsi premorbid nya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama atau dengan gejala utama skizofrenia.Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh (non bizare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia lainnya atau suatu ganggun mood.Gangguan MoodDiagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresif. Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relatif singkat terhadap lama gejala primer. Tanpa adanya informasi dari pemeriksaan status mental, klinisi harus menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya suat gangguan mood, bukannya membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.Gangguan KepribadianBerbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu ciri skizofrenia; gangguan kepribadian skizotipal, skizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian tidak seperti skizofrenia, mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tunggal yang dapat diidentifikasi.

J. TatalaksanaWalaupun pengobatan antipsikotik merupakan terapi utama skizofrenia, penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial termasuk psikoterapi dapat meningkatkan perbaikan klinis. Kompleksitas skizofrenia menyebabkan pendekatan teurapetik tunggal tidak adekuat untuk mengangani gangguan ini, Modalitas psikososial harus diintegrasikan kedalam regimen pengobatan medikamentosa. Pasien skizofrenia lebih mendapatkan manfaat dari kombinasi penggunaan obat antipsikotik dan terapi psikososial.

Rawat InapRawat inap diindikasikan untuk kepentingan diagnostic, stabilisasi pengobatan, keamanan pasien karena ideasi bunuh diri atau membunuh dan karena perilaku disorganisasi atau tidak sesuai yang menonjol, termasuk ketidakmampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, berpakaian dan tempat perlindungan (shelter). Membentuk asosiasi efektif antara pasien dan system dukungan komunitas merupakan tujuan utama pasien dirawat inap. Rawat inap selama 4-6 minggu sama efektif dengan rawat inap jangka panjang dan tata cara rumah sakit yang menggunakan pendekatan perilaku secara aktif memberikan hasil yang lebih baik. Rencana terapi rumah sakit harus berorientasi terhadap isu-isu praktikal seperti perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan dan hubungan sosial.

FarmakoterapiPengenalan chlorpromazine pada tahun 1952 merupakan kontribusi yang paling penting kepada pengobatan gangguan psikiatrik. Henri Laborit seorang dokter bedah di Paris melihat bahwa pemberian chlorpromazine pada pasien sebelum operasi menyebabkan sebuah keadaan tidak biasa dimana pasien terlihat kurang cemas mengenai prosedur yang akan dijalani. Chlorpromazine menunjukan efikasi dalam mengurangi halusinasi dan waham dan eksitasi, dan efek sampingnya Nampak seperti parkinsonisme. Pengobatan antipsikotik mengurangi gejala psikotik dan angka relaps. Kurang lebih 70% pasien yang diobati dengan antipsikotik mengalami remisi. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati skizofrenia mempunyai ciri farmakologis tapi masing-masing mempunyai kapasitas sebagai antagonis reseptor dopamine pascasinaps di otak.

Antipsikotik dibagi menjadi dua kelompok, antipsikotik tipikal yang lebih tua (disebut juga generasi pertama) atau antagonis reseptor dopamine dan golongan obat yang lebih baru, disebut generasi kedua atau antagonis serotonin dopamine.

Obat-obat antipsikotikPenggolongan obat antipsikotik tipikal (generasi 1) disubklasifikasi sesuai dengan potensinya menjadi sedang, rendah, tnggi. Pembagian ini berguna karena dapat memberikan informasi untuk mendapatkan efek klinik dan perkiraan efek samping yang dapat terjadi.

Obat APG-1 memberikan efek menurunkan aktivitas dopamine. Haloperidol dan klorpromazin meningkatkan metabolism dopamine pada area yang kaya dopamine. Kedua zat ini bekerja sebagai dopamine antagonis. Obat APG-1 ini menghambat aktivitas dopamine yang diinduksi oleh amfetamin dan dapat mengurangi perilaku stereotipik yang dapat diinduksi oleh dopamine. Sebagaimana kita ketahui zat-zat seperti amfetamin, metilfenidat, kokain dapat meningkatkan aktivitas dopamine. Obat APG-1 dikaitkan dengan afinitas yang kuat dengan reseptor D2, efektif bila 80% D2 di otak dapat dihambat. Bila hambatan reseptor D2 lebih besar, gejala ekstrapiramidal dapat terjadi tanpa penambahan APG-1 sebagai antipsikosis. Semua bentuk skizofrenia dapat mengalami perbaikan dengan APG-1. Tidak ada bukti subtype skizofrenia tertentu berespon lebih baik dengan antipsikosis jenis tertentu. APG-1 yang berpotensi rendah bersifat sedative sehingga lebih efektif untuk pasien yang agitatif sedangkan yang berpotensi tinggi bersifat non-sedasi, lebih efektif untuk pasien yang menarik diri.Wanita lebih berespon dan membutuhkan dosis yang lebih rendah daripada pria.GolonganNama GenerikNama DagangSediaanDosis

FenotiazineChlorpromazineChorpromazineTab 25-100 mg150-600 mg/h

PromactilTab 100 mg

MeprosetilTab 100 mg

CepezetTab 100 mgAmp 50mg/2cc50-100 mg (IM) setiap 4-6 jam

PherperazinePherperazineTab 4 mg12-24 mg/hari

TrifalonTab 2-4-8 mg

TrifluoperazineStelazineTab 1-5 mg10-15 mg/hari

FluperazineAnatensolTab 2,5 5 mg10-15 mg/hari

Fluperazine decanoatModecatVial 25mg/cc25 mg (IM) setiap 2- 4 minggu

ButhirophenonHaloperidolHaloperidol

0,5-1,5 mg5 mg 5-15 mg/hari

DoresKapsul 5 mg Tablet 1,5 mg

SerenaceTablet 0,5-1,5 mg, 5 mgLiquid 2mg/mlAmpul 5mg/cc Ampul 5-10 mg (IM) setiap 4-6 jam

HaldolTablet 2-5 mg

GovotilTablet 2-5 mg

LodomerTablet 2-5mgAmpul 5mg/cc5-10 mg (IM) setiap 4-6 jam

Haldol decanoasAmpul 50mg/cc50 mg (IM) setiap 2-4 minggu

DiphenylbutylPiperidinesPimozideOrap ForteTab 4 mg2-4 mg/hari

Antipsikotik Generasi Kedua:Obat antipsikotik yang baru dengan efikasi yang lebih baik dan efek samping yang minimal. Ada beberapa jenis APG-2, seperti Clozapine, Risperidone, Olanzapine, Quetiapine, Ziprazidone. Secara umum, APG-2 secara spesifik reseptor 5HT-2 dan D2. Kemampuan memblok D2 di mesolimbik dibandingkan kemampuan memblok D2 di striatum sehingga efek samping hanya dirasakan pada pasien yang sangat rentan. Dibandingkan dengan Clozapine, Olanzapine memblok reseptor D2 lebih besar sehingga pada dosis tinggi dapat meningkatkan kadar prolaktin dan menyebabkan efek samping ekstrapiramidal.GolonganNama GenerikNama DagangSediaanDosis

BenzamideSulpirideDogmatil forte Amp 100mg/2cc Tab 200 mg

3-6 Amp/hari (IM)300-600 mg/hari

PherperazinePherperazineTab 4 mg12-24 mg/hari

TrifalonTab 2-4-8 mg

DibenzodiazepineClozapineClozarilSizoril25-100 mg25-100 mg/hari10-20 mg/hari

Olanzapine Zyprexa5-10 mg10-20 mg/hari

QuetiapineSeroquelTab 25-100 mgTab 200 mg50-400 mg/hari

ZotepinLodopin

25-50 mg75-100 mg/hari

BenziodiazoleRisperidoneRisperidoneTab 1-2-3 mg

2-6 mg/hari

Risperdal

Risperdal ConstaVial 25 mg/cc Vial 50mg/cc25-50 mg (IM) setiap 2 minggu

NeriprosTab 1-2-3 mg

Persidal

Risodal

Zofredal

AripiprazoleAbilifyTab 10-15 mg10-15 mg/hari

Efek Samping Obat Antipsikotik

Hubungan antara struktur kimia dengan potensi dan toksisitas

Golongan

ObatPotensi KlinikToksisitas ekstrapiramidalEfek sedatifEfek hipotensi

Fenotiazin- Alifatik- PiperazinKlorpromazinFlufenazin++++++++++++++++++++++-

TioxantenThiotixene+++++++++++++

ButirofenonHaloperidol+++++++++++-

DibenzodiazepinKlozapin+++-+++++

BenzisoksazolRisperidon++++++++++

Tienobenzodiazepin Olanzapin++++-+++++

DibenzotiazepinQuetiapin++-+++++

DihidroindolonZiprassidon+++-+++

OihidrokarbostirilAripriprazol++++++++

Fase-fase pengobatan skizofrenia

Penanganan psikosis akutPsikosis akut membutuhkan penanganan segera yang lebih focus dengan menghilangkan gejala psikotik yang paling berat. Fase ini biasanya berlangsung dari 4-8 minggu. Skizofrenia akut biasanya menunjukan agitasi yang berat yang bisa disebabkan dari gejala-gejala seperti waham yang menakutkan, halusinasi atau kecurigaan, atau dari penyebab-penyebab lain seperti penyalahgunaan stimulant. Pasien dengan akatisia dapat terlihat teragitasi ketika mereka mengalami perasaan subjektif keresahan motorik. Membedakan akatisia dengan agitasi psikotik sulit, terutama ketika pasien tidak dapat mendeskripsikan pengalaman internal yang dialaminya,.

Klinisi mempunyai beberapa pilihan untuk menangani agitasi yang disebabkan oleh psikosis. Antipsikotik dan benzodiazepine dapat menenangkan pasien dengan cepat. Pada pasien yang sangat teragitasi, administrasi antipsikotik secara intramuscular memberikan efek yang lebih cepat. Sebuah keuntungan menggunakan antipsikotik adalah sebuah injeksi intramuskuler tunggal haloperidol, fluphenazinem olanzapine, atau ziprasidone sering menyebabkan ketengan tanpa sedasi yang berlebihan. Antipsikotik potensi rendah sering berhubungan dengan efek sedasi dan hipotensi postural, terutama jika diberikan secara intramuskuler. Pemberian ziprasidone dan olanzapine secara intramuskuler dapat menyebabkan efek samping ekstrapiramidal yang tidak bermakna, dimana haloperidol dan fluphenazine dapat menyebabkan distonia dan akatisia pada beberapa pasien.

Benzodiazepin juga efektif untuk agitasi pada psikosis akut. Lorazepam mempunyai keuntungan berupa absorpsi yang terpercaya saat diberikan secara oral atau intramuskuler. Penggunaan benzodiazepine dapat mengurangi jumlah obat antipsikotik yang dibutuhkan untuk mengontrol pasien. Beberapa studi menunjukan bahwa semakin lama jeda waktu antara awitan psikosis pertama dengan pemberian pengobatan berhubungan dengan hasil (outcome) yang kurang baik. Klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa penangnan yang tertunda dapat memperburuk prognosis pasien.

Penanganan fase stabilisasi dan rumatanPada fase stabil atau rumatan, gangguan ini secara relative berada di fase remisi. Tujuan pada fase ini adalah untuk mencegah relaps psikotik dan untuk membantu pasien meningkatkan tingkat fungsi mereka. Pasien stabil yang tetap dipertahankan dengan pengobatan antipsikotik mempunyai angka relaps yang lebih rendah dibandingkan pasien yang menghentikan pengobatan mereka. Secara umum, pasien multiepisode direkomendasikan untuk mendapat terapi rumatan selama minimal 5 tahun.

KetidakpatuhanKetidakpatuhan dengan pengobatan antipsikotik jangka panjang sangat tinggi. Diperkirakan 40-50 % pasien menjadi tidak patuh dalam 1 atau 2 tahun. Kepatuhan pasien meningkat ketika pengobatan long acting digunakan daripada pengobatan oral. Ketika memulai pemberian obat long-acting, pemberiam suplemen oral perlu saat kadar puncak plasma sedang dicapai. Fluphenazine, haloperidol dan risperidone sudah diformulasikan dalam bentuk suntik long acting. Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan pengobatan suntik long acting. Klinisi dapat segera tahu ketika ketidakpatuhan terjadi dan dapat segera melakukan intervensi sebelum efek dari obat menghilang, terdapat variabilitas yang lebih rendah dari kadar dalam darah per haro, sehingga lebih mudah untuk menetapkan dosis minimum efektif, dan pasien lebih memilih pengobatan long acting daripada harus mengingat jadwal dosis pengobatan oral setiap hari.

Strategi untuk responden burukKetika pasien dengan skizofrenia akut diberi pengobatan antipsikotik, sekitar 60% pasien akan membaik dan mencapai remisi sempurna atau hanya mengalami gejala-gejala ringan. 40% sisanya akan membaik tapi menunjukan tingkat gejala positif yang bervariasi, yang resisten terhadap pengobatan. Daripada membagi pasien menjadi responders dan non-responders, lebih akurat untuk menilai tingkat perbaikan penyakit oleh pengobatan. Beberapa pasien resisten sakit sangat parah sehingga membutuhkan institusionalisasi kronik. Yang lainnya akan merespon pengobatan antipsikotik dengan represi gejala positif mereka, tapi menunjukan gejala yang persisten seperti halusinasi dan delusi.Sebelum menyatakan pasien seorang nonresponder terhadap obat tertentu, sangat penting bahwa mereka sudah menerima trial (uji coba) yang adekuat dengan obat tersebut. Sebuah uji selama 4-6 minggu dengan dosis yang adekuat merupakan uji yang masuk akal untuk pasien. Pasien yang menunjukan perbaikan yang ringan pada periode ini dapat membaik dengan stabil dalam 3-6 bulan. Akan sangat membantu untuk mengkonfirmasi bahwa pasien mendapatkan jumlah dosis yang adekuat dengan memonitor kadar plasma. Informasi ini tersedia untuk sejumlah antipsikotik seperti haloperidol,clozapine, fluphenazine, trifluoperazine dan perphenazine. Kadar plasma yang sangat rendah dapat berarti pasien tidak patuh terhadap pengobatan, atau menandakan bahwa pasien adalah seorang rapid metabolizer dari obat antipsikotik atau obat tersebut tidak diabsorbsi secara adekuat. Dalam keadaan ini, dosis obat dapat ditingkatkan dan bila kadar plasmanya relative tinggi, klinisi harus mempertimbangkan pakah efek samping dapat memngganggu respon terapeutik.Jika pasien berespon buruk, dosis dapat ditingkatkan melebihi kadar terapeutik biasanya, namun, dosis yang lebih tinggi tidak diasosiasikan dengan perbaikan yang lebih besar daripada dosis konvensional. Mengganti obat dengan yang lain lebih dianjurkan. Jika pasien berespon buruk terhadap DRA konvensional, sangat mungkin individu ini akan berespon buruk dengan DRA lain, maka dianjurkan untuk mengganti dengan SDA (contoh clozapine)

ECTECT sudah dipelajari pada skizofrenia akut dan kronik. Penelitian pada pasien dengan awitan baru menunjukan bahwa ECT sama efektifnya dengan pengobatan antipsikotik, dan lebih efektif dari psikoterapi. Penelitian lain menganjurkan penambahan pengobatan antipsikotik dengan ECT lebih efektif daripada pemberian antipsikotik saja. Obat antipsikotik harus diberikan saat dan setelah ECT.

Terapi psikososialTerapi psikososial menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan kemampuan sosial, swasembada, kemampuan praktek dan komunikasi interpersonal pada pasien skizofrenia. Tujuannya adalah untuk memungkinkan seseorang yang sakit parah untuk mengembangkan kemampuan sosial dan kemampuan untuk hidup mandiri. Terapi ini dapat dilakukan di rumah sakit, klinik rawat jalan, pusat kesehatan jiwa, rumah, atau klub sosial.

Pelatihan kemampuan sosisal (Social Skills Training)Pelatihan kemampuan sosial terkadang disebut terapi kemampuan perilau. Bersama dengan terapi farmakologis, terapi ini dapat mendukung secara langsung dan berguna bagi pasien. Sebagai tambahan gejala psikotik pada pasien skizofrenia, hejala lain yang dapat dilihat melibatkan bagaimana pasien berhubungan dengan orang lain, seperti kontak mata buruk, perlambatan tidak lazim dalam merespon, ekspresi wajah yang aneh, kurangnya spontanitas pada situasi sosial dan kurangnya persepsi atau persepsi tidak akurat terhadap emosi pada orang lain. Terapi kemampuan perilaku menggunakan rekaman videotentang orang lain dan pasien sendiri, bermain peran dan pekerjaan rumah untuk melatih beberapa kemampuan spesifik. Pelatihan kemampuan sosial telah mengurangi angka relaps dengan mengungari kebuthan rawan inap. Terapi berorientasi keluargaKarena pasien skizofrenia sering dipulangkan dalam keadaan remisi tidak sempurna, sebuah anggota keluarga dari pasien dapat mendapatkan manfaat dari terapi keluarga.Terapi ini menjelaskan bagaimana mengidentifikasi dan menghindari situasi yang berpotensi bermasalah. Ketika timbul masalah pada pasien dalam keluarga, terapi bertujuan untuk menyelasaikan masalah tersebut secepatnya. Jika keluarga ini membantu, anggota keluarga dapat mendorong saudaranya yang menderita skizofrenia untuk melanjutkan aktivitas regulernya dengan terlalu cepat, dengan menghiraukan gangguan yang dialami atau keparahan gangguan tersebut. Terapi harus membantu keularga dan pasien untuk mengerti tentang skizofrenia dan mendorong terjadinya diskusi mengenai episode psikotik dan pencetusnya. Gejala psikotik sering menakuti keluarga dan berbicara terbuka dengan psikiater mengenai hal ini dapat menenangkan semua pihak. Terapis juga dapat mengarahkan aplikasi jangka panjang strategi mengurangi dan mengatasi stress dan terhadap reintegrasi pasien ke kehidupan sehari-hari. Terapi harus mengontrol intensitas sesi keluarga dengan pasien skizofrenia. Ekspresi emosi yang berlebihan pada sebuah pertemuan dapat merusak proses penyembuhan pasien dan mengganggu terapi keluarga yang berikutnya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa terapi keluarga efektif dalam mengurangi relaps.

Terapi kelompokTerapi kelompok secara umum focus kepada rencana, masalah kehidupan dan hubungan. Terapi kelompok efektif dalam mengurangi isolasi sosial, meningkatkan rasa kebersamaan dan memperbaik reality testing pada pasien skizofrenia.

Terapi perilaku kognitifDigunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif, mengurangi distraktibilitas dan mengoreksi gangguan daya nilai.

Psikoterapi individualStudi mengenai efek psikoterapi individual dalam penanganan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi ini bermanfaat dan bersifat tambahan terhadap efek terapi farmakologis. Pada psikoterapi terhadap pasien skizofrenia, amat penting untuk membangun hubungan terapeutik sehingga pasien merasa aman. Reliabilitas terapis, jarak emosional antara terapis dengan pasien, serta ketulusan terapis sebagaimana yang diartikan pasien, semuanya mempengaruhi pengalaman terapeutik. Psikoterapi untuk pasien skizofrenia sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan dalam jangka waktu dekade, dan bukannya beberapa sesi, bulan, atau bahkan tahun.

Integrasi terapi psikososial dan medikamentosaPengobatan antipsikotik merupakan terapi tunggal utama yang paling efektif dalam mengangani skizofrenia, tapi tidak cukup bagi pasien yang akan mendapatkan manfaat lebih bila dikombinasi dengan terapi psikososial. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa kombinasi kedua pendekatan menghasilkan hasil yang paling baik.

K. PrognosisBeberapa penelitian telah menemukan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skizofrenia, hanya kira-kira 10-20% pasien dapai digambarkan memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang uruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood yang berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun terdapat angka-angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang memburuk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.Rentang angka pemulihan yang dilaporkan di dalam literatur adalah dari 10-60%, dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenik mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang, dan 40-60% dari pasien terus tergangggu secara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya. Pasien skizofrenik memang jauh kurang baik dibandingkan pasien dengan gangguan mood, walaupun 20-25% pasien dengan gangguan mood juga terganggu parah pada follow-up jangka panjang.Prognosis Skizofrenia

Prognosis baik Prognosis buruk

Awitan tua Awitan muda

Faktor pencetus jelas Tidak ada factor pencetus

Awitan akut Awitan perlahan/tidak terdeteksi

Riwayat sosial, pekerjaan dan seksual premorbid yang baik Riwayat sosial, pekerjaan, seksua premorbid yang buruk

Gejala gangguan mood Perilaku menarik diri, autistik

Sudah menikah Belum menikah, bercerai, janda/duda

Riwayat keluarga dengan gangguan mood Riwayat keluarga dengan skizofrenia

Sistem dukungan yang baik Sistem dukungan yang buruk

Gejala positif Gejala negatif Tanda dan gejala neurologis Riawayat trauma perinatal Tidak mengalami remisi dalam 3 tahun Banyak relaps

Bab III: Kesimpulan

Skizofrenia menurut DSM V ditandai dengan halusinasi, delusi, berbicara dan perilaku tidak teratur dan gejala-gejala lain yang menyebabkan disfungsi sosial dan pekerjaan, untuk didiagnosa, gejala sudah harus berlangsung selama 6 bulan dimana terdapat 1 bulan dengan gejala aktif. Perubahan yang ditemukan dalam DSM V adalah eliminasi dari subtype skizofrenia yaitu paranoid, katatonik, hebefrenik, tidak tergolongkan. Perubahan mempengaruhi diagnosa skizofrenia dan tidak berdampak pada tatalaksana klinis dari gangguan ini. Obat-obat antipsikotik generasi pertama efektif dalam mengurangi gejala positif sedangkan obat antipsikotik generasi kedua, efektif mengurangi gejala positif dan negative dengan efek samping ekstrapiramidal yang lebih minimal. Namun pengobatan medikamentosa perlu dikombinasikan dengan intervensi psikososial seperti terapi kelompok, terapi keluarga, dll untuk mencapai hasil yang optimal.

Daftar Pustaka

1. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 5th ed. USA: American Psychiatric Publishing; 20133. Elvira SD. Buku Ajar Psikiatri UI. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2013.4. Dr. Rusdi Maslim., SpKj.:Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi ke-tiga, Desember 2001

42Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 20 Oktober 22 November 2014