referat thalassemia intan
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
1/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
REFERAT
THALASSEMIA
Pembimbing:
dr. Syaifun Niam Sp.PD
Mahasiswa
Intan Soraya
030.05.118
Mahasiswa
Intan Soraya
030.05.118
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
2/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Periode 12 November 2012 - 19 Januari 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Intan Soraya
NIM : 030.05.118
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Trisakti
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Dalam
Periode Kepaniteraan Klinik : 12 November 2012 - 19 Januari 2013
Judul Referat : Thalassemia
Diajukan : Januari 2013
Pembimbing : dr. Syaifun Niam, Sp. PD
TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL :
Mengetahui,
Ketua SMF Ilmu Penyakit Dalam Pembimbing,
RSUD Kota Semarang,
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
3/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Dr. Pujo Hendriyanto, Sp. PD Dr. Syaifun Niam, Sp. PD
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul "Thalassemia" guna
memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di RSUD Kota Semarang periode 12 November
2012 - 19 Januari 2013. Disamping itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, yaitu:
1. Dr. Susi Herawati, M.Kesselaku direktur RSUD Kota Semarang.
2. Dr. Pujo Hendriyanto, Sp. PD selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota
Semarang.
3. Dr. Syaifun Niam, Sp. PD selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Kota Semarang.
4. Dr. Diana Novitasari, Sp.PD
5. Rekan - rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota
Semarang.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar referat ini dapat menjadi lebih baik.
Penulis mohon maaf apabila banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
4/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri maupun pembaca umumnya.
Semarang, Januari 2013
Intan Soraya
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
2
Kata Pengantar
3
Daftar isi
4
BAB I PENDAHULUAN
5
BAB II ISI
1. Definisi
6
2. Epidemiologi
6
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
5/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
3. Fisiologi Hematopoesis
10
4. Patofisiologi
15
5. Klasifikasi
20
6. Gejala Klinis (Stadium Thalassemia)
27
7. Diagnosis Banding
27
8. Pemeriksaan Penunjang
29
9. Komplikasi
32
10. Terapi
32
11. Skrinning
35
12. Prognosis
36
BAB III KESIMPULAN
37
Daftar Pustaka
38
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
6/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
BAB I
PENDAHULUAN
Thalassemia adalah kelainan bawaan dari sintesis hemoglobin. Presentasi
klinisnya bervariasi dari asimtomatik sampai berat hingga mengancam jiwa. Dahulu
dinamakan sebagaiMediterannian anemia, diusulkan oleh Whipple, namun kurang tepat
karena sebenarnya kondisi ini dapat ditemukan di mana saja di seluruh dunia. Seperti
yang akan dijelaskan selanjutnya, beberapa tipe berbeda dari thalassemia lebih endemik
pada area geografis tertentu.
Pada tahun 1925, Thomas Cooley, seorang spesialis anak dari Detroit,
mendeskripsikan suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari Italia. Beliau
menemukan adanya nukleasi sel darah merah yang masif pada sapuan apus darah tepi,
yang mana awalnya beliau pikir sebagai anemia eritroblastik, suatu keadaan yang
disebutkan oleh von Jaksh sebelumnya. Namun tak lama kemudian, Cooley menyadari
bahwa eritroblastemia tidak spesifik dan esensial pada temuan ini sehingga istilah anemia
eritroblastik tidak dapat dipakai. Meskipun Cooley curiga akan adanya pengaruh genetik
dari kelainan ini, namun beliau gagal dalam menginvestigasi orangtua sehat pada anak-anak yang mengidap kelainan ini.
Di Eropa, Riette mendeskripsikan mengenai adanya anemia mikrositik
hipokromik ringan yang tak terjelaskan pada anak-anak keturunan Italia pada tahun yang
sama saat Cooley melaporan adanya bentuk anemia berat yang akhirnya dinamakan
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
7/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
mengikutinya namanya. Sebagi tambahan, Wintrobe di Amerika Serikat melaporkan
adanya anemia ringan pada kedua orangtua dari anak yang mengidap anemia Cooley.
Anemia ini sangat mirip dengan kelainan yang ditemukan Riette. Baru setelah itu anemiaCooley dinyatakan sebagai bentuk homozigot dari anemia hipokromik mikrositik ringan
yang dideskripsikan oleh Riette dan Wintrobe. Bentuk anemia berat ini kemudian
dilabelisasi sebagai thalassemia mayor dan bentuk ringannya dinamakan sebagai
thalassemia minor. Kata thalassemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalassa yang
berarti laut' (mengarah ke Mediterania), dan emia, yang berarti berhubungan dengan
darah'.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI (1)
Thalassemia adalah penurunan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu
atau lebih rantai globin a atau b, ataupun rantai globin lainnya, dapat menimbulkan
defisiensi produksi sebagian (parsial) atau menyeluruh (komplit) rantai globin tersebut.
Akibatnya, terjadi thalassemia yang jenisnya sesuai dengan rantai globin yang terganggu
produksinya.
Thalassemia adalah sekelompok heterogen anemia hipokromik herediter dengan
berbagai derajat keparahan. Defek genetik yang mendasari meliputi delesi total atau
parsial gen globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibat dari berbagai
perubahan ini adalah penurunan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
8/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
globin atau pembentukan mRNA yang cacat secara fungsional. Akibatnya adalah
penurunan dan supresi total sintesis rantai polipeptida Hb. Kira-kira 100 mutasi yang
berbeda telah ditemukan mengakibatkan fenotip thalassemia; banyak di antara mutasi iniadalah unik untuk daerah geografi setempat. Pada umumnya, rantai globin yang disintesis
dalam eritrosit thalassemia secara struktural adalah normal. Pada bentuk thalassemia-
yang berat, terbentuk hemoglobin hemotetramer abnormal (4 atau 4) tetapi komponen
polipeptida globin mempunyai struktur normal. Sebaliknya, sejumlah Hb abnormal juga
menyebabkan perubahan hemotologi mirip thalassemia.
2. EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia. Fakta
ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak;
menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di
dunia.(2)
Beberapa tipe thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia.
Talasemia o
ditemukan terutama di Asia Tenggara dan kepulauan Mediterania,talasemia + tersebar di Afrika, Mediterania, Timor Tengah, India dan Asia Tenggara.
Angka kariernya mencapai 40-80%.
Thalassemia memiliki distribusi sama dengan thalassemia Dengan
kekecualian di beberapa negara, frekuensinya rendah di Afrika, tinggi di mediterania dan
bervariasi di Timor Tengah, India dan Asia Tenggara. HbE yang merupakan varian
thalassemia sangat banyak dijumpai di India, Birma dan beberapa negara Asia Tenggara.
Adanya interaksi HbE dan thalassemia menyebabkan thalassemia HbE sangat tinggi
di wilayah ini.
Yayasan Thalassemia Indonesia menyebutkan bahwa setidaknya 100.000 anak
lahir di dunia dengan Thalassemia mayor. Di Indonesia sendiri, tidak kurang dari 1.000
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
9/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
anak kecil menderita penyakit ini. Sedang mereka yang tergolong thalassemia trait
jumlahnya mencapai sekitar 200.000 orang.
Di RSCM sampai dengan akhir tahun 2003 terdapat 1060 pasien thalassemia
mayor yang berobat jalan di Pusat Thalassemia Departemen Anak FKUI-RSCM yang
terdiri dari 52,5 % pasien thalassemia homozigot, 46,2 % pasien thalassemia HbE, serta
thalassemia 1,3%. Sekitar 70-80 pasien baru, datang tiap tahunnya. (4)
HYPERLINK
"http://drdjebrut.files.wordpress.com/2010/11/dt-an-def-fe-40x-_cigarcellbyk21.jpg"
Gambar 1. Daerah Penyebaran Thalassemia/Sabuk Thalassemia.(2)
Mortalitas dan Morbiditas(2)
Thalassemia- mayor adalah penyakit yang mematikan, dan semua janin yang
terkena akan lahir dalam keadaan hydrops fetalis akibat anemia berat. Beberapa laporan
pernah mendeskripsikan adanya neonatus dengan thalassemia- mayor yang bertahan
setelah mendapat transfusi intrauterin. Penderita seperti ini membutuhkan perawatan
medis yang ekstensif setelahnya, termasuk transfusi darah teratur dan terapi khelasi, sama
dengan penderita thalassemia- mayor. Terdapat juga laporan kasus yang lebih jarang
mengenai neonatus dengan thalassemia- mayor yang lahir tanpa hydrops fetalis yang
bertahan tanpa transfusi intrauterin. Pada kasus ini, tingginya level Hb Portland, yang
merupakan Hb fungsional embrionik, diperkirakan sebagai penyebab kondisi klinis yang
jarang tersebut.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
10/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Pada pasien dengan berbagai tipe thalassemia-, mortalitas dan morbiditas
bervariasi sesuai tingkat keparahan dan kualitas perawatan. Thalassemia- mayor yang
berat akan berakibat fatal bila tidak diterapi. Gagal jantung akibat anemia berat atau ironoverload adalah penyebab tersering kematian pada penderita. Penyakit hati, infeksi
fulminan, atau komplikasi lainnya yang dicetuskan oleh penyakit ini atau terapinya
termasuk merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas pada bentuk thalassemia yang
berat.
Mortalitas dan morbiditas tidak terbatas hanya pada penderita yang tidak diterapi;
mereka yang mendapat terapi yang dirancang dengan baik tetap berisiko mengalami
bermacam-macam komplikasi. Kerusakan organ akibat iron overload, infeksi berat yangkronis yang dicetuskan transfusi darah, atau komplikasi dari terapi khelasi, seperti
katarak, tuli, atau infeksi, merupakan komplikasi yang potensial.
Ras(2)
Meskipun thalassemia ditemukan pada semua ras dan etnik grup, ada beberapa
tipe thalassemia yang sering ditemukan pada grup tertentu dibanding dengan yang lain. thalassemia biasa ditemukan di Eropa Selatan, Timur Tengah, India, dan Africa.
thalassemia biasa ditemukan di Asia Tenggara; meskipun juga ditemukan di bagian dunia
yang lain. Mutasi spesifik pada thalassemia sudah dapat discrenning dan didiagnostik
kelainannya. thalassemia trait di Afrika is biasanya bukan dari cis-delesi dari
kromosom 16, berbeda dengan di Asia Tenggara, dimana terjadi komplit absence dari
gene pada salah satu chromosome. Pada kedua orang tua yang memiliki cis-delesi,
bayinya bias saja mengalami hydrps fetalis. Karena alasan ini, hydops fetalis tidak
beresiko tinggi oada rang Afrika tetapi beresiko tinggi pada Asia Tenggara.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
11/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Sex(2)
Baik pria maupun wanita,keduanya memiliki kemungkinan yang sama
Usia(2)
Meskipun thalassemia merupakan penyakit turunan (genetik), usia saat timbulnya
gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan klinis pada pasien dengan
kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik pada pembawa (carrier) tampak jelas
pada saat lahir. Ditemukannya hipokromia dan mikrositosis yang tidak jelas penyebabnya
pada neonatus, digambarkan di bawah ini, sangat mendukung diagnosis.
Gambar 2. Sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H pada neonatus
Namun, pada thalassemia- berat, gejala mungkin tidak jelas sampai paruh kedua
tahun pertama kehidupan; sampai waktu itu, produksi rantai globin dan
penggabungannya ke Hb Fetal dapat menutupi gejala untuk sementara.
Bentuk thalassemia ringan sering ditemukan secara kebetulan pada berbagai usia.Banyak pasien dengan kondisi thalassemia- homozigot yang jelas (yaitu, hipokromasia,
mikrositosis, elektroforesis negatif untuk Hb A, bukti bahwa kedua orang tua
terpengaruh) mungkin tidak menunjukkan gejala atau anemia yang signifikan selama
beberapa tahun. Hampir semua pasien dengan kondisi tersebut dikategzffv orikan sebagai
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
12/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
thalassemia- intermedia. Situasi ini biasanya terjadi jika pasien mengalami mutasi yang
lebih ringan, yaitu gabungan heterozygote for B+ dan B -0 thalssemia, atau gabungan
dengan heterozygote yang lain.
3. FISIOLOGI HEMATOPOESIS
Maximow (1924) mengemukakan suatu dalil bahwa sel darah berasal dari satu sel
induk. Hal ini kemudian dikembangkan oleh Downey (1938) yang membuat hipotesa
dengan konsep hirarki dari sel pluripoten dan selanjutnya Till dan Mc Culloch (1961)
menyimpulkan bahwa satu sel induk merupakan koloni yang memperlihatkan diferensiasi
multilineage atau pluripoten menjadi eritroid, mieloid serta megakariosit. Dari penelitian-
penelitian tersebut ditetapkan bahwa sel stem ada pada hematopoisis. Sistem
hematopoitik mempunyai karakteristik berupa perg5antian sel yang konstan untuk
mempertahankan populasi leukosit, trombosit dan eritrosit.(3)
Sistem hetgyytg7yyjyj6umatopoitik dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Sel Stem (progenitor awal) yang menyokong hematopoiesis.
2. Colony fo rming uni t (CFU) sebagai pelopor yang selanjutnya
berkembang dan berdiferensiasi dalam memproduksi sel.
3. Faktor regulator yang mengatur agar Sistem berlangsung beraturan.
Sel Stem merupakan satu sel induk (klonal) yang mempunyai kemampuan
berdiferensiasi menjadi beberapa turunan, membelah diri dan memperbaharui
populasi sel stem sendiri di bawah pengaruh faktor pertumbuhan
hematopoitik.Hematopoitik membutuhkan perangsang untuk pertumbuhan koloni
granulosit dan makrofag yang disebut "Colony Stimulating Factor" (CSF) yang
merupakan glikoprotein.
Dalam proses selanjutnya diketahui regulasi hematopoisis sangat kompleks dan
factor pertumbuhan yang berfungsi tumpang tindih serta banyak tempat untuk
memproduksi factor-faktor tersebut, termasuk organ hematopoitik. (3)
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
13/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Dikenal sejumlah sitokin yang mempunyai peranan dalam meningkatkan aktifitas
hematopoitik (Tabel 1.1 Faktor pertumbuhan hematopoiesis serta karakterisitiknya)
Faktor Sel Stimulasi Sumber Produksi Lokasi
Kromosom
CS1 (M-CSF) Monosit Sel endotel, monosit,
fibroblast
5q33-1
GM-CSF Granulosit, megakariosit eritrosit,sel
stem, blas leukemik
Sel T, sel endotel,
fibroblast
5q23-31
G-CSF Granulosit, makrofag, sel endotelial,
fibroblas, blas leukemia
Sel endotel, plasenta,
monosit
17q11-22
IL-3 Granulosit, sel eritroid progenitor,
multipoten, blas leukemia
Sel T 5q23-31
IL-4 Sel B, T Sel T 5q31
IL-5 Sel B, CFU-Eo Sel T 5q31
IL-6 Sel B, CFU-GEMM, CFU GM, BFU-E,
makrofag, sel sel saraf, hepatosit
Fibroblas, leukosit, sel
epitel
7p15
IL-7 Sel B Leukosit 8q-12-13
IL-8 Sel T, neutrofil Leukosit 4
IL-9 BFU-E, CFU-GEMM Limfosit 5q31
IL=11 Sel B, T,CFU-GEMM,Makrofag Makrofag 7q11-22
Eritropoietin CFU-E, BFU-E Ginjal, hepar 7q11-22
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
14/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
c-kit figand
"stem cell
Progenitor primitif NI NI
factor"
GM-CSF = granulocyte macrophage colony stimulating factor, G-CSF= granulocyte
colony stimulating factor, IL=interleukin, BFU-E=burst forming unit erithrocyte, CFU
-E= colony forming unit erythrocyte, CFU-GEMM= colony forming unit granulocyte,
erythrocyte, macrophage monocyte, CFU-GM= colony forming unit netrophil-
macrophage(3)
Pembentukan dan asal darah (3)
Perkembangan sistem vaskuler dan hematopoisis dimulai pada awal kehidupan
embrio dan berlangsung secara paralel / bersamaan sampai masa dewasa mempunyai
hubungan dengan lokasi anatomi yang menyokong hematopoisis tersebut.
Secara garis besar perkembangan hematopoisis dibagi dalam 3 periode:
1. Hematopoisisyolk sac (mesoblastik atau primitif )
2. Hematopoisis hati (definitif )
3. Hematopoisis medular
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
15/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Gambar 3. Hematopoiesis prenatal dan postnatal (dikutip dari Hasan R,1985)
Hematopoisis Yolk Sac (mesoblastik atau primitif)
Sel darah dibuat dari jaringan mesenkim 2-3 minggu selelah fertilisasi. Mula-
mula terbentuk dalam blood islandyang merupakan pelopor dari sistem vaskuler dan
hematopoisis. Selanjutnya eritrosit dan megakariosit dapat diidentifikasi dalamyolk sacpada masa gestasi 16 hari.
Sel induk primitif hematopoisis berasal dari mesoderm mempunyai respons
terhadap faktor pertumbuhan antara lain eritropoetin, IL-3, IL-6 dan faktor sel stem.
Sel induk hematopoisis mulai berkelompok dalam hati janin pada masa gestasi 5-6
minggu dan pada masa gestasi 8 minggu blood islandmengalami regresi. (3)
Hematopoisis hati (Definitif)
Hematopoisis hati berasal dari sel stem pluripoten yang berpindah dari yolk
sac. Perubahan empat hematopoisis dari yolk sac ke hati dan kemudian sumsum tulang
mempunyai hubungan dengan regulasi perkembangan oleh lingkungan mikro,
produksi sitokin dan komponen merangsang adhesi dari matrik ekstraseluler dan
ekspresi pada reseptor.
Pada masa gestasi 9 minggu, hematopoisis sudah terbentuk dalam hati.
Hematopoisis dalamhati
yang terutama adalah
eritropoisis, walaupun
masih ditemukan
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
16/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
sirkulasi granulosit dan trombosit. Hematopoisis hati mencapai puncaknya pada masa
gestasi 4-5 bulan kemudian mengalami regresi perlahan-lahan. Pada masa pertengahan
kehamilan, tampak pelopor hematopoetik terdapat di limpa, thymus, kelenjar limfe danginjal. (3)
Gambar 4. Perkembangan embrional dan fetal serta ontogeni hematopoesis
( dikutip dari Hasan, 1985)
Hematopoisis medular
Merupakan periode terakhir pembentukan sistem hematopoisis dan dimulai
sejak masa gestasi ulan. Ruang medular terbentuk dalam tulang rawan dan tulang
panjang dengan proses reabsorpsi.
Pada masa gestasi 32 minggu sampai lahir, semua rongga sumsum tulang diisijaringan hematopoitik yang aktif dan sumsum tulang penuh berisi sel darah. Dalam
perkembangan selanjutnya fungsi pembuatan sel darah diambil alih oleh sumsum
tulang, sedangkan hepar tidak berfungsi membuat sel darah lagi. (3)
Sel mesenkim yang mempunyai kemampuan untuk membentuk sel darah
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
17/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
menjadi kurang, tetapi tetap ada dalam sumsum tulang, hati, limpa, kelenjar getah
bening dan dinding sus, dikenal sebagai sistem retikuloendotelial.
Pada bayi dan anak, hematopoisis yang aktif terutama pada sumsum tulang
termasuk bagian distal tulang panjang. Hal ini berbeda dengan dewasa normal di
mana hematopoisis terbatas pada vertebra (tulang belakang), tulang iga, tulang dada
(sternum), pelvis, skapula, skull (tulang tengkorak kepala) dan jarang yang berlokasi
pada humerus dan femur.
Selama masa intra uterin, hematopoisis terdapat pada tulang (skeletal) dan
ekstraskeletal dan pada waktu lahir hematopoisis terutama pada skeletal. Secara umum
hematopoisis ekstra medular terutama pada organ perut, terjadi akibat penyakit
yang menyebabkan gangguan produksi satu atau lebih tipe sel darah, seperti
eritroblastosis fetalis, anemia pernisiosa, talasemia, nickel cell anemia, sferositosis
herediter dan variasi leukemia.
Perpindahan lokasi anatomi hematopoisis disertai perpindahan populasi sel
sampai ini belum dapat diketahui mekanismenya. (3)
Gambar 5. Pembentukan sel darah
Hemoglobin(4)
Merupakan kompleks protein yang terdiri dari heme yang mengandung besi dan
globin dengan interaksi dianatar heme dan globin menyebabkan hemoglobin (Hb)
merupakan perangkat yang ireversibel untuk mengangkut oksigen. Sesuai dengan
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
18/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
rangkaian hematopoisis yang dimulai dari yolk sac, limpa, hati dan sumsum tulang diikuti
juga dengan variasi sintesis hemoglobin. Sejak masa embrio, janin, anak dan dewasa sel
darah merah mempunyai 6 hemoglobin antara lain:
Hemoglobin embrional : Gower-1, Gower-2, Portland
Hemoglobin fetal : Hb-F
Hemoglobin dewasa : Hb-A1 dan Hb-A2
Hemoglobin embrional
(4)
Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritroblas priomitif dalam yolk sac
membentuk rantai globin-epsilon () dan zeta (Z) yang akan membentuk hemoglobin
primitive Gower-1 (Z22). Selanjutnya mulai sintesis rantai mengganti rantai zeta;
rantai mengganti rantai di yolk sac, yang akan membentuk Hb-Portland (Z22) dan
Gower-2 (22)
Hemoglobin yang ditemukan terutama pada masa gestasi 4-8 minggu adalah Hb-Gower-1 dan Gower-2 yaitu kira-kira 75% dan merupakan hemoglobin yang disintesis di
yolk sac, tetapi akan menghilang pada masa gestasi 3 bulan.
Hemoglobin fetal(4)
Migrasi pluripoten stem cell dari yolk sac ke hati, diikuti dengan sintesis
hemoglobin fetal dan awal sintesis rantai . Setelah masa gestasi 8 minggu Hb-F palingdominan dan setelah janin berusai 6 bulan merupakan 90% dari keseluruhan hemoglobin,
kemudian berkurang bertahap dan pada saat lahir ditemukan kira-kira 70% Hb-F. sintesis
Hb-F menurun secara cepat setelah bayi lahir dan setelah usia 6-12 bulan hanya sedikit
ditemukan.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
19/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Hemoglobin dewasa(4)
Pada masa embrio telah dapat dideteksi HbA (22) karena telah terjadi
perubahan sintesis rantai menjadi dan selanjutnya globin meningkat pada ,masa
gestasi 6 bulan ditemukan 5-10% HbA, pada waktu lahir mencapai 30% dan pada usia 6-
12 bulan sudah memperlihatkan gambaran hemoglobin dewasa.
Hemoglobin dewasa minor (HbA2) ditemukan kira-kira 1% pada saat lahir dan
pada usia 12 bulan mencapai 2-3,4%, dengan rasio normal antara HbA dan HbA2 adalah
30:1.Perubahan hemoglobin janin ke dewasa merupakan proses biologi berupadiferensiasi sel induk eritroid, sel stem pluripoten, gen dan reseptor yang mempengaruhi
eritroid dan dikontrol oleh factor humoral.
Gambar 6.
Sintesis rantai globin
primitive dan definitive
selama periode embrional,
fetal dan pascanatal dalam
hubungannya dengan perubahan tempat eritropoisis.
4. PATOFISIOLOGI
Hemoglobin (Hb) tersusun atas heme yang merupakan cincin porfirin dalam
ikatan dengan Fe dan globulin yang merupakan protein pendukung. Satu molekul
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
20/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
hemoglobin mengandung 4 sub-unit. Masing-masing sub-unit tersusun atas satu molekul
globin dan satu molekul heme.
Globulin terdiri atas 2 pasang rantai polipeptida, yaitu sepasang rantai dan
sepasang rantai non alpha (,,). Kombinasi rantai polipeptida tersebut akan menentukan
jenis hemoglobin. Hb A (22) merupakan lebih dari 96 % Hb total, Hb F (22) kurang
dari 2% dan Hb A2 (22) kurang dari 3%. Pada janin trisemester III kehamilan hampir
100% Hb adalah Hb F. Setelah lahir, sintesis globin makin menurun digantikan oleh
globin .
Gambar 7. Struktur hemoglobin
Rantai polipeptida tersusun atas 141 asam amino, sedangkan rantai non
tersusun atas 146 asam amino. Sintesis rantai disandi oleh gen 1 dan gen 2 dikromosom 16, sedangkan gen yang mensintesis rantai , rantai dan rantai terletak di
kromosom 11. Pada orang normal sintesis rantai sama dengan rantai non alpha.
Thalassemia akan terjadi bila sintesis salah satu rantai polipeptida menurun.
Struktur kimia hemoglobin memungkinkan molekul hemoglobin memiliki
kemampuan untuk mengikat oksigen secara reversible. Zat besi dalam molekul heme
secara langsung berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin memiliki struktur
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
21/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
kuartener empat rantai polipeptida, masing-masing dengan satu tempat pegikatan
oksigen. Sehingga satu molekul hemoglobin dapat mengikat 4 molekul oksigen.
Hemoglobin yang merupakan suatu protein, disintesis berdasarkan informasi genetik.Masing-masing polipeptida penyusun Hb berbeda dalam urutan asam aminonya. Dengan
demikian ada beberapa lokus gen terpisah dalam kromosom yang mengatur sintesis rantai
polipeptida dari hemoglobin. (2)
Lokus
Genotip
/ / / /
Polipetida yang terbentuk
Hb yang terbentuk 22 22 22
Untuk pembentukan dan sebenarnya terdapat 2 lokus gen untuk masing-
masing, sedangkan dan hanya memilki satu lokus gen. Lokus gen untuk terletak
pada kromosom 16 sedangkan lainnya (,,) terletak pada kromosom 11.
Sintesis rantai bersama dengan sintesi rantai menonjol selama masa kehidupan
janin. Rantai akan terus disintesis sampai usia dewasa sedangkan rantai mulai
menurun pada trisemester akhir dan dengan cepat menurun setelah kelahiran.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
22/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Talasemia merupakan salah satu bentuk kelainan genetik hemoglobin yang
ditandai dengan kurangnya atau tidak adanya sintesis satu rantai globin atau lebih,
sehingga terjadi ketidak seimbangan jumlah rantai globin yang terbentuk.
Secara genetik, gangguan pembentukan protein globin dapat disebabkan karena
kerusakan gen yang terdapat pada kromosom 11 atau 16 yang ditempati lokus gen globin.
Sebagian besar kelainan hemoglobin dan jenis thalassemia merupakan hasil kelaianan
mutasi pada gamet yang terjadi pada replikasi DNA. Pada replikasi DNA dapat terjadi
pergantian urutan asam basa dalam DNA, dan perubahan kode genetic akan diteruskan
pada penurunan genetic berikutnya. Mutasi ini dapat memperpendek rantai asam amino
maupun memperpanjangnya. Kelainan mutasi dapat pula terjadi pada keselahanberpasangan kromosom pada proses meiosis yang mengakibatkan perubahan susunan
material genetic. Bila terjadi crossing over pada kesalahan berpasangan itu, sebagai hasil
akhir peristiwa tadi akan terjjadi apa yang disebut duplikasi,delesi, translokasi dan iversi.
Kerusakan pada salah satu kromosom homolog menimbulkan terjadinya keadaan
heterozigot, sedangkan kerusakan pada kedua kromosom homolog menimbulkan keadaan
homozigot.
Pada thalassemia homozigot sintesis rantai menurun atau tidak ada sintesis samasekali. Ketidakseimbangan sintesis rantai alpha atau rantai non alpha, khususnya
kekurangan sintesis rantai akan menyebabkan kurangnya pembentukan Hb.
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan
dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan.
Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya.
Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi
tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini. (2)
Secara biokimia kelainan yang paling mendasar adalah menurunnya biosintesis
dari unit globin pada Hb A. pada thalasemia heterozigot, sintesis globin kurang
lebih separuh dari nilai normalnya. Pada thalasemia homozigot, sintesis globin dapat
mencapai nol.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
23/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Karena adanya defisiensi yang berat pada rantai , sintesis Hb A total menurun
dengan sangat jelas atau bahkan tidak ada, sehingga pasien dengan thalasemia
homozigot mengalami anemia berat. Sebagai respon kompensasi, maka sintesis rantai menjadi teraktifasi sehingga hemoglobin pasien mengandung proporsi Hb F yang
meningkat. Namun sintesis rantai ini tidak efektif dan secara kuantitas tidak mencukupi.(7)
Pada thalasemia homozigot, sintesis rantai tidak mengalami perubahan.
Ketidak-seimbangan sintesis dari rantai polipeptida ini mengakibatkan kelebihan adanya
rantai bebas di dalam sel darah merah yang berinti dan retikulosit. Rantai bebas ini
mudah teroksidasi. Mereka dapat beragregasi menjadi suatu inklusi protein (haeinzbodys), menyebabkan kerusakan membran pada sel darah merah dan destruksi dari sel
darah merah imatur dalam sumsum tulang sehingga jumlah sel darah merah matur yang
diproduksi menjadi berkurang. Sel darah merah yang beredar kecil, terdistorsi, dipenuhi
oleh inklusi globin, dan mengandung komplemen hemoglobin yang menurun. Hal yang
telah disebutkan diatas adalah gambaran dari Anemia Cooley: hipokromik, mikrosisitk
dan poikilositik.
Sel darah merah yang sudah rusak tersebut akan dihancurkan oleh limpa, hepar,dan sumsum tulang, menggambarkan komponen hemolitik dari penyakit ini. Sel darah
merah yang mengandung jumlah Hb F yang lebih tinggi mempunyai umur yang lebih
panjang.
Anemia yang berat terjadi akibat adanya penurunan oksigen carrying capacity dari
setiap eritrosit dan tendensi dari sel darah merah matur (yang jumlahnya sedikit)
mengalami hemolisa secara prematur.
Eritropoetin meningkat sebagai respon adanya anemia, sehingga sumsum-sumsum
tulang dipacu untuk memproduksi eritroid prekusor yang lebih banyak. Namun
mekanisme kompensasi ini tidak efektif karena adanya kematian yang prematur dari
eritroblas. Hasilnya adalah suatu ekspansi sumsum tulang yang masif yang memproduksi
sel darah merah baru.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
24/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Sumsum tulang mengalami ekspansi secara masif, menginvasi bagian kortikal
dari tulang, menghabiskan sumber kalori yang sangat besar pada umur-umur yang kritis
pada pertumbuhan dan perkembangan, mengalihkan sumber-sumber biokimia yang vitaldari tempat-tempat yang membutuhkannya dan menempatkan suatu stress yang sangat
besar pada jantung. Secara klinis terlihat sebagai kegalan dari pertumbuhan dan
perkembangan, kegagalan jantung high output, kerentanan terhadap infeksi, deformitas
dari tulang, fraktur patologis, dan kematian di usia muda tanpa adanya terapi transfusi. (8)
Dengan pemberian transfusi darah, eritropoesis yang inefektif dapat diperbaiki,
dan terjadi peningkatan jumlah hormon hepcidin; sehingga penyerapan besi akan
berkurang dan makrofag akan mempertahankan kadar besi.
Pada pasien dengan iron overload (misalnya hemokromatosis), absorpsi besi
menurun akibat meningkatnya jumlah hepsidin. Namun, hal ini tidak terjadi pada
penderita thalassemia- berat karena diduga faktor plasma menggantikan mekanisme
tersebut dan mencegah terjadinya produksi hepsidin sehingga absorpsi besi terus
berlangsung meskipun penderita dalam keadaan iron overload.
Efek hepsidin terhadap siklus besi dilakukan melalui kerja hormon lain bernama
ferroportin, yang mentransportasikan besi dari enterosit dan makrofag menuju plasma
dan menghantarkan besi dari plasenta menuju fetus. Ferroportin diregulasi oleh jumlah
penyimpanan besi dan jumlah hepsidin. Hubungan ini juga menjelaskan mengapa
penderita dengan thalassemia- yang memiliki jumlah besi yang sama memiliki jumlah
ferritin yang berbeda sesuai dengan apakah mereka mendapat transfusi darah teratur atau
tidak. Sebagai contoh, penderita thalassemia- intermedia yang tidak mendapatkan
transfusi darah memiliki jumlah ferritin yang lebih rendah dibandngkan dengan penderita
yang mendapatkan transfusi darah secara teratur, meskipun keduanya memiliki jumlahbesi yang sama.
Kebanyakan besi non-heme pada individu yang sehat berikatan kuat dengan
protein pembawanya, transferrin. Pada keadaan iron overload, seperti pada thalassemia
berat, transferrin tersaturasi, dan besi bebas ditemukan di plasma. Besi ini cukup
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
25/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
berbahaya karena memiliki material untuk memproduksi hidroksil radikal dan akhirnya
akan terakumulasi pada organ-organ, seperti jantung, kelenjar endokrin, dan hati,
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada organ-organ tersebut (organ damage).
(2)
5. KLASIFIKASI
Talasemia adalah grup kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen akibat
pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini menyebabkan
ketidakseimbangan produksi rantai globin.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, secara garis besar terdapat dua tipe utama
thalassemia yaitu thalassemia dan thalassemia. Selain itu juga terdapat tipe
thalassemia lain seperti thalassemia intermediate.
Abnormalitas genetic Sindroma klinik
Thalassemia
Penghapusan 4 gen- hydrops fetalis
Penghapusan 3 gen- penyakit Hb H
Kematian in utero
Anemia hemolitik
Penghapusan 2 gen ( trait thalasemia )
Penghapusan 1 gen ( trait thalasemia + )
Sediaan darah mikrositik hipokrom tetapi
biasanya tanpa anemia
Thalassemia
Homozigot thalassemia mayor
Heterzigot- trait thalassemia
Anemia berat perlu transfusi darah
Sediaan darah mikrositik hipokrom tetapi
biasanya dengan atau tanpa anemia
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
26/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Thalassemia intermediate
Sindroma klinik yang disebabkan oleh
sejenis lesi genetik
Anemia hipokrom mikrositik, hepato-
splenomegali, kelebihan beban besi.
Talasemia diturunkan berdasarkan hukum Mendel, resesif atau ko-dominan.
Heterozigot biasanya tanpa gejala homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya lebih
berat dari talasemia atau .(2)
Thalassemia-(7)
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin- banyak
ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi gen
globin- menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin- pada
individu normal, dan empat bentuk thalassemia- yang berbeda telah diketahui sesuai
dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat gen ini.
Tabel 1. Thalassemia-
Genotip Jumlah gen Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis
Saat Lahir > 6 bulan
/ 4 Normal N N
-/ 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N
--/ atau
/-
2 Trait thal- 2-10% Hb Barts N
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
27/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
--/- 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Bart Hb H
--/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -
Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Barts = 4, HbH = 4
a. Silent carrier thalassemia-
Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya ditemukan
secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-Amerika. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen yang terletak pada kromosom 16.
Pada tipe silent carrier, salah satu gen pada kromosom 16 menghilang,
menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara hematologis,
hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel darah merah) yang rendah dalam
beberapa pemeriksaan.
Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan elektroforesis
Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih. Bisa juga dicari akan
adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga (misalnya orangtua) untuk
mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah lengkap pada salah satu orangtua yang
menunjukkan adanya hipokromia dan mikrositosis tanpa penyebab yang jelas
merupakan bukti yang cukup kuat menuju diagnosis thalasemia. (7)
b. Trait thalassemia-
Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah yang
rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu kromosom 16
atau satu gen pada masing-masing kromosom. Kelainan ini sering ditemukan di
Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.
Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (4) dapat ditemukan
pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak terlihat lagi, dan
kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal. (7)
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
28/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Gambar 7. Thalassemia alpha menurut hukum Mendel (6)
c. Penyakit Hb H
Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin , merepresentasikan
thalassemia- intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali,
ikterus, dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi
yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah merah
yang diinklusi oleh rantai tetramer (Hb H) yang tidak stabil dan terpresipitasi di
dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball. Badan inklusi ini
dinamakan sebagaiHeinz bodies. (7)
Gambar 8. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang
menunjukkan Heinz-Bodies
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
29/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
a. Thalassemia- mayor
Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen globin-,
disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali.
Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka tidak
satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi yang
menderita, dan karena 4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-bayi
itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb
embrional normal (Hb Portland = 22), yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen.
Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang lahir
hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan
gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang dapat hidup dengan
manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat bergantung dengan
transfusi. (7)
Thalassemia-(8)
Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-;
antara lain :
a. Trait thalassemia-+ heterozigot (Thalassemia minor)
- Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan elektroforesis
Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2, Hb F, atau
keduanya.
- Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai anemia
defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan preparat besi
selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan trait thalassemia-
mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%-7%). Kira-kira 50% individu
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
30/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil
kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar
dari 5% sampai 15%, yang mewakili thalassemia tipe .(8)
Gambar 9. Thalassemia beta menurut Hukum Mendel
Gambar 10. Sapuan darah tepi tampak sel target
a. Thalassemia- homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)
Bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan kedua
kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada penderita ini untuk
mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang disebabkan oleh
anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita meninggal pada 5 tahun pertama
kehidupan.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
31/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang menerima transfusi
pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan eritropoetik disumsum tulang
maupun di luar sumsum tulang. Tulang-tulang menjadi tipis dan fraktur patologismungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum tulang di wajah dan tengkorak
menghasilkan bentuk wajah yang khas.
Gambar 11. Deformitas tulang pada thalassemia beta mayor (Facies Cooley)
Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat kekuningan.
Limpa dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler dan hemosiderosis.
Pada penderita yang lebih tua, limpa mungkin sedemikian besarnya sehinggamenimbulkan ketidaknyamanan mekanis dan hipersplenisme sekunder.
Gambar 12. Splenomegali pada thalassemia
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
32/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atau tidak
terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang disebabkan
oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung, termasuk aritmiadan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh siderosis miokardium
sering merupakan kejadian terminal.
Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia- homozigot yang tidak
ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan mikrositosis berat, banyak
ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh (sel bizarre) dan sel target.
Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi, terutama setelah
splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang merupakan presipitasi kelebihan rantai, juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun secara cepat menjadi < 5 gr/dL
kecuali mendapat transfusi. Kadar serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas
pengikat besi (iron binding capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata adalah
adanya kadar HbF yang sangat tinggi dalam eritrosit. (8)
6. GEJALA KLINIS (STADIUM THALASSEMIA) (9)
Gejala klinis pada thalassemia hampir semua sama, yang membedakan adalah
tingkat keparahannya, dari ringan (asimptomatik) sampai parahnya gejala.. Gejala klinis
biasa berupa tanda-tanda anemia seperti pucat, lemah,letih,lesu, tidak aktif beraktifitas
atau jarang bermain dengan teman seusianya, sesak nafas kurang konsentrasi, sering pula
disertai dengan kesulitan makan, gagal tumbuh, infeksi berulang dan perubahan tulang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan facies Cooley, conjungtiva anemis, bentuk tulangyang abnormal, pembesarah lien dan atau hepar.
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan jumlah
kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat gejala
yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk memulai terapi
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
33/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
khelasi pada pasien dengan thalassemia- mayor atau intermedia. Pada sistem ini, pasien
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Stadium I
Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed Red Cells
(PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram (ECG) hanya ditemukan
sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri, dan elektrokardiogram (EKG) dalam 24
jam normal.
Stadium II
Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan memiliki
keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi pada dinding ventrikel
kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventrikular abnormal pada EKG dalam 24 jam.
Stadium III
Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya fraksi ejeksi
pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi prematur dari atrial dan
ventrikular.
7. DIAGNOSIS BANDING
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
34/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Thalassemia sering kali didiagnosis salah sebagai anemia defisiensi Fe, hal ini
disebabkan oleh karena kemiripan gejala yang ditimbulkan, dan gambaran eritrosit
mikrositik hipokrom. Namun kedua penyakit ini dapat dibedakan, karena pada anemiadefisiensi Fe didapatkan : (10)
Pucat tanpa organomegali
SI rendah
IBC meningkat
Tidak tedapat besi dalam sumsum tulang
Bereaksi baik dengan pengobatan dengan preparat besi
Gambar 13. Apusan darah tepi defisiensi besi
Anemia sideroblastik dimana didaptkan pula gambaran apusan darah tepi
mikrositik hipokrom dan gejala-gejala anemia, yang membedakan dengan thalassemia
adalah kadar besi dalam darah tinggi, kadar TIBC (Total Iron Binding Capacity) normal
atau meningkat sedangkan pada thalassemia kadar besi dan TIBC normal.
Dapat juga dibandingkan dengan anemia defisiensi G6PD, dimana enzim ini
bekerja untuk mencegah kerusakan eritrosit akibat oksidasi. Merupakan salah satu
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
http://drdjebrut.files.wordpress.com/2010/11/dt-an-def-fe-40x-_cigarcellbyk21.jpg -
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
35/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
anemia hemolitik juga. Dapat dibedakan dengan thalassemia dengan gambaran apusan
darah tepi dimana pada defisiensi G6PD nomositik-normokrom dan pemeriksaan enzim
G6PD.
Thalassemia juga didiagnosis banding dengan jenis thalassemia lainnya, yang
memberi gambaran klinis yang sama. Namun pada pemeriksaan elektroforesis
hemoglobin dapat diketahui jenis thalassemia atau thalassemia . Pada thalassemia
dengan HbH ditemukan jaundice dan splenomegali. (9)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang perlu untuk menegakkan diagnosis thalassemia ialah:
1. Darah (2)
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita
thalasemia adalah :
Darah rutin
Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan penurunan jumlah eritrosit, peningkatan
jumlah lekosit, ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme
akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
Hitung retikulosit
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
36/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Gambaran darah tepi
Anemia pada thalassemia mayor mempunyai sifat mikrositik hipokrom. Pada gambaran
sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit, poikilositosis, tear drops sel dan target sel.
Gambar 13. Sapuan darah tepi pada thalassemia
Serum Iron & Total Iron Binding Capacity
Kedua pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan anemia terjadi
karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan menurun, sedangkan TIBC
akan meningkat.
Tes Fungsi Hepar
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bila angka tersebut
sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan hepatitis, obstruksi batu
empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT akan meningkat dan menandakanadanya kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan ini akan berakibat juga terjadi kelainan
dalam faktor pembekuan darah.
2. Elektroforesis Hb (2)
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
37/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin.
Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita thalassemia saja, namun juga pada
orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenishemoglobin dan kadar HbA2. Petunjuk adanya thalassemia adalah ditemukannya Hb
Barts dan Hb H. Pada thalassemia kadar Hb F bervariasi antara 10-90%, sedangkan
dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.
3. Pemeriksaan sumsum tulang (2)
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktifsekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan normal
biasanya nilai perbandingannya 10 : 3.
Gambar 14. Sapuan sumsum tulang
May-Giemsa stain, x1000
4. Pemeriksaan rontgen (5)
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak
mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi berkurang,
dan dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi
tidak optimal
terjadi
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
38/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari korteknya. Trabekulasi memberi gambaran
mozaik pada tulang. Tulang terngkorak memberikan gambaran yang khas, disebut
dengan "hair on end" yaitu menyerupai rambut berdiri potongan pendek pada anak besar.
Gambar 15. Gambar rontgen kepala "Hair on end" dan tulang panjang yang terjadi
penipisan korteks.
5. EKG dan echocardiography untuk mengetahui dan memonitor keadaan jantungnya.
Kadang ditemukan jantung yang kardiomegali akibat anemianya.
6. HLA typing untuk pasien yang akan di transplantasi sumsum tulang.
7. Pemeriksaan mata, pendengaran, fungsi ginjal dan test darah rutin untuk memonitor
efek terapi deferoxamine (DFO) dan shelating agent. (9)
9. KOMPLIKASI
Splenomegali karena penimbunan besi dan eritrosit abnormal, leukosit dan trombosit.
Anak dengan thalassemia mayor dengan transfuse yang tidak adekuat dapat
menyebabkan pertumbuhan kurang dan mudah terinfeksi, hepatosplenomegali,
penipisan cortex tulang dan mudah fraktur.
Hemosdierosis akibat pemberian transfuse, sehingga kadar serum besi yang berlebihan.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
39/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Kerusakan hepar yang disebabkan oleh besi yang berhubungan dengan komplikasi
sekunder dari transfuse dan infeksi hepatitis C merupakan penyebab tersering
hepatitis pada anak dengan thalassemia.
Congestive heart failure dan cardiac aritmia pada transfusi tanpa chelating agent.
Thrombosis dan septikemia pada splenektomi
Wanita dengan fetus - thalassemia meningkatkan komplikasi pada kehamilan karena
toksikemia dan peradarahan post partum. (10)
9. TERAPI
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut
setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan kecuali
memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan apabila nilai Hb
yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada semua
penderita dengan kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga
yang berisiko untuk terkena penyakit thalassemia berat.
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen transfusi
darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi darah harus
dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan setelah periode
pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat mempertahankan nilai Hb dalam
batas normal tanpa transfusi.
Transfusi Darah (4)
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
40/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9-9.5 gr/dL
sepanjang waktu.
Pada pasien yang membutuhkan transfusi darah reguler, maka dibutuhkan suatu studi
lengkap untuk keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut meliputi fenotip sel darah
merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan hepatitis.
Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit; 10-15 mL/kg PRC dengan
kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen yang adekuat
untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan.
Pertimbangkan pemberikan asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi untukmencegah demam dan reaksi alergi.
Komplikasi Transfusi Darah (4)
Komplikasi utama dari transfusi adalah yang berkaitan dengan transmisi bahan
infeksius ataupun terjadinya iron overload. Penderita thalassemia mayor biasanya lebih
mudah untuk terkena infeksi dibanding anak normal, bahkan tanpa diberikan transfusi.
Beberapa tahun lalu, 25% pasien yang menerima transfusi terekspose virus
hepatitis B. Saat ini, dengan adanya imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang.
Virus Hepatitis C (HCV) merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia di atas
15 tahun dengan thalassemia. Infeksi oleh organisme opurtunistik dapat menyebabkan
demam dan enteriris pada penderita dengan iron overload, khususnya mereka yang
mendapat terapi khelasi dengan Deferoksamin (DFO). Demam yang tidak jelas
penyebabnya, sebaiknya diterapi dengan Gentamisin dan Trimetoprim-Sulfametoksazol.
Terapi Khelasi (Pengikat Besi) (4)
Apabila diberikan sebagai kombinasi dengan transfusi, terapi khelasi dapat menunda
onset dari kelainan jantung dan, pada beberapa pasien, bahkan dapat mencegah
kelainan jantung tersebut.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
41/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Chelating agent yang biasa dipakai adalah DFO yang merupakan kompleks
hidroksilamin dengan afinitas tinggi terhadap besi. Rute pemberiannya sangat penting
untuk mencapai tujuan terapi, yaitu untuk mencapai keseimbangan besi negatif (lebihbanyak diekskresi dibanding yang diserap). Karena DFO tidak diserap di usus, maka
rute pemberiannya harus melalui parenteral (intravena, intramuskular, atau subkutan).
Dosis total yang diberikan adalah 30-40mg/kg/hari diinfuskan selama 8-12 jam saat
pasien tidur selama 5 hari/minggu.
Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH) (4)
TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk thalassemia yang saat inidiketahui. Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan adanya hepatomegali,
fibrosis portal, dan terapi khelasi yang inefektif sebelum transplantasi dilakukan.
Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga karakteristik ini adalah 59%, sedangkan
pada penderita yang tidak memiliki ketiganya adalah 90%. Meskipun transfusi darah
tidak diperlukan setelah transplantasi sukses dilakukan, individu tertentu perlu terus
mendapat terapi khelasi untuk menghilangkan zat besi yang berlebihan. Waktu yang
optimal untuk memulai pengobatan tersebut adalah setahun setelah TSSH. Prognosis
jangka panjang pasca transplantasi , termasuk fertilitas, tidak diketahui. Biaya jangka
panjang terapi standar diketahui lebih tinggi daripada biaya transplantasi. Kemungkinan
kanker setelah TSSH juga harus dipertimbangkan.
Terapi Bedah(4)
Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan pada
pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar besi nontoksik
(yaitu, fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan perusakan sel darah merah dan
distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu dipertimbangkan sebelum memutuskan
melakukan splenektomi.. Limpa berfungsi sebagai penyimpanan untuk besi nontoksik,
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
42/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan limpa yang terlalu
dini dapat membahayakan.
Sebaliknya, splenektomi dibenarkan apabila limpa menjadi hiperaktif,
menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan dengan demikian
meningkatkan kebutuhan transfusi darah, menghasilkan lebih banyak akumulasi besi.
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih dari 200-250
mL / kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr / dL karena dapat
menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.
Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur sekarangdilakukan dengan laparoskopi. Biasanya, prosedur ditunda bila memungkinkan sampai
anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif dengan antibiotik harus selalu
diberikan untuk setiap keluhan demam sambil menunggu hasil kultur. Dosis rendah
Aspirin setiap hari juga bermanfaat jika platelet meningkat menjadi lebih dari 600.000 /
L pasca splenektomi.
Transplantasi sumsum tulang(4)
Transplantasi sumsum tulang untuk talasemia pertama kali dilakukan tahun 1982.
Transplantasi sumsum tulang merupakan satu-satunya terapi definitive untuk talasemia.
Jarang dilakukan karena mahal dan sulit.
Diet talasemia (11)
Pasien dianjurkan menjalani diet normal, dengan suplemen sebagai berikut :
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi.
Asam Folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
Vitamin E 200-400 IU setiap hari.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
43/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
Sebaiknya zat besi tidak diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga
dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat membantu mengurangi penyerapan zat besi di
usus.
10. SKRINNING
Ada 2 pendekatan untuk menghinadari thalassemia:
Karena karier thalassemia bias diketahui dengan mudah, skrinning populasi dan
koseling tentang pasangan bisa dilakukan. Bila heterozigot menikah, 1 dari 4 anak
mereka bisa menjadi homozigot atau gabungan heterozigot.
Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, pasangannya bisa diperiksa dan bila
termasuk karier, pasangan tersebut ditawari diagnosis prenatal dan terminasi kehamilan
pada fetus dengan thalassemia berat.
Bila populasi tersebut menghendaki pemilihan pasangan, dilakukan skrinning
premarital yang bisa dilakukan di sekolah anak. Penting menyediakan program konseling
verbal maupun tertulis mengenai skrinning.
Alternatif lain bisa juga dilakukan pemeriksaan terhadap setiap wanita hamil
berdasar ras, melalui ukuran eritrosit, kadar Hb A2 (meningkat pada thalassemia-). Bila
kadarnya normal, pasien dikirim ke pusat yang bisa menganalisis rantai . (4)
11. PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringanbahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa, tergantung pula pada terapi dan
komplikasi yang terjadi. Bayi dengan thalassemia mayor kebanyakn lahir mati atau
lahir hidup dan meninggal dalam beberapa jam. Pasien dengan thalassemia dengan
transfuse darah biasanya hanya bertahan sampai usia 20 tahun, biasanya meninggal
karena penimbunan besi. (9)
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
44/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
BAB III
KESIMPULAN
Thalassemia adalah gangguan pembuatan hemoglobin yang diturunkan.
Thalassemia ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah, India
sampai Asia Tenggara. Thalassemia memiliki dua tipe utama berdasarkan rantai globin
yang hilang pada hemoglobin individu yaitu Thalassemia- dan thalassemia-, yang
nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan derajat mutasi (secara
genetik) ataupun berat ringannya gejala. Thalassemia diturunkan berdasarkan hukum
Mendel, resesif atau ko-dominan. Heterozigot biasanya tanpa gejala, sedangkan
homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya lebih berat dari thalassemia dan .
Gejala klinis biasa berupa tanda-tanda anemia seperti pucat, lemah,letih,lesu, tidak aktif
beraktifitas atau jarang bermain dengan teman seusianya, sesak nafas kurang konsentrasi,
sering pula disertai dengan kesulitan makan, gagal tumbuh, infeksi berulang dan
perubahan tulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan facies Cooley, conjungtiva anemis,
bentuk tulang yang abnormal, pembesarah lien dan atau hepar. Terapi thalassemia antara
lain adalah terapi transfusi, terapi pengikat besi (khelasi), splenektomi, dan transplantasi
sumsum tulang. Masing-masing terapi memiliki kriteria dan efek samping tertentu
sehingga perlu dipertimbangkan secara seksama. Konseling mengenai thalassemia sangat
diperlukan untuk skrining dan pemahaman terhadap penderita. Sampai saat ini, penderita
thalassemia yang berat biasanya tidak dapat bertahan hingga mencapai usia dewasa
normal meskipun kemungkinan ini tidak tertutup sama sekali.
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
45/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
DAFTAR PUSTAKA
Behrman Richard E., Kliegman Robert, Arvin Ann M., et al. Kelainan Hemoglobin: Sindrom
Thalassemia. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 2. Edisi ke-15. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2001. Hal 1708-1712.
Marshall A. Lichtman et. al. Williams Hematology, 7th Edition: The McGraw-Hill Companies; 2007.Chapter 46. Disorders of Globin Synthesis: The Thalassemias.
Ali Taher, et. al. Thalassemia intermedia: Revisited. Blood cells, Molecules and Diseases Journals:
Elsevier Inc; 2006
Clara Camaschella et. al. THALASSEMIA INTERMEDIA, Molecular Basis of Disease Journals:
Haematologica; 1995
Donald L. R. et. al. Handbook of Hematologic Pathology, William A.R. JR. Sanford A.S.. Marcel
Dekker Inc. 2000: Hemoglobinopathies and Thalassemia in 369-394
Bessie E Spiliotis et. al. -Thalassemia and normal growth: are they compatible, European Journal of
Endocrinology: European Journal of Endocrinology (1998) 139 143144
Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta
-
7/29/2019 Referat Thalassemia Intan
46/46
Thalassemi
Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang
K. Goswami et. al. IRON STORE AND FREE RADICALS IN THALASSEMIA, Indian Journal of
Clinical Biochemistry, 2005, 20 (2) 192-194
U.S Department of Health & Human Services. Thalassemias. Available at:http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.html.
Bleibel, SA. Thalassemia Alpha. August 26, 2009. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/206397-overview
Takeshita, K. Thalassemia Beta. September 27, 2010. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/206490-overview
Yaish Hassan M. Thalassemia: Differential diagnoses & Workup. April 30, 2010. Availableat : http://emedicine.medscape.com/article/958850-diagnosis
Hay WW, Levin MJ. Hematologic Disorders. Current Diagnosis and Treatment in
Pediatrics. 18th Edition. New York : Lange Medical Books/ McGraw Hill Publishing
Division ; 2007. Hal 841-845.
Haut, A., Wintrobe MM. The hemoglobinopathies and thalassemias. Forfar and Arneils
Textbook of Paediatrics. Edisi 7. Chruchill Livingstone. 2010. Hal 1621-1632.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/206397-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/206490-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/958850-diagnosishttp://emedicine.medscape.com/article/206397-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/206490-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/958850-diagnosishttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.html