referat thalassemia intan

Upload: intan-soraya

Post on 14-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    1/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    REFERAT

    THALASSEMIA

    Pembimbing:

    dr. Syaifun Niam Sp.PD

    Mahasiswa

    Intan Soraya

    030.05.118

    Mahasiswa

    Intan Soraya

    030.05.118

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

    Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

    Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    2/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Periode 12 November 2012 - 19 Januari 2013

    LEMBAR PENGESAHAN

    Nama : Intan Soraya

    NIM : 030.05.118

    Fakultas : Kedokteran Umum

    Universitas : Trisakti

    Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

    Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Dalam

    Periode Kepaniteraan Klinik : 12 November 2012 - 19 Januari 2013

    Judul Referat : Thalassemia

    Diajukan : Januari 2013

    Pembimbing : dr. Syaifun Niam, Sp. PD

    TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL :

    Mengetahui,

    Ketua SMF Ilmu Penyakit Dalam Pembimbing,

    RSUD Kota Semarang,

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    3/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Dr. Pujo Hendriyanto, Sp. PD Dr. Syaifun Niam, Sp. PD

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan

    rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul "Thalassemia" guna

    memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit

    Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di RSUD Kota Semarang periode 12 November

    2012 - 19 Januari 2013. Disamping itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan

    bagi pembaca.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak

    yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, yaitu:

    1. Dr. Susi Herawati, M.Kesselaku direktur RSUD Kota Semarang.

    2. Dr. Pujo Hendriyanto, Sp. PD selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota

    Semarang.

    3. Dr. Syaifun Niam, Sp. PD selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

    RSUD Kota Semarang.

    4. Dr. Diana Novitasari, Sp.PD

    5. Rekan - rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota

    Semarang.

    Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar referat ini dapat menjadi lebih baik.

    Penulis mohon maaf apabila banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    4/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi

    penulis sendiri maupun pembaca umumnya.

    Semarang, Januari 2013

    Intan Soraya

    DAFTAR ISI

    Lembar Pengesahan

    2

    Kata Pengantar

    3

    Daftar isi

    4

    BAB I PENDAHULUAN

    5

    BAB II ISI

    1. Definisi

    6

    2. Epidemiologi

    6

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    5/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    3. Fisiologi Hematopoesis

    10

    4. Patofisiologi

    15

    5. Klasifikasi

    20

    6. Gejala Klinis (Stadium Thalassemia)

    27

    7. Diagnosis Banding

    27

    8. Pemeriksaan Penunjang

    29

    9. Komplikasi

    32

    10. Terapi

    32

    11. Skrinning

    35

    12. Prognosis

    36

    BAB III KESIMPULAN

    37

    Daftar Pustaka

    38

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    6/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Thalassemia adalah kelainan bawaan dari sintesis hemoglobin. Presentasi

    klinisnya bervariasi dari asimtomatik sampai berat hingga mengancam jiwa. Dahulu

    dinamakan sebagaiMediterannian anemia, diusulkan oleh Whipple, namun kurang tepat

    karena sebenarnya kondisi ini dapat ditemukan di mana saja di seluruh dunia. Seperti

    yang akan dijelaskan selanjutnya, beberapa tipe berbeda dari thalassemia lebih endemik

    pada area geografis tertentu.

    Pada tahun 1925, Thomas Cooley, seorang spesialis anak dari Detroit,

    mendeskripsikan suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari Italia. Beliau

    menemukan adanya nukleasi sel darah merah yang masif pada sapuan apus darah tepi,

    yang mana awalnya beliau pikir sebagai anemia eritroblastik, suatu keadaan yang

    disebutkan oleh von Jaksh sebelumnya. Namun tak lama kemudian, Cooley menyadari

    bahwa eritroblastemia tidak spesifik dan esensial pada temuan ini sehingga istilah anemia

    eritroblastik tidak dapat dipakai. Meskipun Cooley curiga akan adanya pengaruh genetik

    dari kelainan ini, namun beliau gagal dalam menginvestigasi orangtua sehat pada anak-anak yang mengidap kelainan ini.

    Di Eropa, Riette mendeskripsikan mengenai adanya anemia mikrositik

    hipokromik ringan yang tak terjelaskan pada anak-anak keturunan Italia pada tahun yang

    sama saat Cooley melaporan adanya bentuk anemia berat yang akhirnya dinamakan

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    7/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    mengikutinya namanya. Sebagi tambahan, Wintrobe di Amerika Serikat melaporkan

    adanya anemia ringan pada kedua orangtua dari anak yang mengidap anemia Cooley.

    Anemia ini sangat mirip dengan kelainan yang ditemukan Riette. Baru setelah itu anemiaCooley dinyatakan sebagai bentuk homozigot dari anemia hipokromik mikrositik ringan

    yang dideskripsikan oleh Riette dan Wintrobe. Bentuk anemia berat ini kemudian

    dilabelisasi sebagai thalassemia mayor dan bentuk ringannya dinamakan sebagai

    thalassemia minor. Kata thalassemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalassa yang

    berarti laut' (mengarah ke Mediterania), dan emia, yang berarti berhubungan dengan

    darah'.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. DEFINISI (1)

    Thalassemia adalah penurunan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu

    atau lebih rantai globin a atau b, ataupun rantai globin lainnya, dapat menimbulkan

    defisiensi produksi sebagian (parsial) atau menyeluruh (komplit) rantai globin tersebut.

    Akibatnya, terjadi thalassemia yang jenisnya sesuai dengan rantai globin yang terganggu

    produksinya.

    Thalassemia adalah sekelompok heterogen anemia hipokromik herediter dengan

    berbagai derajat keparahan. Defek genetik yang mendasari meliputi delesi total atau

    parsial gen globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibat dari berbagai

    perubahan ini adalah penurunan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    8/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    globin atau pembentukan mRNA yang cacat secara fungsional. Akibatnya adalah

    penurunan dan supresi total sintesis rantai polipeptida Hb. Kira-kira 100 mutasi yang

    berbeda telah ditemukan mengakibatkan fenotip thalassemia; banyak di antara mutasi iniadalah unik untuk daerah geografi setempat. Pada umumnya, rantai globin yang disintesis

    dalam eritrosit thalassemia secara struktural adalah normal. Pada bentuk thalassemia-

    yang berat, terbentuk hemoglobin hemotetramer abnormal (4 atau 4) tetapi komponen

    polipeptida globin mempunyai struktur normal. Sebaliknya, sejumlah Hb abnormal juga

    menyebabkan perubahan hemotologi mirip thalassemia.

    2. EPIDEMIOLOGI

    Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia. Fakta

    ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak;

    menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di

    dunia.(2)

    Beberapa tipe thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia.

    Talasemia o

    ditemukan terutama di Asia Tenggara dan kepulauan Mediterania,talasemia + tersebar di Afrika, Mediterania, Timor Tengah, India dan Asia Tenggara.

    Angka kariernya mencapai 40-80%.

    Thalassemia memiliki distribusi sama dengan thalassemia Dengan

    kekecualian di beberapa negara, frekuensinya rendah di Afrika, tinggi di mediterania dan

    bervariasi di Timor Tengah, India dan Asia Tenggara. HbE yang merupakan varian

    thalassemia sangat banyak dijumpai di India, Birma dan beberapa negara Asia Tenggara.

    Adanya interaksi HbE dan thalassemia menyebabkan thalassemia HbE sangat tinggi

    di wilayah ini.

    Yayasan Thalassemia Indonesia menyebutkan bahwa setidaknya 100.000 anak

    lahir di dunia dengan Thalassemia mayor. Di Indonesia sendiri, tidak kurang dari 1.000

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    9/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    anak kecil menderita penyakit ini. Sedang mereka yang tergolong thalassemia trait

    jumlahnya mencapai sekitar 200.000 orang.

    Di RSCM sampai dengan akhir tahun 2003 terdapat 1060 pasien thalassemia

    mayor yang berobat jalan di Pusat Thalassemia Departemen Anak FKUI-RSCM yang

    terdiri dari 52,5 % pasien thalassemia homozigot, 46,2 % pasien thalassemia HbE, serta

    thalassemia 1,3%. Sekitar 70-80 pasien baru, datang tiap tahunnya. (4)

    HYPERLINK

    "http://drdjebrut.files.wordpress.com/2010/11/dt-an-def-fe-40x-_cigarcellbyk21.jpg"

    Gambar 1. Daerah Penyebaran Thalassemia/Sabuk Thalassemia.(2)

    Mortalitas dan Morbiditas(2)

    Thalassemia- mayor adalah penyakit yang mematikan, dan semua janin yang

    terkena akan lahir dalam keadaan hydrops fetalis akibat anemia berat. Beberapa laporan

    pernah mendeskripsikan adanya neonatus dengan thalassemia- mayor yang bertahan

    setelah mendapat transfusi intrauterin. Penderita seperti ini membutuhkan perawatan

    medis yang ekstensif setelahnya, termasuk transfusi darah teratur dan terapi khelasi, sama

    dengan penderita thalassemia- mayor. Terdapat juga laporan kasus yang lebih jarang

    mengenai neonatus dengan thalassemia- mayor yang lahir tanpa hydrops fetalis yang

    bertahan tanpa transfusi intrauterin. Pada kasus ini, tingginya level Hb Portland, yang

    merupakan Hb fungsional embrionik, diperkirakan sebagai penyebab kondisi klinis yang

    jarang tersebut.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    10/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Pada pasien dengan berbagai tipe thalassemia-, mortalitas dan morbiditas

    bervariasi sesuai tingkat keparahan dan kualitas perawatan. Thalassemia- mayor yang

    berat akan berakibat fatal bila tidak diterapi. Gagal jantung akibat anemia berat atau ironoverload adalah penyebab tersering kematian pada penderita. Penyakit hati, infeksi

    fulminan, atau komplikasi lainnya yang dicetuskan oleh penyakit ini atau terapinya

    termasuk merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas pada bentuk thalassemia yang

    berat.

    Mortalitas dan morbiditas tidak terbatas hanya pada penderita yang tidak diterapi;

    mereka yang mendapat terapi yang dirancang dengan baik tetap berisiko mengalami

    bermacam-macam komplikasi. Kerusakan organ akibat iron overload, infeksi berat yangkronis yang dicetuskan transfusi darah, atau komplikasi dari terapi khelasi, seperti

    katarak, tuli, atau infeksi, merupakan komplikasi yang potensial.

    Ras(2)

    Meskipun thalassemia ditemukan pada semua ras dan etnik grup, ada beberapa

    tipe thalassemia yang sering ditemukan pada grup tertentu dibanding dengan yang lain. thalassemia biasa ditemukan di Eropa Selatan, Timur Tengah, India, dan Africa.

    thalassemia biasa ditemukan di Asia Tenggara; meskipun juga ditemukan di bagian dunia

    yang lain. Mutasi spesifik pada thalassemia sudah dapat discrenning dan didiagnostik

    kelainannya. thalassemia trait di Afrika is biasanya bukan dari cis-delesi dari

    kromosom 16, berbeda dengan di Asia Tenggara, dimana terjadi komplit absence dari

    gene pada salah satu chromosome. Pada kedua orang tua yang memiliki cis-delesi,

    bayinya bias saja mengalami hydrps fetalis. Karena alasan ini, hydops fetalis tidak

    beresiko tinggi oada rang Afrika tetapi beresiko tinggi pada Asia Tenggara.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    11/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Sex(2)

    Baik pria maupun wanita,keduanya memiliki kemungkinan yang sama

    Usia(2)

    Meskipun thalassemia merupakan penyakit turunan (genetik), usia saat timbulnya

    gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan klinis pada pasien dengan

    kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik pada pembawa (carrier) tampak jelas

    pada saat lahir. Ditemukannya hipokromia dan mikrositosis yang tidak jelas penyebabnya

    pada neonatus, digambarkan di bawah ini, sangat mendukung diagnosis.

    Gambar 2. Sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H pada neonatus

    Namun, pada thalassemia- berat, gejala mungkin tidak jelas sampai paruh kedua

    tahun pertama kehidupan; sampai waktu itu, produksi rantai globin dan

    penggabungannya ke Hb Fetal dapat menutupi gejala untuk sementara.

    Bentuk thalassemia ringan sering ditemukan secara kebetulan pada berbagai usia.Banyak pasien dengan kondisi thalassemia- homozigot yang jelas (yaitu, hipokromasia,

    mikrositosis, elektroforesis negatif untuk Hb A, bukti bahwa kedua orang tua

    terpengaruh) mungkin tidak menunjukkan gejala atau anemia yang signifikan selama

    beberapa tahun. Hampir semua pasien dengan kondisi tersebut dikategzffv orikan sebagai

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    12/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    thalassemia- intermedia. Situasi ini biasanya terjadi jika pasien mengalami mutasi yang

    lebih ringan, yaitu gabungan heterozygote for B+ dan B -0 thalssemia, atau gabungan

    dengan heterozygote yang lain.

    3. FISIOLOGI HEMATOPOESIS

    Maximow (1924) mengemukakan suatu dalil bahwa sel darah berasal dari satu sel

    induk. Hal ini kemudian dikembangkan oleh Downey (1938) yang membuat hipotesa

    dengan konsep hirarki dari sel pluripoten dan selanjutnya Till dan Mc Culloch (1961)

    menyimpulkan bahwa satu sel induk merupakan koloni yang memperlihatkan diferensiasi

    multilineage atau pluripoten menjadi eritroid, mieloid serta megakariosit. Dari penelitian-

    penelitian tersebut ditetapkan bahwa sel stem ada pada hematopoisis. Sistem

    hematopoitik mempunyai karakteristik berupa perg5antian sel yang konstan untuk

    mempertahankan populasi leukosit, trombosit dan eritrosit.(3)

    Sistem hetgyytg7yyjyj6umatopoitik dibagi menjadi 3, yaitu:

    1. Sel Stem (progenitor awal) yang menyokong hematopoiesis.

    2. Colony fo rming uni t (CFU) sebagai pelopor yang selanjutnya

    berkembang dan berdiferensiasi dalam memproduksi sel.

    3. Faktor regulator yang mengatur agar Sistem berlangsung beraturan.

    Sel Stem merupakan satu sel induk (klonal) yang mempunyai kemampuan

    berdiferensiasi menjadi beberapa turunan, membelah diri dan memperbaharui

    populasi sel stem sendiri di bawah pengaruh faktor pertumbuhan

    hematopoitik.Hematopoitik membutuhkan perangsang untuk pertumbuhan koloni

    granulosit dan makrofag yang disebut "Colony Stimulating Factor" (CSF) yang

    merupakan glikoprotein.

    Dalam proses selanjutnya diketahui regulasi hematopoisis sangat kompleks dan

    factor pertumbuhan yang berfungsi tumpang tindih serta banyak tempat untuk

    memproduksi factor-faktor tersebut, termasuk organ hematopoitik. (3)

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    13/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Dikenal sejumlah sitokin yang mempunyai peranan dalam meningkatkan aktifitas

    hematopoitik (Tabel 1.1 Faktor pertumbuhan hematopoiesis serta karakterisitiknya)

    Faktor Sel Stimulasi Sumber Produksi Lokasi

    Kromosom

    CS1 (M-CSF) Monosit Sel endotel, monosit,

    fibroblast

    5q33-1

    GM-CSF Granulosit, megakariosit eritrosit,sel

    stem, blas leukemik

    Sel T, sel endotel,

    fibroblast

    5q23-31

    G-CSF Granulosit, makrofag, sel endotelial,

    fibroblas, blas leukemia

    Sel endotel, plasenta,

    monosit

    17q11-22

    IL-3 Granulosit, sel eritroid progenitor,

    multipoten, blas leukemia

    Sel T 5q23-31

    IL-4 Sel B, T Sel T 5q31

    IL-5 Sel B, CFU-Eo Sel T 5q31

    IL-6 Sel B, CFU-GEMM, CFU GM, BFU-E,

    makrofag, sel sel saraf, hepatosit

    Fibroblas, leukosit, sel

    epitel

    7p15

    IL-7 Sel B Leukosit 8q-12-13

    IL-8 Sel T, neutrofil Leukosit 4

    IL-9 BFU-E, CFU-GEMM Limfosit 5q31

    IL=11 Sel B, T,CFU-GEMM,Makrofag Makrofag 7q11-22

    Eritropoietin CFU-E, BFU-E Ginjal, hepar 7q11-22

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    14/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    c-kit figand

    "stem cell

    Progenitor primitif NI NI

    factor"

    GM-CSF = granulocyte macrophage colony stimulating factor, G-CSF= granulocyte

    colony stimulating factor, IL=interleukin, BFU-E=burst forming unit erithrocyte, CFU

    -E= colony forming unit erythrocyte, CFU-GEMM= colony forming unit granulocyte,

    erythrocyte, macrophage monocyte, CFU-GM= colony forming unit netrophil-

    macrophage(3)

    Pembentukan dan asal darah (3)

    Perkembangan sistem vaskuler dan hematopoisis dimulai pada awal kehidupan

    embrio dan berlangsung secara paralel / bersamaan sampai masa dewasa mempunyai

    hubungan dengan lokasi anatomi yang menyokong hematopoisis tersebut.

    Secara garis besar perkembangan hematopoisis dibagi dalam 3 periode:

    1. Hematopoisisyolk sac (mesoblastik atau primitif )

    2. Hematopoisis hati (definitif )

    3. Hematopoisis medular

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    15/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Gambar 3. Hematopoiesis prenatal dan postnatal (dikutip dari Hasan R,1985)

    Hematopoisis Yolk Sac (mesoblastik atau primitif)

    Sel darah dibuat dari jaringan mesenkim 2-3 minggu selelah fertilisasi. Mula-

    mula terbentuk dalam blood islandyang merupakan pelopor dari sistem vaskuler dan

    hematopoisis. Selanjutnya eritrosit dan megakariosit dapat diidentifikasi dalamyolk sacpada masa gestasi 16 hari.

    Sel induk primitif hematopoisis berasal dari mesoderm mempunyai respons

    terhadap faktor pertumbuhan antara lain eritropoetin, IL-3, IL-6 dan faktor sel stem.

    Sel induk hematopoisis mulai berkelompok dalam hati janin pada masa gestasi 5-6

    minggu dan pada masa gestasi 8 minggu blood islandmengalami regresi. (3)

    Hematopoisis hati (Definitif)

    Hematopoisis hati berasal dari sel stem pluripoten yang berpindah dari yolk

    sac. Perubahan empat hematopoisis dari yolk sac ke hati dan kemudian sumsum tulang

    mempunyai hubungan dengan regulasi perkembangan oleh lingkungan mikro,

    produksi sitokin dan komponen merangsang adhesi dari matrik ekstraseluler dan

    ekspresi pada reseptor.

    Pada masa gestasi 9 minggu, hematopoisis sudah terbentuk dalam hati.

    Hematopoisis dalamhati

    yang terutama adalah

    eritropoisis, walaupun

    masih ditemukan

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    16/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    sirkulasi granulosit dan trombosit. Hematopoisis hati mencapai puncaknya pada masa

    gestasi 4-5 bulan kemudian mengalami regresi perlahan-lahan. Pada masa pertengahan

    kehamilan, tampak pelopor hematopoetik terdapat di limpa, thymus, kelenjar limfe danginjal. (3)

    Gambar 4. Perkembangan embrional dan fetal serta ontogeni hematopoesis

    ( dikutip dari Hasan, 1985)

    Hematopoisis medular

    Merupakan periode terakhir pembentukan sistem hematopoisis dan dimulai

    sejak masa gestasi ulan. Ruang medular terbentuk dalam tulang rawan dan tulang

    panjang dengan proses reabsorpsi.

    Pada masa gestasi 32 minggu sampai lahir, semua rongga sumsum tulang diisijaringan hematopoitik yang aktif dan sumsum tulang penuh berisi sel darah. Dalam

    perkembangan selanjutnya fungsi pembuatan sel darah diambil alih oleh sumsum

    tulang, sedangkan hepar tidak berfungsi membuat sel darah lagi. (3)

    Sel mesenkim yang mempunyai kemampuan untuk membentuk sel darah

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    17/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    menjadi kurang, tetapi tetap ada dalam sumsum tulang, hati, limpa, kelenjar getah

    bening dan dinding sus, dikenal sebagai sistem retikuloendotelial.

    Pada bayi dan anak, hematopoisis yang aktif terutama pada sumsum tulang

    termasuk bagian distal tulang panjang. Hal ini berbeda dengan dewasa normal di

    mana hematopoisis terbatas pada vertebra (tulang belakang), tulang iga, tulang dada

    (sternum), pelvis, skapula, skull (tulang tengkorak kepala) dan jarang yang berlokasi

    pada humerus dan femur.

    Selama masa intra uterin, hematopoisis terdapat pada tulang (skeletal) dan

    ekstraskeletal dan pada waktu lahir hematopoisis terutama pada skeletal. Secara umum

    hematopoisis ekstra medular terutama pada organ perut, terjadi akibat penyakit

    yang menyebabkan gangguan produksi satu atau lebih tipe sel darah, seperti

    eritroblastosis fetalis, anemia pernisiosa, talasemia, nickel cell anemia, sferositosis

    herediter dan variasi leukemia.

    Perpindahan lokasi anatomi hematopoisis disertai perpindahan populasi sel

    sampai ini belum dapat diketahui mekanismenya. (3)

    Gambar 5. Pembentukan sel darah

    Hemoglobin(4)

    Merupakan kompleks protein yang terdiri dari heme yang mengandung besi dan

    globin dengan interaksi dianatar heme dan globin menyebabkan hemoglobin (Hb)

    merupakan perangkat yang ireversibel untuk mengangkut oksigen. Sesuai dengan

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    18/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    rangkaian hematopoisis yang dimulai dari yolk sac, limpa, hati dan sumsum tulang diikuti

    juga dengan variasi sintesis hemoglobin. Sejak masa embrio, janin, anak dan dewasa sel

    darah merah mempunyai 6 hemoglobin antara lain:

    Hemoglobin embrional : Gower-1, Gower-2, Portland

    Hemoglobin fetal : Hb-F

    Hemoglobin dewasa : Hb-A1 dan Hb-A2

    Hemoglobin embrional

    (4)

    Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritroblas priomitif dalam yolk sac

    membentuk rantai globin-epsilon () dan zeta (Z) yang akan membentuk hemoglobin

    primitive Gower-1 (Z22). Selanjutnya mulai sintesis rantai mengganti rantai zeta;

    rantai mengganti rantai di yolk sac, yang akan membentuk Hb-Portland (Z22) dan

    Gower-2 (22)

    Hemoglobin yang ditemukan terutama pada masa gestasi 4-8 minggu adalah Hb-Gower-1 dan Gower-2 yaitu kira-kira 75% dan merupakan hemoglobin yang disintesis di

    yolk sac, tetapi akan menghilang pada masa gestasi 3 bulan.

    Hemoglobin fetal(4)

    Migrasi pluripoten stem cell dari yolk sac ke hati, diikuti dengan sintesis

    hemoglobin fetal dan awal sintesis rantai . Setelah masa gestasi 8 minggu Hb-F palingdominan dan setelah janin berusai 6 bulan merupakan 90% dari keseluruhan hemoglobin,

    kemudian berkurang bertahap dan pada saat lahir ditemukan kira-kira 70% Hb-F. sintesis

    Hb-F menurun secara cepat setelah bayi lahir dan setelah usia 6-12 bulan hanya sedikit

    ditemukan.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    19/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Hemoglobin dewasa(4)

    Pada masa embrio telah dapat dideteksi HbA (22) karena telah terjadi

    perubahan sintesis rantai menjadi dan selanjutnya globin meningkat pada ,masa

    gestasi 6 bulan ditemukan 5-10% HbA, pada waktu lahir mencapai 30% dan pada usia 6-

    12 bulan sudah memperlihatkan gambaran hemoglobin dewasa.

    Hemoglobin dewasa minor (HbA2) ditemukan kira-kira 1% pada saat lahir dan

    pada usia 12 bulan mencapai 2-3,4%, dengan rasio normal antara HbA dan HbA2 adalah

    30:1.Perubahan hemoglobin janin ke dewasa merupakan proses biologi berupadiferensiasi sel induk eritroid, sel stem pluripoten, gen dan reseptor yang mempengaruhi

    eritroid dan dikontrol oleh factor humoral.

    Gambar 6.

    Sintesis rantai globin

    primitive dan definitive

    selama periode embrional,

    fetal dan pascanatal dalam

    hubungannya dengan perubahan tempat eritropoisis.

    4. PATOFISIOLOGI

    Hemoglobin (Hb) tersusun atas heme yang merupakan cincin porfirin dalam

    ikatan dengan Fe dan globulin yang merupakan protein pendukung. Satu molekul

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    20/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    hemoglobin mengandung 4 sub-unit. Masing-masing sub-unit tersusun atas satu molekul

    globin dan satu molekul heme.

    Globulin terdiri atas 2 pasang rantai polipeptida, yaitu sepasang rantai dan

    sepasang rantai non alpha (,,). Kombinasi rantai polipeptida tersebut akan menentukan

    jenis hemoglobin. Hb A (22) merupakan lebih dari 96 % Hb total, Hb F (22) kurang

    dari 2% dan Hb A2 (22) kurang dari 3%. Pada janin trisemester III kehamilan hampir

    100% Hb adalah Hb F. Setelah lahir, sintesis globin makin menurun digantikan oleh

    globin .

    Gambar 7. Struktur hemoglobin

    Rantai polipeptida tersusun atas 141 asam amino, sedangkan rantai non

    tersusun atas 146 asam amino. Sintesis rantai disandi oleh gen 1 dan gen 2 dikromosom 16, sedangkan gen yang mensintesis rantai , rantai dan rantai terletak di

    kromosom 11. Pada orang normal sintesis rantai sama dengan rantai non alpha.

    Thalassemia akan terjadi bila sintesis salah satu rantai polipeptida menurun.

    Struktur kimia hemoglobin memungkinkan molekul hemoglobin memiliki

    kemampuan untuk mengikat oksigen secara reversible. Zat besi dalam molekul heme

    secara langsung berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin memiliki struktur

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    21/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    kuartener empat rantai polipeptida, masing-masing dengan satu tempat pegikatan

    oksigen. Sehingga satu molekul hemoglobin dapat mengikat 4 molekul oksigen.

    Hemoglobin yang merupakan suatu protein, disintesis berdasarkan informasi genetik.Masing-masing polipeptida penyusun Hb berbeda dalam urutan asam aminonya. Dengan

    demikian ada beberapa lokus gen terpisah dalam kromosom yang mengatur sintesis rantai

    polipeptida dari hemoglobin. (2)

    Lokus

    Genotip

    / / / /

    Polipetida yang terbentuk

    Hb yang terbentuk 22 22 22

    Untuk pembentukan dan sebenarnya terdapat 2 lokus gen untuk masing-

    masing, sedangkan dan hanya memilki satu lokus gen. Lokus gen untuk terletak

    pada kromosom 16 sedangkan lainnya (,,) terletak pada kromosom 11.

    Sintesis rantai bersama dengan sintesi rantai menonjol selama masa kehidupan

    janin. Rantai akan terus disintesis sampai usia dewasa sedangkan rantai mulai

    menurun pada trisemester akhir dan dengan cepat menurun setelah kelahiran.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    22/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Talasemia merupakan salah satu bentuk kelainan genetik hemoglobin yang

    ditandai dengan kurangnya atau tidak adanya sintesis satu rantai globin atau lebih,

    sehingga terjadi ketidak seimbangan jumlah rantai globin yang terbentuk.

    Secara genetik, gangguan pembentukan protein globin dapat disebabkan karena

    kerusakan gen yang terdapat pada kromosom 11 atau 16 yang ditempati lokus gen globin.

    Sebagian besar kelainan hemoglobin dan jenis thalassemia merupakan hasil kelaianan

    mutasi pada gamet yang terjadi pada replikasi DNA. Pada replikasi DNA dapat terjadi

    pergantian urutan asam basa dalam DNA, dan perubahan kode genetic akan diteruskan

    pada penurunan genetic berikutnya. Mutasi ini dapat memperpendek rantai asam amino

    maupun memperpanjangnya. Kelainan mutasi dapat pula terjadi pada keselahanberpasangan kromosom pada proses meiosis yang mengakibatkan perubahan susunan

    material genetic. Bila terjadi crossing over pada kesalahan berpasangan itu, sebagai hasil

    akhir peristiwa tadi akan terjjadi apa yang disebut duplikasi,delesi, translokasi dan iversi.

    Kerusakan pada salah satu kromosom homolog menimbulkan terjadinya keadaan

    heterozigot, sedangkan kerusakan pada kedua kromosom homolog menimbulkan keadaan

    homozigot.

    Pada thalassemia homozigot sintesis rantai menurun atau tidak ada sintesis samasekali. Ketidakseimbangan sintesis rantai alpha atau rantai non alpha, khususnya

    kekurangan sintesis rantai akan menyebabkan kurangnya pembentukan Hb.

    Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan

    dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan.

    Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya.

    Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi

    tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini. (2)

    Secara biokimia kelainan yang paling mendasar adalah menurunnya biosintesis

    dari unit globin pada Hb A. pada thalasemia heterozigot, sintesis globin kurang

    lebih separuh dari nilai normalnya. Pada thalasemia homozigot, sintesis globin dapat

    mencapai nol.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    23/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Karena adanya defisiensi yang berat pada rantai , sintesis Hb A total menurun

    dengan sangat jelas atau bahkan tidak ada, sehingga pasien dengan thalasemia

    homozigot mengalami anemia berat. Sebagai respon kompensasi, maka sintesis rantai menjadi teraktifasi sehingga hemoglobin pasien mengandung proporsi Hb F yang

    meningkat. Namun sintesis rantai ini tidak efektif dan secara kuantitas tidak mencukupi.(7)

    Pada thalasemia homozigot, sintesis rantai tidak mengalami perubahan.

    Ketidak-seimbangan sintesis dari rantai polipeptida ini mengakibatkan kelebihan adanya

    rantai bebas di dalam sel darah merah yang berinti dan retikulosit. Rantai bebas ini

    mudah teroksidasi. Mereka dapat beragregasi menjadi suatu inklusi protein (haeinzbodys), menyebabkan kerusakan membran pada sel darah merah dan destruksi dari sel

    darah merah imatur dalam sumsum tulang sehingga jumlah sel darah merah matur yang

    diproduksi menjadi berkurang. Sel darah merah yang beredar kecil, terdistorsi, dipenuhi

    oleh inklusi globin, dan mengandung komplemen hemoglobin yang menurun. Hal yang

    telah disebutkan diatas adalah gambaran dari Anemia Cooley: hipokromik, mikrosisitk

    dan poikilositik.

    Sel darah merah yang sudah rusak tersebut akan dihancurkan oleh limpa, hepar,dan sumsum tulang, menggambarkan komponen hemolitik dari penyakit ini. Sel darah

    merah yang mengandung jumlah Hb F yang lebih tinggi mempunyai umur yang lebih

    panjang.

    Anemia yang berat terjadi akibat adanya penurunan oksigen carrying capacity dari

    setiap eritrosit dan tendensi dari sel darah merah matur (yang jumlahnya sedikit)

    mengalami hemolisa secara prematur.

    Eritropoetin meningkat sebagai respon adanya anemia, sehingga sumsum-sumsum

    tulang dipacu untuk memproduksi eritroid prekusor yang lebih banyak. Namun

    mekanisme kompensasi ini tidak efektif karena adanya kematian yang prematur dari

    eritroblas. Hasilnya adalah suatu ekspansi sumsum tulang yang masif yang memproduksi

    sel darah merah baru.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    24/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Sumsum tulang mengalami ekspansi secara masif, menginvasi bagian kortikal

    dari tulang, menghabiskan sumber kalori yang sangat besar pada umur-umur yang kritis

    pada pertumbuhan dan perkembangan, mengalihkan sumber-sumber biokimia yang vitaldari tempat-tempat yang membutuhkannya dan menempatkan suatu stress yang sangat

    besar pada jantung. Secara klinis terlihat sebagai kegalan dari pertumbuhan dan

    perkembangan, kegagalan jantung high output, kerentanan terhadap infeksi, deformitas

    dari tulang, fraktur patologis, dan kematian di usia muda tanpa adanya terapi transfusi. (8)

    Dengan pemberian transfusi darah, eritropoesis yang inefektif dapat diperbaiki,

    dan terjadi peningkatan jumlah hormon hepcidin; sehingga penyerapan besi akan

    berkurang dan makrofag akan mempertahankan kadar besi.

    Pada pasien dengan iron overload (misalnya hemokromatosis), absorpsi besi

    menurun akibat meningkatnya jumlah hepsidin. Namun, hal ini tidak terjadi pada

    penderita thalassemia- berat karena diduga faktor plasma menggantikan mekanisme

    tersebut dan mencegah terjadinya produksi hepsidin sehingga absorpsi besi terus

    berlangsung meskipun penderita dalam keadaan iron overload.

    Efek hepsidin terhadap siklus besi dilakukan melalui kerja hormon lain bernama

    ferroportin, yang mentransportasikan besi dari enterosit dan makrofag menuju plasma

    dan menghantarkan besi dari plasenta menuju fetus. Ferroportin diregulasi oleh jumlah

    penyimpanan besi dan jumlah hepsidin. Hubungan ini juga menjelaskan mengapa

    penderita dengan thalassemia- yang memiliki jumlah besi yang sama memiliki jumlah

    ferritin yang berbeda sesuai dengan apakah mereka mendapat transfusi darah teratur atau

    tidak. Sebagai contoh, penderita thalassemia- intermedia yang tidak mendapatkan

    transfusi darah memiliki jumlah ferritin yang lebih rendah dibandngkan dengan penderita

    yang mendapatkan transfusi darah secara teratur, meskipun keduanya memiliki jumlahbesi yang sama.

    Kebanyakan besi non-heme pada individu yang sehat berikatan kuat dengan

    protein pembawanya, transferrin. Pada keadaan iron overload, seperti pada thalassemia

    berat, transferrin tersaturasi, dan besi bebas ditemukan di plasma. Besi ini cukup

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    25/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    berbahaya karena memiliki material untuk memproduksi hidroksil radikal dan akhirnya

    akan terakumulasi pada organ-organ, seperti jantung, kelenjar endokrin, dan hati,

    mengakibatkan terjadinya kerusakan pada organ-organ tersebut (organ damage).

    (2)

    5. KLASIFIKASI

    Talasemia adalah grup kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen akibat

    pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini menyebabkan

    ketidakseimbangan produksi rantai globin.

    Sebagaimana telah disebutkan di atas, secara garis besar terdapat dua tipe utama

    thalassemia yaitu thalassemia dan thalassemia. Selain itu juga terdapat tipe

    thalassemia lain seperti thalassemia intermediate.

    Abnormalitas genetic Sindroma klinik

    Thalassemia

    Penghapusan 4 gen- hydrops fetalis

    Penghapusan 3 gen- penyakit Hb H

    Kematian in utero

    Anemia hemolitik

    Penghapusan 2 gen ( trait thalasemia )

    Penghapusan 1 gen ( trait thalasemia + )

    Sediaan darah mikrositik hipokrom tetapi

    biasanya tanpa anemia

    Thalassemia

    Homozigot thalassemia mayor

    Heterzigot- trait thalassemia

    Anemia berat perlu transfusi darah

    Sediaan darah mikrositik hipokrom tetapi

    biasanya dengan atau tanpa anemia

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    26/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Thalassemia intermediate

    Sindroma klinik yang disebabkan oleh

    sejenis lesi genetik

    Anemia hipokrom mikrositik, hepato-

    splenomegali, kelebihan beban besi.

    Talasemia diturunkan berdasarkan hukum Mendel, resesif atau ko-dominan.

    Heterozigot biasanya tanpa gejala homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya lebih

    berat dari talasemia atau .(2)

    Thalassemia-(7)

    Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin- banyak

    ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi gen

    globin- menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin- pada

    individu normal, dan empat bentuk thalassemia- yang berbeda telah diketahui sesuai

    dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat gen ini.

    Tabel 1. Thalassemia-

    Genotip Jumlah gen Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis

    Saat Lahir > 6 bulan

    / 4 Normal N N

    -/ 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N

    --/ atau

    /-

    2 Trait thal- 2-10% Hb Barts N

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    27/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    --/- 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Bart Hb H

    --/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -

    Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Barts = 4, HbH = 4

    a. Silent carrier thalassemia-

    Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya ditemukan

    secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-Amerika. Seperti

    telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen yang terletak pada kromosom 16.

    Pada tipe silent carrier, salah satu gen pada kromosom 16 menghilang,

    menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara hematologis,

    hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel darah merah) yang rendah dalam

    beberapa pemeriksaan.

    Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan elektroforesis

    Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih. Bisa juga dicari akan

    adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga (misalnya orangtua) untuk

    mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah lengkap pada salah satu orangtua yang

    menunjukkan adanya hipokromia dan mikrositosis tanpa penyebab yang jelas

    merupakan bukti yang cukup kuat menuju diagnosis thalasemia. (7)

    b. Trait thalassemia-

    Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah yang

    rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu kromosom 16

    atau satu gen pada masing-masing kromosom. Kelainan ini sering ditemukan di

    Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.

    Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (4) dapat ditemukan

    pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak terlihat lagi, dan

    kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal. (7)

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    28/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Gambar 7. Thalassemia alpha menurut hukum Mendel (6)

    c. Penyakit Hb H

    Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin , merepresentasikan

    thalassemia- intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali,

    ikterus, dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi

    yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah merah

    yang diinklusi oleh rantai tetramer (Hb H) yang tidak stabil dan terpresipitasi di

    dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball. Badan inklusi ini

    dinamakan sebagaiHeinz bodies. (7)

    Gambar 8. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang

    menunjukkan Heinz-Bodies

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    29/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    a. Thalassemia- mayor

    Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen globin-,

    disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali.

    Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka tidak

    satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi yang

    menderita, dan karena 4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-bayi

    itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb

    embrional normal (Hb Portland = 22), yang berfungsi sebagai pengangkut

    oksigen.

    Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang lahir

    hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan

    gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang dapat hidup dengan

    manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat bergantung dengan

    transfusi. (7)

    Thalassemia-(8)

    Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-;

    antara lain :

    a. Trait thalassemia-+ heterozigot (Thalassemia minor)

    - Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan elektroforesis

    Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2, Hb F, atau

    keduanya.

    - Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai anemia

    defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan preparat besi

    selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan trait thalassemia-

    mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%-7%). Kira-kira 50% individu

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    30/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil

    kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar

    dari 5% sampai 15%, yang mewakili thalassemia tipe .(8)

    Gambar 9. Thalassemia beta menurut Hukum Mendel

    Gambar 10. Sapuan darah tepi tampak sel target

    a. Thalassemia- homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)

    Bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan kedua

    kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada penderita ini untuk

    mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang disebabkan oleh

    anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita meninggal pada 5 tahun pertama

    kehidupan.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    31/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang menerima transfusi

    pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan eritropoetik disumsum tulang

    maupun di luar sumsum tulang. Tulang-tulang menjadi tipis dan fraktur patologismungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum tulang di wajah dan tengkorak

    menghasilkan bentuk wajah yang khas.

    Gambar 11. Deformitas tulang pada thalassemia beta mayor (Facies Cooley)

    Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat kekuningan.

    Limpa dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler dan hemosiderosis.

    Pada penderita yang lebih tua, limpa mungkin sedemikian besarnya sehinggamenimbulkan ketidaknyamanan mekanis dan hipersplenisme sekunder.

    Gambar 12. Splenomegali pada thalassemia

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    32/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atau tidak

    terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang disebabkan

    oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung, termasuk aritmiadan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh siderosis miokardium

    sering merupakan kejadian terminal.

    Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia- homozigot yang tidak

    ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan mikrositosis berat, banyak

    ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh (sel bizarre) dan sel target.

    Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi, terutama setelah

    splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang merupakan presipitasi kelebihan rantai, juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun secara cepat menjadi < 5 gr/dL

    kecuali mendapat transfusi. Kadar serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas

    pengikat besi (iron binding capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata adalah

    adanya kadar HbF yang sangat tinggi dalam eritrosit. (8)

    6. GEJALA KLINIS (STADIUM THALASSEMIA) (9)

    Gejala klinis pada thalassemia hampir semua sama, yang membedakan adalah

    tingkat keparahannya, dari ringan (asimptomatik) sampai parahnya gejala.. Gejala klinis

    biasa berupa tanda-tanda anemia seperti pucat, lemah,letih,lesu, tidak aktif beraktifitas

    atau jarang bermain dengan teman seusianya, sesak nafas kurang konsentrasi, sering pula

    disertai dengan kesulitan makan, gagal tumbuh, infeksi berulang dan perubahan tulang.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan facies Cooley, conjungtiva anemis, bentuk tulangyang abnormal, pembesarah lien dan atau hepar.

    Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan jumlah

    kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat gejala

    yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk memulai terapi

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    33/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    khelasi pada pasien dengan thalassemia- mayor atau intermedia. Pada sistem ini, pasien

    dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

    Stadium I

    Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed Red Cells

    (PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram (ECG) hanya ditemukan

    sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri, dan elektrokardiogram (EKG) dalam 24

    jam normal.

    Stadium II

    Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan memiliki

    keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi pada dinding ventrikel

    kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventrikular abnormal pada EKG dalam 24 jam.

    Stadium III

    Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya fraksi ejeksi

    pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi prematur dari atrial dan

    ventrikular.

    7. DIAGNOSIS BANDING

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    34/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Thalassemia sering kali didiagnosis salah sebagai anemia defisiensi Fe, hal ini

    disebabkan oleh karena kemiripan gejala yang ditimbulkan, dan gambaran eritrosit

    mikrositik hipokrom. Namun kedua penyakit ini dapat dibedakan, karena pada anemiadefisiensi Fe didapatkan : (10)

    Pucat tanpa organomegali

    SI rendah

    IBC meningkat

    Tidak tedapat besi dalam sumsum tulang

    Bereaksi baik dengan pengobatan dengan preparat besi

    Gambar 13. Apusan darah tepi defisiensi besi

    Anemia sideroblastik dimana didaptkan pula gambaran apusan darah tepi

    mikrositik hipokrom dan gejala-gejala anemia, yang membedakan dengan thalassemia

    adalah kadar besi dalam darah tinggi, kadar TIBC (Total Iron Binding Capacity) normal

    atau meningkat sedangkan pada thalassemia kadar besi dan TIBC normal.

    Dapat juga dibandingkan dengan anemia defisiensi G6PD, dimana enzim ini

    bekerja untuk mencegah kerusakan eritrosit akibat oksidasi. Merupakan salah satu

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

    http://drdjebrut.files.wordpress.com/2010/11/dt-an-def-fe-40x-_cigarcellbyk21.jpg
  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    35/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    anemia hemolitik juga. Dapat dibedakan dengan thalassemia dengan gambaran apusan

    darah tepi dimana pada defisiensi G6PD nomositik-normokrom dan pemeriksaan enzim

    G6PD.

    Thalassemia juga didiagnosis banding dengan jenis thalassemia lainnya, yang

    memberi gambaran klinis yang sama. Namun pada pemeriksaan elektroforesis

    hemoglobin dapat diketahui jenis thalassemia atau thalassemia . Pada thalassemia

    dengan HbH ditemukan jaundice dan splenomegali. (9)

    8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan laboratorium yang perlu untuk menegakkan diagnosis thalassemia ialah:

    1. Darah (2)

    Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita

    thalasemia adalah :

    Darah rutin

    Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan penurunan jumlah eritrosit, peningkatan

    jumlah lekosit, ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme

    akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.

    Hitung retikulosit

    Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    36/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Gambaran darah tepi

    Anemia pada thalassemia mayor mempunyai sifat mikrositik hipokrom. Pada gambaran

    sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit, poikilositosis, tear drops sel dan target sel.

    Gambar 13. Sapuan darah tepi pada thalassemia

    Serum Iron & Total Iron Binding Capacity

    Kedua pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan anemia terjadi

    karena defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan menurun, sedangkan TIBC

    akan meningkat.

    Tes Fungsi Hepar

    Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%. bila angka tersebut

    sudah terlampaui maka harus dipikir adanya kemungkinan hepatitis, obstruksi batu

    empedu dan cholangitis. Serum SGOT dan SGPT akan meningkat dan menandakanadanya kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan ini akan berakibat juga terjadi kelainan

    dalam faktor pembekuan darah.

    2. Elektroforesis Hb (2)

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    37/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin.

    Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita thalassemia saja, namun juga pada

    orang tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenishemoglobin dan kadar HbA2. Petunjuk adanya thalassemia adalah ditemukannya Hb

    Barts dan Hb H. Pada thalassemia kadar Hb F bervariasi antara 10-90%, sedangkan

    dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.

    3. Pemeriksaan sumsum tulang (2)

    Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktifsekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8. pada keadaan normal

    biasanya nilai perbandingannya 10 : 3.

    Gambar 14. Sapuan sumsum tulang

    May-Giemsa stain, x1000

    4. Pemeriksaan rontgen (5)

    Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila tidak

    mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat, mineralisasi berkurang,

    dan dapat diperbaiki dengan pemberian tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi

    tidak optimal

    terjadi

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    38/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari korteknya. Trabekulasi memberi gambaran

    mozaik pada tulang. Tulang terngkorak memberikan gambaran yang khas, disebut

    dengan "hair on end" yaitu menyerupai rambut berdiri potongan pendek pada anak besar.

    Gambar 15. Gambar rontgen kepala "Hair on end" dan tulang panjang yang terjadi

    penipisan korteks.

    5. EKG dan echocardiography untuk mengetahui dan memonitor keadaan jantungnya.

    Kadang ditemukan jantung yang kardiomegali akibat anemianya.

    6. HLA typing untuk pasien yang akan di transplantasi sumsum tulang.

    7. Pemeriksaan mata, pendengaran, fungsi ginjal dan test darah rutin untuk memonitor

    efek terapi deferoxamine (DFO) dan shelating agent. (9)

    9. KOMPLIKASI

    Splenomegali karena penimbunan besi dan eritrosit abnormal, leukosit dan trombosit.

    Anak dengan thalassemia mayor dengan transfuse yang tidak adekuat dapat

    menyebabkan pertumbuhan kurang dan mudah terinfeksi, hepatosplenomegali,

    penipisan cortex tulang dan mudah fraktur.

    Hemosdierosis akibat pemberian transfuse, sehingga kadar serum besi yang berlebihan.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    39/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Kerusakan hepar yang disebabkan oleh besi yang berhubungan dengan komplikasi

    sekunder dari transfuse dan infeksi hepatitis C merupakan penyebab tersering

    hepatitis pada anak dengan thalassemia.

    Congestive heart failure dan cardiac aritmia pada transfusi tanpa chelating agent.

    Thrombosis dan septikemia pada splenektomi

    Wanita dengan fetus - thalassemia meningkatkan komplikasi pada kehamilan karena

    toksikemia dan peradarahan post partum. (10)

    9. TERAPI

    Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut

    setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan kecuali

    memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan apabila nilai Hb

    yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada semua

    penderita dengan kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga

    yang berisiko untuk terkena penyakit thalassemia berat.

    Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen transfusi

    darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi darah harus

    dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan setelah periode

    pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat mempertahankan nilai Hb dalam

    batas normal tanpa transfusi.

    Transfusi Darah (4)

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    40/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9-9.5 gr/dL

    sepanjang waktu.

    Pada pasien yang membutuhkan transfusi darah reguler, maka dibutuhkan suatu studi

    lengkap untuk keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut meliputi fenotip sel darah

    merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan pemeriksaan hepatitis.

    Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit; 10-15 mL/kg PRC dengan

    kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan regimen yang adekuat

    untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan.

    Pertimbangkan pemberikan asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi untukmencegah demam dan reaksi alergi.

    Komplikasi Transfusi Darah (4)

    Komplikasi utama dari transfusi adalah yang berkaitan dengan transmisi bahan

    infeksius ataupun terjadinya iron overload. Penderita thalassemia mayor biasanya lebih

    mudah untuk terkena infeksi dibanding anak normal, bahkan tanpa diberikan transfusi.

    Beberapa tahun lalu, 25% pasien yang menerima transfusi terekspose virus

    hepatitis B. Saat ini, dengan adanya imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang.

    Virus Hepatitis C (HCV) merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia di atas

    15 tahun dengan thalassemia. Infeksi oleh organisme opurtunistik dapat menyebabkan

    demam dan enteriris pada penderita dengan iron overload, khususnya mereka yang

    mendapat terapi khelasi dengan Deferoksamin (DFO). Demam yang tidak jelas

    penyebabnya, sebaiknya diterapi dengan Gentamisin dan Trimetoprim-Sulfametoksazol.

    Terapi Khelasi (Pengikat Besi) (4)

    Apabila diberikan sebagai kombinasi dengan transfusi, terapi khelasi dapat menunda

    onset dari kelainan jantung dan, pada beberapa pasien, bahkan dapat mencegah

    kelainan jantung tersebut.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    41/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Chelating agent yang biasa dipakai adalah DFO yang merupakan kompleks

    hidroksilamin dengan afinitas tinggi terhadap besi. Rute pemberiannya sangat penting

    untuk mencapai tujuan terapi, yaitu untuk mencapai keseimbangan besi negatif (lebihbanyak diekskresi dibanding yang diserap). Karena DFO tidak diserap di usus, maka

    rute pemberiannya harus melalui parenteral (intravena, intramuskular, atau subkutan).

    Dosis total yang diberikan adalah 30-40mg/kg/hari diinfuskan selama 8-12 jam saat

    pasien tidur selama 5 hari/minggu.

    Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH) (4)

    TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk thalassemia yang saat inidiketahui. Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan adanya hepatomegali,

    fibrosis portal, dan terapi khelasi yang inefektif sebelum transplantasi dilakukan.

    Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga karakteristik ini adalah 59%, sedangkan

    pada penderita yang tidak memiliki ketiganya adalah 90%. Meskipun transfusi darah

    tidak diperlukan setelah transplantasi sukses dilakukan, individu tertentu perlu terus

    mendapat terapi khelasi untuk menghilangkan zat besi yang berlebihan. Waktu yang

    optimal untuk memulai pengobatan tersebut adalah setahun setelah TSSH. Prognosis

    jangka panjang pasca transplantasi , termasuk fertilitas, tidak diketahui. Biaya jangka

    panjang terapi standar diketahui lebih tinggi daripada biaya transplantasi. Kemungkinan

    kanker setelah TSSH juga harus dipertimbangkan.

    Terapi Bedah(4)

    Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan pada

    pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar besi nontoksik

    (yaitu, fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan perusakan sel darah merah dan

    distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu dipertimbangkan sebelum memutuskan

    melakukan splenektomi.. Limpa berfungsi sebagai penyimpanan untuk besi nontoksik,

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    42/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan limpa yang terlalu

    dini dapat membahayakan.

    Sebaliknya, splenektomi dibenarkan apabila limpa menjadi hiperaktif,

    menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan dengan demikian

    meningkatkan kebutuhan transfusi darah, menghasilkan lebih banyak akumulasi besi.

    Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih dari 200-250

    mL / kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr / dL karena dapat

    menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.

    Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur sekarangdilakukan dengan laparoskopi. Biasanya, prosedur ditunda bila memungkinkan sampai

    anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif dengan antibiotik harus selalu

    diberikan untuk setiap keluhan demam sambil menunggu hasil kultur. Dosis rendah

    Aspirin setiap hari juga bermanfaat jika platelet meningkat menjadi lebih dari 600.000 /

    L pasca splenektomi.

    Transplantasi sumsum tulang(4)

    Transplantasi sumsum tulang untuk talasemia pertama kali dilakukan tahun 1982.

    Transplantasi sumsum tulang merupakan satu-satunya terapi definitive untuk talasemia.

    Jarang dilakukan karena mahal dan sulit.

    Diet talasemia (11)

    Pasien dianjurkan menjalani diet normal, dengan suplemen sebagai berikut :

    Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi.

    Asam Folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

    Vitamin E 200-400 IU setiap hari.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    43/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    Sebaiknya zat besi tidak diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga

    dihindari. Kopi dan teh diketahui dapat membantu mengurangi penyerapan zat besi di

    usus.

    10. SKRINNING

    Ada 2 pendekatan untuk menghinadari thalassemia:

    Karena karier thalassemia bias diketahui dengan mudah, skrinning populasi dan

    koseling tentang pasangan bisa dilakukan. Bila heterozigot menikah, 1 dari 4 anak

    mereka bisa menjadi homozigot atau gabungan heterozigot.

    Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, pasangannya bisa diperiksa dan bila

    termasuk karier, pasangan tersebut ditawari diagnosis prenatal dan terminasi kehamilan

    pada fetus dengan thalassemia berat.

    Bila populasi tersebut menghendaki pemilihan pasangan, dilakukan skrinning

    premarital yang bisa dilakukan di sekolah anak. Penting menyediakan program konseling

    verbal maupun tertulis mengenai skrinning.

    Alternatif lain bisa juga dilakukan pemeriksaan terhadap setiap wanita hamil

    berdasar ras, melalui ukuran eritrosit, kadar Hb A2 (meningkat pada thalassemia-). Bila

    kadarnya normal, pasien dikirim ke pusat yang bisa menganalisis rantai . (4)

    11. PROGNOSIS

    Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti

    dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringanbahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa, tergantung pula pada terapi dan

    komplikasi yang terjadi. Bayi dengan thalassemia mayor kebanyakn lahir mati atau

    lahir hidup dan meninggal dalam beberapa jam. Pasien dengan thalassemia dengan

    transfuse darah biasanya hanya bertahan sampai usia 20 tahun, biasanya meninggal

    karena penimbunan besi. (9)

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    44/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    BAB III

    KESIMPULAN

    Thalassemia adalah gangguan pembuatan hemoglobin yang diturunkan.

    Thalassemia ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah, India

    sampai Asia Tenggara. Thalassemia memiliki dua tipe utama berdasarkan rantai globin

    yang hilang pada hemoglobin individu yaitu Thalassemia- dan thalassemia-, yang

    nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan derajat mutasi (secara

    genetik) ataupun berat ringannya gejala. Thalassemia diturunkan berdasarkan hukum

    Mendel, resesif atau ko-dominan. Heterozigot biasanya tanpa gejala, sedangkan

    homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya lebih berat dari thalassemia dan .

    Gejala klinis biasa berupa tanda-tanda anemia seperti pucat, lemah,letih,lesu, tidak aktif

    beraktifitas atau jarang bermain dengan teman seusianya, sesak nafas kurang konsentrasi,

    sering pula disertai dengan kesulitan makan, gagal tumbuh, infeksi berulang dan

    perubahan tulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan facies Cooley, conjungtiva anemis,

    bentuk tulang yang abnormal, pembesarah lien dan atau hepar. Terapi thalassemia antara

    lain adalah terapi transfusi, terapi pengikat besi (khelasi), splenektomi, dan transplantasi

    sumsum tulang. Masing-masing terapi memiliki kriteria dan efek samping tertentu

    sehingga perlu dipertimbangkan secara seksama. Konseling mengenai thalassemia sangat

    diperlukan untuk skrining dan pemahaman terhadap penderita. Sampai saat ini, penderita

    thalassemia yang berat biasanya tidak dapat bertahan hingga mencapai usia dewasa

    normal meskipun kemungkinan ini tidak tertutup sama sekali.

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    45/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    DAFTAR PUSTAKA

    Behrman Richard E., Kliegman Robert, Arvin Ann M., et al. Kelainan Hemoglobin: Sindrom

    Thalassemia. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 2. Edisi ke-15. Jakarta : Penerbit

    Buku Kedokteran EGC; 2001. Hal 1708-1712.

    Marshall A. Lichtman et. al. Williams Hematology, 7th Edition: The McGraw-Hill Companies; 2007.Chapter 46. Disorders of Globin Synthesis: The Thalassemias.

    Ali Taher, et. al. Thalassemia intermedia: Revisited. Blood cells, Molecules and Diseases Journals:

    Elsevier Inc; 2006

    Clara Camaschella et. al. THALASSEMIA INTERMEDIA, Molecular Basis of Disease Journals:

    Haematologica; 1995

    Donald L. R. et. al. Handbook of Hematologic Pathology, William A.R. JR. Sanford A.S.. Marcel

    Dekker Inc. 2000: Hemoglobinopathies and Thalassemia in 369-394

    Bessie E Spiliotis et. al. -Thalassemia and normal growth: are they compatible, European Journal of

    Endocrinology: European Journal of Endocrinology (1998) 139 143144

    Intan Soraya Universitas Trisakti Jakarta

  • 7/29/2019 Referat Thalassemia Intan

    46/46

    Thalassemi

    Kepaniteraan Klinik Dasar Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kodya Semarang

    K. Goswami et. al. IRON STORE AND FREE RADICALS IN THALASSEMIA, Indian Journal of

    Clinical Biochemistry, 2005, 20 (2) 192-194

    U.S Department of Health & Human Services. Thalassemias. Available at:http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.html.

    Bleibel, SA. Thalassemia Alpha. August 26, 2009. Available at :

    http://emedicine.medscape.com/article/206397-overview

    Takeshita, K. Thalassemia Beta. September 27, 2010. Available at :

    http://emedicine.medscape.com/article/206490-overview

    Yaish Hassan M. Thalassemia: Differential diagnoses & Workup. April 30, 2010. Availableat : http://emedicine.medscape.com/article/958850-diagnosis

    Hay WW, Levin MJ. Hematologic Disorders. Current Diagnosis and Treatment in

    Pediatrics. 18th Edition. New York : Lange Medical Books/ McGraw Hill Publishing

    Division ; 2007. Hal 841-845.

    Haut, A., Wintrobe MM. The hemoglobinopathies and thalassemias. Forfar and Arneils

    Textbook of Paediatrics. Edisi 7. Chruchill Livingstone. 2010. Hal 1621-1632.

    http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/206397-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/206490-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/958850-diagnosishttp://emedicine.medscape.com/article/206397-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/206490-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/958850-diagnosishttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_Causes.html