referat ptsd intan

35
BAB I PENDAHULUAN Kejadian traumatik merupakan peristiwa kehidupan yang dapat mengenai setiap orang. Dalam setiap kejadian traumatik yang terjadi, selalu ada implikasi kesehatan jiwa , baik dalam kasus akibat bencana alam, misalnya gempa bumi, tsunami, angin ribut, atau pada bencana yang diakibatkan oleh manusia, misalnya perang, serangan teroris, kekerasan interpersonal, dan lain- lain. Dampak dari kejadian traumatik yang dialami oleh setiap orang tidaklah sama. Anak-anak lebih rentan dan sensitif terhadap dampak dari kejadian trauma yang dialaminya. Pada beberapa orang, pengalaman di atas sangat ekstrem sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan yang dialaminya. Pengalaman traumatis ini dipersepsikan sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan bagi korban. Pengalaman traumatis itu bisa menimbulkan perasaan cemas jika bencana itu terjadi kembali. Selain itu juga akan menimbulkan perasaan tidak terima dengan kondisi yang ada saat ini dimana para korban telah kehilangan keluarga, tempat tinggal, pekerjaan, serta harta kekayaannya. Pengalaman traumatis ini bisa terbawa dalam ingatan korban selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Kejadian traumatik yang 1

Upload: arimuhammad

Post on 06-Feb-2016

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

refrat ptsd

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Ptsd Intan

BAB I

PENDAHULUAN

Kejadian traumatik merupakan peristiwa kehidupan yang dapat mengenai

setiap orang. Dalam setiap kejadian traumatik yang terjadi, selalu ada implikasi

kesehatan jiwa , baik dalam kasus akibat bencana alam, misalnya gempa bumi,

tsunami, angin ribut, atau pada bencana yang diakibatkan oleh manusia, misalnya

perang, serangan teroris, kekerasan interpersonal, dan lain-lain. Dampak dari

kejadian traumatik yang dialami oleh setiap orang tidaklah sama. Anak-anak lebih

rentan dan sensitif terhadap dampak dari kejadian trauma yang dialaminya.

Pada beberapa orang, pengalaman di atas sangat ekstrem sehingga mereka

tidak dapat menerima kenyataan yang dialaminya. Pengalaman traumatis ini

dipersepsikan sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan bagi korban.

Pengalaman traumatis itu bisa menimbulkan perasaan cemas jika bencana itu

terjadi kembali. Selain itu juga akan menimbulkan perasaan tidak terima dengan

kondisi yang ada saat ini dimana para korban telah kehilangan keluarga, tempat

tinggal, pekerjaan, serta harta kekayaannya. Pengalaman traumatis ini bisa

terbawa dalam ingatan korban selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.

Kejadian traumatik yang dialami bila tidak dapat diatasi dengan baik dapat

menimbulkan suatu kumpulan gejala yang berkaitan dengan kecemasan,

kompleksitas gangguan kecemasan ini dikenal sebagai gangguan stres pasca

trauma (Posttraumatic Stress Disorder/ PTSD).

Diperkirakan 70 persen orang dewasa mendapatkan pengalaman traumatis

sekali dalam hidupnya dan lebih dari 20 persen dari mereka akan berkembang

menjadi PTSD. Setiap orang dapat menderita PTSD, laki-laki, perempuan, anak-

anak, tua dan muda. Korban trauma yang berhubungan dengan serangan fisik dan

seksual menghadapi resiko yang besar untuk berkembang menjadi PTSD. Wanita

dua kali lebih besar mengalami PTSD dari pada laki-laki. Hal ini mungkin

disebabkan karena fakta bahwa wanita lebih mungkin mengalami kekerasan

interpersonal, seperti perkosaan atau pelecehan fisik dan seksual, terutama pada

1

Page 2: Referat Ptsd Intan

masa kecil. Wanita juga mengalami trauma yang berulang, sebagaimana pada

kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Menurut National Center for PTSD, lima juta anak di Amerika Serikat

terpapar dengan kejadian traumatik setiap tahunnya dan 36% di antaranya

mengalami gangguan stress pasca trauma. Menurut Stephen, et al. (2005),

semakin muda usia anak yang mengalami trauma semakin besar kemungkinan

berkembang menjadi gangguan stress pasca trauma. Di Amerika Serikat

sebanyak 39% periode anak awal yang mengalami trauma berkembang menjadi

gangguan stress pasca trauma, 33% pada periode anak akhir, dan 27% pada

periode remaja.

Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Menurut data dari

klinik psikiatri RSCM/FKUI yang difungsikan sebagai Pusat Rujukan nasional

untuk pengobatan psikis bagi korban bencana melihat makin tingginya angka

kejadian bencana yang terjadi di Tanah Air belakangan ini. Kondisi itu membuat

prevalensi penderita gangguan stres pasca trauma meningkat.4 Salah satu

bencana alam yang terbesar yakni, tsunami di Aceh yang terjadi pada tanggal 26

Desember 2004 dan mengakibatkan sekitar 165.708 korban jiwa meninggal.5

Kejadian ini menyisakan duka yang mendalam akibat ditinggalkan keluarga yang

dicintainya terutama pada anak-anak, mereka masih sangat membutuhkan orang

tuanya dalam menjalani kehidupan dan hal ini dapat menyebabkan gangguan

kejiwaannya dalam masa perkembangannya. Berdasarkan survei dari Universitas

Indonesia (UI) yang dibiayai WHO terhadap anak-anak di Aceh pasca tsunami

menunjukkan bahwa sebanyak 20%-25% di antaranya mengalami ganguan stress

pasca trauma dan membutuhkan pertolongan dari tenaga ahli psikiater.

Memberikan  pemahaman dan mencari interfensi sangatlah penting untuk

dapat menangani gejala-gejala yang berlebihan dan menetap, dan dapat menolong

seseorang untuk mendapatkan kembali hidup mereka.

Pada referat ini akan dijabarkan tentang definisi, epidemiologi, etiologi,

faktor risiko, tanda dan gejala, diagnosis, terapi , serta pencegahan gangguan

stress pasca trauma. Diharapkan dengan pembahasan ini dapat mengembangkan

pemahaman tentang pentingnya mengenali secara dini dan memberikan terapi

2

Page 3: Referat Ptsd Intan

yang tepat pada pasien yang mengalami trauma agar tidak mengalami gangguan

stress pasca trauma yang berkepanjangan.

3

Page 4: Referat Ptsd Intan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan stress pasca trauma merupakan sindrom kecemasan, labilitas

otonomik, dan mengalami kilas balik dari pengalaman yang amat pedih setelah

stres fisik maupun emosi ynag melampaui batas ketahanan orang biasa. Selain

itu, gangguan stress pascatrauma atau post traumatic stress disorder (PTSD)

dapat pula didefinisikan sebagai keadaan yang melemahkan fisik dan mental

secara ekstrim yang timbul setelah seseorang melihat, mendengar, atau

mengalami suatu kejadian trauma yang hebat dan atau kejadian yang

mengancam kehidupannya.

National Institute of Mental Health (NIMH) mendefinisikan gangguan

stress pasca trauma (PTSD) sebagai gangguan berupa kecemasan yang timbul

setelah seseorang mengalami peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa atau

fisiknya. Peristiwa trauma ini bisa berupa serangan kekekerasan, bencana alam

yang menimpa manusia, kecelakaan ataupun perang. Dalam Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders, (DSM-IV-TR), PTSD didefinisikan

sebagai suatu kejadian atau beberapa kejadian trauma yang dialami atau

disaksikan secara langsung oleh seseorang berupa kematian atau ancaman

kematian, atau cidera serius, atau ancaman terhadap integritas fisik atas diri

seseorang. Kejadian tersebut harus menciptakan ketakutan ynag ekstrem, horror,

atau rasa tidak berdaya. Menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI)

gangguan stress pasca trauma merupakan reaksi dari individu terhadap kejadian

yang luar biasa akibat dari pengalaman seseorang pada suatu peristiwa yang

bersifat amat hebat dan luar biasa, jauh dari pengalaman yang normal bagi

seseorang.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, gangguan stress pasca

trauma merupakan gangguan yang diakibatkan satu atau lebih kejadian traumatik

yang dialami atau disaksikan oleh seseorang baik ancaman kematian, kematian,

cidera fisik yang mengakibatkan ketakutan ekstrem, horror, rasa tidak berdaya

4

Page 5: Referat Ptsd Intan

hingga berdampak mengganggu kualitas hidup individu dan apabila tidak

ditangani dengan benar dapat berlangsung kronis dan berkembang menjadi

gangguan stress pasca trauma yang kompleks dan gangguan kepribadian.

Menurut Kaplan dan sadock (1997) dalam bukunya synopsis psikiatri,

pasien yang diklasifikasikan sebagai penderita gangguan stres pasca trauma,

mereka harus mengalami suatu stres emosional yang besar yang menyebabkan

traumatik bagi hampir setiap orang.

2.2 Epidemiologi

Di Indonesia meskipun belum terdapat data yang pasti berapa jumlah yang

mengalami PTSD akibat kejadian trauma bencana alam akan tetapi dapat

dikatakan jumlah pasien yang mengalami PTSD meningkat seiring dengan angka

kejadian bencana alam yang makin tinggi belakangan ini. Di Indonesia sendiri,

tidak pernah menunjukkan angka menurun, kecenderungannya selalu meningkat.

Angka pastinya sulit diperoleh karena banyak kasus yang tidak dilaporkan, dan

hal ini berdampak terhadap peningkatan prevalensi PTSD di Indonesia.

Diperkirakan 70 persen orang dewasa mendapatkan pengalaman traumatis

sekali dalam hidupnya dan lebih dari 20 persen dari mereka akan berkembang

menjadi PTSD. Wanita dua kali lebih besar mengalami PTSD dari pada laki-laki.

Hal ini mungkin disebabkan karena fakta bahwa wanita lebih mungkin mengalami

kekerasan interpersonal, seperti perkosaan atau pelecehan fisik dan seksual,

terutama pada masa kecil. Wanita juga mengalami trauma yang berulang,

sebagaimana pada kasus kekerasan dalam rumah tangga.

2.3 Etiologi

Seseorang mengembangkan PTSD adalah akibat respon terhadap suatu

trauma yang ekstrem – sebuah kejadian yang mengerikan yang seseorang alami,

saksikan, atau dipelajari, terutama yang mengancam hidup atau yang

menyebabkan penderitaan fisik. Pengalaman tersebut menyebabkan seseorang

merasakan takut yang sangat kuat, atau perasaan tidak berdaya.

5

Page 6: Referat Ptsd Intan

Kaplan dan Sadock (1997) mengatakan bahwa gangguan stress paska

traumatik dapat tampak pada setiap usia, namun paling menonjol pada dewasa

muda, karena sifat situasi yang mencetuskannya. Untuk wanita, paling sering

adalah penyerangan dan pemerkosaan. Jumlah perempuan yang mengalami

trauma adalah dua kali dibandingkan dengan kaum pria. Gangguan kemungkinan

terjadi pada mereka yang sendirian, bercerai, janda, mengalami gangguan

ekonomi, atau menarik diri secara sosial.

Stresor atau kejadian trauma merupakan penyebab utama dalam

perkembangan gangguan stres pasca trauma. Ketika kita dalam keadaan takut

dan terancam, tubuh kita mengaktifkan respon fight or flight. Dalam reaksi ini

tubuh mengeluarkan adrenalin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah,

denyut jantung, glikogenolisis. Setelah ancaman bahaya itu mulai hilang maka

tubuh akan memulai proses inaktivasi respon stress dan proses ini menyebabkan

pelepasan hormon kortisol. Jika tubuh tidak melepaskan kortisol yang cukup

untuk menginaktivasi reaksi stress maka kemungkinan kita masih akan merasakan

efek stress dari adrenalin. Pada korban trauma yang berkembang menjadi PTSD

seringkali memiliki hormon stimulasi (katekolamin) yang lebih tinggi bahkan

pada saat kondisi normal. Hal ini mengakibatkan tubuh terus berespon seakan

bahaya itu masih ada. Setelah sebulan dalam kondisi ini, di mana hormon stres

meningkat pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan fisik.3 Stresor dapat

berasal dari bencana alam, bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia, ataupun

akibat kecelakaan. Stresor akibat bencana alam antara lain: menjadi korban yang

selamat dari tsunami, gempa bumi, badai. Kejadian trauma akibat ulah manusia

antara lain: menjadi korban banjir, penculikan, perkosaan, kekerasan fisik, melihat

pembunuhan, perang, dan kejahatan kriminal lainnya di mana ia tinggal. Kejadian

trauma juga dapat terjadi akibat kecelakaan baik, yang menyebabkan cidera fisik

maupun yang tidak. Pada pasien yang menerima hasil diagnosis penyakit yang

mematikan baik terhadap dirinya ataupun orang terdekatnya dapat menjadi

stresor. Akan tetapi tidak semua orang akan mengalami gangguan stres pasca

trauma setelah suatu peristiwa traumatik. Walaupun stresor diperlukan, namun

6

Page 7: Referat Ptsd Intan

stresor tidaklah cukup untuk menyebabkan gangguan. Terdapat beberapa faktor

yang harus dipertimbangkan antara lain :

Faktor biologis

Pada seseorang yang memiliki gangguan cemas memiliki risiko

lebih tinggi berkembang menjadi PTSD setelah mengalami trauma.

Hal ini berhubungan dengan faktor predisposisi genetik di mana,

seseorang yang memiliki riwayat gangguan depresi dan gangguan

cemas di keluarganya menjadi faktor predisposisi PTSD setelah

terpapar dengan kejadian traumatik.

Pada seseorang yang mengalami PTSD ditemukan beberapa

abnormalitas psikobiologikal antara lain: perubahan kompleks dalam

fungsi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal, terjadinya peningkatan

ekskresi metabolit adrenergik dan dopaminergik, volume intrakranial

dan area korpus kolusum yang lebih kecil, defisit memori, dan IQ yang

rendah.

Faktor psikologi

Classical dan operant conditioning dapat diimplikasikan pada

perkembangan terjadinya PTSD. Stresor yang ekstrem secara tipikal

menimbulkan emosi yang negatif ( sedih, marah, takut) sebagai bagian

dari gejala hiperarousal akibat aktivasi dari sistem saraf simpatis

(fight or flight response). Classical conditioning terjadi pada saat

seseorang yang mengalami peristiwa trauma kembali ke tempat

terjadinya trauma maka akan timbul reaksi psikologi yang tidak

disadari dan merupakan respon refleks yang spesifik. Misalnya, pada

anak yang mengalami kecelakaan mobil yang serius akan timbul

respon berupa ketakutan, berkeringat, takkardi setiap kali dia melewati

tempat kejadian tersebut. Operant conditioning terjadi sebagai hasil

dari pengalaman kejadian trauma yang dialaminya sehingga

didapatkan tingkah laku yang tidak disukai dan tidak akan diulangi.

Misalnya, pada seseorang yang mengalami kecelakaan mobil maka ia

akan berusaha untuk menghindari berada di dalam mobil.

7

Page 8: Referat Ptsd Intan

Modelling merupakan mekanisme psikologikal lainnya yang turut

berperan dalam perkembangan gejala PTSD.

Faktor sosial

Dukungan sosial yang tidak adekuat dari keluarga dan lingkungan

meningkatkan risiko perkembangan PTSD setelah mengalami kejadian

traumatik.

2.4 Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko

seseorang mengalami gangguan stres pasca trauma, antara lain :

Seberapa berat dan dekatnya trauma yang dialaminya. Semakin berat

trauma yang dialami dan semakin dekat ia berada saat kejadian

semakin meningkatkan risiko PTSD

Durasi trauma yang dialamiya. Semakin lama/kronik seseorang

mengalami kejadian trauma semakin berisiko berkembang menjadi

PTSD ( misalnya: kekerasan di rumah)

Banyaknya trauma yang dialami. Trauma yang multipel lebih berisiko

menjadi PTSD

Pelaku kejadian trauma. Semakin dekat hubungan antara pelaku dan

korban (misalnya: kekerasan anak yang dilakukan oleh orangtuanya

sendiri) semakin berisiko menjadi PTSD

Kejadian trauma yang sangat interpersonal seperti, perkosaan

Jenis kelamin: anak dan remaja perempuan lebih berisiko

dibandingkan laki-laki

Kondisi sosialekonomi yang rendah (kaum minoritas) berisiko lebih

tinggi akibat dari tingginya angka kekerasan di daerah tempat ia

tinggal.

Usia : PTSD dapat terjadi pada semua golongan usia tetapi anak-anak

dan usia tua (>60 tahun) merupakan kelompok usia yang lebih rentan

mengalami PTSD. Anak-anak memiliki kebutuhan dan kerentanan

khusus jika dibandingkan dengan orang dewasa, teruama karena

8

Page 9: Referat Ptsd Intan

masih ketergantungan dengan orang lain, kemampuan fisik dan

intelektual yang sedang berkembang, serta kurangnya pengalaman

hidup dalam memecahkan berbagai persoalan sehingga dapat

mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.

Seseorang yang memiliki gangguan psikiatri lainnya seperti: depresi,

fobia sosial, gangguan kecemasan.

Memiliki penyakit organik yang berat dan kronis seperti, kanker

Pasien yang berada di bawah pengaruh anestesi akan tetapi

memperoleh kembali kesadarannya saat dilakukannya operasi

Seseorang yang tidak berpengalaman dan tidak memperoleh pelatihan

dalam menghadapi bencana lebih berisiko dibandingkan mereka yang

mendapatkannya (seperti: polisi, petugas pemadam kebakaran,

petugas paramedik)

Hidup di tempat pengungsian ( misalnya: sedang ada peperangan/

konflik di daerahnya)

Kurangnya dukungan sosial baik dari keluarga maupun lingkungan

2.5 Tanda dan Gejala

Pada umumnya para penderita PTSD mengalami beberapa gejala yang

sangat mengganggu para penderita gangguan tersebut. Beberapa gejala yang

di alami para penderita PTSD antara lain :

1. Ingatan atau bayangan mencengkeram tentang

trauma, atau merasa seperti kejadian terjadi kembali ("Flashbacks")

2. Respon-respon fisik seperti dada berdebar,

munculnya keringat dingin, lemas tubuh  atau sesak nafas saat teringat

atau berada dalam situasi yang mengingatkan pada  kejadian

3. Kewaspadaan berlebih, kebutuhan besar untuk

menjaga dan melindungi diri

4. Mudah terbangkitkan ingatannya bila ada stimulus

atau rangsang yang berasosiasi  dengan trauma (lokasi, kemiripan fisik

atau suasana, suara dan bau, dan    sebagainya).

9

Page 10: Referat Ptsd Intan

Diagnosis baru bisa ditegakkan apabila gangguan stres pasca trauma

ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat. Gejala

yang  harus muncul sebagai bukti tambahan selain trauma bahwa seseorang

telah mengalami  gangguan ini adalah :

1. Individu tersebut mengalami mimpi-mimpi atau bayang-bayang

dari kejadian traumatik  tersebut secara berulang-ulang kemabali

(flashback)

2. Muncul gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah

laku, gejala ini mungkin saja mewarnai hasil diagnosis akan tetapi

sifatnya tidak khas.

Gejala-gejala PTSD dikelompokkan dalam tiga kategori utama.

Diagnosis dapat ditegakkan bila gejala-gejala dalam kategori berlangsung

selama lebih dari satu bulan. Tiga kategori utama gejala yang terjadi pada

PTSD adalah pertama, mengalami kembali kejadian traumatik. Seseorang

kerap teringat akan kejadian tersebut dan mengalami mimpi buruk tentang hal

itu. Gejala flashback (merasa seolah-olah peristiwa tersebut terulang kembali),

nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya sedih),

reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan akan

peristiwa yang menyedihkan. Kedua, penghindaran stimulus yang

diasosiasikan dengan kejadian terkait atau mati rasa dalam responsivitas.

Orang yang bersangkutan berusaha menghindari untuk berpkir tentang trauma

atau menghadapi stimulus yang akan mengingatkan akan kejadian tersebut,

dapat terjadi amnesia terhadap kejadian tersebut. Mati rasa adalah

menurunnyaa ketertarikan pada orang lain, suatu rasa keterpisahan dan ketidak

mampuan untuk merasakan berbagai emosi positif. Gejala ini menunjukkan

adanya menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan

yang berhubungan dengan trauma. Selain itu, juga kehilangan minat terhadap

semua hal, perasaan terasing dari orang lain, dan emosi yang dangkal. Ketiga,

gejala ketegangan. Gejala ini meliputi sulit tidur atau mempertahankannya,

10

Page 11: Referat Ptsd Intan

sulit berkonsentrasi, wasapada berlebihan, respon terkejut yang berlebihan,

termasuk meningkatnya reaktivitas fisiologis.

Tanda dan gejala PTSD pada anak dapat dibedakan berdasarkan

penggolongan umur:3

Young children ( usia 1-6 tahun)

o Pasif, kurang responsif

o Takut terhadap banyak hal (tidak spesifik)

o Arousal yang tinggi

o Merasa kebingungan

o Sulit berbicara terhadap suatu peristiwa

o Sulit mengenali perasaan baik terhadap dirinya maupun orang

lain

o Mengalami gangguan tidur, mimpi buruk

o Melekat terus pada pengasuhnya (takut terpisah/ sendirian)

o Timbul gejala regresif (mengalami kemunduran perkembangan

yang sudah dikuasai anak misalnya, menjadi tidak mau bicara,

mengompol)

o Tidak mampu memahami dan cemas akan kematian

o Timbul gejala somatik (sakit perut, sakit kepala)

o Tidak mau bergerak (freezing)

o Rewel melebihi anak normal (menangis tanpa sebab)

School age children ( usia 6-11 tahun):

o Merasa bersalah dan bertanggung jawab atas kejadian

traumatik yang dialaminya

o Gangguan tidur, mimpi buruk

o Disorientasi urutan terjadinya peristiwa traumatik

o Tingkah laku yang agresif, mudah marah dan meledak-ledak

o Posttraumatic play (secara kompulsif melakukan berbagai jenis

permainan yang berkaitan dengan peristiwa ttraumatik)

o Waspada berlebihan, gelisah

11

Page 12: Referat Ptsd Intan

o Perasaan ketakutan

o Menghindari sekolah

o Terlalu mencemaskan orang lain

o Terjadi perubahan tingkah laku, mood, kepribadian

o Gejala somatik ( mengeluhkan badannya terasa sakit)

o Mudah cemas

o Mengalami kemunduran dalam berhubungan dengan orang lain

o Takut terpisah (tidak berani sendirian)

o Kehilangan minat dalam melakukan aktivitaas

o Sulit konsentrasi di sekolah sehingga terjadi penurunan prestasi

di sekolah

o Memberikan penjelasan yang berkaitan dengan hal gaib

Preadolescents dan adolescents ( uisa 12-18 tahun):

o Memiliki sifat memberontak baik di rumah maupun sekolah

o Menolak bersekolah

o Kebingungan, seringkali menjadi iritabel

o Berlaku kasar dan tidak sopan dalam berhubungan dengan

orang lain

o Melakukan berbagai tindakan yang dapat membahayakan diri

sendiri

o Depresi, menarik diri dari pergaulan sosial

o Mengalami kemunduran prestasi di sekolah

o Gangguan makan dan tidur

o Hanya berfokus terhadap dirinya sendiri tanpa memperdulikan

sekitarnya

o Memiliki hasrat untuk balas dendam atas peristiwa yang

dialaminya

o Sikap yang kaku, canggung dalam pergaulan

o Melakukan aktivitas yang berlebihan sendirian

12

Page 13: Referat Ptsd Intan

2.6 Diagnosis

Kriteria diagnosis PTSD menurut Diagnostic and Statistical Manual for

Mental Disorder IV Text Revision (DSM IV TR) yaitu:

A. Kejadian traumatik

1. Satu atau banyak pristiwa yang membuat seseorang mengalami,

menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian yang berupa

ancaman kematian, cidera yang serius atau ancaman terhadap

integritas fisik dirinya sendiri atau orang lain.

2. Tanggapan individu terhadap pengalaman tersebut dengan ketakutan,

kengerian, tau ketidakberdayaan yang sangat kuat.

B. Mengalami kembali satu atau lebih gejala di bawah ini:

1. Teringat kembali akan kejadian trauma menyedihkan yang dialaminya

dan bersifat mengganggu (bisa berupa gambaran, pikiran, persepsi)

2. Mimpi buruk yang berulang tentang peristiwa trauma yang dialaminya

(yang mencemaskan)

3. Mengalami kilas balik trauma (merasa seakan kejadian trauma yang

dialaminya terjadi kembali, hal ini bisa terjadi karena ilusi,

haluinasinya)

4. Kecemasan psikologis dan fisik bersamaan dengan hal yang

mengingatkan terhadap kejadian trauma (kenangan akan peristiwa

trauma)

C. Menghindari secara persisten stimulus yang berkaitan dengan trauma dan

mematikan perasaan/ tidak berespon terhadap suatu hal (sebelum trauma

masih berespon). Gejala ini meliputi tiga atau lebih hal di bawah ini:

1. Kemampuan untuk menghindari pikiran, perasaan, percakapan yang

berhubungan dengan kejadian trauma

2. Kemampuan menghindari aktivitas, tempat, orang yang dapat

membangkitkan kembali kenangan akan trauma yang dialaminya

3. Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari peristiwa trauma yang

dialaminya

13

Page 14: Referat Ptsd Intan

4. Ketertarikan dan minat untuk berpartisipasi dalam peristiwa penting

berkurang

5. Merasa terasing dari orang di sekitarnya

6. Terbatasnya rentang emosi ( contoh: tidak dapa merasakan cinta)

7. Perasaan bahwa masa depannya suram

D. Gejala hiperarousal/ sangat sensitif yang persisten meliputi dua atau lebih

gejala di bawah ini:

1. Sulit untuk memulai tidur/ sulit mempeertahankannya

2. Sulit berkonsentrasi

3. Mudah kesal dan meledak-ledak emosinya

4. Hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan)

5. Reaksi kaget yang berlebihan

E. Durasi dari gangguan ( gejala di kriteria B, C, D) lebih dari sebulan

F. Gangguan/ gejala di atas ini menyebabkan kecemasan dan gangguan

fungsional dalam berhubungan sosial, pekerjaan, dan fungsi penting

lainnya

Selain itu, secara spesifikasi diagnosis PTSD dapat diidentifikasi sebagai:

(1) akut, bila gejala berlangsung satu sampai tiga bulan (2) kronis, bila

gejala berlangsung lebih dari tiga buan (3) Awal gejala / onset yang

tertunda bila gejala dimula sedikitnya enam bulan setelah kejadian

traumatik/stresor

Selanjutnya, menurut International Classification of Diseases 10 (ICD-10)

kriteria diagnosis PTSD sebagai berikut:19

A. Pasien harus pernah terpapar pada suatu peristiwa atau situasi yang

menimbulkan stress (sebentar/lama) yang sifatnya malapetaka atau

sangat mengancam sehingga mungkin akan menyebabkan stres pada

hampir semua orang

B. Terus menerus mengingat atau menghayati lagi penyebab stress dalam

bentuk kilas balik yang mengganggu, kenangan yang jelas sekali atau

mimpi yang berulang, atau mengalami keemasan ketika menghadapi

keadaan yang mirip atau berkaitan dengan penyebab stres

14

Page 15: Referat Ptsd Intan

C. Pasien harus memperlihatkan suatu penghindaran nyata dari keadaan

yang mirip atau berhubugan dengan penyebab stress yang tidak ada

sebelumnya

D. Salah satu dari hal berikut harus terjadi:

a.tidak mampu mengingat sebagian atau seluruhnya dari beberapa

aspek penting selama masa terpapar pada penyebab stres

b. gejala yang terus menerus dari adanya peningkatan kepekaaan

psikologis dan sensasi (tidak ada sebelum terpapar dengan

penyebab stres), ditunjukkan oleh dua dari berikut ini: (1) sulit

untuk memulai tidur dan mempertahankannya, (2) mudah marah

atau amarah yang meledak-ledak, (3) sulit berkonsentrasi, (4)

kewaspadaan yang sangat tinggi, dan (5) reaksi kaget yag

berlebihan

E. Kriteria B, C, dan D semuanya terjadi dalam kurun waktu enam bulan

setelah peristiwa traumatik terjadi

Pedoman diagnostik gangguan stress pasca trauma menurut PPDGJ III

(F 43.1) yaitu:

Diagnosis baru ditegakkan bilamana gannguan ini timbul dalam kurun

waktu enam bulan setelah kejadiian traumatik berat (masa laten yang

berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai

melampaui enam bulan). Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan

apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan

melebihi waktu enam bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas

dan tidak didapat alternatif kategori ganngguan lainnya.

Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang

atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang

kembali (flashbacks)

Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku semuanya

dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas

Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar

15

Page 16: Referat Ptsd Intan

biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi

dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama

setelah mengalami katastrofa).

Kriteria diagnosis PTSD dibuat untuk orang dewasa dan tidak sepenuhnya

semua kriteria di atas dapat dipergunakan bagi anak-anak. Anak-anak memilki

keterbatasan dalam kemampuan verbalnya dan memiliki cara yang berbeda dalam

bereaksi terhadap stress. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak mungkin tidak

memenuhi kriteria DSM-IV-TR secara penuh meskipun secara jelas anak

tersebut memilki gangguan psikiatri yang analog dengan PTSD pada dewasa.

Biasanaya anak seringkali tidak memilki tiga tanda dari numbing (mematikan

perasaannya) dan withdrawl (menarik diri) seperti pada orang dewasa karena

kemampuan verbal untuk mengekspresikan perasaannya masih kurang. Anak-

anak mungkin mungkin mengalami perubahan anatara hiperarousal dan numbing/

withdrawl.

Scheeringa et al (1995) merekomendasikan perubahan kriteria PTSD bagi

young children. Perubahan kriteria ini tidak mengharuskan anak dapat melaporkan

ketakutannya sebagai respon terhadap trauma. Kriteria diagnosis yang digunakan

bagi young child yaitu:

a) Anak tersebut setidaknya harus mengalami kembali salah satu tipe

pengulangan ingatan kejadian traumatik di bawah ini:

Menunjukkan perilaku yang mencontoh trauma yang terjadi seperti,

bermain tembak-tembakan atau mengulang adegan kekerasan sendiri

atau bersama teman. Perilaku ini diulang-ulang tanpa variasi yang

berarti

Teringat kembali akan peristiwa trauma ( bisa secara tiba-tiba)

Mengalami mimpi buruk/ mengerikan tanpa dapat mendeskripsikan isi

mimpi tersebut

Mengalami stres saat terpapar dengan kejadian yang mengingatkan

akan trauma yang dialami

16

Page 17: Referat Ptsd Intan

b) Perubahan kriteria ini juga hanya memerlukan satu dari gejala mati rasa

secara emosional dan perilaku menghindar di bawah ini (dewasa perlu

tiga):

Menarik diri dari pergaulan sosial

Jarang mau bermain

Mengalami kemunduran perkembangan terutama perkembangan

bahasa dan toilet training

Rentang afek yang terbatas (perasaan dan pikiran jadi datar, tumpul)

c) Memerlukan satu dari gejala hiperarousal di bawah ini:

Sulit memulai tidur (tidak berhubungan dengan takut mimpi buruk

ataupun kegelapan)

Terbangun waktu tidur malam hari (bukan karena mimpi buruk)

Penurunan konsentrasi

Respon terkejut yang berlebihan

Sangat sensitif dan memiliki reaksi intens terhadap rangsangan yang

mengingatkannya pada peristiwa traumatik

d) Ditandai oleh salah satu dari gejala ketakutan dan sikap bermusuhan di

bawah ini:

Takut gelap

Takut pergi ke toilet sendirian

Takut terhadap suatu hal baru yang tidak secara jelas berkaitan dengan

trauma

Takut terpisah dan takut ditinggal sendirian

2.7 Terapi

Sebelum menjalani terapi atau program-program apapun, sebaiknya

dilakukan evaluasi psikologis pada terlebih dahulu. Tindakan ini untuk memahami

kepribadian, trauma yang dialami, dan dampak dari trauma tersebut pada dirinya.

Evaluasi juga dapat membantu terapis untuk memahami berbagai risiko tambahan

dan menemukan kekuatan dari klien. Jika terapi diisyaratkan sebagai proses yang

harus dijalani oleh anak, maka perlu konsultasi dengan terapis yang benar-benar

berpengalaman dengan kasus anak-anak (bukan dewasa). Hal ini harus sangat

17

Page 18: Referat Ptsd Intan

diperhatikan karena proses evaluasi dapat dialami sebagai proses yang sangat

berat dan dapat menimbulkan trauma sekunder. Setelah dilakukan evaluasi ada

dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita PTSD yaitu,

dengan menggunakan psikoterapi dan farmakoterapi. Hasil pengobatan akan lebih

efektif jika kedua terapi ini dikombinasikan sehingga tercapai penanganan yang

holistik dan komprehensif.

Psikoterapi

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Menurut penelitian Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan

pendekatan yang paling efektif untuk PTSD. Dalam Cognitive Behavioral

Therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak

rasional yang mengganggu emosi dan menganggu kegiatan-kegiatan

penderita PTSD misalnya, pada seorang korban kejahatan mungkin akan

menyalahkan diri sendiri karena ketidakhati-hatiannya. Prinsip-prinsip

behavioral therapy digunakan untuk modifikasi perilaku dan proses re-

learning. Tujuan terapi ini adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran yang

tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak rasional

untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang

lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang.

EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)

EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada model

pemrosesan informasi di dalam otak. Jaringan memori dilihat sebagai

landasan yang mendasari patologi sekaligus kesehatan mental, karena

jaringan-jaringan memori adalah dasar dari persepsi, sikap dan perilaku

kita. Untuk memproses kembali informasi di dalam otak/jaringan memori

yang telah ada, EMDR dijalankan dengan melakukan kegiatan fisik yang

merangsang aktivasi pemrosesan informasi di dalam otak (dalam konteks

EMDR disebut sebagai stimulasi bilateral) melalui indra

pengelihatan/pendengaran/perabaan

Playtherapy

18

Page 19: Referat Ptsd Intan

Playtherapy merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengobati

PTSD pada anak periode awal / young children. Pada terapi ini bertujuan

untuk memahami trauma anak dan memberikan medium untuk berekspresi

dalam mengurangi tekanan emosional ynag dialami. Bermain peran,

menggambar, bermain dengan boneka atau benda-benda figural dapat

dijadikan cara untuk menyesuaikan diri dan memberi kesempatan pada

terapis untuk melakukan re-exposure yaitu, membahas peristiwa

traumatiknya dalam situasi yang mendukung.

Para ahli juga menyarankan perlunya psikoedukasi pada anak dan

keluarganya. Psikoedukasi dimaksudkan memberi pendidikan mengenai gejala-

gejala yang ditunjukkan anak dan cara- cara untuk mengatasinya terutama untuk

membantu anak mengatasi kecemasannya. Psikoedukasi untuk anggota keluarga

terutama orangtua dan pengasuh (termasuk guru) penting karena mereka yang

setiap saat berada di dekat anak tersebut. Pengetahuan mereka mengenai reaksi

psikotraumatik dan gejala-gejala perilakunya akan mebantu mereka untuk

berfungsi efektif dalam menghadapi anak yang sedang bermasalah tanpa

memperparah kondisi anak tersebut.

Farmakoterapi

Farmakoterapi merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan.

Terapi ini diperlukan untuk menstabilkan zat-zat di otak yang menyebabkan

kecemasan, kekhawatiran, dan depresi atau dengan kata lain merupakan terapi

simptomatik pada PTSD. Terapi obat ini bukanlah lini pertama dalam penanganan

PTSD tetapi dapat dijadikan sebagai pendukung (adjuvan) psikoterapi agar

tercapai hasil yang optimal dalam menangani kasus PTSD.

Selective seotonin reuptak inhibitors (SSRIs)

SSRIs merupakan obat lini pertama dalam mengatasi gejala cemas, depresi,

perilaku menghindar, dan pikiran yang intrusif (mengganggu). Obat ini

meningkatkan jumah serotonin dengan cara menginhibisi reuptake

serotonin diotak. Obat golongan SSRIs yang disetujui oleh FDA dalam

mengatasi gejala depresi pada anak PTSD yakni, Fluoxetine (Prozac).

19

Page 20: Referat Ptsd Intan

Obat ini digunakan untuk anak usia lebih dari 8 tahun dengan dosis awal

10 mg/ hari selama satu minggu kemudian dapat ditingkatkan sampai 20

mg/hari dan diberikan secara peroral.

Beta adrenergic blocking agents

Obat yang digunakan golongan ini yakni, Propanolol (Inderal). Obat i ni

dapat mengatasi gejala hiperarousal. Dosis untuk anak-anak: 2,5 mg/kg

BB/hari

Mood stabilizers

Golongan ini dapat membantu mengatasi gejala arousal yang meninggi dan

gejala impulsif.

Dosis Carbamazepine (Tegretol):

6-12 tahun: 100mg/hari peroral untuk initial lalu dapat dinaikkan hingga

100mg/hari, untuk dosis maintenance; 20-30 mg/kg/hari

>12 tahun: samapai kadar di plasma 8-12mcg/ml

Dosis valporic acid (Depakene, depakote): 10-15 mg/kg/hari untuk dosis

initial dan kemudian dapat ditingkatkan 5-10mg/kg/hari

2.8 Pencegahan

Tindakan pencegahan yang mungkin bisa diupayakan yaitu senantiasa ingat

kepada Tuhan karena segala sesuatu itu datangnya dari Tuhan. Selain itu, agar

trauma yang dialami para korban tidak berlanjut, ada baiknya dari pihak keluarga

terdekat segera memberikan pertolongan secara tepat sehingga kemungkinan

trauma dampak dari trauma yang dialami oleh korban dapat dikendalikan. 

Intervensi sedini mungkin akan menghasilkan terapi yang lebih memuaskan

dan akan mencegah berkembangnya stres pasca trauma menjadi gangguan stres

pasca trauma, sehingga intervensi sejak dini untuk mengatasinya sangat penting,

terutama bagi perkembangan emosional. Intervensi tersebut dapat berupa

dukungan dari orangtua, guru, teman dan lingkungan sekitarnya2.

BAB III

20

Page 21: Referat Ptsd Intan

KESIMPULAN

Post traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan yang

diakibatkan satu atau lebih kejadian traumatik yang dialami atau disaksikan oleh

seseorang baik ancaman kematian, kematian, cidera fisik yang mengakibatkan

ketakutan ekstrem, horror, rasa tidak berdaya hingga berdampak mengganggu

kualitas hidup individu dan apabila tidak ditangani dengan benar dapat

berlangsung kronis dan berkembang menjadi gangguan stress pasca trauma yang

kompleks dan gangguan kepribadian. Identifikasi pada anak yang mengalami

trauma dan berisiko menjadi gangguan stress pasca trauma merupakan komponen

yang penting dalam mengatasi gangguan ini. PTSD terjadi akibat adanya kejadian

traumatik dan perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang berperan antara lain:

faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor lainnya yang dapat

meningkatkan risiko terjadi gangguan ini. Tanda dan gejala penderita PTSD

secara umum dapat dibagi menjadi tiga yakni: mengalami kembali kejadian

trauma, menghindari stimulus, dan gejala hiperarousal. Pada anak dan remaja

gejala dan tanda ini dapat dibagi lagi menurut kelompok umur. Ada dua macam

terapi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita PTSD yaitu, dengan

menggunakan psikoterapi dan farmakoterapi. Hasil pengobatan akan lebih efektif

jika kedua terapi ini dikombinasikan sehingga tercapai penanganan yang holistik

dan komprehensif

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Referat Ptsd Intan

1. Kaplan dan Saddock. 2002. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku

Psikiatri Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta.

2. Kathleen KT. Clinical Management of Posttraumatic Stress Disorder.

2003.http://www.granitescientific.com/granitescientific%20home

%20page_files/ClinicalTreatmentofPTSD.pdf

3. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa , Rujukan Ringkas

PPDGJ-III. Jakarta: PT.Nuh Jaya.

4. Paige SR. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). 2005. Diambil dari

http://www.emedicinehealth.com/posttraumatic_stress_disorder_ptsd/

article_em.htm

5. Post Traumatic Stress Disorder Research Fact Sheet. 2007. Diambil dari

http://www.nimh.nih.gov/health/publications/post-traumatic-stress-

disorder-research-fact-sheet/index.shtml

6. Post traumatic Stress Disorder DSM-IVTM Diagnosis and Criteria..

Diambil dari http://www.mental-health-today.com/ptsd/dsm.htm

7. Roxanne. 2007. Posttraumatic Stress Disorder. Diambil dari

http://www.medicinenet.com/posttraumatic_stress_disorder/article.htm

8. Schnurr, Paula. Treatment for PTSD: Understanding the Evidence. 2008.

Diambil dari http://www.ptsd.va.gov/professional/newsletters/research-

quarterly/V19N3.pdf

9. http://www.depkes.go.id/downloads/Psikososial.PDF

22