pendahuluan (autosaved) intan

31
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan). Waduk atau danau buatan adalah genangan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Perairan waduk umumnya mempunyai kedalaman dan luas permukaan berfluktuasi kecil. Fluktuasi tersebut sangat ditentukan oleh fungsi waduk yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik, pengendali banjir, pengairan, kegiatan budidaya ikan, rekreasi dan perikanan.

Upload: ari-arditya

Post on 27-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau

berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari

garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk

secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai,

danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan

legokan).

Waduk atau danau buatan adalah genangan air yang terbentuk karena

pembendungan aliran sungai oleh manusia. Perairan waduk umumnya mempunyai

kedalaman dan luas permukaan berfluktuasi kecil. Fluktuasi tersebut sangat

ditentukan oleh fungsi waduk yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik, pengendali

banjir, pengairan, kegiatan budidaya ikan, rekreasi dan perikanan.

Nitrat mempunyai peranan sangat penting dalam ekosistem perairan.

Menurut Blacburn (1987) dalam Boyol (2000) dalam Supono (2008), beberapa

organisme anaerobik dapat memanfaatkan O2 dari Nitrat, Nitrit, Ferro, Sulfat dan

Karbondioksida untuk menguraikan bahan organnik dengan mengeluarkan gas

nitrogen, ammonia, H2S dan Metan sebagai hasil metabolisme.

Menurut Wibisono (2001), diperairan unsur phosphat terlarut dalam bentuk

ion orthophosphat ( HPO42⁻, H2 PO4

2⁻) dan dalam bentuk anorganik fosfor yang

masuk ke perairan  dari pelapukan tanah dan batu, hasil dari siklus pelapuakan

fosfor yang sudah terlarut di dalam perairan itu sendiri. Fosfor tersebut baru bisa

di maanfaatkan oleh fitoplankton maupun tumbuhan air yang lain setelah di ubah

Page 2: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

2

menjadi ion orthofosfat. Konsentrasi fosfor pada perairan normal berkisar antara

0,1 sampai 1000 ml/L.

Dalam perairan waduk terdapat berbagai factor yang dapat mempengaruhi

stratifikasi seperti suhu, cahaya dan unsure hara. Hal ini secara tidak langsung

akan mempengaruhi pertumbuhan plankton. Kelimpahan dan keragaman plankton

ini akan mengalami fluktuasi dan konsentrasi yang berhubungan dengan waktu,

tempat lokasi dan kedalaman serata kualitas air.

Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang

dapat menggambarkan kondisi suatu perairan.  Salah satu ciri khas organisme

fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan.  Oleh

karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik

suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak.  Kelimpahan

fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan

dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan

berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan

kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Faktor penunjang

pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor

fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu,

dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah

adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.

I.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari praktikum analisis nitrat-fosfat ini adalah untuk

mengetahui adanya kandungan unsur nitrat-fosfat yang terdapat di perairan waduk

dan pada praktikum parameter biologi dilakukan dengan tujuan untuk

Page 3: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

3

mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat di perairan waduk serta

menghitung kelimpahan plankton dan indeks keseragaman jenis plankton.

Sedangkan manfaat dari diadakannya praktikum ini yaitu mahasiswa dapat

mengetahui pengaruh nitrat-fosfat terhadap kualitas perairan waduk yang

mempengaruhi perkembangan hidup organisme plankton.

Page 4: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Nitrat - Fosfat

Nitrogen terlarut dipakai dalam bentuk nitrit dan nitrat dengan konsentrasi

10 sampai 1000 mg/L dan amonia dengan konsentrasi dibawah 150 mg/L untuk

perairan normal. Selain karbon nitrogen tersedia dalam jumlah yang cukup besar

di lingkungan. Makhluk hidup membutuhkan nitrogen terutama untuk

pembentukan asam amino dan asam nukleat ( Regndds,1993 dalam Wibowo,

2001). Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di

alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,

yaitu ion nitrat (ion-NO)3, kalium nitrat (KNO3), dan nitrogen nitrat (NO3-N).

Ketiga bentuk senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang sama terhadap ternak

meskipun pada konsentrasi yang berbeda (Stoltenow dan Lardy 1998; Cassel dan

Barao 2000).

Pada kondisi yang normal, baik nitrat maupun nitrit adalah komponen yang

stabil, tetapi dalam suhu yang tinggi akan tidak stabil dan dapat meledak pada

suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang sangat besar. Biasanya, adanya ion

klorida, bahan metal tertentu dan bahan organik akan mengakibatkan nitrat dan

nitrit menjadi tidak stabil. Jika terjadi kebakaran, maka tempat penyimpanan nitrit

maupun nitrat sangat berbahaya untuk didekati karena dapat terbentuk gas

beracun dan bila terbakar dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari nitrat

dan nitrit tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa. Bersifat higroskopis

(Parrot, 2002; Ompusunggu, 2009).

Page 5: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

5

Orthopospat merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan secara langsung

oleh tumbuhan akuatik. Sedangkan polipospat harus mengalami hidrolisis

membentuk orthopospat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai

sumber fosfir setelah masuk ke dalam tumbuhan. Misalnya fitoplankton fosfat

organik mengalami perubahan menjadi organofosfat (Effendi, 2003). Ortofosfat

merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukan produktivitas perairan.

Keberadaan fosfat di perairan  dengan segera dapat diserap oleh bakteri

phytoplankton dan makrofita (Sembering, 2008).

Fosfat terdapat dalam tiga bentuk yaitu H2PO4-, HPO4

2-, dan PO43-. Fosfat

umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau

ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO4

3- lebih sulit diserap oleh tanaman.

Bentuk yang paling dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung

pada pH tanah (Engelstad, 1997). Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak

menyerap ion ortofosfat primer, dan pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat

sekunder yang lebih banyak diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005).

2.2 Parameter Biologi

Plankton merupakan organisme renik nabati (fitoplankton) dan hewan

(zooplankton) yang melayang-layang di dalam perairan. Plankton tergolong pakan

ikan yang memiliki nilai gizi tinggi, mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai

dengan bukaan mulut ikan, isi selnya padat, dinding selnya tipis serta tidak

beracun (Huat, 2003). Secara garis besar plankton dapat dibedakan menjadi dua

golongan, yakni fitoplankton dan zooplankton. fitoplankton merupakan hewan

nabati yang berukuran microscopic dan bergerakannya sangat dipengaruhi oleh

arus, mampu membuat makanannya sendiri dengan cara proses phosintesis karena

Page 6: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

6

mereka mengandung klorofil dalam selnya. Dengan kemampuan tersebut

fitoplankton menempati urutan pertama dalam rantai makanan sebagai produser

primer pada perairan terbuka. Zooplankton yaitu plankton hewani yang bersifat

herbivora tidak dapat mebuat makanannya sendiri dan akan memakan

phytoplankton secara lansung, dari golongan karnivora memakan golongan

herbivora (Sulawesty, 2008). Menurut Barus (2002), fitoplankton adalah tumbuh-

tumbuhan yang bersifat planktonik, sedangkan zooplankton yaitu plankton yang

hidupnya tergantung pada organisme lain yang meliputi hewan-hewan planktonik.

Berdasarkan daur hidupnya dikenal holoplankton yaitu plankton yang seluruh

siklus hidupnya bersifat plankton, dan meroplankton yaitu plankton yang sebagian

siklus hidupnya bersifat planktonik.

Menurut Nontji (2005), kelimpahan plankton secara terus-menerus berubah

pada berbagai tingkatan (skala) sebagai respon terhadap perubahan kondisi

lingkungan, baik yang ada di suatu perairan mempunyai penyebaran dan aktivitas

yang berbeda. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor fisik dan kimiawi perairan.

Plankton sebagai bioindikator kualitas suatu perairan terutama perairan

menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang

mempengaruhi tingkat tropik perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi plankton

sendiri dipengaruhi terutama perubahan berbagai faktor lingkungan. Salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi populasi plankton adalah ketersediaan nutrisi di

suatu perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam

suatu perairan akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan

proses ini akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan

kualitas perairan (Umar, 2002).

Page 7: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

7

Kualitas suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kemampuan

produktifitas fitoplankton, penurunan kualitas perairan akan mnyebabkan

penurunan kelimpahan fitoplankton yang pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap kelayakan suatu perairan untuk kegiatan perikanan (Emilawati, 2001).

Suhu yang sesuai dengan fitoplankton berkisar antara 250C - 300C, sedangkan

untuk pertumbuhan dari zooplankton berkisar antara 150C - 340C. Faktor penetrasi

cahaya lebih banyak mempengaruhi pada fitoplankton karena penetrasi cahaya

menjadi faktor pembatas bagi organisme fotosintetik (fitoplankton) untuk

melakukan kerjanya dan juga mempengaruhi migrasi vertikal harian. Arus

mempengaruhi penyebaran organisme plankton itu sendiri. Adanya arus pada

suatu ekosistem akuatik membawa plankton (khusus fitoplankton) yang

menumpuk pada suatu tempat tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya

blooming pada lokasi tertentu (Yazwar, 2008).

Ngangi (2003) mengatakan bahwa plankton berukuran kecil tidaklah berarti

organisme yang tidak penting. Malah sebaliknya, organisme ini bernilai ekonomis

dan sangat penting dalam ekosistem bahari karena merupakan sumber makanan

utama bagi organisme lainnya. Priambono dan Wahyuningsih ( 2000 ),

menyatakan bahwa zooplankton merupakan pakan alami untuk larva atau benih

ikan yang mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah ukurannya relatif

kecil dan sesuai dengan bukaan mulut larva atau benih ikan, mulai nutrisinya

tinggi dan berkembang biak dengan cepat sehingga ketersediaannya dapat

terjamin.

Fitoplankton merupakan salah satu komponen penting dalam suatu

ekosistem karena memiliki kemampuan untuk menyerap langsung energi

Page 8: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

8

matahari melalui proses fotosintesa guna membentuk bahan organik dari bahan-

bahan anorganik yang lazim dikenal sebagai produktivitas primer. Fitoplankton

mampu membuat ikatan-ikatan organik yang komplek (glukosa) dari ikatan-

ikatan anorganik sederhana, karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Energi

matahari diabsorbsi oleh klorofil untuk membantu berlangsungnya reaksi kimia

yang terjadi dalam proses fotosintesis tersebut (Widyorini,2009). Zooplankton

melainkan berperan penting sebagai pemangsa yang mengontrol populasi

fitoplankton dan bakteri. Zooplankton dapat mempengaruhi struktur

komunitas secara langsung melalui pemangsaan selektif atau secara tidak

langsung melalui regenerasi nutrient. Berbagai studi telah menunjukkan

penurunan biomassa fitoplankton tergantung dari densitas dan ukuran

zooplankton pemangsa (Evendi, 2011).

Page 9: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

III.BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum Limnologi ini dilaksanakan pada hari Sabtu,

tanggal 19 Juli 2014 pada pukul 13.00 s/d selesai di Laboratorium Produktivitas

Perairan jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan.

3.2 Alat dan Bahan

Pada praktikum Analisis Nitrat - Fosfat, alat-alat yang digunakan adalah

kertas saring whatman no.42, kertas Milipore, pipet tetes, gelas piala, cuvet, rak

tabung reaksi, tabung Erlenmeyer, gelas ukur, cawan porselen dan

Spektrofotometer. Sedangkan pada praktikum parameter biologi, alat-alat yang

digunakan adalah botol kecil tempat air sampel, Planktonnet, ember, mikroskop

binokuler, Objek Glass, Cover Glass, pipet tetes, Tissue gulung, kalkulator dan

buku identifikasi plankton.

Bahan-bahan yang digunakan pada analisis Nitrat - Fosfat adalah sample air,

larutan brucine, H2SO4, aquades, NaOH, larutan blanko, Ammonium Molybdate

dan SnCl2. Sedangkan bahan yang digunakan pada parameter biologi adalah air

sampel dan larutan lugol.

3.3 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Survey, yaitu

dengan melakukan kegiatan peninjauan, pengamatan dan pengukuran serta

pengambilan data dan informasi melalui pengamatan langsung di lapangan dan

kemudian dianalisis kembali di Laboratorium.

Page 10: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

10

3.4 Prosedur Praktikum

1. Nitrat – Nitrogen

Prosedur penentuan Nitrat – Nitrogen dilakukan dengan cara sebagai

berikut: air sebagai sampel disaring sebanyak 12 ml lalu dituangkan ke dalam

cawan porselen. Setelah itu dipanaskan di atas hot plate dan diuapkan sampai

kering dan terbentuk kerak. Lalu diangkat dari hot plate dan didinginkan. Endapan

nitrat yang terbentuk ditambahkan asam fenol disulfonik sebanyak 0,5 ml, lalu

diaduk dengan spatula sampai keraknya habis. Setelah kerak habis lalu diencerkan

dengan aquades sebanyak 5 ml dan dimasukkan Beaker Glass. Setelah itu

ditambahkan NH4OH sampai terbentuk warna. Selanjutnya diencerkan dengan

menggunakan aquades sampai 12,5 ml. Kemudian setelah itu diamati dan

dicocokkan dengan larutan pembanding, perhitungan nitrat nitrogen dengan

Spektrofotometer.

2. Orthofosfat

Langkah pertama dalam pengukuran ortofosfat adalah air sungai diukur

dalam gelas ukur sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 25 ml.

Kemudian ditambahkan 1 ml Ammonium Molybdate (asam sulfat) yang fungsinya

mengikat fosfat dalam perairan, kemudian dihomogenkan. Setelah dihomogenkan

ditambahkan 1 tetes SnCl2 sebagai indikator warna biru, kemudian dihomogenkan

lagi. Kemudian dimasukkan kedalam Cuvet dan dicocokkan dengan larutan

pembanding. Perhitungan Ortofosfat dengan menggunakan Spektrofotometer.

3. Parameter Biologi

Prosedur praktikum parameter biologi dilakukan dengan cara menyaring air

di suatu perairan dengan plankton net sebanyak 10 kali. Air yang telah dilakukan

Page 11: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

11

pemekatan dengan Planktonnet dimasukkan ke dalam botol film kemudian air

sampel tadi diberi lugol agar plankton awet dan tidak rusak. Biarkan air sampel

mengendap untuk selanjutnya diidentifikasi plankton yang terdapat pada air

sampel dan menghitung berapa jenis plankton yang diperoleh untuk selanjutnya

data - data tersebut dihitung dan dianalisis dengan menggunakan rumus :

N=n×AB

×CD

×1E

Keterangan :

N = Jumlah total plankton (sel/L)

n = Jumlah rata-rata sel plankton pada setiap lapangan pandang

A = Luas gelas penutup (mm2 )

B = Luas satu lapangan pandang

C = Volume air yang tersaring (ml)

D = Volume air 1 tetes di bawah gelas penutup

E = Volume air yang disaring (L)

Page 12: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan maka diperoleh

hasil sebagai berikut :

4.1.1. Nitrat

Tabel 1. Hasil Perhitungan Nitrat di Perairan Waduk.

Absorbance Transmittan [ ]

0.05 94% 0.04 ppm

4.1.2. Fosfat

Tabel 2. Hasil Perhitungan Fosfat di Perairan Waduk.

Absorbance Transmittan [ ]

0.0351 92.4 % 0.07 ppm

4.1.3. Parameter Biologi

Tabel 3. Nilai Kelimpahan Plankton

No Nama I II III IV V Kelimpahan Rata-

Rata

1. Oedogonium 8 21 3 - 6 3800 760

2. Tolypothrix tenuis kutz

2 - - - - 200 40

3. Enteromarpha 5 - - - - 500 100

4. Gleootrichia - 23 - - - 2300 460

5. Diatoma - 1 - 2 2 500 100

Page 13: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

13

6. Flagilaria - - 3 - - 300 60

7. Aphorizomenon - - 2 - - 200 40

Tabel 4. Indeks Keanekaragaman Jenis

Nama Kelimpahan (ni)

Pi = ni / N Log2 pi Pi Log2 pi

Oedogonium 760 0,49 -1,03 -0,50

Tolypothrix tenuis kutz

40 0,03 -5,06 -0,15

Enteromarpha 100 0,06 -4,06 -0,24

Gleootrichia 460 0,29 -1,79 -0,52

Diatoma 100 0,06 -4,06 -0,24

Flagilaria 60 0,04 -4,64 -0,19

Aphorizomenon 40 0,03 -5,06 -0,15

Total 1560 1 -25,7 -1,99

4.2 Pembahasan

4.2.1. Analisis Nitrat - Fosfat

Menurut Ulqodry (2010) senyawa nitrat dan fosfat secara alamiah berasal

dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan atau

dekomposisi tumbuhan-tumbuhan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat

hara. Selain berpengaruh terhadap kualitas perairan, kandungan fosfat juga

berpengaruh terhadap organisme yang hidup diperairan tersebut, dikarenakan

fosfat merupakan zat hara yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap

proses dan perkembangan hidup organisme seperti Fitoplankton.

Page 14: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

14

Kadar nitrat di perairan tidak kurang dari 0,2 mg/L. Apabila kurang dari

kadar tersebut, maka daya dukung perairan tersebut secara alami untuk kehidupan

ikan tidak memadai. Hal ini dikarenakan kadar nitrat yang rendah tidak mampu

berbuat banyak untuk pertumbuhan fitoplankton sebagai makanan ikan. Dari hasil

pengamatan dan penelitian nitrat nitrogen dengan cara perbandingan air sampel

yang telah direaksikan dengam contoh larutan baku standart yang ada secara

visual dengan diperoleh hasil sebesar 0,04 ppm pada air waduk. Hal ini

terpengaruh dari besar kecilnya kadar kandungan nitrat yang terdapat dalam

perairan. Menurut KLH (2004); DKP (2002) dalam Irawan et al (2009), kadar

nitrat optimum diperairan didalam suatu perairan sebesar 0,9-3,2 mg/L (ppm).

Jadi, perairan waduk tersebut belum mencapai rentang optimum kadar nitrat.

Dari hasil pengamatan dan pengukuran orthofosfat dengan cara

perbandingan air sampel yang telah direaksikan dengan contoh larutan baku

standart yang ada secara visual yang diperoleh dari hasil 0,07 ppm pada air

waduk. Hal ini berpengaruh dari besarnya kandungan fosfat yang terdapat dalam

perairan tersebut.

Tingkat kesuburan perairan berdasarkan kadar fosfatnya menurut Subarjanti

(1990) dalam Fransiska (2000) adalah sebagai berikut:

  Oligotrofik memiliki kadar fosfat < 0,01 mg PO43-/l

  Mesotrofik memiliki kadar fosfat antara 0,01-0,05 mg PO43-/l

  Eutrofik memiliki fosfar >0,1 mg PO43-/l

4.2.2. Parameter Biologi

Peranan fitoplankton disuatu perairan baik perairan tawar, payau maupun

laut sangat besar dan banyak juga faktor penghambat atau yang mempengaruhi

Page 15: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

15

siklus hidup fitoplankton diperairan tersebut. Fungsi yang paling penting bagi

fitoplankton diperairan adalah sebagai primary produser yang dapat

memanfaatkan sinar matahri dalam melakukkan proses fotosintesis dengan

bantuan zat hijau daun (klorofil). Fitoplankton juga menduduki tingkat trofik level

pertama, sebagai penyedia makanan bagi zooplankton, hewan-hewan kecil

maupun heawan-hewan besar dalam rantai maknanan (food chain).

Plankton adalah organisme yang hidupnya melayang-layang dalam kolam

air, pergerakannya lemah, tidak dapat melawan arus, sehingga perpindahannya

lebih kurang bergantung pada gerakan air. Dilihat secara horizontal plankton

banyak terdapat didaerah neritik zone, dan jika dilihat secara vertikal plankton

banyak terdapat didaerah euphotik zone dengan suhu 24-27 0C. Didaerah tersebut

merupakan daerah yang kaya akan unsur hara, nutrient, dan cahaya matahari yang

amat dibutuhkan oleh fitoplankton untuk berproduksi dengan cara berfotosintesis.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai

berikut:

Indeks keanekaragaman jenis

Hasil yang didapat dari perhitungan keanekaragaman jenis yaitu 2,17. Sesuai

dengan standart yang telah ditentukan bahwa keanekaragaman jenis plankton

1<H’<3,ini menunjukkan bahwa keanekaragaman yang ada di perairan waduk

adalah sedang, dengan sebaran individu yang juga relatif sedang.

Page 16: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Senyawa nitrat dan fosfat secara alamiah berasal dari perairan itu

sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan atau dekomposisi

tumbuhan-tumbuhan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara.

Selain berpengaruh terhadap kualitas perairan, kandungan fosfat juga

berpengaruh terhadap organisme yang hidup diperairan tersebut,

dikarenakan fosfat merupakan zat hara yang diperlukan dan mempunyai

pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti

Fitoplankton.

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai analisa nitrat –

fosfat dan parameter biologi, didapatkan hasil sebagai berikut : kadar nitrat

diperairan waduk diperoleh 0,04 ppm yang berarti bahwa perairan waduk

tersebut belum mencapai rentang optimum kadar nitrat, sedangkan kadar

fosfat yang didapat sebesar 0,07 ppm pada air waduk. Hal ini berpengaruh

dari besarnya kandungan fosfat yang terdapat dalam perairan tersebut. Dan

pada parameter biologi, hasil yang didapat dari perhitungan

keanekaragaman jenis yaitu 2,17. Hal ini menunjukkan bahwa

keanekaragaman yang ada di perairan waduk adalah sedang, dengan

sebaran individu yang juga relatif sedang.

5.2. Saran

Perairan waduk faperika adalah lingkungan kita, tentunya sudah menjadi

tanggung jawab kita bersama untuk tetap menjaga dan merawatnya agar kualitas

Page 17: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

17

perairan tersebut tetap normal dan tidak terkontaminasi oleh faktor-faktor yang

dapat menyebabkan turunnya kualitas perairan itu sendiri.

Dalam praktikum hendaknya praktikan lebih memperhatikan arahan atau

petunjuk dari asisten sehingga praktikum akan lebih lancar. Sebelum melakukan

praktikum, segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum telah disiapkan.

Para praktikan juga harus memahami teori yang akan dipraktikumkan atau

prosedur-prosedur dalam melakukan praktikum, supaya saat melakukan

praktikum tidak terjadi kekeliruan.

Page 18: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T. A. 2002. Pengantar Limnologi. Fakultas MIPA USU, Medan.

Cassel, K. and S. Barao. 2000. Causes and prevention: Nitrate poisoning of livestock. College of Agriculture and Natural Resources. University of Maryland.http://www.agnr.umd.edu/MCE/Publications/Publication.cfm?ID=7 [4 Agustus 2014].

Emilawati. 2001. Kualitas Perairan dan Struktur Komunitas Fitoplankton. Faperika UNRI (tidak diterbitkan).

Evendi, E. 2011. Pemodelan Peran Zooplankton Dalam Siklus Nitrogen Di Teluk Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 14 Hal.

Hanafiah, K.A., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja grafindo Persada, Jakarta.

Huat, J. 2003. Plankton Pakan Alami Yang Harus Hadir Dalam Akuarium Laut Anda. Artikel. http://o-fish.com/akuariumlaut/plankton.htm.agustus2003

Irawan ,et al,2009. Faktor – Faktor Penting Dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitasi Nursery Pembesaran. http://www.vedco.ac.id/ Kelompok 6-Pembesaran-Ikan-Udang.pdf. Diakses pada 1 Agustus 2014 pukul 20.00 WIB.

Ngangi,E.L.A.2003. Makalah pribadi. Pemanfaatan,ancaman dan pengelolaan ekosistem padang lamun. http://rudyct.topcities.com/pps702-71034/edwin-ngangi.html

Nontji, Anugrah. 2005. Laut Nusantara Djambatan. Jakarta.

Priambono dan Wahyuningsih.2000. budidaya pakan alami untuk ikan.penebar Swadaya. Jakarta.63 hal.

Ompusunggu, Henni., 2009. Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

Sulawesty, F. 2008. Komposisi Diatom Epifit di Perairan Busang. Kalimantan.Warta Limnologi.(41). 35-44.

Supono, 2008. Analisis Diatom Epipelic Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Tambak Untuk Budidaya Udang. Tesis.MSP. Undip : Semarang.

Umar, N. A. 2002. Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton (Kopeoda) dengan Larva Kepiting di Peraian Teluk Siddo Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Page 19: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

19

Wibisono,M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta.

Wibowo,Harri.2001.Tingkat Eutrofikasi Rawa Pening dalam Rangka Kajian Produktivitas Primer Fitoplankton.Universitas Diponegoro.Semarang.

Widyorini, N. 2009. The Community Structure Of Phytoplankton Based On Pigment Content in Jepara Estuary. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Saintek Perikanan. (2). 69–75.

Yazwar. 2008. Keanaekargaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.

Page 20: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

LAMPIRAN

Page 21: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

21

Lampiran 1. Perhitungan Parameter Biologi

Perhitungan indeks keseragaman jenis

H '=−∑i=1

s

pi log2 pi

= -(-1,99)

= 1,99

Page 22: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

22

Lampiran 2. Gambar Plankton yang Ditemukan

Page 23: PENDAHULUAN (Autosaved) INTAN

23

Lampiran 3. Alat yang Digunakan