i.pendahuluan (autosaved)

37
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode geofisika merupakan metode yang melihat sifat- sifat fisis bumi untuk menggambarkan struktur permukaan bawah bumi. Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi endapan bahan galian serta eksplorasi hidrokarbon. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal. Metode geofisika terdiri dari beberapa metode lainnya diantaranya metode Gravity, Magnetik, Metode Geolistrik, Metode Seismik, dan sebagainya. Namun pada laporan ini hanya akan membahas secara detail hasil dari penelitian di lapangan guna menginterpretasikan keadaan geologi serta anomali-anomali yang terdapat di daerah fieldtrip tersebut. Metode magnetik digunakan Laporan SWG Page 1

Upload: diantoro-deka-saputra

Post on 31-Jul-2015

172 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: I.pendahuluan (Autosaved)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode geofisika merupakan metode yang melihat sifat-sifat fisis bumi untuk

menggambarkan struktur permukaan bawah bumi. Metoda geofisika merupakan

salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi endapan bahan galian

serta eksplorasi hidrokarbon. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di

bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari

parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari

pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah

permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.

Metode geofisika terdiri dari beberapa metode lainnya diantaranya metode

Gravity, Magnetik, Metode Geolistrik, Metode Seismik, dan sebagainya. Namun

pada laporan ini hanya akan membahas secara detail hasil dari penelitian di

lapangan guna menginterpretasikan keadaan geologi serta anomali-anomali yang

terdapat di daerah fieldtrip tersebut. Metode magnetik digunakan untuk mencari

nilai anomali suseptibilitas untuk daerah bijih besi, metode gravity untuk

menentukan nilai anomali densitas daerah bijih besi, serta metode geolistrik untuk

mencari nilai anomali resistivitas keberadaan batuan andesit di lahan pertanian

UNILA di dekat kompleks dosen. Selain itu, struktur geologi daerah fieldtrip yang

telah dikunjungi akan dibahas baik secara regional maupun strukturnya.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan kegiatan ini antara lain:

1. Menambah wawasan mahasiswa dalam dunia kerja

Laporan SWG Page 1

Page 2: I.pendahuluan (Autosaved)

2. Menambah rasa keingintahuan mahasiswa untuk mendalami metode-

metode yang ada dalam Geofisika.

3. Mengetahui secara langsung cara akuisisi data dari metode Gravity,

Magnetik, dan Geolistrik serta pengenalan geologi secara langsung di

lapangan.

4. Sebagai penilaian dalam mata kuliah Seminar dan Workshop Geofisika.

Laporan SWG Page 2

Page 3: I.pendahuluan (Autosaved)

II. TEORI DASAR

Metode Magnetik 

Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik

di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda

termagnetisasi dibawah permukaan bumi (suseptibilitas). Variasi yang terukur

(anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi

intensitasmedan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk

distribusi bahan magnetik di bawah permukaan,  yang kemudian dijadikan

dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin.

Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika dengan metode

gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial,

sehingga keduanya sering disebut sebagai metoda potensial. Namun

demikian, ditinjaudari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai pe

rbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah

dan besar vektor magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi

besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan si

fatresidual yang kompleks. 

Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasiterhadap waktu jauh lebih be

sar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisadilakukan melalui darat, laut dan

udara Metode magnetik sering digunakan dalameksplorasi pendahuluan minyak

bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisaditerapkan pada pencarian

prospeksi benda-benda arkeolog. (Anonim, 2011)

Laporan SWG Page 3

Page 4: I.pendahuluan (Autosaved)

Metode Geolistrik 

Metode geolistrik merupakan metode yang menggunakan prinsip aliran arus

listrik dalammenyelidiki struktur bawah permukaan bumi. Aliran arus listrik

dalam mengalir didalam tanahmelalui batuan-batuan dan sangat dipengaruhi oleh

adanya air tanah dan garam yang terkandungdidalam batuan serta hadirnya

mineral logam maupun panas yang tinggi. Oleh karena itu, metodegeolistrik dapat

digunakan pada penyelidikan hidrogeologi seperti penentuan aquifer dan

adanyakontaminasi, penyelidikan mineral, survei arkeologi dan deteksi hotrocks

pada penyelidikan panas bumi. Berdasarkan asal sumber arus listrik yang

digunakan, metode resistivitas dapatdikelompokan kedalam dua kelompok yaitu

(Prasetiawati, 2004):1. Metode pasif Metode ini menggunakan arus listrik alami

yang terjadi di dalam tanah (batuan) yang timbulakibat adanya aktivitas

elektrokimia dan elektromekanik dalam materi-materi penyusun batuan.Metode

yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya Potensial Diri/Self Potensial (SP)

danMagneto Teluric (MT).2. Metode aktif yaitu bila arus listrik yang diinjeksikan

(dialirkan) didalam batuan, kemudian efek potensialyang ditimbulkan arus buatan

tersebut diukur di permukaan. Metode yang termasuk kedalamkelompok ini

diantaranya metode resistivity dan Induced Polarization (IP). (Anonim, 2010).

Konfigurasi dipole-dipole

Susunan dipole-dipole banyak digunakan untuk pemetaan (mapping) tahanan jenis

batuan secara lateral. Pengukuran dengan konfigurasi dipole-dipole dilaksanakan

untuk mengetahui kemungkinan adanya struktur geologi, kontinuitas penyebaran

lateral formasi dan lain-lain.

Gambar 2.1 konfigurasi dipole-dipole

Laporan SWG Page 4

Page 5: I.pendahuluan (Autosaved)

Metode Gravity 

Metode gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang

memenfaatkan sifat daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi

prinsip eksplorasi dengan metode gravity ini yaitu mencari anomali gravity pada

subsurface. Metode Gravity (gaya berat) dilakukan untuk menyelidiki keadaan

bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat masa cebakan mineral dari daerah

sekeliling (r=gram/cm3). Metode ini adalah metode geofisika yang sensitive

terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini disukai untuk mempelajari

kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di

dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan

dalam bentuk kisi atau lintasan penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa

dari kedalaman berbeda dilakukan dengan menggunakan filter matematis atau

filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat alat gravimeter dengan ketelitian

sangat tinggi ( mgal ), dengan demikian anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja

metode penguluran data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mendapatkan

hasil yang akurat.

Metode gravity merupakan metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran

variasi medan gravitasi bumi. Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi,

dikapal maupun diudara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan

gravitasi akibat variasi rapat massa batuan dibawah permukaan, sehingga dalam

pelaksanaanya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari satu titik

observasi terhadap titik observasi lainnya. Karena perbedaan medan gravitasi ini

relatif kecil maka alat yang digunakan harus mempunyai ketelitian yang tinggi.

Metode ini umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak untuk menemukan

struktur yang merupakan jebakan minyak (oil trap), dan dikenal sebagai metode

awal saat akan melakukan eksplorasi daerah yang berpotensi hidrokarbon.

Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lain-

lain. Meskipun dapat dioperasikan dalam berbagai macam hal tetapi pada

Laporan SWG Page 5

Page 6: I.pendahuluan (Autosaved)

prinsipnya metode ini dipilih karena kemampuannya dalam membedakan rapat

massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur

bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah

permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik itu

minyak maupun mineral lainnya. Eksplorasi metode ini dilakukan dalam bentuk

kisi atau lintasan penampang.

Dalam metode ini penelitian dapat digolongkan menjadi 3 tahap, tahap ini umum

digunakan juga pada metode geofisika yang lainnya. Antara lain adalah Akuisisi

Data, Prosesing Data, dan Interpretasi. Dalam hal ini kita akan coba bahas

beberapa point dalam proses akuisisi data. Akuisisi data ini adalah proses

pengambilan data di lapangan. Dalam proses ini dibagi menjadi beberapa tahap

yang harus dilakukan.

Mulai dari mengatahui informasi dari daerah yang akan diukur dan persiapan

alatnya.  Setelah peralatan telah tersedia, langkah awal untuk pengukuran adalah

menggunakan peta geologi dan peta topografi, hal ini bertujuan untuk menentukan

lintasan pengukuran dan base station yang telah diketahui harga percepatan

gravitasinya. Akan tetapi ada beberapa parameter lain yang dibutuhkan juga

dalam penentuan base station, lintasan pengukuran dan titik ikat. Antara lain

adalah :

Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal.

Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta.

Lokasi titik pengukuran harus mudah dijangkau serta bebas da ri gangguan

kendaraan bermotor, mesin, dll.

Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima

sinyal dari satelit dengan baik tanpa ada penghalang.

Sehingga dapat disimpulkan lokasi titik acuan harus berupa titik/tempat yang

stabil dan mudah dijangkau. Penentuan titik acuan sangat penting, karena

pengambilan data lapangan harus dilakukan secara looping, yaitu dimulai pada

suatu titik yang telah ditentukan, dan berakhir pada titik tersebut. Titik acuan

Laporan SWG Page 6

Page 7: I.pendahuluan (Autosaved)

tersebut perlu diikatkan terlebih dahulu pada titik ikat yang sudah terukur

sebelumnya. Dalam alur pengambilan data dilakukan dengan proses looping.

Tujuan dari sistem looping tersebut adalah agar dapat diperoleh nilai koreksi

apungan alat (drift) yang disebabkan oleh adanya perubahan pembacaan akibat

gangguan berupa guncangan alat selama perjalanan. Dalam pengukuran gayaberat

terdapat beberapa data yang perlu dicatat meliputi waktu pembacaan (hari, jam,

dan tanggal), nilai pembacaan gravimeter, posisi koordinat stasiun

pengukuran (lintang dan bujur) dan ketinggian titik ukur. Pengambilan data

dilakukan di titik-titik yang telah direncanakan pada peta topografi dengan

interval jarak pengukuran tertentu.

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah melakukan kalibrasi alat dan

menentukan titik acuan (base station) sebelum melakukan pengambilan data

gayaberat dititik-titik ukur lainnya. (Anonim, 2010)

Mineral Bijih Besi

Bijih besi di alam terbentuk dalam mineral magnetit, hematite, limonite, pyrite

dan Cromite. Pada mineral-mineral tersebut, kandungan besi bisa mencapai 70%.

Bijih besi ini banyak digunakan dalam industri besi, baja dan sering diekspor dari

Indonesia ke China. Mineral bijih besi di Indonesia, banyak terdapat sebagai

metasomatik kontak, berupa bolder besar yang terpendam dan tersingkap secara

acak. Model seperti ini tidak bisa diinterpretasikan dip (kemiringan) lapisannya,

sehingga survei geofisika mutlak diperlukan untuk menggambarkan kondisi

bawah permukaannya. Jika dipergunakan uji pengeboran coring, maka interpretasi

hanya terbatas di lokasi sekitar bor dan tidak dapat dikorelasikan antara titik uji

pengeboran yang berjauhan.

Mineral magnetit banyak dijumpai di Indonesia. Hampir di semua lahan

eksplorasi bijih besi GeoAtlas dijumpai jenis mineral ini. Ciri yang sangat khas

dan visual pada mineral ini adalah sangat berat dan menempel pada magnet. Rata-

rata mineral magnetit di Indonesia dapat mengandung unsur besi lebih dari 60%

sehingga layak jual sebagai komoditas ekspor. Mineral hematite berupa pasir

Laporan SWG Page 7

Page 8: I.pendahuluan (Autosaved)

berwarna merah sedangkan limonite berwarna coklat atau kuning. Pada mineral

pyrite, unsur besi berasosiasi dengan sulfida. Mineral-mineral tersebut cenderung

tidak menempel magnet seperti mineral magnetit. Daerah eksplorasi bijih besi tim

GeoAtlas antara lain Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi,

Lampung dan Kalimantan Selatan. (Anonim, 2010)

Pemetaan Geologi/Alterasi

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi

geologi permukaandan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi

yang dapat memberikan gambaranmengenai penyebaran dan susunan batuan

(lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejalastruktur geologi yang

mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.Selain

pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-

tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada

informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta

tersebut mewakili intensitas dankerapatan data singkapan yang diperoleh yang

diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini jugadipengaruhi oleh tahapan

eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 :25.000

mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala

petageologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.Pada tahapan eksplorasi awal,

pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan denganmenggunakan

Laporan SWG Page 8

Page 9: I.pendahuluan (Autosaved)

palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan

ataudengan cara tali-kompas.

Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat

diperluas denganmenggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit,

maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan

menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau

dengan teodolit.

Singkapan

Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian

permukaan yangdiperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi,

seperti :

1. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.

2. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.

3. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.

4. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur

penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :

1. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.

2. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major)

yang ada.

Laporan SWG Page 9

Page 10: I.pendahuluan (Autosaved)

3. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-

sifat fisik,tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-

fragmen, serta dimensi endapan.

Lintasan (traverse)

Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan

pengamatanyang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan

tersebut sebaiknyadilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi

regional dan geomorfologi daerahdiketahui, agar lintasan yang direncanakan

tersebut efektif dan representatif.Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat

pada aliran-aliran sungai atau jalur-jalur kikisanyang memotong arah umum

perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi(batuan). Kadang-

kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah dengan jurus

umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara

umum lintasan(traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan

tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama,

sedangkan lintasan tertutup bersifat loop(titik awal dan titik akhir sama). 

Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh

dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan

korelasi (interpretasi) batassatuan-satuan litologi.Selain itu, ada juga metode

pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan pengukuran penampang

stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali kompas) dilakukan

dengantujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang lintasan.

Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui

ketebalan, struktur perlapisan,variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan

detail (rinci). Umumnya pengukuran penampangstratigrafi dilakukan pada salah

satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuatinformasi litologi

keseluruhan wilayah

Interpretasi dan informasi data

Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan

geologi/alterasiantara lain :

Laporan SWG Page 10

Page 11: I.pendahuluan (Autosaved)

1. Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).

2. Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau

batubara.

3. Penyebaran dan pola alterasi yang ada. 

4. Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau

formasi).

5. Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.

6. Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi

geoteknik danhidrologi.

7. Bangunan-bangunan, dll.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi

perlu diperhatikan, antara lain :

1. Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.

2. Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih,

zona pelapukan,dan zona (penyebaran) alterasi.

3. Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan,

zona-zona intrusi,dan proses sedimentasi.

4. Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan,

zona kekar,kelurusan-kelurusan, dll.

Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat

antara lain :

1. Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui

(diperkirakan).

2. Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.

3. Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat

dihindarkan(efisiensi).

4. Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui

dengan pasti.

Laporan SWG Page 11

Page 12: I.pendahuluan (Autosaved)

III. TINJAUAN PUSTAKA

Geologi Regional Lampung

Lampung merupakan daerah tinggian yang terletak dibagian Tenggara dari

Cekungan Sumatra Selatan. Tinggian Lampung ini memisahkan Cekungan

Sumatra Selatan dengan Cekungan Sunda. Morfologi daerah Lampung berupa

perbukitan dan pegunungan dengan relief kasar dan memiliki lereng yang curam.

Daerah ini juga dilalui jalur sesar aktif yang merupakan bagian dari sistem sesar

Sumatra (Sumatra fault system). Lampung merupakan daerah akresi yaitu daerah

pengangkatan aktif sehingga banyak ditemukan batuan yang berumur pra-tersier.

Untuk lokasi pengukuran Gravity dan Magnetik yaitu di Tanjung Bintang

merupakan batas antara satuan batuan Lampung dan Kuarsit Sidodadi yang

berumur tua. Keberadaan Gunung Langgar menunjukan adanya aktivitas

magmatis di masa lampau, dimana intrusi yang ditemukan berupa granit, diorite

dan granodiorit. Diduga daerah ini batuan pluton yang menerobos formasi kuarsit

Sidodadi sehingga menghasilkan pembentukan sumber daya emas dan bijih besi.

Gambar 3.1. Lokasi Tambang Bijih Besi Tanjung Bintang

Laporan SWG Page 12

Page 13: I.pendahuluan (Autosaved)

Hasil dari fieldtrip Geologi di desa Tanjung Kemala menunjukan bahwa lokasi

tersebut merupakan batuan metasedimen (marmer) atau ada juga yang

menyebutnya metamorf derajat rendah. Dikatakan Metasedimen karena sudah

terjadi ubahan namun unsur-unsurnya masih ada. Indikasi batuan metasedimen

inidi lapangan ditunjukan dengan tidak adanya perlapisan (no bedding), no

biogenic structure (tidak ada struktur biogenik), Brayligh, intensif, diberi larutan

HCl mengeluarkan buih. Sehingga dapat ditarik kesimpulan batuan di lokasi ini

merupakan batuan metasedimen (marmer).

Marmer ini berasal dari batu gamping yang memiliki suhu tinggi tetapi

tekanannya rendah. Secara sekilas pandang batuan ini rigid/keras. Pada contoh

gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa warna putih pada batuan ini merupakan

silika yaitu cairan yang mengisi berasal dari magma.

Gambar 3.2. Singkapan batuan di Desa Tanjung Kemala

Lokasi fieldtrip yang kedua yaitu di daerah Kalibalok merupakan daerah yang

termasuk dalam formasi batuan endapan gunung api muda (Qhv) yang terdiri dari

batuan lava (andesit-basalt) breksi dan tufa. Adapun identifikasi yang dilakukan

dilapangan antara lain fragmennya angular/menyudut, terdapat mineral Klorit

yang berwarna hijau (lihat gambar 5.2), batuannya memiliki banyak variasi warna

(warna-warni) karena alterasi hidrotermal, diberi larutan HCL tidak berbuih

(batuan beku) serta tidak adanya perlapisan (no bedding). Disebut batuan breksi

Laporan SWG Page 13

Page 14: I.pendahuluan (Autosaved)

karena butiran fragmennya meruncing, jika butiran fragmennya bulat maka

disebut konglomerat.

Gambar 3.3. Singkapan batuan di Kalibalok

Lokasi terakhir yaitu di kampus Unila memiliki geologi regional yang merupakan

batas antara satuan batuan Lampung dan Endapan Gunungapi Muda. Aktivitas

Gunung Betung di masa lalu menghasilkan lelehan andesit hingga ke Unila.

Keberadaan akuifer pada Formasi lampung yang tertutup oleh material vulkanik

dan intrusi/pluton.

Secara umum geologi regional daerah kajian memiliki satuan batuan yang

diantaranya:

1. Kuarsit Sidodadi (Pzgk) : kuarsit dengan sisipan sekis-kuarsa

2. Tarahan (Tpat) : tuff padu, breksi dengan sisipan rijang

3. Lampung (QTl) : tuff, riolit, batu lempung dan batu pasir

4. Gunung Api Muda : lava, breksi, dan tuff.

Laporan SWG Page 14

Page 15: I.pendahuluan (Autosaved)

IV. METODOLOGI

4.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain:

Survey Geolistrik :

1. Resistivity meter (Oyo) berfungsi sebagai pengukur resistivitas.

2. Meteran berfungsi untuk megukur jarak antara C1, P1, P2 dan C2.

3. Kabel geolistrik berfungsi untuk mengukur C1, P1, P2 dan C2 agar dapat

diketahui arus dan tegangan dalam tanah.

4. Elektroda berfungsi sabagai penghantar listrik.

5. Palu berfungsi sebagai pemukul.

6. Aki berfungsi untuk memberikan tegangan.

Survey Gravity :

1. Seperangkat Gravitimeter

2. GPS

3. Peta Geologi dan peta Topografi

4. Penunjuk Waktu

5. Alat tulis

6. Kamera

7. Pelindung Gravitimeter

8. Dan beberapa alat pendukung lainnya

Survey Magnetik :

1. Magnetometer:1 buah

2. GPS:1 buah

3. Kompas:1 buah

Laporan SWG Page 15

Page 16: I.pendahuluan (Autosaved)

4. Rollmeter:1 buah

5. Arloji:1 buah

6. Alat tulis menulis :1 set

4.2. Metodologi

Geolistrik

Gambar 4.1. diagram alir geolistrik

Gravity

Setelah peralatan telah tersedia, langkah awal untuk pengukuran adalah

menggunakan peta geologi dan peta topografi, hal ini bertujuan untuk menentukan

lintasan pengukuran dan base station yang telah diketahui harga percepatan

gravitasinya. Akan tetapi ada beberapa parameter lain yang dibutuhkan juga

dalam penentuan base station, lintasan pengukuran dan titik ikat. Antara lain

adalah :

Laporan SWG Page 16

Pengolahan data dengan software Rest2dinv

Page 17: I.pendahuluan (Autosaved)

Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal.

Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta.

Lokasi titik pengukuran harus mudah dijangkau serta bebas da ri gangguan

kendaraan bermotor, mesin, dll.

Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima

sinyal dari satelit dengan baik tanpa ada penghalang.

Magnetik

Sebelum memulai pengambilan data, atau pengoperasian alat-alat

tersebut, pertama-tama baterai dipasang pada console, lalu staff (tongkat

penyangga) disusundengan sensor, console dimasukkan ke dalam backpack yang

dipasang di badankemudian setelah itu semua kabel konektor dipasang dan

dilakukan tuning denganmengambil kuat sinyal yang paling kuat sesuai

dengan harga medan di daerah pengukuran, lalu setelah itu dilakukan pensettingan 

konfigurasi waktu sepertihari,tanggal, jam, dan menit saat pengambilan data.

Kemudian konfigurasi

lintasan(modus survey) dan gradiometer disetel dan interval waktu pengambilan d

ataotomatis atau (modus auto). Setelah itu pengambilan data dimulai, saat

pengambilandata ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah arah

sensor

harussesuai dengan arah tanda panah yang tergambar pada sensor, pengambilan d

atadengan modus AUTO dilakukan di tempat yang tetap dan mentransfer data di

memorike computer untuk pemprosesan lebih lanjut. Dalam mengambilan data ini

dilakukandengan settingan horizontal.

4.3. Teknik Akuisisi Data di Lapangan

Adapun teknik akuisisi data di lapangan dengan metode geolistrik yaitu

menggunakan konfigurasi doble dipole (dipole-dipole). Susunan dipole-dipole

banyak digunakan untuk pemetaan (mapping) tahanan jenis batuan secara lateral.

Pengukuran dengan konfigurasi dipole-dipole dilaksanakan untuk mengetahui

kemungkinan adanya struktur geologi, kontinuitas penyebaran lateral formasi dan

lain-lain.

Laporan SWG Page 17

Page 18: I.pendahuluan (Autosaved)

Gambar 4.2 konfigurasi dipole-dipole

Adapun teknik akuisisi data dengan metode gravity yaitu dengan metode looping,

yaitu dimulai pada suatu titik yang telah ditentukan, dan berakhir pada titik

tersebut. Titik acuan tersebut perlu diikatkan terlebih dahulu pada titik ikat yang

sudah terukur sebelumnya.Tujuan dari sistem looping tersebut adalah agar dapat

diperoleh nilai koreksi apungan alat (drift) yang disebabkan oleh adanya

perubahan pembacaan akibat gangguan berupa guncangan alat selama perjalanan.

Adapun teknik akuisis data dengan metode magnetic yaitu dengan metode

looping, yang berarti titik awal pengukuran digunakan juga sebagai titik akhir.

Dalam akuisisi data hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah  noise.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan noise dalah pada saat menentukan arah kutu

butara harus diperhatikan, karena hal ini akan berpengaruh pada data yang akan

didapatkan. Dalam hal ini penentuan kutub utara yang dianggap sebagai

sumber medan magnet bumi ditentukan dengan menggunakan kompas. Selain itu

pembacaandata juga harus diperhatikan dalam penelitian ini.

Laporan SWG Page 18

Page 19: I.pendahuluan (Autosaved)

V.PEMBAHASAN

Kegiatan akuisisi data yang telah dilakukan antara lain menggunakan metode

Gravity , Magnetik dan Geolistrik serta pengenalan geologi. Daerah tambang bijih

besi kawasan Tanjung Bintang merupakan tempat akuisisi data yang pertama.

Dimana kami melakukan 2 metode geofisika di daerah tersebut yaitu metode

Gravity dan Metode Magnetik. Kemudian hari selanjutnya kami melakukan

kegiatan fieldtrip geologi Lampung di Desa Tanjung Kemala dan di daerah

Kalibalok. Terakhir kami melakukan akuisisi data Geolistrik di daerah lahan

pertanian di dekat kompleks dosen UNILA. Sebelum melakukan interpretasi,

perlu diketahui dahulu bagaimana keadaan geologi regional daerah tersebut.

Geologi Regional digunakan untuk membatasi interpretasi serta sebagai dasar

penentuan interpretasi daerah tersebut.

Secara umum geologi regional daerah kajian memiliki satuan batuan yang

diantaranya:

1. Kuarsit Sidodadi (Pzgk) : kuarsit dengan sisipan sekis-kuarsa

2. Tarahan (Tpat) : tuff padu, breksi dengan sisipan rijang

3. Lampung (QTl) : tuff, riolit, batu lempung dan batu pasir

4. Gunung Api Muda : lava, breksi, dan tuff.

Untuk lokasi pengukuran Gravity dan Magnetik yaitu di Tanjung Bintang

merupakan batas antara satuan batuan Lampung dan Kuarsit Sidodadi yang

berumur tua. Keberadaan Gunung Langgar menunjukan adanya aktivitas

magmatis di masa lampau, dimana intrusi yang ditemukan berupa granit, diorite

dan granodiorit. Diduga daerah ini batuan pluton yang menerobos formasi kuarsit

Sidodadi sehingga menghasilkan pembentukan sumber daya emas dan bijih besi.

Laporan SWG Page 19

Page 20: I.pendahuluan (Autosaved)

Dalam metode gravity yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat

variasi rapat massa batuan dibawah permukaan, sehingga dalam pelaksanaanya

yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari satu titik observasi terhadap

titik observasi lainnya. Dari hasil interpretasi menggunakan software grav2d

metode gravity maka dapat dianalisa bahwa daerah tambang bijih besi Tanjung

Bintang memiliki nilai densitas yang besar. Metode yang dilakukan dalam

pengukuran merupakan metode looping untuk koreksi drift dimana titik

pengkuran akhir berada pada titik pengukuran awal. Metode gravitasi tergantung

pada variasi lateral dan kedalaman dalam kepadatan material bawah permukaan.

Kepadatan dari tanah atau batuan merupakan fungsi dari densitas mineral

pembentuk batuan, porositas medium, dan densitas dari cairan mengisi ruang pori.

Dalam metode magnetic, data akuisisi diprosessing dengan menggunakan

surfer. Metode magnetic ini digunakan pada daerah tambang bijih besi. Sebaran

data relatif lebih memadai di sebelah Timur Laut daerah penelitian. Klosur –

klosur rapat ada disebelah timurlaut daerah penelitian, sedangkan klosur kurang

rapat ada di tengah daerah penelitian menyebar kearah selatan, barat dan barat

laut. Anomali tertinggi ada di Timur Laut sekitar 600 nT pada koordinat (8300,

2800).

538100 538150 538200 538250 538300 538350 538400 538450 538500 5385509402700

9402750

9402800

9402850

9402900

9402950

9403000

-950-900-850-800-750-700-650-600-550-500-450-400-350-300-250-200-150-100-50050100150200250300350

Gambar 5.1. hasil surfer magnetic

Laporan SWG Page 20

Page 21: I.pendahuluan (Autosaved)

Gambar 5.2. Peta anomali medan magnetik total dengan interval kontor

100nT

Lokasi terakhir yaitu di kampus Unila memiliki geologi regional yang merupakan

batas antara satuan batuan Lampung dan Endapan Gunungapi Muda. Aktivitas

Gunung Betung di masa lalu menghasilkan lelehan andesit hingga ke Unila.

Keberadaan akuifer pada Formasi lampung yang tertutup oleh material vulkanik

dan intrusi/pluton. Dari hasil interpretasi maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Laporan SWG Page 21

Page 22: I.pendahuluan (Autosaved)

Gambar 5.3. Penampang 2D geolistrik

Dari hasil interpretasi geolistrik seperti gambar di atas maka dapat dianalisa

bahwa daerah yang berwarna merah dengan resistivitas sekitar 1000-2500 ohm

meter terdapat batuan andesit. Namun dengan melihat daerah akuisisi di lapangan

maka dapat diperkirakan bahwa daerah berwarna merah di bagian atas dekat

permukaan merupakan batuan dangkal tempat pengukuran yaitu berupa paving

blok. Sehingga daerah yang paling berpotensi keterdapatan batuan andesit yaitu

daerah berwarna merah yang berada di bawah permukaan dengan nilai elevasi

dibawah 88meter dengan nilai error 69,1% serta nilai resistivitas sekitar 1000-

2500 ohm meter.

Laporan SWG Page 22