intan purwasih

Upload: wira-hidayatullah

Post on 05-Jul-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    1/79

    RANCANG BANGUN SUMBER ENERGI TERBARUKAN

    SECARA HYBRID (KUMPARAN DAN BAHAN

    PIEZOELEKTRIK PVDF) DENGAN MEMANFAATKAN

    CANTILEVER SEBAGAI PENGGETAR

    Disusun oleh :

    INTAN PURWASIH

    M 0206045

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi sebagian

    persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Fisika

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    Juli, 2010

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    2/79

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini dibimbing oleh:

    Pembimbing I

    Ir. Ari Handono R, M.Sc., Ph.D.

    NIP. 19610223 198601 1 001 

    Pembimbing II

    Drs. Iwan Yahya, M.Si.

    NIP. 19670730 199302 1 001 

    Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada:

    Hari : Senin

    Tanggal : 5 Juli 2010

    Anggota Tim Penguji:

    1.  Dr. Eng. Budi Purnama, S.Si., M.Si. (.................................)

    NIP. 19731109 200003 1 001 

    2.  Drs. Cari, MA., Ph.D. (.................................)

    NIP. 19610306 198503 1 001

    Disahkan Oleh

    Jurusan Fisika

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Dekan FMIPA UNS

    Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.

    NIP. 19600809 198612 1 001 

    Ketua Jurusan Fisika

    Drs. Harjana, M.Si., Ph.D.

    NIP. 19590725 198601 1 001 

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    3/79

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Rancang

    Bangun Sumber Energi Terbarukan Secara Hybrid (Kumparan dan Bahan

    Piezoelektrik PVDF) dengan Memanfaatkan Cantilever sebagai Penggetar” 

     belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

    tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga belum pernah ditulis atau

    dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini

    dan disebutkan dalam daftar pustaka. 

    Surakarta, 21 Juli 2010

    Intan Purwasih

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    4/79

    MOTTO

    “Dengan ilmu kehidupan akan menjadi mudah, dengan seni

    kehidupan akan menjadi indah, dan dengan agama kehidupan

    akan menjadi terarah” (H.A Mukti Ali) 

    “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi -mimpi itu” 

    (Arai)

    “Semua akan berlalu dengan waktu, tapi dapatkanlah

    kepuasan dari semua itu” (penulis) 

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    5/79

    PESEMBAHAN

    Karya kecilku ini aku persembahkan teruntuk:

    Ayah Ibu tercinta

      i’ll be d’ best 4 u

     

    Acik dan Pahan i love u so much

    Ari beruang maduku hm?love u ajah

    Sahabat i very proud of u

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    6/79

    RANCANG BANGUN SUMBER ENERGI LISTRIK TERBARUKAN

    DECARA HYBRID (KUMPARAN DAN BAHAN PIZOELEKTRIK PVDF)

    DENGAN MEMANFAATKAN CANTILEVER SEBAGAI PENGGETAR

    Intan Purwasih

    Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret

    [email protected] 

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilakukan untuk memaksimalkan fungsi sistem cantileverdalam menghasilkan energi listrik. Sumber energi yang digunakan adalah bahan

     piezoelektrik dan kumparan. Dari sistem cantilever, bahan piezoelektrik diberi

    variasi frekuensi dan beban cantilever sedangkan kumparan diberi variasi

    frekuensi masuknya magnet, jumlah lilitan dan besarnya medan magnet. Hasilnya,

    frekuensi dn pemberian beban pada sistem cantilever sebanding dengan tegangan

    yang dihasilkan oleh bahan piezoelektrik dan kumparan sedangkan jumlah lilitan

    dan medan magnet sebanding dengan tegangan yang dihasilkan oleh kumparan.

    Kata kunci: sistem cantilever, frekuensi, bahan piezoelektrik, kumparan, magnet,

     jumlah lilitan

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    7/79

    HYBRID ENERGY RENEWABLE RESOURCE (COIL AND PVDF

    PIEZOELECTRIC MATERIAL) DESIGN BY UTILIZING CANTILEVER

    AS A VIBRATOR

    Intan Purwasih

    Departement of Physics, Mathematics and Natural Sciences Faculty,

    Sebelas Maret University

    [email protected] 

    ABSTRACT

    This research designed to maximize the function of cantilever system to

    generating electrical energy. The source of energy is the piezoelectric material and

    the coil. The cantilever system is given by the variation frequency and increase of

     beam of the piezoelectric material and the load coil given frequency variation

    while the entry of the magnet, the number of windings and magnetic field

    magnitude. The result, the frequency and increase of beam of the cantilever

    system is proportional with generated voltage by piezoelectric materials and the

    coil while the number of windings and the magnetic field is proportional to the

    voltage generated by the coil.

    Keywords: cantilever system, frequency, piezoelectric materials, coils, magnets,

    number of windings

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    8/79

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum wr. wb. 

    Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

    “R ancang Bangun Sumber Energi Terbarukan Secara Hybrid (Kumparan dan

    Bahan Piezoelektrik PVDF) dengan Memanfaatkan Cantilever sebagai

    Penggetar”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi

    ini penulis melibatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam

    kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1.  Bapak Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan FMIPA Universitas

    Sebelas Maret.

    2.  Bapak Drs. Harjana, M.Si., Ph.D. selaku ketua jurusan Fisika FMIPA

    Universitas Sebelas Maret.

    3. 

    Bapak Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing I,

    yang telah memberikan bimbingan selama penelitian, memberi motivasi, bimbingan, saran serta kesabaran dalam penyusunan skripsi.

    4. 

    Bapak Iwan Yahya, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah memberikan

    kesabaran, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.

    5.  Bapak Mohtar Yunianto, M.Si., selaku pembimbing akademik, terima kasih

    atas semuanya.

    6.  Ayah ibu dan seluruh keluarga tercinta terima kasih atas dukungan moral dan

    material yang tak terkirakan.

    7. 

    Arie Beruang maduku, terima kasih atas semuanya, terutama mau

    mendengarkan semua keluh kesah sampai kegembiraanku.

    8.  Bapak Fendi Aji P., S.Si, Mas David, Mas Danang, Mas Aris, Fuad, Ismail

    terima kasih atas semua bantuannya.

    9.  Sahabatku: Anis, Astri Souljah, Bec Ty, Mahmudah Fariz, Mentari Laila

     Nugroho, tiada hari terindah di Solo selain dengan kalian.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    9/79

    10. Temen-temenku tercinta fisika 2006, etin, galuh&nurul(wah, lu2s duluan),

    sarroh, mbk yuli, mb anik, cia, herna, diah, eka, ike, mb sofi, bundo, yanti,

    rahma, herlina, fajri, defi, ryanti, mb lesti, mbk leti, widi, novi, siska, yovita,

    hasto, fatoni, sigit, nanang, toriq, dewan, muklis, agus d2, udin, hsbr, chris,

    terima kasih atas semua dukungan, bantuan, dan semangatnya.

    11. 

    Adik-adikku angkatan 2007, 2008 dan 2009.

    12. Temen-temen kost Dewi Sumbi, ulva, ninuk, dinah, mita, tyas, novi, via, sari,

    terima kasih semangatnya.

    13. Dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu sehingga skripsi

    ini dapat terselesaikan. Semoga Alloh memberikan keberkahan dan

    mencatatnya sebagai amalan yang baik, Amiin.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa struktur maupun isi penulisan

    skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan

    saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Semoga dapat

    menjadikan manfaat.

    Wassalamu’alaikum wr. Wb 

    Surakarta, 21 Juli 2010

    Intan Purwasih

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    10/79

    10 

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii

    HALAMAN PERNYATAAN ............................................................ iii

    HALAMAN ABSTRAK ...................................................................... iv

    HALAMAN ABSTRCT ...................................................................... v

    PERSEMBAHAN ................................................................................ vi

    KATA PENGANTAR ......................................................................... vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................ xii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1

    I.1. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

    I.2. Perumusan Masalah ......................................................... 2

    I.3. Batasan Masalah .............................................................. 3

    I.4. Tujuan Penelitian ............................................................. 3

    I.5. Manfaat Penelitian ........................................................... 3

    I.6. Sistematika Penulisan ...................................................... 4

    BAB II. KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 5

    2.1. Bahan Piezoelektrik ....................................................... 5

    2.1.1. Aplikasi Bahan Piezoelektrik ................................ 10

    2.1.2. PVdF ..................................................................... 11

    2.2. Gerakan Selaras Sederhana ............................................. 122.3. Cantilever  ........................................................................ 15

    2.3.1. Karakteristik Cantilever  ........................................ 15

    2.4. Induksi elektromagnetik.................................................. 16

    2.4.1. Percobaan Faraday ................................................ 17

    2.4.2. Hukum Lenz ......................................................... 19

    2.5. Pengukuran simpangan .................................................. 20

    2.5.1. Sensor GP2D12 ..................................................... 21

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    11/79

    11 

    2.5.2. Mikrokontroler ...................................................... 22

    2.5.3. ADC 0804 ............................................................. 23

    2.5.4. Perangkat Lunak Pengukur Simpangan ................ 23

    2.5.5. Komponen Serial Port  untuk Delphi .................... 23

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................. 25

    3.1 Metode Penelitian .......................................................... 25

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................ 25

    3.3. Alat dan Bahan ............................................................. 25

    3.4. Rancangan Alat............................................................. 26

    3.5 Tahapan penelitian ........................................................ 27

    3.5.1. Pembuatan Pulley ............................................... 27

    3.5.2. Pembuatan Sistem Cantilever ............................. 28

    3.5.3. Pembuatan Kumparan ........................................ 29

    3.5.4. Kalibrasi Sensor Simpangan............................... 29

    3.5.5. Pengujian Kinerja Kumparan dan PVdF ............ 30

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 32

    4.1. Kalibrasi Sensor Simpangan ......................................... 32

    4.2. Magnet .......................................................................... 33

    4.2.1. Massa Magnet ..................................................... 33

    4.2.1. Medan Magnet .................................................... 34

    4.3. Cantilever  ..................................................................... 34

    4.3.1. Penentuan Frekuensi ........................................... 35

    4.4. Pengujian Kinerja Bahan Piezoelektrik ........................ 38

    4.5. Pengujian Kinerja Kumparan ...................................... 40

    4.5.1. Pengujian Kinerja kumparan dengan 12 Magnet 404.5.2. Pengujian Kinerja kumparan dengan 10 Magnet 41

    4.5.3. Pengujian Kinerja kumparan dengan 8 Magnet . 41

    BAB V ............................................................................................. 44

    5.1. Kesimpulan .................................................................. 44

    5.2. Saran ............................................................................ 44

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 45

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 46

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    12/79

    12 

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Pengukuran massa magnet .......................................................... 33

    Tabel 4.2 Pengukuram medan magnet ........................................................ 34

    Tabel 4.3 Data jumlah lilitan dan tegangan yang dihasilkan

    untuk 12 magnet ........................................................................ 43

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    13/79

    13 

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Piezoelektrik dalam menghasilkan energi listrik .................... 4

    Gambar 2.2 Pembangkit listrik dari magnet dan Pembangkit

    listrik dari piezoelektrik ......................................................... 5

    Gambar 2.3 Proses pengutuban, (a) sebelum pengutuban,

    (b) menghasilkan tegangan meskipun elektroda

     berada di atas suhu Curie, (c) menghilangkan

    tegangan dan mendingin (cold down) .................................... 5

    Gambar 2.4 Gaya pada arah 1 dan elektroda pada permukaan 3 ................ 6

    Gambar 2.5 Arah elektroda pada permukaan 1 dan memotong

    tekanan ( stress) ...................................................................... 7

    Gambar 2.6 Penampang material piezoelektrik dalam arah gaya

     pada arah (3) dan permukaan (3) ........................................... 7

    Gambar 2.7 Material piezoelektrik dengan kondisi tekanan yang

    kompleks ................................................................................ 8

    Gambar 2.8 Hubungan antara tegangan, arah pengutuban dan gaya ......... 9

    Gambar 2.9 Koordinat polarisasi material piezo ....................................... 10

    Gambar 2.10 Struktur PVDF ....................................................................... 11

    Gambar 2.11 Struktur rantai PVDF ............................................................. 11

    Gambar 2.12 Struktur ikatan kimia yang mengalami defect ....................... 12

    Gambar 2.13 Gerak akibat gaya pemilih elastik .......................................... 14

    Gambar 2.14 Gelombang yang muncul dari defleksi cantilever .................. 16

    Gambar 2.15 Iduksi elektromagnet Faraday ................................................ 18Gambar 2.16 Induksi gaya gerak listrik memotong garis gaya ................... 20

    Gambar 2.17 Software pengukur simpangan ............................................... 21

    Gambar 2.18 Grafik hasil pengujian GP2D12 ............................................. 22

    Gambar 3.1 Rancangan penelitian ............................................................. 26

    Gambar 3.2 Diagram penelitian ................................................................. 27

    Gambar 3.3 Pulley yang digunakan sebagai penggetar cantilever............. 28

    Gambar 3.4 Sistem cantilever dengan statif............................................... 28

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    14/79

    14 

    Gambar 3.5 Bagan dalam dalam variasi frekuensi .................................... 29

    Gambar 3.6 Kalibrasi sensor simpangan.................................................... 30

    Gambar 3.7 Bagan pengambilan data ....................................................... 31

    Gambar 4.1 Grafik kalibrasi simpangan dan waktu ................................... 32

    Gambar 4.2 Koreksi grafik simpangan Vs waktu ...................................... 35

    Gambar 4.3 Grafik penentuan frekuensi dengan pemberian tegangan

    Pada motor 200 V dan jumlah magnet 12 .............................. 36

    Gambar 4.4 Grafik Penentuan frekuensi dengan pemberian

    tegangan pada motor 160 V dan jumlah magnet 12 ............... 37

    Gambar 4.5 Hubungan frekuensi dengan tegangan PVDF pada

    variasi penmbahan beban cantilever  ...................................... 38

    Gambar 4.6 Stress dan pemampatan yang dialami cantilever  ................... 39

    Gambar 4.7 Pengujian kinerja kumparan dengan 12 magnet .................... 41

    Gambar 4.8 pengujian kinerja kumparan dengan 10 magnet..................... 42

    Gambar 4.9 Pengujian kinerja kumparan dengan 8 magnet ...................... 42

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    15/79

    15 

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Data kalibrasi sensor simpangan ............................................ 42

    Lampiran 2 Pengukuran massa dan medan magnet ................................... 48

    Lampiran 3 Penentuan frekuensi ............................................................... 52

    Lampiran 4 Tabel hasil pengujian kinerja bahan piezoelektrik ................. 62

    Lampiran 5 Tabel hasil pengujian kinerja kumparan ................................ 63

    Lampiran 6 Data sheets bahan piezoelektrik yang digunakan

    dalam penelitian ..................................................................... 64

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    16/79

    16 

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. 

    Latar Belakang Masalah

    Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan vital dalam pembangunan

    ekonomi dan pembangunan sosial, karena dengan adanya listrik yang memadai,

    aman, dan terjangkau merupakan faktor penting dalam pergerakan ekonomi rakyat

    yang dapat mempengaruhi taraf hidup masyarakat. Adanya energi listrik tidak

    lepas dari pembangunan sumber energi listrik, baik yang berasal dari fosil, gas,

    air, nuklir dan angin. Hampir semua kebutuhan konsumsi listrik dipenuhi dari

     pembangkit listrik yang menggunakan sumber dari fosil yang merupakan sumber

    energi yang tak terbarukan (EET), sedangkan pemenuhan dari sumber energi

    listrik yang terbarukan (ET) belum optimal karena belum kompetitif dibandingkan

    dengan sumber energi konvensional minyak dan gas bumi.

    Tentu terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sumber

    energi listrik dan juga kesediaannya di alam. Sumber energi tak terbarukan yang

     berasal dari fosil ketersediaan di alam sudah semakin menipis, karena terus

    menerus dieksploitasi. Sehingga perlu adanya sumber tenaga listrik yang baru

    untuk memenuhi kebutuhan baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar.

    Permasalahan energi yang ada adalah bagaimana cara menggantikan sumber

     bahan bakar fosil dengan sumber energi yang baru dan terbarukan dan ramah

    lingkungan. Pengupayaan energi alternatif tersebut dapat membantu dalam

    memenuhi asupan energi listrik dan mengurangi dampaknya, misalnya pemanasan

    global yang akan memperluas penipisan ozon karena sumber energi fosil juga

    menghasilkan CO2.Pembangkit listrik yang sudah ada merupakan pembangkit yang

    disediakan khusus untuk menghasilkan listrik. Akan lebih efektif jika dapat

    membangkitkan energi listrik dengan memanfaatkan energi yang terbuang.

    Energi-energi yang tidak terpakai bahkan tidak diinginkan dapat dijadikan sumber

    energi listrik dengan cara mengkonversikannya. Salah satu energi yang belum

    termanfaatkan ialah energi getaran. Energi getaran sering tidak diinginkan karena

    dapat menimbulkan bising. Energi getaran dapat dikonversikan ke energi listrik

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    17/79

    17 

    dengan berbagai cara, misalnya dengan pemanfaatan kumparan dan bahan

     piezoelektrik.

    Kumparan dapat menghasilkan listrik jika terjadi perubahan fluks dan

    energi getaran dapat memicu perubahan fluks. Sedangkan bahan piezoelektrik

    mempunyai kemampuan sebagai mekanisme tranformasi energi mekanik yang

    umumnya berasal dari getaran menjadi energi listrik, sehingga dapat digunakan

    sebagai sumber energi (Sodano dkk, 2005). Piezoelektrik merupakan bahan yang

    mempunyai kemampuan untuk menghasilkan energi untuk menghasilkan energi

    listrik dengan efisiensi konversi energi yang tinggi (Swallow dkk. , 2008).

    Sistem yang ada sekarang ialah pembangkit listrik bahan piezoelektrik

    dengan cantilever , tapi akan lebih efektif jika dalam satu sistem terdapat lebih dari

    satu sumber energi. Cantilever  yang bergetar dapat menggerakkan magnet yang

    masuk ke dalam kumparan, sehingga terjadi perubahan fluks magnetik, demikian

     juga cantilever   memberikan defleksi pada bahan piezoeketrik sehingga terjadi

     polarisasi muatan dan dapat menghasilkan listrik. Dengan demikian dalam satu

    sistem cantilever   terdapat dua sumber energi listrik yaitu dari kumparan dan

     bahan piezoelektrik. Banyak hal yang dapat mempengaruhi keduanya dalam

    menghasilkan listrik, salah satunya sistem cantilever . Dari sistem cantilever  dapat

    dipelajari defleksi dan frekuensi yang diberikan terhadap tegangan yang

    dihasilkan oleh kumparan dan bahan piezoelektrik. Dengan mengetahui apa saja

    yang berpengaruh, maka dapat mengoptimalkan produksi listrik untuk ke

    depannya.

    1.2. Perumusan Masalah

    Kumparan dan bahan piezoelektrik dapat digunakan untuk menghasilkanlistrik dengan memanfaatkan defleksi cantilever . Namun, bagaimana merancang

    kumparan dan bahan piezoelektrik agar mendapatkan energi listrik pada saat yang

     bersaaman. Dari rancangan tersebut dapat diketahui apa saja yang dapat

    mempengaruhi dalam menghasilkan energi listrik.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    18/79

    18 

    1.3. Batasan Masalah

    Permasalahan yang dibatasi dalam penelitian ini adalah:

    1. 

    Pengukuran defleksi cantilever  dengan menggunakan sensor inframerah.

    2. 

    Cantilever  terbuat dari bahan stainless steal. 

    3.  Kumparan yang digunakan dengan diameter kawat 0,25 mm dan jumlah

    lilitan 600, 800, 1000,1200.

    4.  Jumlah lilitan, magnet dan frekuensi cantilever   dikaji dalam hubungan

    antara tegangan yang dihasilkan oleh kumparan.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang dilakukan adalah :

    1.  Mengetahui hubungan defleksi sistem cantilever   terhadap tegangan yang

    dihasilkan oleh kumparan dan bahan piezoelektrik.

    2.  Mengetahui hubungan tegangan yang dihasilkan kumparan dengan jumlah

    lilitan dan medan magnet.

    1.5. Manfaat Penelitian

    Manfaat dalam penelitian ini diantaranya:

    1.  Dapat memberikan data sehingga memperoleh hubungan antara defleksi

    cantilever   terhadap tegangan yang dihasilkan kumparan dan bahan

     piezoelektrik.

    2.  Dapat mengaplikasikan alat simpangan yang mengoptimalkan fungsi kerja

    komputer.

    3.  Dapat mengaplikasikan kumparan dan bahan piezoelektrik dalam

    menghasilkan energi listrik pada sistem lainnya.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    19/79

    19 

    1.6. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai

     berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini menjelaskan tetang latar berlakang masalah, perumuasan masalah,

     batasan masalah, tujuan penelitian, manfaaat penelitian dan sistematika penulisan

    skripsi.

    BAB II : KAJIAN PUSTAKA

    Bab ini memaparkan tentang dasar-dasar teori yang menunjang penelitian,

    diantaranya teori tentang bahan piezoelektrik, gerak selaras sederhana, cantilever ,

    induksi elektromagnetik, pengukuran simpangan.

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini meliputi tempat melaksanan penelitian dan menguraikan

     perancangan alat serta tahapan penelitian.

    BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini membahas kalibrasi sensor simpangan, magnet, cantilever ,

     pengujian kumparan, pengujian bahan piezoelektrik.

    BAB V : KESMPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pengerjaan proyek akhir

     penulisan skripsi serta saran-saran untuk pengembangan berikutnya.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    20/79

    20 

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Bahan Piezoelektrik

    Jacques dan Currie menemukan fenomena piezoelektrik pada tahun 1880,

    yang mana piezoelektrik merupakan katagori material yang mempunyai sifat unik.

    Penerapan  stress  pada kristal piezoelektrik akan membangkitkan listrik karena

    terjadi polarisasi muatannya.

    Gambar 2.1. Piezoelektrik dalam menghasilkan energi listrik

    Contoh bahan piezoelektrik alami adalah quartz , yang merupakan bahan

     piezoelektrik yang paling stabil, sedangkan bahan piezoelektrik buatan contohnya

    lead zirconate titanate (PZT) dan  polyvinylidene frouride (PVdF). Kemungkinan

    hampir semua bahan piezoelektrik berupa polymer (PVdF) dan keramik (PZT).

    Material dari polymer bersifat lentur dan fleksibel, sehingga mempunyai

    dielektrik rendah daripada keramik. Piezoelektrik keramik monolitik bersifatkaku, berat dan dihasilkan dalam bentuk balok, sehingga terdapat penambahan

    massa dan kekakuan struktur.

    Pembangkit listrik magnetik dan piezoelektrik mempunyai prinsip kerja

    yang hampir sama (kim, 2002). Pembangkit listrik dari magnet menggunakan

    energi mekanik untuk diubah menjadi medan magnet. Perubahan medan magnet

    menghasikan gaya untuk menggerakkan elektron bebas. Dalam membangkit

    Domain piezoelektrik

    Elekroda

    Gaya

    Regangan

    TeganganPiezoelektrik

    Elekroda

    Tegangan

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    21/79

    21 

    listrik piezoelektrik, elektron bebas bergerak dengan mengubah medan listrik

    yang berada di dalam kristal.

    Gambar 2.2. Prinsip kerja pembangkit listrik dari magnet dan pembangkit listrik

    dari piezoelektrik (Kim, 2002)

    Pada piezoelektrik keramik, adanya properti dielektrik menjadi sesuatu

    yang penting. Posisi muatan tidak berada di tengah kristal, membuat perubahan

    kutub. Arah dari tengah ke muatan positif dinamakan arah pengutuban ( poling

    direction) dan secara umum ialah distribusi keseluruhan secara acak dari

     polykristal piezoelektrik, yang ditunjukkan pada Gambar (2.3.) arah pengutuban

    ini dapat dimodifikasi dengan panas dan kondisi tegangan. Kristal piezoelektrik

    mempunyai karakteristik suhu, yang dikenal dengan suhu Curie. Biasanya bahan

     piezoelektrik mempunyai spesifikasi suhu Curie  masing-masing. Sesekali ada

     bahan piezoelektrik yang dipanaskan di atas suhu Curie, sehingga akan

    kehilangan polarisasinya dan arah pengutuban baru akan muncul sebagai aplikasi

    dari tegangan yang dihasilkan material piezoelektrik. Arah pengutuban muncul

    kemudian menghasilkan tegangan.

    Gambar 2.3. Proses pengutuban, (a) sebelum pengutuban, (b) menghasilkan

    tegangan meskipun elektroda berada di atas suhu Curie, (c) menghilangkan

    tegangan dan mendingin (cold down) (Kim, 2002).

    Arah pengutuban menjadi properti yang sangat penting pada material

     piezoelektrik, karena tegangan yang dihasilkan bergantung pada arah pengutuban,

    hubungan input-output   muatan. Hubungan yang paling penting pada material

     piezoelektrik dalam menghasilkan energi listrik ialah antara tekanan ( stress) dan

    Rotasi

    Gaya

    a b c

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    22/79

    22 

    muatan (charge) dan pemberian konstanta peizoelektrik (d ). Nilai d   ialah

    konstanta yang diberikan pada keadaan statis. Untuk keadaan statis, rangkaian

    terbuka pembangkit tegangan berada dalam hubungan:

     Dij=d ijk  lk   ....(2.1)

    dengan  D  ialah muatan listrik per area (C/m2),   merupakan pemberian tekanan

    ( stress) (N/m2) dan d  ialah konstanta piezoelektrik (C/N). Ketika tekanan ( stress)

    mengarah secara logitudinal dari sistem, hubungan di atas dapat dituliskan sebagai

     berikut:

     D3=d 31 11  ....(2.2)

    Untuk indeks pertama menunjukkan permukaan, sedangkan indeks kedua

    menunjukkan arah yang ditemukan dalam elastisitas ketentuan umum indeks.

    Untuk konstanta piezoelektrik, indeks pertama menunjukkan arah pengutuban (P)

    dan indeks yang kedua menunjukkan arah gaya atau medan yang diberikan.

    Sehingga, indeks dari  D menunjukkan arah permukaan dari elektroda.  D3  berarti

    muatan mengumpul pada elektroda-elektroda, mereka menutupi permukaan

    material piezoelektrik normal pada arah 3 yang dapat ditunjukkan pada Gambar

    (2.4.).

    Gambar 2.4. Gaya pada arah 1 dan elektroda pada permukaan 3 (Kim, 2002)

    Secara umum material piezoelektrik (4 mm dan 6 mm untuk kelas kristal)

    mempunyai 5 konstant a piezoelektrik (d   ) yaitu d 31, d 32, d 33, d 15, d 24, semua

    sisanya berharga nol. Konstanta d31 sama dengan konstanta d 32 dan konstanta d 15 

    sama dengan konstanta d 24. sehingga hanya ada 3 distrik konstanta piezoelektrik.

    Besarnya hubungan diantara konstanta ialah d 15>d 33>d 31. Secara umum material

     piezoelektrik d 33  dua kali lebih besar dibandingkan d 31  dan d 15  lima kali lebih

     besar dari d 31. Bahkan meskipun d 15  merupakan jumlah yang terbesar, yang

     berarti 5 gaya memotong dapat menghasilkan energi lebih daripada pemberian

    1

    3

    P   

    Elektroda

    Elektroda

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    23/79

    23 

    gaya, arah 15 ini ialah memotong tekanan ( stress) yang ditunjukkan pada Gambar

    (2.5) yang sangat sulit untuk merealisasikan dalam struktur yang sebenarnya.

     D3=d 15 13  ....(2.3)

    Gambar 2.5. Arah elektroda pada permukaan 1 dan memotong tekanan

    ( stress) (Kim, 2002).

    Dan selanjutnya jumlah yang paling besar ialah pada arah d 33 tetapi sangat

    sulit untuk diaplikasikan dalam struktur yang sebenarnya.

    Gambar 2.6. Penampang material piezoelektrik dalam arah gaya pada arah (3) dan

     permukaan (3) (Kim, 2002 ).

    Dalam struktur yang sebenarnya, keadaan tekanan ( stress) konstan yang

    digambarkan pada Gambar (2.4) sampai (2.6) ialah jarang terjadi. Jika distribusi

    tekanan ( stress) tidak konstan, maka distribusi elektriknya juga tidak akan

    konstan. Sebagai contoh, mempertimbangkan konsisi tekanan dalam Gambar

    (2.7.) tekanan terdapat pada elektroda yang lebih atas (upper), sementara

     pengembangan terdapat pada lapisan bawah (lower) elektroda.

    Gambar 2.7. Material piezoelektrik dengan kondisi tekanan ( stress) (F) yang

    kompleks (Kim, 2002 ).

     P 

    1

    3

    P 2h

    F

    F

    F

    F

     

    1

    3

     

    P

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    24/79

    24 

    Jika sistem ialah simetris dan pemberian gaya besarnya sama dengan arah

    kebalikan, elektroda keduanya (upper   dan lower   ) akan mempunyai potensial

    listrik yang sama (Gambar 2.8). Dengan demikian, adanya perbedaaan tegangan

    tidak akan terlihat di antara elektroda. Sehingga energi tidak dapat dihasilkan pada

    kondisi gaya ini.

    Gambar 2.8. Hubungan antara tegangan, arah pengutuban dan gaya (Kim, 2002 ).

    Secara numerik hunbungan antara medan listrik dengan tekanan ( stress)

    ialah:

     E=-g 31 (x3 )  .....(2.4)

    dengan  g 31  ialah konstanta piezoelektrik,  x3 ialah ketebalan dengan arah aksis.

    Dengan demikian, tegangan antara elektroda pada Gambar (2.7) ialah sebagai

     berikut:

    = −313 = 0 … ..(2.5)−  

    Dalam menghasilkan potensial listrik pada material piezoelektrik dan

     potensial elektrik pada elektroda mungkin tedapat perbedaan nilai. Perbedaan ini

    dapat membuat kondisi perbatasan lainnya untuk material piezoelektrik. Sehingga,

     potensial listrik ialah konstan antara elektroda dan adanya distribusi tekanan

    ( stress).

    Piezoelektrisitas ialah kemampuan dari suatu benda (pada umumnya

     polymer   dan keramik) untuk menghasilkan potensial listrik sebagai response

    terhadap tekanan mekanik yang diberikan. Efek piezoelektrik adalah suatu efek

    yang reversible, dimana terdapat efek piezoelektrik langsung direct piezoelectric

    effect ) dan efek piezoelektrik balikan (converse piezoelectric effect ). Efek

     piezoelektrik langsung adalah produksi potensial listrik akibat adanya tekanan

    mekanik. Sedangkan efek piezoelektrik kebalikan adalah produksi tekanan akibat

     pemberian tegangan listrik, contohnya adalah kristal lead zirconate titanate yang

    akan mengalami perubahan dimensi sampai maksimal 0.1 % jika diberi tegangan

    P P

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    25/79

    25 

    listrik. Pada sebuah kristal piezoelektrik, muatan listrik positif dan muatan listrik

    negatif adalah terpisah, tetapi tersebar secara simetris. Sehingga secara

    keseluruhan kristal bersifat netral.

    Besarnya efek piezoelektrik dalam sederhananya dapat dijelaskan dengan

    vektor dari polarisasi.

     P = P  xx + P  yy + P  zz   .....(2.6)

    Gambar 2.9. Koordinat polarisasi material piezo.

    dalam hal ini,  x, y, z  menunjukkan sebuah konvensional sistem ortogonal

    yang dihubungkan pada sumbu kristal. Dalam axial stress () dapat dituliskan:

     P  xx = d 11   xx + d 12   yy + d 13   zz

     P  yy = d 21   xx + d 22   yy + d 23   zz

     P  zz  = d 31   xx + d 32   yy + d 33   zz

    Dengan d mn merupakan koefisian piezoelektrik sepanjang sumbu ortogonal

     pada kristal. Dimensi dari koefisien adalah muatan unit per gaya atau C/N

    (Colomb/ Newton) (Fraden, 1993).

    2.1.1 Aplikasi bahan piezoelektrik

    Bahan piezoelektrik mempunyai sifat unik yang dapat diaplikasikan dalam

     banyak bidang, terutama pada sensor dan penghasil energi listrik. Contoh

     penggunaan banhan polymer piezoelektrik PVdF ialah untuk pengukuran beban

     benturan (impact force sensor ), pengukuran reaksi beban dinamis dari bagian-

     bagian telapak kaki manusia saat penapakkan kakinya di tanah (  shoes insole

     sensor ), elastic band sensor   sensor ini untuk pengukuran beban dan deformasi

    z

    x

    y

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    26/79

    26 

    yang besar, beberapa kegunaan sensor elastis band adalah untuk pengukuran

    kekuatan tarikan anggota badan manusia (peralatan fitness) dan juga untuk

    membedakan gerak anggota badan manusia saat duduk (apakah seseorang sedang

     bergeser, atau sedang berayun dan sebagainya).

    2.1.2. PVdF ( Poly Vinylidene Flouride)

    Bahan polymer piezoelektrik didominasi oleh polymer feroelektrik dari

    keluarga PVdF yang ditemukan pada tahun 1969.

    Gambar 2.10. Struktur PVdF

    Dargaville dkk (2005), bahan polymer piezoelektrik PVdF (Polyvinylidine

     Floride)  merupakan bahan polymer semi kristal yang secara komersial dalam

     bentuk bubuk, pelet atau berupa film semi transparan (dengan ketebalan antara

    range  8 sampai 110 µm). PVdF mempunyai suhu meleleh (melting)  pada

     pendekatan di suhu 170 C dan termasuk pada lelehan kental sesuai dengan proses

    leleh tanpa menggunakan bantuan, bahan tambahan dan stabilisator.  Polymer  

    dapat juga larut diproses karena daya larutnya biasanya dalam bahan pelarut polar

    (misalnya, MNP dan DMAc). Suhu transisi kaca secara khas berada di kisaran -

    40oC sehingga saat berada pada suhu kamar polymer dapat menyesuaikan dengan

     properti mekanik yang baik. PVdF non-piezoelektrik mempunyai banyak

    kegunaan dalam coanting , insulasi kabel, tabung fleksibel dan bagian dari

     pegangan material radioaktif. PVdF disintesis dengan penambahan polimerisasi

    dari monomer CH2=CF2. Ketika menghasilkan homopolymer  (misalnya dari 100%

    monomer CH2=CF2) secara umum rantai PVdF mempunyai struktur reguler

    secara bergantian kelompok CH2 dan CF2.

    Gambar 2.11. Struktur rantai PVdF (Dargaville dkk, 2005)

    F

    CC

    H

    H F

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    27/79

    27 

     Namun, polymerisasi terkadang mempunyai daerah yang tidak lengkap

    sehingga terdapat unit monomer yang terbalik (hand-to-hand  dan tail-to-tail ) yang

    seharusnya dipenuhi dengan rangkaian hand-to-tail   (dengan definisi hand  

    merujuk pada ikatan CF2 dan tail  merujuk pada ikatan CH2 ).

    Gambar 2.12. Struktur ikatan kimia PVdF yang mengalami defect  (cacat)

    (Dargaville dkk, 2005).

    Menurut kondisi polymerisasi yang khusus kelompok defect   berjumlah

    antara 3,5 sampai dengan 6 %, meskipun perbandingan lebih tinggi dari kelompok

    defect   ini telah diperoleh secara sintesis yang khusus. Jumlah kelompok defect  

    mempunyai pengaruh penting pada struktur kristal yang dipercaya mempunyai

    andil pada properti piezoelektrik.

    2.2. Gerakan Selaras Sederhana

    Sears dan Zemansky (1971), bila suatu benda melakukan gerak bolak balik

    terhadap suatau titik teredam, maka benda itu dikatakan bergetar. Contoh serupa

    dengan semacam ini ialah gerak benda yang digantungkan pada sebuah pegas,

    gerak ayunan bandul yang amplitudonya kecil, dan gerak pemimbang pada arloji.

    Getaran tali pada kolom udara alat-alat musik merupakan gerak harmonik atau

    superposisi. Berdasarkan teori atom modern, orangg-orang menduga bahwa

    molekul-molekul benda padat dapat begertar degan gerakan yang hampir

    harmonik terhadap kisi-kisi (lattice) tetapnya, walapun gerak molekul-moekul itu

    tentunya tidak dapat kita lihat secara langsung.

    Dalam setiap bentuk gerak gelombang, partikel medium yang dilalui oleh

    gelombang akan bergetar dengan gerak harmonik atau dengan superposisi gerak

    harmonik. Bahkan hal ini juga berlaku untuk gelombang cahaya dan gelombang

    radio dalam ruang hampa, akan tetapi yang bergetar dalam hal ini bukanlah

    Kelompok defect  

    Tail-

    to- tail

     Hand-to-

    hand

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    28/79

    28 

     partikel materi, melainkan intensitas listrik dan magnet yang bersangkutan dengan

    gelombang tersebut. Sebagai contoh terakhir, persamaan-persamaan yang

    melukiskan sifat suatu rangkain listrik yang mana terdapat arus listrik bolak-balik

    mempunyai bentuk yang sama dengan persamaan gerak harmonik untuk benda

    atau materi. Dengan demikian, jelas kiranya bahwa untuk banyak bidang ilmu

    fisika, pengetahuan tentang gerak harmonik ini sangatlah penting untuk dipelajari.

    Telah ditunjukkan bahwa apabila suatu benda berubah bentuk gaya yang

    menyebabkannya adalah proposional dangan besarnya perubahan, asalkan batas

     proposional elastisitas tidak dilampaui. Perubahan mungkin berupa pertambahan

     panjang, seperti tali karet atau pegas sulur, atau penyusutan panjang, atau

    melengkungnya pegas daun, atau putiran batang terhadap sumbunya. Istilah

    “gaya” disini diartikan secara luas, dapat berari gaya, atau gaya putar (torque),

    atau tekanan, atau apa saja yang dapat menimbulkan perubahan bentuk. Jika gaya

    yang dimaksud adalah dorongan atau tarikan dalam mana perubahan bentuk yang

    terjadi hanya berupa perpindahan titik tangkap gaya, maka gaya da perpindahan

    dihubungkan berdasarkan Hukum Hooke,

     F=kx  .....(2.6)

    dalam hal ini k   adalah sebuah konstanta proposionalitas yang disebut konstanta

    gaya k (N/m), dan  x  adalah perpindahan posisi kesetimbangannya (m). Dalam

     persamaan ini,  F   berarti gaya (N) yang harus dikerjakan terhadap suatu benda

    elastis untuk menghasilkan perpindahan  x. Gaya yang mana benda elastis itu

    menarik kembali suatu benda yang lekat padanya disebut gaya pemulih (restoring

     force) yang sama dengan  – kx.

    Supaya lebih jelas, umpamakan sebuah plat tipis baja, misalnya daun

    gergaji, dijepitkan vertikal pada sebuah catok, lalu pada unjung atasnyadelakatkan sebuah benda kecil, seperti pada Gambar (2.13). Andaikan plat itu

    cukup panjang dan perpindahan unjungnya cukup kecil, sehingga gerak ujung plat

    menuruti sebuah garis lurus, dengan massa plat diabaikan.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    29/79

    29 

    Gambar 2.13. Gerak akibat gaya pemulih elastik (Sears dan Zemansky, 1970)

    Misalkan ujung plat itu ditarik ke kanan sejauh A, seperti pada Gambar

    (2.13.), lalu dilepaskan. Maka terhadap benda yang dilekatkan itu akan bekerjagaya pemulih yang dilakukan oleh plat baja itu dan mengarah ke posisi

    kesetimbangan O. Akibat benda itu beroleh kecepatan menurut gaya ini, dan

    menuju ke pusat dengan kecepatan yang semaikn besar. Akan tetapi, bertambah

     besarnya kecepatan ini tidak konstan, karena gaya yang menimbulkan percepatan

    itu menjadi semakin kecil bila benda semakin mendekati pusat.

    Ketika benda sampai di pusat, gaya pemulih sudah berkurang menjadi nol,

    akan tetapi akibat kecepatan yang sudah diperoleh, benda itu “melewati” posisi

    kesetimbangan yang terus bergerak ke kiri. Segera setelah posisi kesetimbangan

    terlewati, gaya pemulih timbul lagi, tetapi sekarang arahnya ke kanan. Akibatnya

     benda melambat, perlambatan ini semakin besar sesuai dengan bertambahnya

     jarak dari O. Karena itu benda itu akhirnya akan berhenti di suatu titik sebelah kiri

    O, lalu mengulangi geraknya kembali ke arah yang berlawanan.

    Baik percobaan maupun teori menunjukan bahwa gerak tersebut terbatas

     pada jarak sejauh kurang lebih A disebelah titik keseimbangan, dan tiap gerak

     bolak-balik memakan waktu yang sama lamanya. Sekali mulai, gerak itu langsung

    terus-menerus apa bila tidak ada energi yang hilang akibat gesekan. Gerak seperti

    ini, yaitu yang terjadi akibat gaya pemulih elastik dan dalam keadaan tidak ada

    gesekan sama sekali, disebut  gerak harmonik sederhana  (Simple Harmonic

     Motion, disingkat SHM).

    Setiap gerak yang terjadi berulang-ulang dalam selang waktu yang sama,

    disebut gerak berkala atau periodik, dan jika geraknya pulang balik dalam lintasan

    yang sama, disebut gerak osilasi. Satu getaran penuh atau daur penuh, berarti satu

    O

     A

    ab-kx

     A x

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    30/79

    30 

    kali pulang-balik, misalnya dari a ke b lalu kembali lagi ke a, atau O ke b ke O ke

    a dan kembali ke O.

    Waktu periode atau periode gerak, dilambangkan dengan ( T ), adalah

    waktu yang diperlukan untuk satu kali getaran penuh. Frekuensi (  f ), adalah

     jumlah getaran persatuan waktu. Jelas bahwa frekuensi adalah kebalikan dari

     periode T , atau T=1/f . Satuan mks-nya, yaitu satu daur per sekon, atau disebut

    hertz (1 Hz). Koordinat pada saat sembarang,  x ialah jarak lintasan, yang dihitung

    dari posisi kesetimbangan (titik tengah lintasan). Amplitudo (  A ) ialah koordinat

    maksimum, sehingga jarak total gerak ialah 2 A.

    2.3 Cantilever  

    Cantilever   ialah balok yang diperpanjang dengan posisi horizontal.

    Sebagian besar penghasilan energi dari getaran atau vibration energy harverting  

    (VEH) diperoleh pada perangkat resonansi mekanik, yang diharapkan sesuai

    dangan spektrum getaran. Terdapat elemen dari perangkat yang bervariasi secara

    umum (induksi, piezo, magnet), karena mereka didasarkan pada gaya, gerak

    osilasi teredam. Pada penggunaannya di material piezoelektrik untuk

    mendapatkan energi listrik secara optimal

    2.3.1 Karakteristik Cantilever  

    Konstanta spring dari defleksi vertikal dengan pemberian beban

    ditunjukkan dengan persamaan berikut:

    = = 3

    43   … . . (2.7)dalam hal ini K  ialah indikasi total konstanta spring dari cantilever (N/m), h ialah

    defleksi dikarenakan oleh beban (m),  E   menunjukkan modulus elastisitas dari

    cantilever (N/m2), dan w, d   dan  L  merupakan indikasi lebar, ketebalan dan

     panjang. Frekuensi resonansi utama atau primary resonance frequency ialah:

      = 12  ∗ = 2(0,98)2    … . . (2.8) 

    dalam hal ini     indikasi dari kerapatan cantilever   (kg/m3) dan m* 

    mengindikasikan massa efektif cantilever   (kg). Massa efektif cantilever  

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    31/79

    31 

    dihubungkan dengan massa beam (mb )  dan diwakili dengan m*=nmb, n  ialah

    faktor geometrik dari beam dan m merupakan massa beam (kg). Sebagai contoh,

    untuk papan cantilever  berbentuk persegi, n-nya bernilai 0,24 (Park dkk., 2009).

    Gelombang yang muncul

    Gambar 2.14. Gelombang yang muncul dari defleksi cantilever .

    Amplitudo adalah simpangan maksimum yang diukur dari titik

    kesetimbangan dari titik B A B. Posisi pada saat tidak ada gaya neto yang bekerja

     pada partikel yang berosilasi disebut dengan titik setimbang (Resnick dan

    Halliday, 1978).

    2.4. Induksi Elektromagnetik

    Induksi magnetik ialah gejala timbulnya induksi gaya gerak listrik

    (electromotive force) di dalam untai listrik apabila untai listrik itu berada di dalammedan magnet yang bervariasi terhadap waktu. Induksi gerak listrik ditemukan

    dan diselidiki oleh Faraday dan Lenz.

    A

    B

    C

    L

    B

    C

    B B

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    32/79

    32 

    2.4.1. Percobaan Faraday

    Tahun 1831 Faraday mengamati gejala-gejala yang terlihat pada Gambar

    (2.15.)

    a. 

    Perubahan arus pada kumparan I menyebabkan timbulnya arus induksi

     pada kumparan II yang berada di dekatnya. Arus induksi ini ternyata

    sebanding dengan daya hantar kumparan. Jadi sebenarnya yang terinduksi

     bukan arus tetapi gaya gerak listrik (electromotive Force). Makin cepat

     perubahan arus pada kumparan I maka makin besar gaya gerak listrik

    induksi di kumparan II. Lebih lanjut gaya gerak listrik induksi itu timbul

    hanya pada waktu ada perubahan kuat arus di kumparan II.

    Gambar 2.15. Induksi elektromagnetik Faraday ( Soedojo, 1985)

     b.  Induksi gaya gerak listrik ini terjadi pula apabila kumparan I diganti

    dengan batang magnet yangg digerak-gerakkan mendekati dan menjauhi

    kumparan II. Jadi induksi gaya gerak listrik ini tentu berhubungan kuat

    Kumparan I Kumparan II

    (a) 

    (b)

    (c)

    US

    US

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    33/79

    33 

    dengan perubahan kuat medan magnet yang mengenai kumparan I yang

    dialiri arus listrik itu juga bersikap sebagai magnet batang. Dengan

    mengubah arus di kumparan I berubah pula medan magnet yang

    ditimbulkan. Perubahan kuat medan magnet itu menyebabkan tepi-tepi

    kumparan II memotong garis-garis gaya magnet yang dipancarkan dari

    kumparan I.

    c.  Cakram konduktor yang diputar pada sumbunya akan memperlihatkan

    timbulnya induksi gaya gerak listrik antara pusat dengan tepi cakram

    tersebut apabila tegak lurus pada cakram dikenakan medan magnet. Hal ini

    menunjukkan bahwa timbulnya induksi gaya gerak listrik itu karena

    elemen-elemen radial cakram yaitu ruji-ruji yang banyak dan berimpitan

    satu sama lain yang lalu membentuk cakram, memotong garis-garis gaya

    magnet sehingga muatan-muatan listrik bebas yaitu elektron-elektron

     bebas yang dikandungnya yang ikut bergerak terputar itu mengalami gaya

    Lorentz, sehingga bergerak ke arah radial. Jadi dalam hal ini timbulnya

    gaya gerak listrik dipandang sebagai akibat memotongnya elemen-elemen

    konduktor dengan garis gaya magnet. Sejauh ini Faraday hanya pada

    kesimpulan bahwa induksi gaya gerak listrik karena memotongnya

    kumparan maupun konduktor dengan garis gaya magnet.

    Faktor yang mempengaruhi besarnya gaya gerak listrik yang diinduksi

    diantaranya bahwa induksi bergantung pada waktu, semakin cepat terjadinya

     perubahan medan magnet, induksi gaya gerak listrik semakin besar. Tetapi gaya

    gerak listrik tidak sebanding dengan laju perubahan medan magnet ( B), justru

    sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik ( ), yang bergerak melintasiloop seluas A, yang didefinisikan pada Persamaan (2.10).

      = B A =B A cos   ............(2.10)

    Medan magnet ( B) dalam Tesla dan fluks magnetik ( ) dalam Weber ,

    disini adalah komponen medan magnet yang tegak lurus permukaan kumparan

    dan (   ) adalah sudut antara B dengan garis yang tegak lurus permukaan

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    34/79

    34 

    kumparan. Jika fluks yang melalui loop kawat dengan  N   lilitan berubah sebesar

      dalam waktu t , maka besarnya gaya gerak listrik dalam waktu itu adalah:

    Gaya gerak listrik (ggl) = − ∆    ...............(2.11)Tanda minus menunjukkan bahwa gaya gerak listrik selalu

    membangkitkan arus yang medan magnetnya berlawanan dengan asal perubahan

    fluks, yang dikenal dengan Hukum Lenz (Giancoli, 1977).

    2.4.2. Hukum Lenz

    Berdasarkan Hukum Newton ke-3 (aksi=reaksi), Lenz pada tahun 1834

    mengemukakan pendapat bahwa gaya gerak listrik induksi ialah suatu reaksi atas

     perubahan medan magnet yang dicakup atau yang mengenai kumparan. Reaksi itu

    sedemikian rupa sehingga arus listrik dapat mengalir karena induksi gaya gerak

    listrik itu akan menimbulkan medan magnet yang flux garis gaya megnetiknya

    mengkompensasi perubahan flux garis gaya magnetik luar yang dicakup

    kumparan.

    Adapun perumusan secara kualitatif tentang induksi gaya gerak listrik baru

    dikemukakan pada tahun 1845 oleh Neumann. Ia mengatakan bahwa besarnya

    gaya gerak listrik terinduksi sebanding dengan cepatnya perubahan flux garis gaya

    magnetik yang dicakup, atau secara matematik

    = −   ....................(2.12)Tanda (-) pada Persamaan (2.11) di atas, menyatakan arah yang melawan

     perubahan flux garis gaya magnetik yang dikenakan padanya, yaitu sebagaimana

    Hukum Newton ke-3 dipenuhi. Persamaan (2.11) di atas dapat dibuktikan secara

    analitik berdasarkan gaya Lorentz pada muatan listrik yang bergerak dalam medan

    magnet.

    Pergeseran seutas kawat konduktor pada Gambar (2.16) yang panjangnya

    l , dengan kecepatan v pada arah tegak lurus arah memanjangnya, di dalam medan

    magnet yang induksi magnetiknya  B  dengan arah tegak lurus v  akan

    mengakibatkan kawat tersebut memotong garis gaya magnet.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    35/79

    35 

    Gambar 2.16. Induksi gaya gerak listrik memotong garis gaya (Soedojo, 1985)

    Flux garis gaya magnet yang dipotong persatuan waktu ialah:

    = B x l x v  ......(2.13)dengan B ialah medan magnet (Tesla), l  merupakan panjang kawat (m) dan v ialah

    kecepatan muatan (m/s). Adanya induksi gaya gerak listrik ialah akibat

    mengumpulnya muatan listrik yang dikandung dalam kawat, oleh adanya gaya

    lorentz. Dengan menggeser kawat dengan kecepatan v maka muatan bebas dalam

    kawat itupun akan ikut bergeser dengan kecepatan v. Seandainya muatan bebas itu

    q maka gaya Lorentz padanya berdasarkan pada Persamaan (2.13) ialah ke arah

    ujung kawat.

    =

     

     

      ..........(2.14)

    Pengumplan muatan listrik pada ujung ini akan menimbulkan medan

    listrik yang menghalangi pengumpulan muatan listrik lebih lanjut. Pada keadaan

    setimbang kuat medan elektrostatiknya harus sebesar:

     E = v x B  ........(2.15)

    Hingga beda potensial antara kedua ujung kawat yang tak lain ialah gaya gerak

    listrik induksi.

    2.5. Pengukuran Simpangan

    Sensor simpangan terdiri dari sensor infra merah, mikrokontroler, ADC,

    display dalam perangkat lunak Delphi. Sensor ini menggunakan sistem tak sentuh

    dengan dukungan dari PC dan menggunakan perangkat keras sensor   infra merah

    DP2D12 sebagai sensor jarak, ADC 0804, minimum system Ver 3.3  berbasis

    AT89S51 dan melalui antarmuka  serial port . Hasil pengukuran dapat

    diperlihatkan pada monitor komputer dengan menggunakan perangkat lunak

    BB

    B

    BB

    isolator

    isolatorv

    v

    konduktor

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    36/79

    36 

    Borland Delphi 7 berupa tabel data simpangan berserta grafiknya masing-masing

     bereksensi *.xls dan *.jpeg (Purnomo, 2008).

    Gambar 2.17. Perangkat lunak pengukur simpangan

    Alat ukur simpangan ini telah dibuat dengan resolusi dalam cm. Dan alat

    ukur simpangan ini mempunyai jarak baca antara 9,0 ± 0,5 cm sampai dengan

    25,0 ± 0,50 cm dengan tingkat kesalahan maksimum 3,3 %. Simpangan yang

    timbul tidak boleh di bawah jarak 9 cm dan melebihi jarak 25 cm.

    2.5.1. Sensor GP2D12

    Sensor GP2D12 merupakan sensor jarak yang memanfaatkan media

    cahaya infra merah sehingga bersifat sistem tidak sentuh dalam mendeteksi posisi.

    Sensor GP2D12 bekerja dengan prinsip tringulasi, sensor ini terdiri dari LED dan

     Potition Sensitive Detector  (PSD), yang merupakan suatu komponen silikon yang

     beroperasi pada prinsip efek fhotoelektrik, dengan megubah energi cahayamenjadi energi listrik. LED inframerah yang menghasilkan cahaya infra merah

    termodulasi terpancarkan ke objek yang hendak terukur jaraknya dan sebuah

    array  CCD yang berfungsi sebagai detektor infra merah yang akan menerima

     pantulan cahaya infra merah yang akan diukur.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    37/79

    37 

    Gambar 2.18. Grafik hasil pengujian GP2D12 (Purnomo, 2008)

    Mengacu Gambar (2.18), pengujian sensor GP2D12-R memiliki kriteria

    tegangan sebagai fungsi jarak yaitu pada jarak 0 cm sampai 9 cm dan 30 cm

    sampai 80 cm dengan tegangan berubah secara fluktuatif, sehingga pada jarak

    tersebut sensor tidak dapat bekerja dengan baik. Namun, pada jarak 9 cm sampai

    30 cm respon sensor terhadap jarak menunjukkan kecenderungan kurva yang

    linier untuk fungsi jarak sehingga pada jarak tersebut akan dibuat kurva linier

     positif sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi fungsi jarak.

    2.5.2. Mikrokontroler

    Mikrokontroler adalah sebuah komputer kecil yang dibangun dalam

    dimensi sebuah chip atau IC (Integreted circuit). Jenis dan tipe mikrokontroler

    umumnya ditentukan oleh jumlah port input  maupun output  serta banyak memori

    yang dimiliki. Kedua hal tersebut akan menentukan kemampuan dari tiap

    mikrokontroler untuk berinteraksi dengan berbagai perangkat keras lain untuk

    membentuk sebuah sistem pengendali.

    Mikrokontroler yang digunakan ialah AT89S51 yang merupakan keluaran

    Atmel dengan 8K byte Flash PEROM ( Progrmmable and Erasable Read Only

     Memory), AT89S51 merupakan memori dengan teknologi nonvolatile memory, isi

    memory tersebut dapat diisi ulang ataupun dihapus berkali-kali. Memory ini

    uuntuk menyimpang instruksi atau perintah berstandar MCS-51 code  sehingga

    memungkinkan mikrokontroler ini untuk bekerja dalam mode  single chip

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    0 20 40 60 80 100

       V   (   V  o   l   t   )

    Jarak (Cm)

    Pengujian GP2D12

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    38/79

    38 

    operation  yang tidak memerlukan memori luar untuk menyimpang  source code 

    tersebut.

    2.5.3. ADC 0804

    ADC atau pengubah analog ke digital ialah suatu alat yang mampu

    mangubah sinyal masukan analog menjadi keluaran digital. Data-data digital yang

    dihasilkan oleh ADC hanyalah merupakan pendekatan proposional terhadap

    masukan analognya. Hal ini karena tidak mungkin melakukan konversi secara

    sempurna berkaitan dengan kenyataan bahwa informasi digital berubah dalam

    langkah-langkah, sedangkan analog berubah secara kontinyu, misalnya ADC

    dengan resolusi 8 bit menghasilkan bilangan 0 sampai 255 (256 bilangan dalam

    step 255), dengan demikian tidak mungkin menyajikan semua kemungkinan nilai-

    nilai analog. Jika sekarang resolusinya menjadi 20 bit maka akan terdapat

    1.048.575 step, semakin banyak kemungkinan nilai analog yang dapat disajikan.

    2.5.4. Perangakat Lunak Pengukur Simpangan

    Perangakat lunak yang digunakan pada pengukuran simpangan ialahh

     program Borland Delphi 7. Bahasa pengembangan yang digunakan oleh Delphi

    ialah bahasa pascal (object pascal ). Turbo Pascal dikenal dengan kelebihan dalam

    kecepatan eksekusi dan kompilasi, dibandingkan dengan bahasa pemrograman

    lain yang berkembang saat itu. Turbo Pascal versi perrtama diciptakan oleh

    Andres Heljsberg, yang terus dikembangkan oleh Turbo Pascal menjadi bahasa

    yang berorientasi objek ( Object Orientation Programing ) berbasis tampilan

    visual yang menarik. Delphi digolongkan ke dalam bahasa pemprograman tingkat

    tinggi. Ada beberapa keuntungan dalam perancangan aplikasi dalam Delphi,

    antara lain pemograman degan cepat, sederhana dengan mudah, Delphimempunyai kompabilitas yang baik antara versi lama dengan versi barunya. Jenis

    apliikasi yang dirancang dengan delphi sangat luas dan bervariasi.

    2.5.5. Komponen Serial Por t  untuk Delphi

    Untuk menghubungkan dengan port serial  maka diperlukan memograman

    khusus untuk perangakat lunak. Dalam mengakses mikrokontroler dengan

    menggunakan Delphi, perlu menggunakan kode-kode asembler . Program Delphi

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    39/79

    39 

    yang menggunakan kode-kode asembler  ini hanya bisa dijalankan pada komputer

    dengan sistem operasi Windows 98 atau versi sebelumnya. Pada masa sekarang

    sistem operasi Windows 98 sudah jarang digunakan, sedangkan sistem operasi

     program dengan asembler pada sistem operasi Windows XP. Untuk membuat

     program dengan kode asembler   pada sistem operasi Windows XP, maka

     programer harus mengetahui kode alamat perangkat keras yang akan diakses dan

    diperlukan tambahan file*.dll yang biasanya file tersebut dibuat sendiri. Namun,

    library version 3.10 (untuk Delphi 3, 4, 5, 6, 7, 2005, 2006 dan C++  Builder  3, 4,

    5, 6) buatan Dejan Carnila, yang dapat didownload secara gratis ( freeware) dari

    internet.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    40/79

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    41/79

    41 

    3.4. Rancangan Alat

    Secara diagram, rancangan alat untuk menganalisis pengaruh defleksi

     bahan piezoelektrik PVdF dan kumparan terhadap tegangan yang dihasilkan,

    seperti tampak pada Gambar (3.1.).

    Gambar 3.1. Rancangan penelitian

    Keterangan gambar:

    1.  Komputer

    2.  Perangkat mikrokontroler

    3.  Magnet

    4.  Sensor infra merah

    5.  Bahan piezelektrik PVdF

    6.  Kumparan

    7. 

    Voltmeter8.

     

    Milivoltmeter

    9.  Sumber tegangan dan dimmer  

    10. Motor dan pulley 

    Rancangan alat mengacu pada Gambar (3.1), sumber tegangan

    dihubungkan dengan dimmer , fungsi dimmer ialah memberikan variasi tegangan

     pada motor listrik sehingga pulley dapat memvariasi frekuensi simpangan pada

    cantilever . Cantilever   memberikan simpangan pada bahan piezoelektik PVdF

    9

    7

     42

    5

    8

    6

    1

    3 10

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    42/79

    42 

    sehingga terjadi polarisasi padanya dan memberikan simpangan pada magnet

    yang masuk ke kumparan sehingga terjadi perubahan fluk magnetik dan keduanya

    (bahan piezoelektrik dan kumparan) akan menghasilkan tegangan. Simpangan

    yang terjadi pada PVdF dan magnet akan terekam dan dapat ditampilkan dengan

    grafik, karena terdapat sensor infra merah yang dihubungan dengan

    mikrokontroler dan ditampilkan pada komputer. Tegangan yang dihasilkan oleh

    kumparan dan bahan piezelektrik akan terbaca oleh voltmeter. 

    3.5. Tahapan Penelitian

    Dalam penelitian ini, tersusun tahapan penelitian yang ditunjukkan pada

    Gambar (3.2.). Tahapan penelitian ini secara umum terbagi dalam tiga bagian

     besar, yaitu rancangan dan pembuatan alat yang digunakan, pengujian alat dan

    kinerja bahan dan yang terakhir adalah penulisan.

    Gambar 3.2 Diagram tahapan penelitian

    3.5.1. Pembuatan Pulley  

     Pulley digunakan sebagai penghasil getaran yang disambungkan dengan as 

    motor listrik, sehingga saat as motor listrik berputar maka  pulley akan memberi

    Rancangan dan pembuatan sistem cantilever  

    Pembuatan pulley 

    Rancangan Pembuatan kumparan

    Kalibrasi sensor simpangan

    Kesimpulan

    Pengujian kinerja pembangkit energi listrik dari kumparan dan PVdF

    Hasil penelitian dan pembahasan

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    43/79

    43 

     benturan pada cantilever . Akibat dari benturan ini, cantilever   akan berayun dan

    ayunan ini yang diperngaruhi oleh frekuensi pulley yang dibangkitkan oleh motor

    listrik.

    Gambar 3.3. Pulley yang digunakan sebagai sumber penggetar cantilever  

     As motor listrik dimasukkan pada lingkaran putih tepat di tengah lingkaran

    dengan diameter 2 cm dan terdapat lingkaran yang melapisi, tetapi lingkaran ini

    tidak simetris. Bentuk lingkaran yang tidak simetris ini akan menyebabkan

    cantilever  berdefleksi jika ia berputar dan mengenai cantilever .

    3.5.2. Pembuatan Sistem Cantilever  

    Sistem cantilever terbuat dari bahan  stainless steal   sepanjang 30 cm dan

    ditopang pada statif, seperti pada Gambar (3.4).

    Gambar 3.4. Sistem cantilever  dengan statif.

    Cantilever   merupakan penggetar yang digetarkan oleh  pulley  yang

    digerakkan motor listrik. Motor listrik diberi tegangan yang terhubung dengan

    dimmer , sehingga tegangan yang masuk ke motor listrik akan dapat divariasi

    28,8 cm

    6,5 cm

    21,95cm

    1 cm

    2 cm

    1,45 cm

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    44/79

    44 

    karena tegangan sebanding dengan putaran yang dihasilkan oleh motor listrik dan

     pulley  yang digerakkan juga akan dapat divariasi putrannya serta akan

    mempengaruhi frekuensi pada cantilever . Urutan yang dimaksudkan seperti

    ditunjukkan pada gambar 3.5.

    Gambar 3.5. Bagan dalam variasi frekuensi

    Adanya variasi frekuensi cantilever  akan terekam oleh sensor simpangan.

    Variasi frekuensi pada cantilever  terdiri dari variasi tiga beban dengan pemberiantiga massa cantilever yang berbeda, kemudian tiap beban yang diberikan terdapat

    variasi frekuensi dengan cara memvariasi tegangan yang diberikan kepada motor

    listrik.

    3.5.3. Pembuatan Kumparan

    Pembuatan kumparan dengan diameter kawat 0,25 mm dan terdapat empat

    variasi, yaitu 1200 lilitan, 1000 lilitan, 800 lilitan dan 600 lilitan. Kumparan

    dililitkan pada PVC dengan diamater 4 cm dan panjang 8 cm.

    3.5.4. Kalibrasi Sensor Simpangan

    Kalibrasi sensor simpangan bertujuan untuk melihat kinerja display yang

    terdapat pada komputer dengan yang terjadi sebenarnya. Alat yang digunakan

     pada pengujian ini ialah, sensor simpangan, mistar dan objek pemantul. Pengujian

    ini meliputi amplitudo simpangan dan waktu, untuk mengujian ampiltudo

    dilakukan dengan cara memberikan objek pemantul di depan sensor dengan

    gerakan osilasi yang telah ditentukan besarnya amplitudo osilasinya. Besarnya

    amplitudo yang diberikan ialah 3 cm dengan gerakan empat gelombang dengan

     perulangan pengambilan data sebanyak lima kali. Sedangkan untuk pengujian

    waktu dengan cara membandingkan waktu real   bidang pemantul dalam

    menempuh empat gelombang dengan waktu yang tercatat pada gelombang yang

    muncul pada monitor. Kalibrasi sensor simpangan seperti yang ditunjukkan pada

    Gambar (3.6.)

     DimmerMotor

    listrik Pulley Cantilever

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    45/79

    45 

    Gambar 3.6. Kalibrasi sensor simpangan

    Keterangan gambar:

    1.  Mikrokontroler

    2.  Sensor inframerah

    3. 

    Mistar

    4.  Komputer

    5.  Penghalang

    3.5.5. Pengujian Kinerja Kumparan dan PVdF

    Pengujian kinerja kumparan dan PVdF ini didiskripsikan seperti pada

    Gambar (3.1). Untuk dapat mengetahui hubungan yang mempengaruhi kinerja

    kumparan dan bahan piezoelektrik dalam menghasilkan energi listrik, maka

    terdapat berbagai variasi pengukuran. Adapun variasi pengujian sebagai berikut:

    a.  Kumparan

    1. 

    Variasi jumlah lilitan2.

     

    Variasi jumlah magnet

    3.  Variasi frekuensi getaran magnet

     b.  Bahan piezoelektrik

    1. 

    Variasi frekuensi

    2.  Variasi beban cantilever  

    Cara kerja pengujian ialah setiap satu variasi kumparan (terdapat empat

     buah kumparan) maka terdapat tiga buah variasi frekuensi (memvariasi tegangan

    5

    5

    14

    2

    3

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    46/79

    46 

    yang masuk ke motor listrik) dari tiga kali variasi jumlah magnet serta setiap satu

    frekuensi terdapat lima kali pengukuran. Pengujian tegangan yang dihasilkan oleh

    kumparan bersamaan dengan pengujian tegangan yang dihasilkan oleh bahan

     piezoelektrik. Sehingga pada satu sistem terdapat dua sumber energi listrik, yaitu

    dari kumparan dan bahan piezoelektrik. Untuk pengambilan data tegangan yang

    terbaca oleh voltmeter dengan cara meambil tegangan tertinggi dengan durasi

    simpangan limabelas detik dan jarak kumparan dengan cantilever   4 cm. Misal

     pengujian untuk jumlah magnet 8 seperti yang ditunjukkan pada Gambar (3.7.).

    Gambar 3.7. Bagan pengambilan data

    8 magnet

    1000 lilitan

    Frekuensi ke-1

    Frekuensi ke-2

    Frekuensi ke-3

    600 lilitan

    Frekuensi ke-1

    Frekuensi ke-2

    Frekuensi ke-3

    1200 lilitan

    Frekuensi ke-1

    Frekuensi ke-2

    Frekuensi ke-3

    800 lilitan

    Frekuensi ke-1

    Frekuensi ke-2

    Frekuensi ke-3

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    47/79

    47 

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Kalibrasi Sensor Simpangan

    Alat yang digunakan untuk mengukur simpangan menggunakan sistem tak

    sentuh dengan dukungan dari PC dan menggunakan perangkat keras sensor infra

    merah DP2D12 sebagai sensor jarak. Pengujian sensor ini dilakukan agar dapat

    membandingkan besarnya output simpangan yang dari sensor terhadap benda

    yang disimpangkan di depan sensor. Langkah yang dilakukan dengan cara

    menggerakkan benda berwarna putih dengan posisi tegak lurus, kemudian

    memberikan amplitudo dan waktu yang telah ditentukan besarnya.

    Untuk mengkalibrasi amplitudo, langkahnya dengan memberikan gerakan

    simpangan sejauh 3 cm dengan gerakan menjauhi dan mendekati sensor sebanyak

    empat gelombang dan waktu yang tercatat adalah 9,3 detik. Sehingga sensor

    simpangan akan mendeteksi empat gelombang dengan amplitudo bernilai positif

    dan negatif.

    Gambar 4.1. Grafik kalibrasi simpangan dan waktu

    Dari grafik di atas terdapat empat gelombang yang bernilai positif dan

    negatif dengan besar amplitudo 3 cm. Sehingga, untuk pengujian amplitudo

    menghasilkan nilai yang sama antara benda yang disimpangkan di depan sensor

    dengan keluaran berupa grafik yang dihasilkan oleh sensor. Namun, terdapat

    derau yang salah satunya ditunjukkan oleh lingkaran putus-putus.

    -5

    -4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    45

    00:00,0 00:04,3 00:08,6 00:13,0 00:17,3 00:21,6 00:25,9

       S   i  m  p  a  n  g  a  n   (  c  m   )

    Waktu (detik)

    Grafik simpangan Vs waktu

    Waktu real 9,3 detik

    5 23,6

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    48/79

    48 

    Waktu yang tercatat pada grafik untuk menempuh gelombang adalah 18,6

    detik, padahal waktu real   yang diperlukan benda pematul dalam menempuh

    empat gelombang adalah 9,3 detik, sehingga waktu yang dibutuhkan gerakan

    empat gelombang pada benda pemantul mempunyai selisih 9,3 detik. Dalam

     pengukuran sebanyak lima kali menghasilkan rasio waktu yang tercatat pada

    grafik dengan waktu real  adalah (2,026±0,0224) . Sehingga terdapat waktu delay 

    untuk memproses data pada mikrokontroler maupun pada ADC ( Analog Digital

    Converter ). Karena waktu yang terdisplay di monitor ialah waktu yang ada

    dikomputer dan berjalan sesuai dengan data yang telah direkam.

    4.2. Magnet

    Magnet yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah duabelas buah.

    Magnet yang digunakan untuk variasi ialah, duabelas buah, sepuluh buah dan

    delapan buah, dengan penggunaan magnet secara berurutan, misalnya untuk

     penggunaan delapan magnet maka magnet yang digunakan ialah magnet dengan

    nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Dalam pengujian magnet, dibagi dalam dua

     pengukuran yaitu massa dan medan magnet.

    4.2.1. Massa Magnet

    Massa magnet juga mempengaruhi besarnya tegangan yang dihasilkan dan

     juga frekuensi cantilever . Dari data diperoleh, bahwa semakin banyak magnet

    atau semakin besar massa yang ditambahkan pada cantilever  maka frekuensinya

    akan semakin mengecil. Hal ini disebabkan karena beban  pulley  untuk

    memberikan getaran pada cantilever   akan bertambah, sehingga cantilever   akan

    lebih lebih sulit untuk bergetar. Pengukuran massa magnet dengan neraca Ohaus

    dengan suhu 26oC, dengan magnet diberi nomor urut. Magnet yang digunakan

    dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu duabelas magnet,sepuluh magnet dan delapan magnet.

    Tabel 4.1. Pengukuran massa magnet.

    Magnet ke- Massa (gram)

    1 0,598

    2 0,597

    3 0,588

    4 0,596

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    49/79

    49 

    Tabel.4.1. Pengukuran massa magnet (lanjutan)

    Magnet ke- Massa (gram)

    5 0,603

    6 0,616

    7 0,580

    8 0,604

    9 0,593

    10 0,614

    11 0,599

    12 0,598

    4.2.1. Medan Magnet

    Medan magnet mempengaruhi besarnya tegangan yang dihasilkan oleh

    kumparan. Pengukuran medan magnet menggunakan Teslameter dengan jarak

     pengukuran antara magnet dengan Teslameter 1,8 cm. Hal ini disesuaikan dengan

     posisinya di kumparan yang berdiameter 4 cm dan diameter magnet 0,4 cm.

    Tabel 4.2. Pengukuran medan magnet

    Jumlah magnet Medan magnet (Tesla)

    8 0,331±0,003

    10 0,359±0,002

    12 0,376±0,0004

    4.3. Cantilever  

    Simpangan yang terjadi pada cantilever   terekam dalam bentuk grafik

    waktu Vs simpangan. Cantilever  diberi beban yang berupa magnet dengan massa

    masing-masing. Beban tersebut membuat cantilever   tidak tegak lurus, padahal

    detektor infra merah hanya bisa mendeteksi pada pantulan yang tegak lurus. Hal

    ini menyebabkan grafik terdapat derau ke arah amplitudo negatif. Gambar 4.2

    menunjukkan derau dengan nilai simpangan -1, terlihat dengan bagian yang lebih

    tebal pada daerah simpangan negatif yang bernilai -1.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    50/79

    50 

    Gerakan cantilever akan lebih mudah untuk ke bawah daripada gerakan ke

    atas, karena adanya gaya grafitasi yang sebanding dengan massa.

    W = mg   (4.1)

    dalam hal ini W  ialah gaya berat (N), m merupakan massa benda (kg ) dan g  ialah

    konstanta grafitasi ( N/m). Sedangkan detektor infra merah akan mendeteksi

    dengan display amplitudo positif jika terdapat gerakan yang menjauhi sensor dan

    akan memberikan display amplitudo negatif jika benda mendekati sensor. Namun,

     pada Gambar (4.2), terdapat perbedaan amplitudo dengan nilai positif lebih kecil

    daripada nilai negatif. Hal ini terjadi karena pulley diletakkan di bawah cantilever ,

    ketika cantilever  dibenturkan maka akan bergerak ke atas dan saat akan kembali

    ke bawah, cantilever   sudah menerima benturan lagi. Sehingga cantilever   akan

    mempunyai simpangan ke atas lebih jauh dari pada simpangan ke bawah. Karena

     jika menyimpang ke atas tidak terdapat ganguan yang membatasi cantilever dalam

    menyimpang yang berupa  pulley. Misal diambil simpangan pada frekuensi

     pertama untuk delapan magnet.

    Gambar 4.2. Koreksi grafik simpangan Vs waktu

    4.3.1. Penentuan Frekuensi

    Dari grafik simpangan Vs waktu akan menunjukkan frekuensi, penentuan

    frekuensi dengan cara menghitung jumlah gelombang yang terjadi dan selang

    waktunya. Adanya derau dengan arah negatif (ditunjukkan dengan lingkaran

     putus-putus), maka penentuan frekuensi diambil pada gelombang dengan

    amplitudo positif pertama, yang menandakan cantilever   bergerak menjauhi

    -4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    00:07,8 00:16,4 00:25,1 00:33,7 00:42,3 00:51,0 00:59,6

       S   i  m  p  a  n  g  a  n   (  c  m   )

    Waktu (detik)

    Grafik Simpangan Vs waktu

    50,314 9

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    51/79

    51 

    sensor. Misalnya pada Gambar (4.2), terdapat enampuluh gelombang dengan

    selang waktu antara 14,9 detik dan 50,5 detik. Sehingga:

    = 60 

    ∆ = 35,4 detik = 35,22 = 17 ,7 detik  = ∆ = 6017 ,6 = 3,38 Hz

    selang waktu dibagi dua karena terdapat waktu delay yang dibahas pada Sub bab

    (4.1.).

    Cantilever  diberikan perlakuan berbeda dengan variasi beban yang berupa

    magnet. Terdapat tiga variasi, yaitu duabelas magnet yang bermassa 7,186 gram,

    sepuluh magnet dengan massa 5,989 gram dan delapan magnet dengan massa

    4,782 gram. Tiap satu kelompok massa diberikan tiga frekuensi yang berbeda

    dengan cara memvariasi tegangan yang masuk ke motor listrik, sehingga terdapat

    sembilan frekuensi berbeda. Tegangan yang diberikan mulai dari 160 volt sampai

    200 volt dengan selisih 20 volt atau 160 volt, 180 volt dan 200 volt. Pemberian

    tegangan mulai dari 160 volt karena pada tegangan terrsebut  pulley  baru bisa

    memberikan defleksi pada  cantilever , sedangkan tegangan maksimal 200 volt

    karena pada tegangan itu defleksi masih dapat dikendalikan. Dalam massa

    tambahan pada cantilever , maka akan memperngaruhi frekuensi, sehingga

    terdapat sembilan frekuensi yang berbeda.

    a.  Pemberian tegangan 200 volt pada motor listrik

    Gambar 4.3. Grafik penentuan frekuensi dengan pemberian tegangan pada motor

    200 volt dan jumlah magnet 12

    -5

    -4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    00:46,7 00:48,4 00:50,1 00:51,8 00:53,6 00:55,3

       S   i  m  p  a  n  g  a  n   (  c

      m   )

    Waktu (detik)

    Pemberian tegangan 200 volt

    47 5

    53,5

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    52/79

    52 

    Dari Gambar (4.3), diketahui selang waktu adalah 6 detik, waktu ini

    adalah yang tercatat pada komputer maka waktu sesungguhnya adalah 3 detik.

    Dalam tiga detik terdapat sepuluh gelombang, sehingga frekuensi yang dihasilkan

    dari pemberian tegangan papa motor listrik dengan pertambahan massa cantilever  

    sebanyak duabelas magnet adalah 3,33 Hz.

    a. 

    Pemberian tegangan 160 volt pada motor listrik

    Gambar 4.4. Grafik penentuan frekuensi dengan pemberian tegangan pada motor

    160 volt dan jumlah magnet 12

    Dari gambar di atas, terdapat delapan koma lima gelombang dengan

    selang waktu 6 detik sehingga dalam keadaan yang sesungguhnya terjadi delapan

    koma lima gelombang dalam waktu 3 detik. Karena frekuensi adalah jumlah

    gelombang tiap waktu, maka frekuensi dengan pemberian tegangan motor 160

    volt ini adalah 2,83 Hz.

    Perbedaan pemberian tegangan pada motor listrik ternyata memberikan

    nilai frekuensi yang berbeda pula, terbukti dengan Gambar (4.3) dan Gambar

    (4.4.). Hal ini disebabkan, semakin besar arus yang diberikan pada motor listrik

    maka semakin besar gaya tarik menarik dan tolak menolak yang terjadi antara

    kumparan yang dialiri arus tadi dengan magnet tetap, sehingga gerak mekanik

    yang berupa putaran akan semakin cepat.  As motor yang bergerak semakin cepat

    akan membuat  pulley  juga berputar dengan cepat, sehingga akan semakin sering

    menumbuk cantilever   dan frekuensi cantilever   dalam berdefleksi juga semakin

     besar.

    -4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    00:50,100:51,000:51,800:52,700:53,600:54,400:55,300:56,200:57,000:57,9

       S   i  m  p  a  n  g  a  n

       (  c  m   )

    Waktu (detik)

    Pemberian tegangan 160 volt

    51

    57

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    53/79

    53 

    4.4. Pengujian Kinerja Bahan Piezoelektrik

    Dalam pengujian ini diberikan variasi frekuensi pada cantilever   yang

    membuat material piezo ikut bergetar. Bahan  polymer  piezoelektrik (PVdF) akan

    menghasilkan listrik jika mengalami polarisasi saat didefleksikan. Sehingga,

    respon PVdF akan bergantung pada penggetar. Bahan piezoelektrik diberi variasi

    getaran dengan enam variasi frekuensi dan tiga variasi massa pada beban

     penggetar (cantilever ) yang berbeda. Dengan demikian dapat diketahui pengaruh

    frekuensi cantilever  dan pengaruh beban yang diberikan pada cantilever  terhadap

    tegangan yang dihasilkan.

    Dengan penambahan massa dengan duabelas magnet yang ditunjukkan

     pada Gambar (4.5), bahan piezo mengalami kenaikan yang sebanding dengan

    frekuensi yang diberikan.

    Gambar 4.5. Hubungan frekuensi dengan tegangan PVdF pada variasi

     penambahan beban cantilever  

    Dengan penambahan massa sebanyak duabelas magnet, tegangan yang

    dihasilkan sebanding dengan frekuensi yang diberikan. Tegangan yang dihasilkan

    oleh piezoelektrik berasal dari beda tegangan pada elektrodanya. Sesuai dengan

    Persamaan (2.1), muatan sebanding dengan  stress  yang diberikan, dan  stress 

    dipengaruhi oleh gaya dan luasan

    Stress =    (4.2)

    R² = 0,997

    R² = 0,997

    R² = 0,950

    0,6

    1

    1,41,8

    2,2

    2,6

    3

    3,4

    3,8

    2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5

       T  e  g  a  n  g  a  n   (   V   )

    Frekuensi (Hz)

    Frekuensi Vs tegangan bahan piezo8 magnet

    10 magnet

    12 magnet

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    54/79

    54 

    Dalam hal ini,  stress adalah tegangan atau tekanan (N/m2), F adalah gaya

    (N) dan A merupakan luas permukaan (m2) (Kane, 1938). Dan gaya sebanding

    dengan  stress, sehingga jika semakin besar frekuensi maka  stress  yang terjadi

     pada bahan piezo juga akan semakin besar. Muatan-muatan yang terkandung di

    dalamnya akan mengalami polarisasi dan menghasilkan tegangan yang sebanding

    dengan frekuensi yang diberikan.

    Gambar 4.6. Stress dan pemampatan yang dialami oleh cantilever  

    Pada penambahan massa sepuluh magnet dan delapan magnet juga

    mengalami fenomena yang sama dengan penambahan massa duabelas magnet.

    Dari Gambar (4.5), grafik tersebut mempunyai kelinearan hampir mendekati 1

    sehingga frekuensi dan tegangan yang dihasilkan oleh bahan piezoelektrik adalah

    sebanding. Dengan memberikan getaran yang berfrekuensi tinggi, maka bahan

     piezo akan mengalami tekanan lebih besar dibandingkan dengan pemberian

    vibrasi dengan frekuensi rendah.

    Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar (4.5) semakin banyak magnet

    yang diberikan pada cantilever , maka semakin besar tegangan yang dihasilkan.

    Hal ini berhubungan dengan pertambahan beban pada cantilever , semakin

     bertambahnya massa maka gaya yang terjadi akan semaikn besar, sesuai dengan

    Hukum Newton II. Adanya penambahan massa akan memperbesar tekanan,

    karena tekanan adalah gaya persatuan luas. Dari persamaan (2.1), bahwa muatan

    A

    B

    C

    Stress

    Pemampatan

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    55/79

    55 

    listrik per luasan adalah tekanan dikalikan dengan konstanta bahan piezoelektrik.

    Sehingga penambahan beban pada cantilever   sebanding dengan tegangan yang

    dihasilkan.

    4.5. Pengujian Kinerja Kumparan

    Kumparan yang dipakai mempunyai luas penampang berupa lingkaran

    dangan diameter 4 cm. Bentuk lingkaran akan lebih banyak fluks yang melewati

    kumparan daripada bentuk yang lain, misalnya persegi. Karena fluks magnetik

     bergantung pada luas penampang dan medan magnet.

    Pengujian kumparan dan bahan piezoelektrik dilakukan dengan variasi tiga

     buah magnet dan enam frekuensi cantilever . Sehingga dapat diketahui hubungan

    antara tegangan yang dihasilkan terhadap jumlah lilitan dan besarnya frekuensi

    yang diberikan.

    4.5.1. Pengujian Kinerja Kumparan dengan Duabelas Magnet

    Cantilever   dengan beban tambahan berupa magnet sebanyak duabelas

     buah, sehingga beban cantilever   bertambah 7,186 gram. Pada pengujian ini

    terdapat tiga variasi frekuensi cantilever .

    Gambar 4.7. Pengujian kinerja kumparan dengan 12 magnet

    Frekuensi ke-1 dengan pemberian 160 volt pada motor listrik, frekuensi

    ke-2 dengan tegangan 180 volt dan frekuensi ke-3 dengan pemberian tegangan

    200 volt. Sehingga frekuensi ke-1

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    56/79

    56 

    sebesar 3,2 Hz. Dalam pengujian ini, jumlah lilitan sebanding dengan tegangan

    yang dihasilkan, dan frekuensi berbanding lurus dengan tegangan.

    4.5.2. Pengujian Kinerja Kumparan dengan Sepuluh Magnet

    Pada pengujian ini magnet yang digunakan sebanyak sepuluh buah,

    sehingga cantilever   mendapatkan beban tambahan dari magnet sebesar 5,989

    gram. Pengujian ini dilakukan lima kali tiap variasi, dan grafik yang diberikan

    adalah hasil dari rata-ratanya. Berikut grafik hubungan jumlah lilitan dengan

    tegangan yang dihasilkan pada magnet berjumlah sepuluh buah dan variasi

    frekuensi sebanyak tiga.

    Gambar 4.8. Pengujian kinerja kumparan dengan sepuluh magnet

    Frekuensi ke-1 dengan pemberian 160 volt pada motor listrik, frekuensi

    ke-2 dengan tegangan 180 volt dan frekuensi ke-3 dengan pemberian tegangan

    200 volt. Sehingga frekuensi ke-1

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    57/79

    57 

    Gambar 4.9. Pengujian kinerja kumparan dengan delapan magnet

    Frekuensi ke-1 dengan pemberian 160 volt pada motor listrik, frekuensi ke-2

    dengan tegangan 180 volt dan frekuensi ke-3 dengan pemberian tegangan 200

    volt. Sehingga frekuensi ke-1

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    58/79

    58 

    Tabel 4.3. Data jumlah lilitan dan tegangan yang dihasilkan untuk 12 magnet

    Jumlah lilitan

    Tegangan

    frekuensi ke-1

    (V)

    Tegangan

    frekuensi ke-2

    (V)

    Tegangan pada

    frekuensi ke-3

    (V)

    1200 134 156 173

    1000 116 136 147

    800 91 106 121

    600 73 83 87

    2.  Jumlah magnet

    Magnet yang diberikan sebanding dengan medan magnet dan akan sebanding

     pula dengan tegangan yang dihasilkan. Jumlah magnet yang diberikan akan

    membuat magnet semakin panjang sehingga kumparan lebih banyak memotong

    garis-garis gaya magnet. Dengan penambahan beban cantilever   berupa magnet

    yang semakin banyak, maka cantilever   akan berdefleksi lebih besar sehingga

    magnet akan masuk lebih dalam daripada jumlah beban yang lebih sedikit.

    3. 

    Frekuensi cantilever  

    Penggetar akan mempengaruhi perubahan fluks, dan semakin besar frekuensi

    cantilever   maka akan menyebabkan dengan besarnya perubahan fluk sehingga

    tegangan yang dihasilkan oleh kumparan akan semakin besar sesuai dengan

    Hukum Faraday. Gaya gerak listrik terinduksi sebanding dengan cepatnya

     perubahan fluks garis gaya magnetik yang dicakup oleh kumparan, dari

    Persamaan (2.12) berarti perubahan fluks berbanding terbalik dengan waktu yang

    diberikan, demikian pula pada frekuensi cantilever . Besarnya frekuensi

     berbanding terbalik dengan waktu, sehingga terdapat hubungan antara frekuensi

    cantilever   yang memberikan perubahan fluks dengan tegangan yang dihasilkan

    oleh kumparan. Jika pemberian medan magnet yang sama tetapi diberikankecepatan perubahan fluks yang berbeda juga akan mempengaruhi tegangan yang

    dihasilkan. Perubahan fluks diberikan dengan cara memasukkan dan

    mengeluarkan magnet dari kumparan, semakin tinggi frekuensi magnet yang

    keluar dan masuk kumparan maka tegangan yang dihasilkan akan semakin besar.

    Dari Gambar (4.7) sampai dengan (4.9), menunjukkan bahwa semakin besar

    frekuensi yang diberikan pada magnet untuk keluar dan masuk ke kumparan maka

    semakin besar pula tegangan yang dihasilkan.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    59/79

    59 

    BAB V

    KESIMPULAN

    5.1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai

     berikut:

    1.  Pada sistem cantilever , besarnya frekuensi dan penambahan beban berupa

    magnet sebanding dengan tegangan yang dihasilkan oleh bahan

     piezolektrik dan kumparan.

    2.  Tegangan yang dihasilkan oleh kumparan sebanding dengan medan

    magnet dan jumlah lilitan.

    5.2 Saran

    Pada pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini, dapat disarankan

     beberapa hal:

    1. 

    Sumber penggetar dapat dikembangkan, sehingga menghasilkan getaran

    yang konstan dan dapat di kendalikan.

    2.  Dapat divariasi bahan cantilever , sehingga dapat diketahui hubungannya

    terhadap tegangan yang dihasilkan.

    3.  Memvariasi posisi bahan magnet dan bahan piezoelektrik pada cantilever ,

    sehingga diperoleh hubungannya dalam menghasilkan tegangan.

  • 8/16/2019 Intan Purwasih

    60/79

    60 

    DAFTAR PUSTAKA

    Dargaville, Tim R., Celina Ma