ptk-penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran ipa di sd untuk meningkatkan hasil belajar siswa...
DESCRIPTION
Read online only... Lebih lanjut ke: [email protected]TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam lingkup mikro, pendidikan diwujudkan melalui proses belajar
mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas . Proses ini berlangsung melalui
interaksi antara guru dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif.
Melalui proses belajar mengajar inilah peserta didik akan mengalami proses
perkembangan kearah yang lebih baik dan bermakna . Agar hal tersebut dapat
terwujud maka diperlukan suasana proses belajar mengajar yang kondusif bagi
peserta didik dalam melampaui tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan
efektif sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif dan kreatif.
(Surya,1992 : 179)
Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) merupakan salah satu disiplin ilmu yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan,
sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan
pemahaman untuk mengembangkan kompetensinya agar dapat menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Berdasarkan observasi dilapangan adanya temuan bahwa kedudukan dan
fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran saat ini cenderung masih dominan.
Aktifitas guru masih sangat besar dibandingkan dengan aktifitas siswa yang masih
2
rendah kadarnya. Ketika proses belajar mengajar hendaknya terjalin hubungan
yang sifatnya mendidik dan mengembangkan. Guru tidak hanya menyampaikan
materi akan tetapi sebagai figur yang dapat merangsang perkembangan siswa.
Sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum 2006 ( KTSP ) mata pelajaran IPA
di SD/MI pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (
scientific inquiry ) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian
pengalaman langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah, dalam hal ini seorang guru harus memiliki kompetensi
yang cukup sebagai pengelola pembelajaran. Seorang guru yang memiliki
kompetensi diharapkan akan lebih baik dan mampu menciptakan suasana dan
lingkungan belajar yang efektif, sehingga hasil belajar siswa akan optimal.
Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana upaya guru menciptakan
pembelajaran yang optimal dengan komunikasi multi arah, meningkatkan
aktifitas, meningkatkan penguasan konsep, meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, dan meningkatkan prestasi belajar siswa?
Sehubungan dengan hal diatas metode mengajar yang digunakan oleh guru
hendaknya sedemikian rupa bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang
diajarkan. Dengan metode yang variatif inilah siswa akan bergairah dalam belajar
secara inovatif dan kreatif. Metode mengajar yang digunakan guru dalam
interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.
3
Pembelajaran IPA pada pelaksanaannya haruslah diupayakan dalam
kondisi pembelajaran yanga kondusif dalam arti pembelajaran itu harus bersifat
aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan maka dari itu peranan dan
fungsi guru dalam pembelajaran harus dapat memberikan warna dan bentuk
terhadap proses pembelajaran dan dapat menciptakan situasi kelas yang kondusif,
sehingga tujuan penmbelajaran dapat dicapai dengan optimal. Sebagaimana
dikemukakan oleh Uzer Usman (2000: 31) bahwa “Belajar yang efektif harus
mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju kepada
pengalaman yang lebih abstrak .
Galton & Harlen (Yasbiati, 2005: 27) mengemukakan bahwa “Secara
global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkaian tujuan kurikuler pendidikan
sains (IPA) dalam kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik anak agar
memahami konsep sains, memiliki keterampilan ilmiah, dan religius. Keilmiahan
dan tujuan pendidikan IPA sebagimana dipaparkan di atas sudah tentu tidak serta
merta dapat dicapai oleh materi pelajaran IPA, melainkan dengan melibatkan
siswa ke dalam kegiatan didalamnya.” Dengan melibatkan siswa dalam
pembelajaran, siswa dilatih melakukan kegiatan yang dilakukan para ilmuwan
dalam memperoleh ilmu pengetahuan untuk menemukan konsep-konsep serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep jika belajar
menemukan sendiri dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut
sehingga terjadi suasana belajar yang menyenangkan, sebagaimana dikemukakan
oleh Uzer Usman (2000: 31) bahwa “Pengajaran yang menggunakan banyak
4
verbalisme tentu akan cepat membosankan; sebaliknya pengajaran akan lebih
menarik bila siswa gembira belajar karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran
yang diterimanya.”
Dengan demikian banyak hal yang bisa siswa dapatkan melalui metode
pengajaran inkuiri yang akan menggiring siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan lebih jauhnya dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar
IPA, untuk itu penelitian ini diberi judul “Penerapan Metode Inkuiri dalam
Pembelajaran IPA di SD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Cahaya”
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan metode inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA khususnya pada
konsep cahaya ?”
Dari rumusan masalah diatas dapat diperjelas dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman awal siswa terhadap konsep cahaya sebelum guru
menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA ?
2. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri ?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menerapkan
metode inkuiri dalam pembelajaran ?
5
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap konsep cahaya
sebelum guru menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan
metode inkuiri
3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah guru
menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak yang terkait,secara khusus manfaat penelitian ini yaitu:
1. Bagi siswa
a. Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi
dirinya didalam pembelajaran IPA.
b. Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
c. dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman
nyata, memberikan dasar-dasar berfikir konkret sehingga memgurangi
verbalisme, meningkatkan minat belajar dan meningkatkan hasil
belajar.
2. Bagi guru
a. Untuk meningkatkan profesionalisme guru
6
b. Meningkatkan tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru.
c. Memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan
keterampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik serta
mempermudah proses pembelajaran melalui metode inkuiri.
3. Bagi sekolah
a. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPA
dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah
b. Dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembianaan dan
pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidkan.
4. Bagi peneliti, memberi gambaran yang jelas tentang efektifitas
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
E. Klarifikasi Konsep
Untuk menghindari verbalisme atau kesalahan penafsiran istilah dan
memudahkan pemahaman permasalahan penelitian maka perlu kiranya
didefinisikan beberapa istilah penting sebagai berikut:
1. Metode Inkuiri
“Metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru. Metode ini melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental
dalam rangka penemuannya “ (Sumantri, 1998/1999:164).
7
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa metode inkuiri merupakan
metode pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa menemukan sendiri
konsep-konsep ilmu pengetahuan dengan cara melakukan percobaan.
2. Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah. Sebagaimana dalam kurikulum 2006 (KTSP), tujuan mata pelajaran
IPA terutama pada konsep Cahaya di kelas V (Lima) semester 2 diantaranya
untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsp-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan
rasa ingin tahu , sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, serta
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Metode inkuiri merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada
siswa unruk menemukan sejumlah informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Penerapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini menekankan pada kegiatan
pengamatan, eksperimen dan diskusi terhadap sifat-sifat cahaya dengan maksud
agar siswa dapat belajar lebih aktif dan lebih bermakna.
3. Hasil belajar
Hasil belajar biasanya dapat terlihat dari perubahan tingkah laku siswa
setelah melalui proses belajar, karena belajar meupakan proses perubahan tingkah
laku pada seseorang dengan adanya interaksi dengan lingkungannya. Hasil belajar
8
merupakan pembuktian dari kecakapan dan kemampuan yang dimiliki seseorang
yang dapat dilihat dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berfikir maupum keterampilan motorik. (Winataputra,2007)
Berdasarkan pengertian diatas hasil belajar merupakan pembuktian
perubahan tingkah laku melalui proses belajar yang dapat terlihat dari penguasaan
pengetahuan serta ketererampilan motorik.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Penerapan Metode Inkuiri
Metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam
kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau
teknik yang digunakan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan
siswa, diantaranya :
1. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu
siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curriosity)
2. Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang i\untuk
berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
3. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan
masalah.
4. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji
kebenaran sesuatu (Sikap skeptis).
10
5. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan
(Berinkuiry) terhadap sesuatu topik permasalahan.
6. Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
7. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri
(Independent study).
8. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja
sama (cooperative learning).
9. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam
belajarnya.
Metode inkuiri merupakan salah satu metode mengajar. Istilah metode
penemuan/ inkuiri (discovery methode) didefinisikan sebagai suatu prosedur yang
menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan /
pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi
atau penarikan kesimpulan dibuat (Gilstrop, 1975:63)
Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran
(fisika/Sains) dan mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari
pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu gejala. (Koes, 2003:12)
Gage & Barliner (1984 : 490) mengutarakan bahwa dalam metode
penemuan, para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan pemecahan
masalah untuk menjadi miliknya lebih daripada sekedar menerimanya atau
pendapatnya dari seorang guru atau sebuah buku.
Metode inkuiri menurut Mudjito (1998:85) adalah metode yang
mengarahkan murid untuk melakukan kegiatan penelitian dan pemecahan masalah
11
yang kreatif. Peranan guru dalam metode ini adalah adalah membantu murid
untuk memilih topik, mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik,
mengalokasikan sumber-sumber, menarik kesimpulan, dan meneliti kesimpulan
secara kritis. Murid dalam pelaksanaan metode ini harus belajran mengajukan
pertanyaan, menemukan sumber-sumber, mengumpulkan informasi, menyusun
jawaban atau kesimpulan, menyatakan pendapat, dan menganalisa pendapat
sendiri secara kritis.
Metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan
guru. Metode ini melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam
rangka penemuannya. Metode inkuiri memungkinkan para peserta didik
menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk tujuan belajarnya.
(Sumantri,1998/1999:164)
Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta
keterangan, atau penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan (Ahmadi,
1997:76). Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik.
Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa,
tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai
pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang
direncanakan oleh guru (Ahmadi, 1997: 79).
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode
inkuiri merupakan prosedur pengajaran yang menekankan kegiatan siswa secara
mandiri untuk menemukan konsep-konsep keilmuan terutama pada mata pelajaran
12
IPA yang membutuhkan penguasaan berfikir secara ilmiah. Metode ini akan
menggiring siswa lebih aktif melakukan penelitian di dalam maupun di luar kelas
dengan bimbingan guru.
Jenis-jenis metode inkuiri menurut Muhammad Ali (2004:87) diataranya :
1. Inkuiri terpimpin
Pada inkuiri terpimpin pelaksanaan dilakukan oleh siswa berdasarkan
petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan
membimbing.
2. Inkuiri bebas
Dalam inkuiri bebas siswa melakukan penelitian bebas sebagaimana
seorang scientist. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dan penyelidikan
dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep dilakukan sendiri.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi
Berdasarkan masalah yang diajukan guru, dengan konsep atai teori yang
sudah difahami siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenaran.
Menurut Gulo (2002:86-87), peranan utama guru dalam menciptakan
kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah
berpikir.
b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses
berpikir siswa.
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberikan keyakinan pada diri sendiri.
13
d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam
kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan.
f. Manager, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik pada siswa.
1) Prosedur penggunaan metode inkuiri
Menurut Suryosubroto (2002 : 119) menjelaskan langkah-langkah
pemakaian metode inkuiri sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa
2. Pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep,
dan generalisasi yang akan dipelajari.
3. Pemilihan bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan dipelajari.
4. Membantu memperjelas mengenai tugas/ masalah yang akan
dipelajari dan peranan masing-masing siswa.
5. Mempersiapkan tempat dan alat-alat untuk proses penemuan.
6. Mengecek pemahaman tentang masalah yang akan dipecahkan dan
tugas-tugasnya dalam pelaksanaan inkuiri.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan inkuiri
dengan melakukan pengumpulan data dan pengolahan data.
8. Membantu siswa dengan informasi/data yang diperlukan oleh siswa
untuk kelangsungan kerja mereka.
9. Membimbing para siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan
mengarah dan mengidentifikasikan proses yang digunakan.
10. Membesarkan hati dan memuji siswa yang ikut serta dalam proses
inkuiri.
11. Membantu siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide, atau konsep
berdasarkan hasil penemuannya.
14
2) Kelabihan dan kekurangan metode inkuiri
Menurut Moedjiono dan Moh.Dimyati dalam bukunya Strategi Belajar
Mengajar ( Jakarta : 1991/1992) setiap metode dalam pembelajaran tidak lepas
dari kelebihan dan kekurangan , seperti halnya metode inkuiri, yang menjadi
keunggulan atau kelebihan metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Kemungkinan yang besar untuk membantu memperbaiki atau
memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses
kognitif siswa.
2. Memungkinkan pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa.
3. Menimbulkan gairah belajar pada siswa.
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan.
5. Menyebabkan siswa termotivasi untuk belajar.
6. Membantu memperkuat konsep diri siswa.
7. Berpusat pada siswa, berperan sebagai fasilitator dan pendinamisator
dari penemuan.
8. Membantu perkembangan siswa.
9. Tidak menjadikan guru satu-satunya sumber belajar.
Sedangkan kekurangan metode inkuiri diantaranya adalah :
1. Mempersyaratkan suatu proses persiapan kemampuan berfikir yang
dapat dipercaya.
2. Kurang efektif untuk mengajar siswa dengan jumlah yang banyak.
3. Memerlukan fasilitas yang memadai.
4. Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dapat
dimanfaatkan secara optimal.
3) Tujuan penggunaan metode inkuiri pada proses pembelajaran
Metode inkuiri memiliki tujuan diantaranya :
1. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
2. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan.
3. Mengurangi ketergantungan peserta didik kepada guru.
15
4. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan
memproses bahan palajaran.
Metode inkuiri digunakan dengan alasan sebagai berikut :
1. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.
2. Belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah tetapi juga dari lingkungan
sekitar.
3. Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri.
4. Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang
belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa
masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.
Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap
kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).
Walaupun dalam prakteknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat
beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan
bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum
16
yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance
Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan
pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan
suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan
sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa.
Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus
dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini - sesuai dengan
Taxonomy Bloom - siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti
evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat
ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau
dikonstruksi.
Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa
merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator.
Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau
menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat
dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap
konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja
berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam
hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang
17
diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua
jawaban benar.
Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa
diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan
pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk
ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui
produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam
sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara
dengan ahli, dan lain sebagainya.
Menurut aliran progresivisme pendidikan yang dikemukakan oleh Dinn
Wahyudin (2008:4.13) peserta didik dipandang sebagai organisme (subjek) yang
memiliki kemampuan untuk berfikir, mampu menjelajahi kebutuhan, masalah, dan
minatnya sendiri maka guru seharusnya berperan sebagai penyedia berbagai
pengalaman yang akan memunculkan motivasi belajar, pemandu (a guide) bagi
murid-murid dalam merumuskan masalah, kegiatan-kegiatan penyelesaian
masalah dan proyek-proyek mereka; merencanakan tujuan-tujuan individual dan
kelompok dalam kelas untuk digunakan dalam memecahkan masalah; membenatu
para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah; dan
bersama-sama anggota kelas mengevaluasi mengenai apa yang telah dipelajari;
bagaimana mempelajarinya; informasi baru apa setiap siswa peroleh; apa yang
setiap siswa temukan oleh dirinya.
18
Maka dalam hal pembelajaran guru berperan untuk memimpin dan
membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan
kebutuhan peserta didik, sedangkan peserta didik berperan sebagai organisme
yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh.
Metode pendidikan yang diutamakan progresivisme adalah metode
pemecahan maslalah (Problem Solving Methode) serta metode penyelidikan atau
penemuan (Inquiry and Discovery Methode) yang pada pelaksanaannya
dibutuhkan guru yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Permissive (Pemberi kesempatan)
2. Friendly (Bersahabat)
3. A guide (Seseorang pembimbing)
4. Open minded (Berpandangan terbuka)
5. Creative (Kreatif)
6. Sosial aware (Sadar bermasyarakat)
7. Entusiastic (Antusias)
8. Cooperative and sincere (Bekerja sama dan sungguh-sungguh)
B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antar peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arahyang lebih
baik (Mulyasa, 2003:100). Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses
interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan
19
tatap muka maupun kegiatan tidak langsung yaitu dengan cara menggunakan
berbagai media. (Rusman, 2008:159)
Prakteknya, pembelajaran sangat terkait dengan metode mengajar. Dalam
proses perkembangan pendidikan di Indonesia bahwa salah satu hambatan yang
paling menonjol dalam pelaksanaannya adalah metode mengajar. Metode
mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan
oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai
guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas, baik secara individu ataupun kelompok, agar pelajaran dapat diserap,
dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode
mengajar makin efektif pula pencapaian tujuan (Ahmadi, 1997:52). Dalam
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya
pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal yaitu pretest, proses belajar
mengajar, dan postest.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu yang berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
20
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sebagaimana dalam kurikulum 2006
(KTSP), tujuan mata pelajaran IPA diantaranya untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsp-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu , sikap
positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, serta mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
IPA sebagai hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar melalui penyelidikan,
penyusunan, dan pengujian gagasan. Melalui pembelajaran IPA, kerja ilmiah
seperti melalakukan pengamatan, memprediksi dan keterampilan IPA lainnya
serta keterampilan berpikir dapat dilatihkan kepada pesrta didik dalam usaha
memberi bekal pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperlukan untuk
melanjutkan pendidikan maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan di sekelilingnya. Oleh karena itu pengembangan kurikulum
IPA beralih dari pengembangan kurikulum berbasis materi (content-based) atau
21
siswa belajar sejumlah fakta ke pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(competensy-based), dimana ada keseimbangan peningkatan kemampuan
konseptual dan prosedural.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara
langsung. Pada prinsipnya IPA di Sekolah Dasar membekali siswa untuk
mengembangkan kemampuan berbagai cara “mengetahui” dan suatu cara
“mengerjakan” yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara
mendalam, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan dunia yang
sangat cepat.
Pembelajarn Ilmu Pengetahuan Alam sebagai inkuiri adalah suatu
pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa yang harus
ditempuh oleh murid dengan bimbingan guru untuk sampai pada penemuan-
penemuan dan bukan penemuan itu sendiri. Dalam pendekatan inkuiri Ilmu
Pengetahuan alam, yaitu pertama membuat perumusan hipitesis, kedua menguji
hipotesis itu.(Nasution. 2007 : 5.9).
C. Hasil Belajar Siswa
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
yang fositif pada diri seseorang baik dari segi keterampilan, kebiasaan,
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, kecakapan, dan kemampuan yang
dihasilkan dari pengalaman dan pelatihan. Sejalan dengan pendapat Witherington
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2004:155) menyatakan bahwa “Belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon
22
yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan”.
Menurut Crow and Crow dan Hilgard (Nana Sukmadinata, 2005:155)
“Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”
dan menurut Hilgard “Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul
atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”.
“Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya” (Uzer Usman,2000:5).
Menurut Anita E Wool Folk (Sunarvo Kartadinata, dkk, 1999:57)
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman, pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya” sedangkan menurut Garry & Kingsley (Sunarvo K, dkk, 1999:57)
menyatakan bahwa “belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman learning is defined as the modification or strengthening of behavior
through experiencing)” (Oemar Hamalik, 2005:27). Menurut pengertian ini,
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil satu tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian
pengertian,sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan ketrampilan. Hasil belajar bukan
hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti
23
yang nyata jika seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki seseorang sebagai
akibat proses belajar yang telah ditempuhnya.Belajar diarahkan pada pencapaian
sasaran atau tujuan belajar, baik yang berjangka panjang (tujuan institusional,
kurikuler) maupun tujuan jangka pendek (tujuan pembelajaran).Bloom dkk,
membagi tujuan-tujuan pembelajaran menjadi tiga ranah , yaitu kognitif, afektif,
psikomotor, masing-masing ranah tersebut, terbagi atas beberapa sub ranah yang
bersifat hierarkis, mulai dari yang rendah sampai yang tertinggi. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Hasil
bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah
laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur
rohaniah sedangkan unsur motorik adalah unsur jasmaniah. Menurut Oemar
Hamalik (2005:30) menyatakan bahwa “Tingkah Laku manusia terdiri dari
sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-
aspek tersebut, adapun aspek-aspek itu adalah:
1. Pengetahuan
2. Kebiasaan
3. Keterampilan
4. Apresiasi
5. Emosional
24
6. Hubungan sosial
7. Jasmani
8. Etis atau budi pekerti, dan
9. Sikap
Seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat
terjadinya perubahan dalam salah satu aspek atau beberapa aspek tingkah laku
tersebut.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan
rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini
dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang (Designer) belajar
mengajar. Untuk itu guru dituntut menguasai taksonomi hasil belajar yang selama
ini dijadikan pedoman dalam perumusan tujuan instruksional. (Usman,2002:34)
Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan kedalam tiga
kategori, yakni :
1. Domain Kognitif, mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan
(recall), pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Domain Afektif, mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan
penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian, dan
karakterisasi.
3. Domain Psikomotor, mencakup tujuan yang berhubungan dengan peniruan,
manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan.
Dari uraian diatas William Burton (Oemar Hamalik, 2005:31)
menyimpulkan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
25
1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under
going).
2. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran
yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang
mendorong motivasi yang kontinyu.
5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid.
7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman
dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.
8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah.
11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan.
13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-
pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan
kecepatan yang berbeda-beda.
16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Kamus Bahasa Indonesia lengkap (Daryanto,1997) Metode
adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan khususnya dalam hal
ilmu pengetahuan.
Metode penelitian terdiri dari kata “methodology” yang berarti ilmu
tentang jalan yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman tentang sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. (Hatimah. 2007 :83).
Adapun metode penelitian menurut Furchan (2004) adalah strategi umum
yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna
menjawab persoalan yang dihadapi.
Metodologi mengandung makna yang lebih luas menyangkut prosedur dan
cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau
menjawab masalah penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis. Beberapa aspek
yang termasuk didalamnya meliputi metode dan disain penelitian, instrumen
penelitian, sempel penelitian dan teknik pengolahan data serta analisis data.
Metode disain penelitian dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi beberapa
kategori, antara lain metode eksperimen dengan beberapa macam disainnya,
metode penelitian ex post facto, metode penelitian deskriptif dengan berbagai
jenisnya, metode penelitian historis dan lain-lain. Peranan metodologi penelitian
sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan dalam
27
penelitian. Dengan kata lain metodologi penelitian akan memberikan petunjuk
bagaimana penelitian itu dilaksanakan, bagaimana prosedurnya, jenis data mana
yang harus dukumpulkan, alat apa yang digunakan untuk memperoleh data dan
lain sebagainya. (Sujana, 2004 :16)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metodologi
penelitian merupakan prosedur atau cara yang digunakan peneliti untuk membuat
rencana pengumpulan, analisis hingga pengolahan data dalam pemecahan suatu
permasalahan yang tersusun secara sistemaits dan terarah guna mencapai tujuan
penelitian.
Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran melalui metode penemuan pada mata
pelajaran IPA. Ini berarti behwa penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan
permasalahan dikelas. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bersifat
penelitian tindakan kelas ( (Action Research Classroom) yakni suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di
kelas secara lebih profesional, dan digunakan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian yang berdasarkan kepada fakta dan analisis perbandingan, dengan
model Kemmis dan Mc Taggart, yang menggunakan sistem spiral refleksi diri
yang dimulai dengan rencana, tindakan pengamatan, refleksi, perencanaan
kembali untuk siklus berikutnya (Wiriatmaja, 2006:65)
Kemmis dan Carr (Kasbolah, 1998/1999 : 13) mengemukakan bahwa :
Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial (termsuk
28
pendidikan) dan bertujuan untukm memperbaiki pekerjaannya, termasuk
memahami pekerjaaan ini serta diaman pekerjaaan ini dilakukan.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat.(Wardhani, 2008:1.4)
“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk inkuiri pendidikan di
dalam pelaksanaannya gagasan atau permasalahan guru/dosen diuji dan
dikembangkan dalam bentuk tindakan “.(Wiriaatmaja, 2007:42)
McCuthceon dan Jung (Iskandar, 2006 ) mengemukakan pandangan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru
untuk memahami dan memperbaiki pekerjaannya.
Dari berbagai pandangan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan
yang dilakukan oleh guru dalam lingkup kelas sebagai upaya memperbaiki atau
peningkatan kualitas pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya
sebagai rutinitas kegiatan yang berlangsung pada saat itu saja tanpa adanya tindak
lanjut sebagai perbaikan tetapi guru sebagai tenaga profesional memikirkan
berbagai upaya perbaikan sebagai refleksi demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Malalui penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan pengamatan pada
setiap proses pembelajaran yang dilanjutkan pada tahap perenungan untuk
menelaah dan mengkaji berbagai kelemahan dan kekurangan pada pembelajaran
sehingga pelaksanaan pembelajaran pada tahap berikutnya terjadi perubahan
kearah perbaikan yang terus meningkat.
29
Menurut IGAK Wardhani (2007) dalam melaksanakan PTK seorang guru
harus memperhatiakan konsisi-kondisi diantaranya :
1. Sekolah harus memberikan kebebasan yang memadai bagi guru untuk
melakukan PTK, berkolaborasi dengan teman guru lainnya untuk menjadi
pengamat dan berdiskusi guna kemajuan kelasnya.
2. Birokrasi dan hierarki organisasi di sekolah hendaknya diminimalkan. Dan
harus ditumbuhkannya kolaborasi atau kerja sama yang saling menguntungkan.
3. Sekolah semestinya selalu mempertanyakan apa yang diinginkan bagi
sekolahnya. PTK sebagia satu bentuk inovasi di sekolah akan dapat tumbuh
subur.
4. PTK mempersyaratkan keterbukaan dari staf sekolah untuk membahas masalah
tanpa rasa khawatir akan dicemoohkan.
5. Sikap Kepala sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya
pembaruan.
6. Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa mereka
sedang melakukan pembaruan yang didukung oleh Kepala sekolah dan orang
tua.
7. Guru harus siap menghadapi berbagai konflik karena yang baru biasanya
mendapat perhatian lebih. Hal ini perlu untuk menghindari munculnya
kecemburuan sosial.
Penelitian tindakan kelas pada hakikatnya bertujuan untuk memperbaiki
dan meningktkan profesional guru dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan
karena adanya tuntutan masyarakat terhadap masalah pendidikan dewasa ini
30
begitu tinggi, sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta terjadinya perubahan masyarakat begitu komplek dan cepat.
Seluruh persoalan tersebut berdampak langsung terhadap guru itu sendiri agar
dapat bekerja keras dan lebih profesional dalam menghadapi semua persoalan
tersebut.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur,
yang, terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati
dan melakukan refleksi seperti tampak pada gambar 1.1. hasil refleksi terhadap
tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika
ternyata tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana
jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktik atau
belum memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. (Wardhani, 2007 : 2.3)
Model siklus yang digunakan berbentuk spiral sebagai mana
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbollah,1998/1999 : 14) meliputi
tahapan-tahapan : perencanaan (plan), tindkan (act), pengamatan (observe), dan
refleksi (reflect). Kemudian pada siklus yang kedua dan seterusnya jenis kegiatan
yang dilakukan peneliti pada dasarnya sama, tetapi ada modifikasi pada tahap
perencanaan. Siklus tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 .
31
Refleksi
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Indikator
tercapai
Gambar 3.1 Siklus PTK (Kasbollah, 1998/1999 : 70)
Rencana Tindakan
Siklus I
Rencana Tindakan
Siklus II
Rencana Tindakan
Siklus III
Selesai
PRA PENELITIAN :
• Menentukan permasalahan
• Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar kognitif
dan psikomotorik siswa sebagai studi awal
32
Secara operasional tahap-tahap kegiatan penelitian dalam setiap siklus dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Rencana
a. Refleksi Awal
Berdasarkan observasi dilapangan bahwa kedudukan dan fungsi guru
dalam kegiatan pembelajaran saat ini cenderung masih dominan. Aktifitas guru
masih sangat besar dibandingkan dengan aktifitas siswa yang masih rendah
kadarnya. Ketika proses belajar mengajar hendaknya terjalin hubungan yang
sifatnya mendidik dan mengembangkan. Guru tidak hanya menyampaikan materi
akan tetapi sebagai figur yang dapat merangsang perkembangan siswa. Ini berarti
harus ada tindakan perbaikan agar terjadi perubahan sesuai tujuan yang
diharapkan. Tindakan yang dilakukan sangat penting sebagai upaya peneliti dalam
meninjau efektifitas tindakan yang telah diakukan.
Kegiatan perencanaan diawali dengan merencnakan ide penelitian
kemudian ditindak lanjuti dengan observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas. Hal ini dilakukan sebagai pendahuluan yang tujuannya untuk
mengidentifikasi masalah dan menemukan fakta yang terjadi di kelas. Langkah-
langkah atau tindakan yang telah dilakukan perlu direncanakan secara rinci agar
menjadi pegangan dalam melaksanakan tindakan.
b. Rancangan tindakan
Berdsarkan uraian diatas tindakan dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
33
1) Mengadakan koordinasi dengan Guru serta Kepala sekolah SD Negeri 2
Cibogogirang mengenai maslah yang akan menjadi fokus dalam
penelitian.
2) Membuat Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan
oleh guru sebagai peneliti yang mencakup kegiatan yang harus dilakukan
guru dan siswa dalam proses pelaksanaan tindakan sesuai perencanaan.
3) Menyiapkan sarana dan fasilitas yang akan digunakan dalam proses
tindakan di kelas.
4) Menentukan instrumen yang digunakan dalam proses penelitian.
5) Menyiapkan lembar pedoman observasi terhadap hasil yang dicapai pada
setiap tindakan.
2. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksankan tindakan sesuai dengan perencanaan
yang telah dirumuskan. Tujuan utama pada proses tindakan adalah mengupayakan
adanya inovasi dalam proses pembelajaran yang diusahakan kemanfaatannya oleh
peneliti dan para siswa.
Peneliti dalam hal ini guru harus mampu membuat metodologi penelitian
agar tidak mengganggu komitmen guru dalam mengajar, sehingga penelitian tetap
dapat dilakukan tanpa mengorbankan siswa dalam proses pembelajaran.
Tambahna guru sebagai peneliti harus harus disikapi sebagai nuansa profesional
yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang
dikelolanya. (Wardhani, 2007 : 2.13)
34
3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi
yaitu instrumen-instrumen yang telah ditentukan sebelumnya dalam perencanaan.
Hal ini dilakukan untuk melihat hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan. Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan
refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan untuk
menyusun rencana dan tindakan selanjutnya yang diharapkan lebih baik dari
tindakan yang telah dilakukan.
Fungsi observasi menurut Kasbolah (1999:91) dapat dibedakan menjadi :
a. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan
yang telah disusun sebelumnya.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang
berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang
diinginkan.
4. Refleksi
Dengan bantuan hasil analisis data yang diperoleh, peneliti mencoba
merenungkan kembali pelaksanaan tindakan yang telah tercatat melalui observasi.
Melalui refleksi peneliti akan dapat menentukan apa yang telah dicapai, apa yang
belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran
selanjutnya.
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi
dan penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan
tindakan. Refleksi merupakan tahap paling penting untuk memehami dan
35
memberikan makna tehadap proses dan hasil yang terjadi akibat adanya tindakan
yang dilakukan.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Cibogogirang, kecamatan Plered,
kabupaten Purwakarta. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena beberapa
pertimbangan diantaranya :
1. Peneliti bertugas di sekolah tersebut sehingga merasa bertanggung jawab
secara moril untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA khususnya.
2. Memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk dijadikan lokasi penelitian
dalam hal ini penelitian penerapan metode inkuiri yang membutuhkan sarana
dan fasilitas yang cukup guna pelaksanaan eksperimen.
Adapun sampel penelitian dalam pelaksanaan PTK meliputi peserta didik
yang duduk di kelas V (lima) Sekolah Dasar dengan jumlah siswa 39 orang dan
guru kelas V (Lima), serta proses pembelajaran di kelas V (Lima) SD Negeri 2
Cibogogirang sebagai objek penelitian.
C. Data Penelitian
Data penelitian diperoleh setelah melakukan penelitian tindakan kelas
(PTK). Data-data tersebut dikumpulkan melalui beberapa teknik pengumpulan
data diantaranya observasi, wawancara, angket, dan tes hasil belajar. Sumber data
penelitian adalah siswa kelas V (Lima) SD Negeri 2 Cibogogirang Tahun
36
Pelajaran 2008/2009 dan guru serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan data, sehingga
data yang didapatkan lebih baik dengan pertimbangkan jenis data, tingkat akurasi
data, kelangkapan data, sistematika dalam pengolahan, standar waktu yang
diperlukan serta biaya. (Awangga,2007 : 138) .
Dalam pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas
perlu catatan yang dituangkan dalam instrumen sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat
menentukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Observasi berarti
pengamatan dengan tujuan tertentu.
Nasution(1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Sedangkan Marshall (1995) menyatakan bahwa “Through
observation the reasercher learn about behavior and teh meaning attached to
those behavior” melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut. (Sugiyono, 2007 : 64)
Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dan
guru selama proses pembelajaran inkuiri berlangsung. Aktivitas siswa yang
diamati dengan menggunakan lembar observasi minat dan psikomotorik,
sedangkan aktivitas guru berupa lembar observasi kelas untuk kegiatan guru
37
Observasi dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran di kelas guna
mengumpulkan data secara kualitatif mengenai aktivitas guru, dan siswa.
Tujuannya untuk mencatat masalah yang terjadi pada saat tindakan yang
kemudian akan menjadi refleksi sebagai tindak lanjut.
2. Wawancara
Menurut Esterberg (Sugiyono, 2007: 72) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterpretasikannya situasi dan fenomena yang
terjadi, dimana hal ini tidak ditemukan melalui observasi.
Wawancara dilakukan terhadap siswa setelah proses tindakan dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui pendapat mereka tentang kendala atau kesulitan
serta motivasi belajar yang mereka dapat dari penerapan metode inkuiri dalam
pembelajaran IPA. Selai itu wawancara juga dilakukan terhadap guru untuk
mengumpulkan informasi tentang kebaikan dan kekurangan serta kendala yang
ditemukan pada saat menggunakan metode inkuiri.
3. Angket
Angket penelitian ini digunakan untuk mengetahui nilai afektif (sikap)
siswa terhadap pembelajaran inkuiri. Angket disebar dan diisi oleh siswa dengan
runtunan pertanyaan yang berhubungan dengan kesan dan tanggapan siswa
terhadap metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu metode inkuiri.
38
4. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar diperlukan untuk mengukur tingkat ketercapaian
penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA selain itu tes hasil belajar
digunakan untuk mengukur pemahaman materi serta peningkatan hasil belajar
siswa setelah tindakan dilakukan.
E. Tektik Analisis Data
Metode analisis data penelitian ini adalah deskriptif persentase. Data hasil
penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu, dan
ketuntasan belajar secara klasikal. Selanjutnya hasil analisis data diperolah baik
kualitataf maupun kuantitatif. Hasil ini diinterpetasi dan disimpulkan yang
digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
Metode analisis data penelitian ini adalah deskriptif persentase. Data hasil
penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu, dan
ketuntasan belajar secara klasikal. Selanjutnya hasil analisis data diperolah baik
kualitataf maupun kuantitatif. Hasil ini diinterpetasi dan disimpulkan yang
digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
1). Rata-rata kelas.
Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus digunakan
rumus :
(Sudjana, 1989 : 109)
Keterangan :
X = Rata-rata kelas
ΣX = jumlah seluruh skor
N = Banyak siswa
X = ΣX
N
39
3). Ketuntasan belajar secara klasikal
Nilai post test diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian
sianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.
Ketuntasan secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus :
Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa mendapat nilai > 65
x 100 %
Jumlah siswa yang mengikuti
(Mulyasa, 2003 : 102)
1. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Sumber data
Sumber data penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Cibogogirang
Tahun Pelajaran 2008/2009 dan guru serta lingkungan yang mendukung
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2. Jenis data
a. Data tentang kondisi awal, untuk metode pengajaran guru berdasarkan
hasil wawancara dengan guru kelas, nilai laporan ulangan harian siswa.
b. Data tentang peningkatan aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan
langsung melalui lembar observasi dan nilai laporan LKS.
c. Peningkatan hasil belajar kognitif berdasarkan dari jawaban tiap soal
mengerjakan soal evaluasi (pretest dan postest).
40
d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan dalam
penelitian diperoleh dari Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS,
dan lembar observasi guru.
e. Data hasil belajar afektif (sikap) diperoleh melalui lembar angket sebagai
pendapat atau tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran inkuiri
terbimbing.
2. Validasi Data
Teknik validasi yang digunakan dalam penelitian adalah dengan
menggunakan triangulasi, member-check, audit trial, dan expert opinion.
a. Triangulasi Data, yaitu teknik yang dilakukan untuk memeriksa keabsahan /
kebenaran data dengan menggunakan sumber lain serta membandingkan
kebenaran data yang diperoleh dari sumber lain yakni guru dan siswa. Teknik
triangulasi data digunakan dalam rangka memperoleh kepercayaan data yang
maksimal. Teknik ini digunakan melalui kegiatan reflektif kolaboratif antara
guru dan peneliti. Selain itu dalam dilakukan juga wawancara dengan siswa
untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi siswa terhadap penggunaan
metode inkuiri dalam pembelajaran IPA terutama dalam konsep cahaya. Hasil
triangulasi kemudian dijabarkan melalui laporan naratif deskriptif.
b. Member-Check, teknik ini dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dan
kesahihan data penelitian dengan mengkonfirmasikan pada sumber data.
Dalam kegiatan ini peneliti menginformasikan data temuan yang diperoleh
baik kepada guru maupun siswa melalui kegiatan reflektif kolaboratif pada
setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan ini dijaring pula
41
tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa
sehingga menghasilkan derajat validitas yang tinggi.
c. Audit Trial, dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta
prosedur pengumpulannya dengan teman sejawat, pembimbing, atau peneliti
senior guna memperoleh kritik, tanggapan dan masukan sehingga bisa
mempertajam analisis serta validasi yang tinggi.
d. Expert opinion, teknik ini dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil
temuan peneliti kepada para ahli untuk memperoleh arahan dan masukan
sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggung jawabkan.
3. Interpretasi
Data yang diperoleh dalam penelitian diinterpretasikan dengan merujuk
pada acuan teoritik, norma-norma praktis yang diprakarsai atau berdasarkan
intuisi guru mengenai situasi pembelajaran yang baik dan efektif tentang
penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada konsep cahaya.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan disajikan mengenai deskripsi hasil penelitian serta
pembahasannya. Secara umum temuan hasil penelitian akan disajikan beberapa
poin, diantaranya: (A) Deskripisi data lokasi penelitian dan data awal
pembelajaran IPA . (B) Deskripsi pelaksanaan tindakan serta tanggapan dari siswa
serta guru mengenai implementasi penggunaan metode inkuiri dalam
pembelajaran IPA.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
a. Identitas Sekolah
Sekolah yang menjadi pusat penelitian adalah sekolah negeri dengan nama
SD Negeri 2 Cibogogirang dengan NSS.1010 22 002 029 yang beralamat di
Kp.Cibogogirang Peuntas Ds. Cibogogirang Plered-Purwakarta. Sekolah ini
berdiri sejak tahun 1980.
b. Sarana dan Prasarana
SD Negeri 2 Cibogogirang memiliki sarana dan prasarana penunjang
kegiatan belajar yang memadai, diantaranya: luas tanah 4800 m2, yang terdiri dari
Lapangan Upacara, Bangunan 2 Unit dengan Ruang Kelas 6 Unit, Ruang Kantor
1 Unit, Ruang Perpusakaan/UKS 1 Unit, Mushola 1 Unit, WC/Kamar Mandi 2
Unit. Selain itu terdapat pula arena olahraga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dari denah lokasi sekolah sebagai berikut :
43
Gambar 4.1
DENAH LOKASI
SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG
Keterangan:
1. Ruang Kantor
Ruang Guru
Ruang Kepala Sekolah
2. Toilet dan
Dapur Sekolah
3. Ruang Kelas 1
4. Ruang Kelas 2
5. Ruang Kelas 3
6. R. Komputer
Ruang UKS
Ruang Perpustakaan
Sekretariat Pramuka & Olahraga
7. Ruang Kelas 4
8. Ruang Kelas 5 (Lokasi Penelitian
Pembelajaran Inkuri)
9. Ruang Kelas 6
3
4
5
6
9
8
7
1
2
U
T
A
R
A
TAMAN SEKOLAH
44
Fasilitas belajar yang ada di SDN 2 Cibogogirang berupa bangunan sekolah
yang terdiri dari dua unit bangunan permanen yang cukup baik, berada di tengah
perumahan warga dan lingkungan yang cukup kondusif dengan udara yang cukup
bersih karena tidak terlalu dekat dengan jalan raya namun terjangkau oleh
kendaraan bermotor roda dua.
Kondisi fisik bangunan cukup baik dan layak dipergunakan oleh warga
sekolah terutama siswa untuk belajar. Unit pertama terdiri dari tiga lokal
digunakan oleh siswa / siswi kelas I, II dan III. Luas kelas masing-masing adalah
4 x 6 meter². Unit kedua terdiri dari tiga lokal digunakan oleh siswa / siswi kelas
IV,V dan VI dengan luas kelas yang sama yaitu 4 x 6 meter². Selain itu terdapat
juga ruang guru yang cukup luas dengan ukuran 5 x 10 Meter², dengan berbagai
fasilitas seperti meja dan kursi kerja, satu set meja tamu, rak penyimpanan piala,
rak buku, satu unit komputer, dan perangkat lain yang mendukung.
Dalam Proses belajar mengajar siswa / siswi SDN Cibogogirang dibagi
menjadi 9 rombongan belajar, yaitu kelas I A, Kelas I B, Kelas II A, Kelas II B,
Kelas III A, Kelas III B, Kelas IV, Kelas V, Kelas VI. Yang didukung dengan
sarana kegiatan lainnya seperti perangkat belajar, mebeuler, perlengkapan
olahraga, pramuka, serta perlengkapan dan perangkat kegiatan belajar lainnya.
Berikut ini tabel daftar maubeler di SD Negeri 2 Ciibogogirang :
45
Tabel 4.1
Daftar Mebeuler SDN 2 Cibogogirang
No Perkakas Jumlah Kondisi
Baik Sedang Rusak
1 Bangku 13 - 13 -
2 Meja Murid 110 90 20 -
3 Kursi murid 158 148 10 -
4 Lemari 8 7 1 -
5 Meja Guru 17 14 3 -
6 Kursi Guru 15 12 3 -
7 Papan Tulis 6 6 - -
8 Kursi Tamu 1 1 Set - -
9 Rak Buku 2 2 - -
Dari tabel diatas dapat terlihat keadaan perkakas atau mebeuler yang
dimiliki SDN 2 Cibogogirang yang cukup layak digunakan dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Di setiap kelas tertata rapi meja dan kursi murid serta meja
dan kursi guru, serta hiasan dengan aneka hasil kreasi siswa yang diletakkan di
dinding dan didepan kelas. Selain itu, di depan kelas di lengkapi pula dengan pot
bunga dengan berbagai jenis bunga yang ditanam. Selain itu SDN 2 Cibogogirang
dilengkapi pula oleh peralatan olahraga.
2. Karakteristik Siswa
SD Negeri 2 Cibogogirang memiliki 277 siswa terdiri dari siswa berjenis
kelamin laki-laki sejumlah 136 dan siswi berjenis kelamin perempuan berjumlah
141 orang. Dari 277 siswa , 39 orang adalah siswa kelas V (Lima) yang akan
menjadi sampel dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
46
Tabel 4.2
Keadaan siswa kelas V (Lima) SD Negeri 2 Cobogogirang
Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Laki-laki 15 38,47
2 Perempuan 24 61,53
Jumlah 39 100
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa perempuan lebih
banyak daripada jumlah laki-laki , yaitu 24 orang siswa perempuan dengan
prosentase 61,53 % sedangkan jumlah laki-laki 15 orang siswa dengan prosentase
38,47 % .
Dari jumlah siswa sebanyak 39 orang, siswa kelas lima dapat
diklasifikasikan menurut tingkat kemampuan dalam belajar, lebih jelasnya dapat
dilahat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Tingkat Kemampuan Siswa dalam Belajar
No Kemampuan Jumlah Prosentase (%)
1 Pandai 10 25,65
2 Sedang 23 58,97
3 Kurang 6 15,38
Jumlah 39 100
Dari tabel diatas dapat dijabarkan kualifikasi tingkat kemampuan belajar
siswa kelas V (Lima) SDN 2 Cibogogirang sebagai sempel penelitian, terdapat 10
siswa dengan prosentase 25,65 % memiliki tingkat kemampuan belajar yang
tergolong pandai, 23 siswa dengan prosentase 58,97 % tergolong sedang dan 6
siswa dengan prosentase 15,38 % dengan tingkat kemampuan kurang.
47
3. Karakteristik Guru
Alat pendidikan berikutnya adalah tenaga pengajar atau selanjutnya
disebut guru yang merupakan aspek penting yang akan menjadi fasilitator dan
subjek yang berperan dalam perkembangan peserta didik. Di SD Negeri 2
Cibogogirang terdapat 13 orang guru dan 1 orang penjaga sekolah yang terdiri
dari 9 orang berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang berjenis kelamin perempuan.
Data lebih jelas dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Data Personil SD Negeri 2 Cibogogirang Tahun Pelajaran 2008/2009
No Nama/ Tempat Tgl
Lahir NIP Agama
Ijazah
/
Tahun
Jabatan Mengajar
Kelas
Gol/
Ruang
1 HASANUDIN
BANDUNG, 27-07-1958
1958 07 27
1978 03 1
003
Islam D II
PGSD
1999
Kep.Sek I-VI IV/A
2 HUSEN
PURWAKARTA, 11-12 1964
1964 12 11
1986 10 1 001
Islam D II
PGSD
2000
Guru VI IV/A
3 WAHYUDIN
PURWAKARTA, 01-06-1966
1966 06 01
1989 04 1 001
Islam D II
PGSD
2000
Guru IV IV/A
4 DEDEN PITRIANTINI
PURWAKARTA, 07-11-1972
480184135
Islam SI
UNWIR
2002
Guru V III/A
5 ELIS IMAS HAYATI
PURWAKARTA, 17-10-1980
480184190
Islam D II
PGSD
2002
Guru I/A II/B
6 NENENG MULYANINGSIH
PURWAKARTA, 21-06-1972
480194075
Islam D II
PGSD
2008
Guru III/A II/A
7 LINDA MARLIANI
PURWAKARTA, 16-12-1982
480193938
Islam D II
PGSD
2004
Guru III/B II/B
8 MAMAN SAEPUROHMAN
PURWAKARTA, 14 - 4 - 1980
480184291
Islam D II PAI
2002
Guru I-VI II/B
9 FUADUL MUNIR
PURWAKARTA, 10-12-1971
480194110
Islam D II PAI
2002
Guru I-VI II/B
10 NENENG ROBIATUL A
PURWAKARTA, 29-12-1986
- Islam MA
2005
Guru II/A -
11 IWAN HASANUDIN
PURWAKARTA, 14-01-1982
- Islam
D II
UNWIR
2007
Guru I/B -
48
12 EKA L KONCARA
PURWAKARTA, 16-06-1984
- Islam
D II
UNWIR
2006
Guru I-VI -
13 HAMDANI
PURWAKARTA, 10-03-1986
- Islam SMK
2005
Guru II/B -
14 DADANG
GARUT, 03-04-1966
- Islam
SMP
1987
Penjaga - -
Dari tabel diatas dapat dilihat kualifikasi guru yang mengajar cukup
memadai. Terdapat 10 orang guru dengan tingkat pendidikan D2 baik dari jurusan
umum maupun dari agama. Dengan demikian banyak sekali tenaga profesional
yang dapat mengembangkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
4. Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan asal mula ilmu yang akan membentuk
kepandaian pada diri peserta didik. Berdasarkan penelitian sumber belajar yang
terdapat di SD Negeri 2 Cibogogirang terdiri dari sumber belajar utama sebagai
pedoman atau acuan pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), dan sumber belajar kedua
yaitu buku paket yang bersumber dan dikelurkan oleh pemerintan yang
disesuaikan dengan kurikulum KTSP 2006. Berdasarkan penelitian buku paket
yang digunakan dipandang cukup antara lain ; Buku B.Indonesia, Buku
Matematika, Buku PKn, Buku IPA, Buku IPS, Buku SBK, dan buku lainnya yang
mendukung.
Berdasarkan hasil penelitian buku paket yang digunakan khusus mata
pelajaran IPA cukup bervariatif dari berbagai penerbit. Hal tersebut menunjukkan
guru-guru SDN 2 Cibogogirang menggunakan berbagai sumber dalam
pembelajaran sehingga tidak tefokus pada salah satu buku sumber saja. Dengan
49
demikian dapat memperkaya wawasan serta bahan palajaran yang akan
disampaikan kepada siswa tetapi tetap berpedoman pada kurikulum yang berlaku
yaitu KTSP 2006.
Buku paket yang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran IPA diantaranya :
1. Belajar Sains Untuk SD Kelas 5 dengan orientsi keterampilan dan
eksperimen, Pengarang Dadang rachman Munandar. Tahun 2004. Penerbit
PT.Sarana Panca Karya Nusa. Bandung
2. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Kelas V SD/MI. Pengarang Dwi Suhartanti,
dkk. Tahun 2008. Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
3. SAINS Untuk Siswa Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas 5.
Pengarang Sumiati Sa’adah. Tahun 2004. Penerbit Titian Ilmu. Bandung.
4. Seri Kegiatan Sains. PengarangTom Jackson. Tahun 2006. Penerbit Pakar
Raya (Pakarnya Pustaka). Bandung.
Dari berbagai data yang dihasilkan mengenai sarana dan prasarana serta
fasilitas yang ada di SDN 2 Cibogogirang yang cukup memadai, maka sangatlah
mungkin diterapkannya berbagai metode pembelajaran termasuk metode inkuiri
dalam pembelajaran IPA khususnya guna mencari dan menggali efektifitas
metode pembelajaran yang akan merangsang siswa untuk berkembang sehingga
mereka mempunyai bekal hidup dimasyarakat dimasa yang akan datang.
50
5. Deskripsi awal pembelajaran
Kegiatan awal penelitian yaitu melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Cobogogirang yang menjadi objek
penelitian. Observasi pertama dilakukan pada tanggal 30 Maret 2009 pada jam ke-
1 pelajaran yaitu pukul 07.30- 08.40 WIB dengan pokok bahasan cahaya.
Dalam pelaksanaan penelitian, observer mengamati, mencatat kemudian
mendokumentasikan berbagai temuan dan informasi yang didapat pada saat
kegiatan pembelajaran pra siklus.
Pada proses pembelajaran di kelas kegiatan yang dilakukan adalah
kegiatan rutin seperti berdo’a bersama, guru mengabsen siswa, mencatat meteri
pelajaran dengan materi cahaya, melakukan tanya jawab dan diakhiri dengan
pemberian tes tertulis sebagai alat penilaian.
Proses pembelajaran pada kegiatan inti diantaranya, guru sebagai objek
penelitian dengan inisial “D” menyuruh siswa “anak-anak coba buka buku IPA
halaman 105 !” pada waktu itu buku yang digunakan adalah buku Belajar Sains
yang diterbitkan oleh PT. SPKN. Kemudian siswa di suruh mendengarkan
penjelasan dari “D”. Setelah penjelasan selesai, “D” menulis rangkuman materi
cahaya pada papan tulis sebagai catatan untuk siswa. Pada akhir kegiatan “D”
memberikan soal-soal sebagai latihan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang sudah dijelaskan. Dan siswa diberikan pekerjaan rumah.
Dari langkah-langkah pembelajaran yang tersebut diatas dapat terlihat
masih adanya domonasi guru dalam kegiatan belajar dikelas, dan siswa tidak
diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berfikirnya. Hasil belajar
51
dari kondisi awal pembelajaran IPA di SD 2 Cibogogirang dapat terlihat dari
tabel berikut ini :
Tabel 4.5
Nilai Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Ai Lela 40 21 Ikbal Maulana 50
2 Amirudin 40 22 Ila Nurlaela 40
3 Arip Hidayah 40 23 Ila Nurmilah 45
4 Arip Hidayat 60 24 Intan Nurajijah 55
5 Arip Munandar 65 25 Iyan Sopian 50
6 Asep Ahmad R 60 26 Kiki Jakiah 70
7 Dede M Rahman 60 27 Lia Yulianti 55
8 Deni Saprudin 65 28 Liah Sopiah 50
9 Desi Oktaviani 70 29 Mia Kusmiati 60
10 Dina Andriana 65 30 M Jaidan 60
11 Dudung Ismail 60 31 Mulyadi 55
12 Eli Nurjanah 45 32 Novi Alinda 60
13 Elim Halimah 40 33 Nurhalimah 60
14 Eneng Nurliani 55 34 Pani Julianti 65
15 Enjen Jaenal M 60 35 Putri Herawati 60
16 Fitri Nurjanah 65 36 Siti Jenab 55
17 Hasan Mubarok 60 37 Sri Nuraeni 50
18 Hasanudin 50 38 Yeni Rohaeni 50
19 Hoerunnisa 75 39 Rani Sopiah 65
20 Hoho Siti J 65
Jumlah 2.195
Rata-rata 56,28
Berdasarkan tabel diatas hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2
Cibogogirang sebelum menggunakan metode inkuiri dalam proses pembelajaran
kurang baik. Hal tersebut dapat terlihat dari kemampuan rata-rata kelas yang
hanya mencapai 56,28. Jumlah siswa yang masih mendapat nilai dibawah KKM
sebanyak 29 orang, 7 orang dengan nilai yang cukup baik dan hanya 3 orang
52
mendapat nilai baik diatas rata-rata KKM. Grafik nilai hasil belajar siswa pada pra
siklus dapat terlihat pada gambar berikut :
Gambar 4.2
Grafik Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus
Grafik diatas menunjukkan masih banyak siswa yang mendapat nilai
dibawah rata-rata KKM. Hal tersebut menjadi refleksi bagi guru kelas khususnya
dan tentunya peneliti yang ingin memaksimalkan hasil belajar. Metode
pembelajaran yang efektif akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Gambaran tabel serta grafik diatas menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran IPA di SDN 2 Cibogogirang tidak memberikan pengalaman
langsung terhadap siswa akan materi IPA khususnya pokok bahasan cahaya.
Terlebih jika dikaitkan dengan tujuan kurikulum KTSP pada mata pelajaran IPA
yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
53
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Maka atas dasar itulah perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru demi mencapai perubahan yang
diinginkan.
6. Analisis dan refleksi terhadap gambaran awal pembelajaran.
a. Analisis
Hasil observasi di lapangan didapatkan temuan-temuan seperti berikut :
Pertama, Pada awal pembelajaran pra siklus guru memasuki ruang kelas,
kemudian mengabsen siswa.
Kedua, Proses pembelajaran dilaksanakan tanpa mengadakan apersepsi
sebagai median rangsang bagi siswa terhadap materi yang akan di berikan.
Ketiga, Kegiatan inti pembelajaran yaitu guru menjelaskan materi cahaya,
kemudian menulis rangkuman dan soal-soal latihan.
Keempat, Murid diberikan rangkuman materi untuk dicatat pada buku
tulis.
Kelima, Siswa diberikan tes akhir berupa pertanyaan- pertanyaan yang
berhubungan dengan materi cahaya.
54
Keenam, Kegiatan akhir guru memberikan tugas pekerjaan rumah pada
siswa.
b. Refleksi
Dari beberapa data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru SDN 2 Cibogogirang pada kelas V khusus
nya pokok bahasan cahaya belum memberikan pengalaman langsung atau
eksperimen melalui metode inkuiri atau disebut juga metode penemuan terpimpin
yang akan memberikan keleluasaan pada murid untuk dengan sendirinya
menemukan konsep-konsep suatu materi dalam hal ini konsep sifat-sifat cahaya.
Maka dari itu penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan adalah
penelitian penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan
cahaya.
B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian tindakan Kelas
1. Tindakan Pertama
a. Perencanaan
1) Perencanaan diawali dengan menyusun rencana pembelajaran pokok
bahasan cahaya yang berpedoman pada kompetensi dasar kurikulum
(KTSP 2006).
2) Melakukan koordinasi dengan teman sejawat sehubungan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan.
3) Menyiapkan ruang kelas serta alat dan bahan eksperimen yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
55
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan alokasi
waktu 2 jam pelajaran yaitu 70 menit dengan prosentase pembagian waktu
sebagai berikut :
Tabel 4.6
Rincian pembagian waktu pembelajaran IPA
No Jenis Kegiatan Waktu Prosentase (%)
1 Kegiatan Awal 5 Menit 7,15
2 Kegiatan Inti
a. Menjelaskan Langkah
Kegiatan
b. Melakukan Percobaan
c. Mengerjakan LKS
d. Melakukan Tanya Jawab
50 Menit 71,42
3 Kegiatan Akhir 15 Menit 21,43
Jumlah 70 Menit 100
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
1) Kegiatan Awal
Pelaksanaan tindakan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 6
April 2009. Pada pelaksanaan tindakan pertama materi yang dibahas adalah “sifat
cahaya yang menembus beda bening”.
Proses pembelajaran seperti biasa diawali dengan berdo’a bersama
kemudian disusul dengan pemberian salam dari siswa untuk guru. Setelah
rutinitas tersebut dilaksanakan, guru mengabsen siswa. Pada waktu itu seluruh
siswa hadir. Setelah mengabsen, guru mengkondisikan siswa pada situasi
pembelajaran yang kondusif kemudian melakukan apersepsi terhadap materi sifat
cahaya yang dapat menembus benda bening, adapun kegiatan apersepsi pada
pembelajaran siklus pertama sebagai berikut :
56
Guru :“ Anak-anak coba perhatikan kegiatan ibu didepan !”
Siswa :”mengapa ibu menyalakan lilin?”. “apakah ada yang ulang tahun
hari ini?”
Guru :”Kebetulan tidak ada yang berulang tahun, tapi ketika aliran listrik
dirumah mati/padam maka benda yang biasa digunakan adalah?”
Siswa :“Lilin bu…”.
Setelah itu guru menghubungkan lilin dengan penjelasan materi cahaya.
“kalian masih ingat salah satu sumber cahaya adalah lilin?”. “Nah hari ini kita
akan mencari tahu sifat-sifat dari cahaya tersebut apa saja” .
2) Kegiatan Inti
Pada awal proses kegiatan inti, guru mengelompokkan siswa dengan
jumlah 39 orang menjadi 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
siswa. Kemudian siswa denga gesit mengatur bangku dan meja mereka sesuai
dengan kelompok yang telah dibuat. Kondidi ruang kelas cukup gaduh dengan
suara meja dan kursi yang digeser-geser oleh siswa. Pada situasi seperti ini guru
belum bisa menenagkan siswa. Setelah semua selesai mengatur tempat duduk
guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan “anak-anak tunjuk salah satu teman
di kelompok kalian sebagai ketua ! ”. siswa gaduh kembali karena sibuk
menunjuk teman yang mereka anggap lebih pintar untuk menjadi ketua. “
sekarang perwakilan dari masing-masing kelompok ambilah benda-benda yang
ada di meja ibu ”. siswa secara spontan berhambur mendekati meja guru.
Sebagai proses penemuan, setiap siswa diberi kesempatan menggunakan
alat-alat peraga sebagai media eksperimen. Guru menjelaskan langkah-langkah
kegiatan penemuan. Sebelumnya guru membagikan lembar kerja siswa (LKS)
untuk di isi berdasarkan hasil penelitian.
57
Kondisi pembelajaran masih kurang kondusif karena siswa masih
kebingungan. Sebagian diantara mereka masih hanya bermain-main dengan alat-
alat penemuan yang diberikan guru. Dan yang lainnya mencoba
mengamankannya, yang akhirnya banyak kegiatan yang diluar perencanaan. Guru
masih kewalahan memberikan pengertian akan langkah-langkah penemuan karena
siswa tidak tertib dan kurang perhatian serta konsentrasi.
Proses inkuiri pada tahap awal adalah siswa membaca LKS yang diterima
dari guru. Kemudian siswa mulai mengerjakan langkah-langkah menemukan sifat
cahaya yang dapat menembus benda bening. “anak-anak coba perhatikan LKS
yang ada di kelompok masing-masing kemudian isi dengan jawaban yang benar
!”. sebagian anak kebingungan sehingga banyak muncul pertanyaan yang sama
“bu bagaimana cara mengisinya?”. “lakukan kegiatan-kegiatan yang ada pada
LKS, kemudian lihat kolom isian dan isilah kkolom tersebut sesuai dengan hasil
penemuan !”. serentak mereka menjawab “O…. baik bu..”.
Masing-masing kelompok bekerja menyelesaikan tugas yang diberikan.
Namun ada sebagian yang hanya mengganggu teman lainnya saja. Waktu yang
diberikan kurang lebih 20 menit. Selama proses inkuiri, guru berkeliling
memberikan bimbingan pada setiap kelompok. Kadang kala guru memberikan
penjelasan karena siswa masih belum total melakukan inkuiri.
3) Kegiatan Akhir
Setelah selasai, siswa secara bergilir melaporkan hasil temuan mereka di
depan kelas. Dan pada akhir kegiatan guru mengajukan pertanyaan sebagai acuan
mereka menemukan kesimpulan atas materi pelajaran. “Anak-anak berdasarkan
58
hasil temuan kalian dapat di ketahui bahwa benda apa yang dapat ditembus
cahaya? ” sebagian dari mereka menjawab “Benda bening bu….” . maka
pembelajaran selesai dengan kesimpulan tersebut.
Kegiatan akhir guru memberikan beberapa soal latihan kepada siswa secara
individu. “anak-anak tulis dan jawablah pertanyaan-pertanyaan dari ibu secara
individu”. Waktu yang di berikan kurang lebih 15 menit untuk siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat cahaya yang dapat menembus benda
bening. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka dan guru
menilainya.
Hasil observasi dari tindakan pertama terhadap guru sesuai dengan
perencanaan dapat terlihat dari tabel berikut :
Tabel 4.7
HASIL PENGAMATAN TERHADAP GURU PADA SIKLUS 1
Segi Tingkah Laku yang
Diamati
Hasil Pengamatan Keterangan
Baik Cukup Kurang
1. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
2. Menyiapkan alat-alat yang
diperlukan.
3. Menggunakan metode
inkuiri dalam proses
pembelajaran
4. Menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran
5. Menjelaskan langkah -
langkah tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa
6. Memberi kesempatan pada
siswa melakukan inkuiri
melalui eksperimen
7. Membeimbing kelompok /
individual
8. Memberi pertanyaan yang
mengarah pada pemecahan
59
masalah
9. Memberikan penguatan
pada siswa
10. Membimbing siswa
membuat kesimpulan
tentang materi yang
diajarkan
Dari data yang dihasilkan melalui tabel diatas aktivitas guru dalam
pembelajaran sudah cukup baik, tetapi ada komponen-komponen yang harusnya
diterapkan dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
sering terabaikan , seperti menyusun kegiatan inti dan pemberian tes pada akhir
pembelajaran masih belum tertata dengan benar. Kegiatan pembelajaran masih di
dominasi oleh guru.
Tindakan pertama pada siklus 1 yang dilakukan disertai dengan pemberian
postest. Sasaran yang ingin dicapai melalui postest ini yaitu, untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan serta mengukur
tingkat keberhasilan belajar siswa dlama aspek pemahaman sifat-sifat cahaya
dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Hasil postest dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
60
Tabel 4.8
Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus 1
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Ai Lela 50 21 Ikbal Maulana 55
2 Amirudin 50 22 Ila Nurlaela 55
3 Arip Hidayah 50 23 Ila Nurmilah 50
4 Arip Hidayat 70 24 Intan Nurajijah 60
5 Arip Munandar 70 25 Iyan Sopian 60
6 Asep Ahmad R 70 26 Kiki Jakiah 75
7 Dede M Rahman 70 27 Lia Yulianti 60
8 Deni Saprudin 75 28 Liah Sopiah 60
9 Desi Oktaviani 75 29 Mia Kusmiati 60
10 Dina Andriana 75 30 M Jaidan 65
11 Dudung Ismail 70 31 Mulyadi 65
12 Eli Nurjanah 60 32 Novi Alinda 65
13 Elim Halimah 60 33 Nurhalimah 65
14 Eneng Nurliani 70 34 Pani Julianti 75
15 Enjen Jaenal M 70 35 Putri Herawati 70
16 Fitri Nurjanah 70 36 Siti Jenab 65
17 Hasan Mubarok 70 37 Sri Nuraeni 65
18 Hasanudin 65 38 Yeni Rohaeni 70
19 Hoerunnisa 75 39 Rani Sopiah 70
20 Hoho Siti J 70
Jumlah 2.545
Rata-rata 65,25
Keterangan :
Batas Lulus (Sesuai dengan penetapan KKM) adalah 65
Dari tabel 4.9 daftar nilai hasil belajar pada siklus pertama dapat terlihat
bahwa siswa yang dianggap berhasil memperoleh nilai > 65 sebanyak 26 orang
dengan prosentase 66,66 %, sedangkan yang mendapatkan nilai dibawah 65
sebanyak 13 orang dengan prosentase 33,34 %. Nilai rata-rata yang diperoleh dari
tindakan pertama adalah 65,25. Hasil belajar siswa pada siklus pertama dapat
dilihat dari grafik berikut ini:
61
Gambar 4.3
Grafik Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Selain tes hasil belajar, penelitian dilakukan pula pada aspek kegiatan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk melihat hasil penilaian
aktivitas siswa dapat dijabarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9
PENILAIAN KEGIATAN SISWA
No Nama Siswa
Aspek observasi
Keterangan Keaktifan Ketelitian
Tanggung
jawab
1 Ai Lela K K K
2 Amirudin K K C
3 Arip Hidayah K C C
4 Arip Hidayat C C B
5 Arip Munandar B B B
6 Asep Ahmad R C C K 7 Dede M Rahman C C K B = Baik
8 Deni Saprudin B B C 9 Desi Oktaviani B C C C = Cukup
10 Dina Andriana B C C 11 Dudung Ismail K C C K = Kurang
12 Eli Nurjanah K K K
13 Elim Halimah K K K
14 Eneng Nurliani K C C
15 Enjen Jaenal M C B C
16 Fitri Nurjanah C C C
17 Hasan Mubarok K C C
18 Hasanudin K K K
19 Hoerunnisa B B B
62
20 Hoho Siti J C C C
21 Ikbal Maulana C C C
22 Ila Nurlaela K K K
23 Ila Nurmilah K K K
24 Intan Nurajijah C C K
25 Iyan Sopian K K K
26 Kiki Jakiah C C C
27 Lia Yulianti K K K
27 Liah Sopiah K K K
28 Mia Kusmiati K K K
29 M Jaidan K K K
31 Mulyadi C C K
32 Novi Alinda C C C
33 Nurhalimah K K C
34 Pani Julianti C C C
35 Putri Herawati K K C
36 Siti Jenab K K K
37 Sri Nuraeni K K K
38 Yeni Rohaeni C C C
39 Rani Sopiah K C C
Jumlah K 21 16 17
Jumlah C 13 19 19
Jumlah B 5 4 3
Berdasarkan tabel diatas, pada siklus pertama aktivitas siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung masih belum terlalu baik, hal tersebut dapat
terlihat dari prosentase keaktifan siswa yang hanya mencapai 12,82 % yang
tergolong baik,hanya 5 dari 39 siswa yang aktif menyumbangkan pandapat dan
sering mengajukan pertanyaan. sedangkan yang lainnya masih terbilang kurang
atau bisa dikatakan hanya menjadi pendengar saja.
C. Analisis dan Refleksi
1) Analisis
Dari hasil pengamatan terhadap penerapan metode inkuiri pada siklus 1
yang dilakukan oleh mitra peneliti, strategi guru dalam penggunaan metode
63
pembelajaran belum sepenuhnya berorientasi pada konsep penemuan sendiri.
Ketika siswa melakukan percobaan, guru sering memberikan penjelasan yang
mengarah pada pemberitahuan konsep yang seharusnya dicari sendiri oleh siswa,
sehingga guru terlihat lebih mendominasi dan lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
2) Refleksi
Pertama, dalam proses pembelajaran guru belum sepenuhnya mengacu
pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sehingga masih terdapat
poin-poin kegiatan yang tidak dilaksanakan sesuai perencanaan.
Kedua, penerapan metode inkuiri dalam proses pembelajaran IPA pada
pokok bahasan sifat-sifat cahaya belum dilaksanakan secara maksimal sesuai
dengan perencanaan. Dalam proses pembelajaran guru masih memanjakan siswa
dengan penjelasan materi yang seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa.
Ketiga, siswa terlihat antusias dan sangat bersemangat dalam belajar
artinya pembelajaran sudah mulai berpusat pada siswa, namun dalam kondisi
tersebut masih banyak siswa yang tak mengerti makna pembelajaran yang sedang
berlangsung. Banyak diantara mereka yang hanya bermain dan tidak melakukan
tugas mereka seharusnya.
Keempat, guru masih dihadapkan pada masalah kooordinasi antara
kelompok agar mereka saling bekerjasama karena siswa selalu berebut
menggunakan alat peraga dalam pelaksanaan inkuiri.
64
Kelima, proses pembelajaran lebih interaktif dibandingkan sebelum
menggunakan metode inkuiri. Guru dan siswa mulai aktif berkomunikasi multi
arah mengemukakan pendapat dan pertanyaan mengenai materi pelajaran.
Berdasarkan refleksi dari kegiatan pada siklus I masih banyak kekurangan
serta kelemahan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung, maka dari itu
harus dibuat perencanaan kegiatan berikutnya pada siklus 2. Perencanaan
diataranya adalah perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang lebih rinci
dan berfokus pada siswa dengan menyusun kegiatan yang lebih bermakna pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Tindakan Kedua
a. Perencanaan ulang
Dalam pembuatan perencanaan pada tindakan kedua atau siklus 2 tidak
terlalu berbeda dengan perencanaan tindakan pertama siklus pertama yaitu :
1) Perencanaan diawali dengan menyusun rencana pembelajaran pokok bahasan
cahaya yang berpedoman pada kompetensi dasar kurikulum (KTSP 2006).
2) Melakukan koordinasi dengan teman sejawat sehubungan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan.
3) Menyiapkan ruang kelas serta alat dan bahan eksperimen yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan alokasi
waktu 2 jam pelajaran yaitu 70 menit dengan prosentase pembagian waktu
sebagai berikut :
65
Tabel 4.10
Rincian pembagian waktu pembelajaran IPA
No Jenis Kegiatan Waktu Prosentase (%)
1 Kegiatan Awal 5 Menit 7,15
2 Kegiatan Inti
a. Menjelaskan Langkah
Kegiatan
b. Melakukan Percobaan
c. Mengerjakan LKS
d. Melakukan Tanya Jawab
50 Menit 71,42
3 Kegiatan Akhir 15 Menit 21,43
Jumlah 70 Menit 100
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
1) Kegiatan Awal
Siswa membaca do’a bersama, kemudian guru mengabsen siswa. Guru
mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan
sifat-sifat cahaya yang sudah siswa ketahui sebelumnya.kegiatan apersepsi
diantaranya sebagai berikut :
Guru :”Anak-anak pernahkah kalian bermain di dekat kolam ikan?”.
Siswa :“Pernah”.
Guru :“Jika air nya bersih apakah kalian dapat melihat ikan yang
ada di dalamnya? .
Siswa :“Iya…”.
Guru :“Kalian masih ingat bagaimana cahaya merambat ?”.
Siswa :“Cahaya merambat lurus bu..”.
Guru : “Benda apa yang dapat ditembus oleh cahaya?”.
Siswa :“Benda bening bu..”.
Guru :“Nah air termasuk benda apa?”.
Siswa : “Benda bening bu..”.
Setelah tanya jawab tentang materi yang dibahas minggu sebelumnya,
guru menghubungkannya dengan materi yang akan dibahas.
66
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dimulai dengan menyuruh siswa kembali berkumpul dengan
masing-masing kelompoknya. Siswa dengan sigap berhambur dan sibuk mencari
teman satu kelompoknya.
Selanjutnya guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok.
“anak-anak seperti minggu lalu, coba perhatikan lembar kerja yang sudah ibu
bagikan !”. “iya bu.”. selain LKS, siswa juga disuruh mengambil benda-benda
yang dibutuhkan untuk kegiatan inkuiri. guru menjelaskan langkah-langkah
inkuiri dengan susunan yang sesuai. Siswa aktif bekerja dengan masing-masing
kelompoknya. Ada yang memegang LKS, ada pula yang menggunakan benda-
benda yang ada untuk melakukan praktek.
Pada saat kegiatan inkuri guru mengisi formulir observasi aktivitas siswa
untuk menilai proses kerja siswa dengan berkeliling kesetiap kelompok. Hal
tersebut dapat pula meningkatkan motivasi siswa dalam bekerja bersungguh-
sungguh serta tidak main-main.
Kegiatan guru berkeliling ke setiap kelompok juga diginakan sebagai
aktivitas membimbing siswa dalam mengisi LKS. Tak lepas dari pengawasan
siswa juga selalu diingatkan untuk berhati-hati menggunakan alat-alat eksperimen
“anak-anak kalian harus berhati-hati menggunakan benda-benda tersebut dalam
melakukan percobaan, terlebih lagi bahan pecah belahnya !”. anak-anak
mengagguk setuju.
67
Pada siklus kedua siswa disuruh membandingkan keadaan pensil yang
disimpan di dalam gelas kosong dengan pensil yang di simpan ke dalam gelas
berisi air. “Nah.. sekarang adakah parbedaan bentuk pensil pada gelas pertama
dan gelas kedua?”. salah satu siswa bertanya “ko.. pensil yang dicelupkan
kedalam gelas yang kedua terlihat patah bu…”. “mengapa bisa terjadi hal
semacam itu?”. Siswa mulai mencari tahu tentang konsep pembiasan yang terjadi.
Setelah selesai mengisi LKS, seperti biasa siswa melaporkan hasil
percobaan mereka secara bergilir. Kelompok yang lainnya memberikan
tanggapan. Pada kegiatan ini siswa belum sepenuhnya dapat memberikan
tanggapan yang sesuai dengan kebutuhan.
Pembelajaran sudah berlangsung kurang lebih 45 menit. Siswa terlihat
antusias dan tidak ada satu orang pun yang beranjak dari ruang kelas sebelum
waktu istirahat. Kegiatan tanya jawab pun berlangsung secara spontan antara
guru dengan siswa maupu siswa dengan siswa. Materi pembiasan cahaya cukup
membuat siswa terkagum-kagum karena menurut mereka cukup aneh melihat
pensil yang seperti patah karena air. Dan uang logam terlihat dangkal bila dilihat
di atas permukaan air. Guru pun memberi penjelasan dan penyamaan konsep
dengan siswa “jika pensil tersebut dimasukkan kedalam gelas kosong, maka
bentuknya masih sama, tetapi jika dalam gelas itu berisi air maka pensil terlihat
seperti patah”. “Mengapa demikian?”. “apakah udara dan air sama?”. Siswa
menjawab “beda bu”. “karena perbedaan zat tersebutlah maka bagian pensil yang
terlihat patah itu mengalami pembiasan cahaya”. Ungkap guru.
3) Kegiatan Akhir
68
Setelah rangkaian kegiatan inti dilaksanakan, guru mengumpulkan hasil
pekerjaan setiap kelompok. “anak-anak LKS nya akan ibu periksa, minggu depan
akan ibu bagikan kembali dengan nilainya”. Di akhir kegiatan guru mengulang
ringkasan materi pembiasan cahaya untuk dijadikan catatan siswa.
Rangkaian kegiatan pada siklus kedua, diperoleh data hasil tes yang
diberikan pada siswa serta hasil observasi terhadap penampilan guru dalam proses
pembelajaran yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11
HASIL PENGAMATAN TERHADAP GURU PADA SIKLUS 2
Segi Tingkah Laku yang Diamati Hasil Pengamatan
Keterangan Baik Cukup Kurang
11. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
12. Menyiapkan alat-alat yang
diperlukan.
13. Menggunakan metode inkuiri
dalam proses pembelajaran
14. Menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran
15. Menjelaskan langkah -
langkah tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa
16. Memberi kesempatan pada
siswa melakukan inkuiri
melalui eksperimen
17. Membeimbing kelompok /
individual
18. Memberi pertanyaan yang
mengarah pada pemecahan
masalah
19. Memberikan penguatan pada
siswa
20. Membimbing siswa membuat
kesimpulan tentang materi
yang diajarkan
69
Berdasarkan tabel diatas kegiatan guru sudah mulai mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada siklus kedua ini Guru sudah mulai dapat
mengkondisikan siswa dalam pelaksanaan percobaan serta diskusi kelompok
dengan menjelaskan langkah-langkah percobaan secara sistematis pada siswa,
sehingga siswa dapat memahami dan melakukan percobaan dengan tertib dan
disiplin.
Setelah kegiatan inti selesai, siswa diberikan tes hasil belajar untuk
mengukur tingkat pemahaman mereka setelah melakukan percobaan. Hasil belajar
siswa pada siklus kedua dapat terlihat pada tabela berikut ini :
Tabel 4.12
Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus 2
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Ai Lela 50 21 Ikbal Maulana 60
2 Amirudin 60 22 Ila Nurlaela 60
3 Arip Hidayah 60 23 Ila Nurmilah 55
4 Arip Hidayat 75 24 Intan Nurajijah 65
5 Arip Munandar 80 25 Iyan Sopian 60
6 Asep Ahmad R 70 26 Kiki Jakiah 80
7 Dede M Rahman 75 27 Lia Yulianti 75
8 Deni Saprudin 80 28 Liah Sopiah 60
9 Desi Oktaviani 85 29 Mia Kusmiati 70
10 Dina Andriana 80 30 M Jaidan 75
11 Dudung Ismail 75 31 Mulyadi 70
12 Eli Nurjanah 60 32 Novi Alinda 75
13 Elim Halimah 65 33 Nurhalimah 75
14 Eneng Nurliani 75 34 Pani Julianti 80
15 Enjen Jaenal M 70 35 Putri Herawati 75
16 Fitri Nurjanah 80 36 Siti Jenab 65
17 Hasan Mubarok 75 37 Sri Nuraeni 70
18 Hasanudin 65 38 Yeni Rohaeni 75
19 Hoerunnisa 85 39 Rani Sopiah 75
20 Hoho Siti J 70
Jumlah 2.755
Rata-rata 70,64
70
Dari tabel daftar nilai tes pada tindakan kedua diatas dapat terlihat mulai
ada peningkatan nilai dibandingkan dengan nilai hasil belajar pada siklus pertama.
Siswa yang dianggap berhasil memperoleh nilai > 65 sebanyak 29 orang dengan
prosentase 74,36 %, sedangkan yang mendapatkan nilai dibawah 65 sebanyak 10
orang dengan prosentase 25,64 %. Nilai rata-rata yang diperoleh dari tindakan
kedua adalah 70,64. Hasil belajar siswa pada siklus kedua dapat juga dilihat pada
grafik berikut ini:
Gambar 4.4
Grafik Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2
Grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil belajar siswa
dari siklus sebelumnya sebanyak 2,73 %. Dengan penerapan metode inkuiri yang
benar, hasil belajar terlihat banyak perkembangan.
Selain pemberian postest, untuk mengukur keberhasilan penerapan metode
inkuiri, penelitian ini dilengkapi pula dengan penilaian aspek kegiatan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk melihat hasil penilaian aktivitas
siswa dapat dijabarkan pada tabel berikut ini :
71
Tabel 4.12
PENILAIAN KEGIATAN SISWA
No Nama Siswa Aspek observasi
Keterangan Keaktifan Ketelitian
Tanggung jawab
1 Ai Lela C K K
2 Amirudin K K C
3 Arip Hidayah K C C
4 Arip Hidayat C C B
5 Arip Munandar B B B
6 Asep Ahmad R B C K 7 Dede M Rahman B C K B = Baik
8 Deni Saprudin B B C 9 Desi Oktaviani B C B C = Cukup
10 Dina Andriana B B B 11 Dudung Ismail B C C K = Kurang
12 Eli Nurjanah K K K
13 Elim Halimah B K K
14 Eneng Nurliani B C B
15 Enjen Jaenal M B B B
16 Fitri Nurjanah B B C
17 Hasan Mubarok B B B
18 Hasanudin B C K
19 Hoerunnisa B B B
20 Hoho Siti J B C C
21 Ikbal Maulana B C C
22 Ila Nurlaela C B C
23 Ila Nurmilah K K C
24 Intan Nurajijah B C B
25 Iyan Sopian K C K
26 Kiki Jakiah B C C
27 Lia Yulianti C K C
27 Liah Sopiah K K C
28 Mia Kusmiati K K C
29 M Jaidan K K C
31 Mulyadi B B K
32 Novi Alinda B C B
33 Nurhalimah K K C
34 Pani Julianti B B B
35 Putri Herawati B K C
36 Siti Jenab K K K
37 Sri Nuraeni C K K
38 Yeni Rohaeni B B B
39 Rani Sopiah B B C
72
Jumlah K 10 13 10
Jumlah C 5 14 17
Jumlah B 24 12 12
Dengan menyimak data dari tabel di atas, pada silkus kedua tingkat
keaktifan siswa meningkat dibanding siklus sebelumnya. Pada siklus kedua, siswa
yang aktif dalam proses belajar mencapai 61,53 %. Siswa mulai mengerti alur
pembelajaran yang mengharuskan mereka bekerja keras dan teliti dalam
melakukan inkuiri terhadap konsep yang ingin mereka ketahui.
c. Analisis dan Refleksi
1) Analisis
Pada siklus kedua mulai ada peningkatan nilai, baik individu maupun rata-
rata kelas. Namun nilai yang diperoleh belum merupakan nilai maksimal. Guru
dalam pelaksanaan penerapan metode inkuiri sudah cukup mengarah pada
aktifitas siswa. Guru hanya sebagai pembimbing agar siswa tetap belajar sesuai
alur langkah-langkah pembelajaran inkuiri. Kelemahan yang masih terasa pada
siklus kedua ini adalah siswa masih belum bisa secara lugas dan menggunakan
kalimat yang baik dalam melaporkan hasil penemuan mereka. Masih banyak
diantara mereka yang kurang memiliki kemampuan berbahasa.
2) Refleksi
Pertama, guru sudah mulai mengacu dan mengikuti alur kegiatan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sehingga proses pembelajaran mulai
sistematis dan terarah.
Kedua, penerapan metode inkuiri dalam proses pembelajaran IPA pada
pokok bahasan sifat-sifat cahaya dapat dilaksanakan secara maksimal sesuai
73
dengan perencanaan. Dalam proses pembelajaran guru sudah memberikan
motivasi untuk merangsang siswa melakukan penemuan.
Ketiga, siswa terlihat antusias dan sangat bersemangat dalam belajar.
Mereka mulai senang mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan.
Keempat, siswa mulai dapat bekerjasama dengan kelompoknya. Mereka
bahu membahu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Kelima, Guru dan siswa aktif berkomunikasi multi arah mengemukakan
pendapat dan pertanyaan mengenai materi pelajaran.
Berdasarkan refleksi dari kegiatan pada siklus kedua hasil yang dicapai
sudah cukup baik yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar, namun
demi memaksimalkan kualitas pembelajaran, maka dibuat kembali perencanaan
kegiatan berikutnya pada siklus ketiga. Perencanaan diataranya adalah
memaksimalkan kegiatan yang lebih rinci dan bermakna serta berfokus pada
siswa.
3. Tindakan Ketiga
a. Perencanaan Ulang
Perencanaan ulang dibuat setelah melakukan analisi dan refleksi terhadap
siklus sebelumnya. Pada siklus ketiga perencanaan dibuat dengan
mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pokok bahasan
dalam siklus ketiga adalah mengenai jenis bayangan pada macam-macam cermin.
Perencanaan dimulai dengan membuat RPP yang lebih matang, kemudian
dikonsultasikan dengan teman sejawat. Kemudian guru menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan untuk melakukan percobaan.
74
Perencanaan juga dilengkapi dengan pembuatan LKS, lembar observasi
guru dan siswa serta alat penilaian akhir (tercantum dalam lampiran RPP).
Tabel 4.13
Rincian pembagian waktu pembelajaran IPA
No Jenis Kegiatan Waktu Prosentase (%)
1 Kegiatan Awal 5 Menit 7,15
2 Kegiatan Inti
a. Menjelaskan Langkah
Kegiatan
b. Melakukan Percobaan
c. Mengerjakan LKS
d. Melakukan Tanya Jawab
50Menit 71,42
3 Kegiatan Akhir 15 Menit 21,43
Jumlah 70 Menit 100
b. Pelaksanaan Tindakan dan observasi
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal masih seperti biasa yaitu siswa membaca do’a bersama,
kemudian guru mengabsen siswa. Guru mengadakan apersepsi dengan
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya yang sudah
siswa ketahui sebelumnya. Kegiatan apersepsi diantaranya sebagai berikut:
Guru :”anak-anak scoba sebutkan sifat-sifat cahaya yang sudah kalian
ketahui !”.
Siswa :”cahaya merambat lurus bu, cahaya dapat menembus benda
bening, cahaya dapat mengalami pembiasan..”.
Guru :”Iya , betul sekali.. nah, bagaimana bila cahaya mengenai benda,
misalnya cermin?”
Setelah kegiatan apersepsi seperti diatas, langkah selanjutnya adalah
menghubungkannya dengan materi yang akan diajarkan yaitu jenis-jenis cermin.
2) Kegiatan Inti
75
Kegiatan inti dimulai dengan membagi kelompok seperti biasanya. Mereka
kembali berkumpul dengan rekan kelompok masing-masing. Ketua kelompok
mengambil benda-benda sebagai alat percobaan. Guru menjelaskan langkah-
langkah pernemuan. Pada siklus ketiga siswa mulai terbiasa dengan tugas dan
tanggung jawab dalam melakukan percobaan. Mereka sudah terlihat tertib dan
tidak ada yang bermain-main. “anak-anak kalian isi LKS nya berdasarkan hasil
percobaan yang kalian lakukan !”. dengan hanya petunjuk sederhana saja siswa
mengerti apa yang harus mereka lakukan.
Soal-soal dalam LKS pada siklus ketiga berupa pertanyaan-pertanyaan
yang memerlukan daya nalar siswa. Untuk menemukan konsep jawaban siswa
harus mengumpulkan informasi dari hipotesis yang menjadi jawaban sementara.
Siswa dengan teliti mencari tahu dan menemukan jenis-jenis bayangan pada
cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Mereka mengidentifikasi
dengan cermat perbedaan pada ketiga macam cermin tersebut.
Pada siklus ketiga alat yang digunakan diantaranya : cermin datar, sendok
makan, dan kaca spion. Siswa mengamati bayangan yang dibentuk pada macam-
macam cermin tersebut. “bu..ternyata bayangan yang muncul pada tiga macam
cermin ini berbeda ya..”. Guru memberikan arahan “iya.. Nah tuliskan perbedaan
yang ada pada lembar kerja kalian !”.
Selain aktivitas siswa seperti diatas, kegiatan inkuri disertai dengan
aktivitas guru mengisi lembar observasi terhadap siswa. Guru berkeliling
memberikan bimbingan serta arahan dalam pelaksanaan percobaan.
3) Kegiatan Akhir
76
Setelah kegiatan inti selesai, guru menyuruh siswa melaporkan hasil
percobaan secara bergilir. Pada kegiatan akhir kali ini guru memilih siswa terbaik
dalam mengemukakan pendapat serta penyampaian laporan. Hasil yang diperoleh
ternyata kelompok dua dengan ketua kepompok Hoerunisa menjadi kelompok
teraktif dan ketuanya sebagai siswa terbaik dalam menyampaikan laporan.
Di akhir pembelajaran guru dan siswa merumuskan kesimpulan yang
berasal dari tanya jawab sebelumnya. Kemudian guru memberikan soal-soal
latihan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.
Hasil observasi terhadap penampilan guru dalam proses pembelajaran
pada siklus ketiga dapat terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.14
HASIL PENGAMATAN TERHADAP GURU PADA SIKLUS 3
Segi Tingkah Laku yang Diamati Hasil Pengamatan
Keterangan Baik Cukup Kurang
21. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
22. Menyiapkan alat-alat yang
diperlukan.
23. Menggunakan metode inkuiri
dalam proses pembelajaran
24. Menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran
25. Menjelaskan langkah - langkah
tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa
26. Memberi kesempatan pada
siswa melakukan inkuiri
melalui eksperimen
27. Membeimbing kelompok /
individual
28. Memberi pertanyaan yang
mengarah pada pemecahan
masalah
29. Memberikan penguatan pada
siswa
77
30. Membimbing siswa membuat
kesimpulan tentang materi
yang diajarkan
Berdasarkan tabel diatas, aktivitas guru dalam penerapan metode inkuiri
sudah sangat baik dan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan.
Selain aktivitas guru, yang menjadi sasaran penelitian adalah hasil belajar
siswa. Pada siklus ketiga, hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut
dapat terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.15
Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus 3
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Ai Lela 65 21 Ikbal Maulana 75
2 Amirudin 70 22 Ila Nurlaela 80
3 Arip Hidayah 70 23 Ila Nurmilah 70
4 Arip Hidayat 80 24 Intan Nurajijah 90
5 Arip Munandar 90 25 Iyan Sopian 70
6 Asep Ahmad R 80 26 Kiki Jakiah 95
7 Dede M Rahman 85 27 Lia Yulianti 80
8 Deni Saprudin 100 28 Liah Sopiah 70
9 Desi Oktaviani 90 29 Mia Kusmiati 80
10 Dina Andriana 90 30 M Jaidan 85
11 Dudung Ismail 80 31 Mulyadi 80
12 Eli Nurjanah 70 32 Novi Alinda 85
13 Elim Halimah 75 33 Nurhalimah 85
14 Eneng Nurliani 85 34 Pani Julianti 100
15 Enjen Jaenal M 95 35 Putri Herawati 85
16 Fitri Nurjanah 85 36 Siti Jenab 70
17 Hasan Mubarok 85 37 Sri Nuraeni 75
18 Hasanudin 6 38 Yeni Rohaeni 90
19 Hoerunnisa 100 39 Rani Sopiah 85
20 Hoho Siti J 85
Jumlah 3.136
Rata-rata 80,41
78
Dari tabel daftar nilai tes pada tindakan ketiga diatas dapat terlihat adanya
peningkatan yang cukup signifikan. Siswa yang dianggap berhasil memperoleh
nilai > 65 sebanyak 38 orang dengan prosentase 97,44 %, sedangkan hanya 1
orang yang mendapatkan nilai 65 dengan prosentase 2,56 %. Nilai rata-rata yang
diperoleh dari tindakan ketiga adalah 80,41.
Hasil belajar yang baik yang tergambar pada siklus ketiga ini adalah buah
dari respon siswa terhadap metode inkuiri yang diterapkan khususnya pada mata
pelajaran IPA pokok bahasan cahaya. Respon baik siswa terhadap pembelajaran
pada siklus ketiga dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut :
Tabel 4.16
PENILAIAN KEGIATAN SISWA
No Nama Siswa Aspek observasi
Keterangan Keaktifan Ketelitian
Tanggung jawab
1 Ai Lela C C K
2 Amirudin C C C
3 Arip Hidayah C C C
4 Arip Hidayat B B B
5 Arip Munandar B B B
6 Asep Ahmad R B B C 7 Dede M Rahman B B C B = Baik
8 Deni Saprudin B B B 9 Desi Oktaviani B C B C = Cukup
10 Dina Andriana B B B 11 Dudung Ismail B C C K = Kurang
12 Eli Nurjanah C C C
13 Elim Halimah B C C
14 Eneng Nurliani B B B
15 Enjen Jaenal M B B B
16 Fitri Nurjanah B B B
17 Hasan Mubarok B B B
18 Hasanudin B B C
19 Hoerunnisa B B B
20 Hoho Siti J B C C
21 Ikbal Maulana B C B
22 Ila Nurlaela B B C
79
23 Ila Nurmilah C C B
24 Intan Nurajijah B C B
25 Iyan Sopian B C B
26 Kiki Jakiah B B B
27 Lia Yulianti B C C
27 Liah Sopiah C C C
28 Mia Kusmiati B C C
29 M Jaidan B C B
31 Mulyadi B B C
32 Novi Alinda B C B
33 Nurhalimah B B B
34 Pani Julianti B B B
35 Putri Herawati B B C
36 Siti Jenab C B C
37 Sri Nuraeni B B C
38 Yeni Rohaeni B B B
39 Rani Sopiah B B B
Jumlah K - - 1
Jumlah C 7 17 17
Jumlah B 32 22 21
Dengan menyimak data dari tabel di atas, pada siklus ketiga tingkat
keaktifan siswa meningkat dibanding siklus sebelumnya. Pada siklus ketiga, siswa
yang aktif dalam proses belajar mencapai 82,05 %. Hal tersebut menunjukkan
tingkat keaktifan siswa yang sangat meningkat tajam.
b. Analisis dan Refleksi
3) Analisis
Pada siklus ketiga terlihat banyak peningkatan hasil belajar. Hal tersebut
dapat terlihat dari perolehan nilai posttes baik individu maupun rata-rata kelas
yang cukup memuaskan. Hal tersebut menunjukkan kinerja guru dalam proses
pembelajaran sudah cukup baik. Selain itu proses pembelajaran di kelas sudah
mulai terlihat kondusif. Siswa pun sangat bersemangat mengikuti pelajaran.
Mereka aktif melakukan percobaan mencari dan menemukan sendiri konsep-
konsep IPA khususnya pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya.
80
4) Refleksi
Pada tindakan ketiga ini, terdapat banyak sekali peningkatan hasil belajar .
Keaktifan siswa serta kinerja guru dalam mengajar pun mengalami perubahan
yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri pada
pembelajaran IPA khususnya pokok bahasan cahaya sangat efisien dan efektif
guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari data yang dihasilkan pada tindakan ketiga diperoleh temuan-temuan
sebagai berikut :
Pertama, metode inkuiri dapat diterapkan pada pembelajaran IPA pokok
bahasan cahaya dengan alur kegiatan yang berpusat pada siswa.
Kedua, penerapan metode inkuiri dalam proses pembelajaran IPA pada
pokok bahasan sifat-sifat cahaya dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.
Dengan bimbingan guru, siswa melakukan penemuan sendiri konsep sifat-sifat
cahaya.
Ketiga, siswa terlihat menyukai metode pembelajaran inkuiri yang
mendorong mereka aktif mencari dan menemukan konsep materi pelajaran dengan
melakukan percobaan-percobaan.
Keempat, munculnya rasa kebersamaan dan kekeluargaan dalam proses
pembelajaran.
Kelima, dengan metode yang variatif, hasil yang dicapai lebih maksimal.
Nilai yang diperoleh siswa sangat memuaskan. Hal tersebut menunjukkan adanya
perubahan makna pembelajaran dari hanya sekedar mendengarkan, menghafal dan
81
mengerjakan soal-soal menjadi proses pembelajaran yang lebih bermakna yang
akan melekat lebih lama pada diri siswa.
Dengan demikian, berdasarkan hasil observasi, analisis, refleksi dan revisi
pembelajaran pada tindakan ketiga ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Pengkondisian siswa pada saat pembelajaran berlangsung hasrus benar-benar
terarah, dengan mengatur secara baik pengelompokkan siswa agar seimbang
dan semua bisa mengikuti pembelajaran dengan aktif.
2. Keinginan serta upaya yang keras dari seorang guru untuk mencari metode dan
pendekatan pembelajaran yang sesuai akan sangat berpengaruh tingkat
keberhasilan belajar siswa. Metode inkuiri sangat efektif bila diterapkan
dengan benar pada proses pembelajaran IPA khususnya pokok bahasan cahaya.
3. Perlu membuat skensrio pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa pada
proses inkuiri agar mendapat hasil belajar yang lebih bermakna.
4. Guru perlu mendalami penyusunan langkah-langkah pembelajaran dengan
metode inkuiri, agar dalam pelaksanaannya siswa belajar aktif dan terarah
tanpa didominasi oleh guru.
Setelah diterapkannya metode inkuiri pada proses pembelajaran IPA
khususnya pokok bahasan sifat-sifat cahaya, terlihat adanya peningkatan hasil
belajar pada siswa. Grafik perolehan hasil belajar pun meningkat dari siklus
pertama ke siklus berikutnya. Hal tersebut menandakan bahwa metode inkuri
adalh metode yang tetap digunakan pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Data perolehan nilai hasil belajar dari ketiga siklus dapat terlihat pada tabel
berikut :
82
Tabel 4.17
Rekap Post Tes Hasil Belajar Siswa
No Nama Siswa Nilai yang diperoleh
Ket Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Ai Lela 40 40 50 65
2 Amirudin 40 50 60 70
3 Arip Hidayah 40 50 60 70
4 Arip Hidayat 60 70 75 80
5 Arip Munandar 65 70 80 90
6 Asep Ahmad R 60 65 70 80
7 Dede M Rahman 60 70 75 85
8 Deni Saprudin 65 75 80 100
9 Desi Oktaviani 70 75 85 90
10 Dina Andriana 65 75 80 90
11 Dudung Ismail 60 70 75 80
12 Eli Nurjanah 45 50 60 70
13 Elim Halimah 40 50 65 75
14 Eneng Nurliani 55 60 75 85
15 Enjen Jaenal M 60 70 70 95
16 Fitri Nurjanah 65 65 80 85
17 Hasan Mubarok 60 60 75 85
18 Hasanudin 50 50 65 60
19 Hoerunnisa 75 75 85 100
20 Hoho Siti J 65 65 70 85
21 Ikbal Maulana 50 55 60 75
22 Ila Nurlaela 40 55 60 80
23 Ila Nurmilah 45 50 55 70
24 Intan Nurajijah 55 60 65 90
25 Iyan Sopian 50 55 60 70
26 Kiki Jakiah 70 75 80 95
27 Lia Yulianti 55 60 75 80
28 Liah Sopiah 50 55 60 70
29 Mia Kusmiati 60 60 70 80
30 M Jaidan 60 60 75 85
31 Mulyadi 55 65 70 80
32 Novi Alinda 60 65 75 85
33 Nurhalimah 60 65 75 85
34 Pani Julianti 65 70 80 100
35 Putri Herawati 60 65 75 85
36 Siti Jenab 55 60 65 70
37 Sri Nuraeni 50 65 70 75
38 Yeni Rohaeni 50 65 75 90
39 Rani Sopiah 65 65 75 85
Jumlah 2.195 2.425 2.755 3.190
Rata-rata 56,28 62,17 70,64 80,79
83
Selain tabel nilai hasil belajar siswa, observasi penampilan guru dalam
pembelajaran dan penilaian aktivitas terhadap siswa, penelitian dilengkapai
dengan penyebaran angket serta wawancara terhadap siswa guna mengukur
efektivitas metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD khususnya pada pokok
bahasan cahaya. Berikut ini adalah tabel hasil pengolahan angket setelah di isi
oleh siswa sehubungan dengan penerapan metode inkuiri pada pembelajaran IPA
pokok bahasan cahaya.
Tabel 4.18
REKAP HASIL ANGKET SISWA
Jumlah Responden : 39 orang (Siswa Kelas V SDN 2 Cibogogirang)
No Aspek pertanyaan Pilihan %
1 Apakah kamu menyenangi pelajaran
IPA ?
a. Ya
b. Biasa-biasa saja
c. Tidak
80,05
12,82
5,13
2 Apakah menurutmu pelajaran IPA
itu mudah ?
a. Ya
b. Biasa-biasa saja
c. Tidak
76,93
15,38
7,69
3 Apakah materi cahaya pada pelajaran
IPA dapat cepat dipahami dan
dimengerti melalui metode inkuiri ?
a. Ya
b. Biasa-biasa saja
c. Tidak
84,62
15,38
-
4 Apakah waktu yang disediakan
cukup untuk menyelesaikan tugas –
tugas dari guru?
a. Ya
b. Biasa-biasa saja
c. Tidak
76,94
17,94
5,12
5 Apakah menurutmu metode inkuiri
yang diterapkan pada konsep cahaya
membuat kamu lebih bersemangat
dalam belajar IPA ?
a. Ya
b. Biasa-biasa saja
c. Tidak
87,18
12,82
-
84
Berdasarkan hasil pengolahan angket yang disebar pada siswa yang
menjadi sempel penelitian yaitu siswa kelas V (Lima) SD Negeri 2 Cibogogirang
sebanyak 39 responden menunjukkan besarnya minat siswa terhadap mata
pelajaran IPA yang mencapai 80,05 %. Penerapan metode inkuiri pada mata
pelajaran IPA pokok bahasan cahaya sangat menarik perhatian siswa sehingga
mereka lebih cepat memahami konsep-konsep yang mereka temukan sendiri
melalui percobaan. Tingkat efektifitas cepatnya siswa memahami materi atau
konsep cahaya melalui metode inkuiri ini mencapai mencapai 76,93 %. Selain itu
metode inkuiri juga memacu semangat siswa dalam belajar, hal ini dapat dilihat
dari prosentase minat dan semangat siswa di dalam proses pembelajaran yang
mencapai 87,18 %. Hampir lebih dari sebagian jumlah siswa memiliki semangat
belajar yang tinggi, sehingga hasil belajar semakin meningkat.
Selain angket, instrumen penelitian juga dilengkapi dengan melakukan
wawancara terhadap siswa dan guru guna melihat seberapa besar respon mereka
terhadap penerapan metode pembelajaran inkuiri yang dilakukan di kelas V SD
pada pokok bahasan cahaya. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa
setelah pembelajaran menggunakan metode inkuri menunjukkan respon positif.
Menurut sebagian besar siswa yang menjadi responden, melakukan eksperimen
dalam kegiatan pembelajaran adalah hal yang menyenangkan. Bereksperimen
dalam melakukan inkuiri mudah tetapi harus dikerjakan dengan sungguh-
sungguh. Belajar IPA menjadi lebih menyenangkan, terlebih lagi ketika mereka
disuruh oleh guru untuk menggunakan alat-alat sendiri dalam melakukan
percobaan. Siswa merasa cukup mempunyai waktu dan merasa sangat dihargai
85
karena guru memberikan kesempatan luas kepada siswa dalam kegiatan
percobaan.
Wawancara juga dilakukan terhadap guru kelas V. Hasil wawancara
terlihat adanya kepuasan mengajar menggunakan metode inkuiri, karena guru
merasa inilah metode yang sangat tapat dalam pembelajaran IPA. Siswa memang
seharusnya terbiasa melakukan percobaan sendiri untuk menemukan konsep ilmu
pengetahuan terutama dalam mata pelajaran IPA. Namun ada kendala yang
ditemukan ketika metode inkuiri diterapkan pada sekolah yang kurang memiliki
peralatan yang cukup. Tetapi itu semua bisa diakali dengan kreatifitas dan daya
imajinatif guru dalam mengganti alat-alat percobaan dengan media sederhana.
c. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data dari tabel diatas terlihat peningkatan hasil belajar siswa
pada setiap siklusnya. Perolehan nilai dari pra siklus adalah 56,28. ini
menunjukkan bahwa prestasi hasil belajar siswa sebelum menggunakan metode
inkuiri dapat diketegorikan rendah atau kurang, karena berada dibawah rata-rata
nilai KKM yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 62.
Dengan perencanaan serta tindakan yang dirancang sedemikian rupa pada
siklus 1 hasil belajar yang diperoleh cukup baik melebihi batas nilai KKM dengan
nilai rata-rata kelas 65,25. Hasil belajar tersebut terus ditingkatkan dengan
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada saat tindakan dilakukan
melalui refleksi. Hasil yang diperoleh pada siklus 2 cukup meningkat dengan nilai
rata-rata kelas 70,64. Perbaikan terus dilakdanakan hingga mencapai nilai
86
maksimal yang diperoleh pada siklus 3 dengan nilai rata-rata kelas 80,79. Hasil
belajar ini merupakan nilai rata-rata kelas yang cukup memuaskan karena sudah
jauh melebihi batas nilai KKM yang ditetapkan sebelumnya. Maka dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapam metode belajar yang variatif, efektif dan
efisien pembelajaran IPA di SD dapat mencapai nilai yang memuaskan.
Penerapan metode inkuiri dianggap sangat efisien dalam pembelajaran IPA
khususnya pokok bahasan cahaya.
Dari tiga siklus yang dilakukan pada saat penelitian, hasil belajar yang
diperoleh cukup mengalami peningkatan. Rekap hasil belajar tersebut dapat
terlihat dari grafik berikut ini:
Gambar 4.5
Garfik Nilai Hasil Belajar Siswa
Jumlah Siswa
87
Selain nilai hasil belajar yang meningkat naik, penerapan metode inkuiri
mempengaruhi aktivitas siswa. Aktifitas siswa dari ketiga siklus dapat terlihat dari
grafik berikut:
Gambar 4.6
Grafik Rekap Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran dengan
Menggunakan Metode Inkuiri
Jumlah Siswa
88
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 2 bulan
dengan menggunakan 3 siklus PTK sehubungan dengan penerapan metode inkuiri
dalam pembelajaran IPA di SD pokok bahasan cahaya, dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD, hasil
belajar yang diperoleh siswa kurang baik, masih dibawah rata-rata KKM. Hal
tersebut disebabkan karena guru hanya menggunakan metode ceramah, yang
hanya menerangkan materi, kemudian siswa diperintahkan untuk menghafal
catatan yang diberikan oleh guru tanpa adanya interaksi maupun percobaan
untuk mencari sendiri konsep-konsep IPA yang akan membuat siswa labih
termotivasi dan pembelajaran lebih bermakna.
2. Proses pembelajaran IPA ketika menggunakan metode inkuiri lebih
menunjukkan suasana pembelajaran yang kondusif. Hal tersebut dapat terlihat
pada aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang lebih terfokus pada siswa
dalam mencari konsep-konsep materi , sehingga mereka lebih aktif dalam
belajar. Dalam kondisi ini guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator serta
motivator saja. Guru membimbing siswa dalam mencari dan menyimpulkan
materi.
89
3. Hasil belajar siswa setelah menggunakan metode inkuiri mengalami
kemajuan serta meningkat cukup baik. Khususnya pada pokok bahasan
cahaya, siswa lebih termotivasi untuk belajar lebih baik dan aktif serta
komikatif baik dengan guru maupun teman sendiri.
4. Tanggapan siswa terhadap penerapan metode inkuiri cukup baik. Mereka
menjadi termotivasi melakukan percobaan untuk menemukan konsep-onsep
ilmu pengetahuan sehingga bermanfaat bagi mereka guna meningkatkan daya
krestifitas dalam menciptakan gagasan dan ide-ide baru dalam kontek yang
lebih luas.
C. Rekomendasi
Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah menggunakan metode inkuiri
dalam pembelajaran IPA di SD pada pokok bahasan cahaya cukup baik. Oleh
karena itu metode tersebut dirasakan sangat efektif bagi guru dalam meningkatkan
tingkat profesionalisme nya dalam bekerja. Rekomendasi dari penelitian
penerapan metode inkuiri pada pembelajaran IPA di SD ini diantaranya :
1. Bagi guru yang ingin menggunakan metode inkuri dalam proses pembelajaran
harus mampu mencerna latar belakang kemampuan intelektual siswa dan
kondisi sekolah.
2. Guru harus mampu mengkoordinir dan mengefektifkan alat-alat yang ada
sebagai media pembelajaran yang diperlukan dalam proses percobaan atau
eksperimen.
90
3. Guru harus membuat rencana pembelajaran dengan memberikan pengalaman
belajar langsung pada siswa melului percobaan.
4. Guru harus mampu mengatur waktu seefisien mungkin pada saat inkuiri
dilakukan, sehingga siswa tidak banyak membuang waktu untuk hal-hal yang
tidak berhubungan dengan pembelajaran.
5. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memacu tenaga pendidik
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik. Penelitian dapat digunakan pada
waktu dan tempat yang berbeda demi mamaksimalkan hasil penelitian.
91
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
Ali, M. (2004). Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Algensindo
Awangga, S. (2007). Proposal Penelitian. Yogyakarta : Pyramid Publisher.
Daryanto (1997). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : PT. Apollo
Dimyati, dan Mudjiono. 1992. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Proyek
Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Depdikbud.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hatimah, at al. 2007. Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Iskandar, S (2006). “Penelitian Tindakan Kelas”,Motodik Didaktik, 1, (1), 1-16.
Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D III
Koes H, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung : JICA
Mudjito.(1998) Manajemen Sekolah Dasar. Bandung: : Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Nasution, N. et al. (2005). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
_______. (2007). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pusat Kurikulum-Badan Penelitian & Pengembangan Depdiknas. (2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran IPA SD. Jakarta:
Depdikbud.
Sujana, N. Dkk. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
_______. 1989. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
91
Sumantri, M. Syaodih, N (2006/2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Sumatri, M. dan Permana, J (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Depdikbud.
Surya, M. (1992). Pesikologi Pendidikan . Bandung. CV.Idola Of Indonesia.
Suryosubroto, B. 1996. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta : PT Rineka
Cipta
_______. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Syaodih, N. (2004). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Rineka Cipta.
UPI. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press
UPI@ digilib . upi.edu .tersedia :http:// www.google.co.id/gwt/n? eosr= on q = %
Usman, Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung :
Rosda Karya
_______. (2000). Menjadi Guru Profesional. (edisi kedua). Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Wahyudin, D, dkk. (2008). Pengantar Pendidkan. Jakarta : Universitas Terbuka
Wardhani, I et al. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. (edisi kesatu). Jakarta:
Universitas Terbuka.
Winatraputra, S Udin.dkk. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Wiriatmaja, R. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
www.idtesis.blogspot.com
Yasbiati. (2005). “Jurnal Pendidikan Dasar”. Pengembangan Keterampilan
Proses Sains. 2, (4), 27-30.