prroo poossaall npeenneelliittiiaan penelitian pengembangan teknologi...

26
MAK : 1800.019.008.049 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN DAN PEMUPUKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI MENDUKUNG PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) Dr. DIAH SETYORINI Satker 648680 BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    MAK : 1800.019.008.049

    PPRROOPPOOSSAALL PPEENNEELLIITTIIAANN

    PENELITIAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN DAN PEMUPUKAN

    UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI MENDUKUNG PROGRAM PENINGKATAN

    PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN)

    Dr. DIAH SETYORINI

    Satker 648680

    BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

    KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    1. Judul RPTP : Penelitian Pengembangan Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)

    2. Nama Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah

    3. Alamat Unit Kerja : Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123

    4. Penanggungjawab RPTP

    a. Nama : Dr. Diah Setyorini b. Pangkat/Golongan : Penata III/d c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda

    3. Lokasi Penelitian : Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB

    4. Biaya Penelitian : Rp 300.000.000,- (Tiga ratus juta rupiah)

    5. Sumber Dana : DIPA Satker : Balai Penelitian Tanah, Tahun Anggaran 2011

    Koordinator Program

    Dr. Husnain NIP. 197309102001122001

    Penanggung Jawab

    RPTP

    Dr. Diah Setyorini NIP. 19620624 198603 2 002

    Mengetahui,

    Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

    Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, MSc NIP. 19600329 198403 1 001

    Kepala Balai Penelitian Tanah

    Dr. Ir. Sri Rochayati, MSc NIP. 19570616 198603 2 001

  • iii

    RINGKASAN USULAN PENELITIAN 1. Judul RPTP :

    Penelitian Pengembangan Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)

    2. Nama dan Alamat Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah

    Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123

    3. Sifat Usulan Penelitian : Lanjutan

    4. Penanggungjawab : Dr. Diah Setyorini

    5. Justifikasi 1. Status hara tanah mengalami perubahan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan petani. Lahan sawah yang dikelola secara intensif diduga mengalami peningkatan kadar hara tanah, terutama kadar P dan K, serta ketidakseimbangan hara. Sebaliknya pada lahan sawah yang dikelola tidak intensif atau jarang dipupuk, mengalami penurunan kadar hara, terutama hara K yang mudah tercuci.

    2. Untuk mendukung akurasi rekomendasi pemupukan spesifik lokasi, ketepatan alokasi pupuk, efisiensi pemupukan, dan peningkatan mutu intensifikasi maka rekomendasi pemupukan padi sawah yang didasarkan pada Peta Status Hara P dan K Lahan Sawah yang dibuat tahun 2010-2011 perlu diverifikasi di beberapa lokasi yang mengalami penurunan status hara/kesuburan tanah.

    3. Potensi lahan kering untuk budidaya tanaman padi gogo sangat luas. Dengan menerapkan teknologi pengelolaan tanah, air dan hara yang tepat, produktivitas padi gogo dapat ditingkatkan. Teknologi pengelolaan hara dan tanaman terpadu untuk tanaman padi gogo perlu diverifikasi apakah sesuai untuk diterapkan pada kondisi agroekosistem yang berbeda melalui perhitungan neraca hara

    6. Tujuan

    a. Tahunan 1.

    Melakukan verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah yang mengalami penurunan kesuburan tanah,

    2. Merakit teknologi pengolahan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi masam dan basa.

    b. Jangka panjang : Mengembangkan teknologi pengelolaan hara di lahan sawah dan lahan kering secara terpadu

  • iv

    dan spesifik lokasi mendukung program P2BN.

    7. Luaran yang diharapkan : a. Tahunan : 1. Satu paket rekomendasi pemupukan padi

    sawah yang terverifikasi. 2. Komponen teknologi pengolahan hara untuk

    padi gogo di lahan kering bereaksi masam dan basa.

    b. Jangka panjang Teknologi pengelolaan tanah, air dan penerapan pemupukan berimbang dan terpadu spesifik lokasi untuk padi sawah dan padi gogo mendukung program P2BN.

    8. Manfaat dan dampak kegiatan

    : Dengan diterapkannya teknologi pengelolaan tanah, air dan pemupukan yang tepat, maka produktivitas padi sawah dan padi gogo dalam pola pertanaman untuk mendukung P2BN dapat optimal dan produktivitas tanah dan lingkungan tetap lestari.

    9. Sasaran akhir : Peningkatan produktivitas padi sawah dan padi gogo mendukung program P2BN

    10. Lokasi penelitian : Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB

    11. Jangka waktu : Mulai TA 2010, berakhir 2014

    12. Sumber dana : DIPA/RKAKL Satker : Balai Penelitian Tanah, TA 2012.

  • v

    SUMMARY 1. Title of RPTP :

    Research Development of Land and Nutrient

    Management Technology to Increase Rice Productivity to Support the National Rice Production Enhancement Program (P2BN)

    2. Implementation Unit : Indonesian Soil Research Institute (ISRI) Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor

    3. Location : Banten, West and Central Java, NTB 4. Objective a. Short term : 1. To verify fertilizer recommendation’s under

    degraded soil fertility status 2. To asses the technology of nutrient management

    to support increasing productivity of upland rice

    b. Long term : Developing a soil, water and nutrient management technologies under site-specific conditions for lowland and upland rice to support P2BN programs

    7. Expected Output : a. Short term : 1. Fertilizer recommendation for lowland rice under

    degraded soil fertility status 2. Nutrient management technology to support an

    increasing productivity of upland rice b. Long term Land management technologies integrated with

    the application of balanced fertilization to increased lowland and upland rice productivity

    6. Description of methodology

    : 1. 2.

    There are two trials under first experiments which is located in intensified lowland areas in Banten Central Java. The central field experiment was set up under Randomized completed block design with 10 treatments and 3 replications. The satelitte experiment was spread out in five different location on radius 5 km from central exp. With 5 treatment and no rep. The treatment was combination between minus one test (-N,-P,-K) and recommended fertilizer (in-organic and organic). Observations were made on agronomic, soil physic, chemical and biological properties and simple nutrient balance sheet. There second rice field experiments were set up on upland areas at West Java and NTB. The experiments were set up under Randomized Completed Block design with 10 treatments and 3 replications. The treatment was combination between ameliorant (to provide better soil

  • vi

    condition fo nutrient avalaibility in the soil) and inorganic fertilizer. Observations were made on agronomic, soil physical, chemical and biological properties and simple nutrient balance sheet.

    7. Duration : 5 years, FY 2010 – FY 2014

    8. Budget/Fiscal Year 2012 : Rp 300.000.000,- (Three hundred million rupiahs) 9. Source of budget : DIPA/RKAKL 648680 Indonesian Soil Research

    Institute (ISRI), Fiscal Year 2012.

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Program Kementerian Pertanian dalam upaya mempertahankan ketahanan

    pangan nasional adalah peningkatan produksi beras minimal 5% per tahun serta

    pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 yang dilaksanakan antara lain

    dengan perbaikan varietas padi melalui bantuan benih padi unggul bersertifikat, pupuk

    an-organik dan pupuk organik serta bimbingan dan pelatihan metode Sekolah Lapang

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).

    Kontribusi lahan sawah irigasi dalam peningkatan produtivitas padi sangat

    nyata, namun demikian dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir luas lahan sawah

    intensif/irigasi semakin menciut dengan laju sekitar 40-50 ribu ha per tahun tanpa

    diimbangi dengan pencetakan sawah baru yang setara. Untuk mengisi kehilangan

    produksi padi dari lahan sawah irigasi yang terkonversi, pengembangan padi gogo di

    lahan kering atau tadah hujan harus didukung melalui penerapan teknologi yang tepat.

    Penerapan teknologi pengelolaan tanaman serta tanah, air dan pupuk harus

    disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi agar selaras dengan potensi produksinya.

    Tingkat kesuburan lahan sawah (status hara P dan K tanah) telah diteliti dan

    dipetakan pertama kali oleh Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1970 dan kemudian

    diperbaiki dan disempurnakan untuk 22 provinsi sentra produksi beras pada tahun-

    tahan selanjutnya. Hasil pengamatan tahun 1995-2000 dibandingkan data tahun

    1970an menunjukkan bahwa hampir seluruh lahan sawah intensifikasi telah mengalami

    akumulasi hara P dan K di dalam tanah akibat pemupukan yang intensif selama

    periode revolusi hijau (Setyorini et al., 2003). Hasil updating peta status hara P dan K

    tahun 2010-2011 di Pulau Jawa menunjukkan trend yang berbeda, dimana status hara

    K tanah sawah mengalami penurunan dan status P tanah meningkat akibat

    penggunaan pupuk yang tidak berimbang (Setyorini et al, 2011).

    Potensi lahan kering untuk pengembangan tanaman pangan sekitar 5,1 juta ha

    yang tersebar di berbagai provinsi dengan jenis tanah utama Inceptisol, Ultisol, Oxisol

    (Anonim, 2010). Namun demikian lahan ini belum dimanfaatkan secara optimal karena

    terkendala oleh kesuburan tanah rendah (pH tanah rendah, kandungan unsur hara

    makro dan bahan organik rendah, nilai KTK dan kejenuhan basa rendah), rendahnya

    curah hujan tahunan serta minimnya sarana dan prasarana. Sifat inherent tanah yang

  • 2

    demikian, menyebabkan produktivitas tanaman padi gogo yang tumbuh tanpa

    sentuhan teknologi hanya berkisar 2,5-3,0 t/ha, jauh lebih rendah dari rata-rata

    produktivitas padi sawah nasional yang sudah mencapai rata-rata 5,68 t/ha (Nurbaeti

    dan Nurawan, 2010). Teknologi peningkatan produktivitas padi gogo sudah tersedia,

    yaitu melalui pengelolaan tanah dan tanaman terpadu. Pemilihan varietas/benih

    unggul baru (VUB) seperti Situ Patenggang dan Situ Bagendit berkualitas, pengelolaan

    hara sesuai konsep pemupukan berimbang dengan memadukan penggunaan pupuk

    an-organik, pupuk hayati dan pupuk organik berbahan baku lokal dan pupuk hayati,

    pencegahan hama dan penyakit terpadu, pengolahan tanah dan pengaturan air yang

    efisien serta panen tepat waktu dan tepat olah.

    1.2. Dasar Pertimbangan

    1. Status hara tanah mengalami perubahan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang

    dilakukan petani. Lahan sawah yang dikelola secara intensif diduga mengalami

    peningkatan kadar hara tanah, terutama kadar P dan K, serta ketidakseimbangan

    hara. Sebaliknya pada lahan sawah yang dikelola tidak intensif atau jarang dipupuk,

    akan terjadi penurunan kadar hara, terutama hara K yang mudah tercuci.

    2. Berdasarkan hasil pemetaan Status Hara P dan K Lahan Sawah di Jawa Barat,

    Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur yang dibuat tahun 2010-2011

    diketahui bahwa semakin luas lahan sawah yang mengalami penurunan status hara

    P dan K, yang berarti telah terjadi penurunan kesuburan tanah. Untuk itu perlu

    dilakukan verifikasi terhadap kondisi tersebut di lokasi lahan sawah yang mengalami

    penurunan kesuburan.

    3. Potensi lahan kering atau lahan tadah hujan untuk budidaya tanaman padi gogo

    sangat luas. Dengan menerapkan teknologi pengelolaan tanah, air dan hara yang

    tepat, produktivitas padi gogo di lahan kering dapat ditingkatkan. Teknologi

    pengelolaan hara dan tanaman terpadu untuk tanaman padi gogo perlu

    dikembangkan sesuai kondisi agroekosistem setempat.

    1.3. Tujuan

    Jangka pendek

    1. Melakukan verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah yang mengalami

    penurunan kesuburan tanah,

    2. Merakit teknologi pengolahan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi

    masam dan basa.

  • 3

    Jangka Panjang

    Mengembangkan teknologi pengelolaan hara di lahan sawah dan lahan kering

    secara terpadu dan spesifik lokasi mendukung program P2BN.

    1.4. Keluaran yang Diharapkan

    Jangka pendek

    1. Satu paket rekomendasi pemupukan padi sawah yang terverifikasi.

    2. Komponen teknologi pengolahan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi

    masam dan basa.

    Jangka Panjang

    Teknologi pengelolaan tanah, air dan penerapan pemupukan berimbang dan

    terpadu spesifik lokasi untuk padi sawah dan padi gogo mendukung program P2BN.

    1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak dari Kegiatan yang Dirancang

    Dengan diterapkannya teknologi pengelolaan tanah, air dan pemupukan yang

    tepat, maka produktivitas padi sawah dan padi gogo dalam pola pertanaman untuk

    mendukung P2BN dapat optimal dan produktivitas tanah dan lingkungan tetap lestari.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kerangka Teoritis

    Dalam upaya meningkatkan produtivitas tanaman padi guna memenuhi

    swasembada pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan

    indeks pertanaman (IP) padi di lahan sawah beririgasi dan lahan kering. Di suatu

    wilayah tertentu yang saat ini masih menanam satu, dua atau tiga kali dapat

    dioptimalkan menjadi dua, tiga atau empat kali tergantung dukungan komponen

    usahatani di wilayah masing-masing (ketersediaan air irigasi, benih dan pupuk serta

    tenaga kerja). Beberapa teknologi penting untuk optimalisasi lahan ini adalah : (a)

    benih varietas unggul berkualitas baik untuk padi sawah (Inpari, Mekongga ) maupun

    padi gogo (Situ Patenggang, Situ Bagendit, Cirata, Towuti), (b) pengendalian hama

    dan penyakit terpadu (PHT) dilakukan lebih operasional, (c) pengelolaan hara secara

    berimbang terpadu antara pupuk an-organik, pupuk organik dan pupuk hayati, (d)

    pengelolaan pengairan, (e) perbaikan sistem budidaya tanaman (Anonim, 2010).

    Pengembangan tanaman padi gogo di lahan kering/tadah hujan menjadi

    penting saat ini karena peluang peningkatan produksi padi di lahan irigasi semakin

    menurun seiring dengan semakin menciutnya luasan lahan sawah irigasi di Jawa

    sebagai akibat konversi untuk penggunaan non-pertanian. Kondisi ini akan mengancam

    program ketahanan pangan dan surplus beras 10 juta ton di tahun 2014. Untuk itu

    selain mendukung program intensifikasi lahan sawah melalui teknologi pengelolaan

    tanah dan tanaman terpadu, program intensifikasi untuk padi gogo di lahan

    kering/tadah hujan harus dioptimalkan.

    Rata-rata nasional tingkat produksi padi gogo masih rendah, yaitu baru

    mencapai 2,58 t/ha atau sekitar 45% dari rata-rata produksi padi sawah nasional yang

    sudah mencapai rata-rata 5,68 t/ha (Nurbaeti dan Nurawan, 2010). Selanjutnya

    dikatakan bahwa salah satu kendala penerapan teknologi padi di lahan kering adalah

    rendahnya tingkat adopsi teknologi oleh karena petani padi gogo umumnya petani

    miskin yang, petani tradisional yang mempunyai banyak keterbatasan. Dengan adanya

    keterbatasan-keterbatasan tersebut, maka intensifikasi yang perlu dilakukan di lahan

    kering untuk padi gogo adalah menerapkan teknologi berbasis sumberdaya lokal

    dalam hal ini pupuk organik dengan bahan insitu.

    Rekomendasi pemupukan padi sawah dan padi gogo

    Rekomendasi pemupukan N,P,K padi sawah didasarkan pada uji tanah (soil

    testing) yang dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap status hara tanah awal

  • 5

    dan kebutuhan hara tanaman. Uji tanah untuk N sulit dilakukan dan kurang

    berkembang dibandingkan uji P dan K karena sekitar 97-99% N di dalam tanah berada

    dalam bentuk senyawa N-organik yang ketersediaannya relatif lambat karena

    tergantung pada tingkat dekomposisi mikroorganisme (Setyorini et al., 2003). Oleh

    karenannya evaluasi kebutuhan N tanaman dilakukan dengan menggunakan bagan

    warna daun (BWD). Bagan warna daun memberikan rekomendasi penggunaan pupuk

    N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun. Makin pucat warna daun, makin rendah

    skala BWD yang berarti makin rendah ketersediaan N di tanah dan makin banyak

    pupuk N yang perlu diaplikasikan. Rekomendasi berdasarkan BWD memberikan jumlah

    dan waktu pemberian pupuk N yang diperlukan tanaman (Anonim, 2006).

    Selain menggunakan pupuk an-organik sesuai status hara tanah, dianjurkan

    pula untuk menggunakan pupuk organik berupa kompos jerami atau kotoran hewan

    2ton/ha. Kompos jerami/kohe yang sudah matang diberikan ke lahan bersamaan saat

    pengolahan tanah terakhir. Hasil verifikasi rekomendasi spesifik lokasi di beberapa

    sentra lahan sawah menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik memberikan

    peningkatan hasil gabah meskipun belum terlalu nyata di akhir musim tanam pertama

    (Permentan No.40/2007).

    Pemupukan P dan K tanah

    Rekomendasi pemupukan P dan K untuk padi sawah didasarkan pada status hara

    dalam tanah. Pemupukan P dalam bentuk SP-36 dipadukan dengan pupuk organik

    berbahan dasar jerami atau kotoran hewan adalah sebagai berikut : (a) tanpa bahan

    organik, (b) dengan 5 ton/ha jerami segar atau 2t/ha kompos jerami, dan (c) dengan

    2 ton/ha kotoran hewan. Pengunaan pupuk atau bahan organik di lahan sawah harus

    digalakkan kembali mengingat kandungan bahan organik (C-organik) tanah-tanah

    sawah di Indonesia saat ini sudah sangat rendah (

  • 6

    Jerami merupakan sumber bahan organik insitu di lahan sawah yang sangat

    penting dan melimpah. Penggunaan seluruh jerami padi sisa panen (sekitar

    5ton/ha dalam bentuk segar atau 2 ton/ha dalam bentuk kompos) dapat

    mengurangi pemakaian pupuk N dan K (pada anjuran a) karena 80% kadar K

    dalam tanaman padi terkomsentrasi dalam jerami. Dosis jerami yang dianjurkan

    adalah setara dengan gabah yang dihasilkan dalam setiap hektarnya. Rata-rata

    produktivitas padi unggul saat ini adalah 5 ton GKP/ha, maka produksi jerami

    diperkirakan sekitar 5 t/ha juga. Jumlah hara yang dapat disumbangkan dari 5

    ton jerami setara dengan 20 kg urea dan 50 kg KCl. Pengembalian jerami ini

    dapat menggantikan pupuk KCl pada tanah-tanah berkadar K sedang dan tinggi

    yang memerlukan sekitar 50 kg KCl/ha. Aplikasi jerami sebagai pupuk organik

    harus melalui proses pengomposan agar hara yang terkandung di dalamnya

    dapat segera dimanfaatkan tanaman.

    Sistem perontokan gabah saat ini menggunakan threser menghendaki tanaman

    padi dipotong pendek dari permukaan tanah (sekitar 2/3 bagian) sehingga yang

    tertinggal di lahan sawah hanya 1/3 bagian tanaman. Jerami yang telah

    dirontok ini selanjutnya dapat dikomposkan secara langsung di lahan sebelum

    dicampurkan ke dalam tanah pada saat pengolahan tanah.

    (c). Dipadukan dengan pupuk organik lain

    Sumber bahan baku pupuk organik yang lain adalah pupuk kandang (ayam, sapi,

    kambing), blotong, sisa panen, dll. Anjuran ini dapat diterapkan di lahan-lahan

    sawah yang menerapkan teknologi padi sawah berbasis ternak dalam program

    Sistem Integrasi Padi dan Ternak (SIPT). Penggunaan pupuk kandang adalah 2

    ton/ha dapat mengurangi dosis pemakaian pupuk N, P dan K. Diperhitungkan

    bahwa setiap 2 ton pupuk kandang mengandung unsur hara N, P dan K yang

    setara dengan 50 kg urea, 50 kg SP-36 dan 20 kg KCl.

    Tabel 1. Rekomendasi pemupukan P pada tanaman padi sawah

    Kelas status hara P tanah

    Kadar hara P tanah terekstrak HCl 25%

    (mg P2O5/100g)

    Takaran rekomendasi Pupuk SP-36 (kg/ha)

    Tanpa jerami

    5 t/ha jerami

    2 t/ha ppk. kandang

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    < 20

    20 – 40

    >40

    100

    75

    50

    100

    75

    50

    50

    25

    0

  • 7

    Tabel 2. Rekomendasi pemupukan K pada tanaman padi sawah

    Kelas status hara K tanah

    Kadar hara K tanah terekstrak HCl 25%

    (mg K2O/100g)

    Takaran rekomendasi Pupuk KCl (kg/ha)

    Tanpa jerami

    5 t/ha jerami

    2 t/ha ppk. kandang

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    < 10

    10 – 20

    >20

    100

    50

    50

    50

    0

    0

    80

    30

    30

    2.2. Hasil-hasil Penelitian

    a. Hasil Pemetaan Status Hara P dan K Tanah Sawah sebelum tahun 2000 dan updating tahun 2010-2011

    Hasil pemutakhiran peta status hara P di lahan sawah intensifikasi di Provinsi

    Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur pada tahun 2010 dan Jawa Tengah dan DI

    Yogyakarta tahun 2011 menunjukkan telah terjadi perubahan status hara P dan K

    tanah sawah. Status hara P tanah sawah cenderung meningkat dan sebaliknya status

    K tanah sawah cenderung menurun.

    Pemupukan SP-36 yang intensif menyebabkan terjadinya peningkatan status P,

    sebagai contoh di Jawa Barat kadar P terekstrak HCl 25% meningkat dari rata-rata 59

    mg P2O5/100 g tanah pada tahun 2000 menjadi 78 mg P2O5/100 g tanah pada tahun

    2010. Selain itu terjadi peningkatan luas lahan sawah berstatus P tinggi sebesar 44%,

    sedangkan lahan sawah berstatus P rendah dan sedang mengalami penurunan sangat

    nyata masing-masing sebesar 73% dan 33%. Sebaliknya, rata-rata kadar K lahan

    sawah menurun dari 20 mg K2O/100 g (2000) tanah menjadi 16 mg K2O/100 g tanah

    (2010). Luas lahan sawah berstatus K rendah, sedang dan tinggi menurun berturut-

    turut 18%, 7% dan 3% dibandingkan data tahun 2000 (Tabel 3 dan 4).

    Tabel 3. Selisih perubahan status hara P tanah sawah skala 1:250.000 edisi 2000 dan edisi 2010 di Provinsi Banten dan Jawa Barat

    Status Hara P Peta status hara P edisi 2000

    Peta status hara P edisi 2010

    Selisih/ Perubahan

    Kondisi Status Hara P Ha % Ha % Ha %

    Rendah 235.621 19 64.084 6 171.537 73 menurun

    Sedang 454.396 37 304.681 27 149.715 33 menurun

    Tinggi 523.348 43 755.520 67 -232.172 -44 meningkat

    Jumlah 1.213.365 100 1.124.285 100 - -

    Perubahan fungsi

    89.080 7,34

  • 8

    Tabel 4. Selisih perubahan status hara K tanah sawah skala 1:250.000 edisi 2000 dan edisi 2010 Provinsi Banten dan Jawa Barat

    Status Hara K

    Peta status hara K edisi 2000

    Peta status hara K edisi 2010

    Selisih/ Perubahan

    Kondisi Status Hara K Ha % Ha % Ha %

    Rendah 225.625 19 185.732 17 39.893 18 menurun

    Sedang 496.250 41 460.395 41 35.855 7 menurun

    Tinggi 491.490 41 478.158 43 13.332 3 menurun

    Jumlah 1.213.365 100 1.124.285 100 - -

    Alih fungsi 89.080 7,34

    Hasil pemutakhiran peta status hara P di Jawa Timur menunjukkan bahwa rata-

    rata kadar hara P meningkat dari 49 mg P2O5/100 g tanah (2000) menjadi 64 mg

    P2O5/100 g tanah (2010). Luas lahan sawah berstatus P rendah mengalami penurunan

    cukup besar yaitu sekitar 55%, demikian pula luas lahan sawah berstatus P sedang

    menurun sekitar 17%. Sebaliknya luas lahan sawah berstatus P tinggi meningkat

    sebesar 21% dibanding data tahun 2000. Berbeda dengan di Jawa Barat, luas sawah

    berstatus K rendah dan sedang justru meningkat sekitar 64% dan 14%, sedangkan

    yang berstatus K tinggi menurun 22%. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya nilai

    rataan kadar hara K lahan sawah di Jawa Timur dari 26 mg K2O/100 g tanah pada

    tahun 2000 menjadi 21 mg K2O/100 g tanah pada tahun 2010. Selain itu telah terjadi

    perubahan fungsi lahan sawah di Jawa Timur seluas 81.637 ha (Tabel 5 dan 6).

    Tabel 5. Selisih perubahan status hara P tanah sawah skala 1:250.000 edisi 2000 dan edisi 2011 di Provinsi Jawa Timur

    Status Hara

    P

    Peta status hara P edisi 2000

    Peta status hara P edisi 2010

    Selisih/ Perubahan

    Kondisi Status Hara P Ha % Ha % Ha %

    Rendah 183.500 15 81.663 7 101.837 55 menurun

    Sedang 544.945 43 454.981 39 89.964 17 menurun

    Tinggi 531.475 42 641.639 55 -110.164 -21 meningkat

    Jumlah 1.259.920 100 1.178.283 100 - -

    Alih

    fungsi

    88.637 6,50

  • 9

    Tabel 6. Selisih perubahan status hara K tanah sawah skala 1:250.000 edisi 2000 dan edisi 2011 Provinsi Jawa Timur

    Status Hara

    K

    Peta status hara K edisi 2000

    Peta status hara K edisi 2010

    Selisih/ Perubahan

    Kondisi Status K

    Ha % Ha % Ha %

    Rendah 71.872 6 117.828 10 -45.956 -64 meningkat

    Sedang 345.139 27 400.616 34 -55.477 -16 meningkat

    Tinggi 842.909 67 659.838 56 183.071 22 menurun

    Jumlah 1.259.920 100 1.178.283 100 - -

    Alih fungsi

    81.637 6,5

    Hasil pemutakhiran peta status hara P di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta

    menunjukkan bahwa rata-rata kadar hara P meningkat dari 82 mg P2O5/100 g tanah

    (2000) menjadi 163 mg P2O5/100 g tanah (2010). Luas lahan sawah berstatus P

    rendah mengalami penurunan cukup besar yaitu sekitar 37% dan berstatus P sedang

    menurun sekitar 26%, sebaliknya luas lahan sawah berstatus P tinggi meningkat

    sebesar 40% dibanding data tahun 2000 (Tabel 7).

    Peningkatan dan penurunan luas status hara P lahan sawah di Jawa Tengah

    dan DI. Yogyakarta terjadi relative merata hampir diseluruh kabupaten. Peningkatan

    status hara P pada sebagian lahan disebabkan oleh penggunaan pupuk P yang intensif

    di oleh petani secara terus-menerus (Phonska dan SP-36) yang dilakukan setiap

    musim.

    Tabel 7. Perubahan luas status hara P tanah sawah di Provinsi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta

    Status Hara

    P

    Peta status hara P edisi 2000

    Pemutakhiran peta status hara P 2011

    Perubahan Perubahan luas status

    hara P Ha % Ha % Ha %

    Rendah 123.439 10 77.573 7 45.866 37 Penurunan

    Sedang 658.785 56 485.843 43 172.942 26 Penurunan

    Tinggi 397.120 34 557.569 50 -160.449 -40 Peningkatan

    Jumlah 1.179.344 100 1.120.985 100

    Alih fungsi

    58.359 4,94

    Trend serupa terjadi pada status hara K tanah sawah dimana luas sawah

    dengan status hara K rendah dan sedang meningkat nyata sekitar 69% dan 42%, disisi

    lain luas sawah berstatus hara P tinggi menurun seluas 47% dibandingkan data tahun

    2000 (Tabel 8). Rata-rata kadar K tanah di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta menurun

  • 10

    dari 39 mg K2O/100g tanah menjadi 27 mg K2O/100g tanah. Hal ini berarti telah terjadi

    penurunan kadar hara K pada lahan sawah yang ditunjukkan oleh peningkatan lahan

    sawah yang berstatus K rendah dan sedang. Penurunan luasan status K di Jawa

    Tengah dan DI. Yogyakarta terjadi merata hampir diseluruh kabupaten. Penurunan

    status hara K tersebut diduga disebabkan oleh berkurangnya penggunaan hara K

    karena tidak tersedianya pupuk KCl di lapang dan harganya mahal.

    Tabel 8. Perubahan luas status hara K tanah sawah di Provinsi Jawa Tengah dan

    DI.Yogyakarta

    Status Hara

    K

    Peta status hara K edisi 2000

    Pemutakhiran peta status hara K 2011

    Perubahan Perubahan luas status

    hara K Ha % Ha % Ha %

    Rendah 175.050 15 295.380 26 -120.330 -69 Peningkatan

    Sedang 330.000 28 467.787 42 -137.787 -42 Peningkatan

    Tinggi 674.294 57 357.818 32 316.476 47 Penurunan

    Jumlah 1.179.344 100 1.120.985 100

    Alih fungsi

    58.359 4,94

    Penelitian Pengelolaan Lahan (tanah, air dan pupuk)

    Hasil penelitian pengolahan tanah, pengelolaan air dan hara di lahan sawah

    intensifikasi Subang pada tahun 2010 dan 2011 (Setyorini et al., 2010 dan 2011)

    menunjukkan bahwa : (1) pada lahan sawah dengan bidang olah dangkal, pengolahan

    tanah tidak menyebabkan perbedaan hasil, pemberian irigasi setinggi 20 mm

    menghasilkan gabah kering sebanyak 4,7 t/ha dan irigasi 40 mm memberikan gabah

    kering sebanyak 4,9 ton/ha, sedangkan pemupukan NPK ditambah kompos

    memberikan hasil gabah tertinggi (5 t/ha) dan (2) pada lahan sawah dengan bidang

    olah dalam, pengolahan tanah dangkal menghasilkan 5,2 ton GKG/ha lebih tinggi

    dibandingkan dengan pengolahan tanah dalam (5,0 tonGKG/ha), irigasi setinggi 20 mm

    memberikan hasil gaha kering giling lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi 40 mm,

    tetapi perlakuan pemupukan tidak menyebabkan perbedaan hasil gabah kering giling.

    Penelitian di Desa Sumengko dan Desa Jatirejo pada selama dua musim tanam

    MK 2010 dan MH 2010/2011 menunjukkan bahwa : (a) Pemupukan P dan K sesuai

    status hara tanah pada setiap musim tanam nyata meningkatkan tinggi tanaman,

    jumlah anakan, berat gabah dan jerami kering tanaman padi di Desa Sumengko,

    Mojokerto (b) Pemberian kompos jerami dapat menggantikan pemupukan K (50kg KCl)

    di tanah Inceptisol Desa Sumengko, Mojokerto, (c) Pada tanah Vertisol Desa

  • 11

    Ngadimulyo, Pasuruan pemupukan NPK ditambah kompos jerami masih memberikan

    hasil yang setara dengan tanpa penambahan kompos, (d) pemupukan P dan K sesuai

    status hara tanah setiap musim tanam, serta penambahan kompos jerami tanpa

    penambahan pupuk K belum berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan,

    berat gabah dan jerami kering pada lahan sawah di Desa Ngadimulyo, Pasuruan.

  • 12

    III. METODOLOGI

    3.1. Pendekatan

    Kegiatan tahun ketiga (TA 2012) ini merupakan bagian dari penelitian jangka

    panjang pengelolaan lahan (tanah, air dan pupuk) di lahan sawah dan lahan kering

    yang dimulai pada TA 2010 hingga TA 2014 dengan output setiap tahun yang berbeda.

    Teknologi yang diimplementasikan merupakan integrasi dari teknologi pengolahan

    tanah dan atau pengelolaan air dan atau hara tergantung kondisi setempat dengan

    peubah yang diamati perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan produktivitas

    tanaman. Pada TA 2012 percobaan lapang dilaksanakan di lahan sawah intensifikasi

    milik petani di Banten dan Jawa Tengah serta di lahan kering bereaksi masam di

    Lampung dan Sukabumi dan bereaksi basa di NTB. Pupuk an-organik (NPK majemuk)

    dan pupuk organik yang digunakan dalam penelitian pemupukan untuk padi gogo di

    lahan kering merupakan produk pupuk yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanah

    pada TA 2011.

    3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

    Pada TA 2012 akan dilakukan 2 kegiatan penelitian, yaitu :

    1. Verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah yang mengalami penurunan

    kesuburan tanah,

    2. Teknologi pengolahan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi masam dan

    basa.

    3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan

    3.3.1. Bahan Penelitian

    Bahan ATK yaitu alat tulis (pensil dan ball poin), kerta HVS, tinta printer, disket, CD,

    penghapus, spidol, penggaris, dan sebagainya.

    bahan kimia untuk analisis tanah, tanaman, air, dan pupuk di laboratorium,

    bahan untuk pelaksanaan percobaan lapang, seperti benih padi, pupuk urea, SP-36,

    KCl, pupuk organik, pestisida, rafia, tambang, kantong plastik, bambu/kayu, cat,

    karton manila, benang kasur, tali rafia dan karung.

  • 13

    Peralatan Penelitian

    Peralatan yang digunakan adalah timbangan, meteran, peralatan esktrakasi PUTS,

    PUTK, PUP, peralatan gelas, pot plastik, cangkul, sekop, pisau lapang, ember

    plastik.

    3.3.2. Metodologi Pelaksanaan Kegiatan

    3.3.2.1. Verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah di lahan yang mengalami penurunan kesuburan

    Kegiatan awal yang dilakukan adalah menentukan lokasi penelitian berdasarkan

    hasil pemetaan status hara P dan K. Lokasi yang dipilih adalah lahan sawah yang

    mengalami penurunan produktivitas tanaman dan perubahan status hara P dan atau K

    berdasarkan data updating Peta Status Hara P dan K Lahan Sawah tahun 2010 dan

    2011 (Setyorini et al., 2010 dan 2011).

    Penelitian lapang verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah direncanakan

    akan dilaksanakan lahan sawah milik petani di Banten dan Jawa Tengah. Untuk satu

    unit percobaan, diletakkan satu percobaan utama (sentral) dan lima lokasi satelit

    dengan radius sekitar 5 km dari percobaan utama. Percobaan pertama merupakan

    percobaan respon pemupukan P dan K, sedangkan lima lokasi disekitar percobaan

    utama merupakan percobaan minus one test untuk NPK.

    Percobaan sentral terdiri dari dua sub unit yaitu masing-masing percobaan

    respon P dan percobaan respon K. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan

    Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah perlakuan adalah 6 dan diulang 3 kali untuk

    sentral. Dosis pupuk P (dari SP-36) dan K (KCl) dibuat lima tingkat untuk melihat

    respon tanaman terhadap peningkatan atau penurunan status hara tanah yang terjadi

    saat ini. Dosis pupuk N,P,K rekomendasi didasarkan data analisis tanah. Sedangkan

    untuk percobaan satelit digunakan 5 perlakuan (minus one test untuk NPK) tanpa

    ulangan. Perlakuan tanpa pupuk P dan tanpa K (pada percobaan satelit) dicoba untuk

    melihat kekahatan unsur hara tersebut di dalam tanah. Pertanaman padi sawah akan

    dilakukan selama 2 musim pada MT 2012. Selain perlakuan pemupukan yang diuji,

    teknik budidaya mengacu pada prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

    Perlakuan selengkapnya disajikan pada Tabel 9.

    Bibit padi varietas Inpari 13 berumur sekitar 10-15 hari ditanam di petak perlakuan

    berukuran 5mx6m (sentral) dan 5m x 6m (satelit) dengan sistem jajar legowo 40 cm x

    20 cm x 10cm. Pencegahan hama penyakit, penyiangan dan pengairan disesuaikan

    dengan pedoman. Pengamatan percobaan sentral adalah: (1) pertumbuhan dan hasil

  • 14

    gabah, (2) neraca hara N,P,K, (3) perubahan sifat fisika dan kimia tanah pada awal

    dan akhir penelitian, (3) efisiensi pemupukan, (4) analisis ekonomi usahatani dengan

    B/C rasio. Sedangkan untuk percobaan satelit adalah : (1) pertumbuhan dan hasil

    gabah, (2) neraca hara dan (3) analisa tanah sebelum dan setelah panen.

    Tabel 9. Perlakuan pengelolaan hara pada tanaman padi sawah

    No Kode perlakuan Perlakuan

    SENTRAL

    A Respon pemupukan P

    P0 0% P + NK rekomendasi

    P1 50% P + NK rekomendasi

    P2 75% P + NK rekomendasi

    P3* 100% P + NK rekomendasi

    P4 125% P + NK rekomendasi

    P5 150% P + NK rekomendasi

    B Respon pemupukan K

    K0 0% K + NP rekomendasi

    K1 50% K + NP rekomendasi

    K2 75% K + NP rekomendasi

    K3* 100% K + NP rekomendasi

    K4 125% K + NP rekomendasi

    K5 150% K + NP rekomendasi

    SATELIT

    1 S1 Kontrol lengkap

    2. S2 PK (-N)

    3. S3 NP (-K)

    4. S4 NK (-P)

    5. S5 NPK

    Catatan : *) dosis P dan K berdasarkan satus hara tanah

  • 15

    2.2. Teknologi pengelolaan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi masam dan basa

    Penelitian akan dilakukan di dua lokasi, yaitu lahan kering bereaksi masam di

    Lampung dan Sukabumi serta lahan kering bereaksi basa di Nusa Tenggara Barat

    (NTB). Bertitik tolak pada rendahnya produktivitas lahan kering yang tersedia, maka

    perlakuan yang dicoba merupakan kombinasi dari pemberian pupuk organik untuk

    mengkondisikan tanah agar optimum bagi ketersediaan hara bagi tanaman serta

    pemupukan an-organik untuk sumber nutrisi tanaman.

    Percobaan lapang dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak

    Kelompok dengan jumlah perlakuan adalah 12 dan diulang 3 kali (Tabel 10).

    Pertanaman padi sawah akan dilakukan selama 1 musim tanam pada MH 2012. Selain

    perlakuan yang diuji, teknik budidaya mengacu pada prinsip Pengelolaan Tanaman

    Terpadu (PTT) untuk padi gogo.

    Perlakuan pemupukan yang dicoba merupakan integrasi antara pemupukan

    anorganik dan pupuk organik. Pada lahan kering masam yang mempunyai pH

  • 16

    Tabel 10. Perlakuan pengelolaan hara pada tanaman padi gogo

    No Kode perlakuan Perlakuan

    1 D1 Kontrol lengkap (-NPK)

    2 D2 NPK Petani

    3 D3 NPK tunggal

    4 D4 NPK 10:10:10

    5 D5 100% NK + organofosfat

    6 D6 75% NK + organofosfat

    7 D7 100% NPK 10:10:10 + pupuk organik granul

    8 D8 75% NPK 10:10:10 + pupuk organik granul

    9 D9 100% NPK 10:10:10 + pupuk organik curah

    10 D10 75% NPK 10:10:10 + pupuk organik curah

    11 D11 100% NPK 10:10:10 + kompos sisa tanaman

    12 D12 75% NPK 10:10:10 + kompos sisa tanaman

  • 17

    IV. ANALISIS RESIKO

    Daftar Risiko

    No. RISIKO PENYEBAB DAMPAK

    1.

    Tanam terlambat untuk lahan kering

    1. Musim hujan terlambat Terlambat panen

    2. Dana terlambat turun Terlambat tanam MT1, panen padi bisa menyeberang tahun anggaran 2013

    2. Gagal panen 1. Kekeringan/kebanjiran akibat perubahan cuaca ekstrem

    2. Serangan hama penyakit

    Tanaman padi tidak menghasilkan/gagal panen sehingga tidak diperoleh data respon perlakuan

    3. Percobaan lapang di lahan petani tidak terkontrol dengan baik

    Tidak ada dana detasering petugas lapang

    Tidak ada tenaga teknisi pusat yang mengawal percobaan di lapang di lahan petani

    Daftar Penanganan Risiko

    No. RISIKO PENYEBAB PENANGANAN DAMPAK

    1.

    Tanam terlambat untuk lahan kering

    1. Musim hujan terlambat 1. Untuk lahan kering, mencari lokasi yang ada pompanisasi

    2. Dana terlambat turun 1. Dana talangan 2. Mekanisme penyediaan dana

    diperbaiki

    2. Gagal panen 1. Kekeringan/kebanjiran akibat perubahan cuaca ekstrem

    1. Mencari lokasi lahan sawah yang tidak terkena resiko banjir dan lahan kering yang ada pompanisasi.

    2. Serangan hama penyakit 2. Pencegahan dan pengendalian OPT secara intensif

    3. Membuat pagar plastik sekeliling petak percobaan

    3. Percobaan lapang di lahan petani tidak terkontrol dengan baik

    Tidak ada dana detasering petugas lapang

    Dana detasering harus diadakan

  • 18

    V. TENAGA, ORGANISASI PELAKSANA DAN BIAYA

    5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan

    Nama lengkap, gelar dan NIP Jabatan Kedudukan dalam

    RPTP/RDHP

    Alokasi waktu

    (OB) Fungsional Struktural

    Dr. Diah Setyorini

    NIP. 19620624 198603 2 002

    Peneliti Muda

    Staf Kesuburan Pj. RPTP/

    PJ Kegiatan

    6

    Ir. Nurjaya, MP

    NIP. 19600826 199303 1 001

    Peneliti Madya

    Staf Kesuburan Pj. Kegiatan 4

    Ir. A. Kasno, MSi

    NIP. 19600119 198303 1 001

    Peneliti Madya

    Staf Kesuburan Anggota 2

    Sutono, SP

    NIP. 19540829 198101 1 001

    Peneliti Madya

    Staf Konservasi Anggota 2

    Ibrahim Adamy, SP

    NIP. 19740305 200503 1 002

    Peneliti Staf Kesuburan Anggota 2

    Heri Wibowo, SP

    NIP.

    PNK Staf Kesuburan Anggota 2

    PM Peneliti BB Padi Anggota 2

    PM Peneliti BPTP Anggota 2

    Jojon Suryono, SP

    NIP.19590124 198203 1 001

    Penyelia Staf Kesuburan Anggota 2

    Jaenudin

    NIP.19581007 198303 1 001

    Pelaksana Lanjutan

    Staf Kesuburan Anggota 3

    Cahyana Pelaksana Lanjutan

    Staf Kesuburan Anggota 3

    PM Pelaksana Lanjutan

    Staf Kesuburan Anggota 3

    Mindawati

    NIP.19581204 198101 2 001

    Teknisi Staf Kesuburan Anggota 3

    V. Kasmini

    NIP. 19620522 199203 2 001

    Teknisi Staf Kesuburan Anggota 2

    Koko Kusumah Sumantri

    NIP.19580115 198203 1 002

    Penyelia Staf Kesuburan Anggota 3

    Usman Randika, A.Md NIP.19680714 199903 1 001

    Analis Staf Lab. Penelitian

    Anggota 2

    PM Teknisi BPTP Anggota 2

    Narasumber :

    Dr. Fahmuddin Agus Peneliti Utama

    Staf Konservasi Tanah dan Air

    Nara Sumber 2

  • 19

    5.2. Jangka waktu kegiatan (jadwal palang)

    Kegiatan Bulan ke

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Persiapan

    Pelaksanaan:

    Verifikasi pemupukan padi sawah

    Teknologi pengolahan hara untuk padi gogo

    Analisis data

    Penyusunan laporan

    5.3. Pembiayaan

    Ribu Rupiah (‘000 Rp)

    No Sub Pengeluaran Total

    1. Belanja bahan (521211) 65.000.000

    2. Honor terkait output kegiatan (521213) 96.100.000

    3. Belanja sewa (522141) 13.500.000

    3. Belanja perjalanan lainnya (524119) 125.400.000

    JUMLAH 300.000.000

  • 20

    VI. DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2006. Rekomendasi Pemupukan N,P,K Padi Sawah Spesifik Lokasi. Disusun

    sebagai narasi Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/SR.130/01/ 2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Departemen Pertanian.

    Anonim. 2010. Pedoman Pelaksanaan SL-PTT (Padi, Jagung, Kedelai). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.

    Biro Pusat Statistik. 2009. Biro Pusat Statistik. Jakarta

    Husnain, Rosmimik, Ibrahim A.S., Adha Siregar. 2011. Penelitian formulasi pupuk, pembenah tanah, desain test kit dan perangkat lunak pengelolaan tanah. Laporan Akhir DIPA TA 2011. Balai Penelitian Tanah, BBSDLP. Badan Litbang Pertanian.

    Ladiyani, R.W., Husnain, Linca Angria, Tia Rostaman. 2011. Penelitian pengembangan formula untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan produktivitas tanaman. Laporan Akhir Ristek TA 2011. Balai Penelitian Tanah, BBSDLP. Badan Litbang Pertanian.

    Nurbaeti, B. dan A. Nurawan. 2009. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Gogo. BPTP Jawa Barat. BBP2TP. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

    Setyorini, D., Sri Rochayati, Sri Adiningsih. 2003. Uji Tanah Sebagai dasar Penyusunan Rekomendasi Pemupukan. Seri Monograf No.2. Sumber Daya Tanah Indonesia. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.

    Setyorini, D., Nurjaya, A. Kasno, Sutono. 2010. Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Laporan Akhir DIPA TA 2010. Balai Penelitian Tanah, BBSDLP, Badan Litbang Pertanian.

    Setyorini, D., Nurjaya, A. Kasno, Sutono. 2011. Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Laporan Akhir DIPA TA 2011. Balai Penelitian Tanah, BBSDLP, Badan Litbang Pertanian.