prroo poossaall npeenneelliittiiaan penelitian pengembangan teknologi...
TRANSCRIPT
-
i
MAK : 1800.019.008.049
PPRROOPPOOSSAALL PPEENNEELLIITTIIAANN
PENELITIAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN DAN PEMUPUKAN
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI MENDUKUNG PROGRAM PENINGKATAN
PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN)
Dr. DIAH SETYORINI
Satker 648680
BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Penelitian Pengembangan Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
2. Nama Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah
3. Alamat Unit Kerja : Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123
4. Penanggungjawab RPTP
a. Nama : Dr. Diah Setyorini b. Pangkat/Golongan : Penata III/d c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda
3. Lokasi Penelitian : Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB
4. Biaya Penelitian : Rp 300.000.000,- (Tiga ratus juta rupiah)
5. Sumber Dana : DIPA Satker : Balai Penelitian Tanah, Tahun Anggaran 2011
Koordinator Program
Dr. Husnain NIP. 197309102001122001
Penanggung Jawab
RPTP
Dr. Diah Setyorini NIP. 19620624 198603 2 002
Mengetahui,
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, MSc NIP. 19600329 198403 1 001
Kepala Balai Penelitian Tanah
Dr. Ir. Sri Rochayati, MSc NIP. 19570616 198603 2 001
-
iii
RINGKASAN USULAN PENELITIAN 1. Judul RPTP :
Penelitian Pengembangan Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
2. Nama dan Alamat Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah
Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123
3. Sifat Usulan Penelitian : Lanjutan
4. Penanggungjawab : Dr. Diah Setyorini
5. Justifikasi 1. Status hara tanah mengalami perubahan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan petani. Lahan sawah yang dikelola secara intensif diduga mengalami peningkatan kadar hara tanah, terutama kadar P dan K, serta ketidakseimbangan hara. Sebaliknya pada lahan sawah yang dikelola tidak intensif atau jarang dipupuk, mengalami penurunan kadar hara, terutama hara K yang mudah tercuci.
2. Untuk mendukung akurasi rekomendasi pemupukan spesifik lokasi, ketepatan alokasi pupuk, efisiensi pemupukan, dan peningkatan mutu intensifikasi maka rekomendasi pemupukan padi sawah yang didasarkan pada Peta Status Hara P dan K Lahan Sawah yang dibuat tahun 2010-2011 perlu diverifikasi di beberapa lokasi yang mengalami penurunan status hara/kesuburan tanah.
3. Potensi lahan kering untuk budidaya tanaman padi gogo sangat luas. Dengan menerapkan teknologi pengelolaan tanah, air dan hara yang tepat, produktivitas padi gogo dapat ditingkatkan. Teknologi pengelolaan hara dan tanaman terpadu untuk tanaman padi gogo perlu diverifikasi apakah sesuai untuk diterapkan pada kondisi agroekosistem yang berbeda melalui perhitungan neraca hara
6. Tujuan
a. Tahunan 1.
Melakukan verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah yang mengalami penurunan kesuburan tanah,
2. Merakit teknologi pengolahan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi masam dan basa.
b. Jangka panjang : Mengembangkan teknologi pengelolaan hara di lahan sawah dan lahan kering secara terpadu
-
iv
dan spesifik lokasi mendukung program P2BN.
7. Luaran yang diharapkan : a. Tahunan : 1. Satu paket rekomendasi pemupukan padi
sawah yang terverifikasi. 2. Komponen teknologi pengolahan hara untuk
padi gogo di lahan kering bereaksi masam dan basa.
b. Jangka panjang Teknologi pengelolaan tanah, air dan penerapan pemupukan berimbang dan terpadu spesifik lokasi untuk padi sawah dan padi gogo mendukung program P2BN.
8. Manfaat dan dampak kegiatan
: Dengan diterapkannya teknologi pengelolaan tanah, air dan pemupukan yang tepat, maka produktivitas padi sawah dan padi gogo dalam pola pertanaman untuk mendukung P2BN dapat optimal dan produktivitas tanah dan lingkungan tetap lestari.
9. Sasaran akhir : Peningkatan produktivitas padi sawah dan padi gogo mendukung program P2BN
10. Lokasi penelitian : Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB
11. Jangka waktu : Mulai TA 2010, berakhir 2014
12. Sumber dana : DIPA/RKAKL Satker : Balai Penelitian Tanah, TA 2012.
-
v
SUMMARY 1. Title of RPTP :
Research Development of Land and Nutrient
Management Technology to Increase Rice Productivity to Support the National Rice Production Enhancement Program (P2BN)
2. Implementation Unit : Indonesian Soil Research Institute (ISRI) Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor
3. Location : Banten, West and Central Java, NTB 4. Objective a. Short term : 1. To verify fertilizer recommendation’s under
degraded soil fertility status 2. To asses the technology of nutrient management
to support increasing productivity of upland rice
b. Long term : Developing a soil, water and nutrient management technologies under site-specific conditions for lowland and upland rice to support P2BN programs
7. Expected Output : a. Short term : 1. Fertilizer recommendation for lowland rice under
degraded soil fertility status 2. Nutrient management technology to support an
increasing productivity of upland rice b. Long term Land management technologies integrated with
the application of balanced fertilization to increased lowland and upland rice productivity
6. Description of methodology
: 1. 2.
There are two trials under first experiments which is located in intensified lowland areas in Banten Central Java. The central field experiment was set up under Randomized completed block design with 10 treatments and 3 replications. The satelitte experiment was spread out in five different location on radius 5 km from central exp. With 5 treatment and no rep. The treatment was combination between minus one test (-N,-P,-K) and recommended fertilizer (in-organic and organic). Observations were made on agronomic, soil physic, chemical and biological properties and simple nutrient balance sheet. There second rice field experiments were set up on upland areas at West Java and NTB. The experiments were set up under Randomized Completed Block design with 10 treatments and 3 replications. The treatment was combination between ameliorant (to provide better soil
-
vi
condition fo nutrient avalaibility in the soil) and inorganic fertilizer. Observations were made on agronomic, soil physical, chemical and biological properties and simple nutrient balance sheet.
7. Duration : 5 years, FY 2010 – FY 2014
8. Budget/Fiscal Year 2012 : Rp 300.000.000,- (Three hundred million rupiahs) 9. Source of budget : DIPA/RKAKL 648680 Indonesian Soil Research
Institute (ISRI), Fiscal Year 2012.
-
1
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program Kementerian Pertanian dalam upaya mempertahankan ketahanan
pangan nasional adalah peningkatan produksi beras minimal 5% per tahun serta
pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 yang dilaksanakan antara lain
dengan perbaikan varietas padi melalui bantuan benih padi unggul bersertifikat, pupuk
an-organik dan pupuk organik serta bimbingan dan pelatihan metode Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).
Kontribusi lahan sawah irigasi dalam peningkatan produtivitas padi sangat
nyata, namun demikian dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir luas lahan sawah
intensif/irigasi semakin menciut dengan laju sekitar 40-50 ribu ha per tahun tanpa
diimbangi dengan pencetakan sawah baru yang setara. Untuk mengisi kehilangan
produksi padi dari lahan sawah irigasi yang terkonversi, pengembangan padi gogo di
lahan kering atau tadah hujan harus didukung melalui penerapan teknologi yang tepat.
Penerapan teknologi pengelolaan tanaman serta tanah, air dan pupuk harus
disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi agar selaras dengan potensi produksinya.
Tingkat kesuburan lahan sawah (status hara P dan K tanah) telah diteliti dan
dipetakan pertama kali oleh Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1970 dan kemudian
diperbaiki dan disempurnakan untuk 22 provinsi sentra produksi beras pada tahun-
tahan selanjutnya. Hasil pengamatan tahun 1995-2000 dibandingkan data tahun
1970an menunjukkan bahwa hampir seluruh lahan sawah intensifikasi telah mengalami
akumulasi hara P dan K di dalam tanah akibat pemupukan yang intensif selama
periode revolusi hijau (Setyorini et al., 2003). Hasil updating peta status hara P dan K
tahun 2010-2011 di Pulau Jawa menunjukkan trend yang berbeda, dimana status hara
K tanah sawah mengalami penurunan dan status P tanah meningkat akibat
penggunaan pupuk yang tidak berimbang (Setyorini et al, 2011).
Potensi lahan kering untuk pengembangan tanaman pangan sekitar 5,1 juta ha
yang tersebar di berbagai provinsi dengan jenis tanah utama Inceptisol, Ultisol, Oxisol
(Anonim, 2010). Namun demikian lahan ini belum dimanfaatkan secara optimal karena
terkendala oleh kesuburan tanah rendah (pH tanah rendah, kandungan unsur hara
makro dan bahan organik rendah, nilai KTK dan kejenuhan basa rendah), rendahnya
curah hujan tahunan serta minimnya sarana dan prasarana. Sifat inherent tanah yang
-
2
demikian, menyebabkan produktivitas tanaman padi gogo yang tumbuh tanpa
sentuhan teknologi hanya berkisar 2,5-3,0 t/ha, jauh lebih rendah dari rata-rata
produktivitas padi sawah nasional yang sudah mencapai rata-rata 5,68 t/ha (Nurbaeti
dan Nurawan, 2010). Teknologi peningkatan produktivitas padi gogo sudah tersedia,
yaitu melalui pengelolaan tanah dan tanaman terpadu. Pemilihan varietas/benih
unggul baru (VUB) seperti Situ Patenggang dan Situ Bagendit berkualitas, pengelolaan
hara sesuai konsep pemupukan berimbang dengan memadukan penggunaan pupuk
an-organik, pupuk hayati dan pupuk organik berbahan baku lokal dan pupuk hayati,
pencegahan hama dan penyakit terpadu, pengolahan tanah dan pengaturan air yang
efisien serta panen tepat waktu dan tepat olah.
1.2. Dasar Pertimbangan
1. Status hara tanah mengalami perubahan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang
dilakukan petani. Lahan sawah yang dikelola secara intensif diduga mengalami
peningkatan kadar hara tanah, terutama kadar P dan K, serta ketidakseimbangan
hara. Sebaliknya pada lahan sawah yang dikelola tidak intensif atau jarang dipupuk,
akan terjadi penurunan kadar hara, terutama hara K yang mudah tercuci.
2. Berdasarkan hasil pemetaan Status Hara P dan K Lahan Sawah di Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur yang dibuat tahun 2010-2011
diketahui bahwa semakin luas lahan sawah yang mengalami penurunan status hara
P dan K, yang berarti telah terjadi penurunan kesuburan tanah. Untuk itu perlu
dilakukan verifikasi terhadap kondisi tersebut di lokasi lahan sawah yang mengalami
penurunan kesuburan.
3. Potensi lahan kering atau lahan tadah hujan untuk budidaya tanaman padi gogo
sangat luas. Dengan menerapkan teknologi pengelolaan tanah, air dan hara yang
tepat, produktivitas padi gogo di lahan kering dapat ditingkatkan. Teknologi
pengelolaan hara dan tanaman terpadu untuk tanaman padi gogo perlu
dikembangkan sesuai kondisi agroekosistem setempat.
1.3. Tujuan
Jangka pendek
1. Melakukan verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah yang mengalami
penurunan kesuburan tanah,
2. Merakit teknologi pengolahan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi
masam dan basa.
-
3
Jangka Panjang
Mengembangkan teknologi pengelolaan hara di lahan sawah dan lahan kering
secara terpadu dan spesifik lokasi mendukung program P2BN.
1.4. Keluaran yang Diharapkan
Jangka pendek
1. Satu paket rekomendasi pemupukan padi sawah yang terverifikasi.
2. Komponen teknologi pengolahan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi
masam dan basa.
Jangka Panjang
Teknologi pengelolaan tanah, air dan penerapan pemupukan berimbang dan
terpadu spesifik lokasi untuk padi sawah dan padi gogo mendukung program P2BN.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak dari Kegiatan yang Dirancang
Dengan diterapkannya teknologi pengelolaan tanah, air dan pemupukan yang
tepat, maka produktivitas padi sawah dan padi gogo dalam pola pertanaman untuk
mendukung P2BN dapat optimal dan produktivitas tanah dan lingkungan tetap lestari.
-
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Dalam upaya meningkatkan produtivitas tanaman padi guna memenuhi
swasembada pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
indeks pertanaman (IP) padi di lahan sawah beririgasi dan lahan kering. Di suatu
wilayah tertentu yang saat ini masih menanam satu, dua atau tiga kali dapat
dioptimalkan menjadi dua, tiga atau empat kali tergantung dukungan komponen
usahatani di wilayah masing-masing (ketersediaan air irigasi, benih dan pupuk serta
tenaga kerja). Beberapa teknologi penting untuk optimalisasi lahan ini adalah : (a)
benih varietas unggul berkualitas baik untuk padi sawah (Inpari, Mekongga ) maupun
padi gogo (Situ Patenggang, Situ Bagendit, Cirata, Towuti), (b) pengendalian hama
dan penyakit terpadu (PHT) dilakukan lebih operasional, (c) pengelolaan hara secara
berimbang terpadu antara pupuk an-organik, pupuk organik dan pupuk hayati, (d)
pengelolaan pengairan, (e) perbaikan sistem budidaya tanaman (Anonim, 2010).
Pengembangan tanaman padi gogo di lahan kering/tadah hujan menjadi
penting saat ini karena peluang peningkatan produksi padi di lahan irigasi semakin
menurun seiring dengan semakin menciutnya luasan lahan sawah irigasi di Jawa
sebagai akibat konversi untuk penggunaan non-pertanian. Kondisi ini akan mengancam
program ketahanan pangan dan surplus beras 10 juta ton di tahun 2014. Untuk itu
selain mendukung program intensifikasi lahan sawah melalui teknologi pengelolaan
tanah dan tanaman terpadu, program intensifikasi untuk padi gogo di lahan
kering/tadah hujan harus dioptimalkan.
Rata-rata nasional tingkat produksi padi gogo masih rendah, yaitu baru
mencapai 2,58 t/ha atau sekitar 45% dari rata-rata produksi padi sawah nasional yang
sudah mencapai rata-rata 5,68 t/ha (Nurbaeti dan Nurawan, 2010). Selanjutnya
dikatakan bahwa salah satu kendala penerapan teknologi padi di lahan kering adalah
rendahnya tingkat adopsi teknologi oleh karena petani padi gogo umumnya petani
miskin yang, petani tradisional yang mempunyai banyak keterbatasan. Dengan adanya
keterbatasan-keterbatasan tersebut, maka intensifikasi yang perlu dilakukan di lahan
kering untuk padi gogo adalah menerapkan teknologi berbasis sumberdaya lokal
dalam hal ini pupuk organik dengan bahan insitu.
Rekomendasi pemupukan padi sawah dan padi gogo
Rekomendasi pemupukan N,P,K padi sawah didasarkan pada uji tanah (soil
testing) yang dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap status hara tanah awal
-
5
dan kebutuhan hara tanaman. Uji tanah untuk N sulit dilakukan dan kurang
berkembang dibandingkan uji P dan K karena sekitar 97-99% N di dalam tanah berada
dalam bentuk senyawa N-organik yang ketersediaannya relatif lambat karena
tergantung pada tingkat dekomposisi mikroorganisme (Setyorini et al., 2003). Oleh
karenannya evaluasi kebutuhan N tanaman dilakukan dengan menggunakan bagan
warna daun (BWD). Bagan warna daun memberikan rekomendasi penggunaan pupuk
N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun. Makin pucat warna daun, makin rendah
skala BWD yang berarti makin rendah ketersediaan N di tanah dan makin banyak
pupuk N yang perlu diaplikasikan. Rekomendasi berdasarkan BWD memberikan jumlah
dan waktu pemberian pupuk N yang diperlukan tanaman (Anonim, 2006).
Selain menggunakan pupuk an-organik sesuai status hara tanah, dianjurkan
pula untuk menggunakan pupuk organik berupa kompos jerami atau kotoran hewan
2ton/ha. Kompos jerami/kohe yang sudah matang diberikan ke lahan bersamaan saat
pengolahan tanah terakhir. Hasil verifikasi rekomendasi spesifik lokasi di beberapa
sentra lahan sawah menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik memberikan
peningkatan hasil gabah meskipun belum terlalu nyata di akhir musim tanam pertama
(Permentan No.40/2007).
Pemupukan P dan K tanah
Rekomendasi pemupukan P dan K untuk padi sawah didasarkan pada status hara
dalam tanah. Pemupukan P dalam bentuk SP-36 dipadukan dengan pupuk organik
berbahan dasar jerami atau kotoran hewan adalah sebagai berikut : (a) tanpa bahan
organik, (b) dengan 5 ton/ha jerami segar atau 2t/ha kompos jerami, dan (c) dengan
2 ton/ha kotoran hewan. Pengunaan pupuk atau bahan organik di lahan sawah harus
digalakkan kembali mengingat kandungan bahan organik (C-organik) tanah-tanah
sawah di Indonesia saat ini sudah sangat rendah (
-
6
Jerami merupakan sumber bahan organik insitu di lahan sawah yang sangat
penting dan melimpah. Penggunaan seluruh jerami padi sisa panen (sekitar
5ton/ha dalam bentuk segar atau 2 ton/ha dalam bentuk kompos) dapat
mengurangi pemakaian pupuk N dan K (pada anjuran a) karena 80% kadar K
dalam tanaman padi terkomsentrasi dalam jerami. Dosis jerami yang dianjurkan
adalah setara dengan gabah yang dihasilkan dalam setiap hektarnya. Rata-rata
produktivitas padi unggul saat ini adalah 5 ton GKP/ha, maka produksi jerami
diperkirakan sekitar 5 t/ha juga. Jumlah hara yang dapat disumbangkan dari 5
ton jerami setara dengan 20 kg urea dan 50 kg KCl. Pengembalian jerami ini
dapat menggantikan pupuk KCl pada tanah-tanah berkadar K sedang dan tinggi
yang memerlukan sekitar 50 kg KCl/ha. Aplikasi jerami sebagai pupuk organik
harus melalui proses pengomposan agar hara yang terkandung di dalamnya
dapat segera dimanfaatkan tanaman.
Sistem perontokan gabah saat ini menggunakan threser menghendaki tanaman
padi dipotong pendek dari permukaan tanah (sekitar 2/3 bagian) sehingga yang
tertinggal di lahan sawah hanya 1/3 bagian tanaman. Jerami yang telah
dirontok ini selanjutnya dapat dikomposkan secara langsung di lahan sebelum
dicampurkan ke dalam tanah pada saat pengolahan tanah.
(c). Dipadukan dengan pupuk organik lain
Sumber bahan baku pupuk organik yang lain adalah pupuk kandang (ayam, sapi,
kambing), blotong, sisa panen, dll. Anjuran ini dapat diterapkan di lahan-lahan
sawah yang menerapkan teknologi padi sawah berbasis ternak dalam program
Sistem Integrasi Padi dan Ternak (SIPT). Penggunaan pupuk kandang adalah 2
ton/ha dapat mengurangi dosis pemakaian pupuk N, P dan K. Diperhitungkan
bahwa setiap 2 ton pupuk kandang mengandung unsur hara N, P dan K yang
setara dengan 50 kg urea, 50 kg SP-36 dan 20 kg KCl.
Tabel 1. Rekomendasi pemupukan P pada tanaman padi sawah
Kelas status hara P tanah
Kadar hara P tanah terekstrak HCl 25%
(mg P2O5/100g)
Takaran rekomendasi Pupuk SP-36 (kg/ha)
Tanpa jerami
5 t/ha jerami
2 t/ha ppk. kandang
Rendah
Sedang
Tinggi
< 20
20 – 40
>40
100
75
50
100
75
50
50
25
0
-
7
Tabel 2. Rekomendasi pemupukan K pada tanaman padi sawah
Kelas status hara K tanah
Kadar hara K tanah terekstrak HCl 25%
(mg K2O/100g)
Takaran rekomendasi Pupuk KCl (kg/ha)
Tanpa jerami
5 t/ha jerami
2 t/ha ppk. kandang
Rendah
Sedang
Tinggi
< 10
10 – 20
>20
100
50
50
50
0
0
80
30
30
2.2. Hasil-hasil Penelitian
a. Hasil Pemetaan Status Hara P dan K Tanah Sawah sebelum tahun 2000 dan updating tahun 2010-2011
Hasil pemutakhiran peta status hara P di lahan sawah intensifikasi di Provinsi
Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur pada tahun 2010 dan Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta tahun 2011 menunjukkan telah terjadi perubahan status hara P dan K
tanah sawah. Status hara P tanah sawah cenderung meningkat dan sebaliknya status
K tanah sawah cenderung menurun.
Pemupukan SP-36 yang intensif menyebabkan terjadinya peningkatan status P,
sebagai contoh di Jawa Barat kadar P terekstrak HCl 25% meningkat dari rata-rata 59
mg P2O5/100 g tanah pada tahun 2000 menjadi 78 mg P2O5/100 g tanah pada tahun
2010. Selain itu terjadi peningkatan luas lahan sawah berstatus P tinggi sebesar 44%,
sedangkan lahan sawah berstatus P rendah dan sedang mengalami penurunan sangat
nyata masing-masing sebesar 73% dan 33%. Sebaliknya, rata-rata kadar K lahan
sawah menurun dari 20 mg K2O/100 g (2000) tanah menjadi 16 mg K2O/100 g tanah
(2010). Luas lahan sawah berstatus K rendah, sedang dan tinggi menurun berturut-
turut 18%, 7% dan 3% dibandingkan data tahun 2000 (Tabel 3 dan 4).
Tabel 3. Selisih perubahan status hara P tanah sawah skala 1:250.000 edisi 2000 dan edisi 2010 di Provinsi Banten dan Jawa Barat
Status Hara P Peta status hara P edisi 2000
Peta status hara P edisi 2010
Selisih/ Perubahan
Kondisi Status Hara P Ha % Ha % Ha %
Rendah 235.621 19 64.084 6 171.537 73 menurun
Sedang 454.396 37 304.681 27 149.715 33 menurun
Tinggi 523.348 43 755.520 67 -232.172 -44 meningkat
Jumlah 1.213.365 100 1.124.285 100 - -
Perubahan fungsi
89.080 7,34
-
8
Tabel 4. Selisih perubahan status hara K tanah sawah skala 1:250.000 edisi 2000 dan edisi 2010 Provinsi Banten dan Jawa Barat
Status Hara K
Peta status hara K edisi 2000
Peta status hara K edisi 2010
Selisih/ Perubahan
Kondisi Status Hara K Ha % Ha % Ha %
Rendah 225.625 19 185.732 17 39.893 18 menurun
Sedang 496.250 41 460.395 41 35.855 7 menurun
Tinggi 491.490 41 478.158 43 13.332 3 menurun
Jumlah 1.213.365 100 1.124.285 100 - -
Alih fungsi 89.080 7,34
Hasil pemutakhiran peta status hara P di Jawa Timur menunjukkan bahwa rata-
rata kadar hara P meningkat dari 49 mg P2O5/100 g tanah (2000) menjadi 64 mg
P2O5/100 g tanah (2010). Luas lahan sawah berstatus P rendah mengalami penurunan
cukup besar yaitu sekitar 55%, demikian pula luas lahan sawah berstatus P sedang
menurun sekitar 17%. Sebaliknya luas lahan sawah berstatus P tinggi meningkat
sebesar 21% dibanding data tahun 2000. Berbeda dengan di Jawa Barat, luas sawah
berstatus K rendah dan sedang justru meningkat sekitar 64% dan 14%, sedangkan
yang berstatus K tinggi menurun 22%. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya nilai
rataan kadar hara K lahan sawah di Jawa Timur dari 26 mg K2O/100 g tanah pada
tahun 2000 menjadi 21 mg K2O/100 g tanah pada tahun 2010. Selain itu telah terjadi
perubahan fungsi lahan sawah di Jawa Timur seluas 81.637 ha (Tabel 5 dan 6).
Tabel 5. Selisih perubahan status hara P tanah sawah skala 1:250.000 edisi 2000 dan edisi 2011 di Provinsi Jawa Timur
Status Hara
P
Peta status hara P edisi 2000
Peta status hara P edisi 2010
Selisih/ Perubahan
Kondisi Status Hara P Ha % Ha % Ha %
Rendah 183.500 15 81.663 7 101.837 55 menurun
Sedang 544.945 43 454.981 39 89.964 17 menurun
Tinggi 531.475 42 641.639 55 -110.164 -21 meningkat
Jumlah 1.259.920 100 1.178.283 100 - -
Alih
fungsi
88.637 6,50
-
9
Tabel 6. Selisih perubahan status hara K tanah sawah skala 1:250.000 edisi 2000 dan edisi 2011 Provinsi Jawa Timur
Status Hara
K
Peta status hara K edisi 2000
Peta status hara K edisi 2010
Selisih/ Perubahan
Kondisi Status K
Ha % Ha % Ha %
Rendah 71.872 6 117.828 10 -45.956 -64 meningkat
Sedang 345.139 27 400.616 34 -55.477 -16 meningkat
Tinggi 842.909 67 659.838 56 183.071 22 menurun
Jumlah 1.259.920 100 1.178.283 100 - -
Alih fungsi
81.637 6,5
Hasil pemutakhiran peta status hara P di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
menunjukkan bahwa rata-rata kadar hara P meningkat dari 82 mg P2O5/100 g tanah
(2000) menjadi 163 mg P2O5/100 g tanah (2010). Luas lahan sawah berstatus P
rendah mengalami penurunan cukup besar yaitu sekitar 37% dan berstatus P sedang
menurun sekitar 26%, sebaliknya luas lahan sawah berstatus P tinggi meningkat
sebesar 40% dibanding data tahun 2000 (Tabel 7).
Peningkatan dan penurunan luas status hara P lahan sawah di Jawa Tengah
dan DI. Yogyakarta terjadi relative merata hampir diseluruh kabupaten. Peningkatan
status hara P pada sebagian lahan disebabkan oleh penggunaan pupuk P yang intensif
di oleh petani secara terus-menerus (Phonska dan SP-36) yang dilakukan setiap
musim.
Tabel 7. Perubahan luas status hara P tanah sawah di Provinsi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta
Status Hara
P
Peta status hara P edisi 2000
Pemutakhiran peta status hara P 2011
Perubahan Perubahan luas status
hara P Ha % Ha % Ha %
Rendah 123.439 10 77.573 7 45.866 37 Penurunan
Sedang 658.785 56 485.843 43 172.942 26 Penurunan
Tinggi 397.120 34 557.569 50 -160.449 -40 Peningkatan
Jumlah 1.179.344 100 1.120.985 100
Alih fungsi
58.359 4,94
Trend serupa terjadi pada status hara K tanah sawah dimana luas sawah
dengan status hara K rendah dan sedang meningkat nyata sekitar 69% dan 42%, disisi
lain luas sawah berstatus hara P tinggi menurun seluas 47% dibandingkan data tahun
2000 (Tabel 8). Rata-rata kadar K tanah di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta menurun
-
10
dari 39 mg K2O/100g tanah menjadi 27 mg K2O/100g tanah. Hal ini berarti telah terjadi
penurunan kadar hara K pada lahan sawah yang ditunjukkan oleh peningkatan lahan
sawah yang berstatus K rendah dan sedang. Penurunan luasan status K di Jawa
Tengah dan DI. Yogyakarta terjadi merata hampir diseluruh kabupaten. Penurunan
status hara K tersebut diduga disebabkan oleh berkurangnya penggunaan hara K
karena tidak tersedianya pupuk KCl di lapang dan harganya mahal.
Tabel 8. Perubahan luas status hara K tanah sawah di Provinsi Jawa Tengah dan
DI.Yogyakarta
Status Hara
K
Peta status hara K edisi 2000
Pemutakhiran peta status hara K 2011
Perubahan Perubahan luas status
hara K Ha % Ha % Ha %
Rendah 175.050 15 295.380 26 -120.330 -69 Peningkatan
Sedang 330.000 28 467.787 42 -137.787 -42 Peningkatan
Tinggi 674.294 57 357.818 32 316.476 47 Penurunan
Jumlah 1.179.344 100 1.120.985 100
Alih fungsi
58.359 4,94
Penelitian Pengelolaan Lahan (tanah, air dan pupuk)
Hasil penelitian pengolahan tanah, pengelolaan air dan hara di lahan sawah
intensifikasi Subang pada tahun 2010 dan 2011 (Setyorini et al., 2010 dan 2011)
menunjukkan bahwa : (1) pada lahan sawah dengan bidang olah dangkal, pengolahan
tanah tidak menyebabkan perbedaan hasil, pemberian irigasi setinggi 20 mm
menghasilkan gabah kering sebanyak 4,7 t/ha dan irigasi 40 mm memberikan gabah
kering sebanyak 4,9 ton/ha, sedangkan pemupukan NPK ditambah kompos
memberikan hasil gabah tertinggi (5 t/ha) dan (2) pada lahan sawah dengan bidang
olah dalam, pengolahan tanah dangkal menghasilkan 5,2 ton GKG/ha lebih tinggi
dibandingkan dengan pengolahan tanah dalam (5,0 tonGKG/ha), irigasi setinggi 20 mm
memberikan hasil gaha kering giling lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi 40 mm,
tetapi perlakuan pemupukan tidak menyebabkan perbedaan hasil gabah kering giling.
Penelitian di Desa Sumengko dan Desa Jatirejo pada selama dua musim tanam
MK 2010 dan MH 2010/2011 menunjukkan bahwa : (a) Pemupukan P dan K sesuai
status hara tanah pada setiap musim tanam nyata meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah anakan, berat gabah dan jerami kering tanaman padi di Desa Sumengko,
Mojokerto (b) Pemberian kompos jerami dapat menggantikan pemupukan K (50kg KCl)
di tanah Inceptisol Desa Sumengko, Mojokerto, (c) Pada tanah Vertisol Desa
-
11
Ngadimulyo, Pasuruan pemupukan NPK ditambah kompos jerami masih memberikan
hasil yang setara dengan tanpa penambahan kompos, (d) pemupukan P dan K sesuai
status hara tanah setiap musim tanam, serta penambahan kompos jerami tanpa
penambahan pupuk K belum berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan,
berat gabah dan jerami kering pada lahan sawah di Desa Ngadimulyo, Pasuruan.
-
12
III. METODOLOGI
3.1. Pendekatan
Kegiatan tahun ketiga (TA 2012) ini merupakan bagian dari penelitian jangka
panjang pengelolaan lahan (tanah, air dan pupuk) di lahan sawah dan lahan kering
yang dimulai pada TA 2010 hingga TA 2014 dengan output setiap tahun yang berbeda.
Teknologi yang diimplementasikan merupakan integrasi dari teknologi pengolahan
tanah dan atau pengelolaan air dan atau hara tergantung kondisi setempat dengan
peubah yang diamati perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan produktivitas
tanaman. Pada TA 2012 percobaan lapang dilaksanakan di lahan sawah intensifikasi
milik petani di Banten dan Jawa Tengah serta di lahan kering bereaksi masam di
Lampung dan Sukabumi dan bereaksi basa di NTB. Pupuk an-organik (NPK majemuk)
dan pupuk organik yang digunakan dalam penelitian pemupukan untuk padi gogo di
lahan kering merupakan produk pupuk yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanah
pada TA 2011.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Pada TA 2012 akan dilakukan 2 kegiatan penelitian, yaitu :
1. Verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah yang mengalami penurunan
kesuburan tanah,
2. Teknologi pengolahan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi masam dan
basa.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1. Bahan Penelitian
Bahan ATK yaitu alat tulis (pensil dan ball poin), kerta HVS, tinta printer, disket, CD,
penghapus, spidol, penggaris, dan sebagainya.
bahan kimia untuk analisis tanah, tanaman, air, dan pupuk di laboratorium,
bahan untuk pelaksanaan percobaan lapang, seperti benih padi, pupuk urea, SP-36,
KCl, pupuk organik, pestisida, rafia, tambang, kantong plastik, bambu/kayu, cat,
karton manila, benang kasur, tali rafia dan karung.
-
13
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah timbangan, meteran, peralatan esktrakasi PUTS,
PUTK, PUP, peralatan gelas, pot plastik, cangkul, sekop, pisau lapang, ember
plastik.
3.3.2. Metodologi Pelaksanaan Kegiatan
3.3.2.1. Verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah di lahan yang mengalami penurunan kesuburan
Kegiatan awal yang dilakukan adalah menentukan lokasi penelitian berdasarkan
hasil pemetaan status hara P dan K. Lokasi yang dipilih adalah lahan sawah yang
mengalami penurunan produktivitas tanaman dan perubahan status hara P dan atau K
berdasarkan data updating Peta Status Hara P dan K Lahan Sawah tahun 2010 dan
2011 (Setyorini et al., 2010 dan 2011).
Penelitian lapang verifikasi rekomendasi pemupukan padi sawah direncanakan
akan dilaksanakan lahan sawah milik petani di Banten dan Jawa Tengah. Untuk satu
unit percobaan, diletakkan satu percobaan utama (sentral) dan lima lokasi satelit
dengan radius sekitar 5 km dari percobaan utama. Percobaan pertama merupakan
percobaan respon pemupukan P dan K, sedangkan lima lokasi disekitar percobaan
utama merupakan percobaan minus one test untuk NPK.
Percobaan sentral terdiri dari dua sub unit yaitu masing-masing percobaan
respon P dan percobaan respon K. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah perlakuan adalah 6 dan diulang 3 kali untuk
sentral. Dosis pupuk P (dari SP-36) dan K (KCl) dibuat lima tingkat untuk melihat
respon tanaman terhadap peningkatan atau penurunan status hara tanah yang terjadi
saat ini. Dosis pupuk N,P,K rekomendasi didasarkan data analisis tanah. Sedangkan
untuk percobaan satelit digunakan 5 perlakuan (minus one test untuk NPK) tanpa
ulangan. Perlakuan tanpa pupuk P dan tanpa K (pada percobaan satelit) dicoba untuk
melihat kekahatan unsur hara tersebut di dalam tanah. Pertanaman padi sawah akan
dilakukan selama 2 musim pada MT 2012. Selain perlakuan pemupukan yang diuji,
teknik budidaya mengacu pada prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Perlakuan selengkapnya disajikan pada Tabel 9.
Bibit padi varietas Inpari 13 berumur sekitar 10-15 hari ditanam di petak perlakuan
berukuran 5mx6m (sentral) dan 5m x 6m (satelit) dengan sistem jajar legowo 40 cm x
20 cm x 10cm. Pencegahan hama penyakit, penyiangan dan pengairan disesuaikan
dengan pedoman. Pengamatan percobaan sentral adalah: (1) pertumbuhan dan hasil
-
14
gabah, (2) neraca hara N,P,K, (3) perubahan sifat fisika dan kimia tanah pada awal
dan akhir penelitian, (3) efisiensi pemupukan, (4) analisis ekonomi usahatani dengan
B/C rasio. Sedangkan untuk percobaan satelit adalah : (1) pertumbuhan dan hasil
gabah, (2) neraca hara dan (3) analisa tanah sebelum dan setelah panen.
Tabel 9. Perlakuan pengelolaan hara pada tanaman padi sawah
No Kode perlakuan Perlakuan
SENTRAL
A Respon pemupukan P
P0 0% P + NK rekomendasi
P1 50% P + NK rekomendasi
P2 75% P + NK rekomendasi
P3* 100% P + NK rekomendasi
P4 125% P + NK rekomendasi
P5 150% P + NK rekomendasi
B Respon pemupukan K
K0 0% K + NP rekomendasi
K1 50% K + NP rekomendasi
K2 75% K + NP rekomendasi
K3* 100% K + NP rekomendasi
K4 125% K + NP rekomendasi
K5 150% K + NP rekomendasi
SATELIT
1 S1 Kontrol lengkap
2. S2 PK (-N)
3. S3 NP (-K)
4. S4 NK (-P)
5. S5 NPK
Catatan : *) dosis P dan K berdasarkan satus hara tanah
-
15
2.2. Teknologi pengelolaan hara untuk padi gogo di lahan kering bereaksi masam dan basa
Penelitian akan dilakukan di dua lokasi, yaitu lahan kering bereaksi masam di
Lampung dan Sukabumi serta lahan kering bereaksi basa di Nusa Tenggara Barat
(NTB). Bertitik tolak pada rendahnya produktivitas lahan kering yang tersedia, maka
perlakuan yang dicoba merupakan kombinasi dari pemberian pupuk organik untuk
mengkondisikan tanah agar optimum bagi ketersediaan hara bagi tanaman serta
pemupukan an-organik untuk sumber nutrisi tanaman.
Percobaan lapang dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok dengan jumlah perlakuan adalah 12 dan diulang 3 kali (Tabel 10).
Pertanaman padi sawah akan dilakukan selama 1 musim tanam pada MH 2012. Selain
perlakuan yang diuji, teknik budidaya mengacu pada prinsip Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) untuk padi gogo.
Perlakuan pemupukan yang dicoba merupakan integrasi antara pemupukan
anorganik dan pupuk organik. Pada lahan kering masam yang mempunyai pH
-
16
Tabel 10. Perlakuan pengelolaan hara pada tanaman padi gogo
No Kode perlakuan Perlakuan
1 D1 Kontrol lengkap (-NPK)
2 D2 NPK Petani
3 D3 NPK tunggal
4 D4 NPK 10:10:10
5 D5 100% NK + organofosfat
6 D6 75% NK + organofosfat
7 D7 100% NPK 10:10:10 + pupuk organik granul
8 D8 75% NPK 10:10:10 + pupuk organik granul
9 D9 100% NPK 10:10:10 + pupuk organik curah
10 D10 75% NPK 10:10:10 + pupuk organik curah
11 D11 100% NPK 10:10:10 + kompos sisa tanaman
12 D12 75% NPK 10:10:10 + kompos sisa tanaman
-
17
IV. ANALISIS RESIKO
Daftar Risiko
No. RISIKO PENYEBAB DAMPAK
1.
Tanam terlambat untuk lahan kering
1. Musim hujan terlambat Terlambat panen
2. Dana terlambat turun Terlambat tanam MT1, panen padi bisa menyeberang tahun anggaran 2013
2. Gagal panen 1. Kekeringan/kebanjiran akibat perubahan cuaca ekstrem
2. Serangan hama penyakit
Tanaman padi tidak menghasilkan/gagal panen sehingga tidak diperoleh data respon perlakuan
3. Percobaan lapang di lahan petani tidak terkontrol dengan baik
Tidak ada dana detasering petugas lapang
Tidak ada tenaga teknisi pusat yang mengawal percobaan di lapang di lahan petani
Daftar Penanganan Risiko
No. RISIKO PENYEBAB PENANGANAN DAMPAK
1.
Tanam terlambat untuk lahan kering
1. Musim hujan terlambat 1. Untuk lahan kering, mencari lokasi yang ada pompanisasi
2. Dana terlambat turun 1. Dana talangan 2. Mekanisme penyediaan dana
diperbaiki
2. Gagal panen 1. Kekeringan/kebanjiran akibat perubahan cuaca ekstrem
1. Mencari lokasi lahan sawah yang tidak terkena resiko banjir dan lahan kering yang ada pompanisasi.
2. Serangan hama penyakit 2. Pencegahan dan pengendalian OPT secara intensif
3. Membuat pagar plastik sekeliling petak percobaan
3. Percobaan lapang di lahan petani tidak terkontrol dengan baik
Tidak ada dana detasering petugas lapang
Dana detasering harus diadakan
-
18
V. TENAGA, ORGANISASI PELAKSANA DAN BIAYA
5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan
Nama lengkap, gelar dan NIP Jabatan Kedudukan dalam
RPTP/RDHP
Alokasi waktu
(OB) Fungsional Struktural
Dr. Diah Setyorini
NIP. 19620624 198603 2 002
Peneliti Muda
Staf Kesuburan Pj. RPTP/
PJ Kegiatan
6
Ir. Nurjaya, MP
NIP. 19600826 199303 1 001
Peneliti Madya
Staf Kesuburan Pj. Kegiatan 4
Ir. A. Kasno, MSi
NIP. 19600119 198303 1 001
Peneliti Madya
Staf Kesuburan Anggota 2
Sutono, SP
NIP. 19540829 198101 1 001
Peneliti Madya
Staf Konservasi Anggota 2
Ibrahim Adamy, SP
NIP. 19740305 200503 1 002
Peneliti Staf Kesuburan Anggota 2
Heri Wibowo, SP
NIP.
PNK Staf Kesuburan Anggota 2
PM Peneliti BB Padi Anggota 2
PM Peneliti BPTP Anggota 2
Jojon Suryono, SP
NIP.19590124 198203 1 001
Penyelia Staf Kesuburan Anggota 2
Jaenudin
NIP.19581007 198303 1 001
Pelaksana Lanjutan
Staf Kesuburan Anggota 3
Cahyana Pelaksana Lanjutan
Staf Kesuburan Anggota 3
PM Pelaksana Lanjutan
Staf Kesuburan Anggota 3
Mindawati
NIP.19581204 198101 2 001
Teknisi Staf Kesuburan Anggota 3
V. Kasmini
NIP. 19620522 199203 2 001
Teknisi Staf Kesuburan Anggota 2
Koko Kusumah Sumantri
NIP.19580115 198203 1 002
Penyelia Staf Kesuburan Anggota 3
Usman Randika, A.Md NIP.19680714 199903 1 001
Analis Staf Lab. Penelitian
Anggota 2
PM Teknisi BPTP Anggota 2
Narasumber :
Dr. Fahmuddin Agus Peneliti Utama
Staf Konservasi Tanah dan Air
Nara Sumber 2
-
19
5.2. Jangka waktu kegiatan (jadwal palang)
Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan
Pelaksanaan:
Verifikasi pemupukan padi sawah
Teknologi pengolahan hara untuk padi gogo
Analisis data
Penyusunan laporan
5.3. Pembiayaan
Ribu Rupiah (‘000 Rp)
No Sub Pengeluaran Total
1. Belanja bahan (521211) 65.000.000
2. Honor terkait output kegiatan (521213) 96.100.000
3. Belanja sewa (522141) 13.500.000
3. Belanja perjalanan lainnya (524119) 125.400.000
JUMLAH 300.000.000
-
20
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Rekomendasi Pemupukan N,P,K Padi Sawah Spesifik Lokasi. Disusun
sebagai narasi Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/SR.130/01/ 2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Departemen Pertanian.
Anonim. 2010. Pedoman Pelaksanaan SL-PTT (Padi, Jagung, Kedelai). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.
Biro Pusat Statistik. 2009. Biro Pusat Statistik. Jakarta
Husnain, Rosmimik, Ibrahim A.S., Adha Siregar. 2011. Penelitian formulasi pupuk, pembenah tanah, desain test kit dan perangkat lunak pengelolaan tanah. Laporan Akhir DIPA TA 2011. Balai Penelitian Tanah, BBSDLP. Badan Litbang Pertanian.
Ladiyani, R.W., Husnain, Linca Angria, Tia Rostaman. 2011. Penelitian pengembangan formula untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan produktivitas tanaman. Laporan Akhir Ristek TA 2011. Balai Penelitian Tanah, BBSDLP. Badan Litbang Pertanian.
Nurbaeti, B. dan A. Nurawan. 2009. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Gogo. BPTP Jawa Barat. BBP2TP. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
Setyorini, D., Sri Rochayati, Sri Adiningsih. 2003. Uji Tanah Sebagai dasar Penyusunan Rekomendasi Pemupukan. Seri Monograf No.2. Sumber Daya Tanah Indonesia. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.
Setyorini, D., Nurjaya, A. Kasno, Sutono. 2010. Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Laporan Akhir DIPA TA 2010. Balai Penelitian Tanah, BBSDLP, Badan Litbang Pertanian.
Setyorini, D., Nurjaya, A. Kasno, Sutono. 2011. Teknologi Pengelolaan Lahan dan Pemupukan Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Laporan Akhir DIPA TA 2011. Balai Penelitian Tanah, BBSDLP, Badan Litbang Pertanian.