teknologi pemupukan spesifik lokasi dan...

39
TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA SAPANANG KECAMATAN BUNGORO KABUPATEN PANGKEP BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN 2007

Upload: vankhanh

Post on 26-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH

DESA SAPANANG KECAMATAN BUNGORO

KABUPATEN PANGKEP

BALAI PENELITIAN TANAH

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN

2007

Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Tanah

Penyusun : Diah Setyorini

Neneng L Nurida

Achmad Rachman

Penyunting : Ai Dariah

Nurjaya

Design Cover : Sukmara

Setting/Layout : Didi Supardi

Rahmah D. Yustika

Penerbit : Balai Penelitian Tanah

Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor

16123, Telp. (0251) 336757, Fax.

(0251) 321608, 322933, E-mail:

[email protected]

ISBN 978-979-9474-89-6

Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA

Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor

http://balittanah.litbang.deptan.go.id

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

i

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai

Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi

Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai

acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi

teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air

mendukung kegiatan Prima Tani.

Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-

lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi

penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan

yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan

dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini

menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik

konservasi tanah dan air.

Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan

spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana

dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan

Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium

Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi

dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.

Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam

mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung

program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan.

Bogor, November 2007

Kepala Balai,

Dr. Achmad Rachman

NIP. 080.079.028

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... iv

I. PENDAHULUAN ........................................................... 1

II. KEADAAN FISIK DAERAH ............................................. 3

2.1. Lokasi dan Perhubungan .................................... 3

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian ....................... 4

2.3. Iklim dan Hidrologi ............................................ 5

III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI .................. 7

3.1. Status Hara Tanah ............................................. 7

3.2. Rekomendasi Pemupukan .................................. 8

IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR .................. 20

4.1. Teknik Konservasi Tanah dan Air Saat Ini ............ 20

4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah dan Air .... 20

V. DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 24

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian penggunaan lahan dan vegetasi Desa Sapanang ......................................................... 4

Tabel 2. Status hara tanah pada lahan sawah hasil pengukuran menggunakan PUTS di Desa Sapanang, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep ............. 8

Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah berdasarkan status hara tanah di Desa Sapanang, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep .......... 10

Tabel 4. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung dan kacang hijau pada status hara rendah, sedang, dan tinggi di Desa Sapanang, Kab. Pangkep ....... 17

Tabel 5. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Desa Sanapang, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep ........................................................... 23

Tabel 6. Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar ........................................ 30

Tabel 7. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar dalam sistem alley cropping .............................. 31

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Desa Sapanang, Kecamatan Bungoro, Kab.

Pangkep ........................................................ 3

Gambar 2. Keragaan tanaman yang dikembangkan di Desa Sapanang ...................................................... 5

Gambar 3. Curah hujan Desa Sapanang, Kecamatan Bungoro Pangkep ........................................... 6

Gambar 4. Saluran irigasi dan pematang/galengan tanpa rumput .......................................................... 21

Gambar 5. Contoh tanaman penutup tanah (Pueraria javanica) di antara tanaman tahunan/buah-buahan ......................................................... 25

Gambar 6. Mulsa vertikal ................................................ 26

Gambar 7. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar ..................... 28

Gambar 8. Teras individu ................................................ 32

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tanaman penutup tanah (Sumber: Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat, 1999 ) .................................. 25

Lampiran 2. Mulsa vertikal (Sumber: Departemen Pertanian, 2006; Balai Penelitian Tanah, 2007) ................ 26

Lampiran 3. Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian, 2006; Balai Penelitian Tanah, 2007) 28

Lampiran 4. Teras individu (Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2007) ............................................................ 32

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

1

I. PENDAHULUAN

Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan

pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan

untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data

dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi

pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam

penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah

khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.

Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan

pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status

semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu

tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk

hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang

terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran

pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi

pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status

optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada

suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman,

berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih

tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus

mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan

kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang

disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui

teknik uji tanah.

Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci

keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

2

lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk

melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari

kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah

menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah

batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah

dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi

vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil

teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan

teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat

merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan

teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai

pengguna artinya harus mempertimbangkan kondisi biofisik dan

sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik

konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan

mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi,

dan teknik konservasi yang ada dilapangan (existing) di masing-

masing lokasi.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

3

II. KEADAAN FISIK DAERAH

2.1. Lokasi dan Perhubungan

Lokasi Prima Tani Desa Sapanang, Kecamatan Bungoro,

Kabupaten Pangkep mempunyai luasan sekitar 639 ha, secara

geografis terletak pada koordinat antara 119o33’00”-119o36’20”

Bujur Timur dan 4o47’10”-4o49’25” Lintang Selatan (Gambar 1).

Secara administrasi wilayah penelitian berbatasan:

sebelah utara : Desa Batara

sebelah barat : Desa Sama Lewa

sebelah timur : Desa Pa’bundukang

sebelah selatan : Desa Bontoa

Jarak lokasi penelitian dari Ibu Kota Kabupaten + 6 km, dan

dari Ibu Kota Propinsi + 60 km. Jalan desa sebagian besar telah

beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat dan sebagian

lainnya berupa jalan sirtu.

Gambar 1. Peta Desa Sapanang, Kecamatan Bungoro, Kab. Pangkep

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

4

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian

Berdasarkan analisis peta topografi dan ditunjang dengan

pengamatan di lapangan, penggunaan lahan/vegetasi saat ini

(present landuse) di Desa Sapanang dikelompokkan menjadi 5

satuan penggunaan lahan/vegetasi, yaitu: sawah (sw); kebun

campuran/tegalan (kc); kebun campuran/pekarangan (kp);

belukar/semak (b); permukiman (p) (Tabel 1).

Penggunaan lahan padi sawah mendominasi Dusun

Leppangang seluas 643 ha (71,90%) yang menyebar dari Cempagae

sampai Pasui. Sedangkan kebun campuran hanya menempati lahan-

lahan kering berupa tegalan yang ditanami kelapa, ubi kayu,

mangga, pisang, dan jambu mete seluas 49 ha (5,53%); pekarangan

ditanami kelapa, pisang, dan mangga seluas 57 ha (6,36%).

Belukar/semak merupakan vegetasi yang tumbuh pada bukit-bukit

karst batu gamping. Rincian penggunaan lahan/vegetasi Desa

Sapanang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rincian penggunaan lahan dan vegetasi Desa Sapanang

Simbol Penggunaan Lahan/vegetasi Luas

ha %

Sw Padi sawah 643 71,90

Kc Kebun campuran/tegalan 49 5,53

Kp Kebun campuran/pekarangan 57 6,36

B Belukar/semak 57 6,36

P Permukiman 88 9,85

J u m l a h 894 100,00

Lahan sawah di Desa Sapanang tidak seluruhnya mendapat-

kan pasokan air irigasi yang cukup pada saat musim tanam, oleh

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

5

karena itu pola tanam yang diterapkan akan sangat tergantung pada

ketersediaan air irigasi. Bila pasokan air cukup, maka petani dapat

menerapkan pola tanam padi–padi–palawija, sedangkan jika

pasokan air tidak merata, maka sebagian petani menerapkan pola

tanam padi–palawija–palawija atau padi–palawija–bera. Komoditas

palawija yang banyak ditanam petani adalah jagung dan kacang

hijau.

Selain memanfaatkan lahan untuk pertanian, para petani di

Desa Sapanang juga banyak yang memelihara ternak (sapi, kuda,

kerbau, kambing, ayam, dan itik), sehingga pendapatan petani jadi

bertambah.

Gambar 2. Keragaan tanaman yang dikembangkan di Desa Sapanang

2.3. Iklim dan Hidrologi

Iklim merupakan salah satu faktor penentu dalam

keberhasilan kegiatan pertanian. Untuk tujuan tersebut, telah

dikumpulkan data iklim tahun 1995-2003 berupa data curah hujan,

hari hujan, temperatur dari stasiun pengamatan terdekat. Gambaran

curah hujan di Desa Sapanang disajikan pada Gambar 3.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

6

0

100

200

300

400

500

600

700

Jan Mar Mei Jul Sep Nop

Rata-rata curah hujan

Gambar 3. Curah hujan Desa Sapanang, Kecamatan Bungoro

Pangkep

Penyebaran curah hujan di Desa Sapanang nampak tidak

merata. Periode Nopember - Maret merupakan bulan-bulan basah

dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember (643

mm). Sedangkan mulai April - Oktober merupakan bulan-bulan

kering dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan September

(21 mm). Distribusi curah hujan menurut Scmihdt dan Fergusson

(1951) menunjukkan bahwa Desa Sapanang mempunyai bulan

basah (>100 mm) selama 9 bulan dan bulan kering (<60 mm)

terjadi selama 2 bulan. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 2.449

mm. Menurut klasifikasi Oldeman et al (1985), Desa Sapanang

termasuk ke dalam Zona D2 yang mempunyai bulan basah (>200

mm) 4 bulan berturut-turut, dan bulan kering (< 100 mm) 3 bulan

berturut-turut.

Desa Sapanang memiliki saluran irigasi Tabo-Tabo yang airnya

berasal dari sungai Salopangkajene dan air hujan. Saluran irigasi ini

sering mengalami kekeringan pada saat musim kemarau, sehingga

sering menyebabkan gagal panen pada musim tanam kedua.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

7

III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI

Penilaian arahan pengembangan komoditas didasarkan pada

hasil evaluasi lahan dengan mempertimbangkan komoditas unggulan

dan penggunaan lahan saat ini. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa

Desa Bumiayu dibagi menjadi 5 arahan pengembangan komoditas

(Tabel 2).

3.1. Status Hara Tanah

Status hara N, P, K, dan pH tanah lapisan atas (0-20 cm)

tanah sawah yang ditetapkan dengan menggunakan perangkat uji

tanah sawah (PUTS) di Desa Sapanang, Kecamatan Bungoro,

Kabupaten Pangkep, disajikan pada Tabel 2. Sedangkan penetapan

status hara P dan K untuk lahan kering digunakan perangkat uji

tanah kering (PUTK) (Tabel 4).

Hasil pengukuran PUTS menunjukkan bahwa di lahan sawah

(SL 1 dan 2) Desa Sapanang status hara N rendah, status hara P

sedang sampai tinggi. Status hara K seluruh lahan sawah (SL 1 dan

2) sedang, sedangkan reaksi tanah (pH) umumnya agak masam

sampai netral.

Rendahnya status hara N lebih disebabkan karena sifat N

yang sangat mobil, mudah menguap (volatilisasi), dan tercuci,

meskipun pada umumnya petani sudah menggunakan pupuk N

dengan takaran yang cukup tinggi. Status hara P dan K yang sedang

sampai tinggi, diperkirakan sebagai pengaruh dari bahan induk

tanah yang bersifat basis.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

8

Tabel 2. Status hara tanah pada lahan sawah hasil pengukuran menggunakan PUTS di Desa Sapanang, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep

No. SL

Lokasi/dusun Status Hara pH

tanahPenggunaan

lahan Luas

N P K

ha %

1 Leppangeng R T S 6,0 Padi Sawah 346 38,69

Baruwe R S S 5,5 Padi Sawah

Selebo II R S S 6,0 Padi Sawah

Selabo III R T S 6,0 Padi Sawah

2 Pasui R S S 6,0 Padi Sawah 297 33,21

Pasui R S S 6,0 Padi Sawah

Kaccicu R S S 6,0 Padi Sawah

Selebo I R T S 5,5 Padi Sawah

Jenai R T S 6,0 Padi Sawah

Turucinae R T S 6,0 Padi Sawah

Baruwe R T S 6,0 Padi Sawah

Pacinongan R S S 6,0 Padi Sawah

Bojong Lampoa I, II

R S S 6,0 Padi Sawah

3 Kebun Campuran, Tegalan 49 5,53

4 Kebun Campuran/Pekarangan 57 6,37

5 Perbukitan Karst (Belukar/Semak) 57 6,37

Permukiman 88 9,85

Jumlah 894 100,00

3.2. Rekomendasi Pemupukan

a. Padi sawah

Produktivitas tanaman padi ditentukan oleh kesuburan tanah

terutama ketersediaan hara, kondisi iklim (curah hujan dan radiasi

surya), varietas tanaman, pengolahan tanah serta pengendalian hama

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

9

penyakit tanaman. Dalam kondisi lingkungan biotik dan abiotik yang

optimal, tanaman padi dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal

sesuai dengan potensi hasilnya.

Dalam pengelolaan hara P dan K pada lahan sawah

diperlukan pengetahuan mengenai kebutuhan hara P dan K untuk

tanaman padi. Tanaman padi varietas unggul dengan tingkat

produksi sekitar 5 t GKG ha-1 memerlukan sekitar 34 kg P2O5 dan 156

kg K2O. Jika pada waktu panen seluruh gabah dan jeraminya

diangkut ke luar dari tanah sawah, maka akan terjadi pengangkutan

hara dalam tanah, terutama K2O yang banyak terkandung di dalam

jerami. Bila hanya gabahnya yang diangkut ke luar dan jeraminya

dikembalikan ke tanah sawah, maka pengangkutan K2O-nya akan

berkurang. Untuk menjaga keberlanjutan produktivitas lahan perlu

diberikan pupuk dengan jenis dan jumlah yang cukup.

Upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pada lahan

sawah dilakukan antara lain melalui: (a) modifikasi bentuk butiran

dan kelarutan pupuk; (b) perbaikan waktu dan teknik aplikasi

pemupukan; (c) ameliorasi dengan pupuk organik dan pupuk hayati;

(d) perbaikan takaran anjuran pemupukan agar lebih efektif dan

efeisien.

Sejalan dengan perkembangan teknologi padi, maka di Desa

Sapanang akan dikembangkan padi varietas unggul baru/VUTB dan

padi Hibrida yang mempunyai potensi produksi sekitar 20% lebih

tinggi dari padi varietas unggul biasa. Sebagai implikasi dari

produksinya yang tinggi maka kebutuhan hara khususnya N, P, dan

K bagi padi VUTB dan Hibrida juga akan lebih tinggi dibanding

kebutuhan untuk varietas unggul biasa.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

10

Arahan rekomendasi pemupukan N, P, K padi sawah spesifik

lokasi untuk setiap kecamatan di 21 propinsi penghasil beras di

Indonesia telah disusun dalam Permentan No 40/Permentan/4/1007.

Rekomendasi pemupukan N, P, K dibagi menjadi 3 alternatif, yaitu:

(a) rekomendasi N, P, K tanpa bahan organik; (b) N, P, K dengan

jerami 5 t ha-1; dan (c) N, P, K dengan pupuk kandang 2 t ha-1.

Rekomendasi pemupukan N, P, K spesifik lokasi Desa

Sapanang (SL 1 dan 2) yang lebih detil berdasarkan status hara dan

kebutuhan tanaman untuk padi sawah varietas unggul setara IR-64

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah berdasarkan status hara tanah di Desa Sapanang, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep

No.

SL

Status

Hara Tanpa bahan organik Dengan 5 t jerami

Dengan 2 t pupuk

kandang ha

N P K Urea ZA SP-36 KCl Urea ZA SP-

36KCl Urea ZA SP-36 KCl

1 Leppangeng R T S 250 50 50 50 250 50 50 0 250 50 0 30

Barue R S S 250 50 75 50 250 50 75 0 250 50 25 30

Selabo II R S S 250 50 75 50 250 50 75 0 250 50 25 30

Selabo III R T S 250 50 50 50 250 50 50 0 250 50 0 30

2 Pasui R S S 250 50 75 50 250 50 75 0 250 50 25 30

Kaccicu R S S 250 50 75 50 250 50 75 0 250 50 25 30

Selebo I R T S 250 50 50 50 250 50 50 0 250 50 0 30

Jenai R T S 250 50 50 50 250 50 50 0 250 50 0 30

Turucinae R T S 250 50 50 50 250 50 50 0 250 50 0 30

Barue R T S 250 50 50 50 250 50 50 0 250 50 0 30

Pacinongan R S S 250 50 75 50 250 50 75 0 250 50 25 30

Bojong

Lampoa R S S 250 50 75 50 250 50 75 0 250 50 25 30

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

11

Pupuk N

Seluruh lahan sawah yang disurvei mempunyai status hara N

rendah. Hara N merupakan hara yang mudah larut, menguap

(volatilisasi) dan tercuci. Pengembalian jerami dapat meningkatkan

kandungan bahan organik tanah dan sumber N bagi tanaman.

Takaran pemupukan N tanpa jerami atau pupuk kandang adalah 200

kg urea ha-1 dan 50 kg ZA ha-1. Jika menggunakan jerami 5 t ha-1,

maka takarannya menjadi 180 kg urea ha-1 dan 50 kg ZA ha-1.

Sedangkan apabila menggunakan pupuk kandang 2 t ha-1, maka

takarannya menjadi 175 kg urea ha-1 dan 50 kg ZA ha-1 (Tabel 3)

Pupuk P

Kandungan P tanah merupakan faktor penting yang perlu

diperhatikan dalam pemupukan P. Tanah yang mempunyai

kandungan P tinggi, pemupukan P ditujukan untuk memenuhi atau

mengganti P yang terangkut panen, sedangkan pada tanah yang

mempunyai kandungan P sedang dan rendah, pemupukan P

ditujukan selain untuk mengganti P yang terangkut panen juga

untuk meningkatkan kandungan P tanah, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan status P tanah.

Penentuan takaran pupuk P secara tepat (spesifik lokasi)

untuk masing-masing tanah sawah, yaitu sesuai dengan status P dari

tanah sawahnya, sekarang sudah dapat dilakukan dengan

menggunakan alat bantu PUTS. PUTS ini berguna untuk mengukur

(menganalisis) kandungan unsur hara P dalam tanah sawah secara

langsung dan cepat di lapangan.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

12

Umumnya respon tanaman padi terhadap pemupukan P

sangat nyata pada tanah-tanah yang status P-nya rendah, meskipun

ketersediaan unsur hara P pada lahan sawah umumnya meningkat

dengan penggenangan. Makin tinggi status P tanahnya makin kecil

respon tanaman padi terhadap pemupukan P. Walaupun demikian

rekomendasi pemupukan P tetap diberikan, yaitu dengan takaran 50

kg SP-36 ha musim-1, meskipun status P tanahnya sudah tinggi.

Rekomendasi ini diberikan sebagai takaran pemeliharaan

(maintenance rate) yang ditujukan untuk mempertahankan agar

kandungan P dalam tanah tetap tinggi, sehingga dapat menjamin

agar tanaman tidak akan mengalami kekurangan unsur hara P lagi.

Untuk lokasi Leppangang, Selebo III (SL-1), dan Selebo I,

Jenae, Turucinae, Barue (SL-2) yang berstatus P tinggi maka takaran

rekomendasinya 50 kg SP-36 ha-1, dan bila memberikan pupuk

kandang 2 t ha-1 maka tidak diperlukan pemberian pupuk SP-36. Pada

lokasi Barue, Selebo II (SL-1), dan Pasui, Kaccicu, Pacinongan, Bojong

Lampoa (SL-2) yang berstatus P sedang maka takaran

rekomendasinya 75 kg SP-36 ha-1, dan bila memberikan pupuk

kandang 2 t ha-1 maka cukup memberikan 25 kg SP-36 ha-1 (Tabel 8).

Sumber pupuk P yang biasa digunakan adalah SP-36. Pupuk

SP-36 mengandung 36% P2O5. Pupuk P diberikan seluruhnya

menjelang tanam dengan cara disebar merata di atas permukaan

tanah kemudian dibenamkan ke dalam lapisan olah bersamaan

dengan perataan tanah sawah. Pupuk P diberikan sekaligus karena

sifat hara P yang tidak mudah hilang sehingga mempunyai pengaruh

residu untuk musim tanam berikutnya.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

13

Pupuk K

Pemupukan K perlu memperhatikan status hara K dalam

tanah. Pada tanah dengan kandungan K sedang dan tinggi tidak

perlu diberi pupuk K, karena kebutuhan hara K tanaman padi dapat

dipenuhi dari K tanah, sumbangan air pengairan dan pengembalian

jerami. Hampir 80% K yang diserap tanaman padi berada dalam

jerami, oleh karena itu dianjurkan untuk mengembalikan jerami ke

tanah sawah (Adiningsih et. al., 1984).

Secara keseluruhan status hara K di lahan sawah Satuan

Lahan 1 dan 2 adalah sedang. Takaran rekomendasi untuk tanah

yang berstatus K sedang maupun tinggi yaitu 50 kg KCl ha-1, apabila

jerami dikembalikan, tidak perlu menambahkan pupuk KCl lagi.

Apabila menggunakan pupuk kandang 2 t ha-1 maka cukup

menambahkan 30 kg KCl ha-1 (Tabel 3).

Apabila menggunakan pupuk kandang 2 t ha-1 maka

pemberian pupuk KCl cukup dengan 80 kg ha-1. Sedangkan pada

lokasi yang berstatus K sedang maupun tinggi takaran rekomendasi-

nya adalah 50 kg KCl ha-1, apabila jerami dikembalikan, tidak perlu

menambahkan pupuk KCl lagi. Sedangkan jika menggunakan pupuk

kandang 2 t ha-1 maka cukup menambahkan 30 kg KCl ha-1 (Tabel

4).

Sumber kalium pada tanah sawah berasal dari dalam tanah,

jerami, pupuk K, dan air irigasi. Pupuk K yang umum dijumpai di

Indonesia yaitu KCl dengan kadar K2O 60% dan kalium sulfat

(K2SO4) atau yang lebih dikenal sebagai ZK mengandung kadar K2O

45% dan 18% S. Bentuk pupuk KCl butiran kecil berwarna putih

atau merah.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

14

Sifat hara K yang mudah larut air menyebabkan pemupukan

K sebaiknya diberikan dengan cara di split dua atau tiga kali untuk

menghindari pencucian K, dan fiksasi K khususnya pada tanah

sawah Vertisol. Setengah bagian pupuk K dapat diberikan

bersamaan pupuk P, sedangkan pemupukan K kedua pada saat

primordia. Cara pemupukan K diberikan disebar merata diatas

permukaan tanah kemudian dibenamkan ke dalam lapisan olah

bersamaan dengan perataan tanah sawah atau diinjak-injak.

Pengembalian jerami ke lahan dapat menggantikan sebagian

kebutuhan pupuk KCl tanaman padi sawah. Cara pengelolaan jerami

padi sebelum dikembalikan ke lahan sawah antara lain: (1) setelah

panen, jerami digundukkan ke bagian pematang untuk dikomposkan

secara alami. Waktu pengomposan sekitar 2-3 bulan. Setelah

matang, kompos jerami dikembalikan ke lahan sawah pada musim

tanam berikutnya dan (2) jerami dikomposkan dengan mengguna-

kan dekomposer perombak selulosa langsung di areal lahan sawah

dengan cara membuat bak pengomposan dari bambu atau langsung

ditutup dengan terpal plastik. Waktu pengomposan sekitar 2-3

minggu. Untuk keterangan cara pengomposan lebih lanjut lihat buku

Komik Cara Pembuatan Kompos. Setelah matang (C/N jerami sekitar

10-25) kompos jerami dapat diaplikasikan pada musim tanam

berikutnya.

Pengelolaan Bahan Organik

Pengelolaan hara P dan K pada tanah sawah tidak dapat

dipisahkan dari pengelolaan bahan organik. Penggunaan bahan

organik dapat berpengaruh terhadap rekomendasi dan kebutuhan

pupuk P dan K. Untuk tanah sawah yang pengelolaannya tidak

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

15

disertai dengan pemberian bahan organik diperlukan pupuk P dan K

(juga pupuk N) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang

diberi bahan organik, baik berupa jerami maupun berupa pupuk

kandang. Pemberian jerami direkomendasikan sebanyak 5 t ha-1,

yang diperhitungkan dapat dihasilkan dari tanah sawah setempat

dengan tingkat hasil gabah juga sekitar 5 t ha-1. Dengan demikian

pengembalian jerami tersebut merupakan pengembalian setempat.

Anjuran pengembalian jerami ke tanah sawah memang sukar

untuk diterapkan karena diperlukan upaya khusus. Kenyataan saat

ini di lapangan umumnya petani membakar jerami, hal ini

dikarenakan beberapa alasan antara lain: (1) indeks pertanaman tiga

kali, sehingga petani tidak cukup waktu untuk mengkomposkan

jerami; (2) pengomposan jerami membutuhkan waktu dan tenaga;

serta (3) penumpukan jerami selama satu musim akan memakan

tempat, sehingga mengurangi luas areal tanam. Tetapi keuntungan

pengembalian jerami ke tanah sawah akan mengatasi masalah

berkurangnya areal tanam, karena kehilangan unsur-unsur hara

akan dapat dikurangi sehingga takaran pupuk yang perlu

ditambahkan dapat dikurangi.

Untuk membersihkan lahan serta memulai pengolahan

tanahnya, pada umumnya petani melakukan praktek pembakaran

jerami. Cara ini sebaiknya tidak dilakukan karena pembakaran jerami

akan menghilangkan banyak unsur-unsur hara dan fungsi-fungsi lain

dari jerami (bahan organik) sebagai bahan pembenah sifat-sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah tidak akan terjadi.

Pengembalian jerami secara langsung tanpa dikomposkan

dulu akan mengakibatkan pengolahan tanah terganggu serta

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

16

tanaman padi yang masih muda mati terbakar karena proses

pengomposan jerami segar masih terus berjalan. Oleh karena itu,

teknik pengomposan jerami segar yang tepat guna perlu

dikembangkan, seperti dua alternatif cara pengomposan jerami yang

telah dijelaskan sebelumnya.

Selain pemberian jerami, juga direkomendasikan penggunaan

pupuk kandang sebanyak 2 t ha-1. Untuk meningkatkan dan

mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah sawah sedapat

mungkin diberikan tambahan bahan organik seperti pupuk kandang,

kompos, pupuk hijau atau azola untuk melengkapi pemberian pupuk

buatan. Perlu ditekankan bahwa dalam jangka panjang pemberian

bahan organik ke tanah sawah tidak hanya berguna untuk

mengembalikan atau mempertahankan kandungan unsur-unsur hara

makro dan mikro dalam tanah, tetapi bahan organik mempunyai

banyak fungsi (manfaat) lain untuk mempertahankan kesuburan,

dan perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta efisiensi

pemupukan.

b. Jagung dan Kacang hijau

Takaran rekomendasi untuk tanaman jagung dan kacang

hijau pada lokasi yang berstatus N, P dan K rendah, sedang, dan

tinggi disajikan pada Tabel 4.

Pemupukan N pada tanaman kacang-kacangan seperti

kedelai dan kacang hijau hanya diberikan pada awal pertanaman

sebagai stater sebelum tanaman kacang-kacangan dapat

membentuk bintil akar. Kemampuan tanaman kacang-kacangan

dalam memfiksasi N2 udara dapat mencapai 50-100 kg ha-1

tergantung jenis tanamannya. Oleh karena itu, tidak diperlukan lagi

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

17

penambahan N dari pupuk, namun perlu dilakukan inokulasi bakteri

rhizobium penambat N2 dengan merk Nodulin atau Rhizoplus.

Tabel 4. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung dan kacang

hijau pada status hara rendah, sedang, dan tinggi di Desa

Sapanang, Kab. Pangkep

No. Lokasi Status hara

Takaran Pupuk Jagung kacang hijau

N P K urea SP-36

KCl urea SP-36 KCl

kg ha-1

1. Leppangeng R T S 300 100 100 75 100 75 Barue R S S 300 200 100 75 200 75 Selabo II R S S 300 200 100 75 200 75 Selabo III R T S 300 100 100 75 100 75

2. Pasui R S S 300 200 100 75 200 75 Kaccicu R S S 300 200 100 75 200 75 Selebo I R T S 300 100 100 75 100 75 Jenai R T S 300 100 100 75 100 75 Turucinae R T S 300 100 100 75 100 75 Barue R T S 300 100 100 75 100 75 Pacinongan R S S 300 200 100 75 200 75 Bojong

Lampoa R S S 300 200 100 75 200 75

Tanaman kacang-kacangan seperti kedelai dan kacang hijau

yang ditanam setelah padi sawah jarang ditambah pupuk P dan K,

karena mengandalkan sisa residu P dan K dari tanaman padi. Namun

apabila tanaman kacang-kacangan tumbuh pada lahan kering, maka

pupuk P dan K dibutuhkan dalam jumlah banyak. Hara P dan K

berperan penting dalam pembentukan dan pengisian biji kacang.

Semua jenis pupuk diberikan dengan cara dilarik atau ditugal sekitar

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

18

5-7 cm selain tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Sumber

atau jenis pupuk yang dapat dipakai adalah urea, SP-36, KCl.

Pemupukan N dan K pemberiannya displit, yaitu setengah

takaran pada waktu tanam atau 7-10 hari setelah tanam dan

setengah takaran pada umur primordia. Cara pemupukan bisa dilarik

atau ditugal sekitar 5-7 cm, selain tanaman, kemudian ditutup

dengan tanah. Sedangkan pemupukan P dapat diberikan sekaligus

dengan cara dilarik atau ditugal sekitar 5-7 cm selain tanaman,

kemudian ditutup dengan tanah.

Tanaman jagung membutuhkan hara cukup banyak untuk

dapat memberikan hasil yang optimal. Status N tanah yang rendah

menghendaki pemberian takaran N sekitar 300 kg urea ha-1, status P

sedang-tinggi memerlukan pupuk SP-36 sekitar 100-200 kg ha-1,

sedangkan status K tanah pada umumnya sedang membutuhkan

pupuk KCl sekitar 100 kg ha-1.

c. Kelapa, mangga, dan pisang

Lahan kering di Desa Sapanang berupa kebun campuran

yaitu lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman tahunan, biasanya

dalam bentuk lahan pekarangan atau talun, dengan komoditas

dominan dominan kelapa, pisang, mangga, dan semangka.

Tanaman kelapa dan pisang umumnya tidak dipelihara secara

intensif, sehingga pertumbuhan dan produksinya kurang optimal.

Takaran rekomendasi pemupukan untuk kelapa dalam yaitu urea

0,5; SP-36 0,75; dan KCl 1-1,5 kg pohon aplikasi-1. Dengan cara

aplikasi 2 kali/tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

19

Pemupukan pisang dengan takaran pemupukan ZA 1.000 g

pohon tahun-1, SP-36 450 g pohon tahun-1, dan KCl 500 g pohon

tahun-1 diberikan empat kali setahun yaitu satu bulan setelah tanam

dengan takaran seperempat bagian, pemupukan selanjutnya setiap 3

bulan sekali dengan takaran seperempat bagian. Cara pemupukan

dengan cara dilarik berjarak 60-75 cm di sekeliling tanaman,

kemudian larikan ditutup. Pupuk kandang dengan takaran 15-50 kg

pohon-1 diberikan dengan cara yang sama seperti pupuk anorganik.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

20

IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

4.1. Teknik Konservasi Tanah dan Air Saat Ini

Teras bangku datar (teras Irigasi)

Teknik konservasi tanah dan air yang banyak ditemui dan

telah diterapkan di lahan persawahan adalah teras irigasi atau

bangku datar yang secara umum sudah cukup baik dan stabil.

Sebagian pematang/galengan yang ada sudah tertutup rapat oleh

rumput lokal/gulma, kondisi ini dapat juga berfungsi sebagai

tanaman penguat teras/galengan, sedangkan tanaman penguat

teras jenis rumput pakan ternak masih belum diterapkan petani.

Pemanfaatan sisa panen

Lahan kering di Desa Sanapang berada pada ketinggian yang

sama dengan lahan sawah, dengan kemiringan (lereng) <6%. Pada

umumnya lahan kering berupa kebun campuran yang sebagian

besar merupakan lahan pekarangan, dan diarahkan untuk tetap

dipertahankan sebagai kebun campuran dengan alternatif komoditas

mangga, pisang, jambu mete, dan kelapa. Secara umum teknik

konservasi tanah dan air yang diterapkan petani hanyalah penerapan

mulsa daun kering yang dibiarkan terhampar di permukaan tanah

secara tidak merata atau kurang rapat.

4.2. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air

Lahan Sawah

Penyempurnaan teras irigasi dapat dilakukan dengan

perbaikan serta penanaman pematang/galengan dengan tanaman

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

21

penguat teras (Gambar 4). Selain itu, saluran pembuangan air (SPA)

perlu disempurnakan untuk mengarahkan dan membuang kelebihan

air secara benar agar tidak merusak lahan. Sawah tanpa saluran

pembuangan air dapat menyebabkan sistem penggunaan air yang

kurang efektif dan efisien. Rumput yang ditanam di pematang

diusahakan tidak dipotong/dibabat/dikoret untuk menjaga kestabilan

pematang dan supaya tidak ada tanah yang jatuh dari pematang.

Gambar 4. Saluran irigasi dan pematang/galengan tanpa rumput

Tanaman penguat teras yang ditanam di pematang/galengan

sebaiknya dari jenis rumput, dalam hal ini dapat dipilih rumput

Setaria karena selain berfungsi sebagai tanaman penguat

pematang/galengan juga dapat mendukung penyediaan pakan

ternak. Selain itu, tanaman leguminosa seperti turi (Sesbania

sesban) atau tanaman kacang-kacangan dapat dipilih karena dapat

menyuburkan tanah dan bahan hijauannya dapat dikembalikan ke

lahan. Perlu dihindari pemilihan tanaman umbi-umbian seperti ubi

kayu dan ubi jalar karena pada saat panen harus membongkar

pematang/galengan sehingga dapat merusak pematang.

Perlu ditanami setaria atau Leguminosa

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

22

Pada lahan sawah yang diterapkan pola tanam padi-palawija,

maka dianjurkan pemberian pupuk kandang pada padi sawah. Pada

saat disawahkan ada pemberian pupuk kandang, maka musim

tanam berikutnya akan terjadi perbaikan sifat fisik tanah di

antaranya terbentuk struktur tanah yang baik demikian juga aerasi

tanah, sehingga tanaman palawija yang ditanam setelah padi

pertumbuhan dan produksinya lebih baik.

Lahan Kering/kebun campuran

Penanaman legume cover crops (LCC)

Penanaman legume cover crops (LCC) berupa Arachis pintoii

atau Centrosema pubecens, disarankan untuk diaplikasikan di bawah

tegakan tanaman dan/atau areal pertanaman tahunan (pisang, kelapa

dan mangga). Hal ini ditujukan untuk melindungi tanah dari energi

kinetik air hujan setelah lolos dari kanopi/intersepsi, memelihara

kelembapan tanah serta memelihara kesuburan tanah. Keberadaan

tanaman penutup tanah dapat mengurangi intensitas penguapan.

Sebaiknya dipilih jenis tanaman penutup tanah yang tidak membelit

karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman utama. Uraian

lengkap tentang penanaman LCC disajikan pada Lampiran 1.

Mulsa vertikal

Mulsa vertikal adalah rorak yang di dalam lubangnya diberi

mulsa sisa tanaman (Lampiran 2). Mulsa vertikal direkomendasikan

selain untuk memelihara kelembapan tanah juga untuk menciptakan

kehidupan biologi tanah yang sangat berkontribusi terhadap sifat

fisik tanah yang selanjutnya berpengaruh terhadap neraca dan

pergerakan air dalam tanah. Mulsa vertikal ini dapat dibuat di

sekeliling piringan tanaman tahunan (mangga) atau mengikuti jarak

tanam tanaman yang sudah ada.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

23

Semak belukar

Areal ini merupakan areal perbukitan karst, mengingat

kemiringannya yang cukup curam (>15%) dan solum tanah yang

sangat dangkal. Pada areal ini, tidak diperoleh informasi apakah

akan dipergunakan untuk usaha pertanian atau tidak. Namun

demikian, apabila lahan ini akan diusahakan untuk pertanian,

sebaiknya dilakukan usaha tani konservasi yang sesuai dengan

kemampuan lahan tersebut, yaitu dengan cara menerapkan teknik

konservasi alley cropping (Lampiran 3), karena lahan ini cukup

miring dan belum ada teknik konservasi yang diterapkan, apabila

komoditas yang akan diusahakan merupakan tanaman semusim.

Apabila tanaman yang akan diusahakan merupakan tanaman

tahunan, maka teknik konservasi yang direkomendasikan adalah

teras individu yang dibuat pada masing-masing individu tanaman

tahunan (Lampiran 4).

Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air pada masing-

masing satuan lahan di Desa Sanapang, Kecamatan Bungoro,

Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Desa Sanapang, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep

No. SL

Penggunaan Lahan

Kemiringan (%)

Teknik konservasi tanah dan air saat ini

Rekomendasi teknik konservasi tanah dan

air Keterangan

1dan 2

Sawah irigasi 0-3

Teras irigasi

Perbaikan sistem pengelolaan bahan organik

Gambar 1

3 dan 4

Kebun campuran 0-3 Tidak ada

Penanaman legume cover crops (LCC) Mulsa vertikal

Lampiran 1 Lampiran 2

5 Belukar/ Semak >15% Tidak ada

Alley cropping (budi daya lorong) Tanaman tahunan dengan teras individu

Lampiran 3 Lampiran 4

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

24

V. DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J.S. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap

Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan

Bogor. Disertasi Doktor. Fakultas Pasca Sarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai

Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian RI

Nomor: 47/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman

Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian.

Oldeman, L.R, and Darmiyati S., 1977. The agroclimatic map of

Sulawesi, scale 1: 2,500,000. Contr. Centre. Res. Inst. Agric.

Bulletin No.60, Bogor.

Schmidt, F.H., and J.H.A. Ferguson, 1951. Rainfall Type Based on

Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New

Guinea. Verh. No.42. Jawatan Met. dan Geofisik, Jakarta.

Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi

Pusat. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Kelompok

Kerja Penelitian dan Pengembangan (POKJA LITBANG)-

NWMCP.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

25

Tanaman tahunan/ buah-buahan

Tanaman penutup/ Tanah/LCC

Lampiran 1. Tanaman penutup tanah (Sumber: Sekretariat Tim

Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat,

1999 )

Tanaman penutup tanah pada umumnya adalah jenis legum

menjalar yang ditanam di antara tanaman tahunan/buah-buahan,

secara bergilir dengan tanaman semusim atau tanaman tahunan

dan sebagai tanaman pemula (pioneer) untuk rehabilitasi lahan

kritis (Gambar 5). Fungsi tanaman penutup adalah untuk

menutupi tanah dari terpaan langsung air hujan, rehabilitasi

lahan kritis, menjaga kesuburan tanah, dan menyediakan bahan

organik. Berbagai tanaman penutup tanah rendah berupa

tanaman legum adalah stylo (Stylosanthes sp.), sentro (Centrosema

sp.), kalopo (Calopogonium sp), puero atau kudzu (Pueraria sp), dan

Arachis sp., sedangkan jenis rumput yang dapat ditanam adalah

Brachiaria decumbens (bede).

Gambar 5. Contoh tanaman penutup tanah (Pueraria javanica) di antara tanaman tahunan/buah-buahan

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

26

Lampiran 2. Mulsa vertikal (Sumber: Departemen Pertanian, 2006;

Balai Penelitian Tanah, 2007)

Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air,

dibuat di bidang olah atau saluran resapan (Gambar 6). Pembuatan

rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan

menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering,

rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran

permukaan.

Gambar 6. Mulsa vertikal

Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya

kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200

cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak

ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150

cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan

agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak

yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan

bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.

Mulsa dapat dimasukkan ke dalam rorak (mulsa

vertikal)

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

27

Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah

atau serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terus-

menerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar

atau dibuat rorak yang baru. Aplikasi rorak dapat pula dikombinasikan

dengan mulsa vertikal, yang mana bahan mulsa dimasukkan ke dalam

rorak.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

28

Lampiran 3. Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian,

2006; Balai Penelitian Tanah, 2007)

Budi daya lorong (alley cropping) adalah sistem di mana

tanaman semusim (pangan dan sayuran) ditanam di lorong antara

barisan tanaman pagar (Gambar 7). Pangkasan dari tanaman pagar

digunakan sebagai mulsa yang dapat menyumbangkan hara,

terutama nitrogen, bagi tanaman lorong.

Gambar 7. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium

sebagai tanaman pagar

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi budi

daya lorong:

1. Persyaratan penerapan budi daya lorong

• Kemiringan lahan berkisar antara 3-40%

• Kedalaman solum > 20 cm

• Interval horizontal 3-10 m

Lorong untuk areal tanaman semusim

Tanaman pagar

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

29

2. Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar

• Tahan pemangkasan dan dapat bertunas kembali secara

cepat sesudah pemangkasan.

• Menghasilkan banyak hijauan

• Dapat menambat nitrogen (N2) dari udara

• Tingkat persaingannya dengan tanaman utama tidak begitu

tinggi

• Memiliki perakaran vertikal yang dalam sehingga daya

saingnya terhadap tanaman utama berkurang

• Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi

tanaman utama

• Sebaiknya mempunyai manfaat ganda supaya mudah

diadopsi petani

3. Teknik penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar

• Lamtoro dan Flemingia biasa ditanam dengan menggunakan

biji sedangkan Gliricidia dengan menggunakan stek.

• Untuk bahan stek pilih cabang yang sudah berwarna putih

(tidak lagi hijau) yang berdiameter 2-4 cm. Panjang stek

kurang lebih 30 cm.

• Stek atau benih ditanam sejajar kontur. Untuk stek gunakan

jarak tanam dalam baris 20-30 cm. Untuk penanaman

dengan biji (lamtoro atau Flemingia) penanaman dideder

dengan jarak antar biji sekitar 5 cm. Pemberian pupuk TSP

atau SP-36 satu sendok teh untuk satu meter barisan akan

mempercepat pertumbuhan tanaman pagar.

• Agar cukup efektif mencegah erosi, jarak antar baris

tanaman pagar ditentukan dengan menggunakan rumus

VI/HI = % kemiringan lahan (VI = tinggi vertikal, dan HI =

jarak horizontal). Untuk mendapatkan jarak horizontal (HI),

VI harus ditetapkan terlebih dahulu, berkisar antara 0,50-

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

30

1,00 m untuk lereng < 25% dan 1,00-1,50 m untuk lereng >

25%.lebih kurang 5 m (lebar lorong sekitar 4,75 m).

Beberapa jenis tanaman pagar yang sesuai untuk pengendali

erosi dan sekaligus sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk

tanaman pagar

Nama latin Nama lokal Kegunaan Persyaratan tumbuh

Ficus subcordata Wunut (J), bunut lengis (B), sipadi (M).

Reklamasi lahan, tanaman pagar, penahan angin (windbreak)

Elevasi 0-800 m dpl, tumbuh baik pada lahan kering dan lahan berlereng dengan CH 900-2.500 mm. Cocok pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah calcareous (pH tinggi).

Gliricidia sepium Gamal (J), Glirisidia (I)

Tanaman penaung, tanaman pagar, pupuk hijau, reklamasi lahan

CH 900-1.500 mm dengan sekitar 5 bulan periode kering. Cocok pada berbagai jenis tanah dari masam sampai basa.

Leucaena leucocephala

Lamtoro gung, petai cina (I), kemlandingan (J)

Tanaman serbaguna

Elevasi 0-1.000 m dpl, CH650-1500 mm. Juga ditemukan pada daerah yang lebih kering atau lebih basah. Cocok pada tanah dengan pH>5 dan ditemukan juga pada tanah bergaram (salin).

Sesbania grandiflora

Turi (I, J, S), tuwi (B)

Penahan angin, tiang panjat, tanaman penaung

Elevasi 0-800 m dpl, CH 800-4.000 mm. Tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah tandus atau tanah sering tergenang. Toleran terhadap tanah bergaram dan tanah alkalin.

Sesbania sesban Jayanti (S), Janti (J)

Pupuk hijau, tanaman naungan

Elevasi 0-2.300 m dpl, curah hujan 500-2.000 mm.Tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah berpasir sampai tanah liat. Toleran terhadap tanah salin dan tanah masam.

Calliandra calothyrsus

Kaliandra (I) Tanaman konservasi pada lembah, jurang (gully) dan lahan berlereng curam, tanaman pagar, pupuk hijau.

Elevasi 200-1.800 m dpl, curah hujan 700-4.000 mm dengan 1-7 bulan kering. Cocok pada berbagai jenis tanah termasuk tanah masam berkesuburan rendah. Menyukai tanah dengan tekstur ringan (lempung-berpasir).

I = Indonesia, J = Jawa, S = Sunda, B = Bali, M = Minang.

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

31

4. Pemangkasan dan penggunaan hijauan

Setelah berumur sekitar 4-6 bulan atau setelah mencapai

ketinggian yang dapat menaungi tanaman utama yang menyebab-

kan pertumbuhannya terganggu, tanaman pagar dipangkas pada

ketinggian 50-60 cm dari permukaan tanah. Daun-daun tanaman

pagar yang dipangkas disebarkan di permukaan tanah.

Pemangkasan tanaman pagar dilakukan dengan interval 2-4 bulan

sekali, tergantung pada kecepatan pertumbuhannya.

5. Kebutuhan tenaga kerja

Tabel 7 menunjukkan kegiatan penanaman dan

pemeliharaan.

Tabel 7. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanaman

dan pemeliharaan tanaman pagar dalam sistem alley

cropping

Kegiatan HOK/ha*

Penanaman

• Tanam langsung 6-12

• stek 20-40

• bibit 100-200

Pemeliharaan (per tahun) 20-30

* Keterangan 1 HOK=6-7 jam kerja

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

32

Lampiran 4. Teras individu (Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2007)

Teras individu adalah teras yang digunakan untuk satu pohon

(tanaman tahunan) saja (Gambar 8). Teras individu ditujukan untuk

mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan air tanah bagi

tanaman tahunan.

a. Persvaratan

Cocok untuk lereng 15 - 60% atau lebih dan tanahnya cukup

dalam untuk menggali lubang tanaman (> 25 cm). Jajaran

teras individu tidak perlu searah garis kontur, tetapi menurut

arah yang paling cocok untuk penanaman tanaman (misalnya

arah timur-barat untuk mendapatkan cahaya matahari maksimal).

Jarak masing-masing teras individu sesuai dengan jarak tanam

optimum yang digunakan. Areal kosong di antara teras individu

perlu ditanami legum penutup tanah (legume cover crop) atau

tanaman rumput. Tanaman penutup tanah berguna untuk melindungi

tanah dari terpaan langsung butir-butir hujan, mengurangi

kecepatan air aliran permukaan dan memperbaiki struktur tanah.

Gambar 8. Teras individu

gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{

33

b. Pembuatan dan pemeliharaan

• Tentukan titik-titik tempat lubang tanam sesuai jarak tanam

yang diinginkan (arah timur-barat untuk mendapatkan

cahaya matahari maksimal). Gunakan ajir bambu atau

kayu untuk menandai titik-titik tersebut.

• Ratakan bidang teras pada titik-titik tempat penanaman

dengan luas sama dengan kanopi pohon atau lebih kecil,

sesuai kondisi lapangan.

• Buat lubang tanam di bagian tengah teras dengan ukuran 60

cm x 60 cm x 60 cm atau disesuaikan dengan rekomendasi

ukuran lubang untuk jenis tanaman tahunan yang akan

ditanam.

• Tanami areal kosong di antara barisan tanaman dengan

rumput/legum penutup tanah.

c. Keuntungan

• Membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja daripada teras

kebun.

Bila aliran permukaan tidak terkonsentrasi maka saluran

pembuangan air (SPA) tidak diperlukan.