teknologi pemupukan spesifik lokasi dan...
TRANSCRIPT
TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH
KELURAHAN GALUNG KECAMATAN LILIRIAJA
KABUPATEN SOPPENG
BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SSUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN
2007
Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Tanah
Penyusun : Wiwik Hartatik
Sudirman
Achmad Rachman
Penyunting : Ai Dariah
Irwan Nasution
Design Cover : Sukmara
Setting/Layout : Didi Supardi
Dedi Kusnandar
Penerbit : Balai Penelitian Tanah
Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor
16123, Telp. (0251) 336757, Fax.
(0251) 321608, 322933, E-mail:
ISBN 978-979-9474-91-9
Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA
Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor
http://balittanah.litbang.deptan.go.id
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
i
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai
Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi
Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai
acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi
teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air
mendukung kegiatan Prima Tani.
Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-
lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi
penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan
yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan
dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini
menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik
konservasi tanah dan air.
Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan
spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana
dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan
Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium
Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi
dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.
Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam
mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung
program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan.
Bogor, November 2007
Kepala Balai,
Dr. Achmad Rachman
NIP. 080.079.028
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... iv
I. PENDAHULUAN ........................................................ 1
II. KEADAAN FISIK DAERAH .......................................... 3
2.1. Lokasi dan Perhubungan ................................ 3
2.2. Penggunaan Lahan Dan Pertanian .................. 4
2.3. Iklim dan Hidrologi ........................................ 5
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI ............... 7
3.1. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah ............ 8
3.2. Rekomendasi Pemupukan Kacang Tanah Dan Jagung .......................................................... 16
3.3. Rekomendasi Pemupukan Kelapa, Kakao, Dan Pisang ........................................................... 20
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR ............... 22
4.1. Teknik Konservasi Existing ............................. 22
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi ..................... 22
V. DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 25
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian penggunaan lahan dan vegetasi Kelurahan Galung ............................................. 4
Tabel 2. Status hara tanah pada lahan sawah hasil pengukuran PUTS dan analisis laboratorium di Kelurahan Galung, Kec. Liliriaja, Kab. Soppeng ... 8
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah varietas unggul berdasarkan status hara tanah di Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng ......................................... 10
Tabel 4. Takaran rekomendasi pupuk majemuk NPK pada berbagai status hara P dan K tanah ................... 10
Tabel 5. Rekomendasi pemupukan tanaman kacang tanah dan jagung pada status hara rendah, sedang dan tinggi di Kelurahan Galung, Kab. Soppeng ......... 17
Tabel 6. Takaran pemupukan tanaman kelapa di pembibitan ....................................................... 21
Tabel 7. Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar ....................................... 28
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta lokasi Kelurahan Galung ......................... 3
Gambar 2. Keragaan tanaman yang dikembangkan di Kelurahan Galung .......................................... 5
Gambar 3. Curah hujan rata-rata bulanan 10 tahun terakhir Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja, Soppeng ....................................................... 6
Gambar 4. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar (Foto: F. Agus dan Widianto) ................................................. 26
Gambar 5. Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman penguat teras (kiri) dan penampang samping teras bangku (kanan) ....................... 29
Gambar 6. Penampang samping teras gulud ..................... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Budi daya lorong (Sumber: Pedum Pegunungan, 2006 dan SPLaSH Ver. 1.02, 2007) ....................................................... 26
Lampiran 2. Teras bangku dan teras gulud ......................... 29
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
1
I. PENDAHULUAN
Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan
pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan
untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data
dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi
pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam
penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah
khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.
Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan
pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status
semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu
tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk
hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang
terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran
pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi
pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status
optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada
suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman,
berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih
tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus
mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan
kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang
disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui
teknik uji tanah.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci
keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
2
pemanfaatan lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air
dimaksudkan untuk melestarikan sumber daya alam dan
menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi
teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang
tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum,
teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1)
teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau
teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam
aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri,
namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik
konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat
spesifik lokasi dan sesuai pengguna artinya harus
mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani
setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang
dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe
penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang
ada di lapangan (existing) di masing-masing lokasi.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
3
II. KEADAAN FISIK DAERAH
2.1. Lokasi dan Perhubungan
Lokasi Prima Tani Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja,
seluas 1.102 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak pada
posisi 119o55’48”-119o58’20” Bujur Timur dan 04o21’12”-04o23’55”
Lintang Selatan (Gambar 1). Secara administrasi wilayah penelitian
berbatasan:
sebelah utara : berbatasan dengan Kelurahan Appanang
sebelah barat : berbatasan dengan Desa Pattojo dan Ropegading
sebelah timur : berbatasan dengan Desa Jampu
sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Jennae
Gambar 1. Peta lokasi Kelurahan Galung
Alupange
Sangrangeng
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
4
Lokasi penelitian dapat ditempuh dari ibu kota Kabupaten
Soppeng selama + 30 menit. Aksesibilitas di Kelurahan Galung
sangat memadai. Jalan desa sebagian besar telah beraspal dan
dapat dilalui kendaraan roda empat, dan sebagian lainnya berupa
jalan sirtu.
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian
Berdasarkan analisis peta topografi yang ditunjang dengan
hasil pengamatan di lapangan, penggunaan lahan/vegetasi saat ini
(present landuse) di Kelurahan Galung dikelompokkan menjadi tiga
satuan penggunaan lahan/vegetasi, yaitu: sawah (sw) yang luasnya
mencapai 560 ha (50,82%), kebun campuran (kc) seluas 465 ha
(42,20%), dan pemukiman (p) seluas 54 ha (4,90%). Rincian
penggunaan lahan/vegetasi Kelurahan Galung disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rincian penggunaan lahan dan vegetasi Kelurahan Galung
Simbol Penggunaan lahan/vegetasi Luas
ha %
sw Sawah 560 50,82
kc Kebun campuran 465 42,20
p Pemukiman 54 4,90
Batang air 23 2,09
J u m l a h 1.102 100,00
Areal persawahan yang menempati lahan datar sampai agak
datar, merupakan penggunaan lahan terluas 560 ha (50,82%) di
Kelurahan Galung. Selain digunakan untuk pengembangan padi
sawah, di persawahan juga dikembangkan tanaman palawija
(jagung, kacang tanah, dan kedelai) sebagai tanaman alternatif yang
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
5
ditanam pada saat musim kemarau. Sedangkan areal kebun
campuran menempati lahan berombak (lereng 3-8%) yang luasnya
465 ha (42,20%) dengan jenis tanaman kelapa, kakao, dan pisang.
Keragaan tanaman di Kelurahan Galung, seperti terlihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Keragaan tanaman yang dikembangkan di Kelurahan Galung
2.3. Iklim dan Hidrologi
Iklim merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan kegiatan pertanian dan peternakan. Oleh karena itu
dalam kegiatan Prima Tani di Soppeng, informasi iklim sangat
penting untuk ditelaah, sehingga dapat diketahui potensi iklim di
daerah penelitian.
Untuk tujuan tersebut, telah dikumpulkan data iklim dari
tahun 1995-2003, berupa data curah hujan, hari hujan, dan
temperatur dari stasiun pengamatan terdekat, yaitu stasiun Iklim
Soppeng. Gambaran curah hujan di Kelurahan Galung ditampilkan
pada Gambar 3.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
6
0
50
100
150
200
Jan Mar Mei Jul Sep Nop
Rata-rata curah hujan
Gambar 3. Curah hujan rata-rata bulanan 10 tahun terakhir Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja, Soppeng
Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Soppeng, rata-
rata curah hujan tahunan di Kelurahan Galung adalah 1.531 mm.
Curah hujan tertinggi terjadi bulan Mei (182 mm), sedangkan
terendah bulan September (32 mm). Distribusi curah hujan menurut
Scmihdt dan Fergusson (1951) menunjukkan bahwa Kelurahan
Galung mempunyai bulan basah (>100 mm) selama 10 bulan dan
bulan kering (<60 mm) terjadi selama 2 bulan. Berdasarkan zona
agroklimat (Oldeman et al., 1985), Kelurahan Galung termasuk ke
dalam zona agroklimat E2, yang mempunyai bulan basah (>200
mm) 0 bulan dan bulan kering (<100 mm) 2 bulan berturut-turut
lahan sawah irigasi di Kelurahan Galung airnya bersumber dari air
irigasi dan air hujan. Air irigasi berasal dari Sungai Salo Awo dan
Salo Labempa yang selalu berair.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
7
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI
Status hara N, P, K, dan pH tanah lapisan atas (0-20 cm)
yang ditetapkan dengan menggunakan perangkat uji tanah sawah
(PUTS) dan hasil analisis tanah di laboratorium disajikan pada Tabel
2. Pengukuran lebih diintensifkan terhadap lahan persawahan
(satuan lahan 1 dan 2). Hasil pengukuran contoh tanah yang diambil
dari beberapa titik pengamatan dari setiap dusun/wilayah kelompok
tani, menunjukkan bahwa status hara N pada satuan lahan 1 dan 2
rendah, status hara P tinggi, dan status hara K sedang kecuali di
Malitutue yang K-nya rendah; reaksi tanah agak masam sampai basa
(pH 6,2 – 7,9).
Rendahnya status hara N lebih disebabkan karena sifat N
yang sangat mobil, mudah menguap (volatilisasi), dan tercuci,
meskipun pada umumnya petani sudah menggunakan pupuk N
dengan takaran yang cukup tinggi. Status hara P yang umumnya
tinggi dan hara K sedang diperkirakan akibat pengaruh bahan induk
tanah yang bersifat basis.
Dengan kondisi status hara demikian, pengembalian sisa
panen (jerami) dan penambahan bahan organik perlu dilakukan
untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pengembalian jerami sangat
bermanfaat untuk meningkatkan bahan organik tanah dan sumber N
bagi tanaman.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
8
Tabel 2. Status hara tanah pada lahan sawah hasil pengukuran PUTS dan analisis laboratorium di Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng
No.
SL
Lokasi pengamatan/
kelompok tani
Status hara pH
tanah
Penggunaan
lahan Luas
N P K
ha %
1 Lakading R T S 7,2 Sawah irigasi 260 23,59
Kesie R T S 7,9 Sawah irigasi
Malitutue R T R 7,9 Sawah irigasi
Labuleng R T S 7,8 Sawah irigasi
2 Matirobulu R T S 7,1 Sawah irigasi 300 27,22
Sadar R T S 7,9 Sawah irigasi
Paremme R T S 7,1 Sawah irigasi
Penetapan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi di
Kelurahan Galung, didasarkan pada komoditas tanaman pangan
yang diunggulkan. Berdasarkan hasil PRA, komoditas tanaman
pangan yang diunggulkan di Kelurahan Galung, adalah padi sawah,
kacang tanah, dan jagung. Sedangkan untuk tanaman tahunan
adalah kelapa, pisang, dan kakao. Dengan demikian rekomendasi
pemupukan yang disarankan adalah sebagai berikut:
3.1. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah
Produktivitas tanaman padi ditentukan oleh kesuburan tanah
terutama ketersediaan hara, kondisi iklim (curah hujan dan radiasi
surya), varietas tanaman, pengolahan tanah serta pengendalian hama
penyakit tanaman. Dalam kondisi lingkungan biotik dan abiotik yang
optimal, tanaman padi dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal
sesuai dengan potensi hasilnya.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
9
Dalam pengelolaan hara P dan K pada lahan sawah
diperlukan pengetahuan mengenai kebutuhan hara P dan K untuk
tanaman padi. Tanaman padi varietas unggul dengan tingkat
produksi sekitar 5 t GKP ha-1 memerlukan sekitar 34 kg P2O5 dan 156
kg K2O. Jika pada waktu panen seluruh gabah dan jeraminya
diangkut ke luar dari tanah sawah, maka akan terjadi pengangkutan
hara dalam tanah, terutama K2O yang banyak terkandung di dalam
jerami. Bila hanya gabahnya yang diangkut keluar dan jeraminya
dikembalikan ke tanah sawah, maka pengangkutan K2O-nya akan
dapat dikurangi. Untuk menjaga keberlanjutan produktivitas lahan
perlu diberikan pupuk dengan jenis dan jumlah yang cukup.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pada lahan
sawah dilakukan antara lain melalui: (a) modifikasi bentuk butiran
dan kelarutan pupuk; (b) perbaikan waktu dan teknik aplikasi
pemupukan; (c) ameliorasi dengan pupuk organik dan pupuk hayati;
dan (d) perbaikan takaran anjuran pemupukan agar lebih efektif dan
efisien.
Sejalan dengan perkembangan teknologi padi, maka di
kelurahan Galung akan dikembangkan padi varietas unggul
baru/VUTB dan padi hibrida yang mempunyai potensi produksi
sekitar 20% lebih tinggi dari padi varietas unggul biasa. Sebagai
implikasi dari produksinya yang tinggi maka kebutuhan hara
khususnya N, P, dan K bagi padi VUTB dan hibrida juga akan lebih
tinggi dibanding kebutuhan untuk varietas unggul biasa.
Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi berdasarkan status
hara dan kebutuhan tanaman untuk padi sawah varietas unggul (IR-
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
10
64, dan lain-lain) di Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja,
Kabupaten Soppeng yang dapat diterapkan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah varietas unggul berdasarkan status hara tanah di Kelurahan Galung, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng
No. SL
Lokasi/ kelompok
tani Status hara Tanpa bahan organik Dengan 5 t jerami
Dengan 2 t pupuk kandang ha
N P K Urea ZA SP-36 KCl Urea ZA SP-36 KCl Urea ZA SP-36
KCl
1 Lakading R T S 200 100 50 50 180 100 50 0 175 100 0 30 Kesie R T S 200 100 50 50 180 100 50 0 175 100 0 30 Malitutue R T R 200 100 50 100 180 100 50 50 175 100 0 80 Labuleng R T S 200 100 50 50 180 100 50 0 175 100 0 30 2 Matirobulu R T S 200 100 50 50 180 100 50 0 175 100 0 30 Sadar R T S 200 100 50 50 180 100 50 0 175 100 0 30 Paremme R T S 200 100 50 50 180 100 50 0 175 100 0 30
Tabel 4. Takaran rekomendasi pupuk majemuk NPK pada berbagai status hara P dan K tanah
Kelas status hara Takaran pupuk majemuk
P K
NPK 15-15-15
Tambahan pupuk tunggal
NPK 20-10-10
Tambahan pupuk tunggal NPK
30-6-8
Tambahan pupuk tunggal
Urea SP-36
KCl Urea SP-36
KCl Urea SP-36
KCl
kg ha-1 Rendah R 250 150 0 50 350 150 0 50 350 0 50 50
S 250 150 0 0 350 150 0 0 350 0 50 0 T 250 150 0 0 350 150 0 0 350 0 50 0
Sedang R 200 175 0 50 250 175 0 50 300 25 25 50 S 200 175 0 0 250 175 0 0 300 25 25 0 T 200 175 0 0 250 175 0 0 300 25 25 0
Tinggi R 150 200 0 75 200 200 0 75 300 25 0 50 S 150 200 0 25 200 200 0 25 300 25 0 0 T 150 200 0 25 200 200 0 25 300 25 0 0
Apabila petani dalam pemupukan padi sawah menggunakan
pupuk majemuk maka takaran rekomendasi pupuk majemuk NPK
Phonska (15:15:15) atau NPK Pelangi (20:10:10) atau NPK Kujang
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
11
(30:6:8) pada status hara P dan K rendah, sedang atau tinggi
disajikan pada Tabel 4. Penggunaan pupuk majemuk untuk padi
sawah, masih tetap diperlukan tambahan pupuk tunggal urea, SP-36
atau KCl untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman (Tabel 4).
Pupuk N
Seluruh lokasi mempunyai status hara N rendah. Hara N
merupakan hara yang mobil, mudah menguap (volatilisasi) dan
tercuci (Tisdale et. al., 1985). Pengembalian jerami dapat
meningkatkan bahan organik tanah dan sumber N bagi tanaman.
Takaran pemupukan N jika tidak ditambah dengan jerami ataupun
bahan organik yaitu 200 kg urea ha-1 dan 100 kg ZA ha-1. Jika
menggunakan jerami 5 t ha-1, maka takarannya menjadi 180 kg urea
ha-1 dan 100 kg ZA ha-1. Sedangkan apabila menggunakan pupuk
kandang 2 t ha-1, maka takarannya menjadi 175 kg urea ha-1 dan
100 kg ZA ha-1.
Takaran pemupukan N dapat juga ditentukan dengan
menggunakan bagan warna daun (BWD). Takaran pupuk urea awal
yaitu sebesar 75 kg ha-1, diberikan pada saat tanaman padi berumur
< 14 hari setelah tanam. Pupuk urea susulan dipantau dengan BWD
melalui pengamatan warna daun padi dimulai saat tanaman padi
berumur 21-28 hari setelah tanam, selanjutnya diamati setiap 7-10
hari sekali. Perlu tidaknya penambahan pupuk urea tergantung dari
skala warna daun padi yang diamati dan takaran pupuk urea yang
diperlukan disesuaikan dengan skala warna daun padi yang teramati
selanjutnya takaran pupuk urea yang ditambahkan dapat dilihat
dalam brosur BWD.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
12
Pupuk P
Kandungan P tanah merupakan faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam pemupukan P. Tanah yang mempunyai
kandungan P tinggi, pemupukan P ditujukan untuk memenuhi atau
mengganti P yang terangkut panen, sedangkan pada tanah yang
mempunyai kandungan P sedang dan rendah, pemupukan P
ditujukan selain untuk mengganti P yang terangkut panen juga
untuk meningkatkan kandungan P tanah, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan status P tanah.
Penentuan takaran pupuk P secara tepat (spesifik lokasi)
untuk masing-masing tanah sawah, yaitu sesuai dengan status P
dari tanah sawahnya, sekarang sudah dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu perangkat uji tanah sawah (PUTS).
Perangkat uji tanah sawah ini berguna untuk mengukur
(menganalisis) kandungan unsur hara P dalam tanah sawah secara
langsung dan cepat di lapangan.
Umumnya respon tanaman padi terhadap pemupukan P
sangat nyata pada tanah-tanah yang status P-nya rendah, meskipun
ketersediaan unsur hara P pada lahan sawah umumnya meningkat
dengan penggenangan. Makin tinggi status P tanahnya makin kecil
respon tanaman padi terhadap pemupukan P. Walaupun demikian
rekomendasi pemupukan P tetap diberikan, yaitu dengan takaran 50
kg SP-36 ha musim-1, meskipun status P tanahnya sudah tinggi.
Rekomendasi ini diberikan sebagai takaran pemeliharaan
(maintenance rate) yang ditujukan untuk mempertahankan agar
kandungan P dalam tanah tetap tinggi, sehingga dapat menjamin
agar tanaman tidak akan mengalami kekurangan unsur hara P.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
13
Lahan sawah di Kelurahan Galung memiliki status hara P
tinggi. Dengan demikian takaran rekomendasi P adalah 50 kg SP-36
ha-1, dan jika diberikan pupuk kandang 2 t ha-1 maka tidak
diperlukan pemberian pupuk SP-36 (Tabel 3).
Sumber pupuk P yang biasa digunakan adalah SP-36. Pupuk
SP-36 mengandung 36% P2O5. Waktu pemupukan P yaitu seluruh
pupuk P diberikan sebelum tanam atau pada 7-10 hari setelah
tanam (HST). Cara pemupukan P diberikan disebar merata di atas
permukaan tanah kemudian dibenamkan ke dalam lapisan olah
bersamaan dengan perataan tanah sawah. Pupuk P dapat diberikan
sekaligus, karena sifat hara P yang tidak mobil, sehingga mempunyai
pengaruh residu untuk musim tanam berikutnya.
Pupuk K
Pemupukan K juga perlu memperhatikan status hara K dalam
tanah. Pada tanah dengan kandungan K sedang dan tinggi tidak
perlu diberi pupuk K, karena kebutuhan hara K tanaman padi dapat
dipenuhi dari K tanah, sumbangan air pengairan dan pengembalian
jerami (Adiningsih, 1992). Hampir 80% K yang diserap tanaman padi
berada dalam jerami, oleh karena itu dianjurkan untuk
mengembalikan jerami ke tanah sawah (Adiningsih et. al., 1984).
Sambil menunggu pengolahan tanah pertama, jerami dapat
dikomposkan dan diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan
tanah kedua.
Lahan sawah di Kelurahan Galung rata-rata memiliki status
hara K sedang, kecuali pada lokasi Malitutue yang K-nya rendah.
Dengan demikian takaran rekomendasi K yaitu 50 kg KCl ha-1,
apabila jerami dikembalikan, tidak perlu penambahan pupuk KCl lagi.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
14
Apabila diberikan pupuk kandang 2 t ha-1 maka cukup
menambahkan 30 kg KCl ha-1. Sedangkan untuk lokasi Malitutue
yang status K-nya rendah, maka takarannya adalah 100 kg KCl ha-1,
apabila jerami dikembalikan maka hanya perlu pupuk 50 kg KCl ha-1.
Sedangkan bila menggunakan pupuk kandang 2 t ha-1 maka cukup
menambahkan 80 kg KCl ha-1 (Tabel 3).
Sumber hara K pada tanah sawah adalah hara K di dalam
tanah, jerami, pupuk K, dan air irigasi. Pupuk K yang umum dijumpai
di Indonesia yaitu KCl dengan kadar K2O 60% dan kalium zulfat
(K2SO4) atau yang lebih dikenal sebagai ZK mengandung kadar K2O
45% dan 18% S. Bentuk pupuk KCl granul kecil-kecil dan berwarna
putih atau merah.
Sifat hara K yang mobil sehingga pemupukan K sebaiknya
diberikan dengan cara di split dua atau tiga kali untuk menghindari
pencucian K, dan fiksasi K khususnya pada tanah sawah Vertisols.
Waktu pemupukan K yaitu pemupukan pertama pada saat sebelum
tanam atau pada 7-10 HST dan pemupukan kedua pada saat
primordia. Cara pemupukan K diberikan disebar merata di atas
permukaan tanah kemudian dibenamkan ke dalam lapisan olah
bersamaan dengan perataan tanah sawah.
Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dianjurkan untuk
mengembalikan jerami selain sebagai sumber K juga meningkatkan
kadar bahan organik tanah. Pupuk kandang juga dapat digunakan
namun perlu diperhatikan C/N rasio (10-20) dan takarannya agar
tidak memberikan pengaruh reduksi yang berlebihan.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
15
Pengelolaan Bahan Organik
Pengelolaan hara P dan K pada tanah sawah tidak dapat
dipisahkan dari pengelolaan bahan organik. Peranan bahan organik
sangat penting dalam mempengaruhi rekomendasi dan kebutuhan
pupuk P dan K. Untuk tanah sawah yang pengelolaannya tidak
disertai dengan pemberian bahan organik diperlukan pupuk N, P,
dan K yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi bahan
organik, baik berupa jerami maupun pupuk kandang. Pemberian
jerami direkomendasikan sebanyak 5 t ha-1, yang diperhitungkan
dari hasil tanah sawah setempat dengan tingkat hasil gabah juga
sekitar 5 t ha-1.
Anjuran pengembalian jerami ke tanah sawah sukar untuk
diterapkan karena diperlukan upaya khusus. Kenyataan di lapangan
umumnya petani lebih sering membakar jerami, dengan beberapa
alasan antara lain: indeks pertanaman tiga kali, sehingga petani
tidak cukup waktu untuk mengkomposkan jerami, pengomposan
jerami membutuhkan waktu dan tenaga. Keberatan lain, yaitu
bahwa penumpukan jerami selama satu musim tersebut akan
memakan tempat, sehingga mengurangi luas areal tanam. Tetapi
keuntungan pengembalian jerami ke tanah sawah akan mengatasi
masalah berkurangnya areal tanam, karena kehilangan unsur-unsur
hara akan dapat dikurangi sehingga takaran pupuk yang perlu
ditambahkan dapat dikurangi dan fungsi-fungsi lain dari jerami
sebagai bahan pembaik sifat-sifat tanah.
Teknologi pengelolaan jerami yang tepat perlu dikembangkan.
Jerami yang dihasilkan sebaiknya tidak langsung dikembalikan ke
sawah pada musim tanam berikutnya, tetapi pengembaliannya
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
16
ditunda dahulu selama satu musim tanam. Jerami yang ada supaya
dikumpulkan di bagian pinggir petakan sawah atau dapat di tempat
lain dan dibiarkan melapuk secara alami di sana. Bila jerami ingin
segera dikembalikan ke lahan maka pelapukan jerami perlu
dipercepat (dikomposkan) dengan diberi berbagai inokulan mikroba,
yang saat ini makin banyak dipasarkan.
Selain pemberian jerami, juga direkomendasikan penggunaan
pupuk kandang sebanyak 2 t ha-1. Untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah sawah sedapat
mungkin diberikan tambahan bahan organik seperti pupuk kandang,
kompos, pupuk hijau atau azola untuk melengkapi pemberian pupuk
buatan. Perlu ditekankan bahwa dalam jangka panjang pemberian bahan
organik ke tanah sawah tidak hanya berguna untuk mengembalikan atau
mempertahankan kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro dalam
tanah, tetapi bahan organik mempunyai banyak fungsi (manfaat) lain
untuk mempertahankan kesuburan dan memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah, serta efisiensi pemupukan.
Pada lahan sawah dengan pola tanam padi-palawija,
penambahan bahan organik sangat diperlukan dalam memperbaiki
sifat fisik tanah diantaranya dalam proses restrukturisasi tanah,
sehingga pada waktu tanam palawija struktur tanah telah membaik.
3.2. Rekomendasi Pemupukan Kacang Tanah dan Jagung
Takaran rekomendasi untuk tanaman jagung dan kedelai
pada lokasi yang berstatus N, P, dan K rendah, sedang dan tinggi
disajikan pada Tabel 5.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
17
Pemupukan N dan K pemberiannya displit, yaitu setengah
takaran pada waktu tanam atau 7-10 HST dan setengah takaran
pada umur 30-45 HST. Cara pemupukan bisa dilarik atau ditugal
sekitar 5-7 cm, selain tanaman, kemudian ditutup dengan tanah.
Sedangkan pemupukan P dapat diberikan sekaligus dengan cara
dilarik atau ditugal sekitar 5-7 cm selain tanaman, kemudian ditutup
dengan tanah.
Tabel 5. Rekomendasi pemupukan tanaman kacang tanah dan jagung pada status hara rendah, sedang dan tinggi di Kelurahan Galung, Kabupaten Soppeng
No. SL
Lokasi Status hara
Takaran pupuk Kacang tanah Jagung
N P K Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
kg ha-1
1 Lakading R T S 75 100 75 300 100 100 Kesie R T S 75 100 75 300 100 100 Malitutue R T R 75 100 75 300 100 150 Labuleng R T S 75 100 75 300 100 100 2 Matirobulu R T S 75 100 75 300 100 100 Sadar R T S 75 100 75 300 100 100 Paremme R T S 75 100 75 300 100 100
Budi daya kacang tanah
Penyiapan lahan untuk tanaman kacang tanah tanah dibajak
sedalam 15-20 cm, kemudian digaru, digemburkan dan diratakan,
dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma. Dibuat bedengan dengan
ukuran 3-4 m, saluran drainase dengan kedalaman 30 cm dan lebar
20 cm. Benih yang digunakan varietas unggul yang mempunyai
potensi hasil tinggi, disukai konsumen, seragam, sehat, jelas asal
usulnya. Benih yang diperlukan sekitar 80-90 kg biji atau 125-150 kg
polong ha-1. Benih satu biji/lubang ditanam dengan cara ditugal
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
18
dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Pada lahan kurang subur benih
ditanam satu biji/lubang dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm.
Selain pemupukan N, P dan K untuk kacang tanah perlu
pemupukan kalsium dan sulfur. Pada tanah yang unsur Ca < 1 me
Ca 100 g-1 tanah (untuk perakaran) dan > 3 me Ca 100 g-1 (untuk
polong) perlu diberi gypsum atau dolomit sebesar 300-500 kg ha-1.
Pemupukan sulfur hanya dilakukan bila pH tanah > 7,4 dan
kandungan S sebesar 20 ppm SO4 (setara 6,4 ppm S) dengan
takaran pupuk S sebesar 400 kg S ha-1 yang dapat berupa ZA (24%
S) atau belerang (85% S). Pengendalian gulma dilakukan pada umur
3 minggu atau diulang kembali pada umur 42-45 hari. Pengairan
dilakukan bila kondisi tanah kering dan tanaman layu, terutama pada
periode kritis umur 3, 25, 50, dan 75 hari. Pengairan dilakukan
melalui selokan antar bedengan.
Bila gejala kuning (klorosis) muncul pada umur 10-25 hari,
dan gejala kuning masih nampak hingga umur 30 hari maka dapat
menurunkan hasil sampai 20-46%. Pengendaliannya dengan
pemberian 30-40 kg FeSO4 ha-1, pemberian 20 t pupuk kandang ha-1,
pemberian 300-400 kg bubuk belerang ha-1. Penyemprotan larutan
yang mengandung 0,5-1% FeSO4, 0,1% asam sitrat, 3% amonium
sulfat (ZA), 0,2% urea pada umur 30, 45, dan 60 hari atau
memperbaiki drainase dan aerasi tanah. Hama utama pada kacang
tanah antara lain wereng kacang tanah (Empoasca fasialin),
penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), ulat jengkal (Plusia
chalcites), dan ulat grayak (Prodenia litura), hama-hama tersebut
dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida Thiodan,
Dursban, Azodrin, Tamaron, dan Basudin. Penyakit utama kacang
tanah layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), bercak daun
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
19
(Cercosporidium personatum dan Cercospora arachidichola) dan
karat (Puccinia arachidis). Pengendalian penyakit kacang tanah
dengan menanam varietas tahan atau menggunakan fungisida
Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200, atau Daconil.
Budi daya jagung
Penyiapan lahan untuk tanaman jagung yaitu tanah
digemburkan dan diratakan atau tanpa pengolahan tanah bagi tanah
yang gembur/ringan. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan
gulma. Benih yang ditanam adalah benih jagung yang mempunyai
daya kecambah minimal 90%, biasanya untuk 1 ha diperlukan benih
20 kg. Untuk mengurangi serangan hama dan penyakit benih jagung
diberi perlakuan (seed treatment) dengan Ridomil atau Saromil
dengan takaran sesuai anjuran.
Penanaman jagung dengan cara ditugal sedalam 5 cm
dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2 tanaman/rumpun) atau 75
cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun). Benih dimasukkan ke dalam
lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah atau pupuk kandang.
Penyiangan tanaman jagung dilakukan dua kali atau sesuai
kebutuhan. Penyiangan pertama pada umur 15 hari setelah tanam
dan penyiangan kedua pada umur 28-30 hari setelah tanam,
dilakukan sebelum pemupukan kedua. Pada musim kemarau bila
dilakukan pengairan yaitu pada saat sebelum tanam, 15, 30, 45, 60,
dan 75 HST (enam kali pemberian). Sumber air dapat berasal dari
irigasi permukaan atau tanah dangkal (sumur) dengan pompa.
Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih dengan
cara 1 kg benih dicampur dengan 2 g Ridomil atau Saromil yang
dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sedangkan hama penggerek
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
20
dikendalikan dengan pemberian insektisida Furadan 3G melalui
pucuk tanaman (± 3-4 butir/tanaman).
3.3. Rekomendasi Pemupukan Kelapa, Kakao, dan Pisang
Pada lahan kering berupa kebun campuran yaitu lahan yang
ditanami berbagai jenis tanaman tahunan, biasanya dalam bentuk
lahan pekarangan atau talun, dengan komoditas dominan kakao,
pisang, dan kelapa.
Tanaman kakao, pisang dan kelapa umumnya tidak
dipelihara secara intensif, sehingga pertumbuhan dan produksinya
kurang optimal. Takaran rekomendasi pemupukan untuk kakao yaitu
urea 310 g pohon tahun-1, SP-36 260 g pohon tahun-1 dan KCl 350 g
pohon tahun-1. Takaran pemupukan untuk pisang yaitu ZA 1.000 g
pohon tahun-1, SP-36, 450 g pohon tahun-1 dan KCl 500 g pohon
tahun-1 yang diberikan empat kali setahun yaitu satu bulan setelah
tanam dengan takaran seperempat bagian, pemupukan selanjutnya
setiap 3 bulan sekali dengan takaran seperempat bagian. Cara
pemupukan dengan cara dilarik berjarak 60-75 cm disekeliling
tanaman, kemudian larikan ditutup. Pupuk kandang dengan takaran
15-50 kg pohon-1 diberikan dengan cara yang sama seperti pupuk
anorganik.
Budi daya dan pemupukan kelapa (Cocos nucifera L.)
Tanaman kelapa tumbuh pada tanah yang mempunyai
drainase baik dengan tekstur ringan hingga sedang pada pH 6-7
yang kaya bahan organik dengan tingkat kesuburan tanah tinggi.
Tanaman tumbuh baik pada lintang 20°N and 20°S; pada ketinggian
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
21
600 m dpl dengan suhu 24-29 °C, kelembapan 80-90%, curah hujan
1.500-2.300 mm yang terdistribusi sepanjang tahun. Tanaman
kelapa tidak memerlukan irigasi kecuali pada saat pembibitan. Rata-
rata hasil mencapai 80-150 buah/ pohon (2-4 t ha-1 kopra)
tergantung varietas tanaman.
Populasi tanaman kelapa sekitar 150 tanaman ha-1 dengan
produksi 100 butir pohon tahun-1. Hara yang terkandung dalam
pelepah kelapa yang terangkut keluar lahan per tahun adalah: 49 kg
N, 16 kg P2O5, 115 kg K2O, 5 kg Ca, 8 kg Mg, 11 kg Na, 64 kg Cl,
dan 4 kg S. Sabut kelapa mengandung 60% K2O, 18% N and 26%
Mg yang terangkut lewat panen. Mengingat kandungan haranya
yang tinggi, maka dianjurkan agar limbah kelapa ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber hara tanaman setelah melalui proses
pengomposan. Takaran pemupukan kelapa di pembibitan disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Takaran pemupukan tanaman kelapa di pembibitan
Umur Takaran pupuk (per pohon)
N P2O5 K2O MgO S Cl
Penanaman di
lapang
30 g 30 g 90 g 50 g 18 g 66 g
6 bulan 40 g 50 g 0,15 kg 85 g 25 g 0,11 kg
1 tahun 0,10 kg 0,10kg 0,35 kg 125 g 60 g 0,26 kg
2 tahun 0,15 kg 0,15 kg 0,55 kg 0,25 kg 90 g 0,40 kg
3 tahun 0,20 kg 0,16 kg 0,70 kg 0,35 kg 0,12 kg 0,53 kg
4 tahun 0,30 kg 0,20 kg 1,00 kg 0,40 kg 0,18 kg 0,70 kg
5 tahun dan > 5
tahun
0,40 kg 0,30 kg 1,20 kg 0,50 kg 0,24 kg 0,90 kg
Sumber: Magat (1988)
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
22
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR
Areal Kelurahan Galung mencakup luasan sekitar 1.102 ha
yang terdiri atas lahan sawah 560 ha, kebun campuran/tegalan 465
ha, areal pemukiman 54 ha, dan sisanya 23 ha adalah badan sungai.
Topografi dari kelurahan ini bervariasi dari datar sampai
berombak. Sekitar 560 ha adalah merupakan daerah datar (lereng 0-
2%), dan 465 ha areal berombak (lereng 3-8%).
4.1. Teknik Konservasi Existing
Erosi yang dapat terjadi pada lahan sawah tidaklah terlalu
mengkhawatirkan, karena pematang sawah berperan cukup besar
dalam menghambat laju erosi tanah. Teknik konservasi existing yang
ada pada lahan kering terdapat pada penggunaan lahan
tegalan/kebun campuran, yaitu berupa teras bangku
sederhana/tidak lengkap pada areal dengan bentuk wilayah
bergelombang (lereng 3-8%). Kondisi teras bangku yang ada masih
kurang sempurna, tidak dilengkapi dengan tanaman penguat teras
dan saluran pembuangan air yang memadai.
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi
Teknik konservasi tanah yang direkomendasikan didasarkan
pada pola penggunaan lahan dan kondisi tanah yang ada. Apabila di
lokasi yang dipelajari sudah diterapkan teknik konservasi, maka
rekomendasi lebih diarahkan pada perbaikan atau peningkatan
teknik konservasi yang sudah ada.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
23
Teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan pada
lahan sawah adalah perbaikan pematang sawah supaya tidak terjadi
kebocoran yang dapat menyebabkan banyak kehilangan air. Bila
pematang banyak ditumbuhi rumput, maka usahakan rumput
dipotong/dibabat/dikoret sehingga sebagian rumput masih ada di
pematang karena ini baik untuk pemadatan dan kestabilan
pematang dan supaya tidak ada tanah yang jatuh dari pematang.
Jangan menyiang pematang dengan mencabut rumputnya karena
akan merusak pematang.
Apabila pematang ditanami maka diusahakan menanam
tanaman yang tidak berumbi seperti ubi jalar dan ubi kayu dimana
apabila panen akan dapat merusak pematang. Dianjurkan dapat
menanan tanaman leguminosa seperti turi (Sesbania sesban) atau
tanaman kacang-kacangan yang dapat menyuburkan tanah dan
bahan hijauannya dapat dikembalikan ke lahan.
Bila pada lahan sawah diterapkan pola tanam padi-palawija,
maka dianjurkan pemberian pupuk kandang pada padi sawah,
karena bila pada saat disawahkan ada pemberian pupuk kandang,
maka musim tanam selanjutnya akan terjadi perbaikan sifat fisik
tanah diantaranya terbentuk struktur tanah yang baik demikian juga
aerasi tanah, sehingga tanaman palawija yang ditanam setelah padi
pertumbuhan dan produksinya lebih baik.
Pada lahan kering dengan penggunaan lahan kebun
campuran/tegalan (satuan lahan 3 dan 4) yang terdapat pada
wilayah berombak (lereng 3-8%) dan tanah Typic Eutrudepts dan
Typic Hapludolls. Tanah ini mempunyai solum yang cukup dalam dan
cocok untuk dibuat teras bangku. Namun dengan penggunaan lahan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
24
kebun campuran, dapat direkomendasikan teknik konservasi tanah
berupa penanaman sistem pertanaman lorong (alley cropping) yang
dikombinasikan dengan mulsa hasil pangkasan tanaman pagar.
Teknik konservasi alley cropping dapat dilihat pada Lampiran 1.
Untuk penggunaan lahan tegalan teknik konservasi yang dapat
direkomendasikan dapat berupa teras gulud ataupun teras bangku,
termasuk penyempurnaan teras bangku yang sudah ada. Pada
Lampiran 2 dapat dilihat gambaran teras bangku dan teras gulud.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
25
V. DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, J.S. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Doktor. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Adiningsih, J.S. 1992. Peranan Efisiensi Penggunaan pupuk untuk
Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan Litbang
Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai
Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian RI
Nomor: 47/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Oldeman, L.R, and Darmiyati S. 1977. The agroclimatic map of
Sulawesi, scale 1: 2,500,000. Contr. Centre. Res. Inst. Agric. Bulletin No.60, Bogor.
Schmidt, F.H., and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Type Based on
Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No.42. Jawatan Met. dan Geofisik, Jakarta.
Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi
Pusat. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Kelompok Kerja Penelitian dan Pengembangan (POKJA LITBANG)-NWMCP.
Tisdale, S.L, W.L. Nelson and J.D.Beaton. 1985. Soil Fertility and
Fertilizers. 4th ed. The Macmillan Publ. Co.New York. 694 p.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
26
Lampiran 1. Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian,
2006 dan Balai Penelitian Tanah, 2007)
Budi daya lorong (alley cropping) adalah sistem di mana
tanaman semusim (pangan dan sayuran) ditanam di lorong antara
barisan tanaman pagar (Gambar 4). Pangkasan dari tanaman
pagar digunakan sebagai mulsa yang dapat menyumbangkan hara,
terutama nitrogen, bagi tanaman lorong.
Gambar 4. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar ( Foto: F. Agus dan Widianto)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi budi daya
lorong:
1. Persyaratan penerapan budi daya lorong
• Kemiringan lahan berkisar antara 3-40%
• Kedalaman solum > 20 cm
• Interval horizontal 3-10 m
2. Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar
• Tahan pemangkasan dan dapat bertunas kembali secara
cepat sesudah pemangkasan.
• Menghasilkan banyak hijauan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
27
• Dapat menambat nitrogen (N2) dari udara
• Tingkat persaingannya dengan tanaman utama tidak begitu
tinggi
• Memiliki perakaran vertikal yang dalam sehingga daya
saingnya terhadap tanaman utama berkurang
• Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi
tanaman utama
• Sebaiknya mempunyai manfaat ganda supaya mudah
diadopsi petani
Beberapa jenis tanaman pagar yang sesuai untuk pengendali
erosi dan sekaligus sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 7.
3. Teknik penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar
• Lamtoro dan Flemingia biasa ditanam dengan menggunakan
biji sedangkan Gliricidia dengan menggunakan stek.
• Untuk bahan stek pilih cabang yang sudah berwarna putih
(tidak lagi hijau) yang berdiameter 2-4 cm. Panjang stek
kurang lebih 30 cm.
• Stek atau benih ditanam sejajar kontur. Untuk stek gunakan
jarak tanam dalam baris 20-30 cm. Untuk penanaman
dengan biji (lamtoro atau Flemingia) penanaman dideder
dengan jarak antar biji sekitar 5 cm. Pemberian pupuk TSP
atau SP-36 satu sendok teh untuk satu meter barisan akan
mempercepat pertumbuhan tanaman pagar.
• Agar cukup efektif mencegah erosi, jarak antar baris
tanaman pagar ditentukan dengan menggunakan rumus
VI/HI = % kemiringan lahan (VI = tinggi vertikal, dan HI =
jarak horizontal). Untuk mendapatkan jarak horizontal (HI),
VI harus ditetapkan terlebih dahulu, berkisar antara 0,50-
1,00 m untuk lereng < 25% dan 1,00-1,50 m untuk lereng >
25% lebih kurang 5 m (lebar lorong sekitar 4,75 m).
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
28
Tabel 7. Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar
Nama latin Nama lokal Kegunaan Persyaratan tumbuh Ficus subcordata
Wunut (J), bunut lengis (B), sipadi (M).
Reklamasi lahan, tanaman pagar, penahan angin (windbreak)
Elevasi 0-800 m dpl, tumbuh baik pada lahan kering dan lahan berlereng dengan curah hujan 900-2.500 mm. Cocok pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah calcareous (pH tinggi).
Gliricidia sepium
Gamal (J), Glirisidia (I)
Tanaman penaung, tanaman pagar, pupuk hijau, reklamasi lahan
Curah hujan 900-1.500 mm dengan sekitar 5 bulan periode kering. Cocok pada berbagai jenis tanah dari masam sampai basa.
Leucaena leucocephala
Lamtoro gung, petai cina (I), kemlandingan (J)
Tanaman serbaguna
Elevasi 0-1.000 m dpl, curah hujan 650-1.500 mm. Juga ditemukan pada daerah yang lebih kering atau lebih basah. Cocok pada tanah dengan pH>5 dan ditemukan juga pada tanah bergaram (salin).
Sesbania grandiflora
Turi (I, J, S), tuwi (B)
Penahan angin, tiang panjat, tanaman penaung
Elevasi 0-800 m dpl, curah hujan 800-4.000 mm. Tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah tandus atau tanah sering tergenang. Toleran terhadap tanah bergaram dan tanah alkalin.
Sesbania sesban
Jayanti (S), Janti (J)
Pupuk hijau, tanaman naungan
Elevasi 0-2.300 m dpl, curah hujan 500-2.000 mm.Tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah berpasir sampai tanah liat. Toleran terhadap tanah salin dan tanah masam.
Calliandra calothyrsus
Kaliandra (I) Tanaman konservasi pada lembah, jurang (gully) dan lahan berlereng curam, tanaman pagar, pupuk hijau.
Elevasi 200-1.800 m dpl, curah hujan 700-4.000 mm dengan 1-7 bulan kering. Cocok pada berbagai jenis tanah termasuk tanah masam berkesuburan rendah. Menyukai tanah dengan tekstur ringan (lempung-berpasir).
I = Indonesia, J = Jawa, S = Sunda, B = Bali, M = Minang.
4. Pemangkasan dan penggunaan hijauan
Setelah berumur sekitar 4-6 bulan atau setelah mencapai
ketinggian yang dapat menaungi tanaman utama yang menyebab-
kan pertumbuhannya terganggu, tanaman pagar dipangkas pada
ketinggian 50-60 cm dari permukaan tanah. Daun-daun tanaman
pagar yang dipangkas disebarkan di permukaan tanah.
Pemangkasan tanaman pagar dilakukan dengan interval 2-4 bulan
sekali, tergantung pada kecepatan pertumbuhannya.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
29
Lampiran 2. Teras bangku dan teras gulud
A. Teras Bangku
Pada usaha tani lahan kering, fungsi utama teras bangku
adalah: (1) memperlambat aliran permukaan; (2) menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai
merusak; (3) meningkatkan laju infiltrasi; dan (4) mempermudah
pengolahan tanah.
Gambar 5. Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman penguat teras (kiri) dan penampang samping teras bangku (kanan)
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar,
membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal), miring ke
dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah
yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah
miring ke arah lereng asli).
Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun
pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air
yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak
mengalir keluar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring
Tampinga
Saluran
Talud/bibir
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
30
keluar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi
dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor.
Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal
dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring
ke luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah.
Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan
meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan
tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman
yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei
sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah
pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat
dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model
seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pembuatan teras bangku adalah:
(1) Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-
40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
>40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit.
(2) Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)
(3) Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang
menggunakan mesin pertanian.
(4) Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan
aluminium dan besi tinggi.
(5) Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.
Perancangan teras bangku
Dalam merancang teras diusahakan agar bahan induk tanah
tidak sampai tergali. Nilai interval vertikal (IV) pada umumnya dapat
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
31
ditetapkan antara 1 - 1,5 m sedangkan interval horizontal (IH) dapat
dihitung dengan rumus berikut:
IH = IV/S x 100,
dimana IH = interval horizontal (m), IV = interval vertikal (m), dan S
= kemiringan lahan asal (% ).
Cara pembuatan teras bangku
• Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian
bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang
dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan.
• Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah
sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat
miring; membentuk sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau
tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).
• Idealnya kemiringan bidang olah berkisar 0 - 3% mengarah ke
saluran teras.
• Talud (bibir teras) dan bidang tampingan teras ditanami dengan
tanaman berakar rapat, cepat tumbuh, dan menutup tanah
dengan sempurna. Untuk petani yang memiliki ternak ruminansia
dapat ditanami rumput pakan ternak. Contoh tanaman yang dapat
ditanam pada guludan dan bibir teras adalah Paspalum notatum,
Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, dan lain-lain. Sering
guludan teras ditanami dengan salah satu tanaman legum pohon
atau perdu seperti Gliricidia, Lamtoro, turi, stylo, dan lain-lain.
• Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran
pengelak, saluran pembuangan air serta terjunan. Ukuran saluran
teras: lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.
• Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, teras bangku miring
bisa dibuat tetapi teras bangku miring kurang efektif
menahan tanah tererosi.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
32
B. Teras gulud
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
rumput penguat gulud dan saluran air pada bagian lereng atasnya.
Saluran air ini berfungsi untuk mengalirkan air aliran permukaan
dari bidang olah ke SPA (Gambar 6).
Gambar 6. Penampang samping teras gulud
a. Persyaratan
• Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10 -
40%, tetapi juga bisa digunakan pada kemiringan 40 -
60%, namun kurang efektif.
• Teras gulud dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal
(> 20 cm).
• Tanah mempunyai kecepatan infiltrasi/permeabilitas
tinggi.
b. Pembuatan dan pemeliharaan
• Buat garis kontur sesuai dengan interval vertikal (IV)
yang diinginkan. IV yang umum adalah 1–2 m
Saluran air
Guludan
Bidang olah
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
33
• Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan
berlanjut ke bagian bawahnya.
• Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk
sudut 0,1 - 0,5 % dengan garis kontur menuju ke arah
saluran pembuangan air.
• Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di
bagian bawah lereng dan dijadikan guludan.
• Tanami guludan dengan rumput penguat seperti Paspalum
notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, atau
Vetiveria zizanioides agar guludan tidak mudah rusak.
• Diperlukan SPA yang aman (berumput).
c. Keuntungan
• Biaya dan tenaga kerja pembuatan teras gulud relatif lebih
rendah dibandingkan dengan teras bangku.
• Dapat dilakukan pada tanah-tanah bersolum agak dangkal.
d. Kerugian
• Apabila rumput penutup/penguat guludan belum tumbuh
sempurna, guludan tidak stabil sehingga mudah dihanyut-
kan oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan lebat.
• Pembentukan teras terjadi secara perlahan