teknologi pemupukan spesifik lokasi dan...
TRANSCRIPT
TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH
DESA PA’RAPPUNGANTA KECAMATAN
POLOMBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN
2007
Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Tanah
Penyusun : Wiwik Hartatik
Sudirman
Achmad Rachman
Penyunting : Irwan Nasution
Nurjaya
Design Cover : Sukmara
Setting/Layout : Didi Supardi
Dedi Kusnandar
Penerbit : Balai Penelitian Tanah
Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor
16123, Telp. (0251) 336757, Fax.
(0251) 321608, 322933, E-mail:
ISBN 978-979-9474-96-4
Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA
Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor
http://balittanah.litbang.deptan.go.id
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
i
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai
Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi
Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai
acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi
teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air
mendukung kegiatan Prima Tani.
Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-
lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi
penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan
yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan
dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini
menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik
konservasi tanah dan air.
Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan
spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana
dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan
Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium
Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi
dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.
Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam
mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung
program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan.
Bogor, November 2007
Kepala Balai,
Dr. Achmad Rachman NIP. 080.079.028
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... iv
I. PENDAHULUAN ........................................................... 1
II. KEADAAN FISIK DAERAH ............................................. 3
2.1. Lokasi dan Perhubungan .................................... 3
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian ...................... 4
2.3. Iklim dan Hidrologi ............................................ 6
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI ................. 8
3.1. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah ................ 9
3.2. Rekomendasi Pemupukan Jagung, Kacang Hijau dan Kacang Tanah ........................................... 17
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR .................. 23
4.1. Teknik Konservasi Tanah Existing ....................... 23
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi ......................... 23
V. DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 25
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian penggunaan lahan dan vegetasi Desa Pa’rappunganta ................................................ 4
Tabel 2. Status hara tanah pada lahan sawah dan lahan kering di Desa Pa’rappunganta, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kabupaten Takalar ......... 8
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah berdasarkan status hara tanah sawah di Desa Pa’rappunganta, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kabupaten Takalar ................................. 11
Tabel 4. Takaran rekomendasi pupuk majemuk NPK pada berbagai status hara P dan K tanah ................... 11
Tabel 5. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung, kacang hijau dan kacang tanah pada status hara rendah, sedang dan tinggi di Desa Pa’rappunganta, Kabupaten Takalar .................. 17
Tabel 6. Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar ....................................... 28
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lokasi Desa Pa’rappunganta - Takalar ............. 3
Gambar 2. Lahan persawahan dan lab Agribisnis Prima Tani di Desa Pa’rappunganta .......................... 5
Gambar 3. Curah hujan Desa Pa’rappunganta, Kecamatan Polombangkeng UtaraTakalar ......................... 6
Gambar 4. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar ( Foto: F. Agus dan Widianto) ................................................ 26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian, 2006 dan Balai Penelitian Tanah, 2007) .............................................................. 26
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
1
I. PENDAHULUAN
Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan
pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan
untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data
dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi
pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam
penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah
khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.
Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan
pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status
semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu
tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk
hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang
terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran
pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi
pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status
optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada
suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman,
berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih
tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus
mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan
kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang
disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui
teknik uji tanah.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci
keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
2
pemanfaatan lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air
dimaksudkan untuk melestarikan sumber daya alam dan
menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi
teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang
tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum,
teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1)
teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau
teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam
aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri,
namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik
konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat
spesifik lokasi dan sesuai pengguna artinya harus
mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani
setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang
dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe
penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang
ada dilapangan (existing) di masing-masing lokasi.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
3
II. KEADAAN FISIK DAERAH
2.1. Lokasi dan Perhubungan
Lokasi Prima Tani Pa’rappunganta, Kecamatan Polombang-
keng Utara, seluas 639 ha, secara geografis terletak pada koordinat
antara 199o28’05”- 199o22’57” Bujur Timur dan 05o21’15”- 05o22’55”
Lintang Selatan (Gambar 1). Secara administrasi wilayah penelitian
berbatasan:
sebelah utara : berbatasan dengan Kelurahan Mattom-podalle
dan Parangluara
sebelah barat : berbatasan dengan Kelurahan Palleko
sebelah timur : berbatasan dengan Desa Massamaturu
sebelah selatan : berbatasan dengan Kelurahan Panrannuangku
Gambar 1. Lokasi Desa Pa’rappunganta-Takalar
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
4
Lokasi penelitian dapat ditempuh dari Kota Takalar selama +
30 menit. Aksesibilitas di Desa Pa’rappunganta sangat memadai.
Jalan desa sebagian besar telah beraspal dan dapat dilalui
kendaraan roda empat dan sebagian lainnya berupa jalan sirtu.
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian
Berdasarkan analisis peta topografi dan ditunjang dengan
pengamatan di lapangan, penggunaan lahan/vegetasi saat ini (present
landuse) di Desa Pa’rappunganta dikelompokkan menjadi lima satuan
penggunaan lahan/vegetasi, yaitu: sawah (sw), tebu/tegalan (tb),
kebun campuran tanaman palawija (kp), kebun campuran (kc), dan
pemukiman (p). Penggunaan lahan/vegetasi tebu/tegalan mendominasi
Desa Pa’rappunganta (53,29%). Rincian penggunaan lahan/vegetasi
Desa Pa’rappunganta disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rincian penggunaan lahan dan vegetasi desa Pa’rappunganta
Simbol Penggunaan lahan/vegetasi Luas
ha %
sw Padi sawah 202 33,22 tb Tebu/tegalan 324 53,29 kp Kebun campuran, Palawija 24 3,95 kc kebun campuran 43 7,07 p Pemukiman 15 2,47
J u m l a h 608 100,00
Lahan sawah di Pa’rappunganta menempati areal seluas 202
ha (33,22%). Sawah tersebut sebagian besar terdapat di
Bontosunggu, Larekang I dan II; sedangkan sebagian kecil terdapat
di Massalongko. Dalam laporan hasil PRA tidak dikemukakan lebih
jauh mengenai keberadaan areal perkebunan tebu rakyat, padahal
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
5
dalam kenyataannya areal kebun tebu rakyat tersebut menempati
penggunaan lahan terluas dibanding penggunaan lain, yakni 324 ha
(53,29%). Keberadaan pabrik gula milik PTP, menjadi alasan utama
sebagian petani memanfaatkan lahan tegalannya sebagai areal
pertanaman tebu. Penyebarannya terdapat di seluruh wilayah Desa
Pa’rappunganta selain pada lahan yang ditanami padi dan
palawija/kebun campuran. Komoditas palawija yang banyak
diusahakan petani di desa ini terutama adalah jagung, selain
komoditas tersebut, kacang hijau dan kacang tanah menjadi
tanaman alternatif lainnya yang mulai diminati petani. Penanaman
palawija dilakukan pada areal persawahan saat musim kemarau, dan
pada lahan kering. Di lahan kering, jagung ditanam pada lahan
bagian tengah yang terkadang ditumpangsarikan dengan ubi kayu,
sedangkan bagian pinggirnya ditanami mangga. Pada lahan kering
pekarangan, petani memanfaatkannya untuk kandang ternak dan
areal kebun campuran yang ditanami aneka tanaman tahunan
seperti mangga dan kelapa.
Gambar 2. Lahan persawahan dan lab Agribisnis Prima Tani di Desa Pa’rappunganta
2.3. Iklim dan Hidrologi
Iklim merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan kegiatan pertanian dan peternakan. Oleh karena itu
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
6
dalam kegiatan Prima Tani di Pa’rappunganta-Takalar, informasi
iklim sangat penting untuk ditelaah, sehingga dapat diketahui
potensi iklim di daerah penelitian.
Untuk tujuan tersebut, telah dikumpulkan data iklim, berupa
data curah hujan, hari hujan, suhu dari stasiun pengamatan terdekat
(tahun 1995-2003).
050
100150200250300350400450
Jan Mar Mei Jul Sep Nov
Rata-rata curah hujan
Gambar 3. Curah hujan Desa Pa’rappunganta, Kecamatan Polombangkeng UtaraTakalar
Berdasarkan data curah hujan tersebut, penyebaran curah
hujan di Kelurahan Sapanang nampak tidak merata. Periode
November - April, merupakan bulan-bulan basah dengan curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember (411 mm). Sedangkan
mulai Mei - Oktober merupakan bulan-bulan kering dengan curah
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (0 mm). Distribusi curah
hujan menurut Scmihdt dan Fergusson (1951) menunjukkan bahwa
Desa Pa’rappunganta mempunyai bulan basah (>100 mm) selama 6
bulan dan bulan kering (<60 mm) terjadi selama 6 bulan. Rata-rata
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
7
curah hujan tahunan adalah 1.827 mm. Menurut klasifikasi Oldeman
et al. (1985), Kelurahan Sapanang termasuk ke dalam zona D3 yang
mempunyai bulan basah (>200 mm) 4 bulan berturut-turut, dan
bulan kering (< 100 mm) 6 bulan berturut-turut.
Sebagian besar lahan persawahan di Desa Pa’rappunganta,
merupakan lahan sawah tadah hujan. Selain mengandalkan air
hujan untuk mengairi areal persawahan, juga dilakukan dengan cara
pompanisasi dari Sungai Batu Nipa’ yang airnya bersumber dari
bendungan Bissua. Keterbatasan sumber daya pengairan tersebut,
menyebabkan perbedaan dalam penerapan pola tanam di areal
persawahan. Pada lahan yang terjangkau pompanisasi petani
menerapkan pola tanam padi–padi-palawija, sedangkan pada lahan
yang tidak terjangkau pompanisasi hanya dimanfaatkan satu kali
padi saja selanjutnya bera.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
8
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI
Status hara N, P, K dan pH tanah lapisan atas (0-20 cm)
yang ditetapkan dengan menggunakan perangkat uji tanah (PUTS)
dan hasil analisis tanah di laboratorium disajikan pada Tabel 2.
Pengukuran lebih diintensifkan terhadap lahan persawahan. Hasil
analisis menunjukkan bahwa di lahan sawah (SL 1 dan 2) Desa
Pa’rappunganta status hara N rendah, status hara P tinggi, dan
status hara K rendah, sedangkan reaksi tanah masam sampai agak
masam (pH 5,1 – 6,1).
Rendahnya status hara N pada lahan sawah lebih disebabkan
karena sifat N yang sangat mobil, mudah menguap (volatilisasi), dan
tercuci, meskipun pada umumnya petani sudah menggunakan pupuk N
dengan takaran yang cukup tinggi. Status hara P yang tinggi diperkirakan
sebagai pengaruh dari bahan induk tanah yang bersifat basis.
Tabel 2. Status hara tanah pada lahan sawah dan lahan kering di Desa Pa’rappunganta, Kec. Polombangkeng Utara, Kab. Takalar
No.
SL Lokasi/dusun
Status hara pH
tanah
Penggunaan
lahan Luas
N P K
ha %
1 Bontusunggu R T R 6,1 Padi sawah 87 14,31
Masalongko R T R 6,1 Padi sawah
2 Lerekang I R T R 5,1 Padi sawah 115 18,91
Lerekang II R T R 6,1 Padi sawah
3 Dataran Aluvial
(A13)
4,9 Tebu, tegalan 324 53,29
4 Dataran Aluvial
(A13)
5,0 Kebun campuran,
tanaman palawija
24 3,95
5 Jalur aliran (A15) 5,0 Kebun campuran 43 7,07
Pemukiman 15 2,47
Jumlah 608 100,0
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
9
3.1. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah
Produktivitas tanaman padi ditentukan oleh kesuburan tanah
terutama ketersediaan hara, kondisi iklim (curah hujan dan radiasi
surya), varietas tanaman, pengolahan tanah serta pengendalian hama
penyakit tanaman. Dalam kondisi lingkungan biotik dan abiotik yang
optimal, tanaman padi dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal
sesuai dengan potensi hasilnya.
Dalam pengelolaan hara P dan K pada lahan sawah
diperlukan pengetahuan mengenai kebutuhan hara P dan K untuk
tanaman padi. Tanaman padi varietas unggul dengan tingkat
produksi sekitar 5 t GKP ha-1 memerlukan sekitar 34 kg P2O5 dan 156
kg K2O. Jika pada waktu panen seluruh gabah dan jeraminya
diangkut keluar dari tanah sawah, maka akan terjadi pengangkutan
hara dalam tanah, terutama K2O yang banyak terkandung di dalam
jerami. Bila hanya gabahnya yang diangkut keluar dan jeraminya
dikembalikan ke tanah sawah, maka pengangkutan K2O-nya akan
dapat dikurangi. Untuk menjaga keberlanjutan produktivitas lahan
perlu diberikan pupuk dengan jenis dan jumlah yang cukup.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pada lahan
sawah dilakukan antara lain melalui: (a) modifikasi bentuk butiran
dan kelarutan pupuk; (b) perbaikan waktu dan teknik aplikasi
pemupukan; (c) ameliorasi dengan pupuk organik dan pupuk hayati;
dan (d) perbaikan takaran anjuran pemupukan agar lebih efektif dan
efisien.
Sejalan dengan perkembangan teknologi padi, maka di
Kelurahan Sapanang akan dikembangkan padi varietas unggul
baru/VUTB dan padi Hibrida yang mempunyai potensi produksi
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
10
sekitar 20% lebih tinggi dari padi varietas unggul biasa. Sebagai
implikasi dari produksinya yang tinggi maka kebutuhan hara
khususnya N, P, dan K bagi padi VUTB dan Hibrida juga akan lebih
tinggi dibanding kebutuhan untuk varietas unggul biasa.
Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi berdasarkan status
hara dan kebutuhan tanaman untuk padi sawah varietas unggul (IR-
64, dan lain-lain) di Desa Pa’rappunganta, Kec. Polombangkeng
Utara, Kab. Takalar yang dapat diterapkan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah berdasarkan status hara tanah sawah di Desa Pa’rappunganta, Kec. Polombangkeng Utara, Kab. Takalar
No. SL
Status hara Tanpa bahan organik Dengan 5 t jerami Dengan 2 t pupuk
kandang ha N P K Urea ZA SP-36 KCl Urea ZA SP-
36KCl Urea ZA SP-36 KCl
1 Bontusunggu R T R 250 50 50 100 230 50 50 50 225 50 25 80 Masalongko R T R 250 50 50 100 230 50 50 50 225 50 25 80
2 Lerekang I R T R 250 50 50 100 230 50 50 50 225 50 25 80
Lerekang II R T R 250 50 50 100 230 50 50 50 225 50 25 80
Apabila petani dalam pemupukan padi sawah menggunakan
pupuk majemuk maka takaran rekomendasi pupuk majemuk NPK
Phonska (15:15:15) atau NPK Pelangi (20:10:10) atau NPK Kujang
(30:6:8) pada status hara P dan K rendah, sedang atau tinggi
disajikan pada Tabel 4. Penggunaan pupuk majemuk untuk padi
sawah, masih tetap diperlukan tambahan pupuk tunggal urea, SP-36
atau KCl untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman (Tabel 4).
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
11
Tabel 4. Takaran rekomendasi pupuk majemuk NPK pada berbagai status hara P dan K tanah
Kelas status hara Takaran pupuk majemuk
P K
NPK 15-15-15
Tambahan pupuk tunggal
NPK 20-10-10
Tambahan pupuk tunggal NPK
30-6-8
Tambahan pupuk tunggal
Urea SP-36
KCl Urea SP-36
KCl Urea SP-36
KCl
kg ha-1
Rendah R 250 150 0 50 350 150 0 50 350 0 50 50 S 250 150 0 0 350 150 0 0 350 0 50 0 T 250 150 0 0 350 150 0 0 350 0 50 0
Sedang R 200 175 0 50 250 175 0 50 300 25 25 50 S 200 175 0 0 250 175 0 0 300 25 25 0 T 200 175 0 0 250 175 0 0 300 25 25 0
Tinggi R 150 200 0 75 200 200 0 75 300 25 0 50 S 150 200 0 25 200 200 0 25 300 25 0 0 T 150 200 0 25 200 200 0 25 300 25 0 0
Pupuk N
Hara N merupakan hara yang mobil, mudah menguap
(volatilisasi), dan tercuci. Karena sifat dari hara N tersebut, maka
umumnya kadar hara N tanah setelah panen rendah (Tisdale et al.,
1985). Pengembalian jerami dapat meningkatkan bahan organik
tanah dan sumber N bagi tanaman. Takaran pemupukan N jika tidak
ditambah dengan jerami ataupun bahan organik yaitu 250 kg urea
ha-1 dan 50 kg ZA ha-1. Jika menggunakan jerami 5 t ha-1, maka
takarannya menjadi 230 kg urea ha-1 dan 50 kg ZA ha-1. Sedangkan
apabila menggunakan pupuk kandang 2 t ha-1, maka takarannya
menjadi 225 kg urea ha-1 dan 50 kg ZA ha-1.
Takaran pemupukan N dapat juga ditentukan dengan
menggunakan bagan warna daun (BWD). Takaran pupuk urea awal
yaitu sebesar 75 kg ha-1, diberikan pada saat tanaman padi berumur
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
12
< 14 hari setelah tanam. Pupuk urea susulan dipantau dengan BWD
melalui pengamatan warna daun padi dimulai saat tanaman padi
berumur 21-28 hari setelah tanam, selanjutnya diamati setiap 7-10
hari sekali. Perlu tidaknya penambahan pupuk urea tergantung dari
skala warna daun padi yang diamati dan takaran pupuk urea yang
diperlukan disesuaikan dengan skala warna daun padi yang teramati
selanjutnya takaran pupuk urea yang ditambahkan dapat dilihat
dalam brosur BWD.
Pupuk P
Kandungan P tanah merupakan faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam pemupukan P. Tanah yang mempunyai
kandungan P tinggi, pemupukan P ditujukan untuk mengganti P
yang terangkut panen, sedangkan pada tanah yang mempunyai
kandungan P sedang dan rendah, pemupukan P ditujukan selain
untuk mengganti P yang terangkut panen juga untuk meningkatkan
kandungan P tanah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
status P tanah.
Umumnya tanggap tanaman padi terhadap pemupukan P
sangat nyata pada tanah-tanah yang status P-nya rendah, meskipun
ketersediaan unsur hara P pada lahan sawah umumnya meningkat
dengan penggenangan. Makin tinggi status P tanahnya makin kecil
tanggap tanaman padi terhadap pemupukan P. Walaupun demikian
rekomendasi pemupukan P tetap diberikan, yaitu dengan takaran 50
kg SP-36 ha musim-1, meskipun status P tanahnya sudah tinggi.
Rekomendasi ini diberikan sebagai takaran pemeliharaan
(maintenance rate) yang ditujukan untuk mempertahankan agar
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
13
kandungan P dalam tanah tetap tinggi, sehingga dapat menjamin
agar tanaman tidak akan mengalami kekurangan unsur hara P.
Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan perangkat uji
tanah sawah (PUTS) dan hasil analisis laboratorium terhadap
sampel-sampel tanah di Desa Pa’rappunganta, lokasi Lerekang I dan
II, Bontusunggu dan Masalongko rata-rata berstatus P tinggi.
Dengan demikian rekomendasi pemupukan P untuk lahan sawah
Desa Pa’rappunganta adalah 50 kg SP-36 ha-1, dan bila memberikan
pupuk kandang 2 t ha-1 maka tidak diperlukan pemberian pupuk SP-
36 (Tabel 3).
Sumber pupuk P yang biasa digunakan adalah SP-36. Pupuk
SP-36 mengandung 36% P2O5. Waktu pemupukan P yaitu seluruh
pupuk P diberikan sebelum tanam atau pada 7-10 HST. Cara
pemupukan P diberikan disebar merata di atas permukaan tanah
kemudian dibenamkan ke dalam lapisan olah bersamaan dengan
perataan tanah sawah. Pupuk P dapat diberikan sekaligus, karena
sifat hara P yang tidak mobil, sehingga mempunyai pengaruh residu
untuk musim tanam berikutnya.
Pupuk K
Pemupukan K juga perlu memperhatikan status hara K dalam
tanah. Pada tanah dengan kandungan K sedang dan tinggi tidak
perlu diberi pupuk K, karena kebutuhan hara K tanaman padi dapat
dipenuhi dari K tanah, sumbangan air pengairan dan pengembalian
jerami (Adiningsih, 1992). Sedangkan pada tanah dengan
kandungan K rendah takaran yang dianjurkan yaitu 100 kg KCl ha-1,
apabila jerami dikembalikan maka hanya menambahkan pupuk 50
kg KCl ha-1. Bila menggunakan pupuk kandang 2 t ha-1 maka cukup
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
14
menambahkan 80 kg KCl ha-1. Hampir 80% K yang diserap tanaman
padi berada dalam jerami, oleh karena itu dianjurkan untuk
mengembalikan jerami ke tanah sawah (Adiningsih et al., 1984).
Sambil menunggu pengolahan tanah pertama, jerami dapat
dikomposkan dan diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan
tanah kedua.
Lokasi Lerekang I dan II, Bontusunggu dan Masalongko
semua berstatus K rendah. Dengan demikian takaran rekomendasi
pemupukan yaitu 100 kg KCl ha-1. Apabila jerami dikembalikan maka
cukup menambahkan pupuk 50 kg KCl ha-1. Bila menggunakan
pupuk kandang 2 t ha-1 maka cukup menambahkan 80 kg KCl ha-1.
(Tabel 3 ).
Sumber hara K pada tanah sawah adalah hara K di dalam
tanah, jerami, pupuk K, dan air irigasi. Pupuk K yang umum dijumpai
di Indonesia yaitu KCl dengan kadar K2O 60% dan kalium sulfat
(K2SO4) atau yang lebih dikenal sebagai ZK mengandung kadar K2O
45% dan 18% S. Bentuk pupuk KCl granul kecil-kecil dan berwarna
putih atau merah.
Sifat hara K yang mobil sehingga pemupukan K sebaiknya
diberikan dengan cara di split dua kali untuk menghindari pencucian
K, dan fiksasi K khususnya pada tanah sawah Vertisols. Waktu
pemupukan K yaitu pemupukan pertama pada saat sebelum tanam
atau pada 7-10 HST dan pemupukan kedua pada saat primordia.
Cara pemupukan K diberikan disebar merata di atas permukaan
tanah kemudian dibenamkan ke dalam lapisan olah bersamaan
dengan perataan tanah sawah.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
15
Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dianjurkan untuk
mengembalikan jerami selain sebagai sumber K juga dapat
meningkatkan kadar bahan organik tanah. Pupuk kandang juga
dapat digunakan namun perlu diperhatikan C/N rasio (10-20) dan
takarannya agar tidak memberikan pengaruh reduksi yang
berlebihan.
Pengelolaan Bahan Organik
Pengelolaan hara P dan K pada tanah sawah tidak dapat
dipisahkan dari pengelolaan bahan organik. Penggunaan bahan
organik dapat berpengaruh terhadap rekomendasi dan kebutuhan
pupuk P dan K. Untuk tanah sawah yang pengelolaannya tidak
disertai dengan pemberian bahan organik diperlukan pupuk N, P dan
K yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi bahan
organik, baik berupa jerami maupun pupuk kandang. Pemberian
jerami direkomendasikan sebanyak 5 t ha-1, yang diperhitungkan
dari hasil tanah sawah setempat dengan tingkat hasil gabah juga
sekitar 5 t ha-1.
Anjuran pengembalian jerami ke tanah sawah sukar untuk
diterapkan karena diperlukan upaya khusus. Kenyataan di lapangan
umumnya petani lebih sering membakar jerami, dengan beberapa
alasan antara lain: indeks pertanaman tiga kali, sehingga petani
tidak cukup waktu untuk mengkomposkan jerami, pengomposan
jerami membutuhkan waktu dan tenaga, keberatan lain, yaitu bahwa
penumpukan jerami selama satu musim tersebut akan memakan
tempat, sehingga mengurangi luas areal tanam. Tetapi keuntungan
pengembalian jerami ke tanah sawah akan mengatasi masalah
berkurangnya areal tanam, karena kehilangan unsur-unsur hara
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
16
akan dapat dikurangi sehingga takaran pupuk yang perlu
ditambahkan dapat dikurangi dan fungsi-fungsi lain dari jerami
sebagai bahan pembaik sifat-sifat tanah.
Teknologi pengelolaan jerami yang tepat perlu dikembangkan.
Jerami yang dihasilkan sebaiknya tidak langsung dikembalikan ke
sawah pada musim tanam berikutnya, tetapi pengembaliannya
ditunda dahulu selama satu musim tanam. Jerami yang ada supaya
dikumpulkan di bagian pinggir petakan sawah atau dapat di tempat
lain dan dibiarkan melapuk secara alami di sana. Bila jerami ingin
segera dikembalikan ke lahan maka pelapukan jerami perlu
dipercepat (dikomposkan) dengan diberi berbagai inokulan mikroba,
yang saat ini makin banyak dipasarkan.
Selain pemberian jerami, juga direkomendasikan penggunaan
pupuk kandang sebanyak 2 t ha-1. Untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah sawah sedapat
mungkin diberikan tambahan bahan organik seperti pupuk kandang,
kompos, pupuk hijau atau azola untuk melengkapi pemberian pupuk
buatan. Perlu ditekankan bahwa dalam jangka panjang pemberian
bahan organik ke tanah sawah tidak hanya berguna untuk
mengembalikan atau mempertahankan kandungan unsur-unsur hara
makro dan mikro dalam tanah, tetapi bahan organik mempunyai
banyak fungsi (manfaat) lain untuk mempertahankan kesuburan fisik,
kimia, dan biologi tanah serta efisiensi pemupukan.
Pada lahan sawah dengan pola tanam padi-palawija,
penambahan bahan organik sangat diperlukan dalam memperbaiki
sifat fisik tanah diantaranya dalam proses restrukturisasi tanah,
sehingga pada waktu tanam palawija struktur tanah telah membaik.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
17
3.2. Rekomendasi Pemupukan Jagung, Kacang Hijau, dan
Kacang Tanah
Takaran rekomendasi untuk tanaman jagung dan kacang
hijau/kacang tanah pada lokasi yang berstatus N, P dan K rendah,
sedang dan tinggi disajikan pada Tabel 5.
Pemupukan N dan K pemberiannya displit, yaitu setengah
takaran pada waktu tanam atau 7-10 hari setelah tanam (HST) dan
setengah takaran pada umur 30-45 HST. Cara pemupukan bisa
dilarik atau ditugal sekitar 5-7 cm, selain tanaman, kemudian ditutup
dengan tanah. Sedangkan pemupukan P dapat diberikan sekaligus
dengan cara dilarik atau ditugal sekitar 5-7 cm selain tanaman,
kemudian ditutup dengan tanah.
Tabel 5. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung, kacang hijau
dan kacang tanah pada status hara rendah, sedang, dan
tinggi di Desa Pa’rappunganta, Kab. Takalar
No. Lokasi
Takaran pupuk
Status hara Jagung Kacang hijau/kacang tanah
N P K Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
kg ha-1
1. Lerekang I R T R 300 100 150 75 100 75
2. Lerekang II R T R 300 100 150 75 100 75
3. Bontusunggu R T R 300 100 150 75 100 75
4. Masalongko R T R 300 100 150 75 100 75
Budi daya jagung
Penyiapan lahan untuk tanaman jagung yaitu tanah
digemburkan dan diratakan atau tanpa pengolahan tanah bagi tanah
yang gembur/ringan. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
18
gulma. Benih yang ditanam adalah benih jagung yang mempunyai
daya kecambah minimal 90%, biasanya untuk 1 ha diperlukan benih
20 kg. Untuk mengurangi serangan hama dan penyakit benih jagung
diberi perlakuan (seed treatment) dengan Ridomil atau Saromil
dengan takaran sesuai anjuran.
Penanaman jagung dengan cara ditugal sedalam 5 cm
dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2 tanaman/rumpun) atau 75
cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun). Benih dimasukkan ke dalam
lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah atau pupuk kandang.
Penyiangan tanaman jagung dilakukan dua kali atau sesuai
kebutuhan. Penyiangan pertama pada umur 15 hari setelah tanam
dan penyiangan kedua pada umur 28-30 hari setelah tanam,
dilakukan sebelum pemupukan kedua. Pada musim kemarau bila
dilakukan pengairan yaitu pada saat sebelum tanam, 15 hari setelah
tanam (HST), 30 HST, 45 HST, 60 HST, dan 75 HST (enam kali
pemberian). Sumber air dapat berasal dari irigasi permukaan atau
tanah dangkal (sumur) dengan pompa.
Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih dengan
cara 1 kg benih dicampur dengan 2 g Ridomil atau Saromil yang
dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sedangkan hama penggerek
dikendalikan dengan pemberian insektisida Furadan 3G melalui
pucuk tanaman (± 3-4 butir tanaman-1).
Budi daya kacang hijau
Penyiapan lahan untuk tanaman kacang hijau pada lahan
sawah (bekas padi) tidak perlu dilakukan pengolahan tanah lagi,
tunggul jerami dibersihkan, jika kondisi tanah sawahnya terlalu
becek atau kalau lahan masih tergenang air, perlu dibuat saluran
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
19
drainase sedalam 25-30 cm disekeliling dan dalam petakan dengan
jarak 2-3 m antarsaluran. Apabila tanahnya telah mengering dan
banyak ditumbuhi gulma, lahan perlu pengolahan tanah minimum
dan diairi sebelum tanam. Bila tanahnya ringan tidak perlu diolah,
cukup tanahnya dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma. Bila tanah
bekas tanaman jagung, kedelai, dan padi gogo diolah secara minimal.
Benih kacang hijau ditanam dengan cara ditugal dengan
jarak tanam untuk pertanaman pada musim hujan, jarak tanam 40
cm x 15 cm (populasi 300-400.000 tanaman ha-1), sedangkan pada
pertanaman musim kemarau, jarak tanam 40 cm x 10 cm (populasi
400-500.000 tanaman ha-1). Pengendalian gulma dilakukan umur 2-4
minggu bila tidak tersedia tenaga kerja, disarankan menggunakan
herbisida pratumbuh non-selektif disertai penyiangan pada umur 2
minggu. Pengairan pada musim kemarau yaitu pada saat menjelang
berbunga (umur 25 hari) dan pengisian polong (45-50 hari).
Hama utama kacang hijau lalat kacang (Agromyza phaseoli),
ulat jengkal (Plusia chalcites), kepik hijau (Nezara viridula), kepik
coklat (Riptortus linearis), dan penggerek polong (Maruca testutalis
dan (Etiella zinckenella). Penyakit utama yaitu bercak daun, busuk
batang, embun tepung, dan penyakit puru (Elsinoe glycines)
Pengendalian hama dapat dilakukan penyemprotan dengan
insektisida Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron, Gusadrin, Nuvacron
atau Basudin dengan takaran 2-3 ml l-1 air dengan volume semprot
500-600 l ha-1. Kutu (Thrips) merupakan hama utama musim
kemarau, dengan gejala serangan daun mengkerut, kerdil,
pembentukan polong terhambat dan hasil biji sangat rendah.
Pengendalian penyakit dengan penyemprotan fungisida Benlate,
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
20
Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200 atau Daconil pada awal
serangan dengan takaran 2 g l-1 air.
Budi daya kacang tanah
Penyiapan lahan untuk tanaman kacang tanah tanah dibajak
sedalam 15-20 cm, kemudian digaru, digemburkan dan diratakan,
dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma. Dibuat bedengan dengan
ukuran 3-4 m, saluran drainase dengan kedalaman 30 cm dan lebar
20 cm. Benih yang digunakan varietas unggul yang mempunyai
potensi hasil tinggi, disukai konsumen, seragam, sehat, jelas asal
usulnya. Benih yang diperlukan sekitar 80-90 kg biji atau 125-150 kg
polong ha-1. Benih satu biji/lubang ditanam dengan cara ditugal
dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Pada lahan kurang subur benih
ditanam satu biji/lubang dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm.
Selain pemupukan N, P, dan K untuk kacang tanah perlu
pemupukan kalsium dan sulfur. Pada tanah yang unsur Ca >1 me Ca
100 g-1 tanah (untuk perakaran) dan <3 me Ca 100 g-1 (untuk
polong) perlu diberi gypsum atau dolomit sebesar 300-500 kg ha-1.
Pemupukan sulfur hanya dilakukan bila pH tanah >7,4 dan
kandungan S sebesar 20 ppm SO4 (setara 6,4 ppm S) dengan
takaran pupuk S sebesar 400 kg S ha-1 yang dapat berupa ZA (24%
S) atau belerang (85% S). Pengendalian gulma dilakukan pada umur
3 minggu atau diulang kembali pada umur 42-45 hari. Pengairan
dilakukan bila kondisi tanah kering dan tanaman layu, terutama pada
periode kritis umur 3, 25, 50, dan 75 hari. Pengairan dilakukan
melalui selokan antar bedengan.
Bila gejala kuning (klorosis) muncul pada umur 10-25 hari,
dan gejala kuning masih nampak hingga umur 30 hari maka dapat
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
21
menurunkan hasil sampai 20-46%. Pengendaliannya dengan
pemberian 30-40 kg FeSO4 ha-1, pemberian 20 t pupuk kandang ha-1,
pemberian 300-400 kg bubuk belerang ha-1. Penyemprotan larutan
yang mengandung 0,5-1% FeSO4, 0,1% asam sitrat, 3% amonium
sulfat (ZA), 0,2% urea pada umur 30, 45, dan 60 hari atau
memperbaiki drainasi dan aerasi tanah.
Hama utama pada kacang tanah antara lain wereng kacang
tanah (Empoasca fasialin), penggerek daun (stomopteryx
subscevivella), ulat jengkal (Plusia chalcites), dan ulat grayak
(Prodenia litura), hama-hama tersebut dapat dikendalikan dengan
menggunakan insektisida Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron, dan
Basudin. Penyakit utama kacang tanah layu bakteri (Pseudomonas
solanacearum), bercak daun (Cercosporidium personatum dan
Cercospora arachidichola) dan karat (Puccinia arachidis).
Pengendalian penyakit kacang tanah dengan menanam varietas
tahan atau menggunakan fungisida Benlate, Dithane M-45, Baycor,
Delsene MX 200, atau Daconil.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
22
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR
Areal Desa Pa’rappunganta mencakup luasan sekitar 608 ha
yang terdiri atas lahan sawah 202 ha, tebu/tegalan 324 ha, kebun
campuran, palawija 24 ha, kebun campuran 43 ha, dan areal
pemukiman 15 ha.
Topografi dari kelurahan ini bervariasi dari datar sampai
agak datar. Sekitar 87 ha adalah merupakan daerah datar (lereng 0-
2%), dan 521 ha areal agak datar (lereng 1-3%).
4.1. Teknik Konservasi Existing
Di Desa Pa’rappunganta terdapat lahan sawah irigasi sekitar
202 hektar yang berada pada wilayah datar (lereng 0-2%). Erosi
yang dapat terjadi pada lahan sawah tidaklah terlalu
mengkhawatirkan, karena pematang sawah berperan cukup besar
dalam menghambat laju erosi tanah. Namun tetap diperlukan
berbagai usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas tanahnya, termasuk memelihara kestabilan pematang
sawah agar tidak terjadi kehilangan air yang berlebihan.
Teknik konservasi existing yang ada pada lahan kering
terdapat pada penggunaan lahan tebu, tegalan, yaitu berupa guludan
pada areal dengan bentuk wilayah agak datar (lereng 1-3%).
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
23
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi
Teknik konservasi tanah yang direkomendasikan didasarkan
pada pola penggunaan lahan dan kondisi tanah yang ada. Apabila di
lokasi yang dipelajari sudah diterapkan teknik konservasi, maka
rekomendasi lebih diarahkan pada perbaikan atau peningkatan
teknik konservasi yang sudah ada.
Teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan pada
lahan sawah adalah perbaikan pematang sawah supaya tidak terjadi
kebocoran yang dapat menyebabkan banyak kehilangan air. Bila
pematang banyak ditumbuhi rumput, maka usahakan rumput
dipotong/dibabat/dikoret sehingga sebagian rumput masih ada di
pematang karena ini baik untuk pemadatan dan kestabilan
pematang dan supaya tidak ada tanah yang jatuh dari pematang.
Jangan menyiang pematang dengan mencabut rumputnya karena
akan merusak pematang.
Apabila pematang ditanami maka diusahakan menanam
tanaman yang tidak berumbi seperti ubi jalar dan ubi kayu dimana
apabila panen akan dapat merusak pematang. Dianjurkan dapat
menanan tanaman leguminosa seperti turi (Sesbania sesban) atau
tanaman kacang-kacangan yang dapat menyuburkan tanah dan
bahan hijauannya dapat dikembalikan ke lahan.
Bila pada lahan sawah diterapkan pola tanam padi-palawija,
maka dianjurkan pemberian pupuk kandang pada padi sawah,
karena bila pada saat disawahkan ada pemberian pupuk kandang,
maka musim tanam selanjutnya akan terjadi perbaikan sifat fisik
tanah diantaranya terbentuk struktur tanah yang baik demikian juga
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
24
aerasi tanah, sehingga tanaman palawija yang ditanam setelah padi
pertumbuhan dan produksinya lebih baik.
Pada lahan tegalan yang ditanami tebu (satuan lahan 3) yang
terdapat pada wilayah agak datar (lereng 1-3%) tanahnya
didominasi Typic Dystrudepts. Tanah ini mempunyai solum yang
cukup dalam dan dapat direkomendasikan teknik konservasi tanah
berupa pembuatan guludan yang mengikuti garis kontur. Disarankan
juga untuk memberikan mulsa sisa tanaman secara vertikal dan
untuk mengatasi kekurangan air pada musim kemarau, disarankan
untuk membuat kolam-kolam penampungan air (embung mikro).
Pada lahan kering dengan penggunaan lahan kebun
campuran/tegalan (satuan lahan 4 dan 5) yang terdapat pada
wilayah agak datar (lereng 1-3%) dan tanahnya adalah Typic
Dystrudepts dan Typic Eutrudepts. Tanah ini mempunyai solum yang
cukup dalam dan dapat direkomendasikan teknik konservasi tanah
berupa sistem pertanaman lorong (alley cropping) yang
dikombinasikan dengan mulsa hasil pangkasan tanaman pagar. Pada
Lampiran 1 dapat dilihat gambaran dari teknik konservasi ini.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
25
V. DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, J. S. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap
Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Doktor. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Adiningsih, J. S. 1992. Peranan Efisiensi Penggunaan pupuk untuk
Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan Litbang
Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai
Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian RI
Nomor: 47/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Oldeman, L. R, and Darmiyati S. 1977. The agroclimatic map of
Sulawesi, scale 1: 2,500,000. Contr. Centre. Res. Inst. Agric. Bulletin No.60, Bogor.
Schmidt, F. H., and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Type Based on
Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No.42. Jawatan Met. dan Geofisik, Jakarta.
Tisdale, S. L, W. L. Nelson and J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and
Fertilizers. 4th ed. The Macmillan Publ. Co.New York. 694 p.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
26
Lampiran 1. Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian,
2006 dan Balai Penelitian Tanah, 2007)
Budi daya lorong (alley cropping) adalah sistem di mana
tanaman semusim (pangan dan sayuran) ditanam di lorong antara
barisan tanaman pagar (Gambar 4). Pangkasan dari tanaman
pagar digunakan sebagai mulsa yang dapat menyumbangkan hara,
terutama nitrogen, bagi tanaman lorong.
Gambar 4. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar ( Foto: F. Agus dan Widianto)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi budi daya
lorong:
1. Persyaratan penerapan budi daya lorong
• Kemiringan lahan berkisar antara 3-40%
• Kedalaman solum > 20 cm
• Interval horizontal 3-10 m
2. Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar
• Tahan pemangkasan dan dapat bertunas kembali secara
cepat sesudah pemangkasan.
• Menghasilkan banyak hijauan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
27
• Dapat menambat nitrogen (N2) dari udara
• Tingkat persaingannya dengan tanaman utama tidak begitu
tinggi
• Memiliki perakaran vertikal yang dalam sehingga daya
saingnya terhadap tanaman utama berkurang
• Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi
tanaman utama
• Sebaiknya mempunyai manfaat ganda supaya mudah
diadopsi petani
Beberapa jenis tanaman pagar yang sesuai untuk pengendali
erosi dan sekaligus sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 6.
3. Teknik penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar
• Lamtoro dan Flemingia biasa ditanam dengan menggunakan
biji sedangkan Gliricidia dengan menggunakan stek.
• Untuk bahan stek pilih cabang yang sudah berwarna putih
(tidak lagi hijau) yang berdiameter 2-4 cm. Panjang stek
kurang lebih 30 cm.
• Stek atau benih ditanam sejajar kontur. Untuk stek gunakan
jarak tanam dalam baris 20-30 cm. Untuk penanaman
dengan biji (lamtoro atau Flemingia) penanaman dideder
dengan jarak antar biji sekitar 5 cm. Pemberian pupuk TSP
atau SP-36 satu sendok teh untuk 1 m barisan akan
mempercepat pertumbuhan tanaman pagar.
• Agar cukup efektif mencegah erosi, jarak antar baris
tanaman pagar ditentukan dengan menggunakan rumus
VI/HI = % kemiringan lahan (VI = tinggi vertikal, dan HI =
jarak horizontal). Untuk mendapatkan jarak horizontal (HI),
VI harus ditetapkan terlebih dahulu, berkisar antara 0,50-
1,00 m untuk lereng < 25% dan 1,00-1,50 m untuk lereng >
25% lebih kurang 5 m (lebar lorong sekitar 4,75 m).
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
28
Tabel 6. Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar
Nama latin Nama lokal Kegunaan Persyaratan tumbuh Ficus subcordata
Wunut (J), bunut lengis (B), sipadi (M).
Reklamasi lahan, tanaman pagar, penahan angin (windbreak)
Elevasi 0-800 m dpl, tumbuh baik pada lahan kering dan lahan berlereng dengan curah hujan 900-2.500 mm. Cocok pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah calcareous (pH tinggi).
Gliricidia sepium
Gamal (J), Glirisidia (I)
Tanaman penaung, tanaman pagar, pupuk hijau, reklamasi lahan
Curah hujan 900-1.500 mm dengan sekitar 5 bulan periode kering. Cocok pada berbagai jenis tanah dari masam sampai basa.
Leucaena leucocephala
Lamtoro gung, petai cina (I), kemlandingan (J)
Tanaman serbaguna
Elevasi 0-1.000 m dpl, curah hujan 650-1.500 mm. Juga ditemukan pada daerah yang lebih kering atau lebih basah. Cocok pada tanah dengan pH>5 dan ditemukan juga pada tanah bergaram (salin).
Sesbania grandiflora
Turi (I, J, S), tuwi (B)
Penahan angin, tiang panjat, tanaman penaung
Elevasi 0-800 m dpl, curah hujan 800-4.000 mm. Tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah tandus atau tanah sering tergenang. Toleran terhadap tanah bergaram dan tanah alkalin.
Sesbania sesban
Jayanti (S), Janti (J)
Pupuk hijau, tanaman naungan
Elevasi 0-2.300 m dpl, curah hujan 500-2.000 mm.Tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah berpasir sampai tanah liat. Toleran terhadap tanah salin dan tanah masam.
Calliandra calothyrsus
Kaliandra (I) Tanaman konservasi pada lembah, jurang (gully) dan lahan berlereng curam, tanaman pagar, pupuk hijau.
Elevasi 200-1.800 m dpl, curah hujan 700-4.000 mm dengan 1-7 bulan kering. Cocok pada berbagai jenis tanah termasuk tanah masam berkesuburan rendah. Menyukai tanah dengan tekstur ringan (lempung-berpasir).
I = Indonesia, J = Jawa, S = Sunda, B = Bali, M = Minang
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
29
4. Pemangkasan dan penggunaan hijauan
Setelah berumur sekitar 4-6 bulan atau setelah mencapai
ketinggian yang dapat menaungi tanaman utama yang
menyebabkan pertumbuhannya terganggu, tanaman pagar
dipangkas pada ketinggian 50-60 cm dari permukaan tanah. Daun-
daun tanaman pagar yang dipangkas disebarkan di permukaan
tanah. Pemangkasan tanaman pagar dilakukan dengan interval 2-4
bulan sekali, tergantung pada kecepatan pertumbuhannya.