pengembangan inovasi teknologi pengelolaan...

61
LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS > 20% DAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI Tahun Anggaran 2011 BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

Upload: dangquynh

Post on 15-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS > 20% DAN MODEL KAWASAN

RUMAH PANGAN LESTARI

Tahun Anggaran 2011

BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2011

Page 2: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

ii

LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN

LAHAN KERING MASAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS > 20% DAN MODEL KAWASAN

RUMAH PANGAN LESTARI

Tahun Anggaran 2011

Oleh :

Muchtar

SATKER BALAI PENELITIAN TANAH

BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

Page 3: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan (RPTP/RDHP/

RKOT) : Pengembangan Inovasi Teknologi

Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk Meningkatkan Produktivitas > 20 % dan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

2. Penanggungjawab RPTP/RDHP/ RKOT

:

a. Nama : Muchtar, SP., MP.

b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/III b

c. Jabatan Fungsional : Calon Peneliti

3. Lokasi Kegiatan : KP.Taman Bogo, Lampung Timur

Jangka Waktu 1 (satu) Tahun

Tahun dimulai : Januari 2011 s.d Desember 2011

4. Biaya penelitian T.A. 2010 : Rp. 200.570.000 ( Dua ratus juta lima ratus tujuh puluh ribu rupiah)

5. Sumber Dana : DIPA/RKA-KL Satker : Balai Penelitian Tanah Tahun Anggaran 2011

Mengetahui Kepala Balai Penelitian Tanah Penanggungjawab RPTP/RDHP/RKOT

Dr. Sri Rochayati Muchtar, SP., MP. NIP. 19570616 198603 2 001 NIP. 1954 0201 198203 1 001

Page 4: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

iii

KATA PENGANTAR

Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya

Lahan Pertanian bertugas melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi di

bidang pengelolaan sumberdaya tanah untuk mendukung pembangunan pertanian yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Sulitnya melakukan peningkatan produksi pangan nasional antara lain karena

pengembangan lahan pertanian pangan baru tidak seimbang dengan konversi lahan

pertanian produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti permukiman.

Dari sisi perluasan areal lahan tanaman pangan ini upaya yang dapat ditempuh

adalah dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan lahan tidak produktif dibarengi

dengan menerapkan teknologi produktivitas mengingat sebagian besar lahan tersebut

tidak subur untuk tanaman pangan, diantaranya adalah dengan pemanfaatan lahan

kering masam, baik yang telah menjadi lahan pertanian maupun yang belum.

Lahan kering masam di Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo, Lampung Timur

mempunyai karakteristik tanah yang serupa dengan tanah masam di Indonesia sehingga

KP Taman Bogo dapat dipandang sebagai pewakil bagi tanah masam di Indonesia.

Tanah kering masam Ultisols telah mengalami kemunduran sifat fisika dan

kimia tanah. Pada kondisi temperatur udara tinggi di wilayah tropika basah, bahan

organik tanah terdekomposisi dengan cepat sehingga unsur hara dan bahan organik yang

terbawa melalui hasil panen (konsumsi) tidak tergantikan dengan input produksi yang

digunakan dalam proses produksi. Inovasi teknologi pengeloalan lahan kering masam

yang dapat mempertahankan produktivitas tanah perlu disosialisasikan kepada

pengguna/petani melalui kunjungan ke lokasi show windows dan visitor plot inovasi

teknologi yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian.

Lokasi show windows dan visitor plot merupakan sarana yang efektif dalam

proses diseminasikan teknologi. Pada T.A 2011 dipamerkan inovasi teknologi

pengelolaan lahan kering masam yang terdiri dari Inovasi Teknologi Pengelolaan

Sistem Alley ropping/ Pertanaman Lorong, Inovasi Teknologi Pengelolaan pupuk

Kandang, Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah dan Inovasi

Teknologi Penataan dan KoleksiTanaman Legum Semak/Perdu dan Cover Crop,

Inovasi Teknologi Pemupukan di Lahan Kering Masam serta Model Kawasan Rumah

Page 5: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

iv

Pangan Lestari yang merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden bahwa ketahanan dan

kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga, dan dapat diwujudkan

dengan membangkitkan kembali budaya menanam di pekarangan, baik di perkotaan

maupun perdesaan. Melalui kunjungan dan diskusi dengan petani di lapangan,

diharapkan sebagian atau seluruh teknologi yang diperagakan/dipamerkan dapat

dipraktekan oleh petani dalam usahataninya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam kegiatan ini, semoga Laporan Akhir Tengah Tahun ini bermanfaat bagi program

penelitian dan pengembangan inovasi teknologi pengelolaan lahan kering masam di

Indonesia.

Bogor, Desember 2011

Dr. Sri Rochayati NIP. 19570616 19860 2 00l

Page 6: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

v

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN iiKATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI vDAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR viiiABSTRAK ixABSTRACT x

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................................. 3 1.3. Luaran yang Diharapkan .................................................................... 4 1.4. Dasar-dasar Pertimbangkan dari Kegiatan yang Dirancang ................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ................................................................................ 6 2.2. Diseminasi Teknologi Pengelolaan Lahan Masam ............................. 12

III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan/Kerangka Pemikiran ........................................................ 13 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan .................................................................... 13 3.3. Bahan dan Metode Penelitian ............................................................. 14 3.4. Analisis Risiko ..................................................................................... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ............................................................................................................ 23 1. Inovasi Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Masam ......................... 23 a. Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley Cropping

pada Tanaman Jagung Ubi kayu (MT I dan MT II) ........................ 23 b. Pengelolaan Inovasi Teknologi Penggunaan Pupuk Kandang

pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu ................................................ 26 c. Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan

Penutup Tanah (cover crops) ............................................................ 29

d. Penataan dan Koleksi Tanaman Legum Semak/Perdu dan Cover Crops di Kebun Percobaan Taman Bogo .........................................

30

e. Inovasi Teknologi Pemupukan di Lahan Kering Masam ................. 31 2. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) ............................... 34 3. Temu/Kunjungan Lapangan .................................................................. 35 Pembahasan ................................................................................................ 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 43

VI. PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN ......................................... 45 DAFTAR PUSTAKA 46

Page 7: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

vi

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Analisis resiko pelaksanaan inovasi Teknologi pengelolaan lahan kering masam di KP. Taman Bogo, Lampung Timur ............................... 21

2. Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam pada

Pengelolaan Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley Cropping pada tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011 .......................................................................................................... 23

3. Hasil analisis fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley Cropping pada tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011 .......................................................................................................... 24

4. Berat segar biomass Flemingia congesta, Gliricidia sepium serta strip rumput Setaria splendida, Panicum maximum dan Lamtoro pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/alley cropping pada tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011 ..........................................................................................................

25

5. Tinggi tanaman dan umur berbunga 50 % jagung Hibrida P27 pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley Cropping pada tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011 ........................................................................................................... 25

6. Berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomas panen jagung hibrida P27 pada inovasi teknologi sistem pertanaman lorong/alley cropping di KP Taman Bogo, MT 2011 ................................................... 26

7. Tinggi tanaman saat panen dan berat ubi segar pada inovasi teknologi sistem pertanaman lorong/alley cropping di KP Taman Bogo, MT 2011 .......................................................................................................... 26

8. Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Penggunaan Pupuk Kandang pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011 ................. 27

9. Hasil analisis fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Penggunaan Pupuk Kandang pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011 ..................

28

10. Tinggi tanaman, umur berbunga 50% , berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomass kering panen jagung P27 pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Penggunaan Pupuk Kandang pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011 .............................................. 28

Page 8: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

vii

11. Tinggi tanaman saat panen dan berat ubi segar pada Demplot inovasi teknologi pengeloaan pupuk kandang di lahan kering masam di KP Taman Bogo, MT 2011 .............................................................................. 29

12. Hasil analisis fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah (cover crops) di KP Taman bogo, MT 2011 .................................. 29

13. Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah (cover crops) di KP Taman bogo, MT 2011 .................................. 30

14. Berat Biomass Segar dan Berat Biji tanaman legum pada Penataan dan Koleksi Tanaman Legum Semak/Perdu dan Cover Crops di Kebun Percobaan Taman Bogo, MT 2011 ............................................................ 31

15 Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah (cover crops) di KP Taman bogo, MT 2011 .................................. 32

16 Hasil analisis fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi pemupukan di KP Taman bogo, MT 2011 ........................................................................................................... 33

17. Tinggi tanaman, berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomass kering panen panen jagung P27 pada Inovasi Teknologi Pemupukan di Lahan Kering (MT I) ........................................................ 33

18. Tinggi tanaman, berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomass kering panen panen jagung P27 pada Inovasi Teknologi Pemupukan di Lahan Kering (MT II) .......................................................

34

Page 9: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Tata Letak Demplot Pengelolaan Lahan masam di KP Taman Bogo.... 15

2. Halaman/pekarangan rumah sebelum pelaksanaan MKRPL ................ 35

3. Halaman/pekarangan rumah setelah pelaksanaan MKRPL ................. 36

Page 10: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

ix

ABSTRAK

Lahan kering masam di Indonesia sekitar 102,8 juta ha merupakan lahan potensial dan strategis untuk pertanian. Faktor pembatas utama adalah pH tanah yang masam, kandungan bahan organik rendah dan kekurangan unsur hara makro. Inovasi teknologi pengelolaan lahan kering masam sudah diketahui dari hasil penelitian tetapi perlu disosialisasikan kepada petani secara berlanjut melalui pengenalan teknologi pada letak pamer/ show windows dan visitor plot dengan sasaran akhir terjadinya percepatan adopsi teknologi hasil penelitian.

Teknologi yang dipamerkan terdiri dari system alley cropping, pengelolaan pupuk kandang, rehabilitasi lahan dengan tanaman penutup tanah, penataan dan koleksi tanaman legum, serta inovasi teknologi pemupukan pada lahan kering masam.

Hasil analisis secara tabulatif menunjukkan bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah dari hasil pangkasan legum pada sistem alley croping serta penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan sifat kimia dan fisika tanah (C-organik, N-total, rasio C/N tanah, dan berat jenis tanah), sedangkan KTK dan ruang pori total mengalami penurunan. Perbaikan sifat kimia dan fisika tanah dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah dari hasil pangkasan legum pada system alley cropping memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk kandang sebanyak 10 t/ha/tahun dapat meningkatkan hasil jagung P27 yang mencapai 6,33 t/ha sedangkan jika tidak disertai pupuk kandang hanya mencapai 3,30 t/ha. Perlakuan ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Organik 2 t/ha dapat meningkatkan hasil jagung P27 yang mencapai 5,57 t/ ha.

Adopsi inovasi teknologi dipamerkan meningkatkan pengetahuan petani dan secara bertahap diaplikasikan oleh petani.

Page 11: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

x

ABSTRACT

Acid upland soil in Indonesia approximately 102,8 million hectares that was potential and strategic for agriculture land. The mayor problems limiting production was soil acidity, low contents of soil organic matter and deficiencies of macro nutrients.

Technological innovations on management of acid upand soil have been known/found based on the research results. The results should be continuing socialized to farmers through farmers visiting on show windows plot of proper recommended technologies with the end objective was more accelerated adoptions rate of technology gained from research.

Show windows of recommended technologies were alley cropping systems used legumes plants, manure management, land rehabilitation with cover crops, arrangement and collection of legume plants and technological innovation of fertilizer.

The results showed that application of organic matters from legumes of alley cropping systems to the soil and application of manures improves soil chemistry and soil physical properties (C-organic, N-total, C/N ratio and soil bulk density) while cation exenagble capacity (CEC), total soil pores increases. Application of organic matters from cutted legumes leave of alley cropping systems to the soil provides a positive influence on plant growth. Using manures much as 10 t/ha/year can increase the results of maize/corn reached 6,33 t/ha, whereas if not accompanied manure reached only 3,30 t/ha. Treatment ¾ NPK recommendations PUTK + organic fertilizer can increase the results of maize/corn reached 5,57 t/ha.

Adoption process of acid, upland technological innovation by farmers was done on step wise processes related to the farmers’ resources. Soil productivity and farmers’ incomes in the long run will be increased.

Page 12: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat

mempertahankan hidup dan karenanya kecukupan pangan bagi setiap orang setiap

waktu merupakan hak azasi yang layak dipenuhi. Berdasar kenyataan tersebut masalah

pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk setiap saat di suatu wilayah

menjadi sasaran utama kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu Negara (Suryana,

2005). Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi

tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.

Oleh karena itu kebijakan (pemantapan) ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam

pembangunan serta merupakan fokus utama dalam pembangunan pertanian.

Ketahanan pangan suatu negara dapat diartikan sebagai kemampuan negara

memenuhi kecukupan pangan seluruh penduduk meliputi aksesibilitas (keterjangkauan),

stabilitas serta kontinuitas pengadaan dan distribusi. Sulitnya melakukan peningkatan

produksi pangan nasional antara lain karena pengembangan lahan pertanian pangan baru

tidak seimbang dengan konversi lahan pertanian produktif yang berubah menjadi fungsi

lain seperti permukiman. Jika tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan

produktivitas secara nyata dan/atau membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti

produksi pangan dalam negeri tidak akan mampu mencukupi kebutuhan pangan

nasional. Dari sisi perluasan areal lahan tanaman pangan ini upaya yang dapat

ditempuh adalah dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan lahan tidak produktif

dibarengi dengan menerapkan teknologi produktivitas mengingat sebagian besar lahan

tersebut tidak subur untuk tanaman pangan, diantaranya adalah dengan pemanfaatan

lahan kering masam, baik yang telah menjadi lahan pertanian maupun yang belum.

Lahan kering masam di Indonesia sekitar 102,8 juta hektar yang tersebar di

Kalimantan (39,24 juta ha), Sumatera (29,34 juta ha), Papua dan Maluku (20.8 juta ha),

Jawa (3.81 juta ha), Sulawesi (9,52 juta ha) serta Bali dan NTT (0,1 juta ha) (Mulyani,

et al., 2004; Puslitbangtanak, 2000). Tanah kering masam tersebut diusahakan untuk

tanaman padi, palawija, tanaman pangan lainnya, hortikultura, perkebunan dan kayu-

kayuan. Dierolf et al., (2001) mengemukakan bahwa lahan kering masam yang dapat

Page 13: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

2

digunakan untuk pertanian di Indonesia mencapai 67,5 % dari luas total lahan pertanian

yang sebagian besar tersebar di luar Jawa.

Lahan kering masam Ultisols dan Oxisols menempati areal terluas di Indonesia,

yaitu 59,9 juta ha (Hidayat dan Mulyani, 2002). Lahan tersebut mempunyai potensi dan

peluang untuk pengembangan pertanian walaupun memiliki kendala sifat fisika, kimia

dan biologi tanah yang kompleks (Kang, 1989) dalam arti bahwa ketiga sifat-sifat tanah

tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dipengaruhi juga oleh faktor

eksternal seperti iklim, dan pengelolaan lahan. Kendala peningkatan produktivitas

lahan tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan dengan mengaplikasikan teknologi

pengelolaan lahan yang dapat mempertahankan/meningkatkan produktivitas tanah

dalam jangka panjang.

Kendala teknis dalam pengelolaan lahan kering masam terutama kesuburan

tanahnya yang rendah, reaksi tanah masam (pH <5,5), kadar Al tinggi, fiksasi P tinggi

serta kandungan basa dapat tukar, kapasitas tukar kation (KTK) dan kandungan C-

organik rendah. Setelah 20-30 tahun melaksanakan rekomendasi pemupukan yang

bersifat umum di beberapa daerah dilaporkan telah terjadi ketidakseimbangan hara

dalam tanah (Hanson, 1994). Penanaman bibit unggul disertai dengan pemupukan N, P

dan K dosis tinggi telah menyebabkan unsur hara mikro semakin terkuras.

Faktor pembatas sifat fisika tanah di lahan masam antara lain BD tanah tinggi

kapasitas menahan air rendah, bahaya erosi tinggi, mudah mengalami penggenangan

dan kekeringan, peka terhadap proses pemadatan serta terbentuknya laterit (Sanchez dan

Salinas, 1981 dalam Agus et al., 1999). Kendala sifat fisika dan kimia tanah di lahan

kering masam ini disertai dengan miskinnya elemen biotik tanah (makro dan

mikroorganisme tanah).

Selain hal tersebut, upaya lain yang dapat dilakukan guna meningkatkan

produksi pangan adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Model Kawasan

Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden

bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga,

dan dapat diwujudkan dengan membangkitkan kembali budaya menanam di

pekarangan, baik di perkotaan maupun perdesaan. Kawasan rumah pangan lestari

merupakan suatu kawasan dengan rumah tangga yang telah menerapkan Rumah Pangan

Lestari dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk

Page 14: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

3

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan

keluarga. Oleh karena itu, pemanfaatan pekarangan tidak hanya sekedar menanami,

tetapi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, mengembangkan ekonomi

produktif, dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat. Dalam

pelaksanaanya, pekarangan dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya tanaman

pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan

dilengkapi dengan pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. Setelah

kebutuhan rumah tangga terpenuhi, selanjutnya dapat dikembangkan pemasaran dan

pengolahan menjadi aneka produk untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Lahan kering masam di Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo, Lampung Timur

mempunyai karakteristik tanah yang serupa dengan tanah masam di Indonesia sehingga

KP Taman Bogo dapat dipandang sebagai pewakil bagi tanah masam di Indonesia.

Berdasarkan sifat dan karakteristik tanah kering masam yang telah mengalami defisiensi

unsur hara serta penurunan sifat fisika, kimia dan biologi tanah maka hasil-hasil

penelitian yang telah didapatkan oleh balai penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian

di lahan masam perlu didemontrasikan dan disosialisasikan. Keberadaan petak peragaan

inovasi teknologi pengelolaan lahan kering masam untuk meningkatkan produktivitas >

20% dan model kawasan rumah pangan lestari, selain sebagai verifikasi dan reevaluasi

teknologi sekaligus sebagai obyek/tempat kunjungan lapang, visitors plot, show

windows serta merupakan sarana dan prasarana dalam diskusi dan konsultasi antara

peneliti, penyuluh, petani dan pengambil kebijakan daerah dalam meningkatkan peranan

lahan kering masam untuk mendukung ketahanan pangan.

1.2. Tujuan

Jangka Pendek :

- Menyediakan Show window dan visitor plot, tempat diskusi dan konsultasi antara

peneliti dengan penyuluh, penyuluh dengan petani, antar peneliti, penyuluh, petani

dan pengambil kebijakan daerah dalam program pengembangan pertanian di lahan

kering masam

- Menata KP Taman Bogo sebagai model kawasan rumah pangan lestari.

- Mendemonstrasikan manfaat teknologi pengelolaan lahan kering masam terhadap

perubahan sifat fisika dan kimia tanah serta pertumbuhan dan hasil tanaman dan

rumah pangan lestari

Page 15: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

4

Jangka panjang :

- Merancang dan mengarahkan KP Taman Bogo sebagai field laboratory dan sarana

untuk proses diseminasi teknologi pengelolaan lahan kering masam dan model

kawasan rumah pangan lestari

- Mempercepat proses adopsi teknologi pengelolaan lahan kering masam dan rumah

pangan lestari

- Memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas pertanian lahan kering

masam terhadap keamanan pangan regional dan nasional.

1.3. Luaran yang Diharapkan

Jangka Pendek :

- Tersedianya sarana/tempat diskusi dan konsultasi lapangan bagi peneliti, penyuluh

dan pengambil kebijakan melalui kunjungan lapang serta menampung umpan balik

(feed back) petani untuk memperbaiki teknologi pengelolaan lahan kering masam.

Tersedianya sarana/tempat diskusi dan konsultasi lapangan bagi peneliti, penyuluh

dan pengambil kebijakan.

- Tertatanya KP Taman Bogo sebagai model kawasan rumah pangan lestari.

- Inovasi teknologi pengelolaan lahan kering masam yang telah diverifikasi dan

rumah pangan lestari yang dapat meningkatkan produktivitas dan hasil tanaman,

pemenuhan gizi dan pendapatan petani.

Jangka panjang :

- KP. Taman Bogo sebagai field laboratory dan sarana untuk proses diseminasi

teknologi pengelolaan lahan kering masam dan model kawasan rumah pangan

lestari

- Adopsi teknologi pengelolaan lahan kering masam dan rumah pangan lestari lebih

cepat.

- Produktivitas lahan kering masam meningkat dan dapat dicapai keamanan pangan.

1.4. Dasar-dasar Pertimbangan dan Dampak dari Kegiatan yang Dirancang

Hasil penelitian inovasi teknologi pemupukan, penambahan bahan organik dan

aspek mikrobiologi tanah di lahan kering masam Ultisol KP Taman Bogo dan model

kawasan rumah pangan lestari dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, serta

Page 16: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

5

dapat meningkatkan hasil tanaman. Teknologi tersebut perlu didemontrasikan dan

didiseminasikan kepada penguna/petani melalui kunjungan lapangan.

Teknologi pengelolaan lahan kering masam dan model kawasan rumah pangan

lestari dirancang dalam bentuk sederhana dan bersifat komplementer (saling

menguntungkan) sesuai dengan kondisi wilayah dan kebiasaan petani dengan

menggunakan tanaman pangan, tanaman sayuran, tanaman hortikultura, sumber pakan

dan tanaman leguminosa sumber bahan organik. Melalui kegiatan kunjungan lapangan,

teknologi yang ditampilkan diharapkan dapat digunakan sebagai sarana dalam proses

penyuluhan dan diseminasi teknologi hasil penelitian Balai Penelitian Tanah kepada

pengguna, serta merupakan obyek kunjungan, tempat diskusi dan komunikasi antara

peneliti, penyuluh, petani dan pengambil kebijakan daerah. Dengan pembuatan petak

peragaan dan model kawasan rumah pangan lestari, diharapkan proses adopsi teknologi

pengelolaan lahan masam dapat berlangsung lebih cepat serta produktivitas tanah, hasil

tanaman dan pendapatan petani lahan masam dapat ditingkatkan secara stabil dan

berkelanjutan.

Page 17: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Sifat Fisika, Kimia dan Biologi Tanah Kering Masam

Secara umum, lahan kering dapat didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan

yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam

setahun. Lahan kering masam adalah lahan yang mempunyai sifat-sifat seperti pH

rendah, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan Corganik rendah,

kandungan aluminium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungann besi dan

mangan mendekati batas meracuni tanaman, peka erosi, dan miskin unsur biotik

(Adiningsih dan Sudjadi, 1993; Soepardi, 2001). Tingginya curah hujan disebagian

wilayah Indonesia menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa-basa,

sehingga basa-basa dalam tanah akan

segera tercuci keluar lingkungan tanah dan yang tinggal dalam kompleks adsorpsi liat

dan humus adalah ion H dan Al. Akibatnya tanah menjadi bereaksi masam dengan

kejenuhan basa rendah, dan menunjukkan kejenuhan aluminium yang tinggi (Subagyo

et al., 2000). Selain itu, tanah-tanah yang terbentuk umumnya merupakan tanah

berpenampang dalam, berwarna merah-kuning, dan mempunyai kesuburan alami yang

rendah.

Kang (1989) mengemukakan bahwa kegiatan pertanian di lahan masam

mempunyai kendala sifat fisika dan kimia tanah yang sangat membatasi produksi.

Faktor pembatas sifat fisika tanah di lahan kering masam antara lain adalah kapasitas

menahan air rendah, bahaya erosi tinggi, mudah mengalami penggenangan dan

kekeringan, peka terhadap proses pemadatan serta terbentuknya laterit (Sanchez dan

Salinas, 1981 dalam Agus et al., 1999). Arya et al. (1992) mengemukakan bahwa berat

jenis (BD) tanah Ultisols yang diolah dengan cangkul/bajak atau yang tidak diolah

berkisar antara 0,95-1,15 g/cm3.

Sifat fisika tanah lainnya yang merupakan pembatas pertumbuhan tanaman

adalah ruang pori tanah. Ruang pori total tanah merupakan pori yang akan terisi

udara/oksigen pada saat tanah berada pada kapasitas lapang. Ruang pori tanah

ukurannya sangat bervariasi dari ukuran yang sangat kecil (pada fraksi liat) sampai

ukuran yang terbesar (pada fraksi pasir dan batu). Tanah pasir dapat menahan air

Page 18: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

7

sebanyak 5,7 % volume pada potensial 33 kPa, sedangkan tanah liat/clay sebanyak 47,0

% (Unger, 1975). Hanya pada ukuran pori dengan diameter antara 100-300 µm yang

dapat terisi dengan udara (Webster dan Becket, 1972). Sedangkan air tersedia yang

termasuk katagori rendah diduga karena kandungan pasir pada tanah masam di KP

Taman Bogo relatif tinggi yang tercermin dari BD tanah masih mencapai 1.37 g/cc. Air

tersedia merupakan kondisi kandungan air tanah yang berada diantara kapasitas lapang

dan titik layu permanen.

Sifat kimia tanah yang menjadi penghambat utama peningkatan produktivitas

lahan kering masam adalah kandungan unsur hara makro (N, P dan K) rendah, pH

masam sampai sangat masam dan kandungan C-organik tanah rendah.

Soepardi (2001) mengemukakan bahwa sebagian besar lahan kering masam saat

ini sudah berada pada keadaan marginal karena kesalahan pengelolaan pada masa lalu.

Tanah tersebut telah mengalami degradasi sehingga menjadi marginal dan ditumbuhi

oleh alang-alang dan semak belukar. Selain disebabkan karena tidak dilakukan

pembenahan tanah dan pemupukan berimbang, proses marginalisasi lahan kering

masam disebabkan pula karena sisa tanaman tidak dikembalikan ke dalam tanah

(Dierolf et al., 2001). Selain berfungsi untuk melepaskan ikatan P di dalam tanah,

pengunaan bahan organik di lahan kering masam dapat meningkatkan kandungan C-

organik tanah yang berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah

(Hsieh dan Hsieh, 1990).

Produktivitas tanah Ultisol dapat ditingkatkan melalui ameliorasi, pemupukan,

pemberian bahan organik, dan penggunaan varietas toleran atau adaptif pada lahan

masam.pemupukan, pemberian bahan organik, dan penggunaan varietas toleran atau

adaptif pada lahan masam. Ameliorasi lahan masam dengan pengapuran bertujuan

untuk meningkatkan pH dan menurunkan Al-dd tanah (Rosolem et al, 1999; Sumarno

2005). Namun pengapuran yang berlebih dapat menyebabkan defisiensi beberapa unsur

mikro sebagai akibat naiknya pH. Pengapuran sebaiknya hanya dilakukan bila pH tanah

di bawah 5. Pada pH di atas 5,50, pemberian kapur menyebabkan tanggap Al rendah

karena sudah mengendap menjadi Al (OH)3 (Prasetyono dan Suriadikarta, 2006). Cara

lain untuk mengatasi keracunan Al bagi tanaman adalah dengan pemberian bahan

organik ke tanah, karena adanya bahan organik dapat larut, terutama asam-asam fulvik

yang biasanya terdapat pada bahan organik dapat mengurangi keracunan Al (Hairiah et

Page 19: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

8

al, 2000). Cara tersebut efektif bila cekaman lahan masam hanya terjadi pada lapisan

olah. Bila cekaman lahan masam terjadi hingga ke lapisan subsoil, maka penggunaan

varietas toleran atau adaptif lahan masam dapat mengatasi masalah tersebut.

Kandungan bahan organik tanah merupakan indikator penting dalam

mengevaluasi kesuburan tanah karena dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara serta

menurunkan keracunan Al dan Fe, memperbaiki struktur tanah, kemampuan tanah

menahan air, dapat menyediakan energi yang diperlukan oleh mikribiologi tanah.

Kandungan C-organik di dalam tanah mempunyai hubungan dengan

ketersediaan P bagi tanaman. Untuk mengatasi fiksasi P di dalam tanah dapat dilakukan

dengan memanfaatkan gugus aktif anion organik yang membentuk ikatan chelate

(kelasi) dengan aluminium. Semakin banyak gugus karboksil atau fenolik yang

terkandung dalam bahan organik akan semakin besar kemampuan bahan organik untuk

melepaskan ikatan AlHPO4, sehingga unsur P lebih tersedia bagi tanaman (Mengel dan

Kirkby, 1987).

Bagian serat dari bahan organik dapat memperbaiki granulasi

tanah/pembentukan agregat tanah yang berperan penting dalam memperbaiki

permeabilitas dan peredaran udara (aerasi) tanah. Sebagai fungsi kimia, bahan organik

dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah yang penting untuk memegang

pupuk anorganik yang diberikan dan daya sangga (buffer) tanah sehingga tanaman dapat

terhindar dari tekanan kemasaman tanah. Selain itu, pengunaan bahan organik dapat

menambah ketersediaan beberapa unsur hara dan meningkatkan efisiensi penyerapan P

oleh tanaman karena dalam proses dekomposisi bahan organik dapat dihasilkan asam

humat dan asam fulfat yang bersifat polielektrolit dalam mengikat Al dan Fe.

2.1.2. Pengelolaan Bahan Organik

Berbagai alternatif pengelolaan bahan organik sudah banyak dilaporkan dalam

laporan hasil penelitian, akan tetapi penerapannya di lapangan masih terbatas. Teknik

yang telah banyak dipromosikan adalah sistem pertanaman lorong (alley cropping),

rotasi tanaman dengan tanaman penutup tanah (van Noordwijk et al., 1998 dan Wigena

et al., 1988 Dalam Agus et al., 1999), penggunaan pupuk kandang, kompos serta pupuk

hijau (Agus, 1999).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pertanaman lorong (alley

cropping), rotasi tanaman dengan tanaman penutup tanah sangat efektif mengendalikan

Page 20: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

9

erosi. Di Filipina, Alley cropping dapat menurunkan erosi sebanyak 69%, yang terdiri

atas 48% disebabkan oleh pengaruh penutupan tanah oleh mulsa, 8% disebabkan oleh

perubahan profil tanah dan 4% oleh penanaman secara kontour (Hawkins et al., 1990

Dalam Haryati, 2002). Di Indonesia sistem ini sudah diyakini efektif mengendalikan

erosi dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman serta dapat diadopsi oleh

petani di lahan kering. Namun demikian, petani hanya mengenal pemberian bahan

organik dalam bentuk pupuk kandang yang ketersediaannya (in situ) sangat terbatas.

Berdasarkan kepada kenyataan tersebut, diperlukan perubahan strategi penambahan

pupuk kandang ke lahan kering, yaitu pemberian secara bertahap disesuaikan dengan

ketersediannya secara in situ serta mengintegrasikan ternak ruminansia sebagai

penghasil pupuk kandang dalam pengelolaan lahan kering masam (crop-livestock

systems).

Sumber bahan organik in situ yang tersedia di lahan kering masam adalah

sisa/residu panen, namun petani belum menyadari pentingnya keberadaan bahan organik

di dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dengan meningkatnya

kandungan bahan organik di dalam tanah, total N, mineralisasi N, P terlarut, K dapat

tukar, serapan N oleh tanaman dan kandungan air tanah meningkat (Stanford et al.,

1973).

Pengaruh penggunaan bahan organik pada tanah kering masam telah banyak

diteliti dan memberikan efek positif terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

Tetapi perbaikan kandungan bahan organik tanah memerlukan waktu relatif lama jika

hanya bertumpu pada residu/sisa panen, oleh karena itu, di perlukan penambahan

sumber bahan organik yang berasal dari pupuk kandang/ternak, kompos, dan biomas

tanaman lainnya yng tersedia in situ secara berkelanjutan.

Bahan organik dapat disediakan di kebun melalui teknik pertanaman lorong,

yaitu menanami sebagian lahan dengan tanaman leguminosa perdu dalam barisan atau

pagar. Secara periodik, tanaman tersebut dipotong atau dipangkas dan pangkasannya

digunakan sebagai mulsa atau pupuk hijau. Lahan di antara tanaman pagar dapat

ditanami tanaman pangan. Pertanaman lorong dengan tanaman pagar dapat

meningkatkan produktivitas lahan karena: (1) menghasilkan mulsa, (2) mendaur hara

dari lapisan bawah ke lapisan atas, (3) menekan pertumbuhan gulma, 4) mencegah

erosi, dan (5) menurunkan aliran permukaan. Tanaman pagar Flemingia congesta yang

Page 21: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

10

ditanam dengan per bandingan lahan 1:10 terhadap tanaman pangan dapat memenuhi

kebutuhan pupuk hijau untuk tanaman pangan. Penggunaan bahan hijauan Gliricidia

sepium atau Flemingia congesta 2 ton berat kering atau 10-15 ton berat basah per hektar

dapat menyumbang 50 kg N , 4 kg P, dan 30 kg K/ha. Bila tanaman membutuhkan N 50

kg, P 20 kg, dan K 60 kg/ha maka pupuk hijau tersebut dapat memenuhi sebagian dari

hara yang dibutuhkan tanaman. Pemanfaatan bahan hijauan sebagai mulsa dari tanaman

legum yang dipangkas 2-3 bulan sekali dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah,

serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Hartatik, 2007).

Kandungan bahan organik tanah mempunyai korelasi positif dengan

kemampuan tanah menahan air. Semakin besar kandungan bahan organik tanah (>2 %)

akan semakin besar pula kandungan air di dalam lapisan olah tanah sehingga tanaman

tidak mengalami stress air.

2.1.3. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah

tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman

dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang

bersangkutan. Soemarwoto (1975). Sementara menurut Danoesastro,1978 Hubungan

fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya,

hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika.

Lahan pekarangan yang dikelola secara optimal dapat memberikan manfaat bagi

rumah tangga dan keluarga yang mengelolanya. Hal ini dapat terlihat dari beragam

fungsi dasar pekarangan yaitu menjadi warung hidup, bank hidup, apotik hidup serta

fungsi keindahan. Lahan pekarangan yang dikelola dengan baik dapat memberikan

manfaat antara lain adanya peningkatan gizi keluarga, tambahan pendapatan keluarga,

lingkungan rumah asri, teratur, indah dan nyaman. Semakin beragam tanaman pangan

atau tanaman obat keluarga (toga) yang dikembangkan serta semakin banyak

ternak/ikan yang dibudidayakan, maka diharapkan rumah tangga/keluarga yang

mengelola, kehidupannya akan menjadi semakin sejahtera. Lahan pekarangan yang

sempit pun dapat ditata dengan baik dengan diciptakan tabulapot (tanaman bumbu

dalam pot), kolam ikan dengan ukuran mini, dll sehingga halaman asri, teratur, indah

dan nyaman tentunya dengan biaya dan murah dapat memenuhi kebutuhan keluarga

(Ginting, 2011).

Page 22: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

11

Dalam jangka pendek pemanfaatan pekarangan sebagai sumber gizi keluarga

yang dikelola secara baik diharapkan dapat meningkatkan konsumsi pangan dan gizi

bagi rumah tangga/keluarga, sedangkan untuk jangka panjang diharapkan masyarakat

yang mengelola pekarangan dapat hidup lebih sejahtera.

Danoesastro (1977) sampai pada kesimpulan bahwa bagi masyarakat pedesaan,

pekarangan dapat dipandang sebagai “lumbung hidup” yang tiap tahun diperlukan untuk

mengatasi paceklik, dan sekaligus juga merupakan “terugval basis” atau pangkalan

induk yang sewaktu-waktu dapat diambil manfaatnya apabila usahatani di sawah atau

tegalan mengalami bencana atau kegagalan akibat serangan hama/penyakit, banjir,

kekeringan dan bencana alam yang lain.

Model kawasan rumah pangan lestari (MKRPL) merupakan suatu model

kawasan dengan rumah tangga yang telah menerapkan Rumah Pangan Lestari (RPL)

dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Oleh

karena itu, pemanfaatan pekarangan tidak hanya sekedar menanami, tetapi ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, mengembangkan ekonomi produktif, dan

menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat. Dalam pelaksanaanya, pekarangan

dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan

tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan dilengkapi dengan

pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. Setelah kebutuhan rumah tangga

terpenuhi, selanjutnya dapat dikembangkan pemasaran dan pengolahan menjadi aneka

produk untuk meningkatkan pendapatan keluarga (Prabawati , 2011 dan Anonim, 2011).

Lebih lanjut Prabawati (2011) menjelaskan bahwa penataan tanaman, kandang,

kolam, pembuatan pagar hidup dengan memilih tanaman yang bermanfaat dan disusun

bertingkat sesuai ketinggiannya merupakan bagian yang penting untuk mendapatkan

manfaat optimal dari pekarangan dengan tetap mengindahkan estetika. Penataan satu

RPL sesuai dengan luas pekarangan telah diselesaikan, dapat dilanjutkan dengan

penataan kawasannya sehingga mewujudkan KRPL. Untuk itu perhatian ditujukan pada

pemanfaatan lahan kosong dan dapat juga di sekitar fasilitas umum (sekolah, kantor,

tempat ibadah, pos keamanan) dengan tanaman buah (lokal atau langka) atau tanaman

tahunan lain yang memberi manfaat seperti pohon salam, melinjo, dan lainnya.

Pemanfaatan ruas jalan dapat diisi dengan tanaman buah, atau tanaman pakan ternak

Page 23: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

12

seperti glirisidea, dadap, kaliandra yang disusun multi strata dengan nenas, sereh, atau

tanaman pendek lainnya.

Agar pemanfaatan pekarangan di suatu kawasan terus berlanjut atau lestari

sehingga menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari, maka dalam satu dusun/desa

ditumbuhkan kebun bibit desa (untuk sayuran, tanaman pangan) pengolahan limbah

menjadi kompos, pengolahan hasil panen yang berlebih dan lembaga pemasaran yang

dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Jika manfaat langsung dirasakan masyarakat,

maka pemanfaatan pekarangan dapat menjadi budaya sekaligus memberikan sumbangan

pada ketahanan pangan nasional (Anonim, 2011).

Sisi lain dari program KRPL adalah berlangsungnya pemanfatan sumberdaya

pangan lokal, berkembangnya kuliner berbasis pangan lokal, dan secara tidak langsung

ikut serta mengelola dan memelihara sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal

(bermacam-macam ubi, buah langka, sayuran, kacang-kacangan, tanaman obat).

2.2. Diseminasi Teknologi Pengelolaan Lahan Masam

Pengelolaan lahan masam untuk meningkatkan produktivitas > 20% ditampikan

dalam bentuk sederhana karena merupakan salah satu cara yang efektif dalam

menginformasikan dan mendesiminasikan hasil penelitian kepada petani.

Wiraatmaja (1987) mengemukakan bahwa peningkatan peniruan oleh petani

merupakan salah satu cara dalam mempercepat proses difusi teknologi tetapi

memerlukan keterkaitan antara penelitian (peneliti) dan pengembangan (penyuluh)

dengan proses adopsi teknologi. Proses adopsi teknologi oleh petani lain yang enggan

menanggung resiko kegagalan diharapkan dapat berlangsung melalui proses difusi

setelah melihat dan mengunjungi obyek penelitian ini.

Melalui kunjungan lapang petani dan penyuluh/Pemda yang akan dilakukan

menjelang panen musim I (bulan Maret - April 2010) akan menyebabkan tingkat

keingintahuan petani terhadap teknologi pengelolaan lahan kering masam meningkat

serta petani akan mengaplikasikan di lahannya.

Page 24: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

13

III. METODOLOGI

3.1. Pendekatan/Kerangka Pemikiran

Inovasi teknologi kesuburan tanah, konservasi, rehabilitasi dan reklamasi lahan

serta biologi tanah yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanah perlu ditampilkan

dalam bentuk yang mudah diterima oleh pengguna/petani. Pengembangan inovasi

teknologi pengelolaan lahan kering masam untuk meningkatkan produktivitas > 20%

dan model kawasan rumah pangan lestari akan dilakukan secara bertahap disesuaikan

dengan kemajuan teknologi hasil penelitian. Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah

untuk mempercepat adopsi teknologi pengelolaan lahan kering masam dan terbentuknya

kawasan rumah pangan lestari, sehingga lokasi show windows inovasi teknologi

pengelolaan lahan kering masam merupakan sarana komunikasi, evaluasi dan diskusi

antara petani, penyuluh, peneliti dan pengambil kebijakan melalui kegiatan kunjungan

lapang. Respons dari setiap stake holders merupakan feed back yang akan digunakan

untuk menyempurnakan teknologi sehingga secara teknis dapat dilakukan, secara

ekonomis menguntungkan dan secara sosial dapat diterima oleh pengguna serta tidak

membahayakan lingkungan

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Pengembangan inovasi teknologi pengelolaan lahan kering masam untuk

meningkatkan produktivitas > 20% dan model kawasan rumah pangan lestari

merupakan teknologi sistem usahatani terapan yang dikemas/disajikan dengan

menggunakan komoditas tanaman pangan (padi dan palawija), hijauan pakan,

leguminosa, tanaman buah, tanaman sayur, tanaman rempah dan tanaman obat.

Pada T.A 2011 terdapat 2 unit kegiatan yang meliputi:

1. Peragaan inovasi teknologi lahan kering masam

a) Inovasi teknologi sistem pertanaman lorong/alley cropping (Lanjutan).

Teknologi pertanaman lorong menggunakan tanaman leguminosa merupakan

teknologi alternatif penyedia sumber bahan organik in situ untuk memelihara

produktivitas tanah. Tanaman leguminosa dipangkas pada interval waktu

tertentu merupakan sumber bahan organik tanah atau sumber hijauan pakan

ternak ruminansia, dimana pupuk kandang yang dihasilkan dikembalikan ke

dalam tanah.

Page 25: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

14

b) Inovasi teknologi pengelolaan pupuk kandang untuk memelihara keberlanjutan

produktivitas tanah (Lanjutan),

c) Inovasi teknologi rehabilitasi lahan dengan menggunakan tanaman penutup

tanah (cover crops) (Lanjutan),

d) Koleksi tanaman legum semak/perdu dan cover crops di Kebun Percobaan

Taman Bogo (Lanjutan), dan

e) Inovasi teknologi pemupukan lahan kering (Baru)

2. Model kawasan rumah pangan lestari

Teknologi pengelolaan lahan kering masam dan model kawasan rumah pangan

lestari yang didemontrasikan merupakan teknologi unggulan yang ditampilkan dalam

bentuk sederhana, oleh karena itu, lokasinya diletakan pada tempat strategis yang

mudah dilihat dan dikunjungi oleh petani. Lokasi tersebut merupakan tempat diskusi

dan konsultasi antara peneliti dengan penyuluh, penyuluh dengan petani, antar peneliti,

penyuluh, petani dan para pengambil kebijakan daerah yang terkait dalam program

pengembangan pertanian. Dengan melakukan temu/kunjungan lapang yang diikuti oleh

petani dan penyuluh/Pemda, diharapkan proses adopsi teknologi pengelolaan lahan

kering masam di lahan petani dan model kawasan rumah pangan lestari dapat

berlangsung secara difusi melalui proses peniruan.

3.3. Bahan dan Metode Penelitian

Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah benih jagung, benih

sayur, bibit rempah, bibit/stek obat-obatan, ubi kayu, biji/stek tanaman legum, pupuk

urea, SP-36, KCl, pupuk kandang, pembenah tanah, pupuk organik, pupuk hayati,

pestisida, fungisida, herbisida, bambu, tali rapia, manila karton, spidol, kantong kertas,

karung goni, pipa paralon, ember plastik, polybag, kayu kaso, paku, terpal palstik,

bahan kimia untuk analisis kimia di laboratorium, dan lain-lain. Jika ketersediaan

pupuk tunggal urea, SP-36 dan KCl di pasaran sulit maka akan menggunakan pupuk

majemuk yang didasarkan kepada kandungan unsur hara makro yang diperlukan.

Peralatan yang diperlukan adalah bor tanah, meteran 50 m, mistar, counter,

pompa air, ring sample, mangkok aluminium, oven, kompor, timbangan, arit, cangkul,

gergaji, martil/palu alat tulis kantor dan lain-lain. Penempatan lokasi Demplot di KP

Taman Bogo tertera pada Gambar 1.

Page 26: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

Gambar 1. Tata letak Demplot Pengelolaan Lahan masam di KP Taman Bogo

IRIGA SI LK

PERUMAH AN

KANTOR

KANDANG

Kandang sapi4

1

2

3

1

4

3 4

5

Page 27: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

16

Pelaksanaan inovasi Teknologi pengelolaan lahan kering masam dilakukan pada

musim tanam I (MT I/musim hujan) dan MT II/musim kemarau di KP Taman Bogo,

Lampung Timur pada T.A. 2011. Kegiatan terdiri dari :

1. Inovasi teknologi sistem pertanaman lorong/alley cropping (Lanjutan).

2. Inovasi teknologi pengelolaan pupuk kandang di lahan kering masam (Lanjutan)

3. Inovasi teknologi rehabilitasi lahan dengan penutup tanah (cover crops) (Lanjutan)

4. Koleksi tanaman legum semak/perdu dan cover crops di Kebun Percobaan Taman

Bogo sebagai sumber benih/bibit (Lanjutan).

5. Inovasi teknologi pemupukan pada lahan kering (Baru)

Sedangkan untuk pelaksanaan model kawasan rumah pangan lestari dilakukan

dipakarangan rumah pegawai KP Taman Bogo (kompleks perumahan dinas KP Taman

Bogo Balai Penelitian Tanah).

1. Inovasi Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Masam

a. Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley cropping pada Jagung -/- Ubi Kayu (MT I dan MT II) (Lanjutan)

Lahan yang digunakan seluas + 6.000 m2. Tanaman alley cropping

menggunakan a). Flemingia congesta, b). Leucaena glauca/Lamtoro, c). Glirisidia

sepium dan d). Strip rumput Setaria splendida dan Panicum maximum.

Tanaman legum Flemingia congesta ditanam dengan jarak tanam 400 cm x

30 cm sedangkan Leucaena glauca/Lamtoro dan Gliricidia sepium dengan jarak

tanam 700 cm x 30 cm. Strip rumput ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm

sebanyak 2-3 baris/strip dan jarak antar strip antara 7-10 m. Legum dan rumput

dipangkas pada MT I (musim hujan) dengan interval 1-2 bulan sekali dan pada MT

II (musim kemarau) dengan interval 2-3 bulan sekali disesuaikan dengan

pertumbuhan tanaman.

Setelah tanaman legum dipangkas, dipupuk dengan pupuk tunggal dengan

dosis 100 g urea/m2, 100 g SP-36/m2 dan 50 g KCl/m2. Hasil pangkasan tanaman

legum disebarkan di atas permukaan tanah sebagai mulsa dan pangkasan rumput

digunakan sebagai pakan ternak. Setelah rumput dipangkas, dipupuk dengan 100 g

urea/m2.

Di antara barisan/alley ditanami tanaman Jagung hibrida. Pemupukan

jagung menggunakan dosis masing-masing 300 kg urea/ha, 175 kg SP-36/ha, 100 kg

Page 28: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

17

KCl/ha. Sedangkan tanaman ubi kayu (Manihot utilisima L.) varietas Kasesart

disisipkan di antara tanaman jagung dengan jarak tanam 75 cm x 50 cm pada saat

jagung berumur 15 HST. Pengamatan dilakukan terhadap berat biomass segar

setiap pemangkasan, pertumbuhan dan hasil jagung dan ubi kayu (tinggi tanaman

pada umur 30 HST dan 60 HST, berat biomass, hasil pipilan kering pada kadar air

14 % serta berat ubi segar) serta sifat kimia tanah (N total, P tersedia, K potensial,

C-organik, pH, KTK, KB, kejenuhan Al serta K, Na, Ca dan Mg dapat ditukar) dan

sifat fisika tanah (BD, RPT, pori drainase, Air tersedia, Permeabilitas) yang

dilakukan sebelum dan sesudah panen. Analisis data dilakukan secara tabulatif.

b. Inovasi Teknologi Pengelolaan Pupuk Kandang pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu (MT I dan MT II) (Lanjutan)

Lahan yang digunakan seluas + 900 m2 dengan perlakuan a). Pupuk kandang

dengan dosis 10 t/ha, dan b). Tanpa pupuk kandang. Tanaman indikator

menggunakan jagung (Zea mays L.) varietas hibrida dengan jarak tanam 75 cm x 25

cm, dengan 1 tanaman/lubang. Ubi kayu (Manihot utilisima L.) varietas Kasesart

disisipkan di antara tanaman jagung dengan jarak tanam 75 cm x 50 cm ketika

jagung berumur 15 HST.

Tanaman jagung dipupuk dengan dosis masing-masing 300 kg urea/ha, 175

kg SP-36/ha, 100 kg KCl/ha. Pengamatan dilakukan terhadap parameter sifat

kimia tanah (N total, P tersedia, K potensial, C-organik, pH, KTK, KB, kejenuhan

Al serta K, Na, Ca dan Mg dapat ditukar) dan sifat fisika tanah (BD, RPT, pori

drainase, Air tersedia, Permeabilitas ) sebelum tanam dan sesudah panen, analisis

pupuk kandang, tinggi tanaman pada umur 30 HST dan 60 HST, berat biomass,

hasil pipilan kering pada kadar air 14 % serta berat ubi segar. Analisis data

dilakukan secara tabulatif.

c. Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah (cover crops) (Lanjutan)

Teknologi rehabilitasi lahan kering masam menggunakan lahan seluas 500-

1.000 m2 dengan perlakuan : 1). Legum penutup tanah Velvet bean - jagung -

velvet bean, 2). Jagung – Jagung - Velvet bean, dan 3). Velvet bean – Velvet Bean

– Jagung. Velvet bean dipupuk dengan dosis 50 kg urea/ha, 50 kg SP-36/ha dan 25

Page 29: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

18

kg KCl/ha sedangkan jagung dipupuk dengan dosis 300 kg urea/ha, 175 kg SP-

36/ha, 100 kg KCl/ha.

Tanaman velvet bean dipangkas pada umur 2 bulan dan hasil pangkasannya

digunakan sebagai mulsa. Pengamatan dilakukan terhadap parameter sifat kimia

tanah (N-total, P tersedia, K potensial, C-organik, pH, KTK, KB, kejenuhan Al serta

K, Na, Ca dan Mg dapat ditukar) dan sifat fisika tanah (BD, RPT, pori drainase, Air

tersedia, Permeabilitas ) sebelum tanam dan sesudah panen, biomass hasil

pangkasan, tinggi legum umur 30 HST, tinggi tanaman jagung pada umur 30 HST

dan 60 HST, hasil pipilan kering pada kadar air 14 %. Analisis data dilakukan

secara tabulatif.

d. Penataan dan Koleksi Tanaman Legum Semak/Perdu dan Cover Crops di

Kebun Percobaan Taman Bogo (Lanjutan)

Penataan tanaman legum semak/perdu ditujukan sebagai sumber benih,

pembatas kebun dan pagar keliling kebun serta mengisi areal yang tidak

digunakan untuk penelitian. Jenis legum semak/perdu yang digunakan terdiri dari

Gliricidia sepium, Flemingia congesta, Caliandra, Crotalaria dan Theprosia.

Sedangkan jenis legum penutup tanah terdiri dari Mucuna, Arachis pintoii,

Styllosantes goyanensis dan velvet bean. Pemupukan tanaman legum

menggunakan dosis masing-masing 33 kg urea/ha + 40 kg SP-36/ha dan 25 kg

KCl/ha.

Tanaman legum semak/perdu dipangkas secara periodik dan biomass hasil

pangkasan digunakan sebagai mulsa untuk memperbaiki produktivitas tanah.

Pengamatan dilakukan terhadap berat biomass hasil pangkasan dan benih.

e. Inovasi Teknologi Pemupukan Pada Lahan Kering Masam pada Tanaman Jagung (MTI dan MT II ) (Baru)

Inovasi pemupukan lahan kering masam menggunakan lahan seluas 1500 m2

dengan perlakuan: 1) NPK rekomendasi petani, 2) NPK rekomendasi PUTK, 3) ¾

NPK rekomendasi PUTK + Pembenah tanah 1,5 t/ha, 4) ¾ NPK rekomendasi PUTK

+ Pupuk organik 2 t/ha dan 5) ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Hayati 4

bungkus/ha. Pembenah tanah, pupuk organik dan pupuk hayati yang digunakan

adalah produk dari Balai Penelitian Tanah. Pemupukan tanaman jagung

Page 30: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

19

menggunakan pupuk anorganik NPK dengan dosis masing-masing 300 kg urea/ha,

250 kg SP-36/ha, 75 kg KCl/ha.

Pengamatan dilakukan terhadap parameter sifat kimia tanah (N-total, P

tersedia, K potensial, C-organik, pH, KTK, KB, kejenuhan Al serta K, Na, Ca dan

Mg dapat ditukar) dan sifat fisika tanah (BD, RPT, pori drainase, Air tersedia,

Permeabilitas ) sebelum tanam dan sesudah panen, tinggi tanaman umur 30 HST

dan 60 HST, hasil pipilan kering pada kadar air 14 %. Analisis data dilakukan

secara tabulatif.

2. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

a. Waktu dan tempat

Model kawasan rumah pangan lestari dilaksanakan pada bulan Juni

2011, di komplek perumahan dinas Kebun Percobaan Taman Bogo Balai

Penelitian Tanah, Desa Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten

Lampung Timur.

b. Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

1. Penataan Lahan Pekarangan

Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman produktif seperti tanaman

holtikultura (tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias),

rempah-rempah, obat-obatan, bumbu-bumbuan dan lainnya akan

memberikan keuntungan yang berlipat ganda, jika ditata dan dipelihara

dengan baik,

Mengingat pemanfaatan pekarangan mempunyai banyak fungsi

terutama dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi

keluarga serta peningkatan pendapatan keluarga (dipasarkan jika terdapat

hasil lebih) maka penataan tanaman pada KRPL perlu dikembangkan secara

intensif yang didasarkan pada prinsip konservasi dan diversifikasi pangan.

Penataan Model kawasan rumah pangan lestari di KP Taman Bogo

dilaksanakan berdasarkan luas dari masing-masing pekarangan rumah.

2. Perlakuan

Beberapa perlakuan yang akan terapkan dalam Model kawasan

rumah pangan lestari yaitu: blok pembuatan kompos, blok kolam ikan, blok

Page 31: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

20

kandang ternak, blok sayuran (dengan sistem perbedaan waktu

tanam/berjenjang (masa tanam) untuk menjamin kontinyunitas

ketersediaannya), blok tanaman rempah dan obat, blok tanaman pagar

hidup, blok tanaman buah-buahan, dan blok pembibitan. perlakuan tersebut

pelaksanaannya akan disesuaikan dengan luasan dari masing-masing

pekarangan.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan menghitung dan mencatat besaran input

dan output dari masing-masing perlakuan yang diterapkan dalam model

kawasan rumah pangan lestari yang meliputi:

1. Blok pembuatan kompos meliputi: (bahan, lokal, volume, interval waktu,

dan pemanfaatan (digunakan sendiri/jual)

2. Blok kolam ikan meliputi: jenis ikan, ukuran benih, pakan, interval panen,

hasil, dan pemanfaatan (konsumsi/jual)

3. Blok kandang ternak: jenis ternak, jumlah ternak, pakan, hasil (telur/daging),

dan pemanfaatan (konsumsi/jual)

4. Blok tanaman sayur: sistem tanam (vertikultur/pot/bedeng), jenis tanaman,

interval waktu tanam, hasil (jumlah), dan pemanfaatan (konsumsi/jual)

5. Blok tanaman rempah dan obat: sistem tanam (vertikultur/pot), jenis

tanaman, hasil (jumlah), dan pemanfaatan (konsumsi/jual)

6. Blok tanaman buah: sistem tanam (vertikultur/pot), jenis tanaman, hasil

(jumlah), dan pemanfaatan (konsumsi/jual)

7. Blok tanaman pagar hidup: Panjang blok, sistem tanam, jenis tanaman, hasil

(jumlah), dan emanfaatan (konsumsi/jual)

8. Blok Pembibitan: Luas blok, sistem tanam, jenis tanaman, hasil (jumlah),

dan pemanfaatan (pakai sendiri/jual)

d. Analisis data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan dilakukan pengumpulan

data usahatani untuk menghitung analisa finansial

Page 32: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

21

3. Kunjungan lapang

Temu lapang dilakukan pada saat pertanaman di KP Taman Bogo dalam

kondisi pertumbuhan optimal dengan cara mengundang petani/kontak tani, PPL dan

Dinas Pertanian setempat untuk mengevaluasi dan mendiskusikan penampilan

teknologi di lapangan dan penggunaan Mdec dan DSA. Respons petani terhadap

teknologi yang ditampilkan merupakan feed back yang akan dipertimbangkan dalam

proses penyempurnaan teknologi pengelolaan lahan kering masam tahun berikutnya

3.4. Analisis Risiko

Analisis Risiko pelaksanaan inovasi Teknologi pengelolaan lahan kering masam

di KP. Taman Bobo T.A. 2011 ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis risiko pelaksanaan inovasi Teknologi pengelolaan lahan kering masam di KP. Taman Bogo, Lampung Timur

No Tahapan produksi Risiko Faktor yang mempengaruhi

1. Persiapan Lahan Pengolahan tanah yang tidak sesuai dengan waktu yang sudah dijadwalkan

- Kesiapan alat pengolahan tanah

- Iklim (cuaca yang tidak menentu)

2.

Penanaman

- Daya Tumbuh bibit yang rendah

- Benih tidak sesuai dengan keterangan yang ada di label benih (Kadaluarsa)

- Tidak seragamnya tanaman pada masa vegetatif dan generatif

- Waktu tanam bibit yang melebihi batas waktu yang berlaku di label

- Curah hujan yang tinggi,menggenangi lahan saat waktu tanam

- Iklim/ kurangnya air pada tanaman

- Kandungan Al yang tinggi pada salah satu bagian lahan

- Residu kapur dan bahan organik pada salah satu bagian lahan

3.

Pemupukan

Kurang maksimalnya daya tumbuh tanaman yang sudah dipupuk

- Kandungan dosis yang tidak sesuai dengan label

- Kemungkinan adanya pupuk palsu yang beredar di pasaran

4.

Pemeliharaan

Penurunan hasil

- Persaingan antara tanaman dan gulma

- Serangan hama dan penyakit: Lalat bibit,tikus, semut, penggerek batang, ulat, burung, hawar daun, neck blast, dan penyakit karat

Page 33: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

22

5. Panen Hasil panen yang rusak Tanaman yang di panen prematur atau di panen sebelum/sesudah waktunya, karna faktor iklim atau serangan hama (tikus)

6. Pasca Panen Hasil panen yang rusak/ tumbuh kecambah

Iklim/ cuaca yang tak menentu pada saat prosesing

7. Penyimpanan Hasil panen berkurang jumlahnya

hama gudang: tikus

8. Pemasaran Harga yang tidak sesuai - Adanya panen raya - Kualitas dan kuantitas hasil

panen yang menurun

Page 34: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Inovasi Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Masam

a. Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley cropping pada Jagung -/- Ubi Kayu (MT I dan MT II)

Hasil analisis sifat kimia dan fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada sistem

pertanaman lorong ditunjukkan pada pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley Cropping pada tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011.

Jenis Analisis Satuan Alley Flemingia Alley Lamtoro,

Gliricidia, RumputSebelum Setelah Sebelum Setelah

pH (1:5) H2O 4,63 4,34 4,49 4,31 KCl 3,91 3,87 3,87 3,86 Bahan Organik C % 1,01 1,49 0,82 1,33 N % 0,08 0,10 0,07 0,11 C/N 12 15 12 12 P2O5 Eks. HCl 25% Mg/100g 54,2 51,64 34,4 31,30 K2O Eks. HCl 25% Mg/100g 17 2,95 17 2,66 P2O5 Bray 1 ppm P 28 52,51 28 29,55 Ekstrak Amonium Asetat (CH3COONH4) 1 M pH 7

K cmol/100g 0,02 0,09 0,04 0,07 Ca cmol/100g 0,51 1,77 1,22 1,13 Mg cmol/100g 0,10 0,34 0,11 0,19 Na cmol/100g 0,02 0,15 0,30 0,04 Jumlah cmol/100g 0,66 2,36 1,66 1,44 KTK cmol/100g 5,88 5,71 4,26 5,05 KB % 11 41 39 28 Ekstrak KCl 1 M Al cmol /kg 2,08 1,77 1,87 1,82 H cmol /kg 0,08 0,16 0,20 0,11

Keterangan : Dianalisis di Laboratorium Kimia Tanah, Balai Penelitian Tanah

Hasil analisis kimia tanah menunjukkan reaksi tanah yang masam dan sangat

masam, baik pada sistem pertanaman lorong dengan Flemingia maupun dengan

Lamtoro, Gliricidia dan strip rumput. Kandungan C-organik dan N-total tanah pada

sistem pertanaman lorong Flemingia tergolong rendah sedangkan pada sistem

Page 35: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

24

pertanaman lorong Lamtoro, Gliricidia dan strip rumput tergolong rendah, C/N rasio

pada kedua sistem pertanaman tergolong sedang. Kandungan P-potensial (HCl 25%)

pada sistem pertanaman lorong Flemingia tergolong tinggi dan pada Lamtoro,

Gliricidia, rumput tergolong sedang, sedangkan kandungan P-tersedia (Bray 1) pada

kedua sistem pertanaman tergolong sangat tinggi.

Tabel 3. Hasil analisis fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley Cropping pada tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011.

Sifat Fisika Tanah Alley Flemingia Lamtoro, Gliricidia, strip rumput

Sebelum Setelah Sebelum Setelah Buk Desity/BD (g/cc) 1,22 1,44 1.26 1,41 Ruang pori total (% vol) 51,3 40,7 49,29 42,9 Kandungan air (% vol) pF1 31,8 38,3 34,69 39,2 pF2 26,5 37,0 31,45 33,0 pF2,54 20,3 31,7 25,76 28,8 pF4,2 13,9 21,9 18,10 19,9 Pori drainase (% vol) Cepat 24.8 3,7 17,8 10,0 Lambat 6,3 5,3 5,68 4,2 Air tersedia (% vol) 6,4 9,7 7,66 8,9 Permeabilitas (cm/jam) 2,83 1,0 2,51 1,8

Keterangan : Dianalisis di Laboratorium Fisika Balai Penelitian Tanah

Hasil analisis fisika tanah setelah tanam pada sistem alley cropping dengan

Flemingia cenderung mengalami perbaikan bila dibandingkan dengan sistem petanaman

lorong dengan Lamtoro, Gliricidia dan strip rumput karena biomas yang kembali ke

lahan belum memadai bahkan Lamtoro masih belum dapat menghasilkan biomas yang

cukup dan pangkasan rumput tidak dikembalikan ke tanah.

Perbaikan sifat fisika tanah Ultisol yang telah mengalami degradasi tersebut

relatif kecil sehingga pengaruhnya terhadap hasil tanaman dalam jangka pendek belum

menunjukan hasil yang baik dan konsisten. Berat biomass segar hasil pangkasan

Flemingia congesta, Gliricidia sepium dan rumput berfluktuasi setiap bulan dengan

produksi biomass meningkat sampai bulan Maret 2011 untuk tanaman Flemingia dan

sampai bulan Mei 2011 untuk strip Setaria splendida dan Panium maximum (Tabel 4).

Page 36: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

25

Tabel 4. Berat segar biomass Flemingia congesta, Gliricidia sepium serta strip rumput Setaria splendida, Panicum maximum dan Lamtoro pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/alley cropping pada tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011

Bulan

Berat Segar Biomass (kg/m lari)

Flemingia congesta

Gliricidia sepium

Strip Setaria splendida

Strip Panium

maximum

Lamtoro

Januari 2.59 3,21 3 3,13 1,71 Februari 0 0 0 0 0 Maret 2.88 0 2,63 2,94 0 April 0 3,46 0 0 1,88 Mei 2,23 0 3,79 4,04 0 Juni 0 0 0 0 0 Juli 2.28 3,00 3,29 3,17 1,67 Agustus 0 0 0 0 September 2.26 2,96 3,75 3,33 1,46 Oktober 0 0 0 0 November 2,19 2,40 3,61 3,52 0 Desember 0 0 0 0 0

Strip rumput Setaria splendida dan Panicum maximum memberikan kontribusi

terhadap persediaan sumber hijauan pakan. Pertumbuhan jagung berupa tinggi

tanaman 30 HST dan panen serta umur berbunga 50 % tertera pada Tabel 5, sedangkan

komponen produksi diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 5. Tinggi tanaman dan umur berbunga 50 % jagung Hibrida P27 pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley Cropping pada tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Umur 50%

berbunga 30 HST Panen

Flemingia congesta 94,8 201,18 56,37 Gliricidia sepium 80,48 178,38 55,40 Leucaena glauca 74,33 154,38 54,38 Setaria splendid 71,28 179,6 54,28 Panikum maximum 69,93 168,38 54,00

Page 37: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

26

Tabel 6. Berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomas panen jagung hibrida P27 pada inovasi teknologi sistem pertanaman lorong/alley cropping di KP Taman Bogo, MT 2011.

Perlakuan Berat 100

butir (g)

Berat Pipilan kering (t/ ha)

Berat Biomas (t/ha)

Basah Kering

Flemingia congesta 24,89 3,05 8,16 2,91 Gliricidia sepium 24,12 2,72 7,97 2,43 Leucaena glauca 23,00 2,23 7,46 2,11 Strip rumput 24,00 2,54 7,88 2.45

Tabel 7. Tinggi tanaman saat panen dan berat ubi segar pada inovasi teknologi

sistem pertanaman lorong/alley cropping di KP Taman Bogo, MT 2011.

Perlakuan Tinggi Tanaman Saat panen (cm)

Berat Ubi Segar (t/ha)

Flemingia congesta 164,20 22,13 Gliricidia sepium 140,63 20,85 Leucaena glauca 128,83 19,17 Strip rumput 135,30 21,48

b. Pengelolaan Inovasi Teknologi Penggunaan Pupuk Kandang pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu

Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari

kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisama kanan, dapat

menambah unsur hara dalam tanah (Sarief, 1989). Pemberian pupuk kandang selain

dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah.

Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain

kemantapan agregat,bobot volume, total ruang pori,plastisitas dan daya pegang air

(Soepardi, 1983).

Page 38: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

27

Tabel 8. Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Penggunaan Pupuk Kandang pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011

Jenis Analisis Satuan

Nilai Pupuk Kandang

10 t/ha Tanpa Pupuk

kandang Sebelum Setelah Sebelum Setelah

pH (1:5) H2O 4,47 4,32 4,30 4,21 KCl 3,79 3,90 3,85 3,85 Bahan Organik C % 0,63 0,83 0,57 0,89 N % 0,06 0,06 0,04 0,07 C/N 11 15 15 13 P2O5 Eks. HCl 25% mg/100g 17,2 18,97 13,8 19,97 K2O Eks. HCl 25% mg/100g 58 2,77 19 0,71 P2O5 Bray 1 ppm P 20 22,01 11 18,12 Ekstrak Amonium Asetat (CH3COONH4) 1 M pH 7

K cmol/kg 0,04 0,07 0,01 0,05 Ca cmol/kg 0,28 0,49 0,29 0,22 Mg cmol/kg 0,17 0,15 0,06 0,04 Na cmol/kg 0,12 0,02 0,24 0,02 Jumlah cmol/kg 0,61 0,73 0,60 0,33 KTK cmol/kg 2,81 2,77 3,14 2,77 KB % 22 26 19 12 Ekstrak KCl 1 M Al cmol/kg 1,47 1,10 1,90 1,64 H cmol/kg 0,29 0,28 0,16 0.16

Keterangan: Dianalisis di Laboratorium Kimia Tanah, Balai Peneitian Tanah

Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam menunjukkan bahwa

sebelum tanam pada perlakuan pupuk kandang 10 ton/ha menunjukkan tanah bereaksi

sangat masam (pH < 4,47), kandungan C-organik dan N-total tanah sangat rendah dan

C/N rasio sedang. Kandungan P potensial (HCl 25%) tergolong rendah, namun

ketersediaannya (P Bray 1) sangat tinggi serta K potensial (HCl 25%) sangat rendah.

Kation Ca dan Mg dapat tukar sangat rendah, kapasitas tukar kation (KTK) sangat

rendah dan kejenuhan basa (KB) yang tergolong rendah.

Page 39: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

28

Tabel 9. Hasil analisis fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Penggunaan Pupuk Kandang pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011

Sifat Fisika Tanah Status

Nilai

Pupuk Kandang 10 t/ha Tanpa Pupuk kandang

Sebelum Setelah Sebelum Setelah Bulk Density/BD (g/cc) 1,24 1,43 1,29 1,50 Ruang pori total (% vol) 51,9 39,4 48,2 39,8Kandungan air (% vol) pF1 31,4 35,8 32,5 32,8pF2 28,7 28,9 29,9 28,5 pF2,54 22,4 24,5 24,9 23,1pF4,2 12,6 12,4 15,5 12,0 Pori drainase (% vol) Cepat 23,2 10,5 18,3 11,3 Lambat 6,3 4,4 5,0 5,3 Air tersedia (% vol) 9,8 12,0 9,4 11,2 Permeabilitas (cm/jam) 2,23 4,9 1,67 1,60

Keterangan : Dianalisis di Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah

Bulk density/berat jenis (BD), RPT, air tersedia dan permeabilitas tanah setelah

tanam pada plot yang sebelumnya menggunakan 10 t/ha pupuk kandang relatif lebih

baik dibandingkan dengan plot tanpa pupuk kandang. Parameter pertumbuhan tanaman

dan komponen produksi dan produksi tanaman jagung Hibrida P27 tertera pada Tabel

10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Tinggi tanaman, umur berbunga 50% , berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomass kering panen jagung P27 pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Penggunaan Pupuk Kandang pada Tanaman Jagung -/- Ubi Kayu di KP Taman Bogo, MT 2011

Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm)

Umur Berbunga

50 % (hari)

Berat 100

butir (g)

Berat PPK (t/ha)

Berat Biomass Kering Panen

30 HST Panen

Pupuk Kandang 10 t/ha

96,37 185,03 55 24,13 6,33 7,30

Tanpa Pupuk Kandang

46,07 121,83 60 19,77 2,30 3,10

Page 40: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

29

Tabel 11. Tinggi tanaman saat panen dan berat ubi segar pada Demplot inovasi teknologi pengeloaan pupuk kandang di lahan kering masam di KP Taman Bogo, MT 2011

Perlakuan Tinggi Tan. Saat panen (cm)

Berat Ubi Segar (t/ha)

Pupuk Kandang 10 t/ha 225,17 27,82 Tanpa Pupuk Kandang 152,33 21,47

c. Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah

(cover crops)

Rahabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan

meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal. Baik

sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan

alam dan lingkungannya

Tabel 12. Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah (cover crops) di KP Taman bogo, MT 2011

Jenis Analisis Satuan Nilai Sebelum Setelah

pH (1:5) H2O 4,21 4,27 KCl 3,73 3,86 Bahan Organik C % 0,64 0,94 N % 0,06 0,08 C/N 11 12 P2O5 Eks. HCl 25% mg/100g 188 30,30 K2O Eks. HCl 25% mg/100g 25 3,31 P2O5 Bray 1 ppm P 24 35,23 Ekstrak Amonium Asetat (CH3COONH4) 1 M pH 7

K cmol/kg 0,03 0,08 Ca cmol/kg 0,57 0,94 Mg cmol/kg 0,14 0,27 Na cmol/kg 0,13 0,06Jumlah cmol/kg 0,61 1,35 KTK cmol/kg 4,21 3,43 KB % 25 39 Ekstrak KCl 1 M Al cmol/kg 1,84 1,07H cmol/kg 0,16 0,24

Keterangan : Dianalisis di Labratorium Kimia Balai Penelitian Tanah

Page 41: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

30

Tabel 13. Hasil analisis fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah (cover crops) di KP Taman bogo, MT 2011

Jenis Analisis Satuan Sebelum Setelah

Bulk Density/BD g/cc 1,31 1,48 Ruang pori total % vol. 48,7 39,5 Kandungan air % vol. pF1 32,0 33,8 pF2 28,4 28,1 pF2,54 22,1 23,3 pF4,2 13,2 15,7 Pori drainase % vol. Cepat 20,3 11,4 Lambat 6,3 4,9 Air tersedia % vol. 9,0 7,6 Permeabilitas cm/jam 6,44 4,0

Keterangan : Dianalisis di Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah

Penambahan bahan organik selain ditujukan untuk suplai unsur hara, juga dapat

memperbaiki kesuburan, sifat fisika dan biologi tanah. Sifat kimia tanah yang dianalisis

tahun sebelumnya (2010) menunjukan bahwa tanah kering masam di KP Tamanbogo

relatif tidak subur (Tabel 12), oleh karena itu diperlukan penambahan pupuk organik

dan pupuk anorganik.

Velvet bean yang dipangkas dan dikemblikan lagi ke tanah sebagai mulsa dan

pupuk hijau dapat memperbaiki sifat kimia tanah sehingga meningkatkan P-tersedia dan

K-potensial yang kemudian akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

jagung, dengan berat biomas basah Velvet bean 15 – 30 t/ha dapat menghasilkan berat

pipilan kering panen jagung sebesar 2,42 – 4,37 t/ha.

d. Penataan dan Koleksi Tanaman Legum Semak/Perdu dan Cover Crops di Kebun Percobaan Taman bogo

Tanaman legum semak/perdu merupakan bahan tanaman serba guna yang dapat

digunakan sebagai sumber pakan ternak, sumber bahan organik tanah, penahan erosi

tanah dan longsor, kayu bakar serta dapat menghalau hama tikus. kemampuan tanaman

legum menghasilkan biomass tertera pada Tabel 14.

Page 42: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

31

Tabel 14. Berat Biomass Segar dan Berat Biji tanaman legum pada Penataan dan Koleksi Tanaman Legum Semak/Perdu dan Cover Crops di Kebun Percobaan Taman Bogo, MT 2011

Bulan Berat Segar Biomass

(kg/m2) Berat Biji (kg/m2)

Flemingia Gliricidia Sesbania Crotalaria Velvet Theprosia

Januari 0 0 0 0 0 0 Februari 0 0 0 0 0 0 Maret 2,05 0 3,16 0 1,18 0 April 2,55 3.26 1,58 0,50 0 0 Mei 0 0 0 0 0 0 Juni 0 0 0 0 1.22 0 Juli 0 0 0 0 0 0 Agustus 0 0 0 0 0 0 September 0 0 0 0 0 0 Oktober 0 0 0 0 0 0 November 3,60 4,02 1,27 0,20 1,23 0,75 Desember 0 0 0 0 0 0

e. Inovasi Teknologi Pemupukan di Lahan Kering Masam

Pemupukan tanaman merupakan kegiatan yang tidak terlepas dari budidaya

pertanian. Tujuan pemupukan untuk menyediakan unsur hara yang kurang atau sebagai

pengganti unsur hara yang telah habis diserap oleh akar tanaman. Dalam proses

pertumbuhan serta perkembangan tanaman, dibutuhkan berbagai macam unsur hara,

baik berupa hara makro maupun hara mikro.

Hasil analisis sifat kimia dan fisika tanah sebelum dan setelah tanam pada

inovasi teknologi pemupukan di lahan kering masam ditunjukkan pada pada Tabel 15

dan 16. Hasil analisis kimia sebelum dan setelah tanam menunjukkan reaksi tanah

masam dan sangat masam. Kandungan C-organik masuk dalam parameter kriteria

penilaian hasil tanah tergolong rendah, sementara N-total tanah tergolong sangat rendah.

Sedangkan untuk C/N rasio pada perlakuan Praktek Petani tergolong sangat tinggi yaitu

26 %. Perlakuan ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pembenah Tanah 2.5 t/ha dan pada

perlakuan ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Hayati 4 Bungkus/ha tergolong tinggi.

Sementara NPK rekomendasi PUTK dan ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Organik

2 t/ha tergolong sedang. Kandungan P-potensial (HCl 25 %) pada perlakuan Praktek

Petani, ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pembenah Tanah 2.5 t/ha, ¾ NPK rekomendasi

PUTK + Pupuk Organik 2 t/ha, ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Hayati

Page 43: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

32

4 Bungkus/ha tergolong sedang, sementara pada perlakuan NPK rekomendasi PUTK

tergolong rendah. Sedangkan kandungan P-tersedia (Bray 1) tergolong sangat tinggi

Tabel 15. Hasil analisis kimia tanah sebelum dan setelah tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan dengan Penutup Tanah (cover crops) di KP Taman bogo, MT 2011

Jenis Analisis Satuan Sebelum Setelah PO1 PO2 PO3 PO4 PO5

pH (1:5) H2O 4,60 4,07 4,14 4,04 4,19 4,03 KCl 3,92 3,75 3,77 3,77 3,81 3,75 Bahan Organik C % 1,21 1,16 1,08 1,21 1,06 1,01 N % 0,05 0,04 0,08 0,07 0,08 0,06 C/N 24 26 14 18 14 18 P2O5 Eks. HCl 25% mg/100g 176 29,13 19,32 25,50 27,53 27,06K2O Eks. HCl 25% mg/100g 12 2,24 1,96 2,64 2,23 1,55 P2O5 Bray 1 ppm P 11 51,93 25,51 36,47 44,68 40,39 Ekstrak Amonium Asetat (CH3COONH4) 1 M pH 7

K cmol/kg 0,01 0,07 0,05 0,06 0,05 0,05 Ca cmol/kg 0,13 0,36 0,45 0,40 0,76 0,27 Mg cmol/kg 0,03 0,11 0,15 0,11 0,17 0,08 Na cmol/kg 0,01 0,04 0,06 0,09 0,04 0,27 Jumlah cmol/kg 0,18 0,58 0,70 0,65 1,02 0,67 KTK cmol/kg 4,06 4,09 5,64 4,39 4,07 4,08 KB % 4 14 12 15 25 16 Ekstrak KCl 1 M Al cmol/kg 2,00 1,81 1,94 1,87 1,57 1,89 H cmol/kg 040 0,31 0,25 0,15 0,28 0,23

Keterangan : Dianalisis di Laboratorium Kimia Tanah, Balai Penelitian Tanah ( PO1 = NPK rekomendasi petani, P02 = NPK rekomendasi PUTK, P03 = ¾ NPK

rekomendasi PUTK + Pembenah tanah 1,5 t/ha, P04 = ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk organik 2 t/ha dan P05 = ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Hayati 4 bungkus/ha)

Page 44: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

33

Tabel 16. Hasil analisis fisika tanah sebelum tanam pada Pengelolaan Inovasi Teknologi pemupukan di KP Taman bogo, MT 2011

Jenis Analisis Satuan Sebelum Setelah PO1 PO2 PO3 PO4 PO5

Bulk Density/BD g/cc 1,27 1,49 1,40 1,45 1,45 1,45 Ruang pori total % vol. 47,6 38,6 42,6 40,4 41,3 40,7 Kandungan air % vol. pF1 31,3 35,3 35,1 36,3 35,4 36,6 pF2 27,0 30,4 28,3 30,6 31,8 32,6 pF2,54 21,3 25,4 24,4 26,1 26,8 28,0 pF4,2 12,8 15,8 14,2 16,5 16,1 15,7 Pori drainase % vol. Cepat 20,7 8,1 14,3 9,8 9,5 8,0 Lambat 5.6 5,0 4,0 4,6 5,0 4,7 Air tersedia % vol. 8,5 9,6 10,2 9,5 10,7 12,2 Permeabilitas cm/jam 8,79 1,6 3,3 2,8 1,2 3,8

Keterangan : Dianalisis di Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah ( PO1 = NPK rekomendasi petani, P02 = NPK rekomendasi PUTK, P03 = ¾ NPK

rekomendasi PUTK + Pembenah tanah 1,5 t/ha, P04 = ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk organik 2 t/ha dan P05 = ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Hayati 4 bungkus/ha)

Parameter pertumbuhan tanaman dan komponen produksi tanaman jagung P27

MT I dan MT II terdapat pada Tabel 17 dan Tabel 18.

Tabel 17. Tinggi tanaman, berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomass kering panen panen jagung P27 pada Inovasi Teknologi Pemupukan di Lahan Kering (MT I)

Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm) Berat

100 butir (g)

Berat PPK

(t/ ha)

Berat Biomass Kering Panen

30 HST Panen

Praktek Petani 54.53 109.70 21.79 1.74 5.7 NPK rekomendasi PUTK 69.05 118.33 22.16 1.58 4.3 ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pembenah Tanah 2.5 t/ha

56.55 127.50 22.25 3.28 6.9

¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Organik 2 t/ha

75.70 174.48 23.62 5.57 8.3

¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Hayati 4 Bungkus/ha

52.18 103.00 21.74 1.29 5.6

Page 45: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

34

Tabel 18. Tinggi tanaman, berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomass kering panen panen jagung P27 pada Inovasi Teknologi Pemupukan di Lahan Kering (MT I)

Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm) Berat

100 butir (g)

Berat PPK

(t/ ha)

Berat Biomass Kering Panen

30 HST Panen

Praktek Petani 49,08 104,22 20,70 1,65 5,13 NPK rekomendasi PUTK 62,15 112,41 21,10 1,50 3,87 ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pembenah Tanah 2.5 t/ha

50,90 121,13 21,10 3,12 6,21

¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Organik 2 t/ha

68,13 165,76 22,40 5,29 7,47

¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk Hayati 4 Bungkus/ha

46,96 97,85 20,70 1,23 5,04

2. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)

"Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) adalah gagasan yang

disusun oleh Kementerian Pertanian. Secara garis besar tujuan KRPL adalah untuk

pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber

daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan

pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penataan Model kawasan rumah pangan lestari di KP Taman Bogo, Tahun

2011 dilaksanakan dengan berbagai macam perlakuan berdasarkan luas dari masing-

masing pekarangan meliputi:

- Blok pembuatan kompos (saat ini lokasi sudah disiapkan, namun kendalanya

bahan, yaitu jerami belum tersedia).

- Blok kolam ikan (sudah dibuat, dengan ukuran kolam 2,5m x 4m, dan ditebar benih

ikan lele)

- Blok kandang ternak (saat ini sudah dibuatkan kandang ternak ayam dengan ukuran

2m x 3m)

- Blok tanaman sayur (saat ini sudah dibuatkan bedengan-bedengan konvensional

dan rak vertkultur dan sudah ditanami bibit sayur-sayuran)

- Blok tanaman rempah dan obat

- Blok tanaman buah, sudah ada di pekarangan rumah masing-masing

- Blok tanaman pagar hidup, sudah di tanam di sekeliling pekarangan rumah

- Blok Pembibitan, Untuk saat ini penyemaian sudah dilakukan.

Page 46: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

35

Gambar 2. Halaman/pekarangan rumah sebelum pelaksanaan MKRPL

Page 47: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

36

Gambar 3. Halaman/pekarangan rumah setelah pelaksanaan MKRPL

3. Temu/ kunjungan lapang

Kunjungan lapangan dilakukan pada MH 2010, yaitu dalam kondisi tanaman

optimal, diikuti oleh 60 orang peserta, di antaranya 3 peserta dari KCD Kec.

Purbolinggo, Kec. Seputih Raman dan Kec. Karang Tanjung, 4 peserta dari penyuluh

pertanian Kec. Purbolinggo, 1 peserta Kepala Desa Taman Bogo, 2 peserta kepala seksi

pertanian Desa Taman Asri dan Desa Taman Bogo, 15 peserta dari SMK Pertanian

Tulang Bawang, dan 35 peserta merupakan petani di sekitar Kec. Purbolinggo dan Kec.

Seputih Raman.

Hasil kunjungan serta diskusi di lapangan dan di ruangan menunjukkan bahwa :

1. Petani menilai bahwa sistem alley cropping pada tanaman jagung belum

menunjukkan pengaruh yang jelas terhadap pertumbuhan jagung. Jumlah tanaman

jagung berkurang karena digunakan untuk tanaman legum.

2. Hampir seluruh petani/pengunjung menilai bahwa penggunaan pupuk kandang

sebanyak 10 t/ha pada tanaman jagung hibrida Hibrida P27 dan ubi kayu sangat

Page 48: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

37

nyata menunjukkan penampilan tanaman yang sangat baik dibandingkan pada

tanaman yang tidak menggunakan pupuk kandang.

3. Demontrasi pembuatan kompos menggunakan Mdec dan DSA sangat diminati

petani sehingga dilakukan training cepat mengenai cara penggunaannya.

Pembahasan

Kemasaman tanah dapat merupakan kendala pertumbuhan tanaman karena

ketersediaan hara makro (N, P, K, Ca, dan Mg) di tanah masam sangat rendah.

Sebaliknya ketersediaan hara mikro (Fe, Cu, Mn, dan Zn) tinggi. Selain itu hara P di

tanah masam dapat difiksasi oleh kation Al dan Fe membentuk Al-P dab Fe-P yang

tidak tersedia bagi tanman. Selanjutnya kelarutan Al di tanah masam sangat tinggi

sehingga bisa meracuni tanaman terutama bagi tanaman yang sensitif terhadap Al.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tanah-tanah yang terdapat di lahan

kering beriklim basah mempunyai pH yang rendah atau tingkat kemasaman tinggi (pH

< 5,5). Selain itu tanah yang berkembang dari bahan endapan masam umumnya miskin

hara terutama hara N, P, K, Ca, dan Mg, kejenuhan basa rendah, tetapi kandungan

aluminium tinggi. Kadar bahan organik tanah juga rendah sehingga kapasitas tukar

kation (KTK) tanah juga rendah. Tingkat pelapukan bahan organik di daerah tropika

basah sangat intensif, sementara itu tingkat pencucian juga tinggi sehingga kadar bahan

organik tanah menjadi rendah. Selanjutnya tanah-tanah di daerah tropika (Ultisol dan

Oxisol) banyak mengandung sumber muatan variable charge yang dalam kondisi tanah

masam dapat bermuatan positif sehingga menghasilkan KTK yang rendah

Berdasarkan potensi sumberdaya lahan yang tersebar di seluruh tanah air dan

rakitan teknologi dari hasil-hasil penelitian, peluang untuk meningkatkan produktivitas

lahan kering masam baik melalui ekstensifikasi maupun peningkatan mutu intensifikasi

cukup besar. Namun demikian perlu disadari pula bahwa kendalanya juga cukup besar

dan beragam, baik fisik, biotik, sosial ekonomi, sarana dan prasarana serta

kelembagaan.

Pengembangan inovasi teknologi pengelolaan lahan kering masam untuk

meningkatkan produktivitas > 20% dan model kawasan rumah pangan lestari di KP.

Taman Bogo merupakan teknologi sistem usahatani terapan yang dikemas/disajikan

dengan menggunakan komoditas tanaman pangan (padi dan palawija), hijauan pakan,

Page 49: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

38

leguminosa, tanaman buah-buahan, tanaman sayuran dan budidaya ikan dan ternak

ayam.

1. Inovasi Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Masam

a. Inovasi Teknologi Sistem Pertanaman Lorong/Alley cropping pada Jagung -/- Ubi Kayu

Kandungan unsur hara makro dan mikro pada tanah ultisols KP. Taman Bogo

termasuk katagori rendah dengan reaksi tanah masam. Keadaan ini sejalan dengan sifat

kimia tanah Ultisols di wilayah lainnya seperti di di Desa Bumi Ayu, Sukadana, Bumi

Jawa dan Pekalongan, Lampung Timur; Seputih Raman, Lampung Tengah dan

Kotabumi Lampung Utara (Soelaeman et al., 2003).

Berat biomass Flemingia, Gliricidia dan strip rumput pada pertanaman lorong

berfluktuasi setiap bulan. Berat biomas Flemingia tertinggi dicapai pada bulan Maret

2011, Gliricidia pada bulan April 2011 sedangkan rumput Setaria dan Panicum

masing-masing pada bulan Mei. Pertumbuhan Leucaena glauca/Lamtoro di lahan

kering masam relatif lambat dengan tinggi tanaman pada umur 1 tahun antara 0,5-0,8 m

sehingga pemangkasan baru akan dilakukan jika tanaman sudah mencapai tinggi + 1 m

dengan berat biomass tertinggi pada bulan April. Strip rumput Setaria splendida dan

Panicum maximum memberikan kontribusi terhadap persediaan sumber hijauan pakan.

Selain sebagai pakan ternak, tanaman alley croping dari jenis rerumputan berfungsi

sebagai pelindung permukaan tanah dari daya dispersi dan daya penghancuran oleh

butir-butir hujan. Memperlambat aliran permukaan, memperkaya bahan-bahan organik

tanah serta memperbesar porositas tanah (Kartasapoetra et al., 2000). Sedangkan

perakarannya dapat meningkatkan kadar bahan organik didalam tanah dan merupakan

medium yang sangat baik bagi mikroorganisme.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah

dari hasil pangkasan legum pada sistem alley croping dapat meningkatkan sifat kimia

dan fisika tanah (C-organik, N-total, rasio C/N tanah, dan berat jenis tanah), sedangkan

KTK dan ruang pori total mengalami penurunan. Perbaikan sifat kimia dan fisika tanah

dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah dari hasil pangkasan legum pada

sistem alley croping memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan tanaman sehingga

hasil pipilan kering tanaman jagung mencapai 2,23 – 3,05 t/ha dan berat umbi segar

mencapai 19,17 – 22,13 t/ha.

Page 50: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

39

Penelitian oleh Hafif et al. (1993) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hijau

dari sistem alley cropping, cover crop, dan sisa tanaman yang dikombinasikan dengan

pupuk kimia dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, yaitu menurunkan bobot isi,

meningkatkan total ruang pori, dan meningkatkan pori air tersedia. Penelitian lainnya

yang dilaksanakan oleh Suwardjo et al. (1989) pada tanah Ultisol Lampung

menunjukkan bahwa bahan organik yang berasal dari lamtoro, kaliandra dan flemingia

dapat meningkatkan stabilitas agregat dan air tersedia

Tinggi tanaman jagung Hibrida P27 cenderung tidak dipengaruhi oleh adanya

barisan alley. Keadaan demikian sangat mendukung terhadap peluang diaplikasikannya

sistem alley cropping pada pertanaman jagung sehingga dapat memelihara produktivitas

tanah. Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil pipilan kering tanaman jagung tertinggi (3,05

t/ha) dicapai pada sistem pertanaman lorong dengan Flemingia karena biomas hasil

pangkasan sebanyak 5,47 – 7,20 t/ha dikembalikan ke tanah sebagai mulsa.

b. Inovasi teknologi penggunaan pupuk kandang di lahan kering masam

Tinggi tanaman jagung pada umur 30 HST dan saat panen pada perlakuan pupuk

kandang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang diikuti dengan

meningkatnya berat 100 butir, berat pipilan kering dan berat biomas sisa panen

(Tabel 10). Perlakuan pupuk kandang secara nyata meningkatkan hasil pipilan kering

jagung sebesar 3 kali lipat dari perlakuan tanpa pupuk kandang.

Keadaan ini menununjukkan bahwa tanah Ultisols di lahan kering sudah

mengalami degradasi lanjut yang hanya menghasilkan jagung sebesar 2,30 t/ha pipilan

kering. Pupuk anorganik yang diberikan menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena

sifat fisika tanah, khususnya kandungan C-organik dan KTK berada pada level yang

sangat rendah dengan BD tanah sebelum tanam berada pada katagori tinggi (1,24 g/ cc).

Pada lahan kering, pupuk kandang dapat diaplikasikan dengan beberapa cara

yaitu disebar di permukaan tanah kemudian dicampur pada saat pengolahan tanah,

dalam larikan, dan dalam lubang-lubang tanam. Metode aplikasi berkaitan dengan jenis

tanaman yang akan ditanam. Selain itu jumlah pupuk kandang yang diberikan pun

jumlahnya sangat berbeda. Seperti pemberian pupuk kandang pada tanaman sayuran

mencapai 20-30 t/ha (Hartatik dan Widowati, 2006)

Page 51: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

40

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan

lendir. Pupuk kandang selain dapat menambah ketersediaan unsur-unsur hara bagi

tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah.

Mikroorganisme berperan mengubah seresah dan sisa-sisa tanaman menjadi humus,

senyawa-senyawa tertentu disintesa menjadi bahan-bahan yang berguna bagi tanaman

(Sutedjo, 1995). Menurut Novizan (2005), Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat

dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yakni berwarna coklat kehitaman, cukup

kering, tidak menggumpal dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N

ratio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.

Penggunaan bahan organik berupa pupuk kandang/kompos merupakan kunci

keberhasilan produksi tanaman jagung Hibrida P27 yang ditumpangsarikan dengan ubi

kayu di lahan kering masam. Penggunaan pupuk kandang/kompos dengan dosis 10 t/ha

dapat memperbaiki sifat kimia tanah setelah panen, tetapi pada plot tanpa pupuk

kandang/kompos pada beberapa parameter sifat kimia tanah setelah panen lebih baik

dibandingkan dengan sebelum tanam karena bahan organik sisa panen jagung tahun

sebelumnya dikembalikan ke tanah.

Petani lahan kering, pada umumnya tidak mengembalikan sisa panen ke

lahannya karena berbagai alasan antara lain menyenangi lahannya bersih sehingga sisa

panen di bakar atau sebagai sumber pakan ternak. Bagi petani yang tidak memiliki

ternak diambil oleh petani lain yang mempunyai ternak. Keadaan ini merupakan

penyebab lahan kering masam semakin tidak subur terutama karena kekurangan bahan

organik tanah.

Penggunaan pupuk kandang dengan dosis 10 t/ha/tahun memberikan

pertumbuhan tanaman jagung Hibrida P27 yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa

penggunaan pupuk kandang/kompos. Tinggi tanaman jagung pada umur 30 HST dan

saat panen masing-masing sebesar 52 dan 34 % lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa

pupuk kandang sedangkan berat ubi segar tanaman ubi kayu sebesar 27 t/ha lebih baik

dibandingkan dengan tanpa penggunaan pupuk kandang yang hanya sebesar 21,47 t/ha.

c. Inovasi teknologi rehabilitasi lahan dengan penutup tanah (cover crops),

Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan

meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal. Baik

Page 52: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

41

sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan

alam dan lingkungannya.

Berat biomas basah pada Pengelolaan Inovasi Teknologi Rehabilitasi Lahan

dengan Penutup Tanah Velvet bean relatif normal, yaitu antara 15 – 30 t/ha dapat

menghasilkan berat pipilan kering panen jagung sebesar 2,42 – 4,37 t/ha. Berat 100

butir merupakan parameter komponen produksi yang mempengaruhi hasil pipilan

kering kering, sedangkan berat biomas kering panen dapat memberikan gambaran

mengenai kemampuan produksi biomas sebagai sumber bahan organik/C-organik tanah

disamping berperan pula dalam mengembalikan unsur hara terutama K ke dalam tanah.

Velvet bean sebagai tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus

ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman erosi serta memperbaiki sifat kimia dan

fisik tanah. Manfaat Tanaman penutup tanah untuk menahan dan mengurangi daya

rusak butir-butir hujan dan aliran permukaan, sebagai sumber pupuk organik, dan untuk

menghindari dilakukannya penyiangan yang intensif. Penyiangan intensif dapat

menyebabkan tergerusnya lapisan atas tanah. Tanaman ini juga mampu memfiksasi

nitrogen bebas dari udara untuk menyuburkan tanah dan biomassanya menjadi sumber

bahan organik tanah.

Tanaman yang digunakan sebagai tanaman penutup memerlukan persyaratan

berikut: (a) mudah diperbanyak; b) sistem perakaran tidak menimbulkan kompetisi

dengan tanaman utama; (c) tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun; (d) tidak

mensyaratkan tingkat kesuburan yang tinggi; (e) toleran terhadap pemangkasan, resisten

terhadap hama, penyakit, kekeringan, naungan, dan injakan; (f) mampu menekan

pertumbuhan gulma; (g) tidak akan berubah menjadi gulma; dan (h) tidak mempunyai

sifat-sifat yang mengganggu seperti duri dan sulur-sulur yang membelit.

d. Penataan dan koleksi tanaman legum semak/perdu dan cover crops di Kebun Percobaan Taman Bogo

Tanaman legum semak/perdu merupakan sumber bahan organik untuk lahan

kering dan tanaman pagar. Beberapa jenis legum seperti Gliricidia sepium dapat

digunakan sebagai makanan ternak yang bernilai gizi tinggi dan kegunaan lainnya.

Produksi biomas legum tersebut masih di bawah potensinya dimana akan meningkat

dengan semakin bertambahnya umur tanaman.

Page 53: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

42

Legum Flemingia memberikan berat biomas tertinggi dibandingkan dengan

jenis legum Girisidia dengan palatabilitas biomas sebagai sumber hijauan pakan rendah

maka biomas Flemingia sebagian besar digunakan sebagai bahan organik untuk

meningkatkan produktivitas lahan kering.

Keberadaan tanaman legum merambat maupun legum semak/perdu di lahan

kering yang dipangkas secara periodik dan hasil pagkasannya dikembalikan ke dalam

tanah dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang pada gilirannya akan

meningkatkan hasil tanaman, namun demikian, dalam proses rehabilitasi lahan yang

sudah mengalami degradasi, ketersediaan benih sering menjadi masalah. Oleh karena

itu, beberapa jenis legum ditujukan sebagai penghasil biji/benih dan yang lainnya

sebagai penghasil biomas/pupuk hijau. Pupuk hijau merupakan pembenaman

tanaman/bagian-bagian tanaman yang masih muda dengan cara membenamkanya

kedalam tanah dengan maksud untuk menambahkan bahan organik dan unsur hara

terutama N kedalam tanah yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman.

Tanaman yang diadikan pupuk hijau adalah tanaman dari berbagai jenis tanaman

leguminosa karena memiliki kandungan N lebih tinggi dibandingkan tanaman yang lain,

karena tanaman legum mampu memfiksasi N bebas dari udara melalui simbiosis antara

perakanya dengan beberapa bakteri terutama dari Rhizobium Sp.

e. Inovasi Teknologi Pemupukan di Lahan Kering Masam

Bahan organik, pupuk atau kompos merupakan bagian penting dalam sistem

tanah. Bahan organik memiliki peran penting di tanah (Hardjowigeno, 1987) karena :

1) membantu menahan air, sehingga ketersediaan air tanah lebih terjaga, 2) membantu

memegang ion sehingga meningkatkan kapasitas tukar ion atau ketersediaan hara. 3)

menambah hara terutama N, P, dan K setelah bahan organik terdekomposisi sempurna,

4) membantu granulasi tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur atau remah, yang

akan memperbaiki aerasi tanah dean perkembangan sistem perakaran, serta 5) memacu

pertumbuhan mikroba dan hewan tanah lainnya yang sangat membantu proses

dekomposisi bahan organik tanah.

Pemberian pembenah tanah, pupuk organik, dan pupuk hayati mempunyai arti

positif dalam memperbaiki kondisi kesuburan tanah, baik dari segi fisika, kimia, dan

biologi tanah. Dengan meningkatnya kesuburan tanah maka kemudian dapat

dimanfaatkan oleh tanaman untuk memperbaiki pertumbuhannya, pada kondisi yang

Page 54: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

43

sama tanaman dan pertumbuhan yang lebih baik akan mempengaruhi produksi yang

lebih baik juga, hal ini disebabkan karena terdapat korelasi antara pertumbuhan dan

produksi. Kegiatan inovasi teknologi pemupukan pada lahan kering masam MT I

terlihat bahwa perlakuan ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk organik 2 t/ha, diperoleh

tinggi tanaman dan berat pipilan kering tertinggi dibandingkan dengan perlakuan

lainnya pada umur 30 HST dan pada saat panen, yaitu 75,7 cm dan 174,48 cm dan

untuk pipilan kering di peroleh 5,57 ton/ha. Sementara perlakuan ¾ NPK rekomendasi

PUTK + Pupuk hayati 4 bungkus/ha, diperoleh tinggi tanaman dan berat pipilan kering

terendah pada umur 30 HST dan pada saat panen, yaitu 52,18 cm dan 103,00 cm dan

untuk pipilan kering di peroleh 1,29 ton/ha, sedangkan pada MT II terlihat bahwa

perlakuan ¾ NPK rekomendasi PUTK + Pupuk organik 2 t/ha, diperoleh tinggi

tanaman dan berat pipilan kering tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada

umur 30 HST dan pada saat panen, yaitu 68,13 cm dan 165,76 cm dan untuk pipilan

kering di peroleh 5,29 ton/ha. Sementara perlakuan ¾ NPK rekomendasi PUTK +

Pupuk hayati 4 bungkus/ha, diperoleh tinggi tanaman dan berat pipilan kering terendah

pada umur 30 HST dan pada saat panen, yaitu 46,96 cm dan 97,85 cm dan untuk pipilan

kering di peroleh 1,23 ton/ha. Kendala yang pada Musim Tanam (MT) 2, yaitu

kebutuhan air kurang tercukupi, karena saat musim tanam kedua dilakukan pada musim

kemarau tiba, yaitu bulan Juli – Oktober 2011 sehingga terjadi Kecenderungan

pengurangan produksi tanaman jagung, karena umumnya tanaman sangat sensitif

terhadap kekurangan air pada saat permulaan fase reproduktif, hal ini merupakan faktor

pendukung yang kurang baik untuk peningkatan produksi.

Pengaruh kadar air terhadap pertumbuhan jagung, salah satunya yaitu berfungsi

untuk melarutkan unsur-unsur hara yang terserap. Manfaat yang begitu besar, sehingga

air sering disebut faktor pembatas dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air

memegang peranan terpenting dalam proses perkecambahan biji. Air adalah faktor yang

menentukan didalam kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air, tumbuhan tidak bisa

melakukan berbagaimacam proses kehidupan apapun.

Menurut Irdiani et al., (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman adalah

proses bertambahnya ukuran dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya

protoplasma. Penambahan ini disebabkan oleh bertambahnya ukuran organ tanaman

seperti tinggi tanaman sebagai akibat dari metabolisme tanaman yang dipengaruhi oleh

Page 55: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

44

faktor lingkungan di daerah penanaman seperti air, sinar matahari dan nutrisi dalam

tanah.

Berat kering merupakan manifestasi dari berbagai faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan tanaman yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan

terdiri dari lingkungan di atas tanah (iklim) dan lingkungan di dalam tanah. Pada

kondisi iklim yang sama, faktor kondisi tanah lebih berpengaruh secara nyata

terhadap pertumbuhan

3. Temu/ kunjungan lapang

Teknologi pengelolaan lahan kering masam yang didemontrasikan kepada stake

holders/pengguna diakui petani lebih baik diabandingkan dengan kebiasaan petani

tetapi untuk mengaplikasikannya memerlukan proses sosialisasi secara terus menerus.

Demplot sistem alley cropping pada tanaman jagung masih memerlukan waktu untuk

dapat memberikan pengaruh langsung kepada tanaman. Dengan semakin meningkatnya

harga input produksi pertanian, maka sistem pertanian dengan memanfaatkan biomas

yang tersedia semakin berpeluang besar untuk diadopsi secara luas oleh petani.

Penggunaan Mdec dan DSA yang akan mempercepat proses dekomposisi kompos

dapat membantu petani dalam membuat kompos/pupuk organik yang akan/perlu

ditambahkan ke dalam tanah.

Page 56: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

KP Taman Bogo sebagai pewakil bagi tanah masam di Indonesia berupaya

menampilkan berbagai macam teknologi pengelolaan lahan kering masam hasil-hasil

penelitian yang telah didapatkan oleh balai penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian.

Keberadaan petak peragaan inovasi teknologi pengelolaan lahan kering masam, selain

sebagai verifikasi dan reevaluasi teknologi sekaligus sebagai obyek/tempat kunjungan

lapang, visitors plot, show windows serta merupakan sarana dan prasarana dalam diskusi

dan konsultasi antara peneliti, penyuluh, petani dan pengambil kebijakan daerah dalam

meningkatkan peranan lahan kering masam untuk mendukung ketahanan pangan.

Pada Tahun Anggaran 2011 terdapat 2 unit kegiatan yang meliputi : 1. Peragaan

Inovasi Teknologi Lahan Kering Masam, yaitu : a) Inovasi teknologi sistem pertanaman

lorong/alley cropping pada tanaman jagung. Teknologi pertanaman lorong

menggunakan tanaman leguminosa merupakan teknologi alternatif untuk menyediakan

sumber bahan organik in situ dalam memelihara produktivitas tanah. Tanaman

leguminosa dipangkas dengan interval waktu tertentu merupakan sumber bahan organik

tanah atau sumber hijauan pakan ternak ruminansia, dimana pupuk kandang yang

dihasilkan dikembalikan ke dalam tanah, b) Inovasi teknologi pengelolaan pupuk

kandang pada tanaman jagung -/- ubi kayu untuk memelihara keberlanjutan

produktivitas tanah, c) Inovasi teknologi rehabilitasi lahan dengan tanaman penutup

tanah (cover crops) dan d) Penataan dan Koleksi tanaman legum semak/perdu dan cover

crops, e). Inovasi teknologi pemupukan dilahan kering masam dan 2). Model kawasan

rumah pangan lestari di Kebun Percobaan Taman Bogo

Secara bertahap teknologi pengelolaan lahan kering masam memberikan

pengaruh terhadap perubahan sifat fisika dan kimia tanah serta pertumbuhan dan hasil

tanaman. Perbaikan produktivitas tanah tersebut memberikan pengaruh positif pada

pertumbuhan tanaman sehingga hasil tanaman jagung mencapai 2,23 sampai dengan

3,05 t/ha pada sistem alley croping.

Penggunaan pupuk kandang sebanyak 10 t/ha/tahun dapat meningkatkan Hasil

jagung Hibrida P27 yang mencapai 6,33 t/ha sedangkan jika tidak disertai pupuk

kandang hanya mencapai 2,30 t/ha. Sedangkan berat umbi segar dengan penggunaan

pupuk kandang sebanyak 10 t/ha/tahun dapat meningkatkan Hasil ubi kayu mencapai

Page 57: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

46

27,82 t/ha sedangkan jika tidak disertai pupuk kandang hanya mencapai 21,47 t/ha,

sedangkan pada teknologi rehabilitasi lahan berat biomas basah Velvet bean 15 sampai

dengan 30 t/ha dapat menghasilkan berat pipilan kering panen jagung sebesar 2,42

sampai dengan 4,37 t/ha.

Legum Flemingia congesta menghasilkan biomas lebih tinggi dibandingkan

dengan Gliricidia sepium tetapi hasil biomas berfluktuasi sesuai dengan interval

pemangkasan/jumlah curah hujan. Keberadaan tanaman legum merambat maupun

legum semak/perdu di lahan kering yang dipangkas secara periodik dan dikembalikan

ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang pada

gilirannya akan meningkatkan hasil tanaman dan dapat dijadikan sebagai sumber benih

cover crop.

Teknologi pengelolaan lahan kering masam yang didemontrasikan kepada stake

holders/pengguna diakui petani lebih baik dibandingkan dengan kebiasaan petani tetapi

untuk mengaplikasikan memerlukan proses sosialisasi secara terus menerus. Demplot

sistem alley cropping pada tanaman jagung masih memerlukan waktu untuk dapat

memberikan pengaruh langsung kepada tanaman. Dengan semakin meningkatnya harga

input produksi pertanian maka sistem pertanian organik dengan memanfaatkan biomass

yang tersedia semakin berpeluang besar untuk diadopsi secara luas oleh petani.

Page 58: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

47

VI. PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN

Show windows dan visitor plot inovasi teknologi pengelolaan lahan kering

masam di KP Taman Bogo merupakan sarana komunikasi antara petani, PPL dan

peneliti mengenai perkembangan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai

Penelitian Tanah.

Proses diseminasi teknologi hasil penelitian melalui kunjungan lapang dapat

menambah dan merubah wawasan dan pengetahuan petani dalam pengelolaan

produktivitas lahan kering masam. Dengan melakukan kunjungan lapang, proses adopsi

teknologi berlangsung secara bertahap dan dimodifikasi oleh petani sesuai dengan

sumberdaya yang dimiliki. Proses adopsi inovasi teknologi pengelolaan lahan kering

masam akan meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya proses penyuluhan

pertanian di tingkat daerah dengan adanya penerimaan tenaga penyuluh lepas (Sarjana

Pertanian), juga akan mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pengelolaan lahan

kering masam yang telah dihasilkan dan didemontrasikan oleh Balai Penelitian Lingkup

Badan Litbang Pertanian.

Page 59: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

48

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F, A.Rachman dan A. Dariah. 1999. Pengaruh pengolahan tanah minimum dan pemberian mulsa terhadap sifat tanah dan produksi tanaman. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Tanah, Iklim dan Pupuk. Lido-Bogor, 6-8 Desember 1999. Buku II. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Arya. L.M., T.S. Dierolf, B. Rusman, A. Sofyan, and I.P.G. Widjaja Adhi 1992. Soil structure effects on hydrologic processes and crop water availability in Ultisols and Oxisols of Sitiung, Indonesia. Tropsoils Bulletin No. 92-03 NCSU, Raleigh, NC.

Dierolf, T., T. Fairhutst and E. Mutert. 2001. Soil Fertility Kit. A Toolkit for Acid Upland soil Fertility Management in Southeast Asia. Handbook Series. GT2 GmbH, Food and Agriculture Organization, P.T. Jasa Katon and Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC). First Edition. Printed by Oxford Graphic Printers.

Hafif, B., D,. Santoso, Mulud S., dan Putu Wigena. 1992. Beberapa cara pengelolaan tanah untuk pengendalian erosi. Pemb. Pen. Tanah dan Pupuk 10:54-60.

Hanson, R.G., Sudjadi, M.Harjono, A. Sudaryanto, and W. Dhanke. 1994. Soil fertility and fertilizer use study in Indonesia. Draft Report and Proposal Prepare for Agency for Agriculturl Research and Development and the World Bank.170 p.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : PT Mediatama Sarana Perkasa

Hartatik W. dan L.R. Widowati, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor

Hidayat, A. dan Mulyani, A. 2002. Lahan kering untuk pertanian. Dalam Buku Pengelolaan Lahan Kering untuk Meningkakan Produksi Pertanian Berkelanjutan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat,Bogor.

Hsieh, S.C., and C.F. Hsieh. 1990. The User of Organic matter in Crop Production. Paper Presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizers in Crop Production at Suweon, South Korea, 18-24 June 1990.

Irdiani, I., Y. Sugito., dan A. Soegianto. 2002. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Cair dan Dosis Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Agrivita. Universitas Brawijaya. Malang.

Kang, B.T. 1989. Nutrient management for sustained crop production in the humid and sub humid. In Vander Heide (ed). Proc. Int.Symp. Nutrient Management for Food Crop Production in Tropical Farming Systems, IB-DLO and Unibraw.

Kartasapoetra. G., A.G. Kartasapoetra, dan M.M. Sutedjo. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Edisi Ke II. Rineka Cipta, Jakarta

Mengel, K., and E.A. Kirkby. 1987. Principle of Plat Nutrition. Inter. Potash Ins. Bern, Switzerland, 687 p.

Page 60: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

49

Mulyani, A., Hikmatullah, dan H. Subagyo. 2004. Karakteristik dan potensi tanah masam lahan kering di Indonesia. hlm. 1-32 dalam Prosiding Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Puslitbangtanak. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Explorasi Indonesia. Skala 1:1.000.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan tanah dan Agroklimat, Bogor.

Soelaeman, Y. 2005. Laporan Akhir Demplot Pengelolaan Lahan Kering Masam.Tahun Anggaran 2005. Satker 648680, Balai Penelitian Tanah, Pusat Peneltian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005. (Tidak dipublikasi).

Soelaeman, Y. 2006. Laporan Akhir Demplot Pengelolaan Lahan Kering Masam.Tahun Anggaran 2005. Satker 648680, Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005. (Tidak dipublikasi).

Soelaeman, Y. 2008. Laporan Akhir Demplot Pengelolaan Lahan Kering Masam.Tahun Anggaran 2008. Satker 648680, Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2008. (Tidak dipublikasi).

Soelaeman, Y., Kasno, A., H.T.Sidik, U. Haryati, Nurjaya, D. Setyorini, F. Agus. 2003. Laporan Akhir Peningkatan Produktivitas Tanah Kering Masam. Tahun Anggaran 2003. Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Lahan Masam Taman Bogo dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (The Participatory Development of Agricultural Technology Project). Balai Penelitian Tanah, Pusat Peneltian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2003. (Tidak dipublikasi).

Soepardi. G.H. 2001. Strategi Usahatani Agribisnis Berbasis Sumberdaya Lahan. Paper disampaikan dalam Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Pupuk. Cisarua, Bogor, 30-31 Oktober 2001. Puslitbangtanak, Badan Litbang Pertanian, Deptan, 13 p.

Stanford, G., O.L. Bennett and J.F. Power. 1973. Conservation tillage practices and nutrient availability. In. Conservation Tillage Pic. National Conservation Tillage Conference, Des Moines, Iowa. Soil Cons. Soc. Of Am., Ankey, IA.

Subagyo, H., N.Suharta dan A.B.Siswanto. 2000. Tanah Pertanian di Indonesia, hal : 21-66. Dalam Sumberdaya Lahan di Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat , Bogor.

Sutedjo, M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Suwardjo A. Abdurachman dan S. Abujamin 1989. The use of crop residue mulch to

minimize tillage frequency. Pemb. Pen. Tanah dan Pupuk 8:31-37.

Unger, P.W. 1975. Relationships Between Water Retention, Texture, Density and Organic Matter Content of West and South Central Texas Soils. Texas Agric.Exp.Stn Misc.Pub. MP-1192C.

Page 61: PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... · 2012-08-02 · LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN INOVASI ... pertanian produktif yang

50

Webster, R. and P.H.T. Becket. 1972. Suctions to which Soils in South Central England Drain. J. Agric. Sci. Camb. 78.

Wiraatmaja, S. 1987. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. CV. Yasaguna, Jakarta