sistem pengelolaan lahan kering masam untuk...

38
MAK: 1800.202.006.065 PROPOSAL PENELITIAN SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN PANGAN Dr. Maswar, M.Agr.,Sc BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIANI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2018

Upload: others

Post on 09-Feb-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

MAK: 1800.202.006.065

PROPOSAL PENELITIAN

SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM

UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN

KAWASAN PANGAN

Dr. Maswar, M.Agr.,Sc

BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIANI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN

2018

Page 2: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Sistem Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk

Mendukung Pengembangan Kawasan Pangan

2. Unit kerja : Balai Penelitian Tanah

3. Alamat unit kerja : Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor

4. Sumber Dana : DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah

5. Status Penelitian : Baru

6. Penanggung Jawab

a. Nama

b. Pangkat/Golongan

c. Jabatan

:

:

:

Dr. Ir. Maswar, M.Agric,Sc.

IV.a/Pembina

Kepala Balai

7. Lokasi : Pulau Sumatera dan Kalimantan

8. Agroekosistem Lahan Kering Masam

9. Tahun Mulai 2018

10. Tahun Selesai 2019

11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan

kering masam yang mampu meningkatkan produksi

dan berpotensi besar untuk diterapkan masyarakat.

2. Teknologi ameliorasi dengan aplikasi co-compost

biochar limbah organik untuk meningkatkan

produktivitas lahan kering masam dan efisiensi pupuk

NPK pada pertanaman jagung-kedelai.

3. Teknologi pengelolaan hara pada budidaya tanaman

pangan pada lahan kering masam dengan

menggunakan sistem alley cropping

4. Rekapitalisasi fosfat ,pemupukan berimbang, dan

budidaya varietas unggul baru meningkatkan

produktivitas jagung pada lahan kering masam

5. Teknologi dan pendampingan rekapitalisasi fosfat dan

budiaya jagung varietas unggul baru meningkatkan

kapasitas petani dalam adopsi dan akses teknologi

introduksi

6. Teknologi introduksi yang mampu meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani lahan kering

masam

7. 3 (tiga) draft KTI (Karya tulis ilmiah)

12 Output akhir Teknologi pengelolaan lahan kering masam untuk

peningkatan produksi tanaman pangan

13 Biaya Rp. 4.930.000.000,- (Empat milyar sembilan ratus tiga

puluh juta rupiah).

Page 3: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Korodinator Program

Dr. Ir. Neneng Laela Nurida

NIP. 19631229 199003 2 001

Penanggungjawab RPTP

Dr. Ir. Maswar, M.Agric,Sc.

NIP. 19620527 1 199303 1 001

Mengetahui,

Kepala Balai Besar Litbang

Sumberdaya Lahan Pertanian

Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr.

NIP. 19640623 198903 1 002

Kepala Balai Penelitian Tanah

Dr. Husnain, MP, MSc.

NIP. 19730910 200112 2 001

Page 4: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

RINGKASAN

1. Judul Kegiatan RPRP : Sistem Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk

Mendukung Pengembangan Kawasan Pangan

2. Nama dan alamat unit

kerja

: Balai Penelitian Tanah

Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor

3. Sifat usulan penelitian : Baru

4. Penanggungjawab : Dr. Ir. Maswar, M.Agric,Sc.

5. Justifikasi : Lahan yang masih tersedia dan berpotensi untuk

pengembangan pertanian di Indonesia saat ini

salah satunya adalah lahan kering masam (LKM).

Namun demikian, secara alami produktivitas LKM

tergolong rendah, karena kendala fisik, kimia

dan biologi tanahnya. Berbagai komponen

teknologi penanganan masalah lahan kering

masam untuk budidaya tanaman pangan telah

banyak diteliti dan dihasilkan. Secara umum

hasil-hasil penelitian tersebut telah dapat

mengatasi kendala utama budidaya tanaman

pangan di LKM antara lain: pH rendah (masam),

miskin unsur-unsur hara, defisiensi nitrogen (N)

dan fosfor (P). Diantara komponen teknologi

yang telah teruji tersebut adalah penggunaan

pupuk yang tepat (jenis, dosis dan waktu),

pengapuran, penggunaan pembenah tanah

(amelioran), pupuk posfat alam, pupuk hayati

dan pengelolaan air. Bagaimanapun, teknologi

yang telah teruji tersebut belum sepenuhnya

dapat diimplementasikan dan dikembangkan

pada tingkat petani. Hal ini disebabkan oleh

karena teknologi tersebut belum sepenuhnya

dikaji dan/atau diuji kelayakannya khususnya

aspek kelayakan ekonomi dan aspek sosial

masyarakat (petani) calon pemakai teknologi

tersebut. Pada sisi lain, teknologi tersebut belum

sepenuhnya di diseminasikan pada petani,

sehingga petani belum mendapatkan informasi

terkait teknologi tersebut.

7. Luaran yang diharapkan : (1) Paket teknologi budidaya tanaman pangan

(jagung) yang adaptif di LKM, produksi

tinggi, dan berpotensi besar untuk

diterapkan oleh petani.

(2) Komponen teknologi ameliorasi dengan

aplikasi co-compost biochar limbah organik

Page 5: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

untuk meningkatkan produktivitas lahan

kering masam dan efisiensi pupuk NPK pada

pertanaman jagung-kedelai

(3) Teknologi pengelolaan hara pada budidaya

tanaman pangan (jagung) dalam sistem

pertanaman lorong (alleycropping)

(4) Rekapitalisasi fosfat ,pemupukan

berimbang, dan budidaya varietas unggul

baru meningkatkan produktivitas jagung

pada lahan kering masam

(5) Teknologi dan pendampingan rekapitalisasi

fosfat dan budiaya jagung varietas unggul

baru meningkatkan kapasitas petani dalam

adopsi dan akses teknologi introduksi

(6) Teknologi introduksi yang mampu

meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani lahan kering masam

(7) Tiga (3) draft Karya tulis ilmiah (KTI)

10. Lokasi penelitian : Sumatera dan Kalimantan

11. Jangka waktu : TA 2018-2019

12. Suber dana : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah, TA.

2018

Page 6: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program pembangunan pertanian Indonesia yang utama pada saat ini adalah

terfokus pada upaya mewujudkan swasembada dan ketersediaan komoditas pangan

strategis dan sekaligus memantapkan ketahanan pangan nasional yang

berkelanjutan.Untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan yang terus berkembang sebagai

konsekwensi logis dari pertambahan penduduk, maka upaya penyediaan pangan

seharusnya dilakukan dengan mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis

pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, efisiensi sistem usaha tani,

mengembangkan teknologi produksi, sarana dan prasarana produksi, serta

mempertahankan dan mengoptimalkan sumberdaya lahan. Untuk mewujudkan upaya

tersebut, pemerintah telah mencanangkan “Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2015-2019 di bidang pertanian yang lebih fokus pada pengembangan

komoditas unggulan yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, tebu dan daging

sapi.

Menurut Hutapea dan Mashar (2005) rendahnya laju peningkatan produksi dan

terus menurunnya produksi pangan di Indonesia antara lain disebabkan oleh: (1)

produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun; (2) peningkatan

luas areal penanaman-panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan

pertanian pangan produktif seperti di pulau Jawa. Kombinasi kedua faktor di atas

menyebabkan laju pertumbuhan produksi dari tahun ke tahun cenderung terus

menurun. Untuk mengatasi dua permasalahan teknis yang mendasar tersebut perlu

dilakukan upaya-upaya khusus dalam pembangunan pertanian pangan khususnya dalam

kerangka program ketahanan pangan nasional. Disamping itu, faktor dominan penyebab

rendahnya produktivitas adalah: (a) penerapan teknologi budidaya yang masih lemah

(konvensional); (b) tingkat kesuburan lahan yang terus menurun, dan (c) eksplorasi

potensi genetik tanaman yang masih belum optimal.

Dalam RPJMN 2015-2019 komoditas jagung merupakan prioritas kedua setelah

padi yang ditergetkan untuk swasembada. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk

meningkatkan produksi komoditas jagung dapat dilakukan melalui peningkatan

produktivitas dan/atau melalui perluasan areal tanam. Upaya yang dapat dilakukan

salah satunya adalah melalui pemanfaatan lahan suboptimal dan lahan terdegradasi

salah satunya adalah lahan kering masam yang potensi ketersediannya cukup

luas.Pengembangan pertanian pada lahan suboptimal tidak terhindarkan, karena

ketersediaan lahan subur semakin terbatas. Luas lahan kering masam di Indonesia

mencapai 107,36 juta ha dan sebagian besar tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan

dan Sulawesi (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2014).

Optimalisasi lahan suboptimal, khususnya lahan kering masam untuk

pengembangan budidaya tanaman jagung sangat berpotensi diwujudkan yaitu dengan

cara terlebih dahulu menginfentarisasi dan menganalisis kembali kelayakan teknologi-

teknologi yang telah banyak dihasilkan, baik melalui penelitian skala plot (komponen

dan/atau paket teknologi) maupun penelitian pengembangan. Selanjutnya komponen

dan/atau paket teknologi tersebut diuji dan dianalisis kelayakannya, diantaranya melalui

analisis preferensi pengguna, analisis kelayakan sosek, dan analisis dampak dari

teknologi terpilih. Dengan demikian, akan diperoleh teknologi unggulan budidaya jagung

Page 7: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

di lahan kering masam yang secara ekonomi layak, sosial diterima dengan baik oleh

petani dan teknologinya tepat. Berkaitan dengan tersebut, perlu dipilih dan

dikembangkan teknologi terpadu yang secara teknik mengintegrasikan antara

pengelolaan tanah dan air, manajemen hara dan biologi tanah, serta mensinkronkanya

dengan aspek sosial ekonomi masyarakat.

Untuk mencapai produktivitas tanaman jagung yang tinggi pada lahan kering

masam, aplikasi pembenah tanah berupa kapur dan rekapitalisasi fosfat perlu dilengkapi

dengan pemberian bahan organik dan unsur hara makro lainnya terutama nitrogen dan

kalium. Dosis optimum semua input tersebut diestimasi dengan konsep pemupukan

berimbang melalui pendekatan uji tanah. Hal ini penting karena berdasarkan

karakteristik tanah dan keperluan tanaman akan unsur haram maka dosis optimum yang

direkomendasikan dalam formulasi pemupukan berimbang berbeda (Widjaja Adhi dan

Silva, 1986).

Benih unggul baru yang berdaya hasil tinggi merupakan faktor produksi penting

lainnya yang sangat menentukan keberhasilan target produksi yang sudah ditentukan

dimana untuk jagung pada lahan sub optimal berkisar antara 15-20 ton biji pipilan

kering panen. Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau

lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,

toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk baik, dan atau sifat-sifat lainnya

serta telah dilepas oleh pemerintah. Budidaya jagung varietas unggul baru berdaya hasil

tinggi perlu didukung dengan input terutama pupuk dalam kondisi yang berimbang.

Selain itu, populasinya bisa ditingkatkan dengan aplikasi tanam sistem zig-zag yang

mampu meningkatkan populasi sekitar 1,4-1,8 kali (Balai Penelitian Tanah, 2017).

Beberapa varietas jagung yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian antara lain varietas jagung Seri Bima (seperti Bima 3 - 12)

dengan potensi hasil sekitar 11,7 – 13,2 t/ha dengan umur tanaman sekitar 88-100 hari,

varietas jagung Seri Bisi (seperti Bisi 2-8), dan varietas jagung seri JH (Jagung Hibrida),

seperti JH 27 dan JH 36 dengan umur tanaman sekitar 90-98 hari dan potensi hasil

sekitar12,2 t/ha. Selain itu ada juga varietas jagung yang dikembangkan oleh Non

Badan Litbang Pertanian seperti varietas jagung seri NT, NK, dan DK (Erawati dan

Awaludin, 2009).

1.2. DasarPertimbangan

1.2.1. Kegiatan 1 : Penelitian Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk Mendukung

Pengembangan Kawasan Pangan

1.2.1.a. Penelitian pengelolaan lahan kering masam (LKM) untuk meningkatkan produksi

tanaman pangan (jagung) melalui modifikasi paket teknologi pengelolaan

lahan.

Berdasarkan tren kebutuhan nasional terhadap komoditas pangan khususnya

jagung, maka hingga tahun 2025 dibutuhkan perluasan areal untuk tanam jagung

sekitar 1,3 juta ha. Padahal, ketersedian lahan yang subur sudah sangat terbatas, lahan

cadangan yang tersisa sebagian besar merupakan lahan sub optimal khususnya lahan

kering masam (yang potensinya masih cukup luas). Lahan kering masam (LKM)

merupakan salah satu bagian dari lahan suboptimal yang berpotensi untuk dijadikan

Page 8: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

pendukung pembangunan pertanian khususnya jagung, baik ditinjau dari aspek potensi

luasan maupun resiko lingkungan. Total luas LKM sekitar 108,8 juta ha (sekitar 69%

dari total luas lahan Indonesia), dan yang berpotensi untuk pertanian sekitar 62,65 juta

ha (Mulyani dan Sarwani, 2013). Namun demikian didalamnya masih terdapat areal-

areal dengan status areal yang tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan untuk

pertanian (dalam status tidak tersedia). Oleh sebab itu, opsi utama yang dapat

ditempuh untuk memenuhi kebutuhan swasembada jagung adalah pengembangan dan

optimalisasi lahan suboptimal khususnya lahan kering masam, baik melalui pendekatan

intensifikasi maupun secara ekstentifikasi.

Komponen dan/atau paket teknologi unggulan budidaya jagung untuk lahan

kering masam sudah banyak dihasilkan, namun masih banyak pula yang belum sampai

dan/atau diterapkan oleh petani di lapangan. Hal ini menandakan masih lemahnya

sistem dilevery teknologi dari penghasil (litbang) ke pengguna (user) petani.

Konsekwensi logis atau dampak dari belum sampainya teknologi unggulan tersebut ke

petani, tercermin dari masih rendahnya produktivitas tanaman yang dibudidayakan di

lahan kering masam sampai saat ini.

1.2.1.b. Penelitian Peningkatan Produktivitas Lahan Kering Masam dengan Aplikasi Co-

compost Biochar Berbahan Baku Limbah Organik

Potensi limbah sisa pertanian yang dapat dikonversi menjadi bahan pembenah

tanah atau amelioran cukup melimpah. Kotoran hewan dan sisa tanaman atau limbah

organic lainnya dengan rasio C/N rendah (<15) merupakan bahan baku yang umum

digunakan masyarakat untuk pembuatan kompos. Selain itu, masih terdapat limbah

organik dengan rasio C/N yang relatif tinggi (>25) seperti residu kayu, tempurung

kelapa, sekam padi, kulit buah kakao, tongkol jagung. Limbah organik yang sulit

terdekomposisi tersebut potensinya cukup besar dan berpotensi untuk dikonversi

menjadi biochar (Sarwani et al., 2013: Nurida 2014). Kompos dan biochar keduanya

mempunyai fungsi sebagai amelioran yang mampu memperbaiki kualitas tanah

pertanian.

Fungsi kompos dan biochar dalam memperbaiki kualitas tanah sudah banyak

dibuktikan. Namun demikian, proses pengomposan dapat menurunkan kandungan hara

seperti N dan K sehingga kandungan hara kompos lebih rendah dibandingkan bahan

bakunya. Sementara biochar mempunyai kemampuan meretensi hara NPK sehingga

tidak mudah hilang atau tercuci. Pembuatan co-compost biochar kotoran hewan

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembenah tanah yang dihasilkan adanya

proses pengkayaan selama proses pengomposan.

Optimalisasi lahan kering masam perlu meminimalisir kendala sifat tanah seperti

kemasaman tanah yang tinggi, kadar c-organik yang rendah, defisiensi hara N dan P.

Pemberian kompos dan biochar diharapkan dapat meningkatkan kualitas lahan masam

karena mampu meningkatkan pH, C-organik dan meminimalisir kehilangan hara NPK.

Aplikasi kotoran hewan dan biochar dama bentuk co-compost diharapkan akan

meningkatkan kualitas lahan kering masam dengan lebih efektif dan efisien.

1.2.1.c. Neraca Hara Pada Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk Tanaman Pangan

(jagung) dengan sistem Alley Cropping

Page 9: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Lahan kering masam mempunyai potensi besar untuk pengembangan pertanian

tanaman pangan, sayuran, maupun tanaman perkebunan/kehutanan. Kendala utama

pengelolaan ini adalah kadar bahan organik rendah, kahat P dan K, peka erosi dan

aliran permukaan, serta pH tanah yang rendah dan kejenuhan Al yang tinggi. Pemberian

bahan organik diyakini mampu mempertahankan kadar bahan organik, memperlambat

laju pengurasan hara dalam tanah, dan kesuburan tanah. Sistem budidaya lorong atau

dikenal dengan sistem alley cropping sudah diperkenalkan lama kepada petani,

pemerintah daerah, dan direktorat teknis terkait namun perkembangannya masih

lambat. Lambatnya adopsi oleh masyarakat antara lain disebabkan oleh berkurangnya

sebagian lahan untuk tanaman pagar, biaya pemangkasan yang periodik, adanya

persaingan hara antara tanaman pagar dan tanaman utama.

Sistem budidaya lorong di KP Taman Bogo, Lampung Timur sudah dilaksaakan

sejak 2010, namun masih banyak data dan informasi yang belum digali, antara lain

neraca hara, karakteristik biologi tanah. Penelitian ini diharapkan dapat membantu

memberikan data dan informasi terkait neraca hara pada sistem budi daya lorong

padalahan kering masam.

1.2.2. Kegiatan 2 : Pengembangan Jagung Berbasis Pemupukan Berimbang Dan

Varietas Unggul Baru Pada Lahan Kering Masam

Lahan Kering Masam adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau

digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Lahan kering masam

tersebar luas di Indonesia sekitar 99.564.000 ha dengan penggunaan untuk pertanian

meliputi pekarangan, tegal/kebun/ladang/huma, padang rumput, lahan untuk tanaman

berkayu, perkebunan, dan lahan sementara tidak diusahakan (Hidayat dan Mulyani,

2002). Produktivitas lahan kering masam tergolong rendah dan memerlukan sentuhan

teknologi yang spesifik lokasi, mampu diterapkan petani serta secara ekonomis mampu

memberikan keuntungan kepada petani. Pemanfaatan lahan kering masam juga

terhambat oleh kondisi petani yang umumnya belum bisa mengakses teknologi yang

diinovasikan terkait dengan kondisi perekonomiannya yang masih lemah.

Sebagai sumberdaya lahan yang sebarannya sangat luas, lahan kering masam

berpotensi sebagai sentra pengembangan pertanian melalui partisipasi yang lebih

intensif dari semua pihak terkait. Rumusan paket teknologi spesifik lokasi, efesien dan

efektif dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani menjadi kunci

keberhasilan pemanfaatan lahan kering masam. Inovasi teknologi tersebut perlu

diiringi dengan peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi teknologi dan

kemampuan petani dalam mengakses teknologi yang diintroduksikan.

Dari aspek luasan, keberhasilan dalam peningkatan produktivitas lahan kering

masam akan berdampak nyata terhadap peningkatan produksi jagung nasional.

Khususnya bagi petani, peningkatan ini akan meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani. Lebih jauh, keberhasilan ini diharapkan bisa mempertahankan

swasembada jagung nasional berkelanjutan.

Page 10: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

1.3. TUJUAN

1. Menguji paket teknologi budidaya tanaman pangan (jagung) yang adaptif untuk

meningkatkan produktivitas LKM, dan potensi kelayakannya diadopsi petani.

2. Mendapatkan komponen teknologi ameliorasi dengan aplikasi co compost

biochar limbah organik untuk meningkatkan produktivitas lahan kering masam

dan efisiensi pupuk NPK pada pola tanam jagung-kedelai.

3. Menghitung input – output hara pada budidaya tanaman pangan dengan

menggunakan sistem alley cropping di lahan kering masam.

4. Meningkatkan kualitas tanah kering masam dengan meningkatkan ketersediaan

hara tanah melalui rekapitalisasi fosfat dan pemupukan berimbang

5. Meningkatkan produktivitas jagung melalui rekapitalisasi fosfat dan varietas

unggul baru berpotensi hasil tinggi

6. Meningkatkan kapasitas petani dalam menerapkan teknologi rekapitalisasi fosfat,

pemupukan, dan budidaya varietas unggul baru.

Jangka Panjang

Meningkatkan produktivitas lahan kering masam yang berkelanjutan, yaitu secara

teknik tepat, dari aspek ekonomi layak, dan dari aspek sosial diterima masyarakat

(petani) guna mendukung swasembada pangan berkelanjutan dan peningkatan

pendapatan petani.

1.4. Keluaran yang diharapkan

Tahunan

1. Paket teknologi budidaya tanaman pangan (jagung) yang adaptif di LKM dengan

produksi tinggi, dan potensinya diadopsi/diterapkan oleh petani.

2. Komponen teknologi ameliorasi dengan aplikasi co-compost biochar limbah

organik untuk meningkatkan produktivitas lahan kering masam dan efisiensi

pupuk NPK pada pola tanam jagung-kedelai.

3. Teknologi pengelolaan hara pada budidaya tanaman pangan (jagung) dalam

sistem pertanaman lorong di lahan kering masam.

4. Rekapitalisasi fosfat ,pemupukan berimbang, dan budidaya varietas unggul baru

meningkatkan produktivitas jagung pada lahan kering masam

5. Teknologi dan pendampingan rekapitalisasi fosfat dan budiaya jagung varietas

unggul baru meningkatkan kapasitas petani dalam adopsi dan akses teknologi

introduksi

6. Teknologi introduksi yang mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

petani lahan kering masam

7. Tiga (3) draft Karya tulis ilmiah (KTI)

Jangka Panjang

Teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan kering masam yang

berkelanjutan, yaitu secara teknik tepat, dari aspek ekonomi layak, dan dari aspek sosial

diterima masyarakat (petani) guna mendukung swasembada pangan berkelanjutan dan

peningkatan pendapatan petani.

Page 11: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

a. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang

Penciptaan teknologi yang bersifat holistik yaitu teknologi pengelolaan lahan

kering masam yang efektif dan efisien serta adaptif bagi masyarakat akan bermanfaat

bagi optimalisasi lahan kering masam karena mampu meningkatkan kualitas tanah dan

produktivitas tanaman. Optimalisasi lahan suboptimal seperti lahan kering masam

sebagai sanagt diperlukan guna mendukung swasembada tanaman pangan. Mengingat

luasnya lahan kering masam, maka dampak dari perbaikan kualitas lahan tersebut

melalui inovasi teknologi akan mampu meningkatkan ketersediaan pangan dan produk

tanaman pangan lainnya yang sangat dibutuhkan masyarakat baik di tingkat lokal,

regional maupun nasional.

Page 12: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kendala pengembangan lahan kering masam

Lahan kering masam umumnya terletak pada wilayah dengan curah hujan relatif

tinggi > 2000 mm tahun-1 (Rochayati dan Dariah 2012), tingkat pencucian hara

berlangsung intensif sehingga tingkat kesuburan lahan kering masam tergolong rendah.

Secara umum, lahan kering masam dicirikan oleh pH masam (< 5,5), kandungan C-

organik dan basa-basa dapat ditukar rendah, serta kejenuhan basa dan kapasitas tukar

kation juga rendah, peka terhadap erosi dan pori air tersedia rendah dan bobot isi relatif

tinggi. Intensitas matahari yang tinggi berdampak pada tingginya tingkat dekomposisi

bahan organik baik secara kimia maupun fisik (Glaser et al. 2002).

Peluang untuk meningkatkan produktivitas lahan kering masam sangat tinggi,

karena teknologi penanggulangan kendala-kendala pembatasnya telah banyak diketahui

dan/atau dihasilkan. Namun, teknologi yang telah dihasilkan tersebut masih bersifat

parsial dan masih terdapat kendala-kendala (fisik, kimia dan biologi tanah) yang belum

terpecahkan. Oleh karena itu, wilayah lahan kering masam yang potensial, perlu

diidentifikasi terlebih dahulu dan teknologi penanggulangan kendala-kendalanya perlu

dicari dan dirumuskan secara terintegrasi agar diperoleh produktivitas lahan kering yang

tinggi dan berkelanjutan.

Optimalisasi lahan kering masam dihadapkan pada kendala beberapa faktor yaitu

fisika, kimia, dan biologi tanah, sebagai contoh tingginya nilai bobot isi (BD) tanah pada

lahan kering masam menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Hairiah et al. 2004).

Selain kendala alami yang dimiliki lahan kering masam, pengelolaan lahan yang kurang

tepat juga dapat menyebabkan semakin menurunnya kualitas lahan. Pengelolaan lahan

yang kurang tepat mencakup kegiatan, pengangkutan biomasa sisa panen ke luar dari

lahan dan pengolahan tanah intensif. Intensifnya penggunaan lahan kering masam

tanpa adanya pergantian tanaman dapat menyebabkan terkurasnya unsur hara esensial

dari dalam tanah pada saat panen, dan kesuburan tanah akan menurun secara terus

menerus. Menurunnya kesuburan tanah dapat menjadi faktor utama yang

mempengaruhi produktivitas lahan kering masam, sehingga diperlukan upaya

rehabilitasi lahan dan penambahan unsur hara dalam tanah melalui proses pemupukan.

Kedua upaya tersebut sangat penting dilakukan pada lahan kering masam agar dapat

diperoleh produksi yang optimal dan menguntungkan dari tanaman yang dibudidayakan.

Upaya rehabilitasi lahan kering masam merupakan faktor penting yang harus

dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering masam. Hasil penelitian

Dariah dan Nurida (2011) mendapatkan bahwa tanpa rehabilitasi lahan dengan bahan

ameliorasi, pertumbuhan tanaman menjadi sangat terhambat. Bahan amelioran yang

biasa digunakan adalah kapur (Taupiq et al. 2007), biomasa tanaman (Nurida 2006),

biochar (Nurida et al. 2014). Selain itu, gejala defisiensi hara ganda seperti hara N dan

P sering terjadi di lahan kering masam (Santoso dan Sofyan 2005). Penggunaan pupuk

P dalam bentuk P-Alam dapat menanggulangi faktor rendahnya ketersediaan P di lahan

kering masam (Rochayati et al. 2005).

Hasil kajian terhadap aktivitas mikroba di lahan kering masam (Ultisols)

menunjukkan bahwa populasi mikroba cukup rendah, yaitu berkisar antara 29,4 x 101-

14,8 x104 cfu/gram tanah, tetapi keragamannya cukup tinggi dan juga mengandung

Page 13: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

beberapa jenis mikroba yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (Prihastuti et al.

2006). Sebagai pembanding, pada lahan yang subur mengandung lebih dari 100 juta

mikroba per gram tanah (Isroi 2004). Keadaan ini menunjukkan bahwa dalam upaya

meningkatkan kesuburan lahan kering masam, mutlak memerlukan masukan mikroba

(Prihastuti et al. 2007). Beberapa jenis mikroba yang berhasil diisolasi dari lahan kering

masam Ultisol bersifat sebagai beneficial microbe, meliputi bakteri dan jamur yang aktif

dalam melakukan transformasi unsur hara, terutama nitrogen dan fosfat, dan bersifat

adaptif terhadap lingkungan tumbuhnya. Beneficial microbe yang ditemukan ada yang

bersifat simbiosis dan non simbiosis (hidup bebas).

Teknologi mengatasi kendala lahan kering masam

Pengapuran merupakan salah satu teknik ameliorasi, dalam rangka untuk

meningkatkan produktivitas lahan kering masam, khususnya mengatasi kendala

kandungan Al dan Fe yang tinggi, disamping itu dapat menetralisasi keracunan Al

maupun Fe tersebut. Disamping itu penggunaan bahan organik juga perlu mendapat

perhatian yang lebih besar pula, karena mengingat lahan kering masam umumnya telah

mengalami degradasi bahan organik. Untuk meningkatkan kandungan P tanah pada

lahan kering masam hanya dapat dilakukan dengan menambahkan pupuk P. Pada tanah

mineral masam, ion fosfat dari pupuk P diambil dari larutan tanah dan dierap oleh

oksida besi dan aluminum pada permukaan liat.

Pengapuran penting untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah

kering masam yang mengandung unsur beracun Al dan Fe. Kapur yang diberikan ke

tanah akan mengikat unsur-unsur racun tersebut, sehingga pH tanah meningkat dan

unsur-unsur hara seperti P dan K menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman. Namun

demikian, pengapuran yang dilakukan seyogyanya didasarkan kepada batas kritis

toleransi tanaman terhadap unsur racun tersebut, khususnya untuk Al. Hasil penelitian

pengapuran menunjukkan bahwa pemberian 2,0 ton CaCO3/ha, 5,0 ton bahan

organik/ha dan 40 kg P-alam/ha dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai di Kubang

Ujo, Jambi (Santoso 2003)

Selain defisiensi nitrogen (N), defisiensi fosfor (P) juga merupakan pembatas

utama pada lahan-lahan kering masam. Dengan pemberian pupuk dan pengelolaan

tanah dan tanaman yang baik, produktivitas lahan kering masam dapat ditingkatkan

menjadi 5 kali lipat, yaitu dari sekitar 0,5-1,0 menjadi 2,5- 3,5 t ha-1 padi gogo atau

jagung per musim (Santoso 1997; Von Uexkull 1997; Adiningsih et al. 2001). Pada

tanah mineral masam, ion fosfat dari pupuk P diambil dari larutan tanah dan dierap oleh

oksida besi dan aluminum pada permukaan liat. Kemampuan tanah untuk mengerap P

merupakan keuntungan karena tanah dapat menyimpan pupuk P yang ditambahkan dan

secara perlahan-lahan P yang dierap koloid tanah tersebut akan dilepaskan kembali

yaitu melalui proses penciptaan keseimbangan ion dalam larutan tanah sehingga dapat

dimanfaatkan oleh tanaman, sehingga pemupukan P pada lahan kering masam

mempunyai efek residu untuk jangka panjang (Sanchez et al. 1997).

Penggunaan bahan organik pada lahan kering masam biasanya dilakukan

berurutan dengan teknik mulsa karena bahan organik yang digunakan untuk mulsa

pada musim sebelumnya, digunakan sebagai pupuk organik yang dibenamkan ke dalam

tanah saat pengolahan. Bahan organik baik yang berasal dari sisa tanaman (pupuk

Page 14: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

hijau) maupun dari kotoran hewan (pupuk kandang) efektif dalam memperbaiki sifat

fisik tanah. Penelitian Suwardjo et al. (1987) pada tanah Ultisol Lampung menunjukkan

bahwa bahan organik yang berasal dari lamtoro, kaliandra dan flemingia dapat

meningkatkan stabilitas agregat dan air tersedia. Penelitian lainnya yang dilaksanakan

oleh Hafif et al. (1993) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hijau dari system alley

cropping, cover crop, dan sisa tanaman yang dikombinasikan dengan pupuk kimia dapat

memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, yaitu menurunkan bobot isi, meningkatkan total

ruang pori, dan meningkatkan pori air tersedia.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian amelioran dalam bentuk

biochar dan kompos berpengaruh positif terhadap tanah dan tanaman. Biochar

merupakan amelioran yang efektif untuk meningkatkan sifat tanah dan produktivitas

tanaman, khususnya pada tanah masam (Jeffery et al. 2011; Atkinson et al. 2010;

Spokas et al. 2012). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biochar mampu

meminimalkan pencucian hara N, P dan K (Novak et al. 2009; Hale et al. 2013 dan

Nurida et al. 2013). Kompos kotoran hewan umum digunakan untuk pembenah tanah

atau sumber hara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencampuran kompos

dengan biochar berdampak positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Aplikasi

biochar kompos mampu meningkatkan ketersediaan hara N dan P dibandingkan jika

hanya menggunakan biochar saja (Kammann 2015; Agegnehu et al. 2016; Zchulz et al.

2014). Penambahan biochar pada saat pengomposan akan sangat menguntungkan bagi

pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah (Schulz et al. 2013).

Page 15: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

III. METODOLOGI

3.1. Kegiatan 1 : Sistem Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk Mendukung

Pengembangan Kawasan Pangan

Sub Kegiatan 1.a: Penelitian pengelolaan lahan kering masam (LKM) untuk

meningkatkan produksi tanaman pangan (jagung) melalui modifikasi

paket teknologi pengelolaan lahan.

Kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan selama 2 (dua) tahun, pada lahan

kering masam di Provinsi Lampung. Paket teknologi yang akan diuji adalah meliputi

kombinasi beberapa komponen teknologi (pemupukan berimbang, posfat alam, kapur,

kompos, pembenah tanah, pemanfaatan micro-organisme) yang telah pernah dihasilkan

melalui berbagai kegiatan penelitian pada budidaya jagung di lahan kering masam .

Komponen teknologi tersebut dirakit menjadi satu paket teknologi yang dianggap paling

berpotensi menghasilkan produktivitas tinggi dan diperkirakan dapat diadopsi oleh

petani. Penelitian direncanakan dilaksanakan/diaplikasikan pada luasan lahan lebih

kurang 1 ha. Paket teknologi yang dipilih untuk diujikan yaitu: Pemupukan berimbang

(NPK dosis rekomendasi + Rock phosphate dosis 1 ton/ha) + dolomit 1 ton/ha + pupuk

kandang 5 ton/ha, dan jarak tanam sistem jejar legowo, yaitu 40 cm antar barisan x 20

cm dalam barisan, dan jarak antara dua barisan berikutnya 80 cm (Gambar 1).

Disamping pengujian paket teknologi pada luasan 1 ha tersebut, juga akan dilakukan

penelitian superimpose, yaitu penelitian pengujian beberapa paket teknologi modifikasi

dari peket teknologi yang diterapkan pada lahan 1 ha tersebut. Penelitian dirancang

dalam bentuk rancangan percobaan yaitu “Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau

Randomized Block Desain (RCBD) dengan 5 perlakuan, dan 4 ulangan.

Perlakuan yang akan diuji adalah:

T1: Kontrol 1 (perlakuan pola petani umumnya pada lokasi setempat), dengan jarak

tanam 75 cm (antar barisan) x 20 cm (dalam barisan).

T2: Kontrol 2 (perlakuan pola petani umumnya pada lokasi setempat) + modifikasi

jarak tanam menjadi sistem “Z” yatu : 75 cm antar barisan x 25 cm dalam

barisan, dan diantara barisan disisipkan 1 tanaman pada pertengahan diagonal

antara dua barisan tanaman, jarak antara dua barisan tanaman berikutnya 75

cm (Gambar 1)

T3: Pemupukan berimbang (NPK dosis rekomendasi + Rock phosphate dosis 1

ton/ha) + dolomit dosis 1 ton/ha + pupuk kandang 5 ton/ha.

T4: Pemupukan berimbang (NPK dosis rekomendasi + Rock phosphate dosis 1

ton/ha) + dolomit dosis 1 ton/ha + Biochar dosis 5 ton/ha.

T5: Pemupukan berimbang (NPK dosis rekomendasi+ Rock phosphate dosis 1

ton/ha) + dolomit dosis 1 ton/ha + Pengembalian sisa tanaman (jagung) ke

dalam tanah dosis 10 ton/ha.

Jarak tanam jagung pada perlakuan T3, T4 dan T5 sama dengan perlakuan T2. Pada

perlakuan T2, T3, T4, dan T5 untuk masing-masing plot ditambahkan pupuk hayati

dosis rekomendasi.

Page 16: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Gambar 1. Jarak tanam jagung sistem “Z” untuk perlakuan T2, T3, T4, dan T5.

Ukuran masing-masing petak adalah 15 m x 10 m, menggunakan tanaman

jagung varietas hibrida (yang umum digunakan dan/atau disukai oleh petani di Provinsi

Lampung). Untuk setiap lobang tanaman ada 1 tanaman.

Pengamatan:

1. Biofisik

a. Pertumbuhan (tinggi), produksi biomasa dan biji tanaman

b. Sifat fisika (BD, pF, agregat, permeabilitas), kimia (N, P, K, Ca, Mg, C-org),

biologi (aktivitas mikrob tanah) sebelum dan sesudah diperlakukan.

2. Preferensi dan/atau persepsi petani terhadap paket teknologi yang diuji atau

diperkenalkan.

3. Nilai input dan output usaha tani.

Sub Kegiatan 1.b : Penelitian Peningkatan Produktivitas Lahan Kering Masam dengan Aplikasi

Co-compost Biochar Berbahan Baku Limbah Organik

Penelitian akan dilakukan selama dua (2) tahun, dimulai TA 2018 hingga TA

2019 pada skala research (dengan tidak melibatkan petani) di Kebun Percobaan Taman

Bogo, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur. Pada umumnya aplikasi kompos dan

biochar dilakukan secara terpisah atau premixed (dicampur ketika akan diaplikasikan)

namun pada penelitian ini biochar akan dicampur dengan kororan sapi lalu dikomposkan

(co-compost) sehingga kualitas pembenah tanah berbahan baku limbah organik yang

diperoleh dapat ditingkatkan. Pada tahun 2018, kegiatan akan dilaksanakan pada pola

tanam jagung-kedelai.

Page 17: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan kelompok petak

terpisah (Split plot design), dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah:

Petak utama: dosis N

1. 100% dosis NPK rekomendasi

2. 75% dosis NPK rekomendasi

Anak petak:

1. Tanpa pembenah tanah

2. Pembenah tanah Biochar 10 t/ha

3. Pembenah tanah premixed kompos-biochar 10 t/ha (50:50 % berat)

4. Pembenah tanah co-compost biochar 15 t/ha (50:50 % berat)

5. Pembenah tanah co-compost biochar 15 t/ha (75:25 % berat)

Bahan baku biochar yang digunakan adalah tongkol jagung yang banyak tersedia

di sekitar lokasi, sedangkan bahan baku kompos adalah kotoran ternak sapi. Proses

pembuatan biochar akan menggunakan Kon Tiki yang sederhana namun lebih aman

untuk lingkungan (produksi asap lebih bersih, lebih rendah emisi GRK) dan mudah

diaplikasikan oleh petani. Pada saat pengomposan akan digunakan dekomposer M-dec

atau Agrodeko sesuai dosis anjuran dan lamanya pengomposan sekitar 2-3 minggu.

Ukuran masing-masing petak adalah 5 m x 4,5 m, dengan tanaman indikator

jagung varietas P27 (musim tanm pertama) dan kedelai varietas Anjasmoro (musim

tanam kedua). Saat tanam diberi pupuk N sesuai perlakuan yang diuji sedangkan PK

sesuai dosis rekomendasi (PUTK).Seluruh sisa tanaman diaplikasikan sebagai mulsa

permukaan pada musim tanam berikutnya.

Pelaksanaan di Lapang

Pelaksanaan di lapang dimulai dengan menyiapkan biomas sisa tanaman berupa

tongkol jagung untuk bahan baku biochar dan kotoran ternak sapi untuk kompos

dengan jumlah sesuai kebutuhan. Selanjutnya tongkol jagung dijemur hingga kering,

proses pembuatan biochar sendiri dilakukan dengan menggunakan Kon Tiki, diperlukan

beberapa kali proses pembuatan untuk memenuhi jumlah biochar yang dibutuhkan.

Pembuatan kompos kotoran ternak sapi dengan menggunakan dekomposer M-

Dec/Agrodeko sesuai jumlah yang diperlukan, Pada waktu yang bersamaan membuat

co-compost yaitu mencampur biochar dengan kotoran sapi sesuai jumlah yang

diperlukan, lalu diberi dekomposer M-Dec/Agrodeco. Kemudian kedua proses

pengomposan dibiarkan/inkubasi selama 2-3 minggu sebelum diaplikasikan. Semua

bahan amelioran yang akan diuji dianalisis di laboratorium tanah Bogor.

Pengolahan tanah dilakukan sebelum penanaman (pembersihan gulma,

pembuatan petak percobaan dan parit antar petakan). Selanjutnya dilakukan aplikasi

pembenah tanah sesuai perlakuan dan diinkubasi selama 1-2 minggu. Selanjutnya

dilakukan penanaman jagung (musim tanam pertama) diatas campuran pembenah

tanah dan pupuk. Jarak tanam jagung adalah 25 cm X 75 cm. Saat tanam diberi pupuk

PK sesuai dengan dosis rekomendasi (PUTK) dan pupuk N sesuai perlakuan. Pada

tanaman jagung, pupuk Urea diberikan 3 kali masing-masing 20% saat tanam, 40 %

pada umur 21 HST dan 40% lagi pada umur 42 HST, sedangkan pupuk SP36 dan KCl

diberikan bersamaan tanam. Penyulaman dilakukan paling lambat pada umur 7 hari

Page 18: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

setelah tanam (HST) dan penyemprotan hama dan penyakit dilakukan sesuai jenis

serangan. Selain itu, dilakukan penyiangan secara intensif sebelum pupuk susulan

diberikan yaitu pada saat tanaman berumur 20 HST dan 41 HST. Pada musim tanam

kedua akan ditanam kedelai dan tidak diberikan lagi pembenah tanah hanya diberi

pupuk anorganik untuk melihat efek residu. Jarak tanam kedelai adalah 25 cm x 25 cm.

Pupuk anorganik yang diberikan Urea 100 kg/ha, SP36 200 kg/ha dan KCl 100 kg/ha.

Pengambilan contoh tanah komposit dan contoh tanah utuh pada saat sebelum

panen dan setelah panen jagung dan kedelai dari masing-masing plot (60 sample).

Contoh tanah diambil pada kedalaman tanah 0-20 cm. Pengambilan contoh tanah utuh

(tanah tidak terganggu) menggunakan ring sample berukuran diameter 7,5 cm dan

tinggi 4 cm. Contoh tanah komposit dengan menggunakan bor berukuran 1 inci dan

diambil dari enam titik pengambilan kemudian dicampur, bagian tanaman dibuang

kemudian diambil ± 0,5 kg.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari1) Sifat fisik tanah: water stable

aggregate (WSA) (pengayakan basah), bulk density (BD) dan porositas (gravimetric), 2)

sifat kimia tanah: pH (H2O dan KCl), kandungan C-organik (Walkley and Black), N-total

(Kjeldahl), kation dapat ditukar dan KTK ( NH4OAc 1 N, pH 7) serta kemasaman tanah

(KCl 1 N) 3) pertumbuhan dan hasil tanaman. Sebelum aplikasi akan dilakukan

pengambilan satu sample tanah, dan sesudah aplikasi perlakuan akan diambil sample

tanah untuk setiap petak perlakuan.

Pengolahan data

Analisis data dilakukan secara statistik terhadap variabel yang diamati,

menggunakan analysis of variance (ANOVA) atau uji keragaman dengan selang

kepercayaan 95%. Untuk melihat pengaruh beda nyata dari peubah akibat perlakuan

serta interaksinya dilakukan uji jarak berganda Duncan (DMRT= Duncan Multiple Range

Test), pada taraf nyata 95% ( = 5%). Selain itu akan dilakukan analisis deskriptif sifat

tanah untuk mengetahui perubahan sifat tanah setelah aplikasi perlakuan dibandingkan

kondisi tanah awal.

Sub Kegiatan 1.c : Neraca Hara Pada Pengelolaan Lahan Kering Masam untuk Tanaman

Pangan dengan Alley Cropping

Pendekatan

Penelitian menggunakan lokasi sistem alley croppingyang sudah ada di

KP Taman Bogo Lampung, Timur sejak tahun 2010. Petak-petak percobaan

dirancang menyesuaikan petak-petak yang sudah ada pada sistem alley cropping.

Tanaman pagar (hedgerow crop) pada sistem alley cropping di KP Taman Bogo

adalah tanaman kacang-kacangan Flemingia congesta, kaliandra, lamtoro, gamal,

dan rumput setaria. Tanaman pagar ini nantinya akan dipangkas dengan interval

pangkasan 1,5 – 2 bulan. Sebagai tanaman lorong/alley adalah jagung hibrida.

Input-output hara dalam sistem alley cropping ini akan didekati dengan mengetahui

jumlah hara yang diberikan dibandingkan dengan jumlah hara yang keluar saat.

Selain itu akan diketahui juga pengaruh pemberian bahan organik yang kontinue

melalui sistem alley cropping terhadap peningkatan produktivitas tanaman pangan,

karakteristik tanah, baik kimia, fisika, dan biologi tanah.

Page 19: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Lingkup Kegiatan

Penelitian ini dirancang jangka panjang 3 tahun mulai tahun 2018 dan akan

berakhir tahun 2020. Lingkup kegiatan antara lain:

1. Mengamati bobot biomas tanaman pagar (hedgerow crop)

2. Mengamati pertumbuhan tanaman pokok, yaitu jagung hibrida

3. Mengamati kadar hara makro, C-organik dalam tanah setiap musim tanam

4. Menganalisis neraca hara pada sistem budidaya lorong

Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian antara lain pupuk organik (pukan),

anorganik (urea, SP 36, KCl), kaptan, pangkasan tanaman pagar (Flemingia

congesta, lamtoro, dan gamal/gliriside, benih jagung, pestisida, bahan untuk papan

percobaan, bahan kimia untuk analisis di laboratorium, dan bahan penunjang

lainnya untuk pelaksanaan percobaan lapang.

Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada lahan kering masam di KP Taman Bogo,

Lampung Timur. Penelitian dilaksanakan pada sistem alley cropping yang sudah

dibangun sejak tahun 2010. Tanaman pagar yang digunakan adalah (Gambar 1):

1. Flemingia congesta : luas areal 75 m x 45 m, jarak antara tanaman pagar 4 m,

jumlah baris tanaman pagar 10 baris

2. Lamtoro : luas area 75 m x 20 m, jarak tanaman pagar 11 m, jumlah baris

tanaman pagar 2 baris

3. Gamal/Glirisidia : luas areal 75 m x 21 m, jarak tanaman pagar 7 m, jumlah

baris tanaman pagar 2 baris

Pada masing-masing jenis tanaman pagar akan ditempatkan perlakuan

pemupukan, yaitu NPK, kapur pertanian (kaptan), dan pupuk kandang (Tabel 1).

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak elompok dengan

6perlakuan dan 3 ulangan. Luasan petakan akan disesuaikan dengan luas areal

yang ada pada masing-masing jenis tanaman pagar yang sudah ada.

Tabel 1. Kompoisisi perlakuan pada Penelitian Neraca Hara di KP Taman Bogo

Lampung

No Perlakuan

Pupuk

Urea SP 36 KCl Pukan Kaptan/Pel

arut P

kg/ha

1 Tanpa Pupuk 0 0 0 0 0

2 Pupuk 1 300 150 100 0 0

3 Pupuk 2 300 150 100 0 1 x Aldd

4 Pupuk 3 300 150 100 5000 0

5 Pupuk 4 300 150 100 5000 1 x Aldd

6 Pupuk 5 225 114,5 75 0 Pelarut P

Keterangan: Kaptan = kapur pertanian, pukan = pupuk kandang sapi, Aldd = Al

dapat ditukar

Page 20: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Tanaman pangan indikator yang digunakan adalah jagung hibrida dengan

jarak tanam 75 cm x 25 cm, dengan 2 biji perlubang yang nantinya hanya

dipelihara satu tanaman saja. Kapur sebanyak 1 x Aldddiberikan satu minggu

sebelum tanam, yaitu pada saat pemholahan tanah ke dua/penghalusan, dengan

cara ditebar pada seluruh permukaan tanah, kemudian diaduk merata. Kapur

diberikan pada saat perataan petakan/penghalusan tanah. SP 36 diberikan

sebanyak satu kali dengan cara dilarik pada barisan tanaman. Urea dan KCl

diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan 5 minggu setelah tanam (MST), masing-

masing dengan ½ dosis. Pemberian pertama dilakukan saat tanam, pemberian

berikutnya diberikan sekitar 5 minggu setelah tanam.

Biomas tanaman pagar dipangkas secara periodik setiap 6 minggu. Pangkasan

biomas tanaman pagar diberikan sebagai mulsa secara merata pada seluruh

petakan. Biomas jagung hasil panen dikembalikan sebagai mulsa secara merata.

Parameter yang diamati:

Tanaman jagung:

Tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6, 8 minggu setelah tanam (MST)

Saat Panen : bobot biomas basah dan kering, bobot klobot + tongkol + biji

basah dan kering, biji kering, bobot tongkol+klobot kering.

Kadar hara N, P, K dalam biji, biomas/batang, klobot+tongkol

Umur vegetatif maksimum (7 MST) : tiga tanaman per petak dipanen, bobot

biomas basah dan kering, kadar hara N, P, K.

Tanaman pagar:

Bobot biomas basah dan kering, dipangkas setiap 6 minggu

Kadar hara NPK

Tanah : C-organik, N, P, K, Ca, Mg, KTK, aktivitas mikroba

Pupuk : pupuk organik, kaptan, NPK

Perhitungan Neraca Hara

Perhitungan neraca hara dilakukan seperti yang dilakukan oleh Dierolf et

al.,(2000), Kasno et al.(2009), Nurjaya et al. (2012)yaitu perimbangan jumlah hara

yang ditambahkan (input) dengan jumlah hara yang dikeluarkan dari sistem

produksi (output). Perhitungan neraca hara dilakukan dengan cara mengurangi

input hara ke dalam tanah dan output hara dari tanah melalui panenHara dikatakan

seimbang apabila selisih input dan output mendekati nol. Diasumsikan bahwa hara

yang masuk melalui air hujan dan kehilangan hara melalui aliran permukaan dan

erosi adalah sama.

Neraca hara = input(melalui pupuk) – Output(panen)

Komponen input meliputi hara yang masuk melalui pupuk, pembenah, sisa

tanaman, dan pangkasan tanaman pagar pada sistem alley cropping. Adapun

komponen output adalah jumlah hara yang terangkut panen meliputi biji, bonggol +

tongkol jagung, dan sisa tanaman.

Page 21: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

3.2. Kegiatan 2 : Pengembangan Jagung Berbasis Pemupukan Berimbang

Dan Varietas Unggul Baru Pada Lahan Kering Masam

Ruang Lingkup

Pada tahun 2018, kegiatan peningkatan produktivitas tanaman jagung pada

lahan kering masam melalui rekapitalisasi fosfat, pemupukan berimbang, dan

penggunaan varietas unggul baru pada lahan kering masam dilaksanakan di 2

lokasi yaitu Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung (dengan luasan ± 50 ha)

dan Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan (dengan luasan ± 250 ha).

Lokasi tersebut milik petani yang dikelola dalam bentuk sawah atau tegalan.

Demfarm dilakukan di lahan petani, bekerjasama dengan petani dimana peneliti

sebagai sumber inovasi teknologi dan petani sebagai pelaksana lapang. Peneliti dan

teknisi terlibat berasal dari lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

pada Unit Kerja Balai Penelitian Tanah, Balai Penelitian Rawa, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, dan Unit Kerja lainnya yang relevan.

Pelaksanaan denfarm tersebut akan didukung dengan kegiatan bimbingan

teknis (bimtek) untuk meningkatkan pemahaman dan kapasitas petani dalam

aplikasi rekapitalisasi fosfat, pemupukan berimbang, dan jagung varietas unggul

baru. Kegiatan ini dilakukan sebelum aplikasi teknologi introduksi oleh petani

kooperator. Materi bimtek meliputi aspek (a) karakteristik dan solusi pengelolaan

lahan kering masam, (b) karakteristik dan peranan rock fosfat Marocco untuk

tanaman pangan pada lahan kering masam, (c) konsep dan keunggulan

pemupukan berimbang, (d) Budidaya jagung varietas baru berdaya hasil tinggi, dan

(e) analisis finansial usahatani jagung berbasis rekapitalisasi rock fosfat,

pemupukan berimbang, dan varietas unggul baru. Peserta bimtek mencakup staf

dinas pertanian Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Tanah Laut, jajaran

penyuluh pertanian tanaman pangan Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten

Tanah Laut, petani koperator dan non koperator di lokasi penelitian, petani pewakil

kelompok tani di kecamatan terdekat dengan lokasi penelitian.

Kegiatan lainnya adalah kunjungan lapang dengan obyek keragaan tanaman

jagung pada umur generatif optimum. Temu lapang bertujuan untuk mempercepat

penyebar luasan (diseminasi) teknologi pengelolaan lahan kering masam untuk

tanaman jagung berbasis pada rekapitalisasi fosfat, pemupukan berimbang, dan

varietas unggul baru dengan sistem tanam zig-jag super. Peserta temu lapang sama

dema dengan perserta bimtek dengan asumsi bahwa keragaan tanaman jagung

pada kondisi optimum merupakan hasil dari aplikasi bimtek. Selama temu lapang

dilakukan diskusi teknis antara petani kooperator dengan moderator peneliti Badan

Litbang Pertanian.

Sebagai unit usaha komersial, aspek ekonomi usahatani jagung berbasis

rekapitalisasi fosfat, pemupukan berimbang, dan varietas uggul baru juga diamati.

Aspek ekonomi ini akan didekati melalui analisis finansial menggunakan B/C rasio.

Dalam kasus ini, analisis finansial juga dilakukan pada budidaya jagung model

petani sebagai pembanding. Tahapan dan luaran kegiatan disajikan dalam Tabel 2.

Page 22: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Tabel 2. Tahapan pelaksanaan kegiatan denfarm jagung berbasis rekapitalisasi

fosfat, pemupukan berimbang, dan varietas unggul baru pada lahan kering

masam

Kegiatan Luaran

2018 2019

Koordinasi dan

pemantapan lokasi

demfarm

Bimbingan teknis

dan pendampingan

aplikasi teknologi

Denfarm jagung

varietas unggul

Temu Lapang

denfarm usahatani

jagung

Pengamatan

pertumbuhan dan

produksi jagung

- Sosialisasi kegiatan dengan Pemda

dan BPTP setempat, Kelompok Tani

- Lokasi demfarm di Kabupaten

Lampung Timur seluas ± 50 ha dan

Kabupaten Tanah Laut seluas ± 250

ha

- Kesamaan persepsi dan kesediaan

petani untuk terlibat dalam

pelaksanaan demfarm

- Bimbingan teknis pengelolaan lahan

kering masam berkelanjutan,

pembuatan pupuk organik, manfaat

dan aplikasi pupuk hayati, pemupukan

berimbang, budidaya varietas unggul

baru

- Keragaan denfarm usahatani jagung

varietas unggul baru dengan

rekapitalisasi fosfat, pemupukan

berimbang, dan varietas unggul baru

seluas ± 50 ha di Lampung Timur dan

seluas ± 250 ha di Tanah Laut Kalsel.

- Temu lapang di salah satu lokasi

denfarm menjelang panen dihadiri

oleh sekitar 300 orang dilakukan di

dua lokasi yaitu Lampung dan Kalsel.

Pengamatan terhadap parameter (tinggi

tanaman, berangkasan, pipilan biji

jagung) selama pertumbuhan dan

panen jagung

- Penyempurnaan

teknologi denfarm

usahatani jagung

berbasis pemupukan

berimbang dan

varietas unggul baru

- Temu lapang di salah

satu lokasi denfarm

menjelang panen

dihadiri oleh sekitar

300 orang

- Pengamatan terhadap

parameter (tinggi

tanaman,

berangkasan, pipilan

biji jagung) selama

pertumbuhan dan

panen jagung

Page 23: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Pelaksanaan Kegiatan

Koordinasi dan Sosialisasi

Demfarm usahatani jagung berbasis rekapitalisasi fosfat, pemupukan berimbang,

dan varietas unggul baru merupakan kegiatan yang dilakukan di lahan petani dan

bekerjasama dengan petani. Oleh karena itu, kegiatan yang paling awal dilakukan

koordinasi dan sosialisasi teknologi introduksi dengan Pemda Kabupaten Lampung Timur

dan jajarannya, Pemda kabupaten Tanah Laut dan jajarannya, kelompok tani, dan

pemuka masyarakat. Dalam kegiatan ini disampaikan rencana pelaksanaan demfarm,

mekanisme kerja sama semua pihak terkait, dan hal-hal lainnya yang diperlukan selama

kegiatan berlangsung.

Penentuan lokasi (CPCL)

Lokasi demfarm ditentukan berdasarkan aspek infrastruktur penunjang

usahatani, aksesibilitas, memenuhi karakteristik lahan kering masam, ada sumber air

untuk tanaman, dan lokasi termasuk strategis. Penentuan lokasi ini dilakukan melalui

wawancara focus group discussion (FGD) untuk memperoleh gambaran biofisik lahan

dan sumberdaya manusia yang komprehensif. Output dari tahapan ini adalah lokasi

demfarm berupa lahan kering masam milik petani baik hamparan sawah maupun

tegalan dengan luasan ± 50 ha di Kabupaten Lampung Timur dan ± 250 ha di

Kabupaten Tanah Laut. Untuk yang di Kabupaten Lampung Timur lokasi dalam 1

hamparan, sedangkan di Kabupaten Tanah Laut bisa 2-3 hamparan. Hal ini terkait

dengan antispasi ketersediaan air dan pengelolaan OPT yang semakin terkendali jika

hamparan tanaman semakin luas.

Demonstrasi Farm Usahatani Jagung

Demfarm usahatani jagung berbasis rekapitalisasi fosfat, pemupukan berimbang,

dan pemanfaatan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi dilakukan di lahan petani

dan bekerja sama dengan petani dalam pelaksanaan demfarm. Demfarm dilakukan di

Kabupaten Lampung Timur seluas ±50 ha, dan di Kabupaten Tanah Laut seluas ± 250

ha. Paket teknologi yang diaplikasikan merupakan paket teknologi pilihan yang sudah

terbukti paling baik dari aspek produktivitas optimal, layak secara ekonomi, petani

mampu mengaplikasikan di lahannya.

Komponen teknologi usahatani tanaman jagung yang diaplikasikan terdiri dari:

- Reactive Rock Phosphate Marocco sebanyak 1 toh/ha sebagai sumber fosfat

- Dolomit sebanyak 1 ton/ha sebagai pembenah tanah dan peningkatan pH tanah

untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara. Disamping itu, dolomit juga sebagai

sumber unsur kalsium dan magnesium.

- Urea sebanyak 450 kg sebagai sumber nitrogen

- KCl sebanyak 100 kg/ha sebagai sumber kalium

- Pupuk organik (bisa pupuk kandang, kompos dll.) sebanyak 2 ton/ha, sebagai bahan

pembenah tanah dan sumber unsur hara makro/mikro

- Pupuk hayati sebanyak 0,5 kg/ha dengan fungsi meningkatkan kesehatan tanaman

- Benih jagung tergolong benih hibrida berdaya hasil tinggi sebanyak 25-30 kg/ha.

Benih sudah bebas dari kontaminasi pestisida maupun fungisida, diberi perlakuan

(seed treatment) dengan fungisida Ridomil.

Page 24: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

- Tanam jagung sistem Zig-Jag Super yang dapat meningkatkan populasi tanaman

sampai 180% dibandingkan dengan sistem tanam biasa.

Tahapan Pelaksanaan Demfarm

Tahapan pelaksanaan demfarm usahatani jagung secara detil sebagai berikut:

Bimbingan Teknis dan Pendampingan

Bimbingan teknis dilakukan paling awal sebagai pembekalan petani dalam

aplikasi paket teknologi usahatani jagung berbasis rekapitalisasi fosfat, pemupukan

berimbang, dan pemanfaatan benih unggul baru berdaya hasil tinggi. Materi yang

disampaikan dalam bimbingan teknis meliputi aspek pengelolaan lahan kering masam

berkelanjutan, pemupukan berimbang, keunggulan benih unggul, pembuatan pupuk

organik, pemanfaatan pupuk hayati. Peneliti dari Badan Litbangtan Pertanian ( BBSDLP,

Balittanah, Balitsereal) sebagai narasumber didampingi teknisi. Peserta bimbingan teknis

terdiri dari petani cooperator, PPL, petani maju dengan harapan teknologi yang

diaplikasikan bisa tersebar luas dalam waktu relatif singkat. Bimbingan teknis meliputi

penyampaian teori di dalam kelas, diikuti dengan praktek pembuatan pupuk organik

insitu berbahan by products usahatani di lapangan.

Karakteristik dan potensi lahan kering masam penting untuk diketahui karena

memberikan gambaran tingkat kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas

tertentu seperti tanaman pangan atau tanaman perkebunan. Tingkat kesesuaian lahan

ada beberapa kelas yaitu sangat sesuai, cukup sesuai, sesuai bersyarat, dan tidak

sesuai. Kelas kesesuaian lahan sangat sasuai berkaitan dengan rekomendasi jenis dan

dosis pemupukan yang rendah-sedang untuk mencapai produksi optimal. Sebaliknya

kelas kesesuaian lahan sesuai bersyarat memerlukan perbaikan kualitas lahan dengan

pembenah tanah, diikuti dengan jenis dan dosis pupuk tinggi untuk mencapai produksi

optimal. Sifat tanah yang membantu dalam penyediaan hara fosfat dari fosfat alam

yakni reaksi tanah yang masam (pH 4,0-5,0). Dalam hal ini, tingkat kemasaman tanah

akan membantu kelarutan hara fosfat yang terkandung dalam fosfat alam sehingga

lebih tersedia untuk tanaman.

Fosfat alam merupakan material alam yang mengandung unsur hara fosfat.

Bahan ini banyak dijumpai di beberapa perbukitan di Indonesia, tetapi terbanyak

dijumpai di Maroko dan sekitarnya. Fosfat alam mengandung unsur hara fosfat

bervariasi dari 28-32% P2O5 sehingga bisa dijadikan sumber fosfat bagi tanaman. Fosfat

yang terkandung dalam fosfat alam bersifat slow release yakni lambat tersedia untuk

tanaman, mempunyai efek residu yang lama di dalam tanah. Sifat ini memiliki

keunggulan karena tidak perlu memberikan fosfat alam setiap musim tanam melainkan

cukup memberikan sekali untuk beberapa musim tanam. Namun demikian, jumlah

pemberian harus dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan

fosfat dalam jangka waktu yang lama. Berbeda dengan fosfat yang terkandung dalam

pupuk SP-36, fosfat alam memiliki efek residu lebih lama. Hal lainnya lagi adalah

metode aplikasi fosfat alam memerlukan cara yang spesifik agar efek residunya lama.

Pemupukan berimbang direkomendasikan untuk menjaga kelestarian

produktivitas lahan dalam mendukung tingkat produksi tanaman yang optimal karena

kondisi lahan pertanian cenderung mengalami degradasi akibat aplikasi pupuk yang

Page 25: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

tidak berimbang. Pemupukan berimbang adalah pemupukan yang mengaplikasikan jenis

dan dosis pupuk berbasis kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara (tercermin

dari kelas kesesuaian lahan), kebutuhan tanaman akan unsur hara, dan laju kehilangan

unsur hara melalui penguapan, aliran permukaan, erosi, dan terbawa panen. Peranan

pupuk organik semakin meningkat dalam upaya untuk mencapai produksi yang optimal

karena ditenggarai kualitas lahan semakin menurun terkait dengan semakin

menurunnya kadar bahan organik tanah dan unsur hara tanah.

Pupuk organik lebih difokuskan untuk meningkatkan bahan organik tanah

sehingga bisa mengurangi kebutuhan unsur hara yang berasal dari pupuk anorganik.

Hasil samping usahatani seperti sisa panen, pangkasan tanaman pagar, kotoran ternak

bisa dijadikan pupuk organik dengan menambahkan mikroba perombak. Mikroba

perombak yang murah dan petani bisa membuat adalah Mikroorganisme Lokal (MOL)

dengan bahan-bahan dari lingkungan petani antara lain: buah papaya, anakan pohon

bambu melalui proses fermentasi. Namun demikian, dekomposer formulasi pabrikan

seperti Stardec, Biodec, dan lain-lain perlu dilatihkan sebagai pembanding kualitas dan

dampaknya terhadap tanaman.

Biochar adalah bahan pembenah tanah selain pupuk organik yang bisa

diproduksi dari bahan-bahan yang ada di lingkungan petani seperti: batok kelapa,

sekam padi, batang kayu Acasia sp., tongkol jagung dan lain-lain. Pembuatan biochar

relatif sederhana yakni dengan membakar terbatas bahan-bahan tersebut sampai

terbentuk arang tetapi tidk hancur (arang aktif). Di dalam tanah, peranan dan fungsi

biochar mirip dengan pupuk organik sehingga bisa dijadikan alternatif selain pupuk

organik dalam memperbaiki kualitas lahan. Selain itu, biochar dapat bertahan di dalam

tanah dalam jangka waktu yang lama sehingga bisa meningkatkan sekuestrasi karbon di

dalam tanah. Peningkatan kadar karbon tanah akan diikuti oleh menigkatnya kualitas

lahan berupa perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah.

Persiapan Lahan, Aplikasi Fosfat Alam, Dolomit, dan Pupuk Organik

Persiapan lahan untuk tanam jagung diawali dengan pengolahan tanah setelah

lahan dibersihkan dari vegetasi yang didominasi oleh rumput dan alang-alang. Tahap ini

diikuti dengan penyebaran fosfat alam berupa rock fosfat Marocco sebanyak 1 ton/ha

atau setara dengan 300 kg P2O5/ha di permukaan tanah. Tanah diolah secara

konvensional dengan melakukan pengolahan tanah pertama dengan bajak singkal (disk

harrow) dengan kedalaman 15-20 cm, kemudian dibiarkan selama 2-3 minggu. Fosfat

alam tergolong pupuk sumber fosfat dengan pola menyediakan unsur P dalam waktu

yang lama (P lambat tersedia, slow release) sehingga memiliki residu di dalam tanah

sampai musim tanam berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Tanah

(2017), aplikasi fosfat alam Marocco sebanyak 1 ton/ha pada tanah kering masam

mampu menyediakan unsur hara fosfat sampai 4 musim tanam berikutnya.

Setelah masa inkubasi fosfat alam Marocco selama 1 minggu sejak pengolahan

tanah pertama, dolomit sebanyak 1 ton/ha disebar rata di permukaan tanah, dan

diinkubasi selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari dari penyebaran dolomit, disebar pupuk

organik sebanyak 2 ton/ha, diikuti dengan pengolahan tanah II berupa perataan tanah

dengan rotary atau garu. Tujuan pengolahan tanah II untuk meratakan tanah dan

Page 26: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

mencapur dolomit serta pupuk organik dengan tanah lapisan olah. Pada tahap ini tanah

sudah siap ditanami benih jagung.

Tanam

Demonstrasi farm usahatani jagung berbasis rekapitalisasi fosfat, pemupukan

berimbang, dan varietas unggul baru menerapkan sistem tanam Zig-Jag Super. Dalam

sistem tanam ini, jagung ditanam dalam 2 barisan yaitu barisan tanaman utama dengan

jarak tanam 70 x 35 cm, disusul barisan sisipan dengan jarak tanam 70 x 35 cm juga.

Posisi barisan tanam susulan adalah 12,5 cm disebelah dalam barisan tanaman utama,

rumpun pertama terletak di tengah-tengah antara rumpun1 dan rumpun2 dari barisan

tanaman pokok (17,5 cm dari rumpun 1 dan 17,5 cm dari rumpun2) (Gambar 2).

Populasi tanaman jagung dengan sistem Zig-Jag Super ini lebih tinggi

dibandingkan dengan populasi sistem tanam biasa sekitar 50 %. Secara matematika,

populasi dapat dihitung sebagai berikut:

- Populasi pada sistem tanam biasa dengan jarak tanam 75 x 25 cm:

133 x 400 = 53.200 rumpun

- Dengan asumsi adanya kehilangan 2 barisan tanaman dan 2 jajar tanaman pada

barisan tanaman susulan, populasi pada sistem Zig-Jag Super:

142 x 569 = 80.798 rumpun

- Peningkatan populasi pada sistem tanam Zig-Jag Super:

80.798/53 200 = 1,51 kali lipat atau 151%.

Gambar 2. Sistem tanam jagung varietas unggul baru sistem Zig-Jag Super.

Page 27: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Benih jagung yang ditanam sesuai dengan varietas yang biasa ditanam petani.

Pada sistem tanam biasa, kebutuhan benih adalah sekitar 15-20 kg/ha (2 benih/lubang).

Dengan adanya peningkatan populasi sebesar 196% maka kebutuhan benih pada

sistem tanam Zig-Jag Super antara 30-35 kg/ha (1 biji/lubang tanam). Sebelum benih

ditanam dilakukan seed treatment dengan menggunakan fungisida dan insektisida untuk

menghindari jamur bawaan dan pembusukan serta gangguan insek terutama semut.

Benih jagung ditanam menggunakan tugal dengan kedalaman ±5 cm dan diisi 1 benih

perlubang.

Pemeliharaan tanaman

Tanaman jagung seperti halnya tanaman lain memerlukan pemeliharaan agar

tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pemeliharaan ini meliputi kegiatan penyulaman,

pemupukan, penyiangan, pengendalian hama/penyakit, dan pembunbunan. Penyulaman

dilakukan 4-5 hari setelah tanam, dilakukan apabila ditemukan benih yang tidak tumbuh

atau tanaman tumbuh tetapi ada serangan hama penggerek batang sehingga tanaman

tumbuh tidak normal. Penyiangan dilakukan pada umur tanaman 28-35 hari setelah

tanam, menggunakan weeder atau alat lainnya.

Pupuk yang diperlukan adalah pupuk sumber nitrogen (Urea) dan sumber kalium

(KCl) karena unsur hara fosfat sudah dicukup dari fosfat alam Marocco. Pemupukan

Urea dan KCl dilakukan 2x yaitu 50% dari dosis pada 7 HST dan sisanya sebanyak 50%

dari dosis pada saat 35 HST. Pemupukan pertama dilakukan dengan cara ditugal 5-7 cm

dari batang jagung dengan kedalaman ± 5 cm kemudian ditutup untuk menghindari

penguapan. Pada saat tanaman berumur 28-35 HST dilakukan pembumbunan tanaman

dan aplikasi pemupukan kedua. Pembunbunan bertujuan untuk menutup akar sehingga

penyerapan unsur hara lebih maksimal dan untuk menghindari tanaman roboh.

Selanjutnya untuk pengendalian hama/penyakit, penyiangan dan penyiraman tanaman

dilakukan tergantung pada situasi lapang.

Panen

Panen dilakukan pada saat biji jagung sudah matang fisiologis. Kondisi jagung

matang fisiologis dapat diketahui dari kulit jagung (klobot) telah berwarna coklat

keputihan, atau apabila biji dilepas akan ada warna coklat kehitaman pada areal

perbatasan antara ujung biji dan tongkolnya (black layer). , KOndisi ini umumnya

diperoleh pada saat umur jagung antara 100-110 HST, tergantung pada varietas dan

musim tanam. Untuk mengestimasi produktivitas tanaman jagung, panen dilakukan

dengan cara mengambil petak ubinan dengan luasan 5m x 5m. Pengambilan petak

ubinan sedemikian rupa sehingga mewakili keragaan tanaman di lapangan. Untuk itu,

sebaran petak ubinan diambil sebanyak 3 lokasi pada keragaan tanaman kurang baik, 3

petak pada keragaan tanaman baik, dan 3 petak pada keragaan tanaman sangat baik.

Pengamatan

Pengamatan tanaman lebih ditujukan untuk mengestimasi produktivitas tanaman

jagung pada teknologi rekapitalisasi fosfat, pemupukan berimbang, dan pemanfaatan

benih unggul baru. Pengamatan pertumbuhan berupa tinggi tanaman dilakukan pada

saat tanaman jagung umur jagung menjelang panen. Sedangkan parameter panen

Page 28: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

ubinan adalah berat biomas basah, berta tongkol basah, berat pipilan basah, jumlah

tongkol, jumlah populasi, berat pipilan kering dan biomas kering.

Pengambilan contoh tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum perlakuan

pupuk dan sesudah panen. Contoh tanah sebelum perlakuan pupuk diambil

menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-20 cm (lapisan olah). Sampel tanah yang

diambil sebanyak 5 sampel pada setiap lokasi demfarm yang berasal dari 50 titik sub

sampel, diaduk rata dan diambil sebanyak 5 sampel komposit. Contoh tanah setelah

panen diambil ditempat yang sama dengan cara yang sama.

Analisis kelayakan ekonomi dan ketersediaan pasar

Analisis perbandingan tambahan manfaat terhadap tambahan biaya atau

Incrementarl benefit cost ratio (IBSR) sederhana digunakan untuk menghitung

kelayakan finansial usahatani rekapitalisasi fosfat, pemupukan berimbang, dan varietas

unggul baru pada lahan kering masam. Tambahan manfaat penggunaan pupuk fosfat

alam, pembenah tanah, dan pupuk organik pada usahatani jagung dapat berupa

peningkatan produktivitas dan/atau pengurangan biaya usahatani karena adanya

peningkatan efisiensi usahatani, seperti penghematan penggunaan pupuk an-organik. Di

sisi lain penggunaan sarana produksi tersebut sangat memungkin akan meningkatkan

biaya usahatani, misalnya penggunaan tenaga kerja untuk aplikasi fosfat alam dan

harga fosfat alamnya.

Suatu inovasi teknologi dinyatakan layak apabila tambahan manfaat lebih besar

daripada tambahan biayanya. Pada penelitian ini dihipotesakan bahwa tambahan

manfaat penggunaan fosfat alam lebih besar daripada tambahan biayanya, sehingga

IBCR > 0. Teknologi usahatani pembanding yang digunakan adalah budidaya jagung

cara petani tanpa fosfat alam.

Page 29: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

IV. ANALISIS RESIKO

4.1. Daftar Risiko

No. RISIKO PENYEBAB DAMPAK

1.

2.

3.

4

Sulit mendapatkan

Lokasi yang

memenuhi syarat

Proses pengadaan

bahan terhambat

Kendala musim

Faktor Biofisik

Kompromi dan

negosiasi dengan

petani tidak tercapai

Kuantitas dan kualitas

bahan bahan

penelitian yang

dibutuhkan cukup

tinggi

Musim hujan yang

tidak menentu

Kondisi lahan tidak

seragam

Lokasi yang dipilih tidak ideal

Terlambatnya pelaksanaan

penelitian di lapang

Terlambatnya jadwal

tanam

Diperlukan tenaga dan

dana ektra untuk

penanganan kekurangan

air dan penanggulangan

hama

Gagal panen Data

hasil/produksi tanaman

tidak diperoleh

Pengaruh

ketidakseragaman lahan

lebih dominan (misalnya

akibat perlakuan

sebelumnya) dibanding

perlakuan

5.

6

Serangan hama

Penyakit

Pemotongan

anggaran

Bibit tanaman tanpa

seed treatment,

penyemprotan dengan

dosis rendah

sedangkan sekitarnya

dosis tinggi.

Beberapa tahun

terakhir terjadi

pemotongan anggaran

untuk seluruh

kementrian

Produksi lebih rendah

dibandingkan dengan rata-

rata petani

Beberapa kegiatan

pengamatan harus

dikurangimengurangi

output

Page 30: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

4.2. Daftar Penanganan Risiko

No. RISIKO PENYEBAB PENANGANAN RISIKO

1.

2.

3.

4.

5.

Sulit mendapatkan

Lokasi yang memenuhi

syarat

Proses pengadaan

bahan terhambat

Kendala musim

Faktor Biofisik

Serangan hama

Penyakit

Keterbatasan

ketersedian lahan di KP

Tamanbogo

Kuantitas dan kualitas

bahan bahan penelitian

yang dibutuhkan cukup

tinggi

Musim hujan yang tidak

menentu

Ketidakseragaman

kondisi lahan

Bibit tanaman tanpa

seed

treatment,penyemprotan

dengan dosis rendah

sedangkan sekitarnya

dosis tinggi.

Melibatkan Staf KP

Tamanbogo untuk

menyiapkan lahan sesuai

yang dibutuhkan

Menjalin kerjasama

dengan peneliti (inventor)

tentang produk yang akan

dipakai

Mempercepat proses

pengadaan bahan dan

mencari proses alternatif

lain

Mengusahakan agar

jadwal tanam tepat

waktu, memilih

tanaman varietas

genjah, pengamatan

hingga fase vegetatif

Mempercepat

pelaksanaan penelitian,

penyiapan jaringan

irigasi suplemen

(kerjasama dengan

Balitklimat dan

hidrologi)

Penyemprotan

insektisida secara

berkala

Perbaikan metode

pengolahan tanah dan

ploting untuk

meminimalisir faktor

ketidak seragaman lahan

penelitian.

Page 31: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

6.

Pemotongan anggaran

Beberapa tahun terakhir

terjadi pemotongan

anggaran untuk seluruh

kementrian

Penerapan metode

pengendalian hama

terpadu

Menggunakan obat-obatan

yang berisfat ramah

lingkungan (biopestisida),

prioritas yang telah

dikembangkan Balitbang

Pertanian

Merancang skenario

minimum yang mesti

dicapai

Page 32: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

5.1. Tenaga yang terlibat dalam penelitian

Nama lengkap.

Gelar dan NIP

Jabatan Kedudukan dalam

RPTP

Alokasi

waktu

(OB)

Fungsional Struktural

Dr Husnain

NIP. 19730910200112

001

Dr Maswar

NIP.

196205271993031001

Peneliti Madya

Penelitia Madya

Ka. Balittanah

Ka. Kelti FKT

Narasumber

Png kegiatan RPTP

LKM/ PJ ROPP 1.a

6

6

Dr. Neneng L. Nurida

NIP.

196312291990032001

Penelitia Madya Png kegiatan 1.b 6

Ir. Joko Purnomo MS

NIP.

Penelitia Madya Png kegiatan 1.c 6

Dr. I Gusti Putu

Wigena

NIP

PenelitiMadya Ka Kelti KKT Png Keg RPTP

Jagung

6

Sutono, Sp, MS

NIP.

195408291981011001

Peneliti Madya Anggota 3

Yoyo Sulaeman, MS

NIP.19540201198202

1001

Peneliti Madya Anggota 3

Ir. Nurjaya, MS

NIP.19600826199303

1 001

Peneliti Madya Anggota 3

Ir. Jati Purwani, MS

NIP.19620304199203

2 001

Peneliti Madya Anggota 3

Endang Windiyanti,

SSi

NIP.19620925199803

2001

Peneliti Madya Anggota 3

Denny Hikmatullah Peneliti Madya Anggota 3

Dr. Sri Rochayati

Dr. I Wayan Suastika

Dr. Wiwik Hartatik

Dr. I Gusti Made

Subiksa

Dr. Diah Setyorini

Ir. A. Kasno, M.Si

Peneloti Madya

Peneloti Utama

Peneloti Madya

Peneloti Madya

Peneliti Utama

Peneliti Madya

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

3

3

3

3

3

3

3

Page 33: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Ir. Nurjaya, MP

Dr. Setiari Marwanto

Dr. Adha F Siregar

Dr. Surono

Ibrahim Adamy, SP,

M.Sc

Heri Wibowo, ST,

M.Sc

Septiyana, SP., M.Si

Dr. Cinta Badia

Ginting

Dr. Erny Yuniarti

Dr. Ety Pratiwi

Kartiwa

Jojon Suryono, SP

Endang Hidayat

Ir. Didik

Sukristiyohastono

Sutarji

Ahmad Samsun, SP

Imam Purwanto, SP.

Andi

Suwandi

Cahayana

PUMK

Peneliti Muda

Peneliti Muda

Peneliti Pertama

Peneliti Pertama

Peneliti Muda

Peneliti Muda

Peneliti muda

Litkayasa

Litkayasa

Litkayasa

Litkayasa

Litkayasa

Litkayasa

Litkayasa

Litkayasa

Litkayasa

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

5.2. Jangka waktu kegiatan

Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pembuatan proposal dan rencana

kegiatan xx

2. Kegiatan desk work xx xx

3. Pemilihan lokasi xx xx xx*

4. Persiapan penelitian xx xx xx

5. Pelaksanaan penelitian lapangan xx xx xx xx xx xx xx xx

6. Pengamatan xx xx xx xx xx xx xx xx xx

7. Analisis data dan pelaporan xx xx xx xx xx

Keterangan : xx* = Khusus untuk kegitan 2

Page 34: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

5.3. Pembiayaan

Kegiatan 1. X

1000

MAT Tolok Ukur Unit Satuan

Harga

satuan Jumlah

521211 Belanja Bahan

- Foto copy, pengganddan, penjilidan 3 Paket

2.000

6.000

521213 Honor output kegiatan

- Honorarium pembantu lapang 975 OH

80

78.000

- Upah analisis 470 OJ

50

23.500

521811

Belanja Barang Persedian Barang

Konsumsi 0

- ATK dan komputer supplier 3 Paket

2.500

7.500

- Bahan penunjang lapang 9 Paket

5.000

45.000

- Bahan kimia 6 Paket

5.000

30.000

524111 Belanja perjalanan biasa 0

- Perjalanan dinas dalam rangka

kegiatan penelitian 96 OP

2.500 240.000

Total

430.000

Page 35: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Kegiatan 2.

DESKRIPSI ANGGARAN Triwulan tahun 2018 BIAYA

(X 1.000) I II III IV

Belanja bahan 155.600

-Foto copy dan penjilidan 2.000 6.000 8.000

4.000 20.000

-Konsumsi

rapat/pertemuan) 3.560 10.680 14.240

7.120 35.600

-Bahan temu lapang dan

bimtek (2 lokasi) 10.000 30.000 40.000 20.000 100.000

Honor Output Kegiatan 293.000

-Upah kerja pembantu

lapang 28.800 86.400 115.200

57.600 288.000

-Upah analisis contoh tanah,

tanaman dan pupuk 500 1.500 2.000

1.000 5.000

Belanja barang Non

Operasional lainnya

48.600

-Pengiriman contoh

tanah/bahan 360 1.080 1.440

720 3.600

-Upah tenaga detasir 4.500 13.500 18.000

9.000 45.000

Belanja barang

persediaan barang

konsumsi

3.290.000

-ATK dan bahan komputer 4.000 12.000 16.000

8.000 40.000

-Bahan penunjang 324.000 972.000 1.296.000

648.000 3.240.000

-Bahan kimia 1.000 3.000 4.000

2.000 10.000

Belanja jasa profesi 37.800

-Honor Nara sumber

(pakar/praktisi/pembicara) 3.780 11.340 15.120

7.560 37.800

Belanja Perjalanan

Biasa 675.000

- Perjalanan dinas dlm

rangka pelaksanaan

kegiatan

67.500 202.500 270.000 135.000 675.000

Total 450.000 1.350.000 1.800.000 900.000 4.500.000

Page 36: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

DAFTAR PUSTAKA

Agegnehu G., Nelson P.N., Bird M.I. 2016. Crop yield, plant nutrient uptake and soil

physicochemical under organic soil amendments and nitrogen fertilization on

Nitisols. Soil Tillage Res. 160:1-3

Ahn PM. Tropical Soils and Fertilizer Use. Longman. UK. 1993

Atkinson,C. J., J. D. Fitzgerald, N. A. Hipps. 2010. Potential mechanisms for achieving

agricultural benefits from biochar application to temperate soils: a review. Plant

Soil 337:1–18.

Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan, 2014. Laporan Teknis Sumberdaya Lahan

Pertanian Indonesia: Luas, Penyebaran dan Potensi Ketersediaan. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 62 hal.

Balai Penelitian Tanah. 2017. Improving Yield of Food Crop through Direct Application of

Reactive Phosphate Rock on Acid Soil. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian.

Bogor

Dariah, A. dan N.L. Nurida. 2011. Formula pembenah tanah diperkaya senyawa humat

untuk meningkatkan produktivitas tanah Ultisol Tamabogo, Lampung. Jurnal

Tanah dan Iklim 33: 33-38.

Erawati, B.T.R. dan H. Awaludin. 2009. Daya adaptasi beberapa varietas unggul baru

jagung hibrida di lahan sawah Nusa Tenggara Barat. Prosiding Semnas Serealia:

31-38. Balitserealia. Malang.

Glaser, B., J. Lehmann, and W. Zech. 2002. Ameliorating physical and chemical

properties of highly weathered soils in the tropics with charcoal: A review. Biol.

Fertil. Soils 35:219-230.

Hale S. E., Alling, V, Martinsen V, Mulder J, Breedveld G.D., and Cornelissen, G., 2013.

The sorption and desorption of phosphate-P, ammonium-N and nitrate-N in cacao

shell and corn cob biochars. Chemosphere 91 (2013) 1612–1619

Hidayat. A dan A. Mulyani. 2002. Lahan Kering untuk Pertanian. Teknologi Pengelolaan

Lahan Kering. A.Adimihardja, Mappaona, A. Saleh (Eds). Pp. 1-34. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor

Hutapea dan Mashar. 2005. Ketahanan Pangan dan Teknologi Produktivitas Menuju

Kemandirian Pertanian di Indonesia. Kementerian Pertanian RI. Jakarta.

IFDC. Proceedings of Seminar on Phosphate Rock for Direct Application. International

Fertilizer Development Center, Muscle Shoals, Alabama, USA. 1978

Jeffery,S., Verheijen, F.G.A., van der Velde,M. and Bastos,A.C., 2011. A quantitative

review of the effects of biochar application to soil on crop productivity using meta-

analysis, Agriculture Ecosystems&Environment, 144(1):175-187

Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-

2019. Kementerian Pertanian

Kammann C. I. 2015. Plant growth improvement mediated by nitrate capture in co-

composted biochar. Sci. Rep. 5:11080.

Novak, J.M., Busscher, W.J., Laird, D.L., Ahmedna, M.A. Watts, D.W. and Nandou

M.A.S. 2009. Impact of biochar amendment on fertility of a southeastern coastal

plain. Soil Science 174:105-111.

Nurida, N. L. 2006. Peningkatan Kualitas Ultisol Jasinga Terdegradasi dengan

Page 37: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

pengolahan Tanah dan Pemberian bahan Organik. Disertasi Sekolah Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Nurida, N.L, A. Dariah dan A. Rachman. 2013. Peningkatan kualitas tanah dengan

pembenah tanah biochar limbah pertanian. Jurnal tanah dan Iklim 37(2); 69-78.

Nurida N. L. 2014. Potensi pemanfaatan biochar untuk rehabilitasi lahan kering di

Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. Edisi khusus Karakteristik dan Variasi

Sumberdaya Lahan Pertanian: 57-68

Rochayati, R., A. Mulyani, dan J.S. Adiningsih. 2005. Pemanfaatan lahan alang-alang.

Hlm 39-72 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif

dan Ramah Lingkung. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang

Pertanian. Departemen Pertanian.

Rochayati S. dan A. Dariah. 2012. Perkembangan Lahan Kering masam: Peluang,

Tantangan dan Strategi serta Teknologi Pengelolaan dalam Prospek Pertanian

Lahan Kering dalam mendukung Ketahanan Pangan. Editor Dariahet al. hal 187-

206. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sanchez PA, Shepherd K D, Soule M J, Place FM, Buresh RJ, Izac AMN, Mukwenye AV,

Kwesiga GR, Ndiritu CG and Woomer PL. Soil fertility replenishment in Africa: an

investment in natural resource capital. In “Replenishing Soil Fertility in Africa” Soil

Science Society of America Special Publication No. 51, Madison, WI, USA. 1997

Santoso.D dan A. Sofyan. 2002. Pengelolaan Hara Tanaman pada Lahan kering.

Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. A.Adimihardja, Mappaona, A. Saleh (Eds).

Pp. 73-102. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor

Santoso, D. dan A. Sofyan. 2005. Pengelolaan hara tanaman pada lahan kering. Hlm.

73-100 dalamTeknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif

dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang

Pertanian. Departemen Pertanian.

Sarwani, M., N.L.Nurida, and F. Agus. 2013. Greebhouse emissions and land use issues

related to the use of bioenergy in Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pertanian 32(2):56-66

Schulz, H. Dunst, G and Glaser, B. 2013. Positif effect of composted biochar on plant

growth and soil fertility. Agron. Sustain. Dev. 33: 817-827.

Schulz, H. Dunst, G and Glaser, B. 2014. No effect level of co-composted biochar on

plant growth and soil properties in a greenhouse experiment. Agronomy 4:34-51

Spokas, K.A., Cantell, K.B., Novak, J.M., Archer, D.W., Ippolito, J.A., Collin, H.P.,

Boateng, A.A., Lima, I.M,. Lamb, M.C., Mc Aloon, A.J., Lentz, R.D. and Nichols,

K.A., 2012. Biochar: A synthesis of Its Agronomic Impact beyond Carbon

Sequestration. J. Environ Qual 41(4):973-989

Taupiq A., H. Kuntyastuti, C. Prahoro dan T. Wardani. 2007. Pemberian kapur dan

pupuk kandang pada kedelai di lahan kering masam. Jurnal Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan 26 (1): 78-85

USGS, 2013 U.S. Geological Survey, Mineral Commodity Summaries, January 2015.

https://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/commodity/phosphate_rock/mcs-2015-

phosp.pdf

Page 38: SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...11 Output tahunan : 1. Paket teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering masam

Widjaja-Adhi; IPG; and Silva. 1986. Development of soil testing, principles, concepts,

phylosophy and methodology. Discussion paper presented at Fertilizer Efficiency

Research in the Tropics Training Program.