proposal tak individu

Upload: herlinda-dwi-ningrum

Post on 09-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) MEMBUAT KERAJINAN GANTUNGAN KUNCI DARI KAIN FLANEL UNTUK PASIEN DENGAN HALUSINASI DAN ISOLASI SOSIALDI DESA BANDUNGREJO KECAMATAN BANTUR

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa

Oleh:Alvin Rois Azwarsyah105070207111007

JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

HALAMAN PENGESAHANPROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)MEMBUAT KERAJINAN GANTUNGAN KUNCI DARI KAIN FLANEL DAN STIG ES KRIM UNTUK PASIEN DENGAN HALUSINASI DAN ISOLASI SOSIALDI DESA BANDUNGREJO KECAMATAN BANTUR

Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN

Oleh:Alvin Rois Azwarsyah105070207111007

Telah diperiksa kelengkapannya pada:Hari : JumatTanggal : 23 Januari 2015Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik

Ns. Soebagijono, S.Kep, M.M. Kes.NIP. 19681009 1999003 1003Perseptor Akademik

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangManusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu diantaranya perubahan nilai budaya, perubahan sistem kemasyarakatan, pekerjaan, serta akibat ketegangan antar idealisme dan realita yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental emosional. Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut, akibatnya akan menimbulkan ketegangan atau stres yang berkepanjangan sehingga dapat menjadi faktor pencetus dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang dapat mempengaruhi stres adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini (Suliswati, 2005). Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stresor psikologis. Yang merupakan suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya perubahan dalam kehidupan seseorang hingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi dalam menaggulangi stressor tersebut. Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali hanya berdiam diri dirumah tanpa melakukan kegiatan apapun. Hal ini yang dapat menyebabkan pasien dikucilkan dalam masyarakat. Harga Diri Rendah pada pasien gangguan jiwa dapat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitassehari-hari. Harga Diri Rendah tampak dari ketidakmauan melakukan aktivitas apapun secara mandiri.Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok dengan membuat kerajinan pada kain flannel.

1.2 TujuanTujuan umum TAK membuat kerajinan dompet hp dan gantungan kunci dari kain flanel yaitu peserta dapat meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan motorik halus. Tujuan khususnya adalah:1. Peserta mampu memperkenalkan diri2. Peserta mampu membuat kerajinan dompet hp dan gantungan kunci dari kain flanel3. Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang telah dilakukan.

1.2.1 Manfaat1.2.2 Manfaat Bagi KlienSebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan isolasi social dan harga diri rendah agar mempunyai kemauan dalam melakukan aktivitas dan merangsang kembali kemampuan motorik halus.1.2.3 Manfaat Bagi Terapis Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistik Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan Strategi Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien1.2.4 Manfaat Bagi Institusi PendidikanSebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan Mental Health Nurse yang optimal pada klien dengan Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1. Halusinasi2.1.1. DEFINISIHalusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar. Menurut Maramis dalam Sunaryo (2004) halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apa pun pada panca indra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. Sehingga, secara umum pengertian dari halusinasi adalah gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus eksternal atau persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh klien.

2.1.2. KLASIFIKASI HALUSINASIStuart dan Lariamengklasifikasikannya seperti tabel berikut :Jenis HalusinasiProsentaseKarakteristik

Pendengaran (Auditorik)70%Mendengar suara- suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbetuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata- kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi.

Penglihatan(Visual)20%Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

Penghidu(Olfactory)

Membaui bau- bauan tertentu seperti bau darah, urine atau feces. Umumnya bau- bauan yang tidak menyenangkan.

Pengecapan(Gustatory)Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feces.

Perabaan(Tactile)Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

CenestheticMerasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan, atau pembentukan urine

KinestheticMerasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

2.1.3. Pikiran logis.Persepsi.Akurasi.Emosi konsisten dengan pengalaman.Perilaku cocok.Hubungan sosial harmonis.Kadang-kadang proses pikir terganggu.Ilusi.Emosi berlebihan.Perilaku yang tidak biasa.Menarik diri.Waham.Halusinasi.Kerusakan proses emosi.Perilaku tidak terorganisasi.Isolasi sosial.AdaptifMal AdaptifRENTANG RESPON

2.1.4. PENYEBABa. Faktor Predisposisi Genetika. Neurobiologi. Neurotransmitter. Abnormal perkembangan syaraf. Psikologis.b. Faktor Presipitasi Proses pengolahan informasi yang berlebihan. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal Adanya gejala pemicu.

2.1.5. PROSES TERJADINYA HALUSINASIHalusinasi berkembang melalui 4 fase, yaitu sebagai berikut:1. Fase pertamaDisebut juga sebaga fase comforting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jikasedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.2. Fase keduaDisebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.3. Fase ketigaAdalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.4. Fase keempatAdalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.

2.1.6. JENIS dan TANDA-TANDA HALUSINASIJenis HalusinasiData ObjektifData Subjektif

Halusinasi Pendengaran Bicara atau tertawa sendiri. Marah-marah tanpa sebab. Mengarahkan telinga ke arah tertentu. Menutup telinga. Mendengar suara atau kegaduhan. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap. Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu. Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas. Melihat bayangan, sinar berbentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.

Halusinasi Penghidu Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu. Menutup hidung. Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.

Halusinasi Pengecap Sering meludah. Muntah. Merasakan rasa seperti darah, urine atau feses.

Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk permukaan kulit. Menyatakan ada serangga di permukaan kulit. Merasakan tersengat listrik.

Manifestasi Klinis Halusinasi sesuai tahapannyaa) Tahap I Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara Gerakan mata yang cepat Respon verbal yang lambat Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkanb) Tahap II Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah Penyempitan kemampuan konsentrasi Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitasc) Tahap III Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjukd) Tahap IV Perilaku menyerang teror seperti panik Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri atau katatonik Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang (Keliat, 2004)

2.1.7. PENATALAKSANAAN MEDIS HALUSINASIPenatalaksanaan pasien dengan halusinasi adalah dengan pemberian obat- obatan dan tindakan lain, yaitu :a) Psiko farmakologisObat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat- obatan anti-psikosis.Adapun kelompok obat- obatan umum yang digunakan adalah :KELAS KIMIANAMA GENERIKDOSIS HARIAN

FenotiazinAsetofenazin (Tidal)60-120 mg

Klorpromazin (Thorazine)30-800 mg

Flufenazin (Prolixine, Permiti)1-40 mg

Mesoridazin (Serentil)30-400 mg

Perfenazin (Trilafon)12-64 mg

Proklorperazin (Compazine)15-150 mg

Promazin (Sparine)40-1200 mg

Tiodazin (Mellaril)150-800 mg

Trifluoperazin (Stelazine)2-40 mg

Trifluopromazine (Vesprin)60-150 mg

TioksantenKloprotiksen (Tarctan)75-600 mg

Tiotiksen (Navane)8-30 mg

ButirofenonHaloperidol (Haldol)1-100 mg

DibenzondiazepineKlozapin (Clorazil)300-900 mg

DibenzokasazepinLoksapin (Loxitane)20-150 mg

DihidroindolonMolindone (Moban)15-225 mg

b) Terapi kejang listrik atau Electro Compulcive Therapy (ECT)c) Terapi Aktivitas kelompok(Purba, Wahyuni dkk, 2009)

2.1.8. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkunganPSP: Gangguan Persepsi Sensori

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

2.1.9. PROSES KEPERAWATANa. Faktor predisposisi1). Genetika2). Neurobiologi3). Neurotransmitter4). Abnormal perkembangan syaraf5). Psikologisb. Faktor presipitasi1). Proses pengolahan informasi yang berlebihan2). Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal3). Adanya gejala pemicuc. Mekanisme koping1). Regresi2). Proyeksi3). Menarik dirid. Perilaku halusinasi1). Isi Halusinasi2). Waktu terjadinya3). Frekuensi4). Situasi pencetus5). Respon klien saat halusinasi

2.2.Isolasi Sosial2.2.1. Pengertian Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007 dalam Fitria, 2009).Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 1993 dalam Fitria, 2009).Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000 dalam Fitria, 2009).Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007 dalam Fitria, 2009).

2.2.2.Tanda dan Gejala Tanda dan gejala (Fitria, 2009)a. Kurang spontanb. Apatis (acuh terhadap lingkungan) c. Ekspresi wajah kurang berserid. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan dirie. Tidak ada atau kurang komunikasi verbalf. Mengisolasi dirig. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnyah. Asupan makanan dan minuman terganggui. Retensi urin dan fesesj. Aktivitas menurunk. Kurang energi/ tenagal. Rendah dirim. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan peruabahan persepsi sesori: halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah (Fitria, 2009).

Rentang respons

Respons adaptifRespons maladaptif

MenyendiriOtonomiBekerja sama interdependenMerasa sendiriDepedensiCurigaMenarik diriKetergantunganManipulasiCuriga

Gambar 1. Rentang respons isolasi sosial (Stuart, 2006; Townsend, 1998 dalam Fitria, 2009)

Respons yang terjadi pada isolasi sosial (Fitria, 2009)a. Respons adaptifRespons adaptif adalah respons yang masi dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adapatif:i. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnyaii. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosialiii. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lainiv. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.b. Respons maladaptifc. Respons maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons maladaptif:i. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lainii. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lainiii. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalamiv. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

Faktor predisposisi (Fitria, 2009)a. Faktor tumbuh kembangPada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.

Tabel 1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal (Stuart, 2006; Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009)Tahap PerkembanganTugas

Masa bayiMenetapkan rasa percaya

Masa bermainMengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri

Masa pra sekolahBelajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan hati nurani

Masa sekolahBelajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi

Masa pra remajaMenjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis kelamin

Masa remajaMenjadi intim dengan teman lawan jenis atau bergantung pada orang tua

Masa dewasa mudaMenjadi saling bergantung antara orang tua dan teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak

Masa tengah bayaBelajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui

Masa dewasa tuaBerduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan ketertarikan dengan budaya

b. Faktor komunikasi dalam keluargaGangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga meninmbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan di mana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.c. Faktor sosial budayaIsolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, di mana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.d. Faktor biologisFaktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atrofi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel dalam limbik dan daerah kortikal.

Faktor presipitasi (Fitria, 2009)Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stresor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:a. Faktor eksternalContohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluargab. Faktor internalContohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

2.2.3.Terapi Aktivitas Kelompoka. Definisi kelompokKelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.

b. Tujuan dan Fungsi KelompokTujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboraturium tempat untuk mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensi nya oleh anggota kelompok yang lain.

c. Jenis Terapi Kelompok1. Terapi kelompokTerapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awareness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.2. Kelompok terapeutikKelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut:a. mencegah masalah kesehatanb. mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompokc. mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling membantu dalam menyelesaikan masalah.3. Terapi Aktivitas KelompokWilson dan Kneisl (1992), menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untik menfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai erapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari, dan literatur. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terpi aktivitas kelompok Stimulasi Sensori.Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi melatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulud yang pernah dialami, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita melatih klien mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien. Terapi aktivitas kelompok Stimulasi Sensori untuk membantu klien melakukan Stimulasi Sensori dengan individu yang ada disekitar klien.

BAB IIIPELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK HALUSINASI DAN ISOLASI SOSIAL3.1 KARAKTERISTIK KLIEN DAN PROSES SELEKSIKarakteristik klien a. Klien yang tenang dan kooperatifb. Klien yang tidak mengalami gangguan fisikc. Klien dengan halusinasid. Klien dengan isolasi sosiale. Klien yang mudah di ajak berinteraksif. Klien yang mempunyai emosi yang terkontrol

Proses Seleksi a. Mengobservasi klien dengan riwayat halusinasib. Mengobservasi klien dengan riwayat isolasi sosialc. Megumpulkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik masalah halusinasi dan isolasi sosial untuk mengikuti TAK.

3.2 TUGAS DAN WEWENANG1. Tugas Leader dan Co-Leader Memimpin acara: menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan. Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien Memberikan motivasi kepada klien Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan Memberikan reinforcemen positif terhadap klien2. Tugas Fasilitator Ikut serta dalam kegiatan kelompok Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya Membantu melakukan evaluasi hasil3. Tugas Klien Mengikuti seluruh kegiatan Berperan aktif dalam kegiatan Mengikuti proses evaluasi3.3 PERATURAN KEGIATAN1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir2. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan3. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi : Peringatan lisan

3.4 TEKNIK PELAKSANAANTERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Tema: Terapi Aktivitas Kelompok Membuat Kerajinan Gantungan Kunci dari Kain FlanelSasaran: Pasien Halusinasi dan Isolasi SosialHari/ tanggal: Jumat, 23 Januari 2015Waktu: 45 menitTempat: Di Rumah salah satu warga (Bu Mistiari)Terapis: 1. Leader: Awaliya Ramadhan2. Co Leader: Vina Nur Puspitasari3. Fasilitator 1: Trisa Prandja Paramita4. Fasilitator 2: Dwi Nila Anggraeini

Tahapan Sesi: Sesi 1: Memperkenalkan diriSesi 2: Membuat kerajinan gantungan kunci dari kain flanel

A. Tujuan Sesi 1: Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan Sesi 2: klien mampu membuat kerajinan dompet hp dan gantungan kunci dari kain flanel

B. Sasaran1. Kooperatif 2. Tidak terpasang restrain

C. Nama Klien1. Ny. Mistiari2. Ny. Bawon3. Ny. Misti4. Ny. Lilik

D. Setting Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran Ruangan nyaman dan tenang

E. LMAP

KK

F

F

C

Keterangan :L : LeaderC: Co LeaderF : FasilitatorK : Klien

F. Alat dan Bahan Stig es krim Gunting Kain Flanel Lem tembak Gantungan

G. Metode Dinamika kelompok Diskusi dan tanya jawab

H. Langkah-Langkah Kegiatan1. Persiapana. Memilih klien sesuai dengan indikasib. Membuat kontrak dengan klienc. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan2. Orientasia. Memberi salam terapeutik: salam dari terapisb. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat inic. Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri

3. Tahap kerjaSESI 1a. Peserta memperkenalkan diri sendiri, meliputi : namab. Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tanganSESI 2a. Membagikan kain flannel, dakron dan gunting yang sudah disediakan oleh terapis. b. Menginstruksikan peserta untuk menggunting benang kain flanel yang sudah diukur sesuai pola.c. Memberi pujian untuk setiap anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan

4. Tahap terminasia. Evaluasi Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK Memberi pujian atas keberhasilan kelompokb. Rencana tindak lanjut Menganjurkan tiap anggota kelompok melakukan kegiatan tersebut secara berkalac. Kontrak yang akan datang Menyepakati kegiatan berikutnya Menyepakati waktu dan tempat

BAB IVHASIL EVALUASI

a. Kemampuan verbalNo.Aspek yg dinilaiNama klien

Ny.MistiariNy. MistiNy. BawonNy. Lilik

1Menyebutkan nama lengkapVVVV

2Menyebutkan nama panggilanVVVV

4Menyebutkan hobiV VV

5Menanyakan nama lengkap--VV

6Menanyakan nama panggilan--VV

8Menanyakan hobiVVVV

Jumlah

b. Kemampuan nonverbalNo.Aspek yg dinilaiNama klien

Ny.MistiariNy. MistiNy. BawonNy. Lilik

1Kontak mataV-VV

2Duduk tegakVVVV

3Menggunakan bahasa tubuh yg sesuaiVVVV

4Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhirVVVV

Jumlah

c. Kemampuan Membuat Kerajinan dari Kain FlanelNo.Aspek yg dinilaiNama klien

Ny.MistiariNy. MistiNy. BawonNy. Lilik

1Menggunting pola kainVVVV

2Mengisi dakron ke pola kainVVVV

3Menjait kain flannel VVVV

4Menempelkan Kain FlanelVVVV

5Memasang Dompet hp dan gantungan kunciVVVV

Jumlah

Keterangan : : menyebutkanX : tidak menyebutkan

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja, Widya Medika, Jakarta.Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta.Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition, Mosby, St. Louis.Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby, St.Louis.

Lampiran Berita Acara