proposal tak

27
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK A. Pengertian Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu dengan yang lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama(struart & Laraia , 2001). Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaanya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Struart & Laraia). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok , ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok a. Jenis terapi kelompok Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2001) menguraikan beberapa kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai tindakan keperawatan bagi klien, misalnya task group, supportive group, brief therapy groups, intensive problem-solving groups, medication groups, activity therapy, dan peer support groups. Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan beberapa terapi kelompok seperti, analytic group psycho therapi, psychodrama, self-help groups, remotivation, reedukasi dan client government groups. Terapi aktivitas kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok menjadi tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas kelompok. Terapi Kelompok Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya. Kelompok Terapeutik

Upload: adha-tazakka

Post on 16-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TAK Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Tak

PROPOSALTERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A.    Pengertian

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu dengan yang

lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama(struart & Laraia , 2001). Anggota

kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan

keadaanya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,

kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Struart & Laraia). Semua kondisi ini akan

mempengaruhi dinamika kelompok , ketika anggota kelompok memberi dan menerima

umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok

 

a. Jenis terapi kelompok

Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan pada

kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2001) menguraikan beberapa kelompok

yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai tindakan keperawatan bagi klien,

misalnya task group, supportive group, brief therapy groups, intensive problem-solving

groups, medication groups, activity therapy, dan peer support groups. Wilson dan Kneisl

(1992) menyampaikan beberapa terapi kelompok seperti, analytic group psycho therapi,

psychodrama, self-help groups, remotivation, reedukasi dan client government

groups. Terapi aktivitas kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok

menjadi tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas kelompok.

Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan

waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok

adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal,

membuat perubahan atau ketiganya.

Kelompok Terapeutik

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh-

kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil yang akan menjadi

ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang

dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut :

    Mencegah masalah kesehatan

    Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok

Page 2: Proposal Tak

    Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling membantu dalam

menyelesaikan masalah.

Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok dibagi sesuai kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi sensoris,

orientasi realita, dan sosialisasi.

Tabel 1-2  Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok

                  (Sumber : Rawlins, Williams, dan Beck, 1993)

Tujuan Tipe Aktivitas

1.Mengembangkan

stimulasi persepsi

Bibliotherapy Menggunakan artikel,

buku, sajak, puisi, surat

kabar untuk merangsang

atau menstimulasi

berpikir dan

mengembangkan

hubungan dengan orang

lain.

Stimulus dapat berbagai

hal yang tujuannya

melatih persepsi.

2.Mengembangkan

stimulasi sensoris

Musik, seni, menari

Relaksasi

Menyediakan kegiatan

mengekspresikan

perasaan

Belajar teknik relaksasi

dengan cara nafas

dalam, relaksasi otot,

imajinasi

3.Mengembangkan

orientasi realitas

Kelompok orientasi

realitas, kelompok

validasi

Fokus pada orientasi

waktu, tempat dan orang;

benar dan salah; bantu

memenuhi kebutuhan

4.Mengembangkan

sosialisasi

Kelompok remotivasi

Kelompok mengingatkan

Mengorientasikan diri

dan regresi pada klien

menarik realitas dalam

berinteraksi atau

sosialisasi

Fokus pada mengingat

Page 3: Proposal Tak

            Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan dengan

hal tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktivitas yang digunakan pada

TAK, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik, mempersiapkan meja

makan, dan kegiatan sehari-hari yang lain. Wilson dan Kneisl (1992) menyatakan bahwa

TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang

serta meninkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di

dalam kelompok, yaitu membaca puisi, seni, musik, menari dan literatur.

            Dari uraian tentang terapi aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh Wilson, Kneisl,

dan Lancester ditemukan kesamaan dengan terapi kelompok tambahan yang disampaikan

oleh Rawlins, Williams, dan Beck. Oleh karena itu, akan diuraikan kombinasi keduanya

menjadi terapi aktivitas kelompok.

b. Terapi aktivitas kelompok

Terapi aktivitas kelompok bibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi

kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi

realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi

 Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah

dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan

proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi

adaptif.

            Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: baca artikel /

majalah / buku / puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan);

stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang

maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan

negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

 

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris

 Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian diobservasi

reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan ssecara

nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan

komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons.

Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi

klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien,

dapat digunakan sebagai stimulus.

Page 4: Proposal Tak

3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

 Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri,

orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien dan lingkungan

yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu

saat ini, waktu yang lalu, dan rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang,

waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata.

B.     Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar

klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu),

kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

C.    Kualifikasi Terapis

Rawlins, Williams, dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu

dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis

melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya; praktik yang disupervisi pada

saat berperan sebagai pemimpin kelompok; pengalaman mengikuti terapi kelompok.

Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jira telah dipersiapkan secara

profesional. American Nurses ‘ Association (ANA) menetapkan pada praktik keperawatan

psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA

sebagai spesialis klinik dalam keperawatan psikiatri-kesehatan jira menjamin perawat mahir

dan competen sebagai terapis kelompok.The American Group Pshycotherapy Association

(AGPA) sebagai badan akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal

berpendidikan master.

Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan (TAK),

persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan mengetahui

metode yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.

PERILAKU KEKERASAN

A.     Latar Belakang

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit

Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan

oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul

anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan

alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga

Page 5: Proposal Tak

belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara

merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

B.      Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang

tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman

emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan

mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan

konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk

mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang

respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.

C.  Metode TAK

1.  TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah dialami.

Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini

diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

2.  Stimulasi Sensoris

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian diobservasi

reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi perasaan secar

non-verbal.

3.       TAK Orientasi Realitas

Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri, orang lain

disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang mempunyai hubungan

dengan klien).

Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana

kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar

dan semua kondisi nyata.

4.          TAK Sosialisasi

Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien

dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien dapat

meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat juga

dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas dapat berupa

latihan sosialisasi dalam kelompok

D.     Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan

Page 6: Proposal Tak

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa

jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan

sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal

mencapai keinginan.

E.      Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,

cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan

prestise yang tidak terpenuhi.

1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/ keinginan

yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas.

Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan

orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama

untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan

merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan

sebagainya.

3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai

keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

F.      Tanda  dan Gejala Orang yang Menarik Diri

1. Muka merah

2. Pandangan tajam

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6. Memukul jika tidak senang

G.     Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan

Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukankeluarga dalam

mengatasi marah klien yaitu :

1.   Tindakan Keperawatan

a. Berteriak, menjerit, dan memukul.

Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak

mudah rusak seperti bantal, kasur

b.Cari gara-gara.

Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan pernafasan

2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.

Page 7: Proposal Tak

c.       Bantu melalui humor.

Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yangmenjadi

sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.

2.      Terapi Medis

Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untukmengurangi

atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

 

 TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Stimulasi : Perilaku Kekerasan

Topik   : Perilaku Kekerasan

Terapis : mahasiswa

Sasaran : klien

Tempat : Ruang

Waktu : 1 X 45 menit

Kriteria Pasien :

Klien yang tidak terlalu gelisah.

klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas

Kelompok

Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi

dalam kelompok kecil

Klien  tenang dan kooperatif

Kondisi fisik dalam keadaan baik

Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

Klien yang dapat memegang alat tulis

Klien yang panca inderanya masih memungkinkan

Leader : 

Bertugas :

Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan

situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan

perasaannya

Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi

Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara

memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

 Co Leader :

Bertugas :

Mendampingi leader jika terjadi blocking

Page 8: Proposal Tak

Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan

Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

Observer :

Bertugas :

Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir

Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok

Mengobservasi perilaku pasien

Bertugas :

Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan

Mendampingi peserta TAK

Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok

Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

Operator :

Bertugas :

         Mengatur sound,music

Pendamping pasien :

Bertugas :

         Mendampingi pasien dalam pelaksanaan TAK

         Mengingatkan pasien tentang aturan permainan

         Mengikuti jalannya TAK

Anggota /Klien :

Bertugas :

         Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

Uraian Seleksi Kelompok :

a. Hari/Tanggal               : Rabu,24 Maret 2010

b. Tempat pertemuan      : Ruang

c. Waktu                         : 09.00 s/d selesai

d.  Lamanya                    : 45 menit

e. Kegiatan                      : Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku kekerasan

f. Jumlah Anggota          :  ...Orang

g. Jenis TAK                   : Perilaku kekerasan

Seting Tempat :

Page 9: Proposal Tak

Keterangan :

Leader                         :                                               Operator                     :

Co Leader                   :                                               Observator                 :

Fasilitator                    :                                               Anggota /Klien           :

TAK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa DilakukanTujuan

1.      Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan.

2.      Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah )

3.      Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan )

4.      Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

5.      Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik(dengan

latihan nafas dalam)

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Kertas

Page 10: Proposal Tak

2. Spidol

3. Buku catatan dan pulpen

4. Jadwal kegiatan klien

5. Bola

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Permainan

Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a.         Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

b.        Membuat kontrak dengan klien

c.         Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a.         Salam terapeutik

1.      Salam dari terapis kepada klien.

2.      Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )

3.      Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

b.        Evaluasi validasi

1.      Menanyakan perasaan klien saat ini

2.      Menanyakan masalah yang dirasakan.

c.         Kontrak

1.      Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.

2.      Menjelaskan aturan main berikut.

  Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.

  Lama kegiatan 45 menit.

  Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap kerja

Leader membacakan aturan permainan :

         Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan musik.

         Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola berarti, ia harus

menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala yang dirasakan, perilaku

Page 11: Proposal Tak

kekerasan yang pernah dilakukan, akibat, serta mempraktekkan cara mengontrol PK

dengan latihan fisik (cara nafas dalam)

a.         Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat musik berhenti.

b.        Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan

1.      Tanyakan pengalaman tiap klien

2.      Tulis di kertas

c.         Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah

sebelum perilaku kekerasan terjadi.

1.      Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab  (tanda dan gejala)

2.      Tulis di kertas

d.        Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak

lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri sendiri)

1.      Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah

2.      Tulis di kertas

e.         Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.

1.      Tanyakan akibat perilaku kekerasan.

2.      Tulis di papan tulis di kertas

f.         Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik

(latihan nafas dalam)

g.        Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.

h.        Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

i.          Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.

j.          Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai jawaban klien

tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan.

Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK

serta memberi motivasi pada klien untuk meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara

mengontrol perilaku kemarahan.

k.        Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi

kemarahan.

4. Tahap Terminasi

a.         Evaluasi

1.      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2.      Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.

b.        Tindak Lanjut

1.      Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan

gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.

2.      Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan dan akibat

yang belum diceritakan.

Page 12: Proposal Tak

c.         Kontrak yang akan datang

1.      Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

2.      Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

            Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap

kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk TAK

stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah

mengetahui perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan

akibat perilaku kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 TAK

Stimilasi perilaku Kekerasan

Kemampuan Psikologi

No

.

Nama

klien

Penyebab

PK

Memberi Tanggapan Tentang

Tanda &

gejala PK

Perilaku

kekerasan

Akibat

PK

Mempraktekkan cara

mengontrol PK

dengan nafas dalam

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku

kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat

perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan

nafas dalam. Beri tanda + jika mampu dan beri tanda - jika tidak mampu.

Dokumentasi

            Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku

Page 13: Proposal Tak

kekerasan.Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya( disalahkan dan

tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-

degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan

(tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan latihan tarik nafas dalam. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua

dirasakan selama di rumah sakit.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan FisikTujuan

1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.

2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan

3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku

kekerasan.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Bantal

2. Sound musik

3. Papan tulis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Permainan

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a.         Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1

b.        Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a.         Salam terapeutik

1.      Salam dari terapis kepada klien.

2.      Klien dan terapis pakai papan nama

Page 14: Proposal Tak

b.        Evaluasi validasi

1.      Menanyakan perasaan klien saat ini

2.      Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;

perilaku kekerasan serta akibatnya.

c.         Kontrak

1.      Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

2.      Menjelaskan aturan main berikut.

  Klien Bersedia mengikuti TAK

  Berpakaian rapi dan bersih

  Peserta tidak doperbolehkan makan,minum atau merokok selama pelaksanaan TAK

  Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapi

  Lama kegiatan 45 menit

  Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3.      Tahap kerja

Melakuakan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan permainan

sederhana yaitu diputarkan musik,kemudian klien memutar bola yang di pegang,bila musik

di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola berarti dia adalah peserta

yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.

a.         Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.

1.      Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan oleh klien.

2.      Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard

b.        Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara

sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main

bola,senam, memukul gendang.

c.         Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.

d.        Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.

1.      Terapis mempratekkan

2.      Klien melakukan redemontrasi.

e.         Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran kemarahan.

f.         Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi

            a. Evaluasi

1.      Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2.       Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.

Page 15: Proposal Tak

3.      Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai hasil tiap sesi

            b. Tindak lanjut

1.      menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab

perilaku kekerasan.

2.      Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.

3.      Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

            c. Kontak yang akan datang

1.      Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.

2.      Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK

stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di harapakan adalah dua

kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 2:

Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik

No Nama klien Mempraktekkan cara fisik yang

pertama

Mempraktekkan

cara fisik yang

kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk :

1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik

untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda

  Jika klien mampu dan tanda

  Jika klien tidak mampu

Page 16: Proposal Tak

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku

kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu

mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien mempraktekkan di ruang

rawat( buat jadwal)

Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan SosialTujuan:

1.Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa

2.Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan

Seting:

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat ;

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

Metode :

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

Langkah kegiatan :

1. Persiapan

a.         Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2

b.        Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a.Salam terapiutik

1. Salam dari terapis kepada klien

2.Klien dan terapis pakai papan nama

b.Evaluasi /Validasi

1.Menanyakan perasaan klien saat ini

2.Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta perilaku

kekerasan

3.Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan

c.Kontrak

Page 17: Proposal Tak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan

2. Menjelaskan aturan main berikut:

         Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.

         Lama kegiatan 45 menit.

         Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari            orang

lain.

b.  Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.

c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu,” Saya

perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk....”.

d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin c.

e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.

f. Memberikan pujian pada peran serta klien.

g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada

orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak menerima

dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.

h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin d.

i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.

j.Memberikan pujian pada peran serta klien.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1.      Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.

2.      Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.

3.      Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut

1.      Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif, jika

stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.

2.      Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif secara teratur.

3.      Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian pasien.

c. Kontrak yang akan datang

1.      Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.

2.      Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Page 18: Proposal Tak

Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap kerja.Aspek

yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi

persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah

perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 3: TAK

Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial

No Nama Klien Memperagakan

cara meminta

tanpa paksa

Memperagakan

cara menolak

yang baik

Mamperagakan

cara

mengungkapkan

kekerasan yang

baik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan

perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,

mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda х jika

klien tidak mampu.

Dokumentasi

            Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi persepsi perilaku

kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik

dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang rawat (buat

jadwal).

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritualTujuan

Page 19: Proposal Tak

Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran/ stimulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.

b. menyiapkan alat dan tempat

2. Orientasi

a. Salam terapiutik

1.      Salam dari terapis kepada klien

2.      Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1.      Menanyakan perasaan klien saat ini.

2.      Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku

kekerasan.

3.      Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah perilaku

kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak

1.      Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan

2.      Menjelaskan aturan main berikut:

         Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.

         Lama kegiatan 45 menit.

         Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

      a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.

      b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.

Page 20: Proposal Tak

      c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.

      d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.

      e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.

      f. Memberikan pujian pada penampilan klien.

4. Tahap terminasi

      a. Evaluasi

1.      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2.      Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.

3.      Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut

1.      Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan

ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.

2.      Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah

secara teratur.

3.      Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

1.      Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.

2.      Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK

stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah

perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 4 : TAK

Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual

No Nama klien Mempraktikkan kegiatan

ibadah pertama

Mempraktikkan kegiatan

ibadah kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Page 21: Proposal Tak

8.

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan

perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,

mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda х jika

klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, Tak stimulasi persepsi perilaku

kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya

secara teratur di ruangan (buat jadwal).

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat

2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat

3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

4. Beberapa contoh obat

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.

Page 22: Proposal Tak

b. menyiapkan alat dan tempat

2. Orientasi

a. Salam terapiutik

1.      Salam dari terapis kepada klien

2.      Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1.      Menanyakan perasaan klien saat ini.

2.      Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku

kekerasan.

3.      Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah perilaku

kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak

1.      Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan

2.      Menjelaskan aturan main berikut:

         Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.

         Lama kegiatan 45 menit.

         Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

        a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan      tiap

klien menyampaikan).

        b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.

        c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.

        d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat,

benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.

        e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.

        f. Berikan pujian pada klien yang benar.

        g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat diwhiteboard).

        h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat diwhiteboard).

        i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah perilaku

kekerasan/ kambuh.

        j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku

kekerasan/ kambuh.

        k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak

patuh minum obat.

        l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.

4. Tahap terminasi

Page 23: Proposal Tak

      a. Evaluasi

1.      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2.      Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.

3.      Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

b. Tindak lanjut

1.      Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan ibadah,

dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.

2.      Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien perlu TAK

yang lain.

            Evaluasi dan Dokumentasi

            Evaluasi

            Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK

stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah

mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh

minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 5: TAK

Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan

dengan patuh minum obat

No Nama klien Menyebutkan

lima benar

minum obat

Menyabutkan

keuntungan

minum obat

Menyebutkan

akibat tidak

patuh minum

obat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Page 24: Proposal Tak

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan

perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,

mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda х jika

klien tidak mampu.

DokumentasiDokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.