proposal individu ivana florentina-1206244195

32
A. LEMBAR UTAMA 1) Judul Penelitian Hubungan antara Early Childhood Caries (ECC) dan Lama Pemberian ASI pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Jakarta Pusat 2) Nama Peneliti Ivana Florentina 1206244195 3) Pembimbing Penelitian Nama: Dr. drg. Febriana Setiawati, M. Kes Fakultas: Kedokteran Gigi 4) Kata Kunci Early Childhood Caries (ECC) ASI Jakarta Pusat Bayi 5) Jangka Waktu Penelitian (Bulan) Penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu dari tanggal 6 Juni 2014 – 6 September 2014 1 PROPOSAL PENELITIAN MODUL METODOLOGI PENELITIAN RUMPUN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA Kampus UI Depok

Upload: ade-amalia-rizqi

Post on 18-Dec-2015

250 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hmm

TRANSCRIPT

A. LEMBAR UTAMA

1) Judul Penelitian

Hubungan antara Early Childhood Caries (ECC) dan Lama Pemberian ASI pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Jakarta Pusat

2) Nama Peneliti

Ivana Florentina 1206244195

3) Pembimbing Penelitian

Nama: Dr. drg. Febriana Setiawati, M. Kes

Fakultas: Kedokteran Gigi

4) Kata Kunci

Early Childhood Caries (ECC)ASI

Jakarta PusatBayi

5) Jangka Waktu Penelitian (Bulan)

Penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu dari tanggal 6 Juni 2014 6 September 2014

6) Dana Penelitian

Rp 1.500.000,00

B. LEMBAR PERNYATAAN DAN PENGESAHAN 7) Pernyataan PenelitiDengan ini saya menyatakan:

a. Penelitian dengan judul seperti tertera pada lembar utama nomor 1 merupakan penelitian orisinil bukan plagiat.

b. Sepakat untuk melakukan penelitian dengan judul seperti tertera pada lembar utama nomor 1.PenelitiIvana FlorentinaTanda TanganTanggal

8) Pengesahan Ketua Penanggung Jawab Modul Riset dan Pembimbing yang Bertanggung JawabNama penanggung jawab modul METLITdr. H. Engkus Kusdinar Achmad, MPHTanda Tangan

Nama PembimbingDr. Drg. Febriana Setiawati, M. KesTanda Tangan

C. LEMBAR URAIAN PENELITIAN9) Latar Belakang MasalahKaries merupakan penyakit infeksi yang menular dan disebabkan oleh multifaktor(1). Karies merupakan penyakit mulut dengan prevalensi paling tinggi pada anak-anak yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terkemuka di seluruh dunia(2). Pada anak-anak yang berusia di bawah enam tahun sering ditemukan bentuk kerusakan gigi yang dinamakan dengan Early Childhood Caries (ECC)(3). Di brazil, ditemukan bahwa 27% dari anak berusia 18-24 bulan dan sekitar 60% dari anak berusia 5 tahun memiliki setidaknya satu gigi sulung yang mengalami karies(4). Di Amerika Serikat ditemukan bahwa prevalensi ECC pada anak usia 3-5 tahun adalah 90%(5). Dari data Riskesdas 2007 terlihat bahwa prevalensi nasional karies aktif sebesar 43,4%. Menurut Depkes RI pada tahun 2008, Indeks DMF-T secara nasional sebesar 4,85 yang menunjukkan bahwa rata-rata kerusakan gigi penduduk Indonesia adalah lima buah gigi per orang. Pada tahun 2008, prevalensi ECC pada anak usia di bawah tiga tahun di DKI Jakarta adalah 52,7% dengan rata-rata skor def-t 2,85 dan prevalensi di Jakarta Pusat adalah 54,5%(5).ECC adalah penyakit dengan etiologi multifaktor. Penyebab utamanya dapat berupa bakteri kariogenik, makanan karbohidrat fermentasi, gigi dan host yang rentan, dan waktu. ECC juga berhubungan dengan faktor risiko seperti karakteristik demografi, kebersihan oral, sikap orang tua, status pendidikan ibu, temperamen anak, medikasi yang sering, dan kebiasaan pemberian makanan(6). ASI adalah jenis susu yang paling sehat untuk bayi. ASI mengandung jumlah lemak, gula, air, dan protein yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi(7). Beberapa kandungan di dalam ASI berupa antibodi IgA, oligosakarida, laktoferin dan hormon yang dapat memberikan kekebalan pada bayi(8). WHO merekomendasikan agar bayi diberi asi ekslusif selama enam bulan pertama, dan sampai dua tahun dan tambahan makanan pelengkap(6). Penelitian-penelitian terdahulu ada yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan berupa hubungan sebab akibat antara pemberian asi dengan prevalensi karies, namun ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kedua hal tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat ECC dan lama pemberian ASI pada bayi usia 6-24 bulan di Jakarta Pusat.

10) Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian10.1.Rumusan MasalahPrevalensi kasus ECC di Indonesia tergolong tinggi, khusunya di wilayah DKI Jakarta. ECC dipengaruhi oleh multifaktor yang salah satunya adalah diet yang dikonsumsi. ASI adalah asupan gizi yang diperoleh oleh bayi. Gambaran yang jelas mengenai ada atau tidaknya hubungan antara ECC dengan lama pemberian ASI pada bayi usia 6-24 bulan di Jakarta Pusat belum terlihat secara pasti. 10.2.Pertanyaan Penelitiana. Bagaimana prevalensi bayi berusia 6-24 bulan yang menderita ECC di Jakarta Pusat?

b. Bagaimana prevalensi bayi berusia 6-24 bulan yang menerima ASI di Jakarta Pusat?c. Apa ada hubungan secara statistik antara ECC dan lama pemberian ASI pada bayi usia 6-24 bulan di Jakarta Pusat?

11) Tujuan Umum dan Tujuan Khusus serta Manfaat Penelitian

11.1.Tujuan11.1.1.Tujuan Umum:Analisis hubungan ECC dengan lama pemberian ASI pada bayi berusia 6-24 bulan di Jakarta Pusat.11.1.2.Tujuan Khusus:a. Memperoleh data prevalensi ECC pada bayi usia 6-24 bulan di Jakarta Pusat.b. Memperoleh data prevalensi bayi berusia 6-24 bulan yang menerima ASI di Jakarta Pusat.c. Mengetahui adanya hubungan antara ECC dan lama pemberian ASI pada bayi berusia 6-24 bulan di Jakarta Pusat.11.2.Manfaat Penelitian11.2.1. Manfaat bagi Subjek Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang prevalensi ECC sehingga masyarakat dapat mengantisipasi terjadinya ECC.

11.2.2. Manfaat bagi Ilmu PengetahuanPenelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya terkait hubungan antara ECC dan lama pemberian ASI.11.2.3. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengalaman mengenai hubungan antara ECC dan lama pemberian ASI.

12) Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

12.1 Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Karies GigiKaries gigi adalah penyakit infeksi yang menular dan dapat disebabkan oleh multifaktor. Penyakit ini dapat terjadi apabila terdapat sebuah host yaitu gigi di dalam rongga mulut, substrat makanan, dan bakteri asidurik. Bakteri plak yang menempel pada permukaan gigi dapat terbentuk dari saliva, substrat dan bakteri(1). Karies adalah penyakit infeksius kronis yang umum sebagai hasil dari bakteri spesifik yang menempel pada gigi, yang umumnya adalah streptokokus mutans yang memetabolisme gula untuk menghasilkan asam dan menyebabkan demineralisasi struktur gigi. Streptokokus mutans dapat ditransmisikan secara vertikal dari pengasuh ke anak melalui kontak saliva, dipengaruhi oleh frekuensi dan jumlah paparan. Ibu yang memiliki tingkat streptokokus mutans yang tinggi sebagai hasil dari karies yang tidak dirawat memiliki resiko yang besar dalam menularkan organisme tersebut dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat streptokokus mutans rendah. Transmisi horizontal seperti misalnya dari sesama anggota keluarga atau anak dalam penitipan pengasuhan dapat juga terjadi(3).Faktor risiko karies terbagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder. Faktor primer adalah faktor yang berpengaruh langsung terhadap biofilm seperti saliva, diet dan fluoride. Sedangkan faktor sekunder adalah faktor yang mempengaruhi biofilm secara tidak langsung seperti sosioekonomi, gaya hidup, riwayat kesehatan gigi dan sikap kooperatif pasien terhadap perawatan gigi. Dari seluruh faktor risiko karies, terdapat lima faktor penyebab utama terjadinya karies, antara lain: Bakteri di dalam plak

Akumulasi plak dan retensi yang menyebabkan meningkatnya kesempatan untuk fermentasi karbohidrat oleh bakteri asidogenik yang mengandung oral biofilm, yang akhirnya menyebabkan produksi dan penyimpanan asam-asam organik pada plak atau permukaan gigi.

Frekuensi asupan karbohidrat

Besar kecilnya jumlah karbohidrat yang dikonsumsi seseorang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi karena karbohidrat yang dikonsumsi dapat dimetabolisme dan dirubah oleh bakteri plak menjadi sejumlah asam organik yang dapat melarutkan kandungan apatit pada lapisan gigi. Berdasarkan penelitian, asam yang dihasilkan dari fermentasi karbohidrat adalah asam organik lemah yang pada kebanyakan kasus hanya menyebabkan demineralisasi tingkat rendah. Namun bila sering mengonsumsi gula dalam waktu yang lama, karies akan berkembang sangat cepat.

Frekuensi dari asam-asam makanan (dietary acids)

Asam yang biasa terdapat pada soft drink, minuman berenergi, jus buah, dan minuman atau makanan yang mengandung asam lainnya juga dianggap sebagai faktor yang dapat mempertinggi resiko karies dan erosi.

Faktor pelindung alami rongga mulut

Pelindung alami rongga mulut seperti pelikel, saliva dan plak baik (bebas dari bakteri asidogenik), mempunyai peran penting dalam mencegah karies atau membatasi kemajuan prosesnya. Salah satunya adalah saliva, dimana saliva memiliki 3 fungsi utama, yaitu untuk membersihkan mulut dari asam makanan dan gula, sebagai buffer asam (memiliki kemampuan buffering capacity) yang dihasilkan biofilm yang terletak antara permukaan gigi, dan menyediakan ion-ion reservoir yang mendukung proses remineralisasi. Dalam keadaan tidak terstimulasi, pH Saliva mempunyai range normal, yakni sekitar 6,7 7,4. PH saliva dalam keadaan basa akan memacu mineralisasi tetapi dalam keadaan asam akan bersifat erosif, memicu demineralisasi, dan memacu pertumbuhan bakteri S. Mutans dan lactobacilli. Flouride dan elemen lain

Flouride dan elemen lain yang berperan dalam mengontrol perkembangan karies sangat penting dalam mencegah timbulnya karies dini. Peranan fluoride dalam mencegah karies adalah dengan meningkatkan proses mineralisasi gigi, mencegah bakteri menghasilkan asam yang dapat memicu terjadinya mineralisasi gigi. Konsentrasi bahan agent pada kalsium fluoride sama seperti bahan yang ada di permukaan gigi yaitu hidroksiapatit atau Ca10(PO4)6(OH)2.(9)Bila kelima faktor ini tidak seimbang maka dapat menyebabkan organik-organik penghasil asam di dalam rongga mulut bertambah sehingga akhirnya dapat menyebabkan karies dan erosi pada gigi(9).Faktor lain yang dapat mempengaruhi karies:1. Status sosial ekonomi

Laporan yang dilakukan oleh Surgeon General pada tahun 2000 menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang hidup dalam status ekonomi yang berkekurangan menderita karies dua kali lebih banyak dibandingan anak seumuran mereka yang hidup berkelimpahan. Selain itu ditemukan bahwa anak dengan status ekonomi yang berkekurangan memiliki jumlah waktu kunjungan ke dokter gigi untuk mengatasi rasa sakit yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang lahir dalam keluarga yang berpendapatan tinggi. Melalui data yang tersedia dari perspektif demografik disimpulkan bahwa anak dengan status ekonomi buruk memiliki risiko tinggu untuk menderita karies gigi.2. Karakteristik anatomi gigi

Kalsifikasi enamel belum selesai pada saati gigi baru erupsi dan dibutuhkan waktu sekitar dua tahun sampai kalsifikasi selesai sehingga gigi sangat rentan terhadap pembentukan karies selama dua tahun pertama erupsi. Gigi molar permanen biasanya erupsi dalam keadaan dimana pit dan fissure belum bersatu dengan sempurna yang mana dapat menyebabkan plak melekat pada dasar gigi. Karakteristik dari defek anatomi ini dapat terlihat pada saat gigi dikeringkan dan debris atau plak dihilangkan. Selain itu pada permukaan oklusal, pit lingual gigi molar permanen maksila, pit bukal pada gigi permanen mandibula, dan pit lingual pada gigi insisif lateral permanen maksila adalah area yang rentan dimana proses terjadinya karies gigi dapat berjalan dengan cepat.

3. Susunan gigi pada lengkung rahang

Gigi yang berjejal dan tidak beraturan sulit dibersikan pada proses mastikasi alami sehingga pasien mengalami kesulitan dalam membersihkannya dengan sikat gigi dan floss. Kondisi ini dapat menjadi faktor lain penyebab terjadinya karies gigi.

4. Penggunaan peralatan dental dan restorasi

Penggunaan gigi tiruan sebagian, space maintainer, dan peralatan orthodontik sering menyebabkan retensi dari debris makanan dan material plak yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan populasi bakteri. Pasien dengan riwayat aktivitas karies yang sedang diduga mengalami peningkatan aktivitas karies pada saat penggunakan peralatan dental apabila kebersihan mulut tidak dijaga.

Struktur gigi yang berkontak dengan material restorasi rentan terhadap karies rekuren. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tinanoff, Siegrist, dan Lang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah S.mutans pada pasien setelah menerima perawatan konservatif. Program preventif yang efektif diperlukan untuk melindungi pasien dari karies tambahan.

5. Faktor herediter

Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa genetik memiliki pengaruh minor dalam mempengaruhi proses terjadinya karies dibandingkan dengan faktor lingkungan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Li dan Caulfield ditemukan bahwa ibu adalah sumber utama streptokokus mutans pada bayi dan laju transmisi pada perempuan lebih besar daripada laki-laki(1).12.2 Early Childhood Caries (ECC)Berdasarkan American Academy of Pediatric Dentists (AAPD), early childhood caries (ECC) dapat didefinisikan sebagai munculnya satu atau lebih kerusakan/decayed (lesi nonkavitas atau kavitas), kehilangan (karena karies) atau tambalan pada permukaan-permukaan beberapa gigi sulung pada anak dibawah usia enam tahun(3). Telah lama diketahui bahwa setelah erupsi gigi sulung dimulai, pemberian susu botol atau asi dalam frekuensi yang berlebih dapat berhubungan dengan early childhood caries(1).Apabila anak dibiarkan tidur sambil meminum susu botol atau minuman lain yang mengandung gula, maka cairan tersebut dapat mengalir di dalam rongga mulut sehingga menjadi media perkembangan mikroorganisme asidogenik. Selain itu juga diketahui bahwa aliran salia menurun sewaktu tidur, dan pembersihan cairan dalam rongga terjadi secara lambat(1).Mikroorganisme kariogenik yang terlibat dalam ECC adalah streptococcus mutans dan streptococcus sobrinus. Infeksi streptococcus dapat ditransmisikan dari saliva ibu yang mengandung streptococcus tingkat tinggi pada waktu spesifik yang disebut window of infectivity. Keparahan ECC berhubungan dengan tingkat bakteri dalam mulut dan infeksi awal. Bakteri dapat ditemukan pada awal usia enam bulan bahkan sebelum gigi erupsi. Karies dimulai dengan adalah infeksi bakteri yang kemudian terakumulasi dan multiplikasi pada biofilm atau permukaan kasar gigi, dan apabila dikombinasikan dengan paparan karbohideat maka terjadi fermentasi gula di dalam plak gigi yang menyebabkan enamel mengalami demineralisasi dan terbentuk kavitas(6).Anak berusia dibawah tiga tahun yang memiliki tanda-tanda awal karies dapat diindikasikan sebagai severe early childhood caries (S-ECC). S-ECC dapat dicegah melalui konseling dini kepada orang tua. Hal ini merupakan alasan bahwa dibutuhkan pemeriksaan gigi pertama pada rentang usia antara enam sampai dua belas bulan sehingga S-ECC tidak berkembang. Program edukasi mengenai hal ini juga perlu melibatkan secara langsung ibu hamil, orang tua dan care-giver teutama pada daerah dengan prevalensi ECC yang tinggi(1).AAPD menyadari bahwa karies adalah penyakit kronis umum yang dihasilkan dari banyak faktor risiko yang tidak seimbang dan faktor protektif dalam suatu waktu. Untuk mengurangi risiko perkembangan ECC, AAPD mendorong para tenaga profesional dan tindakan preventif yang dapat dilakukan di rumah berupa:

1. Mengurangi tingkat streptokokus mutans orang tua untuk mengurangi transmisi bakteri kariogenik tersebut ke anak.

2. Meminimalisasi aktivitas saliva-sharing (berbagi bersama penggunaan peralatan) untuk menurunkan transmisi bakteri kariogenik.

3. Melakukan pengukuran kebersihan mulut sewaktu erupsi gigi sulung pertama. Penyikatan gigi harus dilakukan untuk anak-anak oleh orang tua sebanyak dua kali dalam sehari, menggunakan sikat gigi halus dengan ukuran yang disesuaikan dengan usia. Pada anak dengan risiko karies sedang atau tinggi di bawah usia 2 tahun, dapat digunakan pasta gigi berfluoride. Pada semua anak yang berusia dua sampai lima tahun, jumlah pasta gigi yang digunakan adalah seukuran biji/pea-size.

4. Membangun dental home pada enam bulan setelah erupsi gigi pertama dan tidak lebih dari usia 12 bulan untuk menyediakan asesmen risiko karies dan menyediakan edukasi orang tua termasuk petunjuk antisipasi untuk pencegahan penyakit mulut.

5. Hindari konsumsi makanan cair/padat yang mengandung gula dalam frekuensi tinggi, terkhusus:

a. Minuman yang mengandung gula (seperti jus, minuman ringan, teh manis, susu dengan tambahan gula) pada botol bayi harus dihindari.

b. Anak tidak boleh dibiarkan tidur sambil diberikan botol yang berisi susu atau minuman lain yang mengandung gula.

c. ASI harus dihindari setelah gigi sulung pertama erupsi dan makanan berkarbohidrat lain sudah diperkenalkan.

d. Orang tua harus menyemangati anaknya untuk minum dengan menggunakan cangkir pada usia pertamanya. Anak-anak harus dihentikan dari pemberian susu botol antara usia 12-18 bulan(3).

Bekerja sama dengna penyedia pelayanan kesehatan untuk menjamin semua bayi dan balita dapat mengakses pemeriksaan gigi, konseling, dan prosedur preventif(3).12.3 Air Susu Ibu / BreastfeedingAmerican Academy of Pediatric Dentistry menganggap bahwa ASI adalah nutrisi yang ideal karena menyediakan manfaat yang tidak terhitung bagi kesehatan bayi, ibu, dan masyarakat(8). Selain itu dapat memberi manfaat termasuk dalam hal perkembangan, ekonomi, kesehatan, nutrisi, imunologi, fisiologi, sosial, dan lingkungan(10). AAP menyatakan bahwa ASI ekslusif dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan pada enam bulan pertama kehidupan bayi. WHO merekomendasikan untuk dilakukan pemberian asi sampai tahun kedua kehidupan atau lebih. ASI direkomendasikan oleh para tenaga kesehatan dan dokter anak untuk dilanjutkan selama terdapat hubungan mutualisme bagi ibu dan anak(8).ASI mengandung konstituen kompleks seperti antibodi IgA, oligosakarida, laktoferin dan hormon yang dapat memberikan kekebalan kepada bayi. ASI meyediakan nutrisi dan substansi bioaktif paling penting bagi bayi untuk bertumbuh menjadi balita yang sehat dan kuat karena menyediakan komposisi esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. ASI meningkatkan reseptor serotonin ada otak dan meningkatkan perkembangan IQ pada anak. ASI juga merupakan cara pertama dan terbaik untuk membentuk ikatan yang aman antara ibu dan anak, memelihara komunikasi, dan pengembangan emosional. Gabungan faktor nutrisi dan pertumbuhan hormon pada ASI telah dikaitkan dengan peningkatan perkembangan kognitif. ASI dapat menurunkan risiko terjadinya otitis media, asma, infeksi saluran urin, gastroenteritis, alergi, obesitas anak, kanker/ limfoma anak, bakterimia, meningitis, botulismus, diabetes, kolitis ulseratif, penyakit Crohn, leukemia, dan gangguan CVS pada anak(8).Proses menyusui dimulai dengan bayi menarik dan mengisap puting ke mulut. Bagian dari areola juga dimasukkan ke dalam mulut sehingga puting terletak antara palatum durum dan palatum mole. Bibir menutup dan rongga mulut diperbesar serta rahang bergerak. Seluruh rahang bawah dinaikkan dan diturunkan secara bergantian. Lidah menonjol dan tetap berkontak dengan bibir bawah. Sewaktu rahang diturunkan, lidah bergerak ke bawah dan depan. Kontraksi dasar mulut menghasilkan gerakan memeras sehingga mengeluarkan susu(8).ASI yang diberikan kepada anak selama lebih dari 40 hari dapat bertindak mencegah perkembangan karies pada anak. ASI mengandung laktosa (gula susu), yang mana merupakan sumber karbohidrat potensial pada rongga mulut yang menghasilkan bakteri, tetapi komposisi pertahanan imun didalamnya menghindarkannya. Lakotas tidak mudah difermentasi menjadi sukrosa. Laktosa secara alami dicerna dan dipecah menjadi gula saat di usus halus dan bukan di dalam mulut. Asam laktat menghasilkan Lactobacillus bifidus L untuk membantu mencegah pembusukan usus. Streptokokus mutans sangat rentan terhadap aksi bakterisidal dari laktoferin. Laktoferin dengan besi membuatnya menjadi nutrisi yang tidak dapat diakses untuk menyerang mikroorganisme. Komponen ASI mampu mencegah adhesi S. Mutans ke kristal hidroksiapatit(8).12.4 Kerangka TeoriKerangka teori memuat memuat mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya Early Childhood Caries.

Gambar 12.1 Kerangka Teori

12.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep berasal dari kerangka teori dengan mengambil variabel bebas yaitu lama pemberian asi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap Early Childhood Caries.

Gambar 12.2 Kerangka Konsep

13) Definisi Operasional dan Hipotesis13.1 Definisi Operasional

Variabel Dependen: GaAlAs Laser dan Conventional TreatmentVariabel independen: NUP pada Pasien Seropositive HIV

VariableDefinisi OperasionalAlat UkurSkalaHasil Ukur

13.2 HipotesisTerdapat hubungan antara ECC dan lama pemberian ASI14) Metode Penelitian

14.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan studi cross-sectional. Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu ECC dan lama pemberian ASI pada bayi usia 6-24 bulan di Kecamatan Senen Jakarta Pusat. Subjek diamati hanya satu kali dalam waktu yang sama dengan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tertentu.14.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat : Kecamatan Senen, Jakarta PusatWaktu Penelitian: 6 Juni 6 September 2014

14.3.Populasi dan Sampel

a) Populasi target dalam penelitian ini adalah bayi usia 6-24 bulan dan ibunya yang berdomisili di Jakarta Pusat.

b) Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah bayi usia 6-24 bulan dan ibunya yang berdomisili di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.

c) Sampel penelitian yang digunakan adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi serta tidak memenuhi kriteria eksklusi.

d) Kriteria inklusi: Usia anak 6-24 bulan Anak yang kooperatif untuk dilakukan pemeriksaan gigi Ibu yang kooperatif dan bersedia dalam menjawab pertanyaan kuesioner

Memiliki setidaknya satu gigi erupsie) Kriteria ekslusi: Anak yang sulit untuk dilakukan pemeriksaan gigi

Ibu yang tidak bersedia mengisi informed consent14.4.Jumlah Sampel Minimal

Sampel penelitian adalah anak yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi. Estimasi jumlah minimal sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:

Nilai kemaknaan ditetapkan sebesar 0,05 sehingga nilai Z adalah 1,96 dan nilai d ditetapkan bernilai 0,05. Adapun nilai P1 didapatkan dari studi pustaka sebelumnya yaitu sebesar 50%. Sehingga akan didapatkan hasil sebagai berikut:

Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 384 sampel. Jumlah sampel minimal ini akan ditambahkan 10% dari jumlah sampel untuk mengantisipasi sampel yang drop out.n = 384 + 0,1 (384) = 384 + 38,4 = 422,4

Pada penelitian ini digunakan 425 sampel.14.5.Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan cluster sampling dimana sampel dipilih secara acak berdasarkan kelurahan.14.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan denggan menggunakan aplikasi SPSS for windows version 16.0. Data yang akan dimasukkan ke dalam program SPSS meliputi:

Usia Subyek penelitian

Kejadian ECC (menggunakan skala nominal)

Lama pemberian ASI (menggunakan skala nominal)14.7 Uji Statistik

14.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat gambaran pendistribusian frekuensi dan proporsi setiap variabel. 14.7.2 Analisis BivariatAnalisi bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara lama pemberian ASI dan ECC. Karena kedua variabel yang diuji berjenis data kategorik, maka jenis uji yang digunakan adalah Chi Square. Untuk mengetahui hubungan tersebut bermakna atau tidak, dapat digunakan = 0,05 dengan nilai confident interval 95%. Jika hasil analisis menunjukkan nilai p0,05 maka hipotesis nol (Ho) gagal ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.Untuk menganalisis kekuatan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dalam studi cross sectional dapat digunakan rasio prevalens (RP). Rasio prevalens dapat dihitung dengan menggunakan tabel 2x2 sebagai berikut:

Rasio Prevalens

Efek

Faktor Risiko

Ya

Tidak

Jumlah

Ya

a

b

a+b

Tidak

c

d

c+d

Jumlah

a+c

b+d

a+b+c+d

Analisa hasil dari rasio prevalens:

1. Nilai RP = 1 menunjukkan tidak ada asosiasi antara variabel dependen dengan variabel independen.

2. Nilai RP > 1 menunjukkan adanya asosiasi positif antara variabel dependen dan variabel independen. 3. Nilai RP < 1 menunjukkan adanya asosiasi negatif antara variabel dependen dengan independen.

15) Etik PenelitianEtika penelitian adalah sebuah aturan yang harus dipatuhi agar penelitian yang dilakukna sesuai dengan ketentuan dan dilakukan dengan baik dan benar. Suatu penelitian harus berpedoman pada norma dan etika agar penelitian tidak merugikan pihak lain terutama pada penelitian yang subjeknya adalah manusia. Karenanya, dalam melakukan penelitian harus diusahakan agar kebaikan lebih banyak daripada keburukannya. Selain itu, penelitian yang dianggap berbahaya harus segera dihentikan.Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

Mengajukan persetujuan etik atas penelitian ini kepada Komite Etik Independen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Mengajukan perizinan untuk dilakukannya penelitian ini kepada pejabat setempat di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.

Mengajukan persetujuan subjek penelitian setelah yang bersangkutan mendapatkan penjelasan dari peneliti (informed consent).

Memberikan hak penuh kepada subjek penelitian jika ingin keluar dari penelitian.

Memberikan perlakuan yang sama kepada setiap subjek penelitian.

Mengutamakan keselamatan subjek penelitian dan mencegah dampak buruk yang dapat timbul.

Memberikan penghargaan berupa ucapan terima kasih atas kesediaan untuk menjadi subjek penelitian.

16) Daftar Pustaka

1. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 8th ed. Mosby; 2004. 205 p2. Aarthi J, Muthu MS, Sujatha S. Cariogenic potential of milk and infant formulas: a systemic review. Eur Acad Pediatr Dent. 2013;14:2893003. A collaborative effort of the American of Pedodontics and the Americcsan Academy of Pediatri. Policy on early childhood caries (ECC): classifications, consequences, and preventive strategies. 2011. 35

4. Ribeiro NME, Ribeiro MAS. Breastfeeding and early childhood caries: a critical review. J Pediatr. 2004;80

5. Sugito FS. Breastfeeding and early childhood caries (ECC) severity of children under three years old in DKI Jakarta. J Makara Seri Kesehatan. 12:8691

6. Lavigne V. Breastfeeding and dental caries. Clin Lact. 2013;4:126

7. Agarwal JH, Gupta B, Behrani V, Saigal P. Breast feeding v/s bottle feeding: effects on occlusion. Indian J Dent Educ. 2012;5

8. Agarwal M, Ghousia S, Konde S, Raj S. Breastfeeding: natures safety net. Int J Clin Pediatr Dent. 2012;5:4953

9. Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd ed. Australis: Knowledge Books and Software; 2005

10.Salone LR, Vann WF, Dee DL. Breastfeeding: an overview of oral and general health benefits. J Am Dent Assoc. 2013;144(2):143-15117) Lampiran17.1 Rincian DanaNo

Kebutuhan

Total

1.

Biaya Operasional

Rp 600.000,00

2.

Biaya Kompensasi Responden

Rp 400.000,00

3.

Transportasi

Rp 300.000,00

4.

Biaya tak terduga

Rp 200.000,00

Jumlah

Rp 1.500.000,00

17.2 Time TableNoKegiatanJuniJuliAgustusSeptember12341234123412341.Penyusunan dan pengajuan proposal2.Pengajuan izin ke Komisi Etik3.Pengajuan izin ke tempat pengambilan data4.Pemilihan subjek penelitian5.Pengambilan data sampel6.Pengolahan dan analisis data7.Penyusunan laporan penelitian8Penyajian dan pelaporan hasil penelitian17.3 Informed ConsentInformed Consent

Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Indonesia

Jakarta, ................ 2014

Ibu yang terhormat,Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia sedang melakukan penelitian kesehatan untuk mengetahui hubungan Early Childhood Caries (ECC) dan lama pemberian ASI pada bayi usia 6-24 bulan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data dari para ibu yang memberikan ASI kepada bayinya dan melakukan pemeriksaan gigi pada bayinya untuk mengetahui status ECC.

ECC merupakan kerusakan gigi yang sering ditemukan pada anak berusia di bawah enam tahun. Dari data Riskesdas 2007 terlihat bahwa prevalensi nasional karies aktif sebesar 43,4%. Pada tahun 2008, prevalensi ECC pada anak usia dibawah tigak tahun di DKI Jakarta adalah 52,7% dan prevalensi di Jakarta Pusat adalah 52,7%.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya prevalensi ECC pada anak berusia di bawah 6 tahun. Untuk itu peneliti bermaksud mengetahui pengaruh lama pemberian ASI terhadap kejadian ECC pada anak berusia 6-24 bulan.Penelitian ini akan bermanfaat bagi subjek penelitian, masyarakat banyak, ilmu pengetahuan, dan bagi penelitinya sendiri. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan ECC dan lama pemberian ASI.

Semua data dalam penelitian ini akan dirahasiakan sehingga tidak memungkinkan seseorang yang tidak terlibat dalam penelitian ini untuk mengintervensi ataupun menyalahgunakan data penelitian ini. Data anda hanya diketahui peneliti dan dokter, petugas kesehatan, dan sponsor yang membantu penelitian ini.

Bila anda tidak mengerti terhadap informed consent ini atau memerlukan penjelasan yang lebih lanjut, anda dapat menanyakan kepada peneliti.Formulir Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian

Setelah mendapat penjelasan mengenai risiko, hak, dan keuntungan saya sebagai subjek penelitian yang berjudul:Hubungan antara Early Childhood Caries (ECC) dan Lama Pemberian ASI pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Jakarta PusatNama: .....................................Saya menyatakan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jakarta,......2014

(.........................)17.4 Surat Permohonan Persetujuan Komisi EtikSURAT PERMOHONAN PERSETUJUAN KOMISI ETIKJakarta,...................... 2014Yth. Ketua Komisi Etik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas IndonesiaKampus UI - SalembaDengan hormat,

Saya selaku mahasiswa tingkat II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia bermaksud mengadakan sebuah penelitian yang berjudul Hubungan antara Early Childhood Caries (ECC) dan Lama Pemberian ASI pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Jakarta Pusat. Adapun penelitian tersebut akan dilaksanakan mulai bulan Juni sampai September tahun 2014.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data dari Ibu yang memberikan ASI kepada anaknya serta melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat status ECC pada anak tersebut. Pada akhir penelitian akan dilakukan analisis data sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan dalam proposal penelitian.

Sehubungan dengan hal tersebut, kami memohon persetujuan dan pemberian izin dari Komisi Etik FKG UI agar proses penelitian ini dapat dilaksanakan.Atas perhatian Bapak/Ibu, kami mengucapkan terima kasih.Mengetahui,Ketua Modul Metodologi PenelitianPembimbing I Penelitian dr. H. Engkus Kusdinar Achmad, MPH Dr. Drg. Febriana Setiawati, M. KesHomat saya,PenelitiIvana Florentina

PROPOSAL PENELITIAN

MODUL METODOLOGI PENELITIAN

RUMPUN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA

Kampus UI Depok

PAGE 13