makalah individu
TRANSCRIPT
HAKIKAT KURIKULUM MUATAN LOKAL
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Dosen Pengampu : Bapak Purnomo
Oleh:
Dewi Prastiwi
1401411025
Rombel 02
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Muatan lokal merupakan bagian integral KTSP jenjang pendidikan dasar dan
menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus.
Jumlah jam pembelajaran setiap minggu rata-rata 2 (dua) jam pembelajaran; atau
equivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami dan menjabarkan KTSP, perlu
dijelaskan bahwa meskipun mata pelajaran dalam KTSP sudah mengakomodasi muatan
lokal, karena dikembangkan oleh daerah dan satuan pendidikan, namun dalam struktur
kurikulum, muatan lokal dialokasikan waktunya tersendiri. Ini berarti, ada jam
pembelajaran khusus untuk muatan lokal, terutama yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian, dalam KTSP pengembangan
kurikulum muatan lokal dapat dilakukan melalui dua pendekatan ; pertama disisipkan
langsung ke dalam setiap kelompok mata pelajaran; dan kedua berupa mata pelajaran
tersendiri yang khusus berisi muatan lokal, misalnya kesenian dan keterampilan.
Untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang muatan lokal, maka dalam bab
ini akan dikaji tentang : (1) pengertian kurikulum muatan lokal, (2) tujuan kurikulum dan
pembelajaran muatan lokal, (3) kedudukan kurikulum muatan lokal dalam KTSP, (4)
fungsi muatan lokal dalam kurikulum, dan (5) ruang lingkup muatan lokal.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian kurikulum muatan lokal?
b. Apakah tujuan kurikulum dan pembelajaran muatan lokal?
c. Bagaimana kedudukan kurikulum muatan lokal dalam KTSP?
d. Apakah fungsi muatan lokal dalam kurikulum?
e. Bagaimana ruang lingkup muatan lokal?
3. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan dapat :
a. Menjelaskan pengertian kurikulum muatan lokal
b. Menjelaskan tujuan kurikulum dan pembelajaran muatan lokal
c. Menjelaskan kedudukan kurikulum muatan lokal dalam KTSP
d. Menjelaskan fungsi muatan lokal dalam kurikulum
e. Menjelaskan ruang lingkup muatan lokal
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM MUATAN LOKAL
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Muatan Lokal
merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak
dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang
terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Sesuai dengan SK Mendikbud No.0412/21/1987 (Depdikbud, 1988) tentang
penerapan muatan lokal kurikulum sekolah dasar, muatan lokal di artikan sebagai
program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitknan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah
yang perlu di ajarkan kepada siswa. Isi dalam pengertian di atas adalah bahan pelajaran
yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal. Sedangkan media penyampaian
merupakan metode dan sarana yang digunakan dalam penyampaian isi muatan lokal.
Contoh: Untuk menanamkan konsep himpunan seorang guru menggunakan batu dan
buah-buahan dengan metode mengajar demonstrasi dan bahasa pengantar bahasa daerah.
Dari contoh tersebut, guru belum dapat dikatakan telah menerapkan muatan lokal
walaupun media penyampaian atau sarana yang digunakan berasal dari lingkungan
sekitar. Hal itu disebabkan karena bahan pelajaran atau isi yang disajikan tidak
menunjang tujuan muatan lokal.
Kegiatan belajar mengajar yang bermuatan lokal harus mencakup baik isi maupun
media penyampaiannya. Misalnya,pada suatu daerah tertentu dianggap perlu
melestarikan pakaian tradisional daerah sedangkan dalam kurikulum terdapat pokok
bahasan mengenai kebutuhan pakaian. Untuk maksud tersebut dalam mengajarkan
subpokok bahasan kebutuhan pakaian, selain fungsi dan jenis pakaian secara nasional,
guru juga membahas tentang pakaian yang mencakup antara lain tentang arti dari bagian-
bagian penting dari pakaian adat, cara memakainya, dan kapan serta di mana pakaian
adat itu pantas digunakan, baik di masa kini maupun di masa lalu. Di samping itu guru
juga mengajak murid untuk menemutunjukkan apa perbedaan pakaian adat masa lalu dan
masa kini serta persamaan dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Cara
penyajian yang sederhana dapat menggunakan gambar-gambar yang melukiskan
penggunaan pakaian adat masa lalu dan masa kini. Dengan cara demikian maka isi dan
media penyampaian dapat menunjang tercapainya tujuan muatan lokal yaitu antara lain
murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya dan murid dapat menjadi
lebih akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungannya sendiri.
Lingkungan alam adalah Lingkungan hidup dan tidak hidup yang mencakup
komponen binatang dan tanaman beserta tempat tinggalnya dan hubungan timbal balik
antar komponen tersebut. Jadi dalam lingkungan alam terdapat ekosistem antara lain
kolam, tambak, sungai, hutan, tanah kebun, lapangan rumput, sawah, keindahan alam,
beserta isinya.
Secara geografis lingkungan alam ini dapat dibagi menjadi lingkungan pantai,
dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan/gunung dengan ekosistem yang terdapat
di dalamnya.
Lingkungan sosial adalah lingkungan yang mencakup hubungan timbal balik
(interaksi) antara manusia satu dengan lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku di lingkungan tersebut. Contoh-contoh lingkungan sosial antara lain adalah
interaksi antarmanusia yang terdapat dalam lingkungan sekolah. lingkungan
kelurahan/desa, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan lembaga-lembaga formal seperti:
Koperasi Unit Desa, Puskesmas, dan Posyandu, serta lembaga-lembaga informal seperti:
Subak di Bali dan sejenisnya.
Lingkungan budaya adalah lingkungan yang mencakup segenap unsur budaya yang
dimiliki masyarakat di suatu daerah tertentu.Termasukdi dalamnya antara lain adalah
kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak
tertulis (misalnya, tata krama dan tata cara pergaulan dengan orang tua sendiri atau orang
lain yang usianya lebih tua, pergaulan dengan teman sebayadan tetangga),nilai-nilai,
sertapenampiIan perlambang-perlambangyangmenyatakanperasaan, yang antara lain
terdapat dalam upacara adat/tradisional, bahasa daerah (aksara, tutur kata, dan rasa
bahasa daerah), dan kesenian daerah (termasuk tari-tarian daerah).
Keterpaduan antara lingkungan alam, sosial dan budaya pada hakikatnya membentuk
suatu kehidupan yang memiliki ciri tertentu yang disebut pola kehidupan. Jadi pola
kehidupan masyarakat mencakup interaksi antar anggota masyarakat berkenaan dengan
kehidupan mereka sehari-hari. Interaksi antar anggota masyarakat itu meliputi interaksi
antar individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan
kelompok, baik formal maupun informal. Dalam kenyataannya pola kehidupan satu
masyarakat dapat berbeda dengan masyarakat lainnya. Hal ini disebabkan karena kondisi
lingkungan alamnyadan sejarah perkembangan kebudayaannya. Kebudayaansuatu
masyarakat antara lain mencakup gagasan, keyakinan, pengetahuan, aturan dan nilai, dan
perlambang (simbol-simbol) yang digunakan untuk menanggapi lingkungannya. Dengan
demikian, pengembangan bahan pelajaran bermuatan lokal yang mengacu pada pola
kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung mengembang
kanwawasan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya (Mohd. Ansyar
& Nurtain, 1992/1993).
Bab IX pasal 37 UU RI No.2 tahun 1989 tentang sisdiknas menyatakan
bahwa:”kurikulum di susun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainya dengan lingkungan
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan IPTEK serta kesenian, sesuai dengan
jenis dan jenjang masing-maing satuan pendidikan.”
Pada bab yang sama pasal 39 ayat (1),disebutkan bahwa:“Pelaksanaan kegiatan
pendidikan dalam satuan pendidikan di dasarkan atas kurikulum yang berlaku secara
nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, sertaa kebutuhan lingkungan
dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan”.
Bila kita simak keseluruhan UU RI No.2 tersebut ternyata muatan lokal tidak
tersurat tetapi tersirat dalam kedua pasal tersebut. Jadi dilihat dari komponen kurikulum,
muatan lokal merupakan isi kurikulum,yaitu suatu bahan kajian dari mata pelajaran yang
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan setempat
Kurikulum mutan lokal terdiri dari beberapa mata pelajaran yang berfungsi
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menumbuhkembangkan
pengetahuan dan kompetensinya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar.
Penentuan isi dan bahan pelajaran muatan lokal didasarkan pada keadaan dan
kebutuhan lingkungan, yang dituangkan dalam mata pelajaran dengan alokasi waktu
yang berdiri sendiri. Adapun materi dan isinya ditentukan oleh satuan pendidikan, yang
dalam pelaksanaannya merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah.
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada
dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan ekonomi, serta
lingkungan budaya. Sedangkan kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh masyarakat disuatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan
taraf kehidupan masyarakat sesuai dengan arah perkembangan serta potensi daerah yang
bersangkutan.
Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
a. Melestarikan dan mengembangkan budaya daerah yang positif dan bermanfaat bagi
masyarakat.
b. Meningkatkan kemampuan untuk mendongkrak perekonomian daerah.
c. Meningkatkan penguasaan bahasa asing (arab, inggris, mandarin dan jepang) untuk
mempersiapkan masyarakat dan individu memasuki era globalisasi.
d. Meningkatkan life skill yang menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan
pembelajaran lebih lanjut.
e. Meningkatkan kemampuan berwirausaha untuk mendongkrak kemampuan ekonomi
masyarakat, baik secara individu, kelompok, maupun daerah (E. Mulyasa, 2009).
B. TUJUAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL
Secara umum muatan lokal bertujuan untuk (1) memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap
tentang lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional, serta (2)
mempersiapkan peserta didik agar mereka memiliki wawasan tentang lingkungannya
serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan SDA.
Lebih lanjut secara khusus pengajaran muatan lokal bertujuan agar peserta didik:
a. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya,
b. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya
yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya,
c. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
setempat dalam rangka menunjang pembangunan sosial (E. Mulyasa, 2009).
Secara lebih rinci, tujuan langsung program muatan lokal bertujuan untuk : (1)
bahan pelajaran lebih mudah diserap oleh peserta didik, (2) sumber belajar didaerah
dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, (3) peserta didik dapat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya unuk memecahkan
masalah yang di temukan, (4) peserta didik lebih mengenal kondisi alam, lingkungan
sosial dan budayayang terdapat didaerahnya.
Secara lebih rinci, tujuan tak langsung program muatan lokal bertujuan untuk : (1)
peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya, (2) peserta didik
dapat menolong orang tuanya dan dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
(3) peserta didik menjadi akrab dengan lingkungnnya dan terhindar dari kterasingan
terhadap lingkungannya sendiri
Pemahaman terhadap konsep dasar dan tujuan muatan lokal diatas, menunjukkan
bahwa pengembangan kurikulum muatan lokal pada hakekatnya bertujuan untuk
menjembatani kesenjangan antara peserta didik dengan lingkungannya.
C. KEDUDUKAN KURIKULUM MUATAN LOKAL
Menurut E. Mulyasa (209), kurikulum muatan lokal merupakan satu kesatuan utuh
yang tak terpisahkan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum
muatan lokal merupakan upaya agar penyelenggaraan pendidikan di daerah dapat
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan
dengan upaya peningkatan suatu pendidikan nasional, sehingga pengembangan dan
implementasi kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi KTSP.
Muatan lokal dalam kurikulum dapat merupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri atau bahan kajian suatu mata pelajaran yang telah ada. Sebagai mata pelajaran
yang berdiri sendiri, muatan lokal mempunyai alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai
bahan kajian mata pelajaran, muatan lokal dapat sebagai tambahan bahan kajian dari
mata pelajaran yang telah ada atau disampaikan secara terpadu dengan bahan kajian lain
yang telah ada. Karena itu, untuk muatan lokal dapat dan tidak dapat diberikan alokasi
waktu tersendiri. Muatan lokal sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tentu dapat
diberikan alokasi jam pelajaran. Misalnya, mata pelajaran bahasa daerah, pendidikan
kesenian, dan pendidikan keterampilan. Demikian pula, sebagai bahan kajian tambahan
dari bahan kajian yang telah ada atau sebagai satu atau lebih pokok bahasan dapat
diberikan alokasi waktu. Tetapi muatan lokal sebagai bahan kajian yang merupakan
penjabaran yang lebih mendalam dari pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang telah
ada sukar untuk diberikan aiokasi jam pelajaran. Bahkan muatan lokal berupa disiplin di
sekolah, sopan santun berbuat dan berbicara, kebersihan sena keindahan sangat sukar
bahkan tidak mungkin diberikan alokasi waktu.
Mengacu pada struktur kurikulum dalam standar isi, alokasi waktu untuk mata
pelajaran muatan lokal disetiap jenjang pendidikan hampir sama 2 (dua) jam pelajaran,
hanya berbeda waktunya untuk masing-masing jenjang. Hal tersebut dapat dipahami
sebagai berikut.
a. Jenjang Pendidikan Dasar
1) SD/MI/SDLB, masing-masing 2 jam pelajaran perminggu (1 jam pelajaran = 35
menit)
2) SMP/MTs/SMPLB, masing-masing 2 jam pelajaran per minggu (1 jam pelajaran =
40 menit)
b. Jenjang Pendidikan Menengah
1) SMA/MA/SMALB, masing-masing 2 jam pelajaran per minggu (1 jam pelajaran =
45 menit)
2) SMK/MAK, masing-masing 2 jam pelajaran per minggu (1 jam mata pelajaran =
45 menit dan durasi waktu 192 jam)
Adapun kegiatan belajar mengajar efektif dalam satu tahun pelajaran (dua
semester), baik untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, maupun SMK/MAK pada
umumnya berkisar 34 sampai 38 minggu. Hal ini bisa dipelajari lebih lanjut dalam
kalender pendidikan, dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kegiatan di satuan
pendidikan masing-masing.
Memahami susunan program diatas, nampak bahwa muatan local pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada
peserta didik di setiap tingkat kelas. Adapun mengenai isi dan pengembangannya
merupakan kewenangan satuan pendidikan dan daerah masing-masing (E. Mulyasa,
2009).
Mengingat kedudukan muatan lokal dalam kurikulum sekolah dasar itu maka
muatan lokal dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan intrakulikuler,kokuler,dan
ekstrakulikuler.
Dengan demikian, kurikulum muatan lokal merupakan bagian integral dari KTSP
jenjang pendidikan dasar, menengah baik pada pendidikan umum maupun pendidikan
khusus. Sehingga dalam mengembangkan KTSP yang dilakukan oleh daerah harus
mengakomodasi muatan lokal, baik terintegrasi dalam materi mata pelajaran maupun
dalam mata pelajaran tersendiri.
Pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu: (1) Disisipkan langsung (terintegrasi) ke setiap kelompok matapelajaran, (2)
Sebagai mata pelajaran tersendiri, yang khusus berisi muatan lokal yang sesuai dengan
kebutuhan riil daerah setempat.
Berdasar hasil rapat kerja nasional, alokasi waktu untuk melaksanakan program
muatan lokal maksimal 20 % dari keseluruhan program yang berlaku. Kurikulum
berperan sangat penting dalam pembelajaran yang mampu memfasilitasi pembentukkan
kompetensi dan kepribadian peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam
pengembangannya memerlukan landasan yang kuat berdasarkan pemikiran dan
pengkajian yang cermat dan mendalam
Pengembangan kurikulum muatan lokal didasarkan pada kenyataan, bahwa
Indonesia memiliki beragam adat-istiadat, kesenia, tata cara, tata krama pergaulan,
bahasa, budaya, dan pola berpikir dalam kehidupan sehari-hari secara turun temurun
Pengembangan kurikulum muatan lokal dapat berupa:
1. Menemukan dan menggunakan fakta-fakta yang ada di daerah setempat
sebagai bahan pembelajaran suatu pokok bahasan yang ada dalam silabus
2. Menemukan dan menerapkan suatu prinsip atau generalisasi untuk
menjelaskan kejadian alamiah atau kejadian tiruan, memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari atau meningkatkan budaya masyarakat setempat
3. Menunjukkan kondisi alam, sosial, dan kebudayaan khas daerah setempat yang
perlu dilestarikan dan dikembangkan untuk dimasukkan sebagai program-
program sekolah (Depdiknas, dalam Efendi, 2009 :77)
Sebagai langkah strategis bidang pendidikan dalam mengembangkan sumberdaya
manusia, kurikulum muatan lokal harus merefleksikan (Efendi, 2009: )
1. Kebutuhan macam pekerjaan yang riil di lingkungan setempat
2. Memperluas wawasan, keterampilan, sikap dan nilai pada setiap aspeknya
3. Mencerminkan standar ukuran keberhasilan di sekolah yang linier dengan
potensi pekerjaan yang ada di daerahnya
4. Alat komunikasi yang baik dalam menciptakan hubungan baik antara sekolah
dengan masyarakat (stake holders)
5. Responsif terhadap perkembangan teknologi di lingkungan setempat
D. FUNGSI MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM
Fungsi kurikulum muatan lokal, antara lain adalah untuk : (1) Melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah, (2) Meningkatkan keterampilan dibidang
perkerjaan tertentu, (3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta, (4) Meningkatkan
kemampuan berbahasa inggris untuk kepentingan sehari-hari.
Fungsi muatan lokal dalam kurikulum, secara umum mencakup : (1) fungsi
penyesuaian, (2) fungsi integrasi, (3) fungsi perbedaan.
1. Fungsi penyesuaian
Sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program
sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan Demikian pula pribadi-pribadi yang ada
dalam sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat
menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya.
2. Fungsi Integrasi
Peserta didik merupakan bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan
lokal harus merupakan program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik pribadi-
pribadi yang akan memberikan sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk
membentukdan mengi ntegrasikan pribadi kepada masyarakat.
3. Fungsi perbedaan
Pengakuan atas perbedaan berarti pula meraberi kesempatan bagi pribadi untuk
memilih apa yang diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program
pendidikan yang bersifat luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap-
perbedaan minat dan kemampuan peserta didik. Ini tidak berarti mendidik pribadi
menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal harus dapat befungsi
mendorong pribadi ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
E. RUANG LINGKUP MUATAN LOKAL
Ruang lingkup muatan lokal dalam KTSP adalah sebagai berikut:
a. Muatan lokal dapat berupa : bahasa daerah, bahasa asing (arab, inggris, mandarin, dan
jepang), kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat (termasuk
tata karma dan budi pekerti), dan pengetahuan tentang karakteristik lingkungan
sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
b. Muatan lokal wajib diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik
pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan maupun pendidikan khusus.
c. Beberapa kemungkinan lingkup wilayah berlakunya kurikulum muatan lokal, adalah
sebagai berikut.
Pada seluruh kabupaten/kota dalam suatu propinsi, khususnya di SMA/MA, dan
SMK.
Hanya pada suatu kabupaten/kota atau beberapa kabupaten/kota tetentu dalam
suatu propinsi yang memiliki karakteristik yang sama.
Pada seluruh kecamatan dalam suatu kabupaten/kota yang memiliki karakteristik
yang sama (E.Mulyasa, 2009).
Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di
masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan
daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan
nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi
kurikulum nasional. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan
pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa
dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan
lokal. Adapun ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah.
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tertentu yang pada
dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan
peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah
perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah
tersebut misalnya kebutuhan untuk: (1) Melestarikan dan mengembangkan
kebudayaan daerah, (2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang
tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah, (3) Meningkatkan penguasaan
bahasa Inggris untuk keperluan seharihari, dan menunjang pemberdayaan individu
dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat), (4) Meningkatkan
kemampuan berwirausaha.
Lingkup isi/jenis mauatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris,
kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan
tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu
oleh daerah yang bersangkutan.
Setiap sekolah dapat memilih dan melaksanakan muatan lokal sesuai dengan
karakteristik peserta didik, kondisi masyarakat serta kemampuan dan kondisi sekolah dan
daerah masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang disi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta
kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut. Kurikulum
muatan lokal diberikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tercantum didalam GBHN.
Sumber bahan muatan lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari nara
sumber, pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan dan
sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai
unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut
berbagai aspek, antara lain : sumber bahan ajar, pengajar, metode, media, dana dan
evaluasi
Sebagai salah satu kurikulum baru dalam dunia pendidikan Muatan lokal dalam
pembelajarannya banyak ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan antara
lain dari segi : peserta didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana, bahkan
kurikulumnya sendiri. Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di minimalisir
dengan berbagai metode antara lain dengan mengadakan pelatihan bagi para pengajar,
lebih memantapkan GBPP, dengan evaluasi yang berkesinambungan dan sebagainya.
Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih
mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri,
kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada
budaya tanah air.
B. SARAN
Untuk setiap guru, hendaknya perlu mengembangkan kreativitas dan inovatifitas
untuk mengembangkan mata pelajaran muatan local. Agar mampu memberdayakan
muatan local sesuai potensi daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi, 2007, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek; Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Dakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum: Buku Pegangan Kuliah; Jakarta:
Rineka Cipta
Depdiknas, 2006, Standar Isi; Jakarta: Permendiknas 22 tahun 2006
Depdiknas, 2006, Standar Isi; Jakarta: Permendiknas 23 tahun 2006
Efendi, 2009, Kurikulum Dan Pembelajaran: Pengantar Ke Arah Pemahaman KBK, KTSP
dan SBI; Malang: FIP-UM
E. Mulyasa, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis;
Bandung: Remaja Rosda