makalah individu merek terkenal oke

33
UNIVERSITAS INDONESIA PENGAKUAN ATAS HAK-HAK YANG DIPEROLEH DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN MEREK TERKENAL DI INDONESIA MAKALAH INDIVIDU ISNA FATIMAH 0906519816 FAKULTAS HUKUM PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK 2012

Upload: isna-fatimah

Post on 04-Jan-2016

616 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGAKUAN ATAS HAK-HAK YANG DIPEROLEH

DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN

MEREK TERKENAL DI INDONESIA

MAKALAH INDIVIDU

ISNA FATIMAH

0906519816

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM SARJANA REGULER

DEPOK

2012

Page 2: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 3

A. Latar Belakang ............................................................................................ 3

B. Pokok-Pokok Permasalahan ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

D. Kerangka Konsepsional ............................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan................................................................................... 8

BAB II PENGAKUAN ATAS HAK-HAK YANG DIPEROLEH DALAM

KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN MEREK TERKENAL DI

INDONESIA ....................................................................................................... 9

A. PERLINDUNGAN TERHADAP MEREK TERKENAL ............................. 9

1. Pengertian Merek Terkenal Menurut Paris Convention for the Protection

of Industrial Property ................................................................................. 10

2. Pengertian Merek Terkenal Menurut TRIPs Agreement ....................... 12

3. Pengertian Merek Terkenal Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia tentang Merek No. 15 Tahun 2001 .............................................. 12

4. Merek Terkenal Menurut Para Sarjana ................................................. 14

B. SEGI-SEGI HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM

PERLINDUNGAN ATAS MEREK TERKENAL .......................................... 15

1. Titik Pertalian Primer ........................................................................... 15

2. Titik Pertalian Sekunder....................................................................... 16

3. Kualifikasi ........................................................................................... 18

4. Hak-Hak yang Telah Diperoleh............................................................ 20

C. ANALISIS PENGAKUAN HAK-HAK YANG DIPEROLEH DALAM

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT NO.

26/MEREK/2003/PN.NIAGA. JKT.PST. ATAS PERKARA GIANNI

VERSACE S.P.A. MELAWAN SUTEDJO .................................................... 23

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 31

Page 3: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlindungan terhadap Merek Terkenal merupakan salah satu upaya untuk

mewujudkan persaingan usaha yang sehat1 dan menjaga agar tidak dilakukan

peniruan terhadap Merek Terkenal oleh pihak-pihak tertentu dengan tidak

beritikad baik. Pengaturan tentang Merek Terkenal sendiri dalam lingkup

internasional diatur di antaranya dalam Paris Convention for the Protection of

Industrial Property (Paris convention) dan Agreement on Trade-Related Aspects

of Intellectual Property Rights (TRIPs Agreement). Bahkan, sejak September

1999, telah dibuat pula sebuah Joint Reccomendation Concerning Provisions on

the Protection of Well-Known Marks (Well-known Marks Joint

Reccommendation) yang dapat menjadi pedoman pelaksanaan perlindungan

terhadap merek terkenal bagi negara-negara anggota Paris Convention for the

Protection of Industrial Property atau anggota Agreement Establishing the World

Trade Organization.2

Seiring dengan perkembangan teknologi, akses untuk mendapatkan

informasi atau data menjadi semakin mudah. Dalam hal ini, masyarakat

diuntungkan karena dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuannya sebagai

upaya meningkatkan martabat masing-masing. Namun demikian, kemudahan ini

bukannya tanpa tantangan. Semakin mudah seseorang mengakses informasi, akan

semakin mudah untuk melakukan pencurian informasi. Tindakan pencurian atas

informasi yang dimaksud bisa dalam bentuk pengakuan atas hak cipta, paten atau

merek dengan tidak beritikad baik, pembajakan, penyebarluasan informasi tanpa

1 Indonesia (a), Undang-Undang tentang Merek, No. 15 Tahun 2001, LN Tahun 2001

No. 110, TLN No.4131, bagian “menimbang” butir a.

2 The Assembly of Paris Union for The Protection of industrial Property and the General

Assembly of the World Intellectual Property Organization, Joint Reccommendation Concerning

Provisions on the Protection of Well-Known Marks, disahkan pada pertemuan ke tiga puluh empat

dari Sidang Negara Peserta WIPO: 20-29 September 1999.

Page 4: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

4

izin, ataupun plagiarisme. Tindakan penyalahgunaan ini tentu dapat merugikan

pihak-pihak yang karyanya ditiru atau digunakan tanpa izin. Salah satu pihak,

khususnya dalam dunia usaha, yang merugi bila terjadi penyalahgunaan

penggunaan atas karya adalah pemilik Merek Terkenal.

Dewasa ini, sengketa terkait dengan penyalahgunaan, peniruan, ataupun

penggunaan tanpa izin suatu Merek Terkenal cukup banyak terjadi tidak

terkecuali sengketa yang melampaui lintas batas negara. Di Indonesia sendiri,

terjadi beberapa perkara terkait merek terkenal yang melibatkan pihak asing

diantaranya seperti Perkara Merek “GIORDANO”, Perkara “GUCCI”, dan

Perkara Merek “NIKE”.3 Satu kesamaan dari perkara-perkara tersebut adalah

terjadinya pemanfaatan merek terkenal dengan tidak beritikad baik, yang sering

disebut dengan istilah “membonceng ketenaran”. Perkara-perkara tersebut juga

melibatkan para pihak yang masing-masing tunduk pada hukum negara yang

berbeda. Dari sinilah kemudian penulis menemukan bahwa sengketa merek

terkenal seringkali merupakan permasalahan Hukum Perdata Internasional di

mana titik pertalian primernya merupakan perbedaan status personil para pihak

yang bersengketa.

Selain itu, dalam kaitannya dengan perlindungan terhadap merek terkenal

asing yang sangat diperlukan manakala terjadi sengketa, harus dilakukan suatu

telaah mengenai apakah hak-hak yang diperoleh pemilik merek terkenal asing

diakui atau tidak oleh hukum nasional sang hakim. Apakah hakim dalam memutus

sengketa merek terkenal yang mengandung unsur asing telah menerapkan

pengakuan atas hak yang diperoleh berupa hak atas merek terkenal yang dimiliki

oleh pemilik atau pemegang merek terkenal? Dari sini dapat dilihat bahwa

pengakuan atas hak-hak yang diperoleh termasuk segi Hukum Perdata

Internasional yang semestinya ada sebagai salah satu bentuk perlindungan

terhadap merek terkenal ketika terjadi sengketa merek terkenal yang mengandung

unsur asing. Karena itulah maka penulis memutuskan untuk mengangkat judul

3 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata (a), Pembaharuan Hukum Merek Indonesia

(Dalam Rangka WTO, TRIPs), cet. 1, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,1997), hlm. 102, 105, 110.

Page 5: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

5

makalah individu: Pengakuan atas Hak-hak yang Diperoleh dalam Kaitannya

dengan Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia.

B. Pokok-Pokok Permasalahan

Penelitian ini dibatasi dalam pokok-pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertian merek terkenal dalam Paris Convention for the

Protection of Industrial Property (Paris Convention), Agreement on

Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs

Agreement), dan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Merek

No. 15 Tahun 2001?

2. Bagaimana pengakuan terhadap hak-hak yang diperoleh terhadap

perlindungan merek terkenal di Indonesia khususnya pada

perlindungan bagi para pihak yang bersengketa dalam perkara merek

terkenal yang mengandung unsur asing?

C. Tujuan Penelitian

Pembahasan mengenai Pengakuan atas Hak-hak yang Diperoleh dalam

Kaitannya dengan Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian merek terkenal menurut Paris Convention for the

Protection of Industrial Property (Paris Convention), Agreement on Trade-

Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs Agreement), dan

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Merek No. 15 Tahun 2001?

2. Mengetahui pengakuan terhadap hak-hak yang diperoleh terhadap

perlindungan merek terkenal di Indonesia dikhususkan pada perlindungan

bagi para pihak yang bersengketa dalam perkara merek terkenal yang

mengandung unsur asing.

Page 6: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

6

D. Kerangka Konsepsional

Pembahasan dalam makalah ini akan mempergunakan istilah-istilah

tertentu secara berulang. Untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah

penting yang akan digunakan, berikut dipaparkan dalam kerangka konsepsional:

1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-

angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang

atau jasa.4

2. Merek Terkenal adalah merek yang memiliki tingkat pengenalan yang tinggi

di masyarakat. Tentang bagaimana ukuran pastinya, diserahkan kepada

masing-masing negara untuk mendefinsikan.5 Di Indonesia sendiri dalam

Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek Terkenal tidak

didefinisikan, hanya dijelaskan bahwa harus memperhatikan pengetahuan

umum masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang

bersangkutan, reputasi Merek Terkenal yang diperoleh karena promosi yang

gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang

dilakukan oleh pemiliknya, dan bukti pendaftaran merek tersebut di

beberapa negara.6 Oleh karena itu, secara garis besar dalam makalah ini

merek terkenal diartikan secara umum sebagaimana kalimat pertama poin

ini.

3. Merek Terkenal Asing atau Merek Terkenal yang Bersifat Internasional

adalah merek yang telah memperoleh kepercayaan tinggi dari konsumer di

4 Indonesia (a), op.cit, Pasal 1 angka 1.

5International Trademark Association, “Famous and Well-Known Marks,”

http://www.inta.org/TrademarkBasics/FactSheets/Pages/FamousWellKnownMarksFactSheet.aspx,

diunduh pada Senin, 24 Maret 2012 pukul 20:40 WIB.

6 Indonesia (a), op. cit., Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b.

Page 7: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

7

berbagai negara dan senantiasa dijadikan pegangan untuk memperluas

pasaran luar negeri dari barang yang sudah terkenal dengan merek tersebut.7

4. Hak-hak yang diperoleh adalah setiap hak, baik hak-hak kebendaan, hak-

hak kekeluargaan maupun status personal yang diperoleh seseorang atau

badan hukum menurut ketentuan hukum asing yang diakui oleh negara

awak.8

5. Hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang

berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the

Protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World

Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal

penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan

yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan

tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan

Paris Convention for the Protection of Industrial Property.9

6. Hak eksklusif adalah hak pemilik merek untuk mencegah pihak lain, tanpa

seizinnya menggunakan merek yang identik (identical) atau mirip (similar)

bagi keperluan perdagangan, dan dalam hal demikian a likelihood of

confusion shall ber persumed. Jadi kuncinya adalah identical, similar, dan

likelihood confusion.10

7 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata (b), Hukum Merek Indonesia, cet. 4,

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 154.

8 Sudargo Gautama (a), Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid II Bagian 4 Buku

ke-5, (Bandung: Alumni, 2004), hlm.260-263, pengertian yang disimpulkan sendiri oleh penulis

dari uraian dalam literatur ini.

9 Indonesia (a), op.cit, Pasal 1 angka 14.

10 Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, cet. ke-1,

(Bandung: Penerbit PT Alumni, 2005), hlm. 73.

Page 8: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

8

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini terbagi menjadi tiga Bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II

Pengakuan atas Hak-Hak yang Diperoleh dalam Kaitannya dengan Perlindungan

Merek Terkenal dan Bab III Penutup.

Bab I berisi uraian mengenai latar belakang penulisan, pokok

permasalaham, tujuan penulisan, kerangka konsepsional serta sistematika

penulisan. Bab I memberikan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang akan

dibahas dalam makalah ini.

Bagian isi dari makalah diuraikan dalam Bab II yang berjudul Pengakuan

atas Hak-Hak yang Diperoleh dalam Kaitannya dengan Perlindungan Merek

Terkenal. Bab ini dibagi atas tiga sub bab besar yang masing-masing berjudul

Perlindungan terhadap Merek Terkenal; Segi-Segi Hukum Perdata Internasional

dalam Perlindungan Terhadap Merek Terkenal; dan Analisis Putusan Pengadilan

Niaga Jakarta Pusat No. 26/Merek/2003/ PN.Niaga.Jkt.Pusat dalam Perkara

GIANNI VERSACE S.p.A. Melawan SUTEDJO. Dalam sub bab pertama akan

dibahas tentang perlindungan terhadap merek terkenal menurut Paris Convention,

TRIPs Agreement, dan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Merek No.

15 Tahun 2001. Sub bab kedua menjabarkan perihal Segi-Segi Hukum Perdata

Internasional dalam Perlindungan Terhadap Merek Terkenal yang terdiri dari

pembahasan mengenai titik pertalian primer, titik pertalian sekunder, kualifikasi,

dan hak-hak yang diperoleh. Sub bab ketiga akan membahas kasus posisi dari

sengketa antara para pihak, kemudian dilanjutkan dengan uraian singkat mengenai

dalil-dalil penggugat, tergugat, serta pertimbangan hukum hakim dikaitkan

dengan penerapan pengakuan terhadap hak-hak yang diperoleh.

Makalah ini akan ditutup dalam Bab III yang berisi kesimpulan atas hasil

pembahasan dalam Bab I.

Page 9: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

9

BAB II

PENGAKUAN ATAS HAK-HAK YANG DIPEROLEH DALAM

KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN MEREK

TERKENAL DI INDONESIA

A. PERLINDUNGAN TERHADAP MEREK TERKENAL

Perlindungan terhadap merek terkenal menjadi bagian dari upaya

mengurangi hambatan perdagangan internasional dengan tetap mengedepankan

keadilan dan persamaan di mata hukum. Perlindungan merek diperlukan dalam

rangka menjaga persaingan usaha yang sehat karena dengan merek, asal muasal,

kualitas, serta keterjaminan bahwa suatu produk original dapat dibedakan

meskipun produk barang atau jasanya sejenis.11

Meski demikian, isu merek

terkenal masih menjadi isu yang paling kontroversial di bidang merek yang mana

cukup sering dibahas dalam tingkat nasional maupun internasional.12

Sekalipun telah diatur dalam beberapa konvensi, tetap saja pelaksanaan

perlindungan terhadap merek terkenal tidak selalu sama di setiap negara.

Beberapa faktor seperti keterbatasan informasi, pengetahuan hakim, dan

kesalahan birokrasi mempengaruhi perlindungan merek terkenal maupun

penyelesaian sengketa merek terkenal.13

Sebagai contoh, pada era 1980-an, terjadi

bipolarisasi terhadap penyelesaian sengketa merek terkenal asing di Indonesia.

Ada hakim yang dalam memutus perkara menganut pandangan legalistis yang

hanya mendasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan saja. Hakim

yang menganut paham legalistis cenderung mengalahkan pemilik merek terkenal

asing.14

Di sisi lain, ada hakim yang bersifat pragmatis yang memberi penafsiran-

11 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Ed. Revisi 6, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 329.

12 Purba, op.cit, hlm. 38.

13 Insan Budi Maulana, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia dari Masa ke Masa,

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 1.

14 Ibid., hlm. 1.

Page 10: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

10

penafsiran baru dengan didasar fakta dan kebenaran sesungguhnya sehingga lebih

cenderung memenangkan pemilik merek terkenal asing.15

Uraian di atas menggambarkan bagian kecil dari praktek perlindungan

terhadap merek terkenal. Untuk mengetahui lebih lanjut perlindungan terhadap

merek terkenal, berikut akan dibahas terlebih dahulu pengertian merek terkenal.

1. Pengertian Merek Terkenal Menurut Paris Convention for the

Protection of Industrial Property

Paris Convention for The Protection of Industrial Property, yang dikenal

dengan sebutan Paris Convention merupakan hasil Konferensi Paris yang

ditandatangani pada 20 Maret 1883 oleh mulanya 11 negara.16

Hingga saat ini,

Paris Convention telah mengalami tujuh kali perubahan.17

Dalam konvensi

tersebut, pengaturan tentang merek terkenal termuat dalam Pasal 6bis ayat (1)

Konvensi Paris yang menyatakan bahwa:

“Negara anggota dari Paris Union ini menerima secara ex officio, jika

perundang-undangan mereka membolehkan, atau atas permohonan

daripada pihak yang berkepentingan, untuk menolak atau membatalkan

pendaftaran dan juga melarang pemakaian daripada suatu merek yang

merupakan suatu reproduksi, imitasi atau penerjemahan yang dapat

menimbulkan kekeliruan (to create confusion) dari suatu merek yang

telah dianggap oleh “Competent Authority” (instansi yang berwenang)

daripada negara di mana merek ini didaftarkan atau dipakai, sebagai

merek terkenal (well-known), di dalam negara itu, yakni sebagai suatu

merek dari seorang yang berhak atas fasilitas menurut Konvensi Paris ini

dan dipakai untuk barang-barang yang sama atau identik. Ketentuan ini

juga berlaku apabila sebagian essential (utama) daripada merek

bersangkutan ini merupakan suatu reproduksi daripada sesuatu merek

terkenal atau suatu imitasi yang mungkin menimbulkan kekacauan.”18

15 Ibid., hlm. 2.

16 OK Saidin, op.cit, hlm. 338.

17 Direvisi si Brussel, 14 Desember 1900; di Washington, 2 Juni 1911; di Den Haag, 6

November 1925; di London, 2 Juni 1934; di Lisbon, 31 Oktober 1958;dan di stockholm, 14 Juli

1967; dn diamandemen pada 28 September 1979.

18 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata (a), op. cit., hlm. 45.

Page 11: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

11

Pasal tersebut memberikan hak khusus bagi pemilik merek terkenal di samping

adanya suatu hak prioritas yang diatur dalam Pasal 4. Dalam Konvensi Paris ini,

terlihat bahwa pengaturan masih terbatas pada barang-barang yang sejenis.19

Sebagai tambahan pengaturan tentang merek terkenal, General Assembly

of World Intellectual Property Organization (WIPO) dan The Assembly of Paris

Union for the Protection on industrial Property pada September 1999

mengadopsi Joint Recommendation Concerning Provisions on the Protection of

Well-known Marks (selanjutnya akan disebut sebagai Joint Recommendation).

Pasal 2 Joint Recommendation ini memberikan pedoman bagi instansi berwenang

negara peserta WIPO dan Paris Union dalam menentukan suatu merek sebagai

merek terkenal atau bukan yaitu dengan melihat faktor-faktor sebagai berikut:

“(1) The degree of knowledge or recognition of the mark in a relevant

sector of the public; (2) The duration, extent and geographical area of any

use of the mark; (3) The duration, extent and geographical area of any

promotion of the mark, including advertising or publicity and the

presentation, at fairs or exhibitions, of the goods and/or services to which

the mark applies; (4) The duration and the geographical area of any

registrations, and/ or any applications of the mark, to the extent that they

reflect use or recognition of the mark; (5) The record of successful

enforcement of rights in the mark, in particular, the extent to which the

mark was recognised as well known by competent authorities; (6) The

value associated with the mark.”

Namun faktor-faktor tersebut dapat diterapkan sebagian atau seluruhnya,

tergantung kasus per kasus. Dalam kasus tertentu bisa saja memerlukan

pemenuhan semua faktor, dan dalam kasus lainnya bisa saja dengan hanya

beberapa faktor sudah dapat membuktikan bahwa suatu merek merupakan merek

terkenal.20

19 Ibid.

20 The Assembly of Paris Union for The Protection of industrial Property and the General

Assembly of the World Intellectual Property Organization, Joint Reccommendation Concerning

Provisions on the Protection of Well-Known Marks, disahkan pada pertemuan ke tiga puluh empat

dari Sidang Negara Peserta WIPO: 20-29 September 1999, Article 2 paragraph 2 (b).

Page 12: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

12

2. Pengertian Merek Terkenal Menurut TRIPs Agreement

TRIPs Agreement mengatur merek terkenal dalam Pasal 16 ayat (2) yang

menyatakan bahwa Pasal 6bis Konvensi Paris 1967 akan berlaku, mutatis

mutandis juga untuk merek atas jasa. Untuk menentukan apakah suatu merek

adalah merek terkenal, harus dipertimbangkan pengetahuan masyarakat terhadap

merek tersebut dalam lingkungan yang relevan, termasuk pengetahuan di dalam

negara anggota itu yang diperoleh sebagai hasil dari promosi atas merek

bersangkutan.21

Merek terkenal, dalam Pasal 16 ayat (3) diatur agar dapat diberlakukan

juga terhadap barang atau jasa yang tidak sama dengan barang yang mereknya

didaftar dengan ketentuan bahwa penggunaan merek dagang dalam kaitan dengan

barang atau jasa tersebut menunjukkan adanya hubungan antara barang atau jasa

tersebut dengan barang yang merek dagangnya terdaftar dan dengan ketentuan

pula bahwa kepentingan pemilik merek terdaftar terganggu oleh penggunaan

itu.22

di sini terlihat bahwa pengaturan mengenai perlindungan atas merek

terkenal dalam TRIPs Agreement memperluas pengaturan dalam Paris

Convention yaitu dengan memasukkan barang-barang tidak sejenis dengan

syarat-syarat tertentu.23

3. Pengertian Merek Terkenal Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia tentang Merek No. 15 Tahun 2001

Perlindungan terhadap Merek Terkenal dalam UU No. 15 Tahun 2001

Tentang Merek (selanjutnya disebut sebagai “UU Merek 15/2001”) dapat dilihat

dari adanya pengakuan atas hak prioritas yang dimiliki pemegang/pemilik merek

terkenal. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 37 ayat (2) yang bunyinya:

21 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata (a), op. cit., hlm 45-46.

22 Achmad Zen Umar Purba, op. cit., hlm. 73.

23 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata (a), Ibid.

Page 13: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

13

“Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila

Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan Merek terkenal milik orang lain, dengan

memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

huruf b dan ayat (2).”

Pasal 6 ayat (1) huruf b jo. Pasal 6 ayat (2) mengatur bahwa permohonan

pendaftaran merek harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang

sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis dan barang

dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang

akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.24

Selanjutnya di bagian Penjelasan UU Merek 15/2001 diuraikan penjelasan

lebih lanjut Pasal 6 ayat (1) huruf b sebagai berikut:

“Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhan dengan Merek Terkenal untuk barang dan/atau jasa yang

sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat

mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping

itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena

promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di

dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran

Merek tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap

cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat

mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai

terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.”

Dari penjelasan ini terlihat bahwa UU Merek 15/2001 telah mengadopsi

pengaturan bagi perlindungan terhadap merek terkenal baik dari Paris Convention

maupun TRIPs Agreement. Selain itu, dari Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b

tersebut dapat dilihat bahwa suatu merek dapat dikatakan sebagai merek terkenal

adalah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut;

b. reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan

besar-besaran;

24 Indonesia (a), op.cit, Pasal 6 ayat (1) b jo. Pasal 6 ayat (2).

Page 14: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

14

c. investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya; dan

d. memperhatikan pula bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa negara.

4. Merek Terkenal Menurut Para Sarjana

Merek Terkenal tidak didefinisikan baik dalam Paris Convention, TRIPs

Agreement, maupun dalam UU Merek 15/2001. Penentuan apakah suatu merek

merupakan merek terkenal atau tidak, diserahkan kepada hukum nasional masing-

masing negara dengan tidak mengharuskan merek terkenal tersebut sudah

digunakan atau didaftarkan atau tidak di negara yang bersangkutan.25

Adapun

yang menjadi ukuran terkenal suatu merek tetap didasari pada Pasal 6bis Paris

Convention.

Tidak didefinisikannya merek terkenal dalam produk hukum internasional

membuat banyak ragam definisi baik diungkapkan oleh hakim, penulis, maupun

yang dimuat dalam undang-undang negara. Sebagai salah contoh, pengertian

merek terkenal yang oleh Frederick W. Mostert, Kepala Asosiasi Merek

Internasional dikatakan sebagai: “...a well-known mark can be characterized as a

mark which is known to a substantial segment of the relevant public in the sense

of being associated with the particular goods or services.”26

Menurut Agus Sardjono, perlindungan yang diberikan oleh UU Merek

15/2001 merupakan pengakuan atas keberhasilan pemilik merek dalam

menciptakan exclusive image dari produknya.27

Sudargo Gautama berpendapat

25Seth M. Reiss, “Commentary on The Paris Convention for the Protection of Industrial

Property,” http://www.lex-ip.com/Paris.pdf, hlm.8, diunduh pada Jumat, 16 Maret 2012 pukul

16:50 WIB.

26 Frederick W. Mostert, The Trademark Reporter, Well-known and Famous Marks: Is

Harmony Possible in the Global Village?, Vol. 86 TMR, hlm. 115 sebagaimana dikutip oleh Insan

Budi Maulana, op.cit, hlm. 6.

27 Agus Sardjono, “Laporan Akhir tentang Anotasi Yurisprudensi Peraturan Perundang-

undangan di Bidang Hukum Merek,” (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2006), hlm. 69

Page 15: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

15

bahwa peniruan dari merek terkenal milik orang lain, pada dasarnya dilandasi olah

itikad tidak baik yaitu terutama untuk mengambil kesempatan dan keuntungan

dari ketenaran merek orang lain.28

B. SEGI-SEGI HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM

PERLINDUNGAN ATAS MEREK TERKENAL

1. Titik Pertalian Primer

Tujuan utama dari adanya perlindungan terhadap merek terkenal adalah

agar jangan sampai masyarakat disesatkan tentang asal usul serta kualitas barang.

Perlindungan terhadap merek terkenal diberikan juga meskipun merek tersebut

tidak dikenal di negara tertentu tetapi sudah terkenal di negara-negara lain.29

Di

Indonesia sendiri, lebih banyak terjadi kasus terkait merek terkenal yang

melibatkan pihak asing. Kasus tersebut di antaranya timbul akibat adanya

keberatan atas pendaftaran suatu merek yang memiliki kesamaan pada pokoknya

atau kesamaan seluruhnya dengan merek yang sudah terkenal baik di Indonesia

maupun yang hanya terkenal di negara-negara lain. Keadaan semacam ini dapat

melahirkan suatu hubungan hukum perdata internasional antara pihak yang

mengajukan dengan yang diajukan keberatan.

Suatu hubungan Hukum Perdata Internasional dapat terjadi karena faktor-

faktor yang terdiri dari perbedaan kewarganegaraan para pihak yang melakukan

hubungan hukum, domisili, tanda bendara kapal, tanda kebangsaan pesawat udara,

tempat kediaman, tempat kedudukan, dan pilihan hukum dalam hubungan

intern.30

Semua faktor tersebut dikenal dengan istilah Titik Pertalian Primer

28 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata (a), op. cit., hlm. 151.

29 Sudargo Gautama (c), Masalah-masalah Perdagangan, Perjanjian, Hukum Perdata Internasional dan Hak Milik Intelektual, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 33-34.

30 Sudargo Gautama (b), Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid II Bagian I,

(Bandung : Binacipta, 1972).

Page 16: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

16

(TPP). Sudargo Gautama mendefinisikan Titik Pertalian Primer sebagai hal-hal

atau keadaan-keadaan yang melahirkan atau menciptakan hubungan Hukum

Perdata Internasional.31

Terjadinya sengketa antara dua atau lebih pihak menimbulkan hubungan

hukum antara para pihak yang bersangkutan, tidak terkecuali sengketa merek

terkenal yang melibatkan pihak asing. Untuk mengetahui kapan suatu sengketa

merek terkenal termasuk dalam masalah Hukum Perdata Internasional dapat

dilihat dari kewarganegaraan, domisili, ataupun tempat kedudukan para pihak

karena sengketa merek terkenal adalah sengketa antara pemilik merek dengan

pemilik merek lainnya atau antara pemilik merek dengan instansi yang

berkompetensi dalam perlindungan merek. Sedangkan yang dapat menjadi

pemilik merek adalah orang perorangan atau badan hukum baik berupa

kepemilikan pribadi maupun kolektif.

2. Titik Pertalian Sekunder

Titik Pertalian Sekunder (TPS) adalah faktor-faktor dan hal-hal yang

menentukan akan hukum yang harus diperlakukan dalam suatu hubungan Hukum

Perdata Internasional.32

Faktor-faktor yang dimaksud dapat berupa

kewarganegaraan para pihak, domisili, bendera kapal, tempat kediaman, tempat

kedudukan, tempat letaknya benda (lex rei sitae), tempat dilangsungkannya

perbuatan hukum (lex loci contractus), tempat dilaksanakannya perjanjian (lex

loci solutionis, lex loci executionis), tempat terjadinya perbuatan melanggar

hukum (lex loci delicti commissi), dan maksud para pihak (pilihan hukum).33

31Ibid., hlm. 29.

32 Ibid., hlm. 136.

33 Ibid., hlm. 35, 54, 56, 57, 58, 62, 66, 68.

Page 17: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

17

Selain itu, tanda kebangsaan pesawat udara dan tempat diajukannya proses

perkara juga dapat menjadi titik pertalian sekunder.34

Perlindungan atas merek terkenal, yang dalam makalah ini dikaitkan

kepada sengketa merek terkenal yang para pihaknya tunduk pada hukum yang

berbeda, dapat diberikan melalui pengaturan dalam peraturan perundang-

undangan ataupun putusan hakim. Baik peraturan perundang-undangan maupun

hakim tentu harus mempertimbangkan titik-titik pertalian sekunder apa yang

sebaiknya dipergunakan dalam sengketa merek terkenal yang mengandung unsur

asing. Dilihat dari kasus-kasus yang pernah terjadi di Indonesia, semua

menunjukkan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum di mana terjadi peniruan

atas merek terkenal.35

Dengan kata lain, dipergunakan hukum di mana perbuatan

melanggar hukum terjadi.

Pemilik merek terkenal dapat mengajukan gugatan kepada siapapun yang

tanpa hak menggunakan merek miliknya, baik merek yang sama pada pokoknya

maupun secara keseluruhan.36

Gugatan dapat diajukan atas dasar pihak yang

dianggap telah menggunakan merek tanpa hak telah melakukan perbuatan

melawan hukum (onrechmatige daad).37

Adapun bagi negara peserta TRIPs

Agreement gugatan demikian dapat diajukan di judicial authorities negara di

mana terjadi pelanggaran terhadap penggunaan merek.38

Dalam hal tuntutan

penggugat yang berasal dari negara di luar negara tergugat bertentangan atau tidak

34 Zulfa Djoko Basuki, “Titik-titik Pertalian dalam Hukum Perdata Internasional,” Kuliah

Hukum Antar Tata Hukum untuk kelas Sarjana Reguler, 26 September 2011, Fakultas Hukum

Universitas Indonesia.

35 Gautama dan Winata (b), op.cit., disimpulkan dari kasus-kasus yang dibahas dalam

buku ini.

36 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata (c), Komentar Atas Undang-Undang Merek

baru 1992 dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya, cet. ke-2, (Bandung: Penerbit Alumni,

1996), hlm. 110.

37 Ibid.

38 WTO, Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights, Article 44

(1).

Page 18: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

18

sesuai dengan hukum nasional negara tergugat, maka hukum nasional negara

tergugatlah yang berlaku.39

3. Kualifikasi

Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab II, pengertian dari merek terkenal

diserahkan pada masing-masing negara untuk menginterpretasikannya.40

Di

sinilah teori kualifikasi dipergunakan untuk mendefinisikan merek terkenal.

Kualifikasi adalah penyalinan fakta sehari-hari ke dalam istilah-istilah

hukum tertentu. Fakta-fakta tersebut ditaruh di bawah kategori-kategori yuridis

tertentu kemudian diklasifikasikan, dimasukkan ke dalam kelas-kelas pengertian-

pengertian hukum yang tersedia. Tidak hanya fakta-fakta, tetapi kaedah-kaedah

hukum juga memerlukan kualifikasi. Dalam Hukum Perdata Internasional,

seringkali hukum asing mengkualifikasikan suatu peristiwa atau kaedah hukum

berbeda dengan pengkualifikasian oleh hukum nasional sang hakim.41

Berikut diuraikan bagaimana hukum nasional Indonesia dan Italia42

menyalin fakta-fakta sehari-hari hingga menjadi istilah „merek terkenal‟:

1. Indonesia

UU Merek Tahun 15/2001 tidak secara gamblang menyatakan pengertian

dari merek terkenal. Tapi dalam Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b secara ekplisit

dijabarkan bahwa sebuah merek merupakan merek terkenal dengan

39 Michael J. Trebilcock dan Robert Howse, The Regulation of International Trade, Edisi

ke-3, (New York: Routledge, 2005), hlm. 416.

40 Vasheharan Kanesarajah, Protecting and Managing Well-known Trademarks,

http://ipscience.thomsonreuters.com/m/pdfs/klnl/8418407/wellknownmarks.pdf, diunduh pada

Sabtu, 24 Maret 2012 pukul 22:55 WIB.

41 Sudargo Gautama (d), Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku ketiga,

(Bandung: PT Eresco, 1988), hlm.166-168.

42 Kualifikasi menurut hukum Italia dipilih karena berkaitan dengan kasus yang akan

dibahas dalam makalah ini di mana salah satu pihaknya merupakan Badan Hukum Italia.

Page 19: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

19

memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut di

bidang usaha bersangkutan, memperhatikan reputasi merek terkenal yang

diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di berbagai

negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya yang disertai bukti pendaftaran

merek tersebut di beberapa negara. Dan bila semua hal-hal tersebut belum

dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat

mandiri untuk melakukan survey untuk memperoleh kesimpulan apakah suatu

merek terkenal atau tidak.43

2. Italia

Peraturan Perundang-undangan Italia juga tidak mendefinisikan secara

gamblang pengertian Merek Terkenal. Adapun pengaturan tentang Merek

Terkenal di Italia terdapat dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b, f, dan g Codice Dei

Diritti Di Proprieta’ Industriale 30/2005 (CPI) / Italian Code of Industrial

Property Rights yang masing-masing dalam terjemahan bahasa inggrisnya

berbunyi sebagai berikut:44

“signs are not new, pursuant to Article 7, if as of the date of filing the

application any of the following applies:

b) they are identical or similar to signs already known as trademarks or as

distinctive signs of goods or services manufactured, marketed or

rendered by others for identical or similar goods or services, if due to the

identity with, or similarity of, the signs and the identity with or similarity

of, the goods or services there exists a likelihood of confusion for the

public, which may also consist in the likelihood of association of the two

signs. A trademark which, pursuant to Article 6bis of the [Paris

Convention for the Protection of Industrial Property], is well known to

the interested public, also due to the reputation acquired within the

country through the promotion of the trademark, shall also be considered

as known;

f) they are identical or similar to trademarks already registered by others

in the country or having effect in the country following filing of an

application on an earlier date or having effect from an earlier date based

43 Indonesia (a), Ibid., Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b.

44 Sergio Mulder, “Well-known and Famous Trademark Protection in Italy,” dalam World

Trademark Review edisi Januari-Februari 2008, hlm. 72, diunduh pada 29 April 2012 pukul 17:25.

Page 20: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

20

on the right of priority or of a valid claim of seniority for goods or

services even if not similar, when the earlier trademark has, in the

[European Union], in case of a Community trademark, or in the country,

a reputation and when the use without due cause of the later trademark

would take unfair advantage [of], or be detrimental to, the distinctive

character or the reputation of the earlier trademark;

g) they are identical or similar to trademarks already well known

pursuant to Article 6bis of the [Paris Convention] for goods or services

even if not similar, when the conditions set forth in paragraph f) apply.”

Dapat disimpulkan dari pasal tersebut bahwa suatu merek dapat dikatakan sebagai

Merek Terkenal dengan memperhatikan:

a. pandangan masyarakat;

b. reputasi merek yang diperoleh di dalam negeri melalui promosi;

c. kriteria merek terkenal menurut Paris Convention baik untuk merek

barang maupun jasa.

4. Hak-Hak yang Telah Diperoleh

Menurut Sudargo Gautama, istilah „Hak-hak yang telah diperoleh‟ dalam

Hukum Perdata Internasional dipergunakan untuk mengutamakan bahwa

perubahan-perubahan dari fakta-fakta yang menyebabkan suatu hubungan hukum

tertentu diperlukan suatu kaedah hukum lain, tidak akan mempengaruhi

berlakunya kaedah yang semula.45

Seorang sarjana HPI Inggris kenamaan, Dicey,

memberikan pengertian “vested right” (hak-hak yang diperoleh) sebagai: “Any

right which has been duly acquired under the law of any civilized country is

recognised [sic!], and in general, enforced by English courts, and no right which

has not been duly acquired is enforced or, in general, recognized by English

courts.”46

45 Sudargo Gautama (a), op.cit, hlm. 261.

46 dikutip oleh Sudargo Gautama (a), Ibid., hlm. 262.

Page 21: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

21

Lebih lanjut Dicey menambahkan pendapatnya (konsepsi baru dari „vested

right‟) bahwa yang menentukan apakah suatu hak telah diperoleh menurut sistem

hukum asing adalah hukum sang hakim (lex fory).47

Menurut konsepsi lama, lex

fory hanya berperan satu kali, yaitu setelah hak bersangkutan „telah diperoleh‟,

baru hakim melihat apakah hak tersebut bertetangan dengan ketertiban umum dari

lex fory.48

Sedangkan dalam konsepsi baru, lex fory berperan dua kali. Pertama,

hakim terlebih dahulu memeriksa apakah hak bersangkutan benar-benar harus

dianggap „telah diperoleh‟.49

Kedua, barulah hakim menentukan apakah hak yang

telah diperoleh tersebut bertentangan dengan ketertiban umum hukum nasional

negaranya.50

Dari uraian tersebut, terlihat bahwa hak-hak yang telah diperoleh memiliki

keterkaitan dengan ketertiban umum. Ketertiban umum dijadikan dasar bagi

hakim untuk mempergunakan hukum perdata nasional negaranya, meskipun

kaidah-kaidah Hukum Perdata Internasional sang hakim sendiri menunjuk hukum

asing yang harus dipergunakan.51

Sebaliknya, hak-hak yang telah diperoleh

mengakui berlakunya hukum asing dan hukum asing inilah yang dipergunakan.52

Pengakuan atas hak-hak yang diperoleh merupakan salah satu bentuk

perlindungan terhadap Merek Terkenal. Dalam sengketa merek terkenal yang

mengandung unsur asing jika pemilik merek terkenal mengajukan permohonan

pembatalan pendaftaran merek oleh pemilik merek lain yang meniru merek

terkenal tersebut, maka hakim dalam hal ini dapat mempertimbangkan hak-hak

yang diperoleh pemilik merek terkenal itu di luar negeri. Yang dimaksud dengan

hak-hak yang diperoleh misalnya adalah penetapan sebagai merek terkenal di luar

47 Ibid., hlm. 291.

48 Ibid.

49 Ibid.

50 Ibid.

51 Ibid., hlm. 267.

52 Ibid., hlm. 268.

Page 22: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

22

negeri atau dapat juga diakuinya pendaftaran merek di luar negeri sebagai alat

bukti yang memperkuat pemenuhan syarat suatu merek sebagai merek terkenal.

Perlindungan terhadap merek pada umumnya baru timbul setelah

didaftarkan. Akan tetapi tidak selalu pendaftaran menjadi syarat timbulnya hak

atas merek. Menurut Suryodiningrat, terdapat empat macam sistem pendaftaran

merek di seluruh dunia yaitu:53

1. Pendaftaran tanpa pemeriksaan terlebih dahulu. Menurut sistem ini,

merek yang dimohonkan pendaftarannya segera didaftarkan asal

syarat-syarat permohonannya telah dipenuhi.

2. Pendaftaran dengan pemeriksaan merek terlebih dahulu. Merek yang

didaftarkan terlebih dahulu diumumkan di kantor pendaftaran merek

untuk jangka waktu tertentu.

3. Pendaftaran dengan pengumuman sementara

4. Pendaftaran dengan pemberitaan terlebih dahulu tentang adanya

merek lain terdaftar yang ada persamaannya.

Dalam pendaftaran merek dikenal sistem deklaratif dan sistem konstitutif.

Menurut sistem deklaratif, pendaftaran bukan merupakan syarat mutlak.

Pendaftaran tidak menimbulkan hak, tetapi hanya memberikan sangkaan

hukum (rechtsvermoaden) bahwa pihak yang mereknya terdaftar merupakan

pemakai pertama merek yang didaftarkan dan berhak atas merek tersebut.54

Sedangkan sistem konstitutif menentukan bahwa pihak yang mendaftarkan

merek adalah pihak satu-satunya yang memiliki hak mutlak atas merek.55

Baik Paris Convention maupun TRIPs Agreement mengamanatkan

negara anggotanya untuk mengatur pendaftaran merek. Hal ini terlihat dalam

Pasal 4 ayat (1) dari Paris Convention dan Pasal 15 ayat (3) TRIPs Agreement.

Lebih jauh diatur dalam Paris Convention bahwa pihak yang telah

mendaftarkan merek di salah satu negara peserta memiliki hak prioritas di

53 Sudaryat, et al, Hak Kekayaan Intelektual,cet. ke-1, (Bandung: OASE Media, 2010),

hlm. 67-68.

54 Ibid., hlm. 68.

55 Ibid., hlm. 69.

Page 23: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

23

negara peserta konvensi lainnya. Namun demikian, pendaftaran merek biasa

bersifat teritorialitas, artinya hanya berlaku untuk negara di mana pendaftaran

dilakukan.56

Lain halnya dengan merek terkenal, yang memiliki keistimewaan

(priviledge) tertentu sehingga tidak hanya diakui ketika sudah didaftarkan.57

Pemilik merek terkenal dapat mengajukan gugatan pembatalan merek

meskipun ia belum mendaftarkan mereknya di negara di mana ia mengajukan

gugatan.58

C. ANALISIS PENGAKUAN HAK-HAK YANG DIPEROLEH

DALAM PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT

NO. 26/MEREK/2003/PN.NIAGA. JKT.PST. ATAS PERKARA

GIANNI VERSACE S.P.A. MELAWAN SUTEDJO

Pembahasan mengenai putusan ini akan diawali dengan pemamparan

kasus posisi. Para pihak yang bersengketa dalam perkara ini adalah GIANNI

VERSACE S.pA. (selanjutnya akan disebut Penggugat) melawan Sutedjo

(selanjutnya akan disebut Tergugat).

Penggugat merupakan perusahaan yang didirikan menurut Undang-

Undang Negara Italia dan berkedudukan di Milan, Italia dengan diwakili Kuasa

Hukum baralamat di Jakarta. Sedangkan Tergugat seorang Warga Negara

Indonesia yang beralamat di Jakarta Barat. Gugatan diajukan ke Pengadilan Niaga

pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Niaga JakPust).

Dalil-dalil yang dikemukakan penggungat pada pokoknya sebagai berikut:

1. Penggugat adalah satu-satunya pemilik dan pemakai pertama yang berhak

atas merek-merek terkenal GIANNI VERSACE dan merek-merek lain yang

mengandung kata VERSACE yang sudah terdaftar dalam Daftar Umum

56 Agus Sardjono, “Hukum Merek di Indonesia,” Kuliah Hak Kekayaan Intelektual untuk

Program Sarjana Reguler, 2 Mei 2012, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

57 Ibid.

58 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata (b), op. cit., hlm. 156.

Page 24: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

24

Merek pada Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia c.q. Direktorat Merek;

2. Kata GIANNI VERSACE telah digunakan Penggugat sebagai merek

sekaligus nama badan hukum Penggugat dan berasal dari nama pendirinya,

Giovanni Maria Versace;

3. Penggugat telah mendaftarkan merek-merek yang mengandung unsur kata

VERSASCE di Italia, OMPI (Organization de la Propriete Intellectuelle/

Organisasi Dunia tentang Hak atas Kekeyaan Intelektual/WIPO), Jepang,

Amerika Serikat;

4. Merek milik Penggguat adalah merek terkenal yang sudah diakui pula di

Indonesia dengan dicatatkan dalam Buku Himpunan Daftar Merek Terkenal

pada bulan Oktober 1995;

5. Gugatan Penggugat tidak daluwarsa berdasarkan Pasal 69 ayat (2) UU Merek

No. 15 Tahun 2001 karena Tergugat jelas-jelas telah tidak beritikad baik;

6. Merek ATELIER VERSACE yang didaftarkan Tergugat mengandung

persamaan pada pokoknya dengan Merek Penggugat;

7. Tindakan tergugat menjerumuskan dan menyesatkan khalayak ramai

khususnya konsumen ke dalam kekeliruan tentang asal usul barang.

Atas dalil-dalil tersebut Penggugat mengajukan petitum yang pada intinya

memohon Majelis Hakim untuk memutus:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Penggugat sebagai pemilik satu-satunya yang berhak atas merek-

merek terkenal GIANNI VERSACE dan merek-merek yang mengandung

kata VERSACE di wilayah Republik Indonesia;

3. Menyatakan merek Tergugat, ALTELIER VERSACE, mempunyai

persamaan pada pokoknya dengan merek-merek terkenal GIANNI

VERSACE dan merek-merek yang mengandung kata VERSACE milik

Penggugat lainnya;

4. Menyatakan merek Tergugat mempunyai nama orang terkenal atau nama

badan hukum yang dimiliki oleh orang lain;

Page 25: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

25

5. Menyatakan pengajuan pendaftaran merek oleh Tergugat mengandung itikad

tidak baik karena meniru merek-merek terkenal milik Penggugat;

6. Menyatakan batalnya merek Tergugat;

7. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara

Di sisi lain, Tergugat menyampaikan dalil-dalil yang pada pokoknya

sebagai berikut:

1. Gugatan Penggugat daluwarsa menurut ketentuan Pasal 69 ayat (1) UU

Merek No. 15 Tahun 2001 yang secara tegas menyatakan bahwa gugatan

pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5

(lima) tahun sejak tanggal pendaftaran merek;

2. Bahwa gugatan pendaftaran yang tanpa batas waktu hanya dapat dilakukan

bila merek yang digugat bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan,

atau ketertiban umum menurut Pasal 69 ayat (2) dan dalam penjelasannya

adanya itikad tidak baik termasuk dalam ketertiban umum;

3. Merek milik Tergugat tidak memiliki persamaan pada pokoknya maupun

keseluruhannya sebagaimana dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung

dinyatakan sebagai harus dipandang secara keseluruhan sebagai satu kesatuan

yang bulat tanpa mengadakan pemecahan atas bagian-bagian dari merek-

merek tersebut. Merek Tergugat dalam hal ini tidak memiliki kesamaan

secara keseluruhan sebagai satu kesatuan yang bulat;

4. Tidak terbukti ada itikad tidak baik dalam diri Tergugat karena merek

Tergugat terdaftar lebih dahulu di Indonesia daripada merek Penggugat. Pada

saat Tergugat mendaftarkan mereknya, Penggugat hanya memiliki satu

merek, yaitu GIANNI VERSACE.

Atas dalil-dalil tersebut Tergugat meminta kepada Majelis Hakim untuk menolak

gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan

Peggugat tidak dapat diterima.

Page 26: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

26

Majelis Hakim dalam perkara ini mempertimbangkan dalil-dalil serta alat

bukti yang diajukan Penggugat maupun Tergugat dengan pertimbangan-

pertimbangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa merek Tergugat, ATELIER VERSACE mengandung unsur kata

VERSACE yang merupakan unsur paling esensial dari merek-merek terkenal

milik Penggugat;

2. Bahwa merek Tergugat menyerupai nama badan usaha Penggugat;

3. Bahwa tindakan Tergugat mendaftarkan merek yang mengandung unsur kata

VERSACE mencerminkan adanya itikad tidak baik dengan maksud

membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran Merek Penggugat demi

kepentingan usahanya yang berakibat menimbulkan adanya persaingan usaha

curang, mengecoh atau menyesatkan konsumen sebagaimana dimaksud Pasal

4 beserta penjelasannya yang ada dalam UU Merek 15/2001;

4. Bahwa adanya itikad tidak baik dari Tergugat membuat ketentuan Pasal 69

ayat (2) UU Merek 15/2001 tentang tidak adanya batas waktu mengajukan

gugatan pembatalan berlaku;

5. Bahwa Penggugat merupakan pengguna pertama sekaligus pemilik yang sah

dari merek yang mengandung unsur kata VERSACE karena telah

didaftarkan di Italia dan juga telah didaftarkan dan dipasarkan di

berbagai negara lain di dunia termasuk Indonesia;

6. Bahwa Penggugat memiliki hak eksklusif dan benar sebagai pemilik yang

sah, pemakai pertama, pemegang hak khusus atas Merek Dagang yang

mempergunakan kata VERSACE yang jelas merupakan merek terkenal baik

di Indonesia maupun di berbagai negara lain di dunia;

Dengan demikian Majelis Hakim menjatuhkan putusan yang pada intinya:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Penggugat adalah pemilik satu-satunya yang berhak atas merek-

merek terkenal GIANNI VERSACE dan merek-merek yang mengandung

kata VERSACE;

Page 27: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

27

3. Menyatakan pendaftaran merek ATELIER VERSACE atas nama Tergugat

memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek-merek terkenal milik

Penggugat;

4. Menyatakan merek ATELIER VERSACE menyerupai nama orang terkenal

atau nama Badan Hukum yang dimiliki Penggugat;

5. Menyatakan tindakan mengajukan pendaftaran Tergugat atas merek

ATELIER VERSACE mengandung itikad tidak baik karena meniru merek-

merek terkenal milik Penggugat;

6. Membatalkan pendaftaran merek ATELIER VERSACE atas nama Tergugat;

7. Memerintahkan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia cq

Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual cq Direktorat Merek

untuk melaksanakan pembatalan merek dagang ATELIER VERSACE;

8. Menyatakan bahwa putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun

terhadap putusan ini diajukan suatu upaya hukum;

9. Membebankan biaya perkara kepada Tergugat;

10. Memerintahkan Pengadilan untuk menyampaikan salinan putusan kepada

pihak-pihak terkait.

Dari uraian tentang pertimbangan hukum dan putusan hakim tersebut, terlihat

bahwa hakim telah mengakui bahwa merek Penggugat merupakan merek terkenal.

Hal ini terlihat jelas dari pertimbangan hakim yang menerima pendaftaran merek

VERSACE di negara-negara lain sebagai salah satu bukti Penggugat sebagai

pihak yang berhak atas merek tersebut.

Sebelum UU Merek 15/2001 berlaku, apabila pemilik merek terkenal

hendak mengajukan gugatan pembatalan merek seperti kasus di atas, ia harus

menempuh prosedur permintaan pendaftaran merek lebih dahulu. Sistem seperti

ini, oleh Undang-Undang Merek yang lama59

bertujuan untuk mendorong pemilik

merek terkenal yang tidak terdaftar untuk mendaftarkan mereknya di Indonesia.

Tanpa terlebih dahulu menempuh prosedur pendaftaran, gugatan yang diajukan

59 Indonesia. Undang-Undang tentang Merek. No. 19 Tahun 1992. Telah dicabut dengan

diundangkannya UU Merek 15/2001.

Page 28: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

28

pemilik merek terkenal yang berasal dari luar negeri akan percuma karena

pengadilan akan menyatakan tidak menerima gugatan karena salah satu syarat

pengajuan gugatannya tidak terpenuhi.60

Ketentuan seperti ini menutup

kemungkinan diakuinya hak-hak yang telah diperoleh pemilik merek terkenal di

negara lain.

Sekarang, di bawah rezim UU Merek 15/2001, persyaratan harus

mendaftarkan merek terlebih dahulu tidak lagi diberlakukan. Sehingga hakim,

dalam hal ini dapat mempertimbangkan gugatan yang diajukan oleh pemilik

merek terkenal asing atas pihak yang meniru merek terkenalnya baik pada

pokoknya maupun pada keseluruhannya.

Selain mengakui pendaftaran merek yang dilakukan di negara lain, hakim

dalam memutus perkara juga mempertimbangkan pengaturan tentang merek

terkenal yang tertuang dalam Paris Convention dan TRIPs Agreement. Meskipun

pengaturan tentang merek terkenal dalam dua produk hukum internasional

tersebut sudah diadopsi dalam UU Merek 15/2001, tetapi tindakan hakim yang

mempertimbangkan pengaturan dalam kedua produk hukum itu di samping

produk hukum nasional menunjukkan bahwa hakim tidak menutup mata pada

eksistensi dari unifikasi kaedah materil hukum perdata internasional.

Terlepas dari ketepatan putusan hakim dalam kasus ini, sangat

disayangkan ketika hakim tidak terlebih dahulu mempertimbangkan apakah

pendaftaran merek di negara lain termasuk dalam hak-hak yang telah diperoleh

sehingga dapat diakui penggunaannya di Indonesia. Padahal hak-hak yang

diperoleh merupakan teori dasar dalam hukum perdata internasional sehingga

semestinya dipergunakan dalam kasus ini, yang mana salah satu pihaknya tunduk

pada hukum negara Italia. Dengan tidak dipertimbangkannya hak-hak yang telah

diperoleh, dikhawatirkan putusan hakim seperti ini menjadi preseden bagi hakim-

60 Gatot Supramono, Pendaftaran Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 19 Tahun

1992, (Jakarta: Djambatan, 1996), hlm. 62.

Page 29: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

29

hakim selanjutnya yang mengadili sengketa sejenis. Lantaran teori hak-hak yang

telah diperoleh sendiri merupakan kebalikan dari teori ketertiban umum. Dalam

hak-hak yang telah diperoleh, justru hukum asing diterima sebagai hukum yang

berlaku sedangkan pada ketertiban umum, hukum asing dikesampingkan karena

dinilai bertentangan dengan sendi-sendi asasi hukum nasional sang hakim.

Pertimbangan tentang hak-hak yang telah diperoleh perlu dilakukan dalam

sengketa merek terkenal yaitu untuk memeriksa apakah pendaftaran merek yang

diperoleh pemegang merek terkenal ataupun upaya promosi merek tersebut sudah

dilakukan menurut cara-cara yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum

hukum Indonesia. Meskipun ketertiban umum itu sendiri harus digunakan

sesedikit mungkin, tetapi bukan berarti setiap perkara tidak perlu diperiksa apakah

bertentangan dengan ketertiban umum atau tidak.

Page 30: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

30

BAB III

PENUTUP

Setelah menguraikan tentang perlindungan terhadap merek terkenal, segi-

segi Hukum Perdata Internasional dalam perlindungan terhadap merek terkenal,

dan pengakuan atas hak-hak yang diperoleh dalam kaitannya dengan

perlindungan merek terkenal di Indonesia, penulis sampai pada kesimpulan

bahwa:

1. Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Paris

Convention), Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property

Rights (TRIPs Agreement), dan Undang-Undang Republik Indonesia tentang

Merek No. 15 Tahun 2001 tidak mendefinisikan secara tegas pengertian

merek terkenal melainkan hanya menjelaskan syarat-syarat dari suatu merek

dapat dikatakan sebagai merek terkenal. Selebihnya Paris Convention

maupun TRIPs Agreement mengembalikan kepada hukum nasional masing-

masing negara anggotanya untuk mendefinisikan merek terkenal.

2. Diakuinya hak-hak yang diperoleh pemilik merek terkenal di luar negeri

memberikan perlindungan bagi pemilik merek bersangkutan dari kerugian

akibat ditirunya unsur baik pada pokoknya maupun pada keseluruhannya dari

merek terkenal yang dimiliki. Di Indonesia, pengakuan terhadap merek

terkenal sudah dilakukan dengan cukup baik. Hanya saja, hakim di Indonesia

belum mengaitkan sengketa merek terkenal dengan teori hak-hak yang telah

diperoleh.

Page 31: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

31

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Gautama, Sudargo. Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid II Bagian I.

Bandung: Binacipta, 1972.

------------------. Hukum Perdata Internasional Indonesia. Buku ketiga. Bandung:

PT Eresco, 1988.

------------------. Hukum Perdata Internasional Indonesia. Jilid II Bagian 4 Buku

ke-5. Bandung: Alumni, 2004.

------------------. Masalah-masalah Perdagangan, Perjanjian, Hukum Perdata

Internasional dan Hak Milik Intelektual. Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 1992.

Gautama, Sudargo dan Rizawanto Winata. Komentar Atas Undang-Undang

Merek baru 1992 dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya. Cet. ke-2.

Bandung: Penerbit Alumni, 1996.

------------------. Hukum Merek Indonesia. Cet. 4. Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 1993.

------------------. Pembaharuan Hukum Merek Indonesia (Dalam Rangka WTO,

TRIPs). Cet. 1. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997.

Maulana, Insan Budi. Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia dari Masa ke

Masa. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.

Purba, Achmad Zen Umar. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs. cet. ke-1.

Bandung: Penerbit PT Alumni, 2005.

Saidin, OK. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Ed. Revisi 6. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2007.

Sudaryat. et al. Hak Kekayaan Intelektual. cet. ke-1. Bandung: OASE Media,

2010.

Supramono, Gatot. Pendaftaran Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 19

Tahun 1992. Jakarta: Djambatan, 1996.

Page 32: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

32

Peraturan

Indonesia. Undang-Undang tentang Merek. No. 15 Tahun 2001. LN Tahun 2001

No. 110. TLN No.4131.

The Assembly of Paris Union for The Protection of industrial Property and the

General Assembly of the World Intellectual Property Organization. Joint

Reccommendation Concerning Provisions on the Protection of Well-

Known Marks. Disahkan pada pertemuan ke tiga puluh empat dari Sidang

Negara Peserta WIPO: 20-29 September 1999.

Paris Union, Paris Convention for the Protection of Industrial Property.

Amandemen terakhir pada 28 September 1979.

WTO. Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights.Annex

1 c Uruguay Round.

Jurnal dan Kuliah

Basuki, Zulfa Djoko. “Titik-titik Pertalian dalam Hukum Perdata Internasional.”

Kuliah Hukum Antar Tata Hukum untuk kelas Sarjana Reguler, 26

September 2011. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

McCharthy, Thomas. “Dilution of a trade mark: European and United States law

compared” dalam Intellectual Property in the New Millenium. Editor

David Waver dan Lionel Bently. Cambridge, UK: Cambridge University

Press, 2004.

Sardjono, Agus. “Hukum Merek di Indonesia.” Kuliah Hak Kekayaan Intelektual

untuk Program Sarjana Reguler, 2 Mei 2012. Fakultas Hukum

Universitas Indonesia.

Sardjono, Agus. “Laporan Akhir tentang Anotasi Yurisprudensi Peraturan

Perundang-undangan di Bidang Hukum Merek.” Jakarta: Badan

Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia, 2006.

Internet

Sergio Mulder, “Well-known and Famous Trademark Protection in Italy,” dalam

World Trademark Review edisi Januari-Februari 2008 http://www.world

trademarkreview.com/issues/article.ashx?g=c7c7d532-ef6340f2-805c-

60dde4de82b8.

International Trademark Association. “Famous and Well-Known Marks,”

http://www.inta.org/TrademarkBasics/FactSheets/Pages/FamousWellKno

Page 33: Makalah Individu Merek Terkenal Oke

33

wnMarksFactSheet.aspx. diunduh pada Senin, 24 Maret 2012 pukul

20:40 WIB.

Reiss,Seth M. “Commentary on The Paris Convention for the Protection of

Industrial Property,” http://www.lex-ip.com/Paris.pdf. Diunduh pada

Jumat, 16 Maret 2012 pukul 16:50 WIB.

Kanesarajah, Vasheharan. “Protecting and Managing Well-known Trademarks”.

http://ipscience.thomsonreuters.com/m/pdfs/klnl/8418407/wellknownmar

ks.pdf. Diunduh pada Sabtu, 24 Maret 2012 pukul 22:55 WIB.