koping individu

Download KOPING INDIVIDU

If you can't read please download the document

Upload: vieera

Post on 03-Jan-2016

173 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Mekanisme koping adalah usaha individu untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).Menurut Keliat (1999, dalam Suliswati, 2005), mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam.Mekanisme koping merupakan cara pemecahan masalah. Menurut Suliswati dkk (2005) dan Stuart dan Sundeen (1997), individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber tersebut individu dapat mengambil strategi koping yang efektif.Apabila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang digunakan yaitu menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri dengan orang lain.Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik ada dua yaitu:Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres denagan cara perilaku menyerang, perilaku menarik diri, perilaku kompromi.

Mekanisme pertahanan ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri sendiri.

Mekanisme Koping dan Strategi KopingMekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut.Mekanisme koping bersumber dari ego, sering di sebut sebagai mekanisme pertahanan mental, yaitu yang terdiri dari; denial ( menyangkal) menghindarkan realitas ketidak setujuan dengan mengabaikan atau menolah untuk mengenalinya, projeksi yaitu mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain, regresi yaitu menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang lebih awal, displacement (mengisar) yaitu mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak membahayakan, mencari dukungan sosial seperti keluarga mencari dukunga atau bantuan dari kelurga, tetangga, teman atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat menanganinya dan menerimanya, mencari dukungan spiritual seperti mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah, dan yang terakhir adalah menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain.Sedangkan mekanisme koping yang berorientasi pada tugas di gunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasipada tugas yaitu; prilaku menyerang (Fight), prilaku menarik diri (withdrawl), dan kompromi (Rasmun, 2004).Pada perilaku menyerang, individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Prilaku yang di tampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif yaitu tindakan agreesif (menyerang) terhadap obyek, dapat berupa benda, barang, orang lain atau bahkan terhadap diri sendiri. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu dengan kata-kata terhadap rasa ketidak senangannya. Seperti kompromi juga merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah. Lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.Perilaku menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara physik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya; individumelarikan diri dari sumber stres, menjauhi sumber beracun, polusi dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu (Ramun, 2004).Selain mekanisme koping, juga di kenal istilah strategi koping. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun, 2004).Menurut Stuart dan Sundeen (1995) Mekanisme koping juga dapat di golongkan menjadi 2 (dua) yaitu: mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif.Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kecemasan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan).

Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi).

Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).Ahyar (2010), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping, yaitu; kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi.Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. Sementara itu keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused coping.Pada sisi lain keterampilan juga menjadi salah satu sumber koping, yaitu keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan sosial. Keterampilan memecahkan masalah meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. Sedangkan keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat. Dukungan sosial dan materi juga merupakan faktor strategi koping.Dukungan sosial meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Sedangkan materi merupakan dukungan sumber daya berupa uang, barang barang dapat dibeli.http://www.psychologymania.com/2012/08/mekanisme-koping.html

MEKANISME PERTAHANAN KOPING INDIVIDUTiap makhluk dalam evolusinya akan mengembangkan dirinya dengan berbagai cara dan mekanisme dalam upaya menyesuaikan diri terhadap kondisi kehidupan yang mungkin akan mengancamnya. Contohnya bunglon akan mengubah warna kulitnya sesuai dengan warna tempat ia hinggap dan berbeda dengan warna aslinya.Penyesuaian diri atau adaptasi sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi tingkat perkembangannya. Manusia telah mengadakan evolusi dalam penyesuaian anatomis yang bermaksud untuk melindunginya secara struktural dan fisiologis yang membantunya menghadapi kebutuhan emosional dan stresnya. Hal ini untuk membantu kebutuhan bagi afeksi (rasa kasih sayang), keamanan pribadi, makna pribadi dan pertahanan terhadap efek yang mungkin akan mengganggu.1Apabila tubuh manusia melalui proses fisik dan biokimia guna memelihara keseimbangan fisiologis dan hemeostatis, maka seseorang melalui proses psikologis yang otomatis dan tidak sadar akan mencari pemeliharaan stabilitas psikologisnya. Melalui periode proses perkembangan, seseorang memerlukan berbagai teknik psikologis dengan cara berupaya guna mempertahankan dirinya, yaitu dengan membangun kompromi antara impuls-impuls konflik dan menghilangkan ketegangan dari dalam.Seseorang membangun rencana pertahanan untuk menangani baik anxietas, impuls agresif, permusuhan, kebencian maupun frustasi yang akan dihadapinya. Dengan demikian mekanisme atau dinamisme mental berfungsi untuk melindungi seseorang terhadap bahaya yang berasal dari impuls atau afeknya. Kita semua akan mengenakan mekanisme pertahanan secara terus menerus dan hal ini tidak selalu patologis. Hidup akan berjalan baik tanpa rasionalisasi dan perlindungan psikis yang serupa.Istilah mekanisme pertahanan umum digunakan dalam usaha penyisihan (warding off) dan ditujukan terhadap dorongan naluri. Dorongan naluri disisihkan karena sesungguhnya setiap penyisihan merupakan defensi terhadap afek. Pertahanan langsung terhadap afek, merupakan defense yang lebih archaik (primitif), kurang sistematik, namun lebih memainkan peranan. Namun pertahanan akan tertuju terhadap dorongan naluri, dan umumnya lebih penting dalam hal terjadinya patogenesa neurosa, dan pertahanan tersebut bersifat lebih tersusun dan terorganisasi.2Ego (pribadi) merupakan inti dari kesatuan manusia, dan bila terjadi ancaman terhadap ego hal ini merupakan ancaman terhadap tulang punggung (eksistensi) manusia. Manusia secara bertahap belajar menghadapi mekanisme pembelaan egonya seandainya ada ancaman terhadap keutuhan integritas pribadinya. Mekanisme yang sedemikian ini normal terjadi, kecuali bila sudah sedemikian lanjut sehingga menggangu integritas pribadinya.Mekanisme yang sedemikian ini penting untuk :1. Memperlunak kegagalan2. Mengurangi kecemasan3. Mengurangi perasaan yang menyakitkan4. Mempertahankan perasaan layak dan harga diri.Mekanisme pertahanan tersebut bersifat :1. Kurang realistik2. Tidak berorientasi kepada tugas3. Mengandung penipuan diri4. Sebagian besar bekerja secara tidak disadari sehingga sukar untuk dinilai dan dievaluasi secara sadar.Freud menyatakan keberadaan beberapa mekanisme pertahanan, terutama represi, yang dianggapnya sebagai mekanisme pertahanan yang penting utama, paling penting, dan paling sering digunakan.Penelitian pertama yang menyeluruh tentang mekanisme pertahanan ditulis oleh Anna Freud dalam bukunya The Ego and The Mechanisms of Defense, ia menyatakan bahwa setiap orang, normal atau neorotik, menggunakan mekanisme pertahanan yang karakteristik dan berulang. Ditekankan juga bahwa ego harus merupakan pusat terapi psikoanalisis, disamping mengungkapkan derivat dorongan yang direpresi.Pengamatannya bahwa terdapat kedalaman pada permukaan atau ibaratnya gunung es mencerminkan pengertiannya tentang kompleksitas aspek pertahanan dari ego. Pada masing-masing fase perkembangan libido, komponen dorongan spesifik akan membangkitkan pertahanan ego yang karakteristik. Misalnya, fase anal berhubungan dengan pembentukan reaksi, yang dimanifestasikan oleh perkembangan rasa malu dan rasa mual dalam hubungan dengan impuls dan kenikmatan anal.Pertahanan dapat dikelompokan secara hararkis menurut derajat relatif manuritas yang berhubungan dengan pertahanan. Pertahanan naristik merupakan pertahanan yang paling primitive, digunakan oleh anak-anak dan orang yang mengalami psikotik. Pertahanan imatur (yang tidak matang), terlihat pada remaja dan beberapa pasien non psikotik.Pertahanan neurotic ditemukan pada pasien obsesif kompulsif dan pasien histerikal dan pada orang dewasa yang berada pada keadaan stress. Dan pertahanan matur (matang) merupkan mekanisme adaptasi yang normal dan sehat pada kehidupan dewasa. Pengelompokan matang dan tidak matang tidak kaku dalam batas-batasnya, dan diantaranya tumpang tindih dan mekanisme serupa dapat terjadi diantara kelompok yang berbeda.BAB IITINJAUAN PUSTAKAStatus internal manusia selalu diselimuti dengan kecemasan sebagai produk dari konflik antar struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Kemudian termanives ke dalam perilaku kongkrit dalam mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego Defense Mechanism).The Id (Das Es) adalah aspek biologis dan merupakan sistem original, suatu realitas psikis yang sesungguhnya (The true psychic reality) dunia batin atau subyektif manusia dan tidak memiliki koneksi secara langsung dengan realitas obyektif. The Id berisi hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis), libido seksualitas, termasuk juga instink-instink organisme.The Ego (Das Ich) adalah aspek psikologis karena adanya kebutuhan sinkronisasi (gateway) antara kebutuhan Id dengan realitas dunia eksternal. Ego bertugas untuk menyelesaikan rangsangan lapar dengan kenyataan tentang objek makanan, sehingga prinsip Ego adalah realitas dunia obyektif.Super Ego (Das Ueber Ich) adalah aspek sosiologis yang merupakan nilai-nilai tradisional sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya berupa perintah-larangan, ganjaran-hukuman, baik-buruk. Prinsip Super Ego adalah internalisasi norma-norma lingkungan yang berupaya untuk menekan dorongan Id.Energi Id akan meningkat karena rangsangan (impuls) sehingga menimbulkan ketegangan atau pengalaman yang tidak enak dan menguasai Ego agar bertindak secara kongkrit dalam memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di sisi lain Super ego berusaha untuk menetang dan menguasai Ego agar tidak memenuhi hasrat dari Id karena tidak sesuai dengan konsepsi Ideal. Dorongan Id yang primitif tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar sehingga tidak akan mengendor selama tidak memiliki objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu dorongan ini bisa menjadi distruktif dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku.Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan biologis dan norma. Ketika terjadi konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa seolah-olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas kedua kekuatan tersebut. Perasaan terjepit dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety), sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada dalam bahaya dan berusaha tetap bertahan.3Ada tiga jenis kecemasan tersebut: Pertama, kecemasan realistik, contohnya melihat seekor ular berbisa dihadapan. Kedua, kecemasan moral, ancaman datang dari dunia Super Ego yang telah terinternalisasi, contohnya rasa malu, rasa takut mendapat sanksi, rasa berdosa. Ketiga, kecemasan neurotik, perasaan takut jenis ini muncul akibat impuls-impuls id.Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego DefenseMechanism).Bentuk-bentuk Mekanisme pertahanan :1. RepresiRepresi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secaratidak disadarai.7 Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran.2 Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa lupa terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (direcall) dari alam tak sadar kealam sadar.Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.2. SupresiSuatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.6 Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan.4Perlu dibedakan dengan represi, karena pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.3. Penyangkalan (denial)Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.4Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.1,24. ProyeksiImpuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal, biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.4 Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.5. SublimasiSublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi.2 Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.56. Reaksi FormasiReaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.7. IntroyeksiIntroyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau dielakkan kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.9. RasionalisasiRasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.10. SimbolisasiSimbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.11. KonversiKonversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan pelepasan afek. Dengan paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan yang ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.12. IdentifikasiIdentifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.13. RegresiRegresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.14. KompensasiKompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing. Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.715. Pelepasan (Undoing)Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.16. Penyekatan Emosional (Emotional Insulation)Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan.17. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi)Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan sudah nasibnya atau sekarang sudah tidak menderita lagi dan sambil tersenyum.18. Pemeranan (Acting out)Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan. Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai.7KESIMPULANMekanisme pertahanan yang terdiri dari bermacam-macam cara dan seperti diketahui manusia merupakan mahluk yang tertinggi tingkat perkembangannya sehingga suatu pendektan terhadap manusia harus menyangkut semua unsure baik organik, psikologik dan social. Hal ini dinamakan pendektan holistic.Semua mekanisme pertahanan ini bermaksud untuk mempertahankan keutuhan pribadi dan digunakan dalam berbagai tingkat dengan bermacam-macam cara.Mekanisme pertahanan dapat diangggap normal dan diperlukan atau diinginkan, kecuali bila digunakan secara sangat berlebihan sehingga mengorbankan efisiensi penyesuaian diri dan kebahagiaan individu dan kelompok.Perlu diwaspadai bahwa dengan hanya mengamati satu macam tindakan belum berarti bahwa perilaku tersebut sudah merupakan suatu jenis pembelaan ego. Sebagai contoh, bila seorang terlampau sering memberikan sumbangan sudah berarti pelepasan atau tebusan. Tindakan tersebut perlu dipertimbangan juga kepribadian orang tersebut dan memotivasinya.DAFTAR PUSTAKA1. Maramis, W. F. : catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press; Surabaya, 1980 p 37-38, 65-842. Hatta Kusumawati, Dra. M.Pd SEKILAS TENTANG TEORI KEPRIBADIAN SIGMUD FREUD DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BIMBINGAN diunduh darihttp://www.acehinstitute.org/opini_kusumawati_soal_simund_freud.htmltanggal 9 Juli 20093. Mekanisme pertahanan ego diunduh darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mekanisme_pertahanan_egotanggal 9 Juli 20094. Kaplan, H.I Sadock, B.J., Grebb, J.A : Synopsis of Psychiatry, Bahavioral Sciences Clinical Psychiatry, seventh edition. Wiliiam and Willkins; England, 1994, p.369-378.5. Mekanisme pertahanan diri diunduh darihttp://rizkyp13.multiply.com/journal/item/71/Mekanisme_pertahanan_Diri_tanggal9 Juli 20096. Sistem pertahanan egohttp://psikologiupi.blogspot.com/2008/09/system-pertahanan-ego-yang-wajib-di.html tanggal 9 juli 20097. Pertahanan ego diunduh darihttp://trescent.wordpress.com/2007/08/15/pertahanan-ego/ tanggal 9 Juli 2009Posted with WordPress for BlackBerry.http://juztminx.wordpress.com/2011/04/20/mekanisme-pertahanan-koping-individu/

MEKANISME KOPING

MEKANISME KOPING

Mekanismekopingadalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985),kopingadalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

PenggolonganMekanismeKoping

Berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :

1.Mekanismekopingadaptif

adalahmekanismekopingyang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

2.Mekanismekopingmaladaptif

Adalahmekanismekopingyang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

Mekanismepertahanan ego, yang sering disebut sebagaimekanismepertahanan mental. Adapunmekanismepertahanan ego adalah sebagai berikut :

1. Kompensasi
Proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.

2. Penyangkalan (denial)
Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Bila individumenyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud melindungi diri.
3. Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah pada adiknya.

4. Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)

5. Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.

6. Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk meninjau permasalah secara obyektif.

7. Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.

8. Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.

9. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya

10. Rasionalisasi
Rasionalisasi dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi jugamuncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.

11. Reaksi formasiIndividu mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Dengan cara ini individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan.Misalnya: Kebencian dibuat samar dengan menampilkan sikap penuh kasih sayang

12. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu yang berusia lebih mudaMisalnya : anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol padahal sudah lama tidak dilakukannya.

13. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku.Misalnya : individu lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan

14. Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.
15.Sublimasi
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya agar tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat

16. Supresi
Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga.Misalnya : Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas.
17. Undoing
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih sayang
18. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan cemas, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti sementara atau selamanya. Individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.Misalnya : Individu sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri

19. Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

20. Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung mencoba mengelak. Bisa secara fisik mengelak atau menggunakan metode yang tidak langsung.

21. Fantasi
Dengan berfantasi pada yang mungkin menimpa dirinya, individu merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa yang tidak menyenangkan, menimbulkan kecemasan dan mengakibatkan frustrasi. Individu yang sering melamun kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya lebih menarik dari pada kenyataan sesungguhnya. Bila fantasi ini dilakukan proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi menjadi cara sehat untuk mengatasi stress
22. Simbolisasi
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kecemasannya.

23. Konversi
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba sakit sehingga tidak masuk kuliahhttp://heldaupik.blogspot.com/2012/02/mekanisme-koping.html

MEKANISME KOPINGsnin, 14 Mac 2011MEKANISME KOPINGDalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang mengganggu equilibirium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri secara negatif. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecahan masalah (mekanisme koping) yang bertujuan meredakan ketegangan tersebut.
Equilibrium merupakan proses keseimbangan yang terjadi akibat adanya proses adaptasi manusia terhadap kondisi yang akan menyebabkan sakit. Proses menjaga keseimbangan dalam tubuh manusia terjadi secara dinamis dimana manusia berusaha menghadapi segala tantangan dari luar sehingga keadaan seimbang dapat tercapai.
Coping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut.
Seorang ahli medis bernama ZJ Lipowski dalam penelitiannya memberikan definisi mekanisme coping: all cognitive and motor activities which a sick person employs to preserve his bodily and psychic integrity, to recover reversibly, impaired function and compensate to limit for any irreversible impairment. (Secara bebas bisa diterjemahkan: semua aktivitas kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak, dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).
Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Mekanisme coping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut.
Efektivitas coping memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit (fisik maupun psikis). Jadi, ketika terdapat stressor yang lebih berat (dan bukan yang biasa diadaptasi), individu secara otomatis melakukan mekanisme coping, yang sekaligus memicu perubahan neurohormonal. Kondisi neurohormonal yang terbentuk akhirnya menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru: perubahan perilaku dan perubahan jaringan organ.
Lipowski membagi coping menjadi: coping style dan coping strategy. Coping style adalah mekanisme adaptasi individu yang meliputi aspek psikologis, kognitif, dan persepsi. Coping strategy merupakan coping yang dilakukan secara sadar dan terarah dalam mengatasi rasa sakit atau menghadapi stressor. Apabila coping dilakukan secara efektif, stressor tidak lagi menimbulkan tekanan secara psikis, penyakit, atau rasa sakit, melainkan berubah menjadi stimulan yang memacu prestasi serta kondisi fisik dan mental yang baik.
Mekanisme koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Mekanisme koping merupakan suatu proses di mana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu:problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau Aids.
Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping, yaitu active & avoidant coping strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative). Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yang dilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu karena cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadi lebih rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambah kepekaan terhadap ancaman.

Koping adalahproses yang dilalui seorang individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologi.
Seseorang yang mengalami stress atau ketegangan psikolologi dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari, memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stress, cara yang digunakan oleh individu untuk mengurangi stress itulah yang disebut dengan koping.
Akibat stress yang berkepanjangan adalah terjadinya kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan atau gangguan. Individu menjadi sakit. Namun sering kali penyebab sakitnya tidak diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari lagi tekanan atau stress yang dialaminya. Tanpa disadari, individu menggunakan jenis penyesuaian diri yang kurang tepat dalam menghadapi stresnya.
Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat atau baik atau sesuai dengan stress yang dihadapi, meskipun stress atau tekanan tersebut tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat. Bahkan tekanan-tekanan tersebut akhirnya memunculkan potensi-potensi manusiawinya dengan optimal. Penyesuaian diri dalam menghaadapi stress, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah koping.
1. Pengertian dan jenis-jenis koping.
Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan atau penanggulangan (to cope with = mengatasi, menggulangi). Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamakdalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka pengggunaan istilah tersebut dipertahankan dan lansung diserap kedalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa koping tidak sesederhaa makna harfiahnya saja.
Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah ( problem solving). Pengertian koping memang dekat dengan kedua istilah diatas, namun sebenarnya agak berbeda pemahaman adjustment biasanya merujuk pada penyesuaian diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pemecahan masalah lebih mengarah pada proses kognitif dan persoalan yang juga kognitif. Koping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, luka, kehilangan, dan ancaman.
Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan.
Secara ilmiah, baik disadari maupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stress. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau meyelesaikan masalah yang sedang dirasakan atau dihadapi. Koping diartikan sebagai usaha perubahan kognitif prilakukan secara konstan untuk meyelesaikan stress yang dihadapi.
Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladafur yaitu, prilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan. Setiap individu dalam melakukan koping tidak sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi, tetapi dapat melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan kondisi individu. Dibawah ini akan dijelaskan 2 macam koping yaitu koping physiologi dan koping psiko social.
2. Macam-macam koping
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada dua factor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

b. Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang, menarik diri dan kompromi.
1. Prilaku menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang.
Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secaraasertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidak senangannya.
2. Prilaku menarik diri
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3. Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.

Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping (Lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).
Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:
1. Tindakan langsung (direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit tertentu.
b. Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena orang selalu gagaldalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi, sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihak-pihak yang lemah, dan lain-lain.
c. Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik seperti aceh.
d. Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei. Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan reaksi apati dikalangan mereka.
2. Peredaan atau peringatan (palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dan tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:
a. Diarahkan pada gejala (Symptom Directid Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes tetapt bersifat positif.
b. Cara intra psikis
Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya: yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.

Macam-macam defense mechanism:
1. Identifikasi
Yaitu menginternalisasi ciri-ciri yang dimilki oleh orang lain yang berkuasa dan dianggap mengancam. Identifikasi biasanya dilakukan oleh anak terhadap orang tua mereka.
Seorang yang mengalami frustasi dan kegagalan-kegagalan, biasanya tidak mau melihat kekurangan diri sendiri. Dia selalu berusaha (dalam dunia imajinasinya) menyamakan diri dengan seorang yang mencapai sukses. Dia berusaha mengidentifikasikan diri dengan bintang film misalnya, dengan seorang pahlawan perang, atau seorang professor yang cemelang. Semua ini bertujuan untuk memberikan kepuasan semu pada diri sendiri, dan didorong oleh ambisi untuk meningkatkan harga diri.
2. Pengalihan
Yaitu memindahkan reaksi dari objek yang mengancam ke objek yang lain karena obyek yang asli tidak ada atau berbahaya bila diagresi secara langsung. Misalnya, seorang bawahan dimarahi oleh atasannya dikantor. Bawahannya tersebut kemudian memarahi istrinya dirumah karena tidak berani membantah atasannya. Istri kemudian memarahi anaknya. Ini merupakan contoh klasik dari displacement.
3. Represi
Yaitu menghalangi impuls-implus yang ada atau tidak bias diterima sehingga impuls-impuls tersebut tidak dapat diekspresikan secara sadar atau lansung dalam tingkah laku. Misalnya, dorongan seksual karena dianggap tabu lalu ditekan begitu saja kedalam ketidaksadaran. Dorongan tersebut lalu muncul dalam bentuk mimpi.
Represi juga disebut sebagai tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak disetujui oleh hati nuraninya. Semacam usaha untuk memelihara diri supaya jangan terasa dorongan-doronngan yang tidak sesuai dengan hatinya. Proses itu terjadi tanpa disadari.
Dalam represi, orang berusaha mengingkari kenyataan atau factor-faktor yang menyebabkan ia merasa berdosa jika keadaan itu disadarinya.
4. Denial
Yaitu melakukan bloking atau menolak terhadap kenyataan yang ada karena kenyataan yang ada dirasa mengancam integritas individu yang bersangkutan. Istri yang baru saja ditinggal mati oleh suaminya secara mendadak, merasa suaminya masih hidup sehingga tiap sore dia masih membuatkan kopi untuk suaminya seprti biasanya, ini merupakan contoh dari denial. Fanatisme agama dengan menganggap agama atau kepercayaan lain merupakan sesuatu yang salah, sedangkan agama atau kepercayaan yang dijalani merupakan satu-satunya yang benar merupakan contoh lain mekanisme denial, karena sebenarnya individu yang fanatic tersebut merasa terancam dengan adanya keyakinan lain, yang berpotensi mengancam integritas keyakinannya sendiri.
5. Reaksi Formasi
Yaitu dorongan yang mengancam diekspresikan dalam bentuk tingkah laku secara terbalik. Contoh klasik dari pertahanan diri jenis ini adalah orang yang sebenarnya mencintai, namun dalm tingkahlaku memunculkan tindakan yang seolah-olah membenci orang yag dicintai.
6. Proyeksi
Yaitu mengatribusikan atau menerapkan dorongan-dorongan yang dimiliki pada orang lain karena dorong-dorongan tersebut mengancam integritas. Misalnya, A mencintai B, namun karena cinta yang dirasakan itu mengancam harga dirinya, lalu A menyatakan bahwa B lah yang mencintainya.
Proyeksi juga juga disubut sebagai usaha mensifatkan, melemparkan atau memproyeksikan sifat, fikiran dan harapan yang negative, juga kelemahan dan sikap sendiri yang keliru, kepada orang lain. Melemparkan kesalahan sendiri.
Inidividu yang bersangkutan tidak maau mengaku kesalahan, kenegatifan dan kelemahan sendiri, bahkan selalu memproyeksikan kehidupan yang negative tadi kepada orang lain. Sebagai contoh dalam hal ini adalah : seseorang sangat iri hati terhadap kekayaan dan sukses tetangganya. Tapi pada setiap orang ia selalu berkata, bahwa tetangganya itulah yang buruk hati, selalu cemburu dan iri hati terhadap dirinya.
7. Rasionalisme atau intektualisasi
Yaitu dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisahkan karena bila bersama-sama akan mengancam. Misalnya semua orang sepakat bahwa kesejahteraan umat manusia hanya bias terjadi lewat cara-cara damai, namun tidak sedikit pula orang yang mengakui hal diatas, mendukung jalan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka.
Rasionalisasi juga disebut dengan cara menolong diri sendirisecara tidak wajar atau teknik pembelaan diri dengan membuat sesuatu yang tidak rasional serta tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang rasional dan menyenangkan bagi diri sendiri.
Rasionalisasi juga dapat disebut sebagai proses pembenaran kelakuan sendiri, dengan menemukakan alas an yang masuk aal atau bisa diterima secara social, untuk menggantikan alasan yang sesungguhnya. (J.P. Chaplin, 1981).
Jika sesorang mengalami frustasi dan kegagalan, biasanya ia selalu mencari kesalahan dan sebab-musababnya pada orang lain, atau mencarinya pada keadaan diluar dirinya. Dia menganggap dirinya paling benar, dan orang lain atau kondisi dan situasi luar yang menjadi biang keladi dari kegagalannya. Dia tidak mau mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri. Ia selalu berusaha membelai-belai harga dirinya. Semua pujian dari lur dan pembenaran diharapkan bias memuaskan perasaan sendiri, dan bias membelai-belai harga dirinya.
Dia selalu menuntut agar segala perbuatan dan alasannya dibenarkan oleh fikiran atau akal orang lain. Karena itu perilakunya disebut sebagai rasionalisasi. Misalnya : seseorang yang gagal melaksanakan tugasnya akan berkata: tugas itu terlalu berat bagi pribadi saya yang amat muda ini. Atau dalih : tugas semacam itu bagi saya tidak ada harganya, dan tidak masuk dalam bidang perhatian saya. Dan saya tidak ambil peduli, apakah tugas itu gagal atau berhasil.

8. Sublimasi
Yaitu dorongan atau implus yang ditransfortasikan menjadi bentuk-bentuk yang diterima secara social sehingga dorongan atau impuls tersebut menjadi suatu yang benar-benar berbeda dari dorongan atau impuls aslinya. Contoh sublimasi adalah orang yang memilki dorongan seks yang kuat lalu menggunakan energy tersebut untuk menjadi sumber dari dorongan religiusnya, sehingga dia mengalami pengalaman mistik dan mampu bekerja bagi kemanusiaan, karena pada dasarnya religiusitas memilki persamaan atau kaitan dengan seksualitas yaitu dalam hal pengalaman penyatuan atau peleburan.

Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan bersifat membohongi diri sendiri terhadap realitayang ada didalam (dorongan atau inpuls atau nafsu). Defense mechanism bersifat menyaring realita yang ada sehingga individu yang bersangkutan tidak bias memahami hakekat dari keseluruhan realita yang ada. Ini membuat sebagian besar ahlimeyatakan koping jenis defense mechanism merupakan koping yang tidak sehat (kecuali sublummasi).
Defense mechanism yang tidak disadari, akan dapat disadari melalui refleksi diri yang terus menerus. Dengan cara begitu individu bias mengetahui jenis mekanisme pertahanan diri yang biasa dilakukan dan kemudian menggantinya dengan koping yang lebih konstruksif.

Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat)
Harmer dan Ruyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif: yaitu:
1. Penalaran (reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi bebagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternate yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilih alternative yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk melakukan koping jenis objektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan memilki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu memilih dan membuat keputusan yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsetrasi ketika menghadappi tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi seakin kabur dan tidak terarah.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stress dengan cara mengekpresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain. Menjadi asertif tidak sama dengan tidakan agresi. Sertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikirkan oleh individu yang bersangkutan, namun dengan menghormati pemikiran dan perasaan orang lain. Dewasa ini pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar manusia.
5. Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspreksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, cirri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memilki kemampuan untuk melakukan transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang diamati dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan latihan-latihan melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam keterampilan untuk melakukan pengamatan diri.
3. Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

4. Strategi Koping
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu:
a. problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
b. emotion-focused coping, dimana individumelibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yangakan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalamberbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dansejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bias dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat sepertikanker atau Aids.Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping, yaitu active dan avoidant coping strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action dan Palliative ).
Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping merupakanstrategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatuaktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yangdilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanismepertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu karena cepat atau lambatpermasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadilebih rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambahkepekaan terhadap ancaman.

5. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi.
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar
2. Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-solvingfocused coping
3. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
4. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.


5. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya
6. Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.


6. Metode Koping
Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977), dua metode tersebut antara lain:
2. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama, contonhya:
1. Berbicara dengan orang lain.
2. Mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi.
3. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural.
4. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan.
5. Membuat berbagai alternative tindakan untuk mengurangi situasi.
6. Mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu.
7. Metode koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektf untuk digunakan dalam jangka panjang. Contohnya:
1. Menggunakan alkohol atau obat
2. Melamun dan fantasi.
3. Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan.
4. Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.
5. Banyak tidur
6. Banyak merokok.
7. Menangis
8. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.


Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial (Lazarus dan Folkman,1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend, 1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu :
1. Reaksi Orientasi TugasBerorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situas stress secara realistis, dapat berupakonstruktif atau destruktif. Misal : Perilaku menyerang(agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskankebutuhan. Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

2. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapunmekanisme pertahanan ego, adalah sebagai berikut:
a. Kompensasi
Proses di mana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan/ secara tegas menonjolkankeistimewaan atau kelebihan yang dimiliki. Mudah mengingat hal-hal positif dari pada negative, lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan membahagikan yang tidak membahagiakan.
b. Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secarapribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatanyang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas(supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)
c. Reaction Formation (Pembentukann Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif danperasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajahyang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri darikecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan.Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasihsayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupidengan tindak kebaikan.
d. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengankata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengankecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diridengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

Kesimpulan:
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi situasi yang menekan. Oleh karena itu meskipun koping menjadi bagian-bagian dari penyesuaian diri, namun koping merupakan istilah yang khusus digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi tekanan atau stress.
Ada berbagai macam koping, pendapat berbagai tokoh pun beragam. Ada yang menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan yang sifatnya positif. Namun ada jugayang melihat koping sebagai istilah yang netral.
Koping yang negative menimbulkan berbagai persoalan dikemudian hari, bahkan sangat mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri individu yang bersangkutan. Sebaliknya koping yang positif menjadikan individu semakin matang, dewasa dan bahagia dalammenjalani kehidupannya.

Referensi:
http://ahyarwahyudi.wordpress.com/2010/02/11/konsep-diri-dan-mekanisme-koping-dalam-proses-keperawatan/
Rasmun, Skp., M.Kep, Stres, Koping dan Adaptasi, Sagung Seto, Jakarta,2004
Siswanto, S.Pi., Msi. Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya, CV. Andi Offeset, Yogyakarta, 2007.
Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental, CV. Mandar Maju, bandung, 2000
Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 1995



Nama kelompok:
Ida Rusma Herawati
NazirahDicatat olehAbdul Hadi Bin Basridi5:59 PGE-melkan IniBlogThis!Kongsi ke TwitterKongsi ke Facebookhttp://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html

Kebutuhan Dasar Manusia
Hierarki Maslow (king, 1976)1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologis Need )
2. Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan (Safety & Security needs )
3. Kebutuhan Rasa Cinta, memiliki & Dimiliki.( Belonging needs )
4. Kebutuhan Harga Diri ( Self Esteem Needs)
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Needs for self Actualization )Konsep Tentang Stres
*Stres dan stresor
Setiap orang mengalami stres dari waktu ke waktu,stres dapat menimbulkan tuntutan yang besar kepada seseorang, dan jika seseorang tidak dapat mengatasi atau ,mengadaptasi stresnya maka dapat menimbulkan penyakit.

1. Stres
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 )
Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis.
Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
a. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang ( mis, demam, kondisi seperti kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
b. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang ( mis, perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan ).STRESSOR
adalah Faktor yang menyebabkan seseorang Stres
Sebab- Sebab Stres
1.Fisik : temperatur, suara, beban, sinar, arus listrik
2. Kimiawi : asam basa, obat- obatan, zat racun, hormon dan gas
3. Mikrobiologi : virus, bakteri, parasit
4. Fisiologis : gangguan struktur jaringan dan organ
5. Proses perkembangan : Pubertas, memasuki usila.
6. Psikis : Hubungan Sosial ( masyarakat, budaya, atau keagamaan )Tahapan Stress
Tahap I ( Stress paling ringan )
Ciri-ciri : semangat meningkat, penglihatan tajam, energi meningkat namun cadangan energinya menurun, kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat.
Tahap II ( Mulai timbul keluhan )
Ciri-ciri : sering merasa letih tanpa sebab, kadang-kadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otot, perasaan tdk santai
Tahap III ( Keluhan dengan gejala-gejala )
Ciri-ciri : sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.
Tahap IV ( Keadaan lebih buruk )
Ciri-ciri : sulit beraktivitas, gamgguan hubungan sosial, sulit tidur, negativistik, penurunan konsentrasi, takut tdk jelas.
Tahap V ( Semakin buruk )
Ciri-ciri : Keletihan meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem meningkat, perasaan takut meningkat.*.Adaptasi Fisiologis
Adaptasi Fisiologis adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan relatif seimbang.
Kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamik dari equilibrum lingkungan internal tubuh
Mekanisme adaptif secara kontinu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan untuk mempertahankan ekulibrum, atau HomeostatisAdaptasi
Adalah : Perubahan anatomi, fisiologis dan psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi terhadap stressAdaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi secara fisiologis
2. Adaptasi secara psikologisAdaptasi pada Stress
A. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan menghadapi rintangan secara sadar realistik, obyektif, dan rasional
B. Menggunakan Mekanisme Defensif :
1. Proyeksi : Menyalahkan orang lain
2. Introversi : Menarik diri
3. Kegembiraan dan kesibukanMEKANISME ADAPTASI FISIOLOGIS
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal, seperti penurunan suhu tubuh, dan membuat suatu respons adaptif, seperti mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi stresor dikontrol oleh medula oblongata,formasi retikuler, dan kelenjar hipofisis.Medula oblongata, mengontrol fungsi vital yang diperlukan untuk bertahan.fungsi ini termasuk frekuensi jantung, tekanan darah, dan pernafasan.
Formasi Retikular,adalah kelompok kecil neuron dalam batang otak dan medula spinalis, kelompok ini juga mengontrol fungsi vital dan secsrs kontinu memantau status fisiologis tubuh melalui sambungan dengan traktus sensoris dan motoris.
Kelenjar hipofisis,adalah kelenjar kecil yang melekat pada hipotalamus,menyuplai horman yang mengontrol fungsi vital.
kelenjar hipofisis menghasilkan hormon yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap stres.
Kelenjar hipofisis juga mengatur sekresi dari hormon-hormon tiroid, gonad, dan paratiroidModel Stres
1. Model stres berdasar respon
Model stres dari Selye ( 1976 ) adalah model berdasarkan respon yang mendefinisikan stres sebagai respons non- spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang di timpakan padanya.
2. Model adaptasi
Model adaptasi menunjukan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah menegangkan ( Mechanic, 1962 ).Faktor pertama, biasanya bergantung pada pengalaman seseorang dengan stresor serupa, sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan
Faktor kedua, berkenaan dengan praktik dan norma kelompok sebaya individu
Faktor ketiga, adalah dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap stresor
Faktor keempat, sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stresor.3. Model Berdasar Stimulus
Model berdasar stimulus berfokus pada karakteristik yang mengganggu atau disruptif di dalam lingkungan
Model berdasarkan memfokusakan pada asumsi berikut ( McNett, 1989 )
1. Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan perubahan ini memutuhkan tipe dan durasi penyesuaian yang sama.
2. Individu adalah resepien pasif dari stres, dan persepsi mereka terhadap peristiwa adalah tidak relevan.
3. Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut.4. Model Berdasar Transaksi
Model berdsarkan transaksi memandang individu dan lingkungan dalam hubungan yang dinamis, resiprokal, dan interaktif ( Lazarus & Folkman , 1984 )Faktor Yang Mempengaruhi Stresor
Respon terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis, sikap, dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor stresor tersebut. Sifat stresor mencakup faktor- faktor berikut ini :
1. Intensitas
2. Cakupan
3. Durasi
4. Jumlah dan sifat dari stresorAdaptasi Terhadap Stresor
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikologis berubah dalam berespon terhadap stres.
Karena banyak stresor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga, atau komunitas terhadap stres.
Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.
Dimensi Adaptasi
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.

Respon Terhadap StresRespon Fisiologis


Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976 ) telah mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stres :
1. Sindrom Adaptasi Lokal ( LAS )
2. Sindrom Adaptasi Umum ( GAS )

Karakteristik Respon Stres


1. Respon stres adalah alamiah, protektif, dan adaptif.2. Terhadap respons normal trhadap stresor; stresor yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari meningkatkan ekskresi katekolamin, yang menyebabkan peningkatan dalam frekuensi jantung dan tekanan darah
3. Stresor fisik dan emosional mencetuskan respons serupa ( spesifisitas versus non- spesifitas )
4. Terdapat keterbatasan dalam kemampuan untuk mengompensasi .
5. Besar dan durasi stres mungkin sedemikian besarnya sehingga mekanisme homeostasis untuk penyesuaian gagal, yang menyebabkan kematian.
6. Pemajanan berulang terhadap stimuli mengakibatkan adaptif ; yaitu kadar enzim tirosin hidrolase jaringan meningkat, menyebabkan peningkatan kapasitas bagi tubuh untuk menghasilakn nonephineprin dan ephneprin.
7. Terdapat perbedaan individual dalam berespons terhadap stresor yang sama. LAS
LAS adalah respons dari jaringan,organ,atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma,penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya.
Respons setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan respons terhadap tekanan.LAS mempunyai karakteristik sbb :
1. Respons yang terjadi adalah setempat; respons ini tidak melibatkan seluruh sistem tubuh.
2. Respons adalah adaptif, berarti bahwa stresor diperlukan untuk menstimulasinya.
3. Respons adalah berjangka pendek.Respon tidak dapat terus menerus.
4. Respons adalah restoratif, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan homeostasis region atau bagian tubuh.Dua respons setempat yaitu respons refleks nyeri dan respon inflamasi
1. Respon refleks nyeri adalah respons setempat dari sistem saraf pusat terhadap nyeri.
Respon ini adalah adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjutan.
2. Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi.
Respon ini memusatkan inflamasi, sehingga menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan.GAS adalah respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.
GAS adalah respons pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres.
Respons ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Reaksi Alarm.Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor.Tahap Resisten.Dalam tahap resiten tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormon, frekuensi jantung, tekanan darah, curah jantung kembali ke tahap normal. Individu berupaya untuk mengadaptasi terhadap stres.
Tahap Kehabisan Tenaga. Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan ketika energi yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah menipis. Respons Psikologis
Pemajanan terhadap stresor mengakibatkan respons adaptasi psikologis dan fisiologis.About these adsMekanisme koping individu menurut Rasmun (2001), meliputi:Mekanisme koping yang destruktif (mal adaptif)

Adalah suatu keadaan dimana individu mempunyai pengalaman ataumengalami keadaanyang beresiko tinggi suatu ketidakmampuan untukmengatasi stressor. Koping maladaptive menggambarkan individu yangmengalami kesulitan dalam beradaptai terhadap kejadiankejadian yangsangat menekan (Carpenito, 2001).

Karakteristik koping maladaptivemenurut Taylor (1997), yaitu:Menyatakan tidak mampu

Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif

Perasaan lemas, takut, irritable, tegang, gangguan fisiologis, adanya stress kehidupan.

Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

Mekanisme koping yang konstruktif (adaptif)

Merupakan suatu kejadian dimana individu dapat mengaturberbagai tugasmempertahankan konsep diri, mempertahankan hubungandengan orang lain,mempertahankan emosi dan pengaturan stress(Carpenito, 2000).

Karakteristikmekanismekoping adaptif , yaitu:Dapat menceritakan secara verbal tentang perasaan

Mengembangkan tujuan yang realistis

Dapat mengidentifikasi sumber koping

Dapat mengembangkan mekanisme koping yang efektif

Mengidentifikasi alternatif strategi

Memilih strategi yang tepat

Menerima dukungan

Menerima dukungan