pleno 23

26
MAKALAH PLENO BLOK 23 OTITIS MEDIA AKUT pada ANAK Disusun oleh: Kelompok F4 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk 1

Upload: silvia-vamella

Post on 28-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

MAKALAH PLENO BLOK 23OTITIS MEDIA AKUT pada ANAK

Disusun oleh:

Kelompok F4Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk

Jakarta

2013Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugrahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Kami berterima kasih kepada pembimbing kelompok kami dr. Elly Tania atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok F4 tentang Otitis Media Akut. Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, buku-buku text book, diskusi anggota, dan lain-lain.

Kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.

Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................................... 2Daftar Isi .................................................................................................................................. 3Pendahuluan

1.1 Istilah yang tidak diketahui ................................................................................................ 41.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 41.3 Hipotesis ............................................................................................................................. 41.4 Latar Belakang..41.5 Tujuan ................................................................................................................................. 5Isi

2.1 Analisis Anamnesis ...............................................................................................................62.2 Pemeriksaan ..........................................................................................................................8

2.4 Diagnosis kerja ..................................................................................................................... 92.5 Diagnosis banding ............................................................................................................... 15Penutup

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 173.2 Daftar Pustaka ................................................................................................................... 17PENDAHULUAN1.1 Istilah yang tidak diketahui

Tidak ada yang tidak diketahui1.2 Rumusan Masalah

Anak laki-laki usia 2 tahun dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu, tidak mau makan. Hidung mengeluarkan ingus encer dan tadi malam tiba-tiba menangis dan memengang kuping kanannya.Anak tampak sakit sedang dan suhu 39OC.

1.3 Hipotesis

Hipotesis tersebut adalah anak laki-laki berusia 2 tahun tersebut menderita Otitis Media Akut.

1.4 Latar BelakangOtitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli yang membuat pembagian bagi otitis media, secara mudahnya otitis media dapat dibagi menjadi otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, dan otitis media efusi/OME). Masing-masik bentuk memiliki bentuk akut dan kronik.1OMA terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Dikatakan juga bahwa pencetus terjadinya OMA salah satunya adalah infeksi saluran nafas atas.1Radang telinga atau otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh saluran mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Hampir 70 % sering terjadi pada anak-anak dan tidak sedikit mengalami gangguan pendengaran akibat penanganan yang terlambat atau kronis. Otitis media sering sekali di awali dengan adanya infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melewati saluran eustachius.11.5 Tujuan Adapun pembuatan tulisan ini memiliki beberapa tujuan. Beberapa tujuan tersebut adalah:

1. Sebagai persyaratan pemenuhan tugas Mandiri PBL

2. Memperdalam ilmu mengenai kelainan THT terutama telinga3. Meningkatkan ilmu mengenai diagnosis dan penanganan terhadap kelainan THTIsi

2.1 Anamnesis

Anamnesis terhadap kasus OMA dapat dilakukan autoanamnesis apabila keadaan memungkinkan, apabila keadaan tidak memungkinkan untuk bertanya langsung pada pasien, dapat dilakukan alloanamnesis terhadap keluarga (orang tua, pengasuh bayi) yang merawat pasien. Anamnesis yang perlu dilakukan meliputi :21. Identitas Pasien.

Menanyakan kepada pasien :

Nama lengkap pasien, umur,tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan,agama, pekerjaan,suku bangsa.

2. Keluhan Utama

Keluhan Utama : Ibunya mengatakan : anaknya demam sejak 3 hari yang lalu

Keluhan Tambahan : anaknya tidak mau makan, hidung mengeluarkan ingus encer dan tadi malam anaknya tiba-tiba menangis dan memegang kuping kanannya.

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Anamnesis dimulai dengan mengajukan pertanyaan tentang sifat dan beratnya keluhan yang disampaikan pasien kepada dokter.3 Menanyakan sejak kapan penyakit dimulai (akut,subakut, atau kronis dan bagaimana mulanya, bagaimana perjalanannya (bertambah, berkurang, tetap, terjadi sebentar-bentar, naik turun), dan bagaimana frekuensinya.

Menanyakan sejak kapan demamnya pasien, bagaimana suhu tubuh pasien, menanyakan bagaimana perjalanan demamnya, terus-menerus atau naik turun.

Menanyakan onset dan durasi terjadinya nyeri telinga, biasanya pada OMA nyeri akan dikeluhkan pada malam hari.

Menanyakan apakah telinga terasa penuh, seperti kemasukan air dan menanyakan apakah pendengaran pasien terganggu.

Menanyakan riwayat ISPA (infeksi saluran napas yang dialami pasien), sejak kapan, bagaiman sekret yang dikeluarkan

Menanyakan Gejala lain termasuk diare, muntah, kehilangan pendengaran mendadak, hidung tersumbat, pilek, dan bersin. Tanyakan apakah anak telah menunjukkan kelesuan, pusing, tinnitus, dan jalan yang tidak mantap.

Setelah itu, diajukan beberapa pertanyaan tentang keadaan telinga, hidung, tenggorok lain.

Keluhan utama telinga dapat berupa: Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada satu telinga atau kedua telinga, timbulnya tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa lama di derita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising, pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada orang dewasa tua perlu ditanyakan apakah gangguan ini lebih terasa ditempat yang bising atau di tempat yang lebih tenang.

Pada keluhan telingan berbunyi, dapat berupa suara yang berdengung atau berdenging, yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada salah satu sisi atau kedua telinga. Apakah tinitusnya ini disertai gangguan pendengaran dan adakah keluhan pusing yang berputar-putar.

Keluhan rasa pusing yang berputar, apakah merupakan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah, rasa penuh di telinga. Apakah keluhan ini timbul saat posisi kepala tertentu atau saat merubah posisi kepala.

Nyeri didalam telinga, tanyakan nyeri itu pada telinga kiri atau kanan. Sudah berapa lama, adakah nyeri alih (referred pain) dapat berasal dari gigi molar atas, dan lain-lain.

Sekret yang keluar dari dalam telinga, apakah keluar dari satu telinga atau kedua telinga dan disertai nyeri atau tidak, sudah terjadi berapa lama. Sifat sekretnya seperti apa, mukoid, serous, jernih atau purulen. Ada bercampur darah, bau busuk atau tidak.

4. Riwayat penyakit keluarga.

Menanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang dialami oleh pasien?

5. Riwayat penyakit dahulu.

Menanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya? Cari tahu riwayat penyakit dahulu dari kondisi medis apapun yang signifikant.

Menanyakan apakah pasien pernah mengalami trauma pada telinga, apakah pernah kemasukan benda asing, apakah pasien pernah berenang.

6. Riwayat Psikososial.

Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya menganggu/sangat menggangu/ tidak menggangu aktivitas sehari-hari pasien.

Menanyakan apakah pasien masih suka minum susu dari botol atau sambil tiduran.

Menanyakan kondisi ekonomi pasien dan keluarga. Karena biasanya OMA lebih sering terjadi pada keluarga yang miskin.

Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang satu rumah dengan pasien yang menghisap rokok.

7. Riwayat pengobatan/obat.3 Apakah pasien pernah melakukan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya?

2.2 Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Menilai keadaan umum pasien: baik/buruk, yang perlu diperiksa dan dicatat adalah tanda-tanda vital, yaitu:

Kesadaran penderita : - Kompos mentis, Apatis, Delirium, Somnolen, Sopor/stupor, koma.

Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi adalah apakah kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan.

Tanda vital seperti : tekanan darah , nadi, pernapasan, dan suhu pasien. Biasanya pasien dengan OMA akan menunjukan suhu yang tinggi biasanya 390C dan nadi yang juga meningkat. Pada kasus ditemukan suhu tubuh pasien 390C dan anak tampak sakit sedang.

Telinga

Pada pemeriksaan fisik ini periksa masing-masing telinga :1,4-5Aurikula

Inspeksi aurikula, dan belakang daun telinga/ retroaurikuler apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Jika kita mencurigai adanya otitis :Gerakkannlah aurikula keatas da kebawah, dan tekan pada tragusnya ( kemungkinan nyeri pada otitis eksterna). Tekan dengan kuat/ Palpasi belakang telinga (kemungkinan nyeri tekan pada kasus otitis media, mastoiditis)Liang Telinga dan Gendang Telinga

Terdapat dua posisi untuk anak-anak (berbaring atau duduk). Biasanya yang digunakan adalah otoskop dan/atau otoskop pneumatik, yang merupakan standart perawatan. Penggunaan otoskop pneumatik untuk meningkatkan keakuratan dalam mendiagnosis otitis media pada anak-anak. Dengan menekan balon berisi udara yang dihubungkan ke otoskop , bolus kecil udara dapat diinjeksikan kedalam telinga luar.

Gendang Telinga/Membran Timpani

Masukkan spekulum, dapatkan kerapatan yang tepat. Pada otitis media akut akan ditemukan kemerahan mukosa dan penonjolan membran timpani akibat terjadinya efusi di telinga tengah, apakah sudah terjadi perforasi atau belum. Penonjolan membran timpani mungkin dikuadran posterior, dan lapisan epitel superfisial mungkin menunjukkan penampilan seperti tersiram air panas.Pemeriksaan penunjang

Timpanosintesis

Adalah pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik untuk menentukan organisme penyebab

Tes darah

Data menunjukan bahwa rata-rata jumlah sel darah putih pada anak-anak dengan otitis media bakteri lebih tinggi dari pada anak-anak dengan steril menengah telinga efusi. Peningkatan tingkat sendimentasi juga ditemukan pada OM.

Evaluasi Radiografi.8Computed tomography (CT) telah menggantikan pemeriksaan sinar X standar sebagai cara terbaik untuk mendiagnosis atau mengevaluasi patologi telinga secara radiografis.

konstruksi pencitraan penampang melintang jantung. Adanya kalsifikasi dideteksi lebih baik dengan CT dibandingkan MRI.3

2.3 Working Diagnosis

Otitis Media Akut

Penyakit otitis media akut (OMA) dengan stadium supurasi adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telingan tengah. Otitis media akut adalah keadaan terdapatnya cairan didalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi, dan dapat di sebabkan oleh berbagai kuman patogen. Termasuk streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, streptococcus pyogenes, moraxella cataralis, virus dan anaerob tertentu. Pada neonatus organisme enterik gram negatif dapat pula menjadi organisme penyebab.

Etiologi

Kuman penyebab utama OMA adalah bakteri piogenik seperti Stafilokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus influenza, Escherichia colli, Streptokokus anhelmolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa. Hemofillus influenza sering terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun.

Epidemiologi

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus ada dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir. Dengan demikian sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit yang menjadi langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.Patofisiologi

Insiden otitis media akut dan berulang yang tinggi pada anak mungkin merupakan kombinasi beberapa faktor dengan disfungsi tuba eustakhii dan kerentanan anak terhadap infeksi saluran pernapasan atas berulang adalah paling penting.

Tuba eustakhii membuka kedalam ruang telinga tengah anterior dan menghubungkan struktur tersebut dengan nasofaring. Ia dilapisi oleh epitel saluran pernapasan (silindris bersilia) dan dikelilingi pada jarak pendek dekat telinga tengah oleh tulang, tetapi untuk sebagian besar panjangnya ia dikelilingi oleh kartilago.

Tuba eustakhii anak lebih horizontal dan lubang pembukaannya, tonus tubarius, agaknya mempunyai banyak folikel limfoid yang mengelilinginya. Juga pada anak, adenoid dapat mengisi nasofaring, secara mekanik menyekat lubang hidung dan tuba eustakhii atau berperan sebagai fokus infeksi yang dapat turut menyebabkan edema dan disfungsi tuba eustakhii. Tuba eustakhii secara normal tertutup pada saat istirahat dan terbuka pada saat menelan karena kerja otot tensor veli palatini. Tuba eustakhii melindungi telingah tengah dari sekresi nasofaring, yang memberikan drainase kedalam nasofaring sekresi yang dihasilkan dalam telinga tengah, dan memungkinkan keseimbangan tekanan udara dengan tekanan atmosfer dalam telinga tengah.

Obstruksi mekanik dan fungsional tuba eustakhii dapat mengakibatkan efusi telinga tengah. Obstruksi mekanik intrinsik dapat akibat dari infeksi atau alergi dan obstruktif ekstrinsik dari adenoid obstruktif atau tumor nasofaring. Kolaps menetap tuba eustakhii menetap selama menelan dapat mengakibatkan obstruksi fungsional akibat pengurangan kekauan tuba, dan mekanisme pembukaan aktif yang tidak efisien, atau keduanya. Obstruksi fungsional adalah lazim pada bayi dan anak kecil karena jumlah dan kekakuan kartilago yang mendukung tuba kurang daripada jumlah dan kekauannya pada anak yang lebih tua dan orang dewasa.6Obstruksi tuba eustakhii mengakibatkan tekanan telinga tengah negatif dan jika menetap, mengakibatkan efusi telinga tengah transudatif. Drainase efusi dihambat oleh pengangkutan mukosiliare yang terganggu dan oleh tekanan negatif terus-menerus. Bila tuba eustakhii tidak secara total terobstruksi secara mekanik, kontaminasi ruang telinga tengah dari sekresi nasofaring dapat terjadi karena refluks (terutama bila membrana timpani mengalami perforasi atau bila timpanoplasti tuba), karena aspirasi (dari tekanan telinga tengah yang sangat negatif), atau karena peniupan (insufflasi) selama menangis, peniupan hidung, bersin, dan penelanan bila hidung terobstruksi. Perubahan cepat tekanan sekelilingnya atau barotrauma selama menyelam dalam air dalam atau terbang dapat juga mengakibatkan efusi telinga tengah akut yang dapat hemoragik.6Bayi dan anak kecil mempunyai tuba eustakhii yang lebih pendek daripada anak yang lebih tua dan orang dewasa, yang membuatnya lebih rentan terhadap refluks sekresi nasofaring kedalam ruang telinga tengah dan terhadap perkembangan otitis media akut.6Anak kecil menderita kenaikan frekuensi infeksi virus saluran pernapasan atas. Infeksi ini mungkin menyebabkan edema mukosa tuba eustakhii. Pembesaran reaktif jaringan limfoid, seperti adenoid atau jaringan pada orifisium tuba eustakhii, dapat juga secara mekanik menyekat fungsi tuba dan memberikan tempat radang, secara fisiologis adenoid membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan hilang sama sekali pada usia 14 tahun. Bila sering infeksi saluran napas atas maka terjadi hipertrofi adenoid, sehingga timbul sumbatan koana dan tuba Eustachius.

Adanya infeksi virus terbukti menambah adhesi bakteri pada jaringan nasofaring. Kenaikan kadar kotonin, metabolit nikotin, juga telah dikorelasikan dengan kenaikan insiden otitis media dengan efusi dan otitis media akut pada anak, menunjukkan bahwa pemajanan pasif terhadap asap sigaret menaikkan masalah telinga, mungkin karena berperan sebagai iritan terhadap epitel saluran pernapasan dan mempunyai pengaruh yang merugikan pada gerakan silia dan pembersihan mukosiliar. Anak dengan alergi yang terdokumentasi dengan baik tampak mempunyai insiden masalah telinga tengah berulang kira-kira sama, seperti mereka yang tanpa alergi. Namun, atas dasar individu, faktor alergi mungkin memaikan sebagai peran pada sekurang-kurangnya beberapa anak dengan infeksi telinga berulang.6Anak kecil mempunyai perkembangan sistem imun yang imatur, yang mungkin merupakan faktor lain yang menyebabkan insiden tinggi otitis pada kelompok umur ini, namun penelitian pemeriksaan kadar imunoglobulin kuantitatif dan kadar subkelas IgG telah menunjukkan tidak ada perbedaan antara anak dengan dan tanpa infeksi telinga berulang.6Manifestasi Klinis

Gejala klinis OMA (otitis media akut) tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien. Stadium penyakitnya terbagi atas 5 stadium yaitu : stadium oklusi tuba eustachius, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang di amati melalui liang telinga luar.

Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri didalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar, selain rasa nyeri terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,50C ( pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir keliang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang.

Stadium oklusi tuba eustachius: Tandanya Oklusi tuba eustachius, gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal ( tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar di bedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

Stadium hiperemis ( pre-supurasi): Pada stadium ini, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

Stadium supurasi: Terjadi edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, yang menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang maka terjadi iskemia, akibat terjadi tekanan-tekanan pada kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan tertutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur atau perforasi tidak mudah menutup kembali.

Stadium perforasi: Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.

Stadium resolusi: Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan ahkirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubaha menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk itu di berikan obat tetes hidung. HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak kurang dari 12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisioligik ( untuk anak umur 12 tahun dan orang dewasa). Selain itu sumber infeksi harus di obati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.

Terapi pada stadium pre-supurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal di berikan penisilin intramuskular agar di dapatkan konsentrasi yang adekuat didalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap panisilin, maka di berikan eritromisi. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB/hari, dibagi dalm 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari.

Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringitomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejal klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir diliang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat di lanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah:6,7 Imunisasi dengan vaksin pneumococcus polivalen dapat efektif pada anak yang lebih dari 2 tahun.

Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak

Menghilangkan beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan insiden OMA berulang pada anak, dengan memperhatikan dan mengubah cara asuhan pada anak, yaitu : membiarkan anak untuk hidup di ruang yang bebas dari tembakau/rokok dan menghentikan penggunaan botol pada anak yang berumur lebih dari 1 tahun dan usahakan untuk memberikan makan atau meminum susu dalam posisi duduk.

Pencegahan yang paling potensial adalah mengganti gula alami dengan xylitol. Penelitian menunjukkan permen karet, tablet dan sirup yang mengandung xylitol dapat mengurangi terjadinya OMA sampai 25%.

Pada anak dengan OMA berulang, melakukan adenoctomy. Namun keberhasilan terapi ini belum dapat dipastikan Prognosis

Angka kematian dari OMA jarang di era kedokteran modern. Dengan terapi antibiotik yang efektif, tanda-tanda sistemik demam dan kelemahan seharusnya mulai menghilang, bersama dengan rasa sakit lokal, dalam 48 jam. Anak-anak dengan kurang dari 3 episode dan kurang dari 3 kali serangan lebih mungkin untuk ditolong dengan antibiotik. Biasanya, pasien akhirnya dapat memulihkan gangguan pendengaran konduktif yang terkait dengan OMA.8Efusi telinga tengah dan gangguan pendengaran konduktif dapat tetap ada selama terapi, 70% anak-anak masih memiliki efusi telinga tengah setelah 14 hari, 50% setelah 1bulan, 20% setelah 2 bulan, dan 10 % setelah 3 bulan, terlepas dari terapi.8Komplikasi

Otitis media akut yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.Komplikasi yang serius adalah : Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis), Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler) Kelumpuhan pada wajah, Tuli, Peradangan pada selaput otak (meningitis) Abses otak dengan tandanya : sakit kepala, tuli yang terjadi secara mendadak, vertigo (perasaan berputar), demam dan menggigil.2.5 Diagnosis Banding

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan ialah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita penyakit-penyakit bila tidak diobati dengan benar dan baik dapat mengakibat kematian. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

Gejala klinis ISPA Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.

Otitis media akut stadium perforasi.

Otitis media subakut.1: Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut

Otitis media supuratif kronik.1: Bila perforasi menetap dan sekret keluar terus-menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah lebih dari dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK). Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk

Otitis media serosa akut.1Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba, kedaan ini dapat disebabkan antara lain oleh :

Sumbatan tuba, pada keadaan tersebut terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba seperti pada barotraumas.

Virus, terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan napas atas.

Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan alergi pada jalan napas atas.

Idiopatik.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan Anak anak di bawah usia 5 tahun paling sering terkena penyakit otitis media akut. Untuk itu bagi setiap orang tua harus lebih peka untuk memperhatikan setiap gejala sakit yang timbul pada anak, agar segera di periksa dan di obati. Maka tidak terjadi komplikasi yang berat.

Sesuai dengan kasus yang kita bahas bersama maka, hipotesis tentang anak tersebut ialah benar bahwa menderita penyakit otitis media akut pada stadium supurasi.3.2 Daftar Pustaka

1. Sopardi AE, dkk. Buku Ajar ilmu kesehatan: telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher.Edisi 6. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2007. Hal 1-6, 16-7, 29, 33-8, 64-72

2. Brenda Liz Natal . Emergent management of acute otitis media. 29 Juli 2011. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/764006-overview#aw2aab6b6, 9 Maret 20123. P. van den Broek, L. Feenstra; Buku saku ilmu kesehatan, hidung, dan telinga. Edisi 12. Jakarta: EGC, 2009. Hal 1-2

4. Bickley LS, Bates. Buku ajar pemeriksaan fisik dan kesehatan. Edisi 8. Jakarta: EGC; 2009. Hal 327-9, 81-3

5. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005. Hal 46

6. Richard E, Behrman, Robert M; editor. Ilmu kesehatan anak nelson. Volume 3. Jakarta ; EGC. 2006. Hal 2196-2212

7. Muhammad Waseem. Otitis media treatment and management. 8 December 2010. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/994656 , 9 Maret 2012.

8. John D Donaldson. Acute otitis media. 6 December 2011. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/859316-overview, 9 Maret 20121