berita negara republik indonesia - kemhan.go.id · berita acara rapat pleno kpu nomor :...

91
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.136, 2011 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Pengisian Keanggotaan. DPRD. Pedoman. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI ATAU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN INDUK DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI ATAU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG DIBENTUK SETELAH PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pengaturan mengenai jumlah, mekanisme, dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah penyelenggaraan pemilu sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang pembentukan Provinsi atau Kabupaten/Kota, ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 297 ayat (5), Pasal 348 ayat (5) dan Pasal 403 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah www.djpp.kemenkumham.go.id

Upload: vuongdung

Post on 08-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.136, 2011 KOMISI PEMILIHAN UMUM. PengisianKeanggotaan. DPRD. Pedoman.

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

NOMOR 01 TAHUN 2011

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PENGISIAN

KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHPROVINSI ATAU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN INDUK DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHPROVINSI ATAU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN/KOTA YANG DIBENTUK SETELAHPENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

Menimbang : a. bahwa pengaturan mengenai jumlah, mekanisme, dantata cara pengisian keanggotaan Dewan PerwakilanRakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kabupaten/Kota yang dibentuk setelahpenyelenggaraan pemilu sebagaimana dimaksud dalamundang-undang tentang pembentukan Provinsi atauKabupaten/Kota, ditetapkan sesuai dengan peraturanperundangundangan;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 297 ayat (5),Pasal 348 ayat (5) dan Pasal 403 Undang-Undang Nomor27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 2

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Komisi PemilihanUmum perlu mengatur lebih lanjut mengenai pengisianKeanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsidan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten indukserta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi danDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota padaProvinsi atau Kabupaten/Kota yang dibentuk setelahpenyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2009;

c. bahwa sesuai perkembangan dan permasalahan dalampelaksanaan penataan keanggotaan Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota pada Kabupaten/Kota yang dibentuksetelah penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2004dan belum dilakukan pengisian sampai denganpenyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2009, perlumenyempurnakan ketentuan yang diatur dalamPeraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 61 Tahun2009 dengan mengganti Peraturan Komisi PemilihanUmum Nomor 61 Tahun 2009;

d. bahwa berdasarkan hal tersebut pada huruf a, huruf b danc, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1)huruf t dan Pasal 117 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang PenyelenggaraPemilihan Umum, perlu menetapkan Peraturan KomisiPemilihan Umum tentang Pedoman Teknis Tata CaraPengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan RakyatDaerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten Induk Dan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahProvinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota Yang Dibentuk Setelah PenyelenggaraanPemilihan Umum;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang OtonomiKhusus Bagi Provinsi Papua sebagaimana diubah denganUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, TambahanLembaran Negara Nomor 4884);

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.1363

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 98, Tambahan LembaranNegara Nomor 4316);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentangPemerintahan Aceh (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan LembaranNegara Nomor 4633);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentangPenyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 57, TambahanLembaran Negara Nomor 4721);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentangPemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 51, Tambahan Lembaga NegaraNomor 4836);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2009 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum AnggotaDewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, danDewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara,Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 41, TambahanLembaga Negara Nomor 4986);

8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MajelisPermusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 123);

9. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/PMK/2005tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara PengujianUndang-Undang;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 4

10. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun2008 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum,Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan KomisiPemilihan Umum Kabupaten/Kota sebagaimana diubahdengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21Tahun 2008 dan Peraturan Komisi Pemilihan UmumNomor 37 Tahun 2008;

11. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun2008 tentang Struktur Organisasi Sekretariat JenderalKomisi Pemilihan Umum, Sekretariat KomisiPemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat KomisiPemilihan Umum Kabupaten/Kota sebagaimana diubahdengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 22Tahun 2008 dan Peraturan Komisi Pemilihan UmumNomor 01 Tahun 2010;

12. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun2008 tentang Pedoman Penetapan Alokasi Kursi danDaerah Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009;

13. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun2008 tentang Pedoman Teknis Pencalonan AnggotaDewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan RakyatDaerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota dalam Pemilihan Umum Tahun 2009;

14. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 46 Tahun2008 tentang Pedoman Teknis PelaksanaanRekapitulasi Penghitungan Hasil Perolehan Suara diKecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi Serta TingkatNasional Dalam Pemilihan Umum Anggota DewanPerwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, DewanPerwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota Tahun 2009;

15. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan danPengumuman Hasil pemilu, Tata Cara PenetapanPerolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih, danPenggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.1365

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/KotaTahun 2009 sebagaimana diubah dengan PeraturanKomisi Pemilihan Umum Nomor 26 Tahun 2009 danPeraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 60 Tahun2009;

Memperhatikan : 1. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor : 255/Kpts/KPU/Tahun 2009 tentang Penetapan danPengumuman Hasil Pemilihan Umum Anggota DewanPerwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, DewanPerwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota SecaraNasional Dalam Pemilihan Umum 2009 sebagaimanadiubah dengan Keputusan Komisi Pemilihan UmumNomor : 396/Kpts/ KPU/Tahun 2009;

2. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor: 153/SK/KPU/Tahun 2008 sampai dengan Nomor:185/SK/KPU/Tahun 2008 tentang Penetapan DaerahPemilihan, Jumlah Penduduk, dan Jumlah KursiAnggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsidan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/KotaDalam Pemilihan Umum Tahun 2009;

3. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 22-24/PUU-VI/2008 tanggal 24 Desember 2008;

4. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 110-111-112-113/PUUVII/2009 tanggal 6 Agustus 2009;

5. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 124/PUU-VII/2009 tanggal 26 Agustus 2010;

6. Berita Acara Rapat Pleno KPU Nomor : 05/BA/II/2010tanggal 23 Februari 2010;

7. Berita Acara Rapat Pleno KPU Nomor : 23/BA/XI/ 2010tanggal 1 November 2010;

8. Berita Acara Rapat Pleno KPU Nomor : 03/BA/I/2011 tanggal 2011.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 6

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANGPEDOMAN TEKNIS TATA CARA PENGISIANKEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYATDAERAH PRO VINSI ATAU DEWAN PERWAKILANRAKYAT DAERAH KABUPATEN INDUK DANDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSIATAU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN/KOTA YANG DIBENTUK SETELAHPENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM.

BAB I

KETENTUAN UMUMPasal 1

Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan :

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 adalah Undang-Undang Nomor 10Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 adalah Undang-Undang Nomor 27Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan PerwakilanRakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

3. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah saranapelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung,umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan RepublikIndonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

4. Komisi Pemilihan Umum selanjutnya disebut KPU, adalah lembagapenyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandirisebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentangPenyelenggara Pemilihan Umum.

5. Komisi Pemilihan Umum provinsi dan Komisi Pemilihan Umumkabupaten/kota yang selanjutnya disebut KPU provinsi dan KPUkabupaten/kota adalah penyelenggara Pemilihan Umum di provinsi dankabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 22Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.1367

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi pada provinsi induk yangselanjutnya disebut DPRD provinsi induk, adalah DPRD provinsi yangkeanggotaanya dipilih melalui Pemilu Tahun 2009.

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten pada kabupaten induk yangselanjutnya disebut DPRD kabupaten induk, adalah DPRD kabupaten yangkeanggotaannya dipilih melalui Pemilu Tahun 2009.

8. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi yang dibentuk setelah pemilu,selanjutnya disebut DPRD provinsi pemekaran adalah DPRD provinsi padaprovinsi yang dibentuk setelah Pemilu Tahun 2004 dan belum dilakukanpengisian keanggotaan DPRD provinsi pemekaran sampai denganpenyelenggaraan Pemilu Tahun 2009 karena memenuhi ketentuan Pasal108 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan danKedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta DPRD provinsi padaprovinsi yang dibentuk setelah Pemilu Tahun 2009 yang keanggotaannyadiisi berdasarkan hasil Pemilu Tahun 2009.

9. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang dibentuk setelahpemilu, selanjutnya disebut DPRD kabupaten/kota pemekaran adalahDPRD kabupaten/kota pada kabupaten/kota yang dibentuk setelah PemiluTahun 2004 dan belum dilakukan pengisian keanggotaan DPRDkabupaten/kota pemekaran sampai dengan penyelenggaraan Pemilu Tahun2009 karena memenuhi ketentuan Pasal 108 ayat (4) Undang-UndangNomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPDdan DPRD, serta DPRD kabupaten/kota pada kabupaten/kota yangdibentuk setelah Pemilu Tahun 2009 yang keanggotaannya diisiberdasarkan hasil Pemilu Tahun 2009.

10. Provinsi pemekaran adalah provinsi yang dibentuk setelah Pemilu Tahun2004 dan berdasarkan ketentuan Pasal 108 ayat (4) Undang-UndangNomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPDdan DPRD tidak dilakukan pengisian anggota DPRD provinsi pemekaransampai dengan penyelenggaraan Pemilu Tahun 2009, serta provinsi yangdibentuk setelah Pemilu Tahun 2009, yang wilayahnya meliputi sebagiankabupaten/kota dari provinsi induk sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pembentukan Provinsi.

11. Kabupaten/kota pemekaran adalah kabupaten/kota yang dibentuk setelahPemilu Tahun 2004 dan berdasarkan ketentuan Pasal 108 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,DPR, DPD dan DPRD tidak dilakukan pengisian anggota DPRD

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 8

kabupaten/kota pemekaran sampai dengan penyelenggaraan Pemilu Tahun2009, serta kabupaten/kota yang dibentuk setelah Pemilu Tahun 2009, yangwilayahnya meliputi sebagian kecamatan dari kabupaten induksebagaimana dimaksud dalam UndangUndang tentang PembentukanKabupaten/Kota.

12. Provinsi induk adalah provinsi yang sebagian kabupaten/kotanya tidakmenjadi bagian wilayah provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang tentang Pembentukan Provinsi.

13. Kabupaten induk adalah kabupaten yang sebagian kecamatannya tidakmenjadi bagian wilayah kabupaten/kota pemekaran sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang tentang Pembentukan Kabupaten/Kota.

14. Pimpinan partai politik adalah dewan pimpinan partai politik tingkatprovinsi atau tingkat kabupaten/kota yaitu ketua dan sekretaris DewanPimpinan Daerah/Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Cabangyang selanjutnya disingkat DPD/DPW, dan DPC atau sebutan lainnya yangsetara di provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangan berdasarkanAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai politik yangbersangkutan.

15. Daftar Calon Tetap DPRD provinsi, selanjutnya disebut DCT DPRDprovinsi adalah daftar calon tetap anggota DPRD provinsi Pemilu Tahun2009 yang digunakan sebagai dasar pengajuan calon dan penetapan calonterpilih dalam penataan keanggotaan DPRD provinsi induk dan pengisiankeangotaan DPRD provinsi pemekaran yang merupakan satu kesatuan.

16. Daftar Calon Tetap DPRD kabupaten/kota, selanjutnya disebut DCT DPRDkabupaten/kota adalah daftar calon tetap anggota DPRD kabupaten PemiluTahun 2009 yang digunakan sebagai dasar pengajuan calon dan penetapancalon terpilih dalam penataan keanggotaan DPRD kabupaten induk danpengisian keangotaan DPRD kabupaten/kota pemekaran yang merupakansatu kesatuan.

17. Bilangan Pembagi Pemilihan, selanjutnya disebut BPP adalah bilanganyang diperoleh dari hasil pembagian jumlah suara sah seluruh partai politikdan suara sah calon dengan jumlah kursi di tiap daerah pemilihan, untukmenentukan jumlah perolehan kursi masing-masing partai politik setiapdaerah pemilihan di provinsi atau kabupaten/kota induk dan provinsi ataukabupaten/kota pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.1369

Pasal 2

Dalam proses penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupateninduk, dan/atau pengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran, KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kotaberpedoman pada azas:

a. mandiri;

b. jujur;

c . adil;

d. kepastian hukum;

e. tertib penyelenggara pemilu;

f. kepentingan umum;

g. keterbukaan;

h. proporsionalitas;

i . profesionalitas;

j . akuntabilitas;

k. efisiensi; dan

l . efektivitas.

Pasal 3

Pengisian anggota DPRD provinsi/kabupaten/kota pemekaran dilaksanakanoleh KPU provinsi/kabupaten/kota induk.

Pasal 4

(1) Penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten indukmeliputi penentuan jumlah dan alokasi kursi tiap daerah pemilihan,perolehan suara partai politik peserta pemilu, perolehan suara anggotaDPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan perolehan suara calonanggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk, penentuan BPP,penetapan perolehan kursi partai politik peserta pemilu, dan penetapancalon terpilih anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk setiapdaerah pemilihan berdasarkan hasil Pemilu Tahun 2009.

(2) Penetapan jumlah dan alokasi kursi tiap daerah pemilihan anggota DPRDprovinsi atau DPRD kabupaten induk, berdasarkan data penduduk PemiluTahun 2009.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 10

Pasal 5

(1) Pengisian keanggotaan DPRD provinsi pemekaran pada provinsi yangdibentuk setelah penyelenggaraan Pemilu Tahun 2009, meliputi penetapandaerah pemilihan, penentuan jumlah dan alokasi kursi tiap derah pemilihan,perolehan suara partai politik peserta pemilu, perolehan suara anggotaDPRD provinsi dan perolehan suara calon anggota DPRD provinsipemekaran, penentuan BPP, penetapan perolehan kursi partai politikpeserta pemilu, dan penetapan calon terpilih anggota DPRD provinsipemekaran setiap daerah pemilihan, berdasarkan atas hasil Pemilu anggotaDPRD provinsi induk Tahun 2009.

(2) Pengisian keanggotaan DPRD kabupaten/kota pemekaran padakabupaten/kota yang dibentuk setelah Pemilu Tahun 2004 dan belumdilakukan pengisian keanggotaan DPRD kabupaten/kota pemekaran sampaidengan penyelenggaraan Pemilu Tahun 2009, meliputi penetapan daerahpemilihan, penentuan jumlah dan alokasi kursi tiap daerah pemilihan,perolehan suara partai politik peserta pemilu, perolehan suara anggotaDPRD kabupaten dan perolehan suara calon anggota DPRDkabupaten/kota pemekaran, penentuan BPP, penetapan perolehan kursipartai politik peserta pemilu, dan penetapan calon terpilih anggota DPRDkabupaten/kota pemekaran setiap daerah pemilihan, berdasarkan hasilPemilu anggota DPRD kabupaten induk Tahun 2009.

(3) Pengisian keanggotaan DPRD kabupaten/kota pemekaran padakabupaten/kota yang dibentuk setelah penyelenggaraan Pemilu Tahun2009, meliputi penetapan daerah pemilihan, penentuan jumlah dan alokasikursi tiap daerah pemilihan, perolehan suara partai politik peserta pemilu,perolehan suara anggota DPRD kabupaten, dan suara calon anggota DPRDkabupaten/kota pemekaran, penentuan bilangan pembagi pemilih,penetapan perolehan kursi partai politik peserta pemilu, dan penetapancalon terpilih anggota DPRD kabupaten/kota pemekaran setiap daerahpemilihan, berdasarkan atas hasil Pemilu anggota DPRD kabupaten indukTahun 2009.

Pasal 6

Penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk danpengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaranuntuk menentukan jumlah kursi dan alokasi kursi tiap daerah pemilihan DPRDprovinsi atau DPRD kabupaten induk dan jumlah kursi dan alokasi kursi tiapdaerah pemilihan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13611

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5, berdasarkan KeputusanKomisi Pemilihan Umum Nomor: 153/SK/KPU/Tahun 2008 sampai denganNomor: 185/SK/KPU/ Tahun 2008 tentang penetapan daerah pemilihan, jumlahpenduduk, dan jumlah kursi anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kotadalam Pemilu Tahun 2009.

Pasal 7

Penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk danpengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5, dilakukan oleh KPU provinsiatau KPU kabupaten induk, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 297 ayat (2)dan Pasal 348 ayat (2) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

Pasal 8

(1) Penataan keanggotaan DPRD provinsi induk dan pengisian keanggotaanDPRD provinsi pemekaran pada provinsi yang dibentuk setelah PemiluTahun 2009, dilakukan sampai dengan 12 (dua belas) bulan sebelumpelaksanaan Pemilu Tahun 2014 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 397ayat (3) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

(2) Penataan keanggotaan DPRD kabupaten induk dan pengisian keanggotaanDPRD kabupaten/kota pemekaran bagi kabupaten/kota yang dibentuksetelah Pemilu Tahun 2009, dilakukan sampai dengan 12 (dua belas) bulansebelum pelaksanaan Pemilu Tahun 2014, sebagaimana dimaksud dalamPasal 348 ayat (3) dan Pasal 403 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

Pasal 9

Untuk pertama kali dalam penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran, calon anggota DPRD provinsi atau DPRDkabupaten dalam DCT DPRD provinsi atau DCT DPRD kabupaten indukPemilu Tahun 2009, dapat diajukan menjadi calon anggota DPRD provinsi atauDPRD kabupaten induk atau DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kotapemekaran.

Pasal 10

Masa jabatan anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran,berakhir bersamasama dengan anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupateninduk hasil Pemilu Tahun 2009, yaitu pada saat anggota DPRD provinsi atauDPRD kabupaten induk hasil Pemilu Tahun 2009 mengucapkan sumpah/janji,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 297 ayat (4) dan Pasal 348 ayat (4)Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 12

Pasal 11

(1) KPU provinsi induk menetapkan partai politik peserta Pemilu Tahun 2009yang memperoleh kursi berdasarkan hasil penataan perhitungan perolehankursi anggota DPRD provinsi induk dan hasil perhitungan perolehan kursianggota DPRD provinsi pemekaran.

(2) Partai politik yang memperoleh kursi berdasarkan hasil penataanperhitungan perolehan kursi anggota DPRD provinsi induk dan hasilperhitungan perolehan kursi anggota DPRD provinsi pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (1), berhak mengajukan calon anggotaDPRD provinsi induk dan anggota DPRD provinsi pemekaran.

(3) KPU kabupaten induk menetapkan partai politik peserta Pemilu Tahun2009 yang memperoleh kursi berdasarkan hasil penataan perhitunganperolehan kursi anggota DPRD kabupaten induk dan hasil perhitunganperolehan kursi anggota DPRD kabupaten/kota pemekaran.

(4) Partai politik yang memperoleh kursi berdasarkan hasil penataanperhitungan perolehan kursi anggota DPRD kabupaten induk dan hasilperhitungan perolehan kursi anggota DPRD kabupaten/kota pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (3), berhak mengajukan calon anggotaDPRD kabupaten induk dan anggota DPRD kabupaten/kota pemekaran.

Pasal 12

(1) Daerah pemilihan anggota DPRD provinsi adalah kabupaten/kota ataugabungan kabupaten/kota sebagai daerah pemilihan.

(2) Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota adalah kecamatan ataugabungan kecamatan sebagai daerah pemilihan.

Pasal 13

(1) Jumlah kursi DPRD provinsi ditetapkan sekurang-kurangnya 35 (tiga puluhlima) kursi dan sebanyak-banyaknya 100 (seratus) kursi.

(2) Jumlah kursi DPRD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),didasarkan pada jumlah penduduk provinsi yang bersangkutan denganketentuan:

a. Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 1.000.000 (satu juta)jiwa memperoleh alokasi 35 (tiga puluh lima) kursi;

b. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta)sampai dengan 3.000.000 (tiga juta) jiwa memperoleh alokasi 45 (empatpuluh lima) kursi;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13613

c. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 3.000.000 (tigajuta) sampaidengan 5.000.000 (lima juta) jiwa memperoleh alokasi 55 (lima puluhlima) kursi;

d. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 (lima juta)sampai dengan 7.000.000 (tujuh juta) jiwa memperoleh alokasi 65(enam puluh lima) kursi;

e. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 7.000.000 (tujuh juta)sampai dengan 9.000.000 (sembilan juta) jiwa memperoleh alokasi 75(tujuh puluh lima) kursi;

f. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 9.000.000 (sembilan juta)sampai dengan 11.000.000 (sebelas juta) jiwa memperoleh alokasi 85(delapan puluh lima) kursi; dan

g. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 11.000.000 (sebelas juta)jiwa memperoleh alokasi 100 (seratus) kursi.

Pasal 14

(1) Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota ditetapkan sekurang-kurangnya 20(dua puluh) kursi dan sebanyak-banyaknya 50 (lima puluh) kursi.

(2) Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),didasarkan pada jumlah penduduk kabupaten/kota yang bersangkutandengan ketentuan:

a. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 100.000(seratus ribu) jiwa memperoleh alokasi 20 (dua puluh) kursi;

b. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 (seratusribu) sampai dengan 200.000 (dua ratus ribu) jiwa memperoleh alokasi25 (dua puluh lima) kursi;

c. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 200.000 (dua ratusribu) sampai dengan 300.000 (tiga ratus ribu) jiwa memperoleh alokasi30 (tiga puluh) kursi;

d. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 (tiga ratusribu) sampai dengan 400.000 (empat ratus ribu) jiwa memperolehalokasi 35 (tiga puluh lima) kursi;

e. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000 (empat rausribu) sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa memperoleh alokasi40 (empat puluh) kursi;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 14

f. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu)sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa memperoleh alokasi 45(delapan puluh lima) kursi; dan

g. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta)jiwa memperoleh alokasi 50 (lima puluh) kursi.

BAB IIPENYELENGGARA

Bagian Pertama

Komisi Pemilihan Umum Provinsi danKomisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota

Pasal 15

(1) KPU menerima dan mengolah data wilayah administrasi pemerintahankabupaten/ kecamatan/desa/kelurahan dari KPU provinsi dan KPUkabupaten induk dalam penataan daerah pemilihan anggota DPRD provinsiatau DPRD kabupaten induk dan penetapan daerah pemilihan dalampengisian anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran.

(2) KPU melakukan supervisi dan bimbingan teknis kepada KPU provinsi danKPU kabupaten induk dalam pelaksanaan penataan keanggotaan DPRDprovinsi atau DPRD kabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRDprovinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran.

(3) KPU mengoordinasikan dan memantau pelaksanaan penataan keanggotaanDPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan pengisian keanggotaanDPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran.

(4) KPU melakukan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat untukkelancaran pelaksanaan penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran.

(5) KPU menetapkan jumlah dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan dalampenataan anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk danpengisian anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekarandengan Keputusan KPU.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13615

Bagian KeduaKomisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten IndukPasal 16

(1) KPU provinsi dan KPU kabupaten induk melaksanakan penataankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran.

(2) Pelaksanaan penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupateninduk dan pengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandalam tiga tahap, yaitu:

a. tahap persiapan;

b. tahap pelaksanaan;dan

c. tahap penyelesaian.

Pasal 17

(1) Dalam tahap persiapan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (2)huruf a, KPU provinsi dan KPU kabupaten induk bertugas:

a. melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkaituntuk kelancaran penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran;

b. menyusun dan menetapkan jadwal pelaksanaan penataan keanggotaanDPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan pengisian keanggotaanDPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran;

c. menyusun dan menetapkan rencana kebutuhan anggaran penataankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran;

d. menyampaikan data wilayah administrasi pemerintahan kabupaten/kecamatan/ desa/kelurahan kepada KPU sebagai bahan penyusunanKeputusan KPU tentang penetapan daerah pemilihan, dan jumlah kursianggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan DPRDprovinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran;

(2) Dalam tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (2)huruf b, KPU provinsi dan KPU kabupaten induk bertugas:

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 16

a. melaksanakan penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupateninduk dan pengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran untuk setiap daerah pemilihan berdasarkanKeputusan KPU sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan Pasal 15 ayat (5);

b. menyusun dan menetapkan penataan perolehan suara tiap partai politik,perolehan suara anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten, dansuara calon anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk setiapdaerah pemilihan berdasarkan hasil Pemilu anggota DPRD provinsi atauDPRD kabupaten induk Tahun 2009;

c. menetapkan hasil penghitungan perolehan suara tiap partai politik,perolehan suara anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten dansuara calon anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kotapemekaran setiap daerah pemilihan berdasarkan hasil Pemilu anggotaDPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk Tahun 2009;

d. menentukan BPP untuk tiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsiatau DPRD kabupaten induk dan anggota DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran;

e. menetapkan perolehan kursi partai politik dan calon terpilih anggotaDPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk;

f. menetapkan perolehan kursi partai politik dan calon terpilih anggotaDPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran;

g. meneliti kelengkapan dan keabsahan pemenuhan syarat calon anggotaDPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan DPRD provinsi atauDPRD kabupaten/kota pemekaran;

h. menetapkan DCT DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk PemiluTahun 2009 sebagai DCT DPRD provinsi atau DPRD kabupaten indukdan DCT DPRD provinsi atau DCT DPRD kabupaten/kota pemekaransebagai satu kesatuan;

i. menyampaikan pemberitahuan nama calon terpilih anggota DPRDprovinsi atau DPRD kabupaten induk hasil penataan keanggotaanDPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan calon terpilih anggotaDPRD provinsi atau DPRD kabupaten pemekaran kepada calon terpilihyang bersangkutan melalui pimpinan partai politik;

j. menyampaikan nama-nama calon terpilih anggota DPRD provinsi indukhasil penataan keanggotaan DPRD provinsi induk dan calon terpilihanggota DPRD provinsi pemekaran kepada Menteri Dalam NegeriRepublik Indonesia melalui gubernur di provinsi induk dan melaluipejabat gubernur provinsi pemekaran;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13617

k. menyampaikan nama-nama calon terpilih anggota DPRD kabupateninduk hasil penataan keanggotaan DPRD kabupaten induk dan calonterpilih anggota DPRD kabupaten/kota pemekaran kepada gubernurmelalui bupati kabupaten induk dan melalui pejabat bupati/walikota dikabupaten/kota pemekaran;

l. mengumumkan nama-nama calon terpilih anggota DPRD provinsi atauDPRD kabupaten induk dan nama-nama calon terpilih anggota DPRDprovinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran di papan pengumumanyang mudah dilihat dan dijangkau masyarakat.

(3) Dalam tahap penyelesaian sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (2)huruf c, KPU provinsi dan KPU kabupaten induk bertugas:

a. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan penataankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekarankepada KPU dan KPU provinsi;

b. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangankepada pemerintah daerah.

Bagian Ketiga

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi danSekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota

Pasal 18

KPU provinsi atau KPU kabupaten induk dalam melaksanakan penataankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dibantu oleh sekretariat KPU provinsiatau sekretariat KPU kabupaten induk.

Pasal 19

(1) Sekretariat KPU provinsi atau KPU kabupaten induk dalam membantutugas KPU provinsi atau KPU kabupaten induk sebagaimana dimaksudPasal 18, secara administratif bertanggung jawab kepada SekretarisJenderal KPU.

(2) Sekretariat KPU provinsi atau KPU kabupaten induk dalam membantutugas KPU provinsi atau KPU kabupaten induk sebagaimana dimaksudPasal 18, secara teknis operasional bertanggung jawab kepada KPUprovinsi atau KPU kabupaten induk.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 18

Pasal 20

Sekretariat KPU provinsi atau KPU kabupaten induk dalam membantu tugasKPU provinsi dan KPU kabupaten induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal18, menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan program dan anggaran penataan keanggotaan DPRD provinsiatau DPRD kabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD provinsiatau DPRD kabupaten/kota pemekaran;

b. fasilitasi teknis penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran;

c. pemberian pelayanan administrasi yang meliputi ketatausahaan,kepegawaian, anggaran dan perlengkapan;

d. fasilitasi penyusunan dan perumusan penyelesaian masalah hukum dansengketa hukum;

e. fasilitasi pelayanan informasi, partisipasi masyarakat, dan penyelenggaraanhubungan masyarakat;

f. pengelola dan pemelihara data penataan keanggotaan DPRD provinsi atauDPRD kabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD provinsi atauDPRD kabupaten/kota pemekaran;

g. pengelola dan pendistribusian kebutuhan logistik keperluan penataankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten/kota pemekaran;

h. fasilitasi kerjasama antar lembaga;

i. penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan pertanggungjawabanpelaksanaan penataan keanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupateninduk, dan pengisian keanggotaan DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran oleh KPU provinsi atau KPU kabupaten induk.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13619

BAB III

PENATAAN KEANGGOTAANDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI ATAU

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN INDUK

Bagian PertamaKeanggotaan

Pasal 21

Keanggotaan DPRD provinsi induk setelah dilakukan penataan jumlah danalokasi kursi tiap daerah pemilihan sebagai akibat pembentukan provinsipemekaran, terdiri dari :

a. Anggota DPRD provinsi hasil Pemilu Tahun 2009 yang mewakili daerahpemilihan yang kabupaten/kotanya tetap menjadi bagian wilayah diprovinsi induk;

b. Anggota DPRD provinsi hasil Pemilu Tahun 2009 yang mewakili daerahpemilihan yang sebagian kabupaten/kotanya masih tetap menjadi bagianwilayah di provinsi induk dan dijamin kedudukannya sebagai anggotaDPRD provinsi induk, karena berdasarkan penataan penghitungan kursi didaerah pemilihan tersebut, jumlah kursi yang diperoleh partai politik yangdiwakilinya lebih banyak dari pada jumlah kursi yang diperolehberdasarkan hasil Pemilu Tahun 2009;

c. Anggota DPRD provinsi hasil Pemilu Tahun 2009 yang mewakili daerahpemilihan yang sebagian kabupaten/kotanya masih tetap menjadi bagianwilayah di provinsi induk dan dijamin kedudukannya sebagai anggotaDPRD provinsi induk, karena berdasarkan penataan penghitungan kursi didaerah pemilihan tersebut, jumlah kursi yang diperoleh partai politik yangdiwakilinya lebih sedikit dari pada jumlah kursi yang diperoleh berdasarkanhasil Pemilu Tahun 2009, dan anggota DPRD provinsi yang bersangkutanmemiliki suara lebih banyak di daerah pemilihan provinsi induk dan lebihbanyak dari pada anggota DPRD provinsi lain di daerah pemilihan tersebut;

d. Anggota DPRD provinsi induk yang ditetapkan menjadi calon terpilihmewakili daerah pemilihan yang sebagian kabupaten/kotanya masih tetapmenjadi bagian wilayah di provinsi induk, dan berdasarkan penataanpenghitungan perolehan kursi di daerah pemilihan tersebut, partai politikyang diwakilinya memperoleh tambahan sejumlah kursi lebih banyak daripada perolehan kursi hasil Pemilu Tahun 2009;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 20

e. Anggota DPRD provinsi yang ditetapkan menjadi calon terpilih mewakilidaerah pemilihan yang sebagian kabupaten/kotanya masih tetap menjadibagian wilayah di provinsi induk, dan berdasarkan penataan penghitunganperolehan kursi di daerah pemilihan tersebut, partai politik yangdiwakilinya memperoleh sejumlah kursi sedangkan berdasarkan hasilpenghitungan perolehan kursi hasil Pemilu Tahun 2009 tidak memperolehkursi.

Pasal 22

Keanggotaan DPRD kabupaten induk setelah dilakukan penataan jumlah danalokasi kursi tiap daerah pemilihan sebagai akibat pembentukan kabupaten/kotapemekaran, terdiri dari :

a. Seluruh kecamatan pada daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten indukPemilu Tahun 2009 menjadi bagian wilayah kabupaten/kota pemekaran;

b. Anggota DPRD kabupaten hasil Pemilu Tahun 2009 yang mewakili daerahpemilihan yang sebagian kecamatannya masih tetap menjadi bagianwilayah di kabupaten induk dan dijamin kedudukannya sebagai anggotaDPRD kabupaten induk, karena berdasarkan penataan alokasi kursi didaerah pemilihan tersebut, jumlah kursi yang diperoleh partai politik yangdiwakilinya lebih banyak dari pada jumlah kursi yang diperoleh bedasarkanhasil Pemilu Tahun 2009;

c. Anggota DPRD kabupaten hasil Pemilu Tahun 2009 yang mewakili daerahpemilihan yang sebagian kecamatannya masih tetap menjadi bagianwilayah di kabupaten induk dan dijamin kedudukannya sebagai anggotaDPRD kabupaten induk, karena berdasarkan penataan penghitungan kursidi daerah pemilihan tersebut, jumlah kursi yang diperoleh partai politikyang diwakilinya lebih sedikit dari pada jumlah kursi yang diperolehberdasarkan hasil Pemilu Tahun 2009, dan anggota DPRD provinsi yangbersangkutan memiliki suara lebih banyak di daerah pemilihan kabupateninduk dan lebih banyak dari pada anggota DPRD kabupaten lain di daerahpemilihan tersebut;

d. Anggota DPRD kabupaten induk yang ditetapkan menjadi calon terpilihmewakili daerah pemilihan yang sebagian kecamatannya masih tetapmenjadi bagian wilayah di kabupaten induk, dan berdasarkan penataanpenghitungan kursi di daerah pemilihan tersebut, partai politik yangdiwakilinya memperoleh tambahan sejumlah kursi lebih banyak dari padaperolehan kursi hasil Pemilu Tahun 2009;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13621

e. Anggota DPRD kabupaten yang ditetapkan menjadi calon terpilih mewakilidaerah pemilihan yang sebagian kecamatannya masih tetap menjadi bagianwilayah di kabupaten/kota induk, dan berdasarkan penataan penghitunganperolehan kursi di daerah pemilihan tersebut, partai politik yangdiwakilinya memperoleh sejumlah kursi sedangkan berdasarkan hasilpenghitungan perolehan kursi hasil Pemilu Tahun 2009 tidak memperolehkursi.

Pasal 23

(1) Anggota DPRD provinsi induk yang terpilih berdasarkan hasil PemiluTahun 2009, wajib pindah menjadi anggota DPRD provinsi pemekaran,apabila :

a. Seluruh kabupaten/kota pada daerah pemilihan anggota DPRD provinsiinduk Pemilu Tahun 2009 menjadi bagian wilayah provinsi pemekaran;

b. Partai politik yang diwakili oleh anggota DPRD provinsi yangbersangkutan tidak memperoleh kursi dalam penataan penghitungankursi, atau perolehan kursi partai politik lebih sedikit dari padaperolehan kursi hasil Pemilu Tahun 2009, dan anggota DPRD provinsiyang bersangkutan memperoleh suara lebih banyak di daerah pemilihanprovinsi pemekaran.

(2) Anggota DPRD provinsi induk yang wajib pindah sebagaimana dimaksudpada ayat (1), ditempatkan pada daerah pemilihan anggota DPRD provinsipemekaran yang kabupaten/kotanya semula tergabung dalam satu daerahpemilihan anggota DPRD provinsi induk Pemilu Tahun 2009 yangdiwakili.

Pasal 24

(1) Anggota DPRD kabupaten induk yang terpilih berdasarkan hasil PemiluTahun 2009, wajib pindah menjadi anggota DPRD kabupaten/kotapemekaran, apabila:

a. Seluruh kecamatan pada daerah pemilihan anggota DPRD kabupateninduk Pemilu Tahun 2009 menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran;

b. Partai politik yang diwakili oleh anggota DPRD kabupaten yangbersangkutan tidak memperoleh kursi dalam penataan penghitungankursi, atau perolehan kursi partai politik lebih sedikit dari padaperolehan kursi hasil Pemilu Tahun 2009, dan anggota DPRD kabupatenyang bersangkutan memperoleh suara lebih banyak di daerah pemilihankabupaten/kota pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 22

(2) Anggota DPRD kabupaten/kota induk yang wajib pindah sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ditempatkan pada daerah pemilihan anggota DPRDkabupaten/kota pemekaran yang kecamatannya semula tergabung dalamsatu daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten induk Pemilu Tahun 2009yang diwakili.

Bagian KeduaDaerah Pemilihan

Paragraf 1Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Induk

Pasal 25

(1) Dengan terbentuknya provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalamundang-undang tentang pembentukan provinsi, perlu menata kembalijumlah kursi anggota DPRD provinsi induk dan alokasi kursi setiap daerahpemilihan, serta komposisi perolehan kursi partai politik setiap daerahpemilihan anggota DPRD provinsi induk.

(2) Penataan jumlah kursi anggota DPRD provinsi induk dan alokasi kursisetiap daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidakdilakukan pemecahan daerah pemilihan.

(3) Penataan jumlah kursi anggota DPRD provinsi induk dan alokasi kursisetiap daerah pemilihan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkandengan Keputusan KPU.

Pasal 26

(1) Jumlah penduduk yang digunakan sebagai dasar dalam penetapan jumlahkursi anggota DPRD provinsi induk dan alokasi kursi setiap daerahpemilihan anggota DPRD provinsi induk, adalah jumlah penduduk dikabupaten/kota yang masih menjadi bagian wilayah provinsi induk.

(2) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan atasdata jumlah penduduk yang telah ditetapkan oleh KPU sebelumpenyelenggaraan Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2009sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 15 ayat (5).

(3) Jumlah penduduk di provinsi induk hasil penataan, diperoleh daripengurangan jumlah penduduk di provinsi induk sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dengan jumlah penduduk di kabupaten/kota yang menjadibagian wilayah provinsi pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13623

Pasal 27

Jumlah penduduk di provinsi induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat(2), digunakan sebagai dasar penentuan jumlah kursi anggota DPRD provinsiinduk dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi induk.

Pasal 28

(1) Penataan jumlah kursi anggota DPRD provinsi induk dan alokasi kursisetiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi induk sebagaimanadimaksud dalam Pasal 25, ditentukan:

a. kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan diprovinsi induk, dan seluruh kabupaten/kota pada daerah pemilihantersebut masih menjadi bagian wilayah provinsi induk, makakabupaten/kota pada daerah pemilihan provinsi induk tersebut, tetapditetapkan sebagai satu daerah pemilihan.

b. kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan diprovinsi induk, dan sebagian kabupaten/kota pada daerah pemilihantersebut menjadi bagian wilayah provinsi pemekaran, makakabupaten/kota yang masih menjadi bagian wilayah provinsi induk tetapditetapkan sebagai satu daerah pemilihan.

c. kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan diprovinsi induk, dan hanya terdapat satu kabupaten/kota pada daerahpemilihan tersebut yang masih menjadi bagian wilayah provinsi induk,maka kabupaten/kota tersebut tetap ditetapkan sebagai satu daerahpemilihan.

(2) Alokasi kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi induksebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan jumlahpenduduk di daerah pemilihan yang bersangkutan dibagi dengan bilanganpembagi penduduk.

(3) Bilangan pembagi penduduk sebagaimana dimakusud pada ayat (2),diperoleh dari hasil bagi jumlah penduduk di provinsi induk dengan jumlahkursi DPRD provinsi induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27.

(4) Apabila dalam pembagian kursi anggota DPRD provinsi induk padamasing-masing daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)masih terdapat sisa kursi yang belum teralokasi, maka sisa kursi tersebutdialokasikan kepada daerah pemilihan yang memiliki sisa penduduk palingbanyak secara berurut sampai sisa kursi DPRD provinsi induk tersebutterbagi habis.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 24

(5) Sisa kursi yang belum teralokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),diperoleh dari hasil pengurangan jumlah kursi DPRD provinsi induksebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dengan jumlah kursi yang sudahteralokasi pada seluruh daerah pemilihan.

Pasal 29

KPU menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi anggota DPRD provinsiinduk dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi induksebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dengan Keputusan KPU.

Paragraf 2Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Induk

Pasal 30

(1) Dengan terbentuknya kabupaten/kota pemekaran sebagaimana dimaksuddalam UndangUndang tentang Pembentukan Kabupaten/Kota, perlumenata kembali jumlah kursi anggota DPRD kabupaten induk dan alokasikursi setiap daerah pemilihan, serta komposisi perolehan kursi partai politiksetiap daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten induk.

(2) Penataan jumlah kursi anggota DPRD kabupaten induk dan alokasi kursisetiap daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidakdilakukan pemecahan daerah pemilihan.

(3) Penataan jumlah kursi anggota DPRD kabupaten induk dan alokasi kursisetiap daerah pemilihan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkandengan Keputusan KPU.

Pasal 31

(1) Jumlah penduduk yang digunakan sebagai dasar dalam penetapan jumlahkursi anggota DPRD kabupaten induk dan alokasi kursi setiap daerahpemilihan anggota DPRD kabupaten induk, adalah jumlah penduduk dikecamatan yang masih menjadi bagian wilayah kabupaten induk.

(2) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atasdata jumlah penduduk yang telah ditetapkan oleh KPU sebelumpenyelenggaraan Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2009sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 15 ayat (5).

(3) Jumlah penduduk di kabupaten induk hasil penataan, diperoleh daripengurangan jumlah penduduk di kabupaten induk sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dengan jumlah penduduk di kecamatan yang menjadi bagianwilayah kabupaten/kota pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13625

Pasal 32

Jumlah penduduk di kabupaten induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31ayat (2), digunakan sebagai dasar penentuan jumlah kursi anggota DPRDkabupaten induk dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRDkabupaten induk.

Pasal 33

(1) Penataan jumlah kursi anggota DPRD kabupaten induk dan alokasi kursisetiap daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten induk sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30, ditentukan:

a. Kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk, dan seluruh kecamatan pada daerah pemilihan tersebutmasih menjadi bagian wilayah kabupaten induk, maka kecamatan padadaerah pemilihan kabupaten induk tersebut, tetap ditetapkan sebagaisatu daerah pemilihan.

b. Kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk, dan sebagian kecamatan pada daerah pemilihantersebut menjadi bagian wilayah kabupaten/kota pemekaran, makakecamatan yang masih menjadi bagian wilayah kabupaten induk tetapditetapkan sebagai satu daerah pemilihan.

c. Kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk, dan hanya terdapat satu kecamatan pada daerahpemilihan tersebut yang masih menjadi bagian wilayah kabupateninduk, maka kecamatan tersebut tetap ditetapkan sebagai satu daerahpemilihan.

(2) Alokasi kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten induksebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan jumlahpenduduk di daerah pemilihan yang bersangkutan dibagi dengan bilanganpembagi penduduk.

(3) Bilangan pembagi penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diperolehdari hasil bagi jumlah penduduk di kabupaten induk dengan jumlah kursiDPRD kabupaten induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32.

(4) Apabila dalam pembagian kursi anggota DPRD kabupaten induk padamasing-masing daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)masih terdapat sisa kursi yang belum teralokasi, sisa kursi tersebutdialokasikan kepada daerah pemilihan yang memiliki sisa penduduk palingbanyak secara berurut sampai sisa kursi DPRD kabupaten induk tersebutterbagi habis.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 26

(5) Sisa kursi yang belum teralokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),diperoleh dari hasil pengurangan jumlah kursi DPRD kabupaten induksebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dengan jumlah kursi yang sudahteralokasi pada seluruh daerah pemilihan.

Pasal 34

KPU menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi anggota DPRD kabupateninduk dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD kabupateninduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dengan Keputusan KPU.

Bagian Ketiga

Pengajuan Calon Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atauDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Induk

Pasal 35

(1) Pengajuan calon anggota DPRD provinsi induk dalam penataankeanggotaan DPRD provinsi induk dilakukan, bilamana dalam penataanpenghitungan perolehan kursi terdapat partai politik yang tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil Pemilu Tahun 2009, tetapimemperoleh kursi berdasarkan penataan penghitungan kursi atau partaipolitik yang memperoleh tambahan kursi lebih banyak dari pada perolehankursi hasil Pemilu Tahun 2009.

(2) Pengajuan calon anggota DPRD provinsi induk sebagaimana dimaksudpada ayat (1), didasarkan atas dokumen pemenuhan syarat pengajuan calondan syarat calon pada penyelenggaraan Pemilu anggota DPRD provinsiinduk Tahun 2009.

Pasal 36

(1) Pengajuan calon anggota DPRD kabupaten induk dalam penataankeanggotaan DPRD kabupaten induk dilakukan, bilamana dalam penataanpenghitungan perolehan kursi terdapat partai politik yang tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil Pemilu Tahun 2009, tetapimemperoleh kursi berdasarkan penataan penghitungan kursi atau partaipolitik yang memperoleh tambahan kursi lebih banyak dari pada perolehankursi hasil Pemilu Tahun 2009.

(2) Pengajuan calon anggota DPRD kabupaten induk sebagaimana dimaksudpada ayat (1), didasarkan atas dokumen pemenuhan syarat pengajuan calondan syarat calon pada penyelenggaraan Pemilu anggota DPRD kabupateninduk Tahun 2009.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13627

Pasal 37

(1) DCT anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupaten pada Pemilu Tahun2009, digunakan sebagai dasar pengajuan calon dalam penataankeanggotaan DPRD provinsi atau DPRD kabupaten induk.

(2) Nama calon dalam DCT anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupatenpada Pemilu Tahun 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yangmewakili daerah pemilihan yang seluruh kabupaten/kotanya ataukecamatannya masih menjadi bagian wilayah provinsi atau kabupateninduk, hanya dapat diajukan sebagai calon anggota DPRD provinsi atauDPRD kabupaten induk.

(3) Nama calon dalam DCT anggota DPRD provinsi atau DPRD kabupatenpada Pemilu Tahun 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yangmewakili daerah pemilihan yang sebagian kabupaten/kotanya ataukecamatannya masih menjadi bagian wilayah provinsi atau kabupateninduk, dapat diajukan sebagai calon anggota DPRD provinsi atau DPRDkabupaten induk atau calon anggota DPRD provinsi atau DPRDkabupaten/kota pemekaran.

Pasal 38

(1) Kelengkapan syarat calon anggota DPRD provinsi Pemilu Tahun 2009yang telah dinyatakan memenuhi syarat oleh KPU provinsi induk, dantercantum dalam DCT DPRD provinsi Pemilu Tahun 2009, dinyatakantidak memenuhi syarat calon anggota DPRD provinsi induk, apabilaberdasarkan laporan masyarakat, keterangan dari instansi yang berwenang,putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,keterangan/keputusan pimpinan partai politik dan/atau hasil klarifikasiKPU provinsi induk terbukti bahwa calon yang bersangkutan tidak lagimemenuhi syarat calon.

(2) Kelengkapan syarat calon anggota DPRD kabupaten pada Pemilu Tahun2009 yang telah dinyatakan memenuhi syarat oleh KPU kabupaten induk,dan tercantum dalam DCT DPRD kabupaten pada Pemilu Tahun 2009,dinyatakan tidak memenuhi syarat calon anggota DPRD kabupaten induk,apabila berdasarkan laporan masyarakat, keterangan dari instansi yangberwenang, putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukumtetap, keterangan/keputusan pimpinan partai politik dan/atau hasilklarifikasi KPU kabupaten induk terbukti bahwa calon yang bersangkutantidak lagi memenuhi syarat calon.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 28

(3) Apabila terdapat nama calon yang tidak memenuhi syarat calonsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), KPU provinsi atau KPUkabupaten induk menyampaikan pemberitahuan kepada pimpinan partaipolitik yang bersangkutan.

Bagian KeempatPenataan Penghitungan Suara dan Penetapan Perolehan Kursi

Paragraf 1Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Induk

Pasal 39

(1) Penetapan penataan perolehan kursi setiap partai politik didasarkan atashasil penghitungan suara yang diperoleh masing-masing partai politik disetiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi induk.

(2) Hasil penghitungan suara partai politik di setiap daerah pemilihan anggotaDPRD provinsi induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkanatas hasil penghitungan perolehan suara anggota DPRD provinsi padaPemilu Tahun 2009.

(3) Penetapan hasil penghitungan perolehan suara anggota DPRD provinsiinduk, dan suara calon anggota DPRD provinsi induk di setiap daerahpemilihan, didasarkan atas hasil penghitungan perolehan suara anggotaDPRD provinsi induk dan perolehan suara calon anggota DPRD provinsipada Pemilu Tahun 2009.

(4) Penetapan hasil penghitungan suara partai politik, perolehan suara anggotaDPRD provinsi induk dan suara calon anggota DPRD provinsi induk, sertaperolehan kursi partai politik di setiap daerah pemilihan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan dalam rapat pleno KPUprovinsi induk, dihadiri oleh pimpinan partai politik.

Pasal 40

Dalam penataan penghitungan perolehan suara partai politik, perolehan suaraanggota DPRD provinsi induk, dan perolehan suara calon anggota DPRDprovinsi induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (4), KPU provinsiinduk melakukan:

a. Pemisahan perolehan suara partai politik, perolehan suara anggota DPRDprovinsi induk dan perolehan suara calon anggota DPRD provinsi indukpada kabupaten/kota yang masih menjadi bagian wilayah provinsi indukuntuk setiap daerah pemilihan;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13629

b. Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara partai politik, perolehansuara anggota DPRD provinsi induk dan perolehan suara calon anggotaDPRD provinsi induk yang telah dipisahkan sebagaimana dimaksud padahuruf a, untuk setiap daerah pemilihan ke dalam Formulir Lampiran ModelDC 1 DPRD Provinsi.

Pasal 41

Dalam melakukan rekapitulasi penataan hasil penghitungan suara partai politik,perolehan suara anggota DPRD provinsi induk, dan suara calon anggota DPRDprovinsi induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, perlu memperhatikan:

a. Apabila kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerahpemilihan di provinsi induk seluruhnya masih menjadi bagian wilayahprovinsi induk, maka perolehan suara partai politik di seluruhkabupaten/kota tersebut dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasilpenghitungan suara partai politik di daerah pemilihan anggota DPRDprovinsi induk;

b. Apabila kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerahpemilihan di provinsi induk seluruhnya masih menjadi bagian wilayahprovinsi induk, maka perolehan suara calon anggota DPRD provinsi indukdan perolehan suara anggota DPRD provinsi induk di seluruhkabupaten/kota tersebut dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasilpenghitungan suara calon anggota DPRD provinsi induk dan perolehansuara anggota DPRD provinsi induk di daerah pemilihan anggota DPRDprovinsi induk;

c. Apabila kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerahpemilihan di provinsi induk tidak seluruhnya menjadi bagian wilayahprovinsi induk, maka perolehan suara partai politik di kabupaten/kota yangmasih menjadi bagian wilayah provinsi induk dimasukkan ke dalamrekapitulasi hasil penghitungan suara partai politik di daerah pemilihananggota DPRD provinsi induk;

d. Apabila kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerahpemilihan di provinsi induk tidak seluruhnya menjadi bagian wilayahprovinsi induk, maka perolehan suara calon anggota DPRD provinsi indukdan perolehan suara anggota DPRD provinsi provinsi induk dikabupaten/kota yang masih menjadi bagian wilayah provinsi indukdimasukkan ke dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara calon anggotaDPRD provinsi induk dan perolehan suara anggota DPRD provinsi indukdi daerah pemilihan anggota DPRD provinsi induk.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 30

Pasal 42

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara partai politik, perolehan suaraanggota DPRD provinsi induk dan perolehan suara calon anggota DPRDprovinsi di provinsi induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41,dituangkan dalam Berita Acara rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPUprovinsi induk dalam penataan anggota DPRD provinsi induk (Model DCDPRD Provinsi) dan rincian perolehan suara partai politik, perolehan suaraanggota DPRD provinsi induk, dan perolehan suara calon anggota DPRDprovinsi induk (Lampiran Model DC 1 DPRD Provinsi).

Pasal 43

Setelah menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara partaipolitik, perolehan suara anggota DPRD provinsi induk, dan perolehan suaracalon anggota DPRD provinsi induk di provinsi induk sebagaimana dimaksuddalam Pasal 42, KPU provinsi induk menetapkan penghitungan perolehan kursisetiap partai politik di setiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi induk.

Pasal 44

Penetapan penghitungan perolehan kursi setiap partai politik pada setiap daerahpemilihan anggota DPRD provinsi induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal43, dilakukan dengan cara :

a. Tahap Pertama : 1) Menetapkan seluruh suara sah partai politik hasilpenataan penghitungan suara di daerah pemilihanDPRD provinsi induk;

2) Menetapkan angka BPP dengan cara membagiseluruh suara sah partai politik hasil penataan didaerah pemilihan DPRD provinsi induk sebagaimanadimaksud pada angka 1), dengan jumlah alokasikursi hasil penataan di daerah pemilihan tersebut;

3) Menetapkan perolehan kursi partai politik di setiapdaerah pemilihan, dengan cara membagi jumlahsuara sah yang diperoleh setiap partai poltik denganangka BPP sebagaimana dimaksud pada angka 2);

4) Apabila jumlah suara sah partai politik sama ataulebih besar dari pada angka BPP, partai politiktersebut diberikan sejumlah kursi dengankemungkinan masih terdapat sejumlah sisa suarapartai politik yang akan dihitung dalampenghitungan kursi Tahap Kedua;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13631

5) Apabila jumlah suara sah partai politik lebih kecildari pada angka BPP, partai politik yangbersangkutan tidak memperoleh kursi, sehinggajumlah suara sah partai politik tersebut dikategorikansebagai sisa suara partai politik yang akan dihitungdalam penghitungan kursi tahap kedua bersama-sama dengan sisa suara partai politik sebagaimanadimaksud pada angka 4), yaitu dalam hal masihterdapat sisa kursi di daerah pemilihan tersebut yangbelum terbagi.

b. Tahap kedua : Dilakukan dengan cara membagikan sisa kursi yangbelum terbagi sebagaimana dimaksud pada huruf aangka 5) satu demi satu berturut turut, dimulai daripartai politik yang mempunyai sisa suara paling banyaksampai sisa kursi tersebut habis dibagi.

c. Tahap Ketiga : 1) Menetapkan nama-nama partai politik yangmemperoleh kursi sebagimana dimaksud padahuruf a angka 4) dan huruf b;

2) Mencocokkan nama-nama partai politiksebagaimana dimaksud pada angka 1), dengan partaipolitik yang memperoleh kursi berdasarkan hasilpenghitungan perolehan kursi DPRD provinsi padaPemilu Tahun 2009;

3) Partai politik yang memperoleh kursi berdasarkanhasil penataan penghitungan perolehan kursisebagaimana dimaksud pada angka 1), danberdasarkan hasil pencocokan sebagaimanadimaksud pada angka 2) partai politik tersebut jugamemperoleh kursi berdasarkan hasil penghitunganperolehan kursi DPRD provinsi pada Pemilu Tahun2009, kursi partai politik yang bersangkutanditetapkan untuk tetap mewakili daerah pemilihanDPRD provinsi induk;

4) Partai politik yang memperoleh kursi berdasarkanhasil penataan penghitungan perolehan kursisebagaimana dimaksud pada angka 1), danberdasarkan hasil pencocokan sebagaimana

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 32

dimaksud pada angka 2) partai politik tersebut tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil penghitunganperolehan kursi DPRD provinsi pada Pemilu Tahun2009, kursi partai politik yang bersangkutanditetapkan untuk mewakili daerah pemilihan DPRDprovinsi induk;

5) Partai politik yang memperoleh kursi berdasarkanhasil penataan penghitungan perolehan kursisebagaimana dimaksud pada angka 1), danberdasarkan hasil pencocokan sebagaimanadimaksud pada angka 2) partai politik tersebutmemperoleh kursi kurang dari perolehan kursiberdasarkan hasil penghitungan perolehan kursiDPRD provinsi pada Pemilu 2009, kelebihan kursipartai politik yang bersangkutan ditetapkan untukdipindahkan mewakili daerah pemilihan DPRDprovinsi pemekaran;

6) Partai politik yang tidak memperoleh kursiberdasarkan hasil penataan penghitungan perolehankursi sebagaimana dimaksud pada angka 1), danberdasarkan hasil pencocokan sebagaimanadimaksud pada angka 2) partai politik tersebutmemperoleh kursi berdasarkan hasil penghitunganperolehan kursi DPRD provinsi pada Pemilu 2009,kursi partai politik yang bersangkutan ditetapkanuntuk dipindahkan mewakili daerah pemilihanDPRD provinsi pemekaran.

Pasal 45

Dalam penghitungan perolehan kursi partai politik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 44, perolehan suara anggota DPRD provinsi induk dan perolehansuara calon anggota DPRD provinsi induk, diikutsertakan/dimasukkan sebagaisuara partai politik.

Pasal 46

(1) Satu atau lebih kursi partai politik yang wajib pindah mewakili daerahpemilihan provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44huruf c angka 5) dan angka 6), berakibat terhadap anggota DPRD provinsiinduk hasil Pemilu 2009 di daerah pemilihan tersebut juga harus pindahmenjadi anggota DPRD provinsi pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13633

(2) Penentuan terhadap satu atau lebih anggota DPRD provinsi induk yangharus pindah menjadi anggota DPRD provinsi pemekaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1), didasarkan atas seberapa banyak perolehan suaraanggota DPRD provinsi yang bersangkutan diantara anggota DPRDprovinsi hasil Pemilu 2009 di daerah pemilihan provinsi induk danperolehan suara di daerah pemilihan provinsi pemekaran.

(3) Apabila perolehan suara anggota DPRD provinsi hasil Pemilu 2009 lebihbanyak di daerah pemilihan provinsi pemekaran sebagaimana dimaksudpada ayat (2), maka anggota DPRD provinsi yang bersangkutan wajibpindah menjadi anggota DPRD provinsi pemekaran.

Pasal 47

(1) Apabila jumlah partai politik yang mempunyai sisa suara sama lebihbanyak dari pada jumlah sisa kursi yang belum terbagi, sisa kursi tersebutdibagikan kepada partai politik yang memiliki suara yang lebih meratapenyebarannya di kabupaten/kota pada daerah pemilihan tersebut.

(2) Partai politik dinyatakan memiliki sebaran sisa suara sah lebih meratasebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila partai politik memiliki selisihsuara terkecil antara satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnyapada daerah pemilihan tersebut.

Paragraf 2Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Induk

Pasal 48

(1) Penetapan penataan perolehan kursi setiap partai politik didasarkan atashasil penghitungan suara yang diperoleh masing-masing partai politik disetiap daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten induk.

(2) Hasil penghitungan suara partai politik di setiap daerah pemilihan anggotaDPRD kabupaten induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkanatas hasil penghitungan perolehan suara anggota DPRD kabupaten padaPemilu 2009.

(3) Penetapan hasil penghitungan perolehan suara anggota DPRD kabupateninduk, dan suara calon anggota DPRD kabupaten induk di setiap daerahpemilihan, didasarkan atas hasil penghitungan perolehan suara anggotaDPRD kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRD kabupatenpada Pemilu 2009.

(4) Penetapan hasil penghitungan suara partai politik, perolehan suara anggotaDPRD kabupaten induk dan suara calon anggota DPRD kabupaten induk

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 34

serta perolehan kursi partai politik di setiap daerah pemilihan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan dalam rapat pleno KPUkabupaten induk, dihadiri oleh pimpinan partai politik.

Pasal 49

Dalam penataan penghitungan perolehan suara partai politik, perolehan suaraanggota DPRD kabupaten induk, dan perolehan suara calon anggota DPRDkabupaten induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (4), KPUkabupaten induk melakukan :

a. Pemisahan perolehan suara partai politik, perolehan suara anggota DPRDkabupaten induk, dan perolehan suara calon anggota DPRD kabupateninduk pada kecamatan yang masih menjadi bagian wilayah kabupaten/kotainduk untuk setiap daerah pemilihan;

b. Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara partai politik, perolehansuara anggota DPRD kabupaten induk, dan perolehan suara calon anggotaDPRD kabupaten induk yang telah dipisahkan sebagaimana dimaksud padahuruf a, untuk setiap daerah pemilihan ke dalam Formulir Lampiran ModelDB 1 DPRD Kabupaten/Kota.

Pasal 50

Dalam melakukan rekapitulasi penataan hasil penghitungan suara partai politik,perolehan suara anggota DPRD kabupaten induk, dan suara calon anggotaDPRD kabupaten induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, perlumemperhatikan :

a. Apabila kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk seluruhnya masih menjadi bagian wilayah kabupaten induk,perolehan suara partai politik di seluruh kecamatan tersebut dimasukkan kedalam rekapitulasi hasil penghitungan suara partai politik di daerahpemilihan anggota DPRD kabupaten induk;

b. Apabila kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk seluruhnya masih menjadi bagian wilayah kabupaten induk,perolehan suara calon anggota DPRD kabupaten induk dan perolehan suaraanggota DPRD kabupaten induk di seluruh kecamatan tersebut dimasukkanke dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara calon anggota DPRDkabupaten induk dan perolehan suara anggota DPRD kabupaten induk didaerah pemilihan anggota DPRD kabupaten induk;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13635

c. Apabila kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk tidak seluruhnya menjadi bagian wilayah kabupaten induk,perolehan suara partai politik di kecamatan yang masih menjadi bagianwilayah kabupaten induk dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasilpenghitungan suara partai politik di daerah pemilihan anggota DPRDkabupaten induk;

d. Apabila kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk tidak seluruhnya menjadi bagian wilayah kabupaten induk,perolehan suara calon anggota DPRD kabupaten induk dan perolehan suaraanggota DPRD kabupaten induk di kecamatan yang masih menjadi bagianwilayah kabupaten induk dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasilpenghitungan suara calon anggota DPRD kabupaten induk dan perolehansuara anggota DPRD kabupaten di daerah pemilihan anggota DPRDkabupaten induk.

Pasal 51

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara partai politik, perolehan suaracalon anggota DPRD kabupaten induk, dan perolehan suara calon anggotaDPRD kabupaten di kabupaten induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49dan Pasal 50, dituangkan dalam Berita Acara rekapitulasi hasil penghitungansuara di KPU kabupaten/kota induk dalam penataan anggota DPRD kabupateninduk (Model DB DPRD Kabupaten/Kota) dan rincian perolehan suara partaipolitik, perolehan suara anggota DPRD kabupaten induk, dan perolehan suaracalon anggota DPRD kabupaten induk (Lampiran Model DB 1 DPRDKabupaten/Kota).

Pasal 52

Setelah menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara partaipolitik, perolehan suara anggota DPRD kabupaten induk, dan perolehan suaracalon anggota DPRD kabupaten induk di kabupaten induk sebagaimanadimaksud dalam Pasal 51, KPU kabupaten induk menetapkan penghitunganperolehan kursi setiap partai politik pada setiap daerah pemilihan anggotaDPRD kabupaten induk.

Pasal 53

Penetapan penghitungan perolehan kursi setiap partai politik pada setiap daerahpemilihan anggota DPRD kabupaten/kota induk sebagaimana dimaksud dalamPasal 52, dilakukan dengan cara:

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 36

a. Tahap Pertama : 1) Menetapkan seluruh suara sah partai politik hasilpenataan penghitungan suara di daerah pemilihan DPRDkabupaten induk;

2) Menetapkan angka BPP dengan cara membagi seluruhsuara sah partai politik hasil penataan di daerahpemilihan DPRD kabupaten induk sebagaimanadimaksud pada angka 1), dengan jumlah alokasi kursihasil penataan di daerah pemilihan tersebut);

3) Menetapkan perolehan kursi partai politik di setiapdaerah pemilihan, dengan cara membagi jumlah suarasah yang diperoleh setiap partai politik dengan angkaBPP sebagaimana dimaksud pada angka 2);

4) Apabila jumlah suara sah partai politik sama atau lebihbesar dari pada angka BPP, partai politik tersebutdiberikan sejumlah kursi dengan kemungkinan masihterdapat sejumlah sisa suara partai politik yang akandihitung dalam penghitungan kursi Tahap Kedua;

5) Apabila jumlah suara sah partai politik lebih kecil daripada angka BPP, partai politik yang bersangkutan tidakmemperoleh kursi, sehingga jumlah suara sah partaipolitik tersebut dikategorikan sebagai sisa suara partaipolitik yang akan dihitung dalam penghitungan kursitahap kedua bersama-sama dengan sisa suara partaipolitik sebagaimana dimaksud pada angka 4), yaitudalam hal masih terdapat sisa kursi di daerah pemilihantersebut yang belum terbagi.

b. Tahap kedua : Dilakukan dengan cara membagikan sisa kursi yang belumterbagi sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 5) satudemi satu berturutturut, dimulai dari partai politik yangmempunyai sisa suara paling banyak sampai sisa kursitersebut habis dibagi.

c. Tahap Ketiga : 1) Menetapkan nama-nama partai politik yang memperolehkursi sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 4) danhuruf b;

2) Mencocokkan nama-nama partai politik sebagaimanadimaksud pada angka 1), dengan partai politik yangmemperoleh kursi berdasarkan hasil penghitunganperolehan kursi DPRD kabupaten Pemilu 2009;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13637

3) Partai politik yang memperoleh kursi berdasarkan hasilpenataan penghitungan perolehan kursi sebagaimanadimaksud pada angka 1), dan berdasarkan hasilpencocokan sebagaimana dimaksud pada angka 2) partaipolitik tersebut juga memperoleh kursi berdasarkan hasilpenghitungan perolehan kursi DPRD kabupaten Pemilu2009, kursi partai politik yang bersangkutan ditetapkanuntuk tetap mewakili daerah pemilihan DPRD kabupateninduk;

4) Partai politik yang memperoleh kursi berdasarkan hasilpenataan penghitungan perolehan kursi sebagaimanadimaksud pada angka 1), dan berdasarkan hasilpencocokan sebagaimana dimaksud pada angka 2) partaipolitik tersebut tidak memperoleh kursi berdasarkan hasilpenghitungan perolehan kursi DPRD kabupaten Pemilu2009, kursi partai politik yang bersangkutan ditetapkanuntuk mewakili daerah pemilihan DPRD kabupateninduk;

5) Partai politik yang memperoleh kursi berdasarkan hasilpenataan penghitungan perolehan kursi sebagaimanadimaksud pada angka 1), dan berdasarkan hasilpencocokan sebagaimana dimaksud pada angka 2) partaipolitik tersebut memperoleh kursi kurang dari perolehankursi berdasarkan hasil penghitungan perolehan kursiDPRD kabupaten Pemilu 2009, kelebihan kursi partaipolitik yang bersangkutan ditetapkan untuk dipindahkanmewakili daerah pemilihan DPRD kabupaten pemekaran;

6) Partai politik yang tidak memperoleh kursi berdasarkanhasil penataan penghitungan perolehan kursisebagaimana dimaksud pada angka 1), dan berdasarkanhasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada angka 2)partai politik tersebut memperoleh kursi berdasarkanhasil penghitungan perolehan kursi DPRD kabupatenPemilu 2009, kursi partai politik yang bersangkutanditetapkan untuk dipindahkan mewakili daerah pemilihanDPRD kabupaten/kota pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 38

Pasal 54

Dalam penghitungan perolehan kursi partai politik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 53, perolehan suara anggota DPRD kabupaten induk dan perolehansuara calon anggota DPRD kabupaten induk, diikutsertakan/dimasukkansebagai suara partai politik.

Pasal 55

(1) Satu atau lebih kursi partai politik yang harus pindah mewakili daerahpemilihan kabupaten/kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal53 huruf c angka 5) dan angka 6), berakibat terhadap anggota DPRDkabupaten hasil Pemilu 2009 di daerah pemilihan tersebut juga haruspindah menjadi anggota DPRD kabupaten/kota pemekaran.

(2) Penentuan terhadap satu atau lebih anggota DPRD kabupaten induk yangharus pindah menjadi anggota DPRD kabupaten/kota pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan atas seberapa banyakperolehan suara anggota DPRD kabupaten yang bersangkutan diantaraanggota DPRD kabupaten hasil Pemilu 2009 di daerah pemilihankabupaten induk dan perolehan suara di daerah pemilihan kabupaten/kotapemekaran.

(3) Apabila perolehan suara anggota DPRD kabupaten hasil Pemilu 2009 lebihbanyak di daerah pemilihan kabupaten/kota pemekaran sebagaimanadimaksud pada ayat (2), maka anggota DPRD kabupaten yangbersangkutan harus pindah menjadi anggota DPRD kabupaten/kotapemekaran.

Pasal 56

(1) Apabila jumlah partai politik yang mempunyai sisa suara sama lebihbanyak dari pada jumlah sisa kursi yang belum terbagi, maka sisa kursitersebut dibagikan kepada partai politik yang memiliki suara yang lebihmerata penyebarannya di kecamatan pada daerah pemilihan tersebut.

(2) Partai politik dinyatakan memiliki sebaran sisa suara sah lebih meratasebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila partai politik memiliki selisihsuara terkecil antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya pada daerahpemilihan tersebut.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13639

Bagian KelimaPenetapan Calon Terpilih

Paragraf 1Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Induk

Pasal 57

(1) Penetapan calon terpilih anggota DPRD provinsi induk di setiap daerahpemilihan didasarkan atas jumlah kursi yang diperoleh setiap partai politik.

(2) Penetapan calon terpilih anggota DPRD provinsi induk sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dilakukan hanya terhadap nama calon dalam DCTDPRD provinsi Pemilu 2009 yang berdasarkan penataan hasilpenghitungan perolehan kursi, partai politik yang diwakili tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil penghitungan kursi Pemilu 2009,tetapi memperoleh kursi berdasarkan penataan penghitungan perolehankursi di daerah pemilihan yang bersangkutan atau partai politik yangdiwakili mendapat tambahan kursi.

(3) Nama calon terpilih anggota DPRD provinsi induk sebagaimana dimaksudpada ayat (2), diambil dari nama calon yang tercantum dalam DCT DPRDprovinsi pada Pemilu 2009 yang memperoleh suara terbanyak pertama,kedua, ketiga dan seterusnya dan belum ditetapkan sebagai calon terpilih.

(4) Perolehan suara calon terbanyak pertama, kedua, ketiga dan seterusnyasebagaimana dimaksud pada ayat (3), merupakan penjumlahan perolehansuara calon baik yang berada di kabupaten/kota yang masih menjadi bagianwilayah provinsi induk maupun perolehan suara calon yang berada dikabupaten/kota pada provinsi pemekaran.

(5) Apabila partai politik memperoleh sejumlah kursi di daerah pemilihanDPRD provinsi induk dan daerah pemilihan DPRD provinsi pemekaran,penetapan calon terpilih selain didasarkan atas ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (4), penempatannya untuk mewakili daerah pemilihanDPRD provinsi induk atau daerah pemilihan DPRD provinsi pemekaran,didasarkan atas banyaknya suara yang dimiliki calon terpilih yangbersangkutan di daerah pemilihan DPRD provinsi induk atau daerahpemilihan DPRD provinsi pemekaran.

Pasal 58

(1) Apabila partai politik memperoleh sejumlah kursi di suatu daerahpemilihan anggota DPRD provinsi induk melebihi jumlah calon yangtercantum dalam DCT DPRD provinsi pada Pemilu 2009, maka kursi didaerah pemilihan tersebut dialokasikan kepada calon yang belum

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 40

dinyatakan terpilih dari partai politik yang sama yang mewakili daerahpemilihan lain dalam provinsi induk yang wilayahnya berbatasan langsungsecara geografis dalam satu provinsi induk.

(2) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan olehDPD/DPW partai politik di provinsi induk kepada KPU provinsi induk, dannama calon dari daerah pemilihan lain tersebut dicoret dari DCT DPRDprovinsi Pemilu 2009.

(3) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calondalam DCT DPRD provinsi Pemilu 2009 yang menduduki peringkat suaraterbanyak berikutnya.

(4) Apabila sudah tidak ada lagi calon anggota DPRD provinsi induk di daerahpemilihan yang berbatasan langsung secara geografis sebagaimanadimaksud pada ayat (1), nama calon terpilih diambil dari DCT DPRDprovinsi Pemilu 2009 pada daerah pemilihan terdekat berikutnya dalamsatu provinsi induk.

(5) Apabila sudah tidak ada lagi calon anggota DPRD provinsi induk di daerahpemilihan terdekat berikutnya dalam satu provinsi induk sebagaimanadimaksud pada ayat (4), nama calon terpilih diambil dari DCT DPRDprovinsi Pemilu 2009 pada daerah pemilihan DPRD provinsi pemekaranyang semula daerah pemilihan tersebut berasal dari provinsi induk yangseluruh kabupaten/kotanya menjadi wilayah provinsi pemekaran.

(6) Apabila sudah tidak ada lagi calon anggota DPRD provinsi pemekaran didaerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), partai politik dapatmengajukan calon dari daerah pemilihan anggota DPR yang mewakiliprovinsi tersebut dan bersedia menerima penetapan calon terpilih.

Pasal 59

(1) Dalam hal suatu daerah pemilihan DPRD provinsi induk seluruh calontidak memperoleh suara, penetapan nama calon terpilih diambil dari DCTDPRD provinsi Pemilu 2009 yang mewakili daerah pemilihan lain dalamprovinsi induk yang wilayahnya berbatasan langsung secara geografisdalam satu provinsi induk.

(2) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan olehDPD/DPW partai politik di provinsi induk kepada KPU provinsi induk, dan

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13641

nama calon dari daerah pemilihan lain tersebut dicoret dari DCT DPRDprovinsi Pemilu 2009.

(3) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calonyang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

(4) Apabila tidak ada calon anggota DPRD provinsi induk yang memperolehsuara di daerah pemilihan yang berbatasan langsung secara geografissebagaimana dimaksud pada ayat (1), nama calon terpilih diambil dariDCT DPRD provinsi Pemilu 2009 pada daerah pemilihan terdekatberikutnya dalam satu provinsi induk.

(5) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan terdekat berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalahnama calon yang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

(6) Apabila tidak ada calon anggota DPRD provinsi induk yang memperolehsuara di daerah pemilihan terdekat berikutnya dalam satu provinsi induksebagaimana dimaksud pada ayat (4), usul penetapan nama calon terpilihdiambil dari DCT DPRD provinsi Pemilu 2009 yang mewakili daerahpemilihan semula yang seluruhnya calonnya tidak memperoleh suara dandiajukan oleh DPD/DPW partai politik di provinsi induk dalam waktupaling lama 3 (tiga) hari sejak KPU provinsi induk menetapkan calonterpilih.

Pasal 60

(1) Penetapan calon terpilih Anggota DPRD Provinsi induk sebagaimanadimaksud Pasal 57, Pasal 58 dan Pasal 59, dilakukan dalam rapat plenoKPU provinsi induk yang dihadiri oleh pimpinan partai politik.

(2) Pimpinan partai politik yang hadir dapat menyatakan keberatan terhadappenetapan calon terpilih anggota DPRD provinsi induk yang tidak sesuaidengan peraturan perundangan yang berlaku, dan ketua KPU provinsiinduk dengan persetujuan anggota KPU provinsi induk segera menetapkankeputusan terhadap pernyataan keberatan tersebut.

(3) Pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalamFormulir Pernyataan Keberatan Penetapan Calon Terpilih Anggota DPRDProvinsi Induk (Model EA 2 DPRD Provinsi).

(4) Pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidakmenghalangi proses penetapan calon terpilih anggota DPRD provinsiinduk.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 42

Pasal 61

(1) Hasil penetapan calon terpilih anggota DPRD provinsi induk sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60 dituangkan dalam Berita Acara Penetapan HasilPenataan Keanggotaan DPRD Provinsi Induk, Perolehan Kursi PartaiPolitik Peserta Pemilihan Umum dan Penetapan Calon Terpilih AnggotaDPRD Provinsi Induk, serta ditandatangani oleh ketua KPU provinsi dansekurang-kurangnya 2 (dua) anggota KPU provinsi induk serta dibubuhicap, selanjutnya disampaikan kepada pimpinan partai politik dan dapatdiumumkan secara luas kepada masyarakat, melalui media massa cetak danmedia elektronik dan/atau pengumuman lainnya.

(2) Nama-nama calon terpilih anggota DPRD provinsi induk sebagaimanadimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh KPU provinsi induk kepadaMenteri Dalam Negeri Republik Indonesia melalui gubernur provinsiinduk, dengan tembusan kepada KPU.

(3) KPU merekomendasikan nama-nama calon terpilih anggota DPRDprovinsi induk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri DalamNegeri Republik Indonesia, untuk diresmikan keanggotaannya denganKeputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.

Paragraf 2Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Induk

Pasal 62

(1) Penetapan calon terpilih anggota DPRD kabupaten induk di setiap daerahpemilihan didasarkan atas jumlah kursi yang diperoleh setiap partai politik.

(2) Penetapan calon terpilih anggota DPRD kabupaten induk sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dilakukan hanya terhadap nama calon dalam DCTDPRD kabupaten Pemilu 2009 yang berdasarkan penataan hasilpenghitungan perolehan kursi, partai politik yang diwakili tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil penghitungan kursi Pemilu 2009,tetapi memperoleh kursi berdasarkan penataan penghitungan perolehankursi di daerah pemilihan yang bersangkutan atau partai politik yangdiwakili memperoleh tambahan kursi.

(3) Nama calon terpilih anggota DPRD kabupaten induk sebagaimanadimaksud pada ayat (2), diambil dari nama calon yang tercantum dalamDCT DPRD kabupaten Pemilu 2009 yang memperoleh suara terbanyakpertama, kedua, ketiga dan seterusnya dan belum ditetapkan sebagai calonterpilih.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13643

(4) Perolehan suara calon terbanyak pertama, kedua, ketiga dan seterusnyasebagaimana dimaksud pada ayat (3), merupakan penjumlahan perolehansuara calon baik yang berada di kecamatan yang masih menjadi bagianwilayah kabupaten induk maupun perolehan suara calon yang berada dikecamatan pada kabupaten/kota pemekaran.

(5) Apabila partai politik memperoleh sejumlah kursi di daerah pemilihanDPRD kabupaten induk dan daerah pemilihan DPRD kabupaten/kotapemekaran, penetapan calon terpilih selain didasarkan atas ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (4), penempatannya untuk mewakilidaerah pemilihan DPRD kabupaten induk atau daerah pemilihan DPRDkabupaten/kota pemekaran, didasarkan atas banyaknya suara yang dimilikicalon terpilih yang bersangkutan di daerah pemilihan DPRD kabupateninduk atau daerah pemilihan DPRD kabupaten/kota pemekaran.

Pasal 63

(1) Apabila partai politik memperoleh sejumlah kursi di suatu daerahpemilihan anggota DPRD kabupaten induk melebihi jumlah calon yangtercantum dalam DCT DPRD kabupaten Pemilu 2009, maka kursi didaerah pemilihan tersebut dialokasikan kepada calon yang belumdinyatakan terpilih dari partai politik yang sama yang mewakili daerahpemilihan lain dalam kabupaten induk yang wilayahnya berbatasanlangsung secara geografis dalam satu kabupaten induk.

(2) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan oleh DPCpartai politik di kabupaten induk kepada KPU kabupaten induk, dan namacalon dari daerah pemilihan lain tersebut dicoret dari DCT DPRDkabupaten Pemilu 2009.

(3) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calondalam DCT DPRD kabupaten Pemilu 2009 yang menduduki peringkatsuara terbanyak berikutnya.

(4) Apabila sudah tidak ada lagi calon anggota DPRD kabupaten induk didaerah pemilihan yang berbatasan langsung secara geografis sebagaimanadimaksud pada ayat (1), nama calon terpilih diambil dari DCT DPRDkabupaten Pemilu 2009 pada daerah pemilihan terdekat berikutnya dalamsatu kabupaten induk.

(5) Apabila sudah tidak ada lagi calon anggota DPRD kabupaten induk didaerah pemilihan terdekat berikutnya dalam satu kabupaten induk

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 44

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), nama calon terpilih diambil dariDCT DPRD kabupaten Pemilu 2009 pada daerah pemilihan kabupaten/kotapemekaran yang semula daerah pemilihan tersebut berasal dari kabupateninduk yang seluruh kecamatannya menjadi wilayah kabupaten/kotapemekaran.

(6) Apabila sudah tidak ada lagi calon anggota DPRD kabupaten/kotapemekaran di daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),partai politik dapat mengajukan calon dari daerah pemilihan anggotaDPRD provinsi yang mewakili kabupaten/kota tersebut dan bersediamenerima penetapan calon terpilih.

Pasal 64

(1) Dalam hal suatu daerah pemilihan DPRD kabupaten induk seluruh calontidak memperoleh suara, penetapan nama calon terpilih diambil dari DCTDPRD kabupaten Pemilu 2009 yang mewakili daerah pemilihan lain dalamkabupaten induk yang wilayahnya berbatasan langsung secara geografisdalam satu kabupaten induk.

(2) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan oleh DPCpartai politik di kabupaten induk kepada KPU kabupaten induk, dan namacalon dari daerah pemilihan lain tersebut dicoret dari DCT DPRDkabupaten Pemilu 2009.

(3) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calonyang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

(4) Apabila tidak ada calon anggota DPRD kabupaten induk yang memperolehsuara di daerah pemilihan yang berbatasan langsung secara geografissebagaimana dimaksud pada ayat (1), nama calon terpilih diambil dariDCT DPRD kabupaten Pemilu 2009 pada daerah pemilihan terdekatberikutnya dalam satu kabupaten induk.

(5) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan terdekat berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalahnama calon yang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

(6) Apabila tidak ada calon anggota DPRD kabupaten induk yang memperolehsuara di daerah pemilihan terdekat berikutnya dalam satu kabupaten induksebagaimana dimaksud pada ayat (4), usul penetapan nama calon terpilihdiambil dari DCT DPRD kabupaten Pemilu 2009 yang mewakili daerah

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13645

pemilihan semula yang seluruhnya calonnya tidak memperoleh suara dandiajukan oleh DPC partai politik di kabupaten induk dalam waktu palinglama 3 (tiga) hari sejak KPU kabupaten induk menetapkan calon terpilih.

Pasal 65

(1) Penetapan calon terpilih anggota DPRD kabupaten induk sebagaimanadimaksud Pasal 62, Pasal 63 dan Pasal 64, dilakukan dalam rapat plenoKPU kabupaten induk yang dihadiri oleh pimpinan partai politik.

(2) Pimpinan partai politik yang hadir dapat menyatakan keberatan terhadappenetapan calon terpilih anggota DPRD kabupaten induk yang tidak sesuaidengan peraturan perundangan yang berlaku, dan ketua KPU kabupateninduk dengan persetujuan anggota KPU kabupaten induk segeramenetapkan keputusan terhadap pernyataan keberatan tersebut.

(3) Pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalamFormulir Pernyataan Keberatan Penetapan Calon Terpilih Anggota DPRDKabupaten Induk (Model EA 2 DPRD Kabupaten/Kota).

(4) Pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidakmenghalangi proses penetapan calon terpilih anggota DPRD kabupateninduk.

Pasal 66

(1) Hasil penetapan calon terpilih anggota DPRD kabupaten sebagaimanadimaksud dalam Pasal 65 dituangkan dalam Berita Acara Penetapan HasilPenataan Keanggotaan DPRD Kabupaten Induk, Perolehan Kursi PartaiPolitik Peserta Pemilihan Umum dan Penetapan Calon Terpilih AnggotaDPRD Kabupaten Induk, serta ditandatangani oleh ketua KPU kabupateninduk dan sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota KPU kabupaten induk sertadibubuhi cap, selanjutnya disampaikan kepada pimpinan partai politik dandapat diumumkan secara luas kepada masyarakat, melalui media massacetak dan media elektronik dan/atau pengumuman lainnya.

(2) Nama-nama calon terpilih anggota DPRD kabupaten induk sebagaimanadimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh KPU kabupaten induk kepadagubernur melalui bupati kabupaten induk, dengan tembusan kepada KPUdan KPU provinsi.

(3) KPU provinsi merekomendasikan nama-nama calon terpilih anggotaDPRD kabupaten induk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepadagubernur, untuk diresmikan keanggotaannya dengan Keputusan Gubernur.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 46

BAB IV

PENGISIAN KEANGGOTAANDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRO VINSI ATAU

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTAPEMEKARAN

Bagian Pertama

KeanggotaanParagraf 1

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Pemekaran

Pasal 67

Keanggotaan DPRD Provinsi pemekaran terdiri dari :

a. Anggota DPRD Provinsi hasil Pemilu tahun 2009 yang wajib pindahmenjadi Anggota DPRD Provinsi pemekaran, karena seluruhkabupaten/kota yang merupakan satu daerah pemilihan yang semuladiwakili menjadi bagian wilayah Provinsi pemekaran;

b. Anggota DPRD Provinsi hasil Pemilu tahun 2009 yang wajib pindahmenjadi Anggota DPRD Provinsi pemekaran, karena daerah pemilihanyang semula diwakili sebagian kabupaten/kotanya menjadi bagian wilayahdi Provinsi pemekaran dan berdasarkan hasil penataan penghitunganperolehan kursi, partai politik yang bersangkutan tidak memperoleh kursi didaerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi induk, sebagaimana dimaksuddalam Pasal 23 ayat (1) huruf b;

c. Anggota DPRD Provinsi induk hasil Pemilu tahun 2009 yang wajib pindahmenjadi Anggota DPRD Provinsi pemekaran, karena daerah pemilihanyang semula diwakili sebagian kabupaten/kotanya menjadi bagian wilayahdi provinsi pemekaran dan berdasarkan hasil penataan penghitunganperolehan kursi DPRD Provinsi, partai politik yang diwakili memperolehkursi lebih sedikit dari pada perolehan kursi Pemilu tahun 2009 di daerahpemilihan tersebut, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b;

d. Anggota DPRD Provinsi pemekaran yang ditetapkan berdasarkanperimbangan hasil perolehan suara partai politik Pemilu tahun 2009, danpenghitungan perolehan kursi di tiap daerah pemilihan provinsi pemekaran,serta diambilkan dari nama calon dalam DCT DPRD Provinsi Pemilu tahun2009 yang mewakili daerah pemilihan yang wilayah kabupaten/kotanyadalam daerah pemilihan tersebut seluruhnya menjadi bagian wilayahprovinsi pemekaran, atau yang mewakili daerah pemilihan yang wilayah

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13647

kabupaten/kotanya dalam daerah pemilihan tersebut tidak seluruhnyamenjadi bagian wilayah provinsi pemekaran, dengan ketentuan :

1) Partai politik yang diwakili memperoleh kursi berdasarkan hasilpenghitungan kursi di daerah pemilihan tersebut, tetapi tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil Pemilu tahun 2009;

2) Partai politik yang diwakili memperoleh tambahan kursi berdasarkanhasil penghitungan kursi di daerah pemilihan tersebut, dari pada kursiyang diperoleh berdasarkan hasil Pemilu tahun 2009, kecuali terdapatAnggota DPRD Provinsi induk yang harus pindah menjadi AnggotaDPRD Provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 hurufc angka 5) dan angka 6).

Pasal 68

(1) Pengisian kursi Anggota DPRD Provinsi pemekaran, ditetapkanberdasarkan jumlah dan komposisi kursi yang wajib pindah dari DPRDProvinsi kabupaten/kkota induk, serta perimbangan jumlah kursi yangbelum terbagi pada setiap daerah pemilihan sebagaimana dimaksud dalamPasal 67.

(2) Jumlah kursi yang belum terbagi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),diisi berdasarkan perimbangan perolehan suara partai politik hasil Pemilutahun 2009 dan perolehan kursi partai politik di setiap daerah pemilihan diprovinsi pemekaran.

Pasal 69

(1) Pengisian kursi Anggota DPRD Provinsi pemekaran yang belum terbagisebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, diusulkan oleh DPD/DPW partaipolitik tingkat provinsi induk, kepada KPU Provinsi induk.

(2) Apabila terdapat 2 (dua) kepengurusan partai politik atau lebih dalampengajuan calon Anggota DPRD Provinsi pemekaran, yang dinyatakan sahadalah pengajuan dari Pimpinan Partai Politik yang diakui keabsahankepengurusannya oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai Politik sesuai AD danART partai politik yang bersangkutan.

(3) Apabila terdapat 2 (dua) kepengurusan pimpinan pusat partai politik, yangdinyatakan sah adalah kepengurusan yang dinyatakan sah oleh DepartemenHukum dan Hak Azasi Manusia.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 48

Pasal 70

(1) Apabila daerah pemilihan yang diwakili oleh calon Anggota DPRDProvinsi induk dalam DCT Pemilu tahun 2009 yang belum dinyatakanterpilih terdiri atas beberapa kabupaten/kota sebagai satu daerah pemilihandi Provinsi induk, dan seluruh kabupaten/kota dari daerah pemilihantersebut menjadi bagian wilayah Provinsi pemekaran, maka calon AnggotaDPRD Provinsi induk dalam daftar calon tetap tersebut harus pindahmenjadi calon Anggota DPRD Provinsi pemekaran.

(2) Apabila daerah pemilihan yang diwakili oleh calon Anggota DPRDProvinsi induk dalam DCT DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009 yang belumdinyatakan terpilih terdiri atas beberapa kabupaten/kota sebagai satu daerahpemilihan di Provinsi induk, dan tidak seluruh kabupaten/kota dari daerahpemilihan tersebut menjadi bagian wilayah Provinsi pemekaran, makacalon Anggota DPRD Provinsi induk yang tercantum dalam DCT DPRDProvinsi Pemilu tahun 2009 tersebut dapat diajukan menjadi calon AnggotaDPRD Provinsi pemekaran.

Pasal 71

Anggota DPRD Provinsi induk yang pindah menjadi Anggota DPRD Provinsipemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf a, huruf b, dan huruf cdiusulkan peresmian pemberhentiannya sebagai Anggota DPRD Provinsi indukdan peresmian pengangkatannya sebagai Anggota DPRD Provinsi pemekaranoleh KPU Provinsi induk, bersama-sama dengan usul peresmian calon AnggotaDPRD Provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf d.

Paragraf 2

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota PemekaranPasal 72

Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran terdiri dari :

a. Anggota DPRD Kabupaten induk hasil Pemilu tahun 2009 yang wajibpindah menjadi Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, karenaseluruh kecamatan yang merupakan satu daerah pemilihan yang semuladiwakili menjadi bagian wilayah kabupaten/kota pemekaran;

b. Anggota DPRD Kabupaten hasil Pemilu tahun 2009 yang wajib pindahmenjadi Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, karena daerahpemilihan yang semula diwakili sebagian kecamatannya menjadi bagianwilayah di kabupaten/ kota pemekaran dan berdasarkan hasil penataanpenghitungan perolehan kursi, partai politik yang bersangkutan tidak

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13649

memperoleh kursi di daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten induksebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b;

c. Anggota DPRD Kabupaten induk hasil Pemilu tahun 2009 yang wajibpindah menjadi Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, karena daerahpemilihan yang semula diwakili sebagian kecamatannya menjadi bagianwilayah di kabupaten/kota pemekaran dan berdasarkan hasil penataanpenghitungan perolehan kursi DPRD Kabupaten, partai politik yangdiwakili memperoleh kursi lebih sedikit dari pada perolehan kursi Pemilutahun 2009 di daerah pemilihan tersebut, sebagaimana dimaksud dalamPasal 24 ayat (1) huruf b .

d. Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yang ditetapkan berdasarkanperimbangan hasil perolehan suara Partai Politik Pemilu tahun 2009, danpenghitungan perolehan kursi di tiap daerah pemilihan kabupaten/kotapemekaran, serta diambilkan dari nama-nama calon dalam DCT DPRDKabupaten Pemilu tahun 2009 yang mewakili daerah pemilihan yangwilayah kecamatannya dalam daerah pemilihan tersebut seluruhnyamenjadi bagian wilayah kabupaten/kota pemekaran, atau yang mewakilidaerah pemilihan yang wilayah kecamatannya dalam daerah pemilihantersebut tidak seluruhnya menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran, dengan ketentuan :

1) Partai politik yang diwakili memperoleh kursi berdasarkan hasilpenghitungan kursi di daerah pemilihan tersebut, tetapi tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil Pemilu tahun 2009;

2) Partai politik yang diwakili memperoleh tambahan kursi berdasarkanhasil penghitungan kursi di daerah pemilihan tersebut, dari pada kursiyang diperoleh berdasarkan hasil Pemilu tahun 2009, kecuali terdapatAnggota DPRD Kabupaten induk yang harus pindah menjadi AnggotaDPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal53 huruf c angka 5) dan angka 6).

Pasal 73

(1) Pengisian kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, ditetapkanberdasarkan jumlah dan komposisi kursi yang wajib pindah dari DPRDKabupaten induk, serta perimbangan jumlah kursi yang belum terbagi padatiap daerah pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 50

(2) Jumlah kursi yang belum terbagi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),diisi berdasarkan perimbangan perolehan suara Partai Politik hasil Pemilutahun 2009 dan perolehan kursi partai politik di setiap daerah pemilihan dikabupaten/kota pemekaran.

Pasal 74

(1) Pengisian kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yang belumterbagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73, diusulkan oleh DPC PartaiPolitik tingkat kabupaten/kota induk, kepada KPU Kabupaten induk.

(2) Apabila terdapat 2 (dua) kepengurusan partai politik atau lebih dalampengajuan calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, yangdinyatakan sah adalah pengajuan dari Pimpinan Partai Politik yang diakuikeabsahan kepengurusannya oleh Dewan Pimpinan Wilayah/DewanPimpinan Daerah atau Dewan Pimpinan Pusat Partai Politik sesuai AD danART partai politik yang bersangkutan.

(3) Apabila terdapat 2 (dua) kepengurusan pimpinan pusat partai politik, yangdinyatakan sah adalah kepengurusan yang dinyatakan sah oleh DepartemenHukum dan Hak Azasi Manusia.

Pasal 75

(1) Apabila daerah pemilihan yang diwakili oleh calon Anggota DPRDKabupaten induk dalam DCT Pemilu tahun 2009 yang belum dinyatakanterpilih terdiri atas beberapa kecamatan sebagai satu daerah pemilihan dikabupaten induk, dan seluruh kecamatan dari daerah pemilihan tersebutmenjadi bagian wilayah kabupaten/kota pemekaran, maka calon AnggotaDPRD Kabupaten induk dalam daftar calon tetap tersebut harus pindahmenjadi calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran.

(2) Apabila daerah pemilihan yang diwakili oleh calon Anggota DPRDKabupaten induk dalam DCT DPRD kabupaten Pemilu tahun 2009 yangbelum dinyatakan terpilih terdiri atas beberapa kecamatan sebagai satudaerah pemilihan di kabupaten induk, dan tidak seluruh kecamatan daridaerah pemilihan tersebut menjadi bagian wilayah kabupaten/ kotapemekaran, maka calon Anggota DPRD Kabupaten induk yang tercantumdalam DCT DPRD kabupaten Pemilu tahun 2009 tersebut dapat diajukanmenjadi calon Anggota DPRD kabupaten pemekaran.

Pasal 76

Anggota DPRD Kabupaten induk yang pindah menjadi Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf a,

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13651

huruf b, dan huruf c diusulkan peresmian pemberhentiannya sebagai AnggotaDPRD Kabupaten induk dan peresmian pengangkatannya sebagai AnggotaDPRD Kabupaten/Kota pemekaran oleh KPU Kabupaten induk, bersama-samadengan usul peresmian calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf d.

Bagian KeduaDaerah Pemilihan

Paragraf 1Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Pemekaran

Pasal 77

Dengan dibentuknya provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalamundang-undang tentang pembentukan provinsi, perlu membentuk daerahpemilihan, menetapkan jumlah kursi Anggota DPRD Provinsi dan alokasi kursisetiap daerah pemilihan di provinsi pemekaran dalam pengisian keanggotaanDPRD Provinsi pemekaran.

Pasal 78

Dalam pembentukan daerah pemilihan, penetapan jumlah kursi Anggota DPRDProvinsi dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsipemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, ditentukan :

a. Daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009 yangseluruh kabupaten/kotanya menjadi bagian wilayah Provinsi pemekaran,ditetapkan sebagai satu daerah pemilhan Anggota DPRD Anggota Provinsipemekaran.

b. Daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009 yangsebagian kabupaten/kotanya menjadi bagian wilayah Provinsi pemekaran,ditetapkan sebagai satu daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsipemekaran.

c. kabupaten/kota yang berasal dari daerah pemilihan Anggota DPRDProvinsi pemilu tahun 2009, tidak dapat digabung dengan kabupaten/kotayang berasal dari daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi Pemilu tahun2009 yang lain, untuk dibentuk sebagai satu daerah pemilihan AnggotaDPRD Provinsi pemekaran meskipun kabupaten/kota dari daerah pemilihanlain tersebut secara geografis letaknya berbatasan secara langsung.

Pasal 79

(1) Apabila satu kabupaten/kota yang berasal dari daerah pemilihan provinsiinduk tidak dapat ditetapkan sebagai satu daerah pemilihan di provinsi

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 52

pemekaran, karena alokasi kursinya tidak mencapai sekurang-kurangnya 3(tiga) kursi, untuk pertama kali dalam pengisian keanggotaan DPRDProvinsi pemekaran ditetapkan sebagai satu daerah pemilihan.

(2) Pembentukan daerah pemilihan, penetapan jumlah kursi Anggota DPRDProvinsi, dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan dalam pengisiankeanggotaan DPRD Provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan KPU.

Paragraf 2Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Pemekaran

Pasal 80

Dengan dibentuknya kabupaten/kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalamundang-undang tentang pembentukan kabupaten/kota, perlu membentuk daerahpemilihan, menetapkan jumlah kursi Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan di kabupaten/kotapemekaran dalam pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran.

Pasal 81

Dalam pembentukan daerah pemilihan, penetapan jumlah kursi Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan AnggotaDPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80,ditentukan :

a. Daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009 yangseluruh kecamatannya menjadi bagian wilayah kabupaten/kota pemekaran,ditetapkan sebagai satu daerah pemilhan Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran.

b. Daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota Pemilu tahun 2009yang sebagian kecamatannya menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran, ditetapkan sebagai satu daerah pemilihan Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran.

c. Kecamatan yang berasal dari daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupatenpemilu tahun 2009, tidak dapat digabung dengan kecamatan yang berasaldari daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009 yanglain, untuk dibentuk sebagai satu daerah pemilihan Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran, meskipun kecamatan dari daerah pemilihanlain tersebut secara geografis letaknya berbatasan secara langsung.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13653

Pasal 82

(1) Apabila satu kecamatan yang berasal dari daerah pemilihan kabupateninduk tidak dapat ditetapkan sebagai satu daerah pemilihan dikabupaten/kota pemekaran, karena alokasi kursinya tidak mencapaisekurang-kurangnya 3 (tiga) kursi, untuk pertama kali dalam pengisiankeanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran ditetapkan sebagai satudaerah pemilihan.

(2) Pembentukan daerah pemilihan, penetapan jumlah kursi Anggota DPRDKabupaten/Kota, dan dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan dalampengisian keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan KPU.

Bagian Ketiga

Pengajuan CalonDewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Atau

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Pemekaran

Pasal 83

(1) Pengajuan calon Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran, didasarkan atas DCT DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota Pemilu tahun 2009.

(2) Nama calon dalam DCT DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten padaPemilu tahun 2009 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang mewakilidaerah pemilihan yang seluruh kabupaten/kotanya atau kecamatannya atausebagian kabupaten/kotanya atau sebagian kecamatannya menjadi bagianwilayah provinsi atau kabupaten/kota pemekaran, dapat diajukan sebagaicalon Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran.

(3) Pengajuan calon Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan atas dokumenpemenuhan syarat pengajuan calon dan syarat calon pada penyelenggaraanpemilu Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten Pemilu tahun2009.

Pasal 84

(1) Kelengkapan syarat calon Anggota DPRD Provinsi tahun 2009 yang telahdinyatakan memenuhi syarat oleh KPU Provinsi induk, dan tercantumdalam DCT DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009, dapat dinyatakan tidakmemenuhi syarat calon Anggota DPRD Provinsi pemekaran, apabilaberdasarkan laporan masyarakat, keterangan dari instansi yang berwenang,

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 54

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,keterangan/keputusan pimpinan partai politik dan/atau hasil klarifikasiKPU Provinsi induk terbukti bahwa calon yang bersangkutan tidak lagimemenuhi syarat calon.

(2) Kelengkapan syarat calon Anggota DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009yang telah dinyatakan memenuhi syarat oleh KPU Kabupaten induk, dantercantum dalam DCT DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009, dapatdinyatakan tidak memenuhi syarat calon Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran, apabila berdasarkan laporan masyarakat, keterangan dariinstansi yang berwenang, putusan pengadilan yang telah mempunyaikekuatan hukum tetap, keterangan/keputusan pimpinan partai politikdan/atau hasil klarifikasi KPU Kabupaten induk terbukti bahwa calon yangbersangkutan tidak lagi memenuhi syarat calon.

(3) Apabila terdapat nama calon yang tidak memenuhi syarat calonsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), KPU Provinsi atau KPUKabupaten induk menyampaikan pemberitahuan kepada pimpinan partaipolitik yang bersangkutan.

Pasal 85

(1) Pengajuan calon Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran, dilakukan oleh Ketua dan Sekretaris DPD/DPW partai politiktingkat provinsi induk atau Ketua dan Sekretaris DPC partai politik tingkatkabupaten induk kepada KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk.

(2) Setelah menerima pengajuan calon yang disampaikan oleh Ketua danSekretaris DPD/DPW Partai Politik tingkat Provinsi induk atau Ketua danSekretaris DPC Partai Politik tingkat kabupaten induk sebagaimanadimaksud pada ayat (1), KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk menelitidan memeriksa kebenaran dan keabsahan kelengkapan syarat calonsebagaimana dimaksud dalam Pasal 84.

Bagian KeempatPenghitungan Suara dan Penetapan Perolehan Kursi

Paragraf 1Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Pemekaran

Pasal 86

(1) Penetapan perolehan kursi setiap partai politik didasarkan atas hasilpenghitungan suara yang diperoleh masing-masing partai politik di setiapdaerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13655

(2) Hasil penghitungan suara partai politik di setiap daerah pemilihan AnggotaDPRD Provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),didasarkan atas hasil penghitungan perolehan suara Pemilu Anggota DPRDProvinsi tahun 2009.

(3) Penetapan hasil penghitungan suara Anggota DPRD Provinsi danperolehan suara calon Anggota DPRD Provinsi di setiap daerah pemilihanprovinsi pemekaran, didasarkan atas perolehan suara Anggota DPRDProvinsi induk hasil Pemilu tahun 2009.

(4) Penetapan hasil penghitungan suara Partai Politik, perolehan suara AnggotaDPRD Provinsi dan perolehan suara calon Anggota DPRD Provinsi disetiap daerah pemilihan provinsi pemekaran, serta perolehan kursi PartaiPolitik di setiap daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (3) dilakukan dalam Rapat pleno KPU Provinsi induk, dihadiri olehpimpinan partai politik.

Pasal 87

Dalam penghitungan perolehan suara Partai Politik, perolehan suara AnggotaDPRD Provinsi dan perolehan suara calon Anggota DPRD Provinsi pemekaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (4), KPU Provinsi indukmelakukan :

a. Pemisahan perolehan suara Partai Politik, perolehan suara Anggota DPRDProvinsi dan perolehan suara calon Anggota DPRD Provinsi Pemilu tahun2009 di kabupaten/kota yang menjadi bagian wilayah Provinsi pemekaranuntuk setiap daerah pemilihan;

b. Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik, perolehansuara Anggota DPRD Provinsi dan perolehan suara calon Anggota DPRDProvinsi hasil Pemilu tahun 2009 yang telah dipisahkan sebagaimanadimaksud pada huruf a, untuk setiap daerah pemilihan ke dalam FormulirLampiran Model DC 1 DPRD Provinsi.

Pasal 88

Dalam melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Partai Politik, suaraAnggota DPRD Provinsi dan suara calon Anggota DPRD Provinsi hasil Pemilutahun 2009 dalam pengisian Anggota DPRD Provinsi pemekaran di Provinsipemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87, harus memperhatikan :

a. Apabila kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihandi provinsi induk seluruhnya menjadi bagian wilayah Provinsi pemekaran,perolehan suara partai politik diseluruh kabupaten/kota tersebut dimasukanke dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara partai politik di daerahpemilihan Anggota DPRD Provinsi pemekaran;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 56

b. Apabila kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihandi provinsi induk seluruhnya menjadi bagian wilayah Provinsi pemekaran,suara Anggota DPRD Provinsi dan perolehan suara calon Anggota DPRDProvinsi di seluruh kabupaten/kota tersebut dimasukkan ke dalamrekapitulasi hasil penghitungan suara Anggota DPRD Provinsi yang dansuara calon Anggota DPRD Provinsi di daerah pemilihan Anggota DPRDProvinsi pemekaran;

c. Apabila kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihandi provinsi induk tidak seluruhnya menjadi bagian wilayah Provinsipemekaran, perolehan suara partai politik di kabupaten/kota yang menjadibagian wilayah Provinsi pemekaran dimasukan ke dalam rekapitulasi hasilpenghitungan suara partai politik di daerah pemilihan Anggota DPRDProvinsi pemekaran;

d. Apabila kabupaten/kota yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihandi provinsi induk tidak seluruhnya menjadi bagian wilayah Provinsipemekaran, suara Anggota DPRD Provinsi dan perolehan suara calonAnggota DPRD Provinsi di kabupaten/kota yang menjadi bagian wilayahprovinsi pemekaran dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasil penghitungansuara Anggota DPRD Provinsi yang wajib pindah, suara Anggota DPRDProvinsi yang tidak pindah, dan perolehan suara calon Anggota DPRDProvinsi di daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi pemekaran.

Pasal 89

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik, suara AnggotaDPRD Provinsi dan perolehan suara calon Anggota DPRD Provinsi padadaerah pemilihan provinsi pemekaran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87dan Pasal 88, dituangkan dalam Berita Acara rekapitulasi hasil penghitungansuara di KPU Provinsi induk dalam pengisian Anggota DPRD Provinsipemekaran (Model DC DPRD Provinsi) dan rincian perolehan suara partaipolitik, suara Anggota DPRD Provinsi dan suara calon Anggota DPRD Provinsidalam pengisian Anggota DPRD Provinsi pemekaran (Lampiran Model DC 1DPRD Provinsi).

Pasal 90

Setelah menetapkan hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik, suaraAnggota DPRD Provinsi dan perolehan suara calon Anggota DPRD Provinsihasil Pemilu tahun 2009 di Provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalamPasal 89, KPU Provinsi menetapkan penghitungan perolehan kursi setiap partaipolitik di pada setiap daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13657

Pasal 91

Penetapan penghitungan perolehan kursi setiap partai politik pada daerahpemilihan Anggota DPRD Provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalamPasal 90, dilakukan dengan cara :

a. Tahap pertama : 1) Menetapkan seluruh suara sah partai politik hasilpenghitungan perolehan suara di daerah pemilihanDPRD Provinsi pemekaran;

2) Menetapkan angka BPP dengan cara membagi seluruhsuara sah partai politik di daerah pemilihan DPRDProvinsi pemekaran sebagaimana dimaksud pada angka1), dengan jumlah alokasi kursi di daerah pemilihantersebut;

3) Menetapkan perolehan kursi partai politik di setiapdaerah pemilihan, dengan cara membagi jumlah suarasah yang diperoleh setiap partai poltik dengan angkaBPP sebagaimana dimaksud pada angka 2);

4) Apabila jumlah suara sah partai politik sama atau lebihbesar dari pada angka BPP, partai politik tersebutdiberikan sejumlah kursi dengan kemungkinan masihterdapat sisa suara partai politik yang akan dihitungdalam penghitungan kursi Tahap Kedua;

5) Apabila jumlah suara sah partai politik lebih kecil daripada angka BPP, Partai Politik yang bersangkutan tidakmemperoleh kursi, sehingga jumlah suara sah partaipolitik tersebut dikategorikan sebagai sisa suara partaipolitik yang akan dihitung dalam penghitungan kursi Tahap kedua bersama-sama dengan sisa suara partaipolitik sebagaimana dimaksud pada angka 1), yaitudalam hal masih terdapat sisa kursi di daerah pemilihantersebut yang belum terbagi;

b. Tahap kedua : 1) Dilakukan dengan cara membagikan sisa kursi yangbelum terbagi sebagaimana dimaksud pada huruf a satudemi satu berturut-turut, dimulai dari partai politik yangmempunyai sisa suara paling banyak sampai sisa kursitersebut habis dibagi.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 58

2) Apabila terdapat satu atau beberapa partai politikmemperoleh kursi berdasarkan hasil Pemilu tahun2009 dan berdasarkan hasil penataan penghitungankursi di daerah pemilihan provinsi induk tidakmemperoleh kursi sehingga wajib dipindahkan kedaerah pemilihan provinsi pemekaran, serta apabilasatu atau seluruh partai politik tersebut tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil penghitungankursi sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 4)dan huruf b angka 1), maka sebelum membagikan sisakursi yang belum terbagi sebagaimana dimaksud padaangka 1), partai politik yang bersangkutan terlebihdahulu diberikan kursi.

3) Apabila satu atau beberapa diantara partai politiksebagaimana dimaksud pada angka 2) memperolehkursi berdasarkan hasil penghitungan kursisebagaimana dimaksud pada huruf a angka 4) danhuruf b angka 1), maka langkah selanjutnya :

a) Menetapkan jumlah dan nama partai politik yangmemperoleh kursi berdasarkan angka BPP danpartai politik yang memperoleh kursi berdasarkanperingkat sisa suara/ suara di daerah pemilihantersebut;

b) Menentukan partai politik yang memperoleh kursiberdasarkan angka BPP sebagaimana dimaksudpada huruf a);

c) Mencocokan nama partai politik yang memperolehkursi berdasarkan angka BPP sebagaimanadimaksud pada huruf b), dengan kursi partai politikyang wajib dipindahkan ke daerah pemilihanAnggota DPRD Provinsi pemekaran;

d) Apabila partai politik yang kursinya wajibdipindahkan ke daerah pemilihan Anggota DPRDProvinsi pemekaran sebagaimana dimaksud padahuruf c), juga memperoleh kursi berdasarkan BPPsebagaimana dimaksud pada huruf b), maka kursitersebut ditempati oleh kursi partai politik yangwajib pindah;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13659

e) Menentukan partai politik yang memperoleh kursiberdasarkan peringkat sisa suara/suarasebagaimana dimaksud pada huruf a), dimulai dariperingkat sisa suara/suara paling banyak danseterusnya secara berturutturut sebanyak jumlahsisa kursi yang belum terbagi sebagaimanadimaksud pada huruf b angka 1);

f) Mencocokan nama partai politik yang memperolehkursi berdasarkan peringkat sisa suara/suarasebagaimana dimaksud pada huruf e), dengan kursipartai politik yang wajib dipindahkan ke daerahpemilihan Anggota DPRD Provinsi pemekaran;

g) Apabila partai politik yang kursinya wajibdipindahkan ke daerah pemilihan Anggota DPRDProvinsi pemekaran sebagaimana dimaksud padahuruf f), juga memperoleh kursi berdasarkanperhitungan peringkat sisa suara/suara sebagaimanadimaksud pada huruf e), maka kursi tersebutditempati oleh kursi partai politik yang wajib pindah;

h) Apabila terdapat satu atau beberapa diantara partaipolitik yang kursinya wajib dipindahkan ke daerahpemilihan Anggota DPRD Provinsi pemekaransebagaimana dimaksud pada huruf f), tidakmemperoleh kursi berdasarkan perhitunganperingkat sisa suara/suara sebagaimana dimaksudpada huruf e), maka kursi partai politik yang wajibpindah tersebut ditempatkan pada urutan terakhirdari peringkat sisa suara/suara partai politik didaerah pemilihan tersebut secara berturut sesuai sisakursi yang belum terbagi.

Pasal 92

Dalam penghitungan perolehan kursi partai politik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 91, perolehan suara Anggota DPRD Provinsi induk dan perolehansuara calon Anggota DPRD Provinsi induk, diikutsertakan/dimasukkan sebagaisuara partai politik.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 60

Pasal 93

(1) Apabila jumlah partai politik yang mempunyai sisa suara sama lebihbanyak dari pada jumlah sisa kursi yang belum terbagi, maka sisa kursitersebut dibagikan kepada partai politik yang memiliki suara yang lebihmerata penyebarannya di kabupaten/kota pada daerah pemilihan yangbersangkutan.

(2) Partai politik dinyatakan memiliki sebaran sisa suara sah lebih meratasebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila partai politik memiliki selisihsuara terkecil antara satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnyapada daerah pemilihan tersebut.

Paragraf 2Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Pemekaran

Pasal 94

(1) Penetapan perolehan kursi setiap partai politik didasarkan atas hasilpenghitungan suara yang diperoleh masing-masing partai politik di setiapdaerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran.

(2) Hasil penghitungan suara partai politik di setiap daerah pemilihan AnggotaDPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),didasarkan atas hasil penghitungan perolehan suara Pemilu Anggota DPRDKabupaten/Kota tahun 2009.

(3) Penetapan hasil penghitungan suara Anggota DPRD Kabupaten dan suaracalon Anggota DPRD Kabupaten/Kota di setiap daerah pemilihankabupaten/kota pemekaran, didasarkan atas perolehan suara AnggotaDPRD Kabupaten/Kota induk hasil Pemilu tahun 2009.

(4) Penetapan hasil penghitungan suara Partai Politik, perolehan suara AnggotaDPRD Kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRDKabupaten/Kota di setiap daerah pemilihan kabupaten/kota pemekaran,serta perolehan kursi Partai Politik di setiap daerah pemilihan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan dalam Rapat pleno KPUKabupaten induk, dihadiri oleh pimpinan partai politik.

Pasal 95

Dalam penghitungan perolehan suara Partai Politik, perolehan suara AnggotaDPRD Kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (4), KPU Kabupateninduk melakukan :

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13661

a. Pemisahan perolehan suara Partai Politik, perolehan suara Anggota DPRDKabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRD Kabupaten Pemilutahun 2009 di kecamatan yang menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran untuk setiap daerah pemilihan;

b. Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Partai Politik, perolehansuara Anggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRDKabupaten hasil Pemilu tahun 2009 yang telah dipisahkan sebagaimanadimaksud pada huruf a, untuk setiap daerah pemilihan ke dalam FormulirLampiran Model DB 1 DPRD Kabupaten/Kota pemekaran.

Pasal 96

Dalam melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara partai politik, suaraAnggota DPRD Kabupaten dan suara calon Anggota DPRD Kabupaten hasilPemilu tahun 2009 dalam pengisian Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran di kabupaten/kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal95, perlu memperhatikan :

a. Apabila kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten/kota induk seluruhnya menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran, perolehan suara Partai Politik diseluruh kecamatan tersebutdimasukan ke dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara partai politik didaerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran;

b. Apabila kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten/kota induk seluruhnya menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran, suara Anggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calonAnggota DPRD Kabupaten di seluruh kecamatan tersebut dimasukkan kedalam rekapitulasi hasil penghitungan suara Anggota DPRD Kabupaten dansuara calon Anggota DPRD Kabupaten di daerah pemilihan Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran;

c. Apabila kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk tidak seluruhnya menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran, perolehan suara partai politik di kecamatan yang menjadi bagianwilayah kabupaten/kota pemekaran dimasukan ke dalam rekapitulasi hasilpenghitungan suara partai politik di daerah pemilihan Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran.

d. Apabila kecamatan yang semula tergabung dalam satu daerah pemilihan dikabupaten induk tidak seluruhnya menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran, suara Anggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calonAnggota DPRD Kabupaten di kecamatan yang menjadi bagian wilayah

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 62

kabupaten/kota pemekaran dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasilpenghitungan suara Anggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calonAnggota DPRD Kabupaten di daerah pemilihan Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran.

Pasal 97

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara partai politik, suara AnggotaDPRD Kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRD Kabupaten padadaerah pemilihan kabupaten/kota pemekaran, sebagaimana dimaksud dalamPasal 96, dituangkan dalam Berita Acara rekapitulasi hasil penghitungan suaradi KPU Kabupaten induk dalam pengisian Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran (Model DB DPRD Kabupaten/Kota) dan rincian perolehan suarapartai politik, suara Anggota DPRD Kabupaten dan suara calon Anggota DPRDkabupaten dalam pengisian Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran(Lampiran Model DB 1 DPRD Kabupaten/Kota).

Pasal 98

Setelah menetapkan hasil penghitungan perolehan suara partai politik, suaraAnggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRDKabupaten hasil Pemilu tahun 2009 di kabupaten/kota pemekaran sebagaimanadimaksud dalam Pasal 97, KPU Kabupaten menetapkan penghitunganperolehan kursi setiap Partai Politik di pada setiap daerah pemilihan AnggotaDPRD Kabupaten/Kota pemekaran.

Pasal 99

Penetapan penghitungan perolehan kursi setiap Partai Politik pada setiap daerahpemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksuddalam Pasal 98, dilakukan dengan cara:

a. Tahap pertama : 1) Menetapkan seluruh suara sah partai politik hasilpenghitungan perolehan suara di daerah pemilihanDPRD Kabupaten/Kota pemekaran;

2) Menetapkan angka BPP dengan cara membagi seluruhsuara sah partai politik di daerah pemilihan DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksudpada angka 1), dengan jumlah alokasi kursi di daerahpemilihan tersebut;

3) Menetapkan perolehan kursi partai politik di setiapdaerah pemilihan, dengan cara membagi jumlah suarasah yang diperoleh setiap partai poltik dengan angkaBPP sebagaimana dimaksud pada angka 2);

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13663

4) Apabila jumlah suara sah partai politik sama atau lebihbesar dari pada angka BPP, partai politik tersebutdiberikan sejumlah kursi dengan kemungkinan masihterdapat sisa suara partai politik yang akan dihitungdalam penghitungan kursi Tahap Kedua;

5) Apabila jumlah suara sah partai politik lebih kecil daripada angka BPP, Partai Politik yang bersangkutan tidakmemperoleh kursi, sehingga jumlah suara sah partaipolitik tersebut dikategorikan sebagai sisa suara partaipolitik yang akan dihitung dalam penghitungan kursiTahap kedua bersama-sama dengan sisa suara partaipolitik sebagaimana dimaksud pada angka 1), yaitudalam hal masih terdapat sisa kursi di daerah pemilihantersebut yang belum terbagi;

c. Tahap kedua : 1) Dilakukan dengan cara membagikan sisa kursi yangbelum terbagi sebagaimana dimaksud pada huruf a satudemi satu berturut-turut, dimulai dari partai politik yangmempunyai sisa suara paling banyak sampai sisa kursitersebut habis dibagi.

2) Apabila terdapat satu atau beberapa partai politikmemperoleh kursi berdasarkan hasil Pemilu tahun2009 dan berdasarkan hasil penataan penghitungankursi di daerah pemilihan kabupaten/kota induk tidakmemperoleh kursi sehingga wajib dipindahkan kedaerah pemilihan kabupaten/kota pemekaran, sertaapabila satu atau seluruh partai politik tersebut tidakmemperoleh kursi berdasarkan hasil penghitungankursi sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 4)dan huruf b angka 1), maka sebelum membagikan sisakursi yang belum terbagi sebagaimana dimaksud padaangka 1), partai politik yang bersangkutan terlebihdahulu diberikan kursi.

3) Apabila satu atau beberapa diantara partai politiksebagaimana dimaksud pada angka 2) memperolehkursi berdasarkan hasil penghitungan kursisebagaimana dimaksud pada huruf a angka 4) danhuruf b angka 1), maka langkah selanjutnya:

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 64

a) Menetapkan jumlah dan nama partai politik yangmemperoleh kursi berdasarkan angka BPP danpartai politik yang memperoleh kursi berdasarkanperingkat sisa suara/suara di daerah pemilihantersebut;

b) Menentukan partai poltik yang memperoleh kursiberdasarkan angka BPP sebagaimana dimaksudpada huruf a);

c) Mencocokan nama partai politik yang memperolehkursi berdasarkan angka BPP sebagaimanadimaksud pada huruf b), dengan kursi partai politikyang wajib dipindahkan ke daerah pemilihanAnggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran;

d) Apabila partai politik yang kursinya wajibdipindahkan ke daerah pemilihan Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagaimanadimaksud pada huruf c), juga memperoleh kursiberdasarkan BPP sebagaimana dimaksud padahuruf b), maka kursi tersebut ditempati oleh kursipartai politik yang wajib pindah;

e) Menentukan partai poltik yang memperoleh kursiberdasarkan peringkat sisa suara/suarasebagaimana dimaksud pada huruf a), dimulai dariperingkat sisa suara/suara paling banyak danseterusnya secara berturutturut sebanyak jumlahsisa kursi yang belum terbagi sebagaimanadimaksud pada huruf b angka 1);

f) Mencocokan nama partai politik yang memperolehkursi berdasarkan peringkat sisa suara/suarasebagaimana dimaksud pada huruf e), dengan kursipartai politik yang wajib dipindahkan ke daerahpemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran;

g) Apabila partai politik yang kursinya wajibdipindahkan ke daerah pemilihan Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksudpada huruf f), juga memperoleh kursi berdasarkan

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13665

perhitungan peringkat sisa suara/suara sebagaimanadimaksud pada huruf e), maka kursi tersebutditempati oleh kursi partai politik yang wajib pindah;

h) Apabila terdapat satu atau beberapa diantara partaipolitik yang kursinya wajib dipindahkan ke daerahpemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran sebagaimana dimaksud pada huruf f),tidak memperoleh kursi berdasarkan perhitunganperingkat sisa suara/suara sebagaimana dimaksudpada huruf e), maka kursi partai politik yang wajibpindah tersebut ditempatkan pada urutan terakhirdari peringkat sisa suara/suara partai politik didaerah pemilihan tersebut secara berturut sesuai sisakursi yang belum terbagi.

Pasal 100

Dalam penghitungan perolehan kursi partai politik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 99, perolehan suara Anggota DPRD Kabupaten induk danperolehan suara calon Anggota DPRD Kabupaten induk,diikutsertakan/dimasukkan sebagai suara partai politik.

Pasal 101

(1) Apabila jumlah partai politik yang mempunyai sisa suara sama lebihbanyak dari pada jumlah sisa kursi yang belum terbagi, sisa kursi tersebutdibagikan kepada partai politik yang memiliki suara yang lebih meratapenyebarannya di kecamatan pada daerah pemilihan yang bersangkutan.

(2) Partai politik dinyatakan memiliki sebaran sisa suara sah lebih meratasebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila partai politik memiliki selisihsuara terkecil antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya padadaerah pemilihan tersebut.

Bagian KelimaPenetapan Calon Terpilih

Paragraf 1Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Pemekaran

Pasal 102

(1) Penetapan calon terpilih Anggota DPRD Provinsi pemekaran disetiapdaerah pemilihan didasarkan atas jumlah kursi yan diperoleh setiap partaipolitik.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 66

(2) Nama calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diambil darinama calon yang tercantum dalam DCT DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009yang memperoleh suara terbanyak pertama, kedua, ketiga dan seterusnyaserta belum ditetapkan sebagai calon terpilih.

(3) Perolehan suara calon terbanyak pertama, kedua, ketiga dan seterusnyasebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan penjumlahan perolehansuara calon yang berada di kabupaten/kota yang masih menjadi bagianwilayah provinsi induk dan perolehan suara calon yang berada dikabupaten/kota pada provinsi pemekaran.

(4) Apabila partai politik memperoleh sejumlah kursi di daerah pemilihanDPRD Provinsi pemekaran dan daerah pemilihan DPRD Provinsi induk,penetapan calon terpilih selain didasarkan atas ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (3), penempatannya untuk mewakili daerah pemilihanDPRD Provinsi pemekaran atau daerah pemilihan DPRD Provinsi induk,didasarkan atas banyaknya suara yang dimiliki calon terpilih yangbersangkutan di daerah pemilihan DPRD Provinsi pemekaran atau daerahpemilihan DPRD Provinsi induk.

Pasal 103

(1) Apabila partai politik memperoleh sejumlah kursi di suatu daerahpemilihan DPRD Provinsi pemekaran melebihi jumlah calon yangtercantum dalam DCT DPRD Provinsi pemekaran, maka kursi di daerahpemilihan tersebut dialokasikan kepada calon yang belum dinyatakanterpilih dari partai politik yang sama yang mewakili daerah pemilihan laindalam Provinsi pemekaran yang wilayahnya berbatasan langsung secarageografis dalam satu Provinsi.

(2) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan olehDPD/DPW partai politik di Provinsi induk kepada KPU Provinsi induk,dan nama calon dari daerah pemilihan lain tersebut dicoret dari DCTDPRD Provinsi Pemilu tahun 2009.

(3) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calonyang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

(4) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Provinsi pemekaran didaerah pemilihan yang berbatasan langsung secara geografis sebagaimanadimaksud pada ayat (2), nama calon terpilih diambil dari DCT DPRDProvinsi Pemilu tahun 2009 pada daerah pemilihan terdekat berikutnyadalam satu Provinsi pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13667

(5) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Provinsi pemekaran didaerah pemilihan terdekat berikutnya dalam satu provinsi pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (4), nama calon terpilih diambil dariDCT DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009 pada daerah pemilihan provinsiinduk yang seluruh kabupaten/kotanya tetap menjadi wilayah provinsiinduk yang wilayahnya berbatasan langsung secara geografis.

(6) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Provinsi induk yangwilayahnya berbatasan langsung secara geografis sebagaimana dimaksudpada ayat (5), nama calon terpilih diambil dari DCT DPRD Provinsi indukPemilu tahun 2009 pada daerah pemekaran terdekat berikutnya.

(7) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Provinsi induk didaerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), partai politik dapatmengajukan calon dari daerah pemilihan Anggota DPR yang mewakiliprovinsi tersebut dan bersedia menerima penetapan calon terpilih.

Pasal 104

(1) Dalam hal suatu daerah pemilihan DPRD Provinsi pemekaran seluruhcalon tidak memperoleh suara, penetapan nama calon terpilih diambil dariDCT DPRD Provinsi Pemilu 2009 yang mewakili daerah pemilihan laindalam provinsi pemekaran yang wilayahnya berbatasan langsung secarageografis dalam satu provinsi pemekaran.

(2) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan olehDPD/DPW partai politik di provinsi induk kepada KPU Provinsi induk,dan nama calon dari daerah pemilihan lain tersebut dicoret dari DCTDPRD Provinsi Pemilu tahun 2009.

(3) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calonyang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

(4) Apabila tidak ada calon Anggota DPRD Provinsi pemekaran yangmemperoleh suara di daerah pemilihan yang berbatasan langsung secarageografis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), nama calon terpilih diambildari DCT DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009 pada daerah pemilihanterdekat berikutnya dalam satu provinsi pemekaran.

(5) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan terdekat berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalahnama calon yang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 68

(6) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Provinsi pemekaran didaerah pemilihan terdekat berikutnya dalam satu Provinsi pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (4), nama calon terpilih diambil dariDCT DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009 pada daerah pemilihan Provinsiinduk yang seluruh kabupatennya tetap menjadi wilayah Provinsi indukyang wilayahnya berbatasan langsung secara geografis.

(7) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Provinsi induk yangwilayahnya berbatasan langsung secara geografis sebagaimana dimaksudpada ayat (5), nama calon terpilih diambil dari DCT DPRD Provinsi indukPemilu 2009 pada daerah pemilihan terdekat berikutnya.

(8) Apabila tidak ada calon Anggota DPRD Provinsi pemekaran dan calonAnggota DPRD Provinsi induk yang memperoleh suara sebagaimanadimaksud pada ayat (4) dan ayat (7), usul penetapan nama calon terpilihdiambil dari DCT DPRD Provinsi Pemilu 2009 yang mewakili daerahpemilihan semula yang seluruhnya calonnya tidak memperoleh suara dandiajukan oleh DPD/DPW Partai Politik di provinsi induk dalam waktupaling lama 3 (tiga) hari sejak KPU Provinsi induk menetapkan calonterpilih.

Pasal 105

(1) Penetapan calon terpilih Anggota DPRD Provinsi pemekaran sebagaimanadimaksud Pasal 102, Pasal 103 dan Pasal 104, dilakukan dalam RapatPleno KPU Provinsi induk yang dihadiri oleh pimpinan partai politik.

(2) Pimpinan partai politik yang hadir dapat menyatakan keberatan terhadappenetapan calon terpilih Anggota DPRD Provinsi induk yang tidak sesuaidengan peraturan perundangan yang berlaku, dan Ketua KPU Provinsiinduk dengan persetujuan Anggota KPU Provinsi induk segera menetapkankeputusan terhadap pernyataan keberatan tersebut.

(3) Pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalamformulir Pernyataan Keberatan Penetapan Calon terpilih Anggota DPRDProvinsi pemekaran (Model EA 2 DPRD Provinsi).

(4) Pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidakmenghalangi proses penetapan calon terpilih Anggota DPRD Provinsipemekaran.

Pasal 106

(1) Hasil penetapan calon terpilih Anggota DPRD Provinsi pemekaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 dituangkan dalam Berita AcaraPenetapan Hasil Pengisian Keanggotaan DPRD Provinsi pemekaran,

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13669

Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Umum dan PenetapanCalon Terpilih Anggota DPRD Provinsi pemekaran, serta ditandatanganioleh Ketua KPU Provinsi dan sekurang-kurangnya 2 (dua) Anggota KPUProvinsi induk serta dibubuhi cap, selanjutnya disampaikan kepadaPimpinan Partai Politik dan dapat diumumkan secara luas kepadamasyarakat, melalui media massa cetak dan media elektronik dan/ataupengumuman lainnya.

(2) Nama-nama calon terpilih Anggota DPRD Provinsi pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh KPU Provinsiinduk kepada Menteri Dalam Negeri melalui penjabat Gubernur Provinsipemekaran, dengan tembusan kepada KPU.

(3) KPU merekomendasikan nama-nama calon terpilih Anggota DPRDProvinsi pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada MenteriDalam Negeri, untuk diresmikan keanggotaannya dengan KeputusanMenteri Dalam Negeri.

Paragraf 2Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Pemekaran

Pasal 107

(1) Penetapan calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekarandisetiap daerah pemilihan didasarkan atas jumlah kursi yang diperolehsetiap partai politik.

(2) Nama calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diambil darinama calon yang tercantum dalam DCT DPRD Kabupaten Pemilu tahun2009 yang memperoleh suara terbanyak pertama, kedua, ketiga danseterusnya serta belum ditetapkan sebagai calon terpilih.

(3) Perolehan suara calon terbanyak pertama, kedua, ketiga dan seterusnyasebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan penjumlahan perolehansuara calon baik yang berada di kecamatan yang masih menjadi bagianwilayah kabupaten induk maupun perolehan suara calon yang berada dikecamatan pada kabupaten/kota pemekaran.

(4) Apabila partai politik memperoleh sejumlah kursi di daerah pemilihan DPRDKabupaten/Kota pemekaran dan daerah pemilihan DPRD Kabupaten induk,penetapan calon terpilih selain didasarkan atas ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (3), penempatannya untuk mewakili daerah pemilihanDPRD Kabupaten/Kota pemekaran atau daerah pemilihan DPRD Kabupateninduk, didasarkan atas banyaknya suara yang dimiliki calon terpilih yangbersangkutan di daerah pemilihan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran ataudaerah pemilihan DPRD Kabupaten induk.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 70

Pasal 108

(1) Apabila partai politik memperoleh sejumlah kursi di suatu daerahpemilihan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran melebihi jumlah calon yangtercantum dalam DCT DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, kursi di daerahpemilihan tersebut dialokasikan kepada calon yang belum dinyatakanterpilih dari partai politik yang sama yang mewakili daerah pemilihan laindalam kabupaten/kota pemekaran yang wilayahnya berbatasan langsungsecara geografis dalam satu kabupaten/kota.

(2) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan oleh DPCpartai politik di kabupaten induk kepada KPU Kabupaten induk, dan namacalon dari daerah pemilihan lain tersebut dicoret dari DCT Anggota DPRDKabupaten Pemilu tahun 2009.

(3) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calondalam DCT DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009 yang mendudukiperingkat suara terbanyak berikutnya.

(4) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran di daerah pemilihan yang berbatasan langsung secara geografissebagaimana dimaksud pada ayat (2), nama calon terpilih diambil dariDCT DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009 pada daerah pemilihan terdekatberikutnya dalam satu kabupaten/kota pemekaran.

(5) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Kabupaten pemekarandi daerah pemilihan terdekat berikutnya dalam satu kabupaten pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (4), nama calon terpilih diambil dariDCT DPRD kabupaten Pemilu tahun 2009 pada daerah pemilihankabupaten induk yang seluruh kecamatannya tetap menjadi wilayahkabupaten induk yang wilayahnya berbatasan langsung secara geografis.

(6) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Kabupaten induk yangwilayahnya berbatasan langsung secara geografis sebagaimana dimaksudpada ayat (5), nama calon terpilih diambil dari DCT DPRD Kabupateninduk Pemilu tahun 2009 pada daerah pemekaran terdekat berikutnya.

(7) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Kabupaten induk didaerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), partai politik dapatmengajukan calon dari daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi yangmewakili kabupaten/kota tersebut dan bersedia menerima penetapan calonterpilih.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13671

Pasal 109

(1) Dalam hal suatu daerah pemilihan DPRD Kabupaten/Kota pemekaranseluruh calon tidak memperoleh suara, penetapan nama calon terpilihdiambil dari DCT DPRD Kabupaten Pemilu 2009 yang mewakili daerahpemilihan lain dalam kabupaten/kota pemekaran yang wilayahnyaberbatasan langsung secara geografis dalam satu kabupaten/kotapemekaran.

(2) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan oleh DPCpartai politik di kabupaten induk kepada KPU Kabupaten induk, dan namacalon dari daerah pemilihan lain tersebut dicoret dari DCT DPRDKabupaten Pemilu tahun 2009.

(3) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calonyang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

(4) Apabila tidak ada calon Anggota DPRD Kabupaten pemekaran yangmemperoleh suara di daerah pemilihan yang berbatasan langsung secarageografis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), nama calon terpilih diambildari DCT DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009 pada daerah pemilihanterdekat berikutnya dalam satu kabupaten/kota pemekaran.

(5) Nama calon yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih dari daerahpemilihan terdekat berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalahnama calon yang menduduki peringkat suara terbanyak berikutnya.

(6) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran di daerah pemilihan terdekat berikutnya dalam satuKabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), namacalon terpilih diambil dari DCT DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009 padadaerah pemilihan Kabupaten induk yang seluruh kecamatannya tetapmenjadi wilayah Kabupaten induk yang wilayahnya berbatasan langsungsecara geografis.

(7) Apabila sudah tidak ada lagi calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota indukyang wilayahnya berbatasan langsung secara geografis sebagaimanadimaksud pada ayat (5), nama calon terpilih diambil dari DCT DPRDKabupaten induk Pemilu 2009 pada daerah pemilihan terdekat berikutnya.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 72

(8) Apabila tidak ada calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran dancalon Anggota DPRD Kabupaten induk yang memperoleh suara di daerahpemilihan terdekat berikutnya dalam satu kabupaten/kota pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (7), usul penetapan namacalon terpilih diambil dari DCT DPRD Kabupaten Pemilu 2009 yangmewakili daerah pemilihan semula yang seluruhnya calonnya tidakmemperoleh suara dan diajukan oleh DPC Partai Politik di kabupaten indukdalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak KPU Kabupaten indukmenetapkan calon terpilih.

Pasal 110

(1) Penetapan calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaransebagaimana dimaksud Pasal 107, Pasal 108 dan Pasal 109, dilakukandalam Rapat Pleno KPU Kabupaten induk yang dihadiri oleh pimpinanpartai politik.

(2) Pimpinan partai politik yang hadir dapat menyatakan keberatan terhadappenetapan calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yangtidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dan Ketua KPUKabupaten induk dengan persetujuan Anggota KPU Kabupaten induksegera menetapkan keputusan terhadap pernyataan keberatan tersebut.

(3) Pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalamformulir Pernyataan Keberatan Penetapan Calon terpilih Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran (Model EB 2 DPRD Kabupaten/Kota).

(4) Pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidakmenghalangi proses penetapan calon terpilih Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran.

Pasal 111

(1) Hasil penetapan calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 dituangkan dalam Berita AcaraPenetapan Hasil Pengisian Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kotapemekaran, Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Umum danPenetapan Calon Terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran,serta ditandatangani oleh Ketua KPU Kabupaten induk dan sekurang-kurangnya 2 (dua) Anggota KPU Kabupaten induk dan dibubuhi cap,selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan Partai Politik dan dapatdiumumkan secara luas kepada masyarakat, melalui media massa cetak danmedia elektronik dan/atau pengumuman lainnya.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13673

(2) Nama-nama calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaransebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh KPU Kabupateninduk kepada Gubernur melalui penjabat Bupati/Walikota padakabupaten/kota pemekaran, dengan tembusan kepada KPU dan KPUProvinsi.

(3) KPU Provinsi merekomendasikan nama-nama calon terpilih AnggotaDPRD Kabupaten/ Kota pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)kepada Gubernur, untuk diresmikan keanggotaannya dengan KeputusanGubernur.

BAB VPERESMIAN KEANGGOTAAN

Pasal 112

(1) Anggota DPRD Provinsi induk yang pindah menjadi Anggota DPRDProvinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf a, hurufb, dan huruf c diusulkan peresmian pemberhentiannya sebagai AnggotaDPRD Provinsi induk dan peresmian pengangkatannya sebagai AnggotaDPRD Provinsi pemekaran oleh KPU Provinsi induk, bersama-samadengan usul peresmian calon Anggota DPRD Provinsi pemekaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf d.

(2) Anggota DPRD Kabupaten/Kota induk yang pindah menjadi AnggotaDPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72huruf a, huruf b, dan huruf c diusulkan peresmian pemberhentiannyasebagai Anggota DPRD Kabupaten induk dan peresmian pengangkatannyasebagai Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran oleh KPU Kabupateninduk, bersama-sama dengan usul peresmian calon Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf d.

Pasal 113

(1) Nama-nama calon terpilih Anggota DPRD Provinsi induk, disampaikanoleh KPU Provinsi induk kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubenurpada provinsi induk, dengan tembusan kepada KPU.

(2) Nama-nama calon terpilih Anggota DPRD Provinsi pemekaran danAnggota DPRD Provinsi induk yang pindah menjadi Anggota DPRDProvinsi pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (1),disampaikan oleh KPU Provinsi induk kepada Menteri Dalam Negerimelalui Penjabat Gubenur pada provinsi pemekaran, dengan tembusankepada KPU.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 74

(3) Nama-nama calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten induk, disampaikanoleh KPU Kabupaten induk kepada Gubernur melalui Bupati padakabupaten induk, dengan tembusan kepada KPU dan KPU Provinsi.

(4) Nama-nama calon terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran danAnggota DPRD Kabupaten induk yang pindah menjadi Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat(3), disampaikan oleh KPU Kabupaten induk kepada Gubernur melaluipenjabat Bupati/Walikota pada kabupaten/kota pemekaran, dengantembusan kepada KPU dan KPU Provinsi.

Pasal 114

(1) KPU merekomendasikan nama-nama calon terpilih Anggota DPRDProvinsi induk dan Anggota DPRD Provinsi pemekaran sebagaimanadimaksud dalam Pasal 113 ayat (1) dan ayat (2) kepada Menteri DalamNegeri.

(2) KPU Provinsi merekomendasikan nama-nama calon terpilih AnggotaDPRD Kabupaten/Kota induk dan Anggota DPRD Kabupaten/Kotapemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (3) dan ayat (4)kepada Gubernur.

Pasal 115

(1) Keanggotaan DPRD Provinsi induk dan DPRD Provinsi pemekaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (1), diresmikan denganKeputusan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden sebagai KepalaNegara.

(2) Keanggotaan DPRD Kabupaten induk dan DPRD Kabupaten/Kotapemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (2), diresmikandengan Keputusan Gubernur atas nama Presiden sebagai Kepala Negara.

BAB VIPENGGANTIAN CALON TERPILIH

Pasal 116

(1) Penggantian calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupateninduk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekarandilakukan, apabila calon terpilih:

a. Meninggal dunia;

b. Mengundurkan diri;

c. Tidak lagi memenuhi syarat untuk menjadi Anggota DPRD Provinsiatau DPRD Kabupaten/Kota;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13675

d. Terbukti melakukan tindak pidana pemilu berupa politik uang ataupemalsuan dokumen berdasarkan putusan pengadilan yang telahmempunyai kekuatan hukum tetap.

(2) Penggantian calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukansebelum tanggal pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten induk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran, dengan ketentuan :

a. Calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten indukdan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yangmeninggal dunia dibuktikan dengan surat keterangan kematian dariLurah/Kepala Desa atau sebutan lainnya atau dari rumah sakit tempatcalon yang bersangkutan meninggal dunia atau instansi/pejabat yangberwenang;

b. Calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten indukdan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yangmengundurkan diri, dibuktikan dengan surat pernyataan pengundurandiri yang ditandatangani oleh calon terpilih yang bersangkutan diataskertas bermaterai cukup yang disetujui oleh DPD/DPW partai politikatau DPC partai politik kabupaten induk dengan surat penarikanpenetapan calon terpilih yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretarisatau sebutan lainnya.

c. Calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten indukdan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yangberdasarkan Keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk tidaklagi memenuhi syarat untuk menjadi Anggota DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam BAB XVUndang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, dibuktikan dengan suratketerangan dan/atau surat pernyataan yang menguatkan alasan bahwacalon terpilih tersebut tidak lagi memenuhi syarat calon yang dibuat danditandatangani oleh pihak yang berwenang.

d. Calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten indukdan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yangterbukti melakukan tindak pidana pemilu berupa politik uang ataupemalsuan dokumen, dibuktikan dengan salinan putusan pengadilanyang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 76

(3) Dalam hal calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupateninduk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaranmeninggal dunia sebelum pengucapan sumpah janji, penetapan calonterpilih pengganti dilakukan melalui proses penggantian calon terpilih.

Pasal 117

(1) Calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten induk danDPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yang tidak lagimemenuhi syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (2)huruf c dan huruf d sampai dengan hari terakhir jadwal waktu penetapancalon terpilih, tidak dapat ditetapkan sebagai calon terpilih.

(2) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk meminta kepada DPD/DPWPartai Politik atau DPC Partai Politik induk untuk mengusulkan namacalon pengganti Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten induk danDPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1).

(3) Calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten induk danDPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran yang telahditetapkan oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk dan tidakmemenuhi syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (2)huruf c dan huruf d sampai dengan 7 (tujuh) hari sebelum pengucapansumpah/janji Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten induk danDPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, maka KPUProvinsi atau KPU Kabupaten induk meminta kepada DPD/DPW PartaiPolitik atau DPC Partai Politik induk untuk mengusulkan nama calonpengganti.

(4) Calon pengganti yang diusulkan DPD/DPW Partai Politik atau DPC PartaiPolitik induk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), didasarkanatas keputusan pimpinan partai politik yang ditandatangani oleh Ketua danSekretaris atau sebutan lainnya.

(5) Calon pengganti yang diusulkan DPD/DPW Partai Politik atau DPC PartaiPolitik induk sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diambil dari namacalon yang tercantum dalam DCT DPRD Provinsi atau DPRD KabupatenPemilu tahun 2009 pada daerah pemilihan yang sama dan mendudukiperingkat suara terbanyak berikutnya yang belum dinyatakan sebagai calonterpilih.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13677

Pasal 118

(1) Usul penggantian calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten induk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (2) huruf a, hurufb, huruf c, dan huruf d, dilakukan oleh DPD/DPW Partai Politik atau DPCPartai Politik induk atau KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk.

(2) Pengajuan usul penggantian calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten induk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran oleh DPD/DPW Partai Politik atau DPC Partai Politik induksebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan paling lambat 7 (tujuh)hari sebelum pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten induk dan Anggota DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota pemekaran.

(3) Pengajuan usul penggantian calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten induk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada KPUProvinsi atau KPU Kabupaten induk dengan disertai bukti surat kematianatau surat keterangan dan/atau surat pernyataan pengunduran diri sertasalinan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c,dan huruf d.

(4) Pengajuan usulan penggantian calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten/Kota induk dan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3), yangmelewati jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penggantiancalon terpilih dilaksanakan melalui mekanisme penggantian antar waktuAnggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten.

Pasal 119

(1) Apabila calon terpilih meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalamPasal 116 ayat (2) huruf a, DPD/DPW Partai Politik atau DPC PartaiPolitik induk wajib menyampaikan surat bukti kematian dari Lurah/KepalaDesa atau sebutan lainnya atau dari rumah sakit tempat calon terpilihtersebut meninggal dunia atau dari instansi/lembaga yang berwenang.

(2) Apabila calon terpilih mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalamPasal 116 ayat (2) huruf b, DPD/DPW Partai Politik atau DPC PartaiPolitik induk wajib menyampaikan surat pemberitahuan bahwa calonterpilih tersebut mengundurkan diri dan dilampiri surat pernyataanpengunduran diri dari calon terpilih yang bersangkutan.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 78

(3) Apabila calon terpilih yang diganti tidak lagi memenuhi syarat calonAnggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota sebagaimanadimaksud dalam Pasal 116 ayat (2) huruf c, DPD/DPW Partai Politik atauDPC Partai Politik induk wajib menyampaikan surat pemberitahuan bahwacalon terpilih tersebut tidak lagi memenuhi syarat calon dengan dilampiribukti-bukti tertulis yang menguatkan alasan bahwa calon terpilih tersebuttidak lagi memenuhi syarat calon.

(4) Apabila calon terpilih terbukti melakukan tindak pidana pemilu berupapolitik uang atau pemalsuan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal116 ayat (2) huruf d, DPD/DPW Partai Politik atau DPC Partai Politikinduk wajib menyampaikan surat pemberitahuan bahwa calon terpilihtersebut telah melakukan tindak pidana pemilu berupa politik uang ataupemalsuan dokumen yang telah mempunyai mempunyai kekuatan hukumtetap dengan dilampiri bukti tertulis berupa putusan pengadilan yang telahmempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 120

(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk wajib mengklarifikasi usulanpenggantian calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota induk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 dan Pasal 119, kepadaDPD/DPW Partai Politik atau DPC Partai Politik induk, dan/atauinstansi/lembaga yang berwenang.

(2) Dalam hal calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupateninduk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaranmemenuhi ketentuan Pasal 116 ayat (2) huruf b, KPU Provinsi atauKPUKabupaten induk melakukan klarifikasi mengenai pengunduran diri calonterpilih tersebut kepada DPD/DPW Partai Politik atau DPC Partai Politikinduk, yang dapat dihadiri oleh calon terpilih yang bersangkutan atasundangan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk.

(3) Hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)dituangkan dalam Berita Acara Klarifikasi yang ditandatangani oleh Ketuadan Anggota KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk sertaditandatangani oleh DPD/DPW Partai Politik atau DPC Partai Politik indukdan dibubuhi cap partai politik.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13679

(4) Hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), digunakan sebagaidasar pengambilan keputusan dalam rapat pleno penggantian calon terpilihAnggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten induk dan DPRD Provinsiatau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran oleh KPU Provinsi atau KPUKabupaten induk.

Pasal 121

(1) Dalam hal calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupateninduk dan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaranmemenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (2)huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, serta telah ditetapkan dengankeputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk, maka keputusanpenetapan calon terpilih yang bersangkutan batal demi hukum.

(2) Calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten induk danDPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1), diganti dengan nama calon dari DCT DPRDProvinsi atau DPRD Kabupaten Pemilu tahun 2009 pada daerah pemilihanyang sama berdasarkan surat keputusan DPD/DPW Partai Politik atau DPCPartai Politik induk untuk ditetapkan oleh KPU Provinsi atau KPUKabupaten induk.

(3) Surat keputusan DPD/DPW Partai Politik atau DPC Partai Politik induksebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus ditandatangani oleh Ketua danSekretaris DPD/DPW Partai Politik atau DPC Partai Politik induk atausebutan lainnya yang memiliki legitimasi pada saat tanggal surat keputusantersebut diterbitkan.

(4) Calon pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah nama calonyang tercantum dalam DCT DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten Pemilutahun 2009 pada daerah pemilihan yang sama dan menduduki peringkatsuara terbanyak berikutnya yang belum dinyatakan sebagai calon terpilih.

Pasal 122

KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk menetapkan calon Anggota DPRDProvinsi atau DPRD Kabupaten induk dan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagai calon terpilih pengganti sebagaimanadimaksud dalam Pasal 121, dengan keputusan KPU Provinsi atau KPUKabupaten induk.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 80

BAB VIIPERLENGKAPAN ADMINISTRASI

Pasal 123

Bahan/dokumen yang dipergunakan dalam penataan keanggotaan DPRDProvinsi induk dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi pemekaran,meliputi:

a. Undang-Undang tentang pembentukan Provinsi pemekaran;

b. Undang-Undang tentang pembentukan Kabupaten/Kota pemekaran;

c. Keputusan KPU tentang penataan jumlah dan alokasi kursi setiap daerahpemilihan Anggota DPRD Provinsi, serta penetapan daerah pemilihan danalokasi kursi setiap daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi pemekaran;

d. Berita Acara tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di KPUProvinsi dalam Pemilu Anggota DPRD Provinsi tahun 2009 yang telahdisahkan oleh KPU Provinsi induk (Model DC DPRD Provinsi);

e. Sertifikat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di KPU Provinsi dalamPemilu Anggota DPRD Provinsi tahun 2009 yang telah disahkan oleh KPUProvinsi induk (Model DC 1 DPRD Provinsi);

f. Rincian Perolehan Suara Sah Calon Anggota DPRD Provinsi Dan SuaraTidak Sah di KPU Provinsi dalam Pemilu Anggota DPRD Provinsi tahun2009 yang telah disahkan oleh KPU Provinsi induk (Lampiran Model DC 1DPRD Provinsi);

g. Berita Acara tentang Penetapan Hasil Pemilu, Perolehan Kursi Partai PolitikPeserta Pemilu dan Penetapan Calon Terpilih Anggota DPRD ProvinsiDalam Pemilu Tahun 2009 yang telah disahkan oleh KPU Provinsi induk(Model EA DPRD Provinsi);

h. Penghitungan Suara Dan Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik PesertaPemilu Anggota DPRD Provinsi Pemilu tahun 2009 yang telah disahkanoleh KPU Provinsi induk (Model EA 1 DPRD Provinsi);

i. Penghitungan Perolehan Suara Sah dan Peringkat Suara Sah Calon AnggotaDPRD Provinsi Dalam Pemilu Tahun 2009 yang telah disahkan oleh KPUProvinsi induk (Model EA 3 DPRD Provinsi);

j. Daftar Terpilih Anggota DPRD Provinsi Pemilu Tahun 2009 yang telahdisahkan oleh KPU Provinsi induk (Model EA 3.1 DPRD Provinsi);

k. Daftar Calon Tetap Pemilu Anggota DPRD Provinsi induk tahun 2009 tiapdaerah pemilihan yang telah disahkan oleh KPU Provinsi induk;

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13681

l. Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang peresmian keanggotaan DPRDProvinsi induk hasil pemilu tahun 2009.

Pasal 124

Bahan/dokumen yang dipergunakan dalam penataan keanggotaan DPRDKabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten/Kotapemekaran, meliputi :

a. Undang-Undang tentang pembentukan kabupaten/kota pemekaran;

b. Peraturan Daerah tentang pembentukan kecamatan atau desa/kelurahanpemekaran;

c. Keputusan KPU tentang penataan jumlah dan alokasi kursi setiap daerahpemilihan Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota induk,serta penetapan daerah pemilihan dan alokasi kursi setiap daerah pemilihanAnggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran;

d. Berita Acara tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Di KPUKabupaten Dalam Pemilu Anggota DPRD Kabupaten Tahun 2009 yangtelah disahkan oleh KPU Kabupaten induk (Model DB DPRDKabupaten/Kota);

e. Sertifikat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara di KPU Kabupaten dalamPemilu Anggota DPRD Kabupaten tahun 2009 yang telah disahkan olehKPU Kabupaten induk (Model DB 1 DPRD Kabupaten/Kota);

f. Rincian perolehan suara sah calon Anggota DPRD Kabupaten dan suaratidak sah di KPU Kabupaten induk dalam Pemilu Anggota DPRDKabupaten tahun 2009 yang telah disahkan oleh KPU Kabupaten induk(Lampiran Model DB 1 DPRD Kabupaten/Kota);

g. Berita Acara tentang Penetapan Hasil Pemilu, Perolehan Kursi PartaiPolitik Peserta pemilu dan Penetapan Calon Terpilih Anggota DPRDKabupaten/Kota dalam Pemilu tahun 2009 yang telah disahkan oleh KPUKabupaten induk (Model EB DPRD Kabupaten/Kota);

h. Penghitungan Suara Dan Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik PesertaPemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota tahun 2009 yang telah disahkanoleh KPU Kabupaten induk (Model EB 1 DPRD Kabupaten/Kota);

i. Penghitungan Perolehan Suara Sah dan Peringkat Suara Sah Calon AnggotaDPRD Kabupaten/Kota Dalam Pemilu Tahun 2009 yang telah disahkanoleh KPU Kabupaten induk (Model EB 3 DPRD Kabupaten/Kota);

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 82

j. Daftar Terpilih Anggota DPRD Kabupaten Pemilu Tahun 2009 yang telahdisahkan oleh KPU Kabupaten induk (Model EB 3.1 DPRDKabupaten/Kota);

k. Daftar Calon Tetap Pemilu Anggota DPRD Kabupaten induk tahun 2009setiap daerah pemilihan yang telah disahkan oleh KPU Kabupaten induk;

l. Keputusan Gubernur tentang peresmian keanggotaan DPRD Kabupateninduk hasil Pemilu tahun 2009.

BAB VIIIPEMBIAYAAN

Pasal 125

Biaya untuk keperluan pelaksanaan penataan dan pengisian keanggotaan DPRDProvinsi induk dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi pemekaran, sertapenataan dan pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, dibebankan pada APBDkabupaten induk dan/atau APBD kabupaten/kota pemekaran dengan mengacupada ketentuan yang mengatur mengenai pendapatan, alokasi danaperimbangan, hibah, dan bantuan dana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang pembentukan provinsi/kabupaten/kota.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHANPasal 126

Dengan berlakunya peraturan ini :

a. Penataan dan pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten induk danpengisian keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran padakabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilu tahun 2004 dan belumdilakukan penataan dan pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten indukdan pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran sampaidengan penyelengaraan pemilu tahun 2009, yang meliputi penetapandaerah pemilihan, penentuan jumlah dan alokasi kursi tiap derah pemilihan,perolehan suara Partai Politik peserta pemilu dan suara calon AnggotaDPRD Kabupaten induk dan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran,penentuan bilangan pembagi pemilih, penetapan perolehan kursi PartaiPolitik peserta pemilu, dan penetapan calon terpilih di setiap daerahpemilihan dilaksanakan berdasarkan hasil pemilu Anggota DPRDKabupaten induk tahun 2009 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 403Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13683

b. Penataan dan pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten induk danpengisian keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran padakabupaten/kota yang dibentuk setelah pemilu tahun 2004 dan belumdilakukan penataan dan pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten indukdan pengisian keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota pemekaran sampaidengan penyelengaraan Pemilu tahun 2009 sebagaimana dimaksud padahuruf a, dilaksanakan berdasarkan peraturan ini sebagaimana dimaksuddalam Pasal 348 ayat (5) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009.

c. KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk yang telah melaksanakanpenataan dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten induk serta pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota pemekaran berdasarkan Peraturan KPU Nomor 61 Tahun2009, tetap sah dan berlaku.

d. KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induk yang telah melaksanakanpenataan dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten induk serta pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebelum Peraturan KPU Nomor 61 Tahun2009 dan peraturan ini berlaku, wajib menyesuaikan dengan peraturan inipaling lambat 6 (enam) bulan setelah berlakunya peraturan ini.

Pasal 127

Penetapan perolehan kursi partai politik yang telah dilaksanakan oleh KPUKabupaten induk atau KPU Kabupaten/Kota pemekaran dalam penataankeanggotaan DPRD Kabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRDKabupaten/Kota pemekaran pada Kabupaten/Kota yang dibentuk setelahPemilu tahun 2004 berdasarkan hasil Pemilu tahun 2009 dan Peraturan KPUNomor 61 Tahun 2009, serta telah dilakukan sebelum Putusan MahkamahKonstitusi Nomor : 124/PUUVII/2009 yang diucapkan dalam sidang plenoterbuka pada tanggal 26 Agustus 2010 dinyatakan sah.

Pasal 128

Pengajuan calon dalam pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota pemekaran untuk pertama kali dilakukan oleh DPD/DPWPartai Politik di Provinsi atau DPC Partai Politik di kabupaten induk.

Pasal 129

Penataan keanggotaan DPRD Kabupaten induk dan pengisian keanggotaanDPRD Kabupaten/Kota pemekaran pada kabupaten induk yang terbagi lebih

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 84

dari satu kabupaten/kota pemekaran, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksuddalam BAB III dan BAB IV peraturan ini.

BAB XKETENTUAN LAIN

Pasal 130

(1) Dalam rangka pelaksanaan pemilu tahun 2014, penataan daerah pemilihanAnggota DPRD Provinsi induk dan daerah pemilihan Anggota DPRDProvinsi pemekaran pada provinsi yang dibentuk setelah pemilu tahun2004 dan telah dilakukan penataan dan pengisian Anggota DPRD Provinsiinduk dan DPRD Provinsi pemekaran berdasarkan hasil pemilu tahun 2009,dilakukan penataan dan penetapan kembali daerah pemilihan di provinsiinduk dan provinsi pemekaran sesuai jumlah penduduk dengan alokasikursi setiap daerah pemilihan paling sedikit 3 (tiga) kursi dan palingbanyak 12 (dua belas) kursi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.

(2) Dalam hal terjadi pembentukan provinsi pemekaran setelahpenyelenggaraan pemilu tahun 2009 dan telah dilakukan penataan danpengisian Anggota DPRD Provinsi induk dan DPRD Provinsi pemekaranberdasarkan hasil Pemilu tahun 2009, dilakukan penataan dan penetapankembali daerah pemilihan di provinsi induk dan provinsi pemekaran sesuaijumlah penduduk dengan alokasi kursi setiap daerah pemilihan palingsedikit 3 (tiga) kursi dan paling banyak 12 (dua belas) kursi, sebagaimanadimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 10Tahun 2008.

(3) Penataan daerah pemilihan Anggota DPRD Provinsi dan daerah pemilihanAnggota DPRD Provinsi pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2), dilakukan untuk penyelenggaraan pemilu tahun 2014sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10Tahun 2008.

Pasal 131

(1) Dalam rangka pelaksanaan pemilu tahun 2014, penataan daerah pemilihanAnggota DPRD Kabupaten induk dan daerah pemilihan Anggota DPRDKabupaten/Kota pemekaran pada kabupaten/kota yang dibentuk setelahPemilu Tahun 2004 dan telah dilakukan penataan dan pengisian AnggotaDPRD Kabupaten induk dan DPRD Kabupaten/Kota pemekaranberdasarkan hasil Pemilu tahun 2009 sebagaimana dimaksud dalam Pasal403 UndangUndang Nomor 27 Tahun 2009, dilakukan penataan dan

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13685

penetapan kembali daerah pemilihan di kabupaten induk dankabupaten/kota pemekaran sesuai jumlah penduduk dengan alokasi kursisetiap daerah pemilihan paling sedikit 3 (tiga) kursi dan paling banyak 12(dua belas) kursi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) danayat (3) UndangUndang Nomor 10 Tahun 2008.

(2) Dalam hal terjadi pembentukan kabupaten/kota pemekaran setelahpenyelenggaraan pemilu tahun 2009 dan telah dilakukan penataan danpengisian Anggota DPRD Kabupaten induk dan DPRD Kabupaten/Kotapemekaran berdasarkan hasil Pemilu tahun 2009, dilakukan penataan danpenetapan kembali daerah pemilihan di kabupaten induk dankabupaten/kota pemekaran sesuai jumlah penduduk dengan alokasi kursisetiap daerah pemilihan paling sedikit 3 (tiga) kursi dan paling banyak 12(dua belas) kursi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dan ayat(3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.

(3) Penataan daerah pemilihan Anggota DPRD Kabupaten dan daerahpemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota pemekaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilakukan untuk penyelenggaraanpemilu tahun 2014 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (4)Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.

Pasal 132

(1) Dalam hal satu kabupaten atau kecamatan di daerah pemilihan provinsiatau kabupaten induk tidak teralokasi kursi, maka kabupaten ataukecamatan yang seharusnya berdiri sebagai satu daerah pemilihansebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf c dan Pasal 33 ayat(1) huruf c, digabungkan dengan daerah pemilihan DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten terdekat.

(2) Suara partai politik, suara calon Anggota DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten, dan suara Anggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupatenpada kabupaten atau kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dimasukkan ke dalam rekapitulasi penghitungan suara di daerah pemilihanDPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten terdekat tersebut.

Pasal 133

(1) Apabila dibentuk kecamatan pemekaran di kabupaten induk ataukabupaten/kota pemekaran yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah,pemisahan jumlah penduduk, perolehan suara partai politik, perolehansuara Anggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calon AnggotaDPRD Kabupaten Pemilu 2009, ditentukan sebagai berikut :

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 86

a. Apabila kecamatan pemekaran tersebut mengambil desa/kelurahan darisatu atau beberapa kecamatan lain dalam satu daerah pemilihankabupaten induk, dan kecamatan pemekaran tersebut menjadi bagianwilayah kabupaten/kota pemekaran dan kecamatan induk tetap menjadibagian wilayah kabupaten induk, maka jumlah penduduk, perolehansuara partai politik, perolehan suara Anggota DPRD Kabupaten danperolehan suara calon Anggota DPRD Pemilu 2009 dari desa/kelurahantersebut dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasil penghiutungan suara didaerah pemilihan kabupaten/kota pemekaran;

b. Apabila kecamatan pemekaran tersebut mengambil desa/kelurahan darisatu atau beberapa kecamatan lain dalam satu daerah pemilihankabupaten induk, dan kecamatan pemekaran tersebut tetap menjadibagian wilayah kabupaten induk dan kecamatan induk menjadi bagianwilayah kabupaten/kota pemekaran, maka jumlah penduduk, perolehansuara partai politik, perolehan suara Anggota DPRD Kabupaten danperolehan suara calon Anggota DPRD Pemilu 2009 dari desa/kelurahantersebut dimasukkan ke dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara didaerah pemilihan kabupaten induk;

c. Apabila kecamatan pemekaran tersebut mengambil desa/kelurahan darisatu atau beberapa kecamatan lain yang tidak dalam satu daerahpemilihan kabupaten induk, dan kecamatan pemekaran tersebut menjadibagian wilayah kabupaten/kota pemekaran dan kecamatan induk daridesa/kelurahan tersebut tetap menjadi bagian wilayah kabupaten induk,maka jumlah penduduk, perolehan suara partai politik, perolehan suaraAnggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRDPemilu 2009 dari desa/kelurahan tersebut dimasukkan ke dalamrekapitulasi hasil penghitungan suara di daerah pemilihankabupaten/kota pemekaran;

d. Apabila kecamatan pemekaran tersebut mengambil desa/kelurahan darisatu atau beberapa kecamatan lain yang tidak dalam satu daerahpemilihan kabupaten induk, dan kecamatan pemekaran tersebut tetapmenjadi bagian wilayah kabupaten induk dan kecamatan induk daridesa/kelurahan tersebut menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran, maka jumlah penduduk, perolehan suara partai politik,perolehan suara Anggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calonAnggota DPRD Pemilu 2009 dari desa/kelurahan tersebut dimasukkanke dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara di daerah pemilihankabupaten induk.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13687

(2) Apabila dibentuk desa/kelurahan pemekaran di kabupaten induk ataukabupaten/kota pemekaran yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah,pemisahan jumlah penduduk, perolehan suara partai politik, perolehansuara Anggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calon AnggotaDPRD Kabupaten Pemilu 2009, ditentukan sebagai berikut :

a. Apabila desa/kelurahan pemekaran tersebut menjadi bagian wilayahkecamatan lain dan kecamatan lain tersebut semula merupakan satudaerah pemilihan dengan kecamatan yang mencakup desa/kelurahaninduk, serta kecamatan lain tersebut menjadi bagian wilayahkabupaten/kota pemekaran dan kecamatan yang mencakupdesa/kelurahan induk tetap menjadi bagian wilayah kabupaten induk,maka jumlah penduduk, perolehan suara partai politik, perolehan suaraAnggota DPRD Kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRDKabupaten Pemilu 2009 dari desa/kelurahan pemekaran tersebutdimasukkan ke dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara di daerahpemilihan kabupaten/kota pemekaran dimana kecamatan lain tersebutmembentuk daerah pemilihan;

b. Apabila desa/kelurahan pemekaran tersebut menjadi bagian wilayahkecamatan lain dan kecamatan lain tersebut semula merupakan satudaerah pemilihan dengan kecamatan yang mencakup desa/kelurahaninduk, serta kecamatan lain tersebut tetap menjadi bagian wilayahkabupaten induk dan kecamatan yang mencakup desa/kelurahan indukmenjadi bagian wilayah kabupaten/kota pemekaran, maka jumlahpenduduk, perolehan suara partai politik, perolehan suara AnggotaDPRD Kabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRD KabupatenPemilu 2009 dari desa/kelurahan pemekaran tersebut dimasukkan kedalam rekapitulasi hasil penghitungan suara di daerah pemilihankabupaten induk dimana kecamatan yang mencakup desa/kelurahaninduk tersebut membentuk daerah pemilihan;

c. Apabila desa/kelurahan pemekaran tersebut menjadi bagian wilayahkecamatan lain dan kecamatan lain tersebut tidak merupakan satu daerahpemilihan dengan kecamatan yang mencakup desa/kelurahan induk,serta kecamatan lain tersebut menjadi bagian wilayah kabupaten/kotapemekaran dan kecamatan yang mencakup desa/kelurahan induk tetapmenjadi bagian wilayah kabupaten induk, maka jumlah penduduk,perolehan suara partai politik, perolehan suara Anggota DPRDKabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRD KabupatenPemilu 2009 dari desa/kelurahan pemekaran tersebut dimasukkan ke

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 88

dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara di daerah pemilihankabupaten/kota pemekaran dimana kecamatan lain tersebut membentukdaerah pemilihan;

d. Apabila desa/kelurahan pemekaran tersebut menjadi bagian wilayahkecamatan lain dan kecamatan lain tersebut tidak merupakan satu daerahpemilihan dengan kecamatan yang mencakup desa/kelurahan induk,serta kecamatan lain tersebut tetap menjadi bagian wilayah kabupateninduk dan kecamatan yang mencakup desa/kelurahan induk menjadibagian wilayah kabupaten/kota pemekaran, maka jumlah penduduk,perolehan suara partai politik, perolehan suara Anggota DPRDKabupaten dan perolehan suara calon Anggota DPRD KabupatenPemilu 2009 dari desa/kelurahan pemekaran tersebut dimasukkan kedalam rekapitulasi hasil penghitungan suara di daerah pemilihankabupaten induk dimana kecamatan yang mencakup desa/kelurahaninduk tersebut membentuk daerah pemilihan.

Pasal 134

(1) Partai Politik yang dikenakan sangsi pembatalan sebagai peserta Pemilutahun 2009 di wilayah Provinsi atau kabupaten/kota induk, karena tidakmenyampaikan laporan awal dana kampanye dan rekening khusus danakampanye kepada KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/kota induksebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 ayat (1) Undang-Undang Nomor10 Tahun 2008, tidak dapat diikutsertakan dalam penghitungan perolehansuara Partai Politik, perolehan suara calon, penetapan perolehan kursi danpenetapan calon terpilih dalam penataan keanggotaan DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten/Kota pemekaran.

(2) Partai Politik yang dikenakan sangsi tidak ditetapkannya calon terpilihAnggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten induk hasil Pemilu tahun2009, karena tidak menyampaikan laporan penerimaan dan penggunaandana kampanye kepada KPU Provinsi atau KPU Kabupaten induksebagaimana dimnaksud dalam Pasal 138 ayat (3) Undang-Undang Nomor10 Tahun 2008, tidak dapat diikutsertakan dalam penghitungan perolehansuara Partai Politik, perolehan suara calon, penetapan perolehan kursi danpenetapan calon terpilih dalam penataan keanggotaan DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten/Kota pemekaran.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13689

Pasal 135

KPU provinsi atau KPU Kabupaten induk wajib melaksanakan putusanMahkamah Konstitusi berkenaan dengan putusan perselisihan hasil pemiluAnggota DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten induk yang amar putusannyamengabulkan permohonan pemohon mengenai penetapan perolehan suara sahpartai politik dan/atau suara sah calon Anggota DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten induk.

Pasal 136

(1) Tata cara pengajuan calon Anggota DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota dalam penataan dan pengisian keanggotaan DPRDProvinsi atau DPRD Kabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRDProvinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran, berpedoman kepadaPeraturan KPU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pedoman TeknisPencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanRakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota Dalam Pemilihan Umum Tahun 2009, denganpenyesuaian seperlunya.

(2) Tata cara rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam penataankeanggotaan DPRD Provinsi atau kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan DPRD Provinsi atau DPRD kabupaten/ kota pemekaran,berpedoman kepada Peraturan KPU Nomor 46 Tahun 2008 tentangPedoman Teknis Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara diPanitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota,Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum DalamPemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009, denganpenyesuaian seperlunya.

(3) Tata cara penetapan perolehan kursi Partai Politik dan penetapan calonterpilih Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalampenataan keanggotaan DPRD Provinsi atau kabupaten induk dan pengisiankeanggotaan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota pemekaran,berpedoman kepada Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2009 tentangPedoman Teknis Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilihan Umum,Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih danPenggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan Umum Anggota DewanPerwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.136 90

Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/KotaTahun 2009 sebagaimana diubah dengan Peraturan KPU Nomor 26 Tahun2009 dan Peraturan KPU Nomor 60 Tahun 2009, dengan penyesuaianseperlunya.

Pasal 137

(1) Bentuk dan jenis formulir untuk keperluan rekapitulasi hasil penghitungansuara dalam penataan keanggotaan DPRD Provinsi atau kabupaten indukdan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kotapemekaran, berpedoman kepada Peraturan KPU Nomor 46 Tahun 2008tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil PenghitunganSuara di Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umumkabupaten/kota, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi PemilihanUmum Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2009,dengan penyesuaian seperlunya.

(2) Bentuk dan jenis formulir untuk keperluan penetapan perolehan kursiPartai Politik dan penetapan calon terpilih Anggota DPRD Provinsi atauDPRD Kabupaten/Kota dalam penataan keanggotaan DPRD Provinsi ataukabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota pemekaran, berpedoman kepada Peraturan KPU Nomor15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penetapan dan PengumumanHasil Pemilihan Umum, Tata Cara Penetapan Perolehan Kursi, PenetapanCalon Terpilih dan Penggantian Calon Terpilih Dalam Pemilihan UmumAnggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, DewanPerwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan Peraturan KPUNomor 26 Tahun 2009 dan Peraturan KPU Nomor 60 Tahun 2009, denganpenyesuaian seperlunya.

Pasal 138

Dalam proses penataan dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten induk dan pengisian keanggotaan DPRD Provinsi atau DPRDKabupaten/Kota pemekaran sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini,Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten pemekaranmembantu pelaksanaan tugas Sekretariat KPU Provinsi atau Sekretariat KPUKabupaten induk.

www.djpp.kemenkumham.go.id

2011, No.13691

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 139

Dengan berlakunya peraturan ini, Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor02 Tahun 2007 tentang Penetapan Jumlah dan Tata Cara PengisianKeanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah PemiluTahun 2004, dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 61 Tahun 2009tentang Pedoman Teknis Penetapan Jumlah dan Tata Cara PengisianKeanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Induk dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilihan Umum 2009, dinyatakandicabut dan tidak berlaku.

Pasal 140

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan inidengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 28 Februari 2011

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

d. H.A. HAFIZ ANSHARY A.Z.

Diundangkan di Jakartapada tanggal 10 Maret 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

www.djpp.kemenkumham.go.id