pil kombinasi

7
PIL KOMBINASI PENDAHULUAN Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat bersifat sementara ataupun bersifat permanen. (1,2) Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis (theoretical effectiveness) dan daya guna pemakaian (use effectiveness). Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya suatu kehamilan yang tidak diinginkan apabila cara tersebut digunakan terus menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Sedang daya guna pemakaian merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruh oleh faktor-faktor seperti tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan dan sebagainya. (1) Sampai saat ini belum ada kontrasepsi yang ideal. Ciri kontrasepsi yang ideal ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah dan mudah diterima oleh pasangan yang bersangkutan. (1,2) Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal dimulai tahun 1897 dimana Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi. Pada tahun 1920-an Herbelandt dan Fellner melaporkan terjadinya hambatan fertilitas pada beberapa macam binatang percobaan yang telah diberikan ekstrak steroid. Dari konsep ini Doisy dkk pada tahun 1930 sampai 1936 berhasil mengisolasi estrogen dan progesteron dari ovarium. Pada tahun 1950-an setelah Pincus, Chang dan Rock menemukan bahwa pemberian progesteron per oral dapat menghambat ovulasi, hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Enovid (noretinodrel 10 mg dan mestranol 0,15 mg) telah digunakan sebagai percobaan kontrasepsi oral pertama di Puerto Rico pada tahun 1956 oleh Pincus dkk. Penelitian farmakologi secara intensif dan percobaan klinik dilakukan untuk mengikuti perkembangan dalam meminimalkan efek samping yang ditimbulkan estrogen tanpa mengurangi efisiensi kontrasepsi dan hasilnya disimpulkan bahwa dosis estrogen dapat diturunkan hingga mencapai 20 μ g bahkan 15 μg pertablet. Percobaan ini membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi. Pada perkembangan dan percobaan selanjutnya telah dibuat berbagai pil KB dengan tujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping dan meminimalkan keluhan peserta KB. (2,3,4) Metode kontrasepsi dengan keefektifan yang bervariasi dan digunakan akhir-akhir ini adalah (5) : 1. Preparat kontraseptif oral 2. Preparat kontraseptif suntikan atau implan 3. Alat dalam rahim 4. Tehnik-tehnik rintangan yang bekerja secara fisik, kimia atau fisikokimia 5. Koitus interuptus 6. Pantang berkala 7. Metode amenore laktasi 8. Sterilisasi permanen Pada pemilihan berbagai jenis kontrasepsi khususnya kontrasepsi oral, yang terpenting adalah memilih jenis yang memiliki khasiat kontrasepsi yang paling sedikit kegagalannya dan yang memiliki efek samping yang paling minimal. Walaupun mempunyai khasiat kontrasepsi yang sama tetapi belum tentu setiap individu memiliki kenyamanan yang sama. (6) Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kontrasepsi oral khususnya pil kombinasi. KONTRASEPSI ORAL Berdasarkan kandungannya, kontrasepsi oral dibagi atas (1,2,6,7) : 1. Pil Kombinasi Merupakan sediaan yang paling banyak digunakan, dimana setiap tablet mengandung 20 – 100 μ g etinilestradiol dan gestagen dalam dosis tertentu. Akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. 2. Pil Sekuensial (bifasik) Terdiri dari 14-16 pil yang mengandung derivat estrogen dan 5-7 pil selanjutnya mengandung kombinasi estrogen dan gestagen. Cara kerjanya mirip dengan suatu siklus haid normal, khasiat kontrasepsi hanya berdasarkan pada hambatan ovulasi oleh estrogen dalam fase pertama dan pada fase kedua gestagen hanya berguna untuk menimbulkan perdarahan yang teratur. Pil sekuensial tidak seefektif pil kombinasi oleh karenanya angka kegagalan relatif tinggi. Di Indonesia sediaan ini tidak pernah beredar. 3. Pil Mini Dikatakan pil mini karena dosis gestagen yang digunakan sangat rendah. Gestagen yang digunakan adalah turunan nortestosteron seperti noretisteron 0,35 mg, linestrerol 0,50 mg, levonorgestrel 0,03 mg. Ada juda yang mengandung etinodral diasetat 0,35 mg atau kuingestanol 0,3 mg. Pil diminum tiap hari tanpa perlu memperhatikan saat terjadinya haid. Cara kerjanya belum diketahui dengan pasti, beberapa diantaranya adalah menekan sekresi gonadotropin, mempengaruhi fungsi korpus luteum, menghambat nidasi, memperlambat gerakan tuba sehingga transportasi ovum

Upload: sasono-udijanto

Post on 21-Jun-2015

5.959 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PIL KOMBINASI

PIL KOMBINASI

PENDAHULUAN

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan yang dapat bersifat sementara ataupun bersifat permanen. (1,2) Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis (theoretical effectiveness) dan daya guna pemakaian (use effectiveness). Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya suatu kehamilan yang tidak diinginkan apabila cara tersebut digunakan terus menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Sedang daya guna pemakaian merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruh oleh faktor-faktor seperti tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan dan sebagainya. (1)

Sampai saat ini belum ada kontrasepsi yang ideal. Ciri kontrasepsi yang ideal ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah dan mudah diterima oleh pasangan yang bersangkutan.(1,2)

Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal dimulai tahun 1897 dimana Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi. Pada tahun 1920-an Herbelandt dan Fellner melaporkan terjadinya hambatan fertilitas pada beberapa macam binatang percobaan yang telah diberikan ekstrak steroid. Dari konsep ini Doisy dkk pada tahun 1930 sampai 1936 berhasil mengisolasi estrogen dan progesteron dari ovarium. Pada tahun 1950-an setelah Pincus, Chang dan Rock menemukan bahwa pemberian progesteron per oral dapat menghambat ovulasi, hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Enovid (noretinodrel 10 mg dan mestranol 0,15 mg) telah digunakan sebagai percobaan kontrasepsi oral pertama di Puerto Rico pada tahun 1956 oleh Pincus dkk. Penelitian farmakologi secara intensif dan percobaan klinik dilakukan untuk mengikuti perkembangan dalam meminimalkan efek samping yang ditimbulkan estrogen tanpa mengurangi efisiensi kontrasepsi dan hasilnya disimpulkan bahwa dosis estrogen dapat diturunkan hingga mencapai 20 µ g bahkan 15 µg pertablet. Percobaan ini membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi. Pada perkembangan dan percobaan selanjutnya telah dibuat berbagai pil KB dengan tujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping dan meminimalkan keluhan peserta KB.(2,3,4)

Metode kontrasepsi dengan keefektifan yang bervariasi dan digunakan akhir-akhir ini adalah (5):

1. Preparat kontraseptif oral 2. Preparat kontraseptif suntikan atau implan

3. Alat dalam rahim 4. Tehnik-tehnik rintangan yang bekerja secara fisik, kimia

atau fisikokimia 5. Koitus interuptus 6. Pantang berkala 7. Metode amenore laktasi 8. Sterilisasi permanen

Pada pemilihan berbagai jenis kontrasepsi khususnya kontrasepsi oral, yang terpenting adalah memilih jenis yang memiliki khasiat kontrasepsi yang paling sedikit kegagalannya dan yang memiliki efek samping yang paling minimal. Walaupun mempunyai khasiat kontrasepsi yang sama tetapi belum tentu setiap individu memiliki kenyamanan yang sama.(6)

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kontrasepsi oral khususnya pil kombinasi.

KONTRASEPSI ORAL

Berdasarkan kandungannya, kontrasepsi oral dibagi atas (1,2,6,7) :

1. Pil Kombinasi Merupakan sediaan yang paling banyak digunakan,

dimana setiap tablet mengandung 20 – 100 µ g etinilestradiol dan gestagen dalam dosis tertentu. Akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

2. Pil Sekuensial (bifasik) Terdiri dari 14-16 pil yang mengandung derivat estrogen

dan 5-7 pil selanjutnya mengandung kombinasi estrogen dan gestagen. Cara kerjanya mirip dengan suatu siklus haid normal, khasiat kontrasepsi hanya berdasarkan pada hambatan ovulasi oleh estrogen dalam fase pertama dan pada fase kedua gestagen hanya berguna untuk menimbulkan perdarahan yang teratur. Pil sekuensial tidak seefektif pil kombinasi oleh karenanya angka kegagalan relatif tinggi. Di Indonesia sediaan ini tidak pernah beredar.

3. Pil Mini Dikatakan pil mini karena dosis gestagen yang

digunakan sangat rendah. Gestagen yang digunakan adalah turunan nortestosteron seperti noretisteron 0,35 mg, linestrerol 0,50 mg, levonorgestrel 0,03 mg. Ada juda yang mengandung etinodral diasetat 0,35 mg atau kuingestanol 0,3 mg. Pil diminum tiap hari tanpa perlu memperhatikan saat terjadinya haid. Cara kerjanya belum diketahui dengan pasti, beberapa diantaranya adalah menekan sekresi gonadotropin, mempengaruhi fungsi korpus luteum, menghambat nidasi, memperlambat gerakan tuba sehingga transportasi ovum

Page 2: PIL KOMBINASI

terganggu dan menekan produksi steroid diovarium. Keuntungan menggunakan pil mini dapat diberikan pada wanita menyusui, wanita dengan hipertensi, wanita perokok dan yang mempunyai riwayat penyakit tromboemboli. Kerugiannya dapat terjadi kehamilan ektopik.

4. Pil Pascasanggama Sediaan yang mengandung dietilstilbestrol (DES) atau

estrogen dosis tinggi, dapat mencegah kehamilan jika diberikan segera setelah koitus yang tidak dilindungi. Dietilstilbestrol 50 mg/hari atau etinilestradiol 1 mg/hari selama 5 hari, digunakan 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam pasca sanggama. Akhir-akhir ini banyak digunakan pil kombinasi estrogen dan gestagen dengan dosis tinggi misalnya 100 µ g etinilestradiol dan 0,5 mg levonorgestrel. Sediaan lainnya, levonorgestrel saja dengan dosis 0,3 – 1 mg digunakan paling lambat 3 jam pascasanggama, mefipristone 10 dan 50 mg dapat digunakan sampai 120 jam pasca sanggama atau danazol 800 – 1200 mg/hari.

Cara kerjanya adalah mencegah terjadinya nidasi, meningkatkan motilitas tuba sehingga mengganggu transportasi ovum dan membuat endometrium menjadi tidak fisiologis untuk proses nidasi. Perlu diingat pil pasca sanggama hanya berguna sebelum terjadinya implantasi. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah terjadinya kelainan bawaan mayor, seperti kanker vulva pada penggunaan dietilstilbestrol dan efek teratogenik dari estrogen pada hewan percobaan.

Berbagai bentuk kontrasepsi oral (7).

No Nama dagang Gestagen Estrogen

1.

(jenis kombinasi)

Microgynon 30

Nordette 28

Nordial 28

Mercilon 28

Marvelon 28

Ovostat 28

Lyndiol

Gynera

Diane 35

150 mcg Levonorgestrel

150 mcg Levonorgestrel

250 mcg Levonorgestrel

150 mcg Levonorgestrel

150 mcg Desogestrel

1 mg Linestrenol

2,5 mg Linestrenol

75 mcg Gestroden

2 mg Siproterone asetat

30 mcg Etinilestradiol

30 mcg Etinilestradiol

50 mcg Etinilestradiol

20 mcg Etinilestradiol

30 mcg Etinilestradiol

50 mcg Etinilestradiol

50 mcg Etinilestradiol

30 mcg Etinilestradiol

35 mcg Etinilestradiol

2.

3.

(jenis kombinasibertingkat)

Triquilar ED

Trinordial

(Gestagen saja)

Exluton 28

50 mcg Levonorgestrel

75 mcg Levonorgestrel

125 mcg Levonorgestrel

50 mcg Levonorgestrel

75 mcg Levonorgestrel

125 mcg Levonorgestrel

0,5 mg Linestrenol

30 mcg Etinilestradiol

40 mcg Etinilestradiol

30 mcg Etinilestradiol

30 mcg Etinilestradiol

40 mcg Etinilestradiol

30 mcg Etinilestradiol

PIL KOMBINASI

Kontrasepsi oral steroid kombinasi adalah metode kontrasepsi yang paling efektif. Terdiri atas kombinasi estrogen dan gestagen dalam dosis tertentu. (1,2) Estrogen dan gestagen yang dipakai adalah steroid sintetik dimana steroid sintetik mempunyai potensi yang lebih tinggi per unit dibandingkan dengan steroid alamiah kalau ditelan per oral. (1)

Kandungan estrogen yang banyak digunakan ialah etinilestradiol dan mestranol (3 metil eter). Mestranol didalam hati akan mengalami proses dimetilasi menjadi etinilestradiol. (5,7,8) Sedangkan gestagen yang digunakan adalah derivat 19 nor-testosteron berupa noretinodrel, norethindron asetat, etinodial diasetat dan norgestrel. (1,7,8) Saat ini telah tersedia juga gestagen generasi ke-3 yang bersifat “Lipid friendly” yaitu desogestrel, gestoden dan norgestimat.(2)

Pil kombinasi adalah kontrasepsi oral yang paling sering digunakan, diminum setiap hari selama 3 minggu dan dihentikan pemakaiannya selama 1 minggu, yang dalam waktu 1 minggu itu biasanya akan terjadi perdarahan dari uterus akibat penghentian pemakaian obat.(5)

JENIS-JENIS PIL KOMBINASI (2,6,7)

1. Monofasik

Pertama kali ditemukan oleh Pincus (Pincus Pill). Jenis monofasik paling banyak digunakan saat ini. Setiap tabletnya mengandung 30 -100 µ g etinilestradiol (di beberapa negara terdapat pula tablet dengan 10 dan 20 µ g) dan gestagen sintetik dengan dosis yang berbeda-beda. Kebanyakan efek samping yang timbul disebabkan oleh kandungan estrogen sehingga saat ini hampir semua pil kontrasepsi mempunyai

Page 3: PIL KOMBINASI

kadar estrogen yang rendah (20-35 µ g etinilestradiol). Dari sebagian besar penelitian, pemberian dosis 50 µ g menimbulkan efek samping yang sangat rendah.

2. Kombinasi bertingkat (2,6,7)

Jenis ini dibuat dengan maksud lebih mengurangi efek samping yang ditimbulkan gestagen, yang dikenal dengan jenis 2 tingkat dan 3 tingkat. Pada jenis 2 tingkat, tingkat pertama dosis gestagen sangat rendah menjadi 0,05 mg dan pada tingkat kedua dosisnya menjadi 0,125 mg. Sedang dosis estrogen tidak berubah.

Pada jenis 3 tingkat (contohnya Triquilar), 6 tablet pertama mengandung 0,05 mg Levonorgestrel dan 30 µ g etinilestradiol; 5 tablet berikutnya mengandung 0,07 mg Levonorgestrel dan 40 µ g etinilestradiol; 10 tablet terakhir mengandung 0,125 mg Levonorgestrel dan 30 µ g etinilestradiol. Jadi selain peningkatan dosis gestagen, dosis estrogen juga berubah.

MEKANISME KERJA

Khasiat kontrasepsi suatu pil kombinasi berdasarkan hambatan ovulasi, dimana secara sinergis estrogen dan gestagen bekerja dengan mekanisme umpan balik terhadap poros hipotalamus-hipofise sehingga tejadi hambatan sekresi gonadotropin-releasing hormon (GnRH) dengan akibat tidak terjadi pelepasan FSH dan LH. (2,9,10) Dengan tidak adanya FSH maka tidak terjadi maturasi folikel yang berakibat juga tidak adanya produksi estrogen oleh folikel dalam ovarium sehingga tidak terjadi pengeluaran LH. Akibat kurangnya FSH dan tidak adanya peningkatan kadar LH pada tengah-tengah siklus haid menyebabkan gangguan dari ovulasi. (1,7,9)

Selain itu, estrogen dalam dosis tinggi dapat mempercepat perjalanan ovum dan gangguan proliferasi endometrium sehingga mengganggu implantasi ovum yang sudah dibuahi. (1,7)

Pengaruh gestagen dalam pil kombinasi adalah memperkuat daya kerja estrogen dalam menghambat ovulasi akan tetapi gestagen sendiri dalam dosis yang tinggi juga dapat menghambat ovulasi.(1,10) Khasiat lain dari gestagen adalah memperkental lendir serviks sehingga menghalangi penetrasi spermatosoon masuk ke dalam uterus, mempengaruhi endometrium sehingga mengganggu implantasi ovum yang telah dibuahi dan mengganggu motilitas tuba.(6,9)

CARA PEMBERIAN (1,2,4,5,8)

Pil kombinasi biasanya tersedia dalam kemasan berisi 21 pil dan ada juga yang berisi 28 pil dimana 7 pil terakhir hanya berupa plasebo yang berisi preparat besi atau vitamin. Pil diminum tiap hari 1 pil terus-menerus dan diminum saat-saat

tertentu agar tidak mudah lupa misalnya malam sebelum tidur, makan malam atau setelah menggosok gigi. Baik yang berisi 21 atau 28 pil mempunyai prinsip minum yang sama yaitu 3 minggu minum dan 1 minggu istirahat minum pil.

Untuk mudahnya :

1. Bila menggunakan kemasan 21 pil. Setelah habis 1 kemasan, istirahat minum pil selama 7 hari kemudian minum pil kemasan baru.

2. Bila menggunakan kemasan 28 pil. Setelah habis 1 kemasan, langsung minum kemasan baru tanpa fase istirahat.

Bila terjadi lupa minum pil :

1. Lupa 1 pil, maka segera minum pil yang terlupa dan pil yang selanjutnya diminum seperti saat biasanya.

2. Lupa 2 pil a. Terjadi selama minggu pertama atau kedua, maka

akseptor harus minum 2 pil selama 2 hari berturut-turut dan pil selanjutnya diminum seperti saat biasanya (belum diperlukan tapi disarankan untuk memakai kontrasepsi tambahan misalnya kondom selama 7 hari).

b. Terjadi selama minggu ketiga, maka akseptor harus minum 1 pil sehari sampai hari minggu berikutnya dan pada hari itu mulai dengan kemasan baru (atau bisa langsung saja dengan pil kemasan baru) dan harus menggunakan kontrasepsi tambahan sampai mulainya siklus haid berikutnya atau sekurang-kurangnya 7 hari.

3. Lupa 3 pil Sama dengan lupa 2 pil pada minggu ketiga atau dapat juga minum 2 pil selama 3 hari berturut-turut dan disertai penggunaan kontrasepsi tambahan sampai mulainya siklus haid berikutnya atau sekurang-kurangnya 7 hari.

4. Sedang diare atau muntah-muntah Pil tetap diminum tiap hari seperti biasanya dan menggunakan kontrasepsi tambahan sampai 7 hari setelah sembuh.

Dengan aturan 3 minggu minum dan 1 minggu istirahat minum pil akan menghasilkan perlindungan yang mutlak terhadap pembuahan. Penggunaan pil untuk pertama kalinya sebaiknya tidak melewati hari ke-5 dari permulaan haid atau dalam waktu 3 minggu setelah melahirkan atau dalam waktu 14 hari pasca tindakan pada abortus untuk mencegah terjadinya induksi ovulasi karena pada wanita normal dengan folikel yang matur dan segera akan mengalami ovulasi spontan, pada kondisi ini pemberian kontrasepsi oral akan memicu ovulasi yang sesungguhnya. (4,5,6)

Page 4: PIL KOMBINASI

Sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin 3 bulan kemudian 6 bulan dan selanjutnya tiap-tiap tahun setelah pemakaian pil. Selain efek samping, berat badan dan tekanan darah juga perlu pemeriksaan mamma dan sediaan apus (Papanicolaou smear).(1,2)

KONDISI-KONDISI DIMANA KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAPAT DIGUNAKAN MENURUT WHO (kategori 1 dan 2)(11) :

Kategori 1: Suatu kondisi dimana tidak ada larangan dalam penggunaan metode kontrasepsi (metode dapat digunakan)

Kategori 2 : Suatu kondisi dimana keuntungan-keuntungan pada penggunaan metode ini lebih besar dibanding dengan resiko teoritis atau terbukti (metode dapat digunakan)

1. Menarke sampai diatas 40 tahun 2. Nulipara maupun multipara 3. > 6 bulan postpartum (meneteki) dan > 21 hari

postpartum (tidak meneteki) 4. Pasca abortus dan pasca kehamilan ektopik terganggu

ataupun riwayat operasi daerah pelvis 5. Merokok dengan usia < 35 tahun 6. Kegemukan (IMT > 30 kg/m2) 7. Riwayat tekanan darah tinggi dalam kehamilan 8. Riwayat keluarga dengan penyakit trombosis vena

profunda/emboli paru ( ayah-ibu)

9. Pasca bedah besar/kecil tanpa imobilisasi 10. Penyakit trombosis vena superficial 11. Penyakit katup jantung tanpa komplikasi 12. Nyeri kepala bukan migren, epilepsi 13. Perdarahan pervaginam teratur maupun tak teratur,

endometriosis,tumor ovarim jinak, dismenore berat 14. Penyakit trofoblas jinak/ganas, ektropion serviks, NIS,

karsinoma serviks 15. Tumor jinak payudara, massa yang belum terdiagnosis

pada payudara, riwayat keluarga dengan kanker payudara, karsinoma endometrium, karsinoma, ovarium, mioma uteri

16. Penyakit inflamasi pelvis, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, sistosomiasis, tuberkulosis, malaria

17. Diabetes tanpa komplikasi, hipertiroid, hipotiroid 18. Penyakit kandung empedu dengan gejala ataupun tidak

atau yang telah dilakukan kolesistektomi, riwayat kolestasis yang berhubungan dengan kehamilan

19. Talasemia, siklemia, anemia kekurangan zat besi 20. Sedang memakai antibiotika (selain rifampicin dan

griseofulvin)

KONDISI-KONDISI DIMANA KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI TIDAK DAPAT DIGUNAKAN MENURUT WHO (kategori 3 dan 4)(11) :

Kategori 3 : Suatu kondisi dimana risiko teoritis atau terbukti biasanya lebih besar dibanding dengan keuntungan menggunakan metode tersebut (metode tidak dapat digunakan)

Kategori 4 : Suatu kondisi dimana memperlihatkan suatu resiko kesehatan yang tidak dapat diterima jika metode kontrasepsi digunakan (metode tidak dapat digunakan)

1. < 6 bulan postpartum (meneteki), < 21 hari post partum (tidak meneteki)

2. Merokok > 15 batang sehari dengan usia > 35 tahun 3. Berisiko menderita penyakit arteri kardiovaskuler 4. Hipertensi, penyakit pembuluh darah 5. Riwayat/menderita penyakit trombosis vena

dalam/emboli paru, pasca bedah besar dengan imobilisasi yang lama

6. Riwayat/menderita penyakit jantung iskemik, riwayat serangan otak, penyakit katup jantung dengan komplikasi,hiperlipidemia

7. Nyei kepala diatas 35 tahun atau disertai gejala neurologik fokal

8. Kanker payudara 9. Diabetes dengan neuropati/retinopati/nefropati atau

telah menderita selama lebih 20 tahun atau disertai penyakit vaskuler lainnya

10. Menderita penyakit kandung empedu atau telah terobati secara medis

11. Infeksi akut virus hepatitis, sirosis berat, tumor jinak dan keganasan hati

12. Riwayat kolestasis yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi oral kombinasi

13. Sedang memakai obat rifampicin, griseofulvin, fenintoin, karbamazepin, barbiturat dan pirimidon.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PIL KOMBINASI (1,4,5,8)

Keuntungan :

1. Efektivitas dapat dipercaya 2. Siklus menstruasi jadi teratur 3. Frekuensi koitus tidak perlu diatur 4. Berkurangnya keluhan dismenorea 5. Sangat reversibel 6. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

Page 5: PIL KOMBINASI

7. Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium, tumor jinak mamma (mungkin juga yang ganas), kista ovarium fungsional, penyakit inflamasi pelvis, aterosklerosis dan artritis rematoid

8. Pengobatan akne (6,12)

Kerugian :

1. Timbul efek samping 2. Pada sebagian wanita, dapat mengurangi gairah seksual 3. Tidak dapat mencegah penyakit menular seksual 4. Tidak dianjurkan untuk wanita yang menyusui, karena

dapat mengurangi produksi ASI 5. Karena diminum tiap hari, kadang-kadang terjadi lupa

minum pil.

EFEK SAMPING

Efek samping yang sering timbul pada pemakaian pil kombinasi adalah perdarahan sela dan hal ini sering dijadikan alasan oleh beberapa akseptor untuk tidak ingin melanjutkan lagi penggunaan kontrasepsinya. (6)

Umumnya perdarahan bercak terjadi pada permulaan penggunaan pil kontrasepsi dan jarang ditemukan pada penggunaan jangka panjang dan lebih banyak ditemukan pada penggunaan pil kombinasi dengan dosis estrogen dan gestagen yang rendah. (4,5,6)

Penyebab pasti terjadinya perdarahan sela belum banyak diketahui tapi dari pengamatan terbukti bahwa komponen gestagen yang berperan terhadap terjadinya perdarahan sela dimana gestagen menyebabkan pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium vena tesebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal.(4,6,8,10)

Dalam penanganan perdarahan sela tidak perlu menghentikan penggunaan pil kontrasepsi.(6,8) Setelah terbukti tidak ditemukan penyebab lain atau tidak ditemukan lesi-lesi pada porsio atau serviks maka dapat diberikan tambahan tablet 20 µ g etinilestradiol bersamaan dengan pil kontrasepsi tersebut. (4,6,8,10)

Selama perdarahan masih terjadi selama itu pula diberikan tablet tambahan etinilestradiol tetapi jika perdarahan sela berhenti tablet tambahan juga dihentikan dan pil kontrasepsi diminum seperti biasa. (6) Biasanya dalam waktu 7 hari perdarahan sela akan berhenti. (4,10) Tapi bila dengan pemberian tablet tambahan etinilestradiol tetap terjadi perdarahan sebaiknya pil kontrasepsi diganti dengan pil jenis sekuensial saja dan bila masih belum berhasil maka perlu dipertimbangkan tindakan dilatasi dan kuretase untuk mencari penyebabnya. (16)

Perlu diketahui perdarahan sela bukan suatu yang perlu dicemaskan karena dapat diobati (4,6) dan bukan merupakan halangan untuk beribadah bagi seorang wanita. (6)

Efek samping pil kombinasi lainnya dapat terjadi karena pengaruh (1,8) :

a. Estrogen

- Rasa mual dan muntah

- Rasa penuh/nyeri pada mamma

- Retensi cairan

- Peningkatan cairan menstruasi

- Keletihan dan iritabilitas

- Keputihan

- Peningkatan sekresi serviks/erosi serviks

Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka biasanya diberikan pil kombinasi dengan kandungan estrogen yang rendah atau kandungan gestagen yang lebih tinggi dengan aktivitas androgenik yang rendah.

b. Gestagen

- Perdarahan tak teratur

- Pengecilan ukuran mamma

- Depresi dan kelelahan

- Penurunan gairah seksual

- Akne dan alopesia

- Sakit kepala

- Kram pada kaki dan kelemahan ligamentum

Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas biasanya diberikan pil kombinasi dengan kandungan gestagen yang rendah atau yang mengandung estrogen lebih tinggi.

KOMPLIKASI PENGGUNAAN PIL KOMBINASI (5,6,8,10)

1. Tromboemboli vena

Risiko terjadinya tromboemboli vena dalam (profundus) meningkat 3 hingga 11 kali lipat pada wanita dengan menggunakan kontrasepsi oral. Risiko ini juga meningkat secara bermakna pada pemakaian kontrasepsi oral sebulan

Page 6: PIL KOMBINASI

sebelum tindakan pembedahan. Mekanismenya masih belum jelas, diduga akibat pengaruh estrogen dimana etinilestradiol mempengaruhi faktor pembekuan dan faktor fibrinolisis serta fungsi trombosit dan endotel sehingga terjadi peningkatan aktifitas pembekuan dan fibrinolisis. Gestagen diduga juga punya peranan. Gestagen generasi lama seperti levonorgestrel dan noretisteron tidak mempunyai pengaruh terhadap risiko trombosis vena tetapi risiko ini akan meningkat 2 kali lipat dengan penggunaan gestagen generasi baru seperti desogestrel atau gestoden.

2. Hipertensi

Akseptor pil kombinasi akan mengalami hipertensi secara nyata dan akan kembali normotensi bila penggunaan pil dihentikan. Diduga akibat pengaruh estrogen dimana etinilestradiol dapat meningkatkan angiotensinogen dan angiotensin II 3-5 kali kadar normal, sedang gestagen mempunyai pengaruh minimal terhadap terjadinya hipertensi. Risiko ini dapat meningkat bila disertai dengan faktor bertambahnya usia dan merokok.

3. Infark jantung

Pil kombinasi dapat meningkatkan risiko terjadinya infark jantung dan dapat diperberat dengan bertambahnya usia, merokok, obesitas, diabetes dan hipertensi sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan pengaruh gestagen dan dosisnya terhadap metabolisme lemak.

4. Stroke

Risiko terjadinya trombosis serebral meningkat 2-3 kali lipat pada penggunaan pil kombinasi. Sakit kepala mendadak, migrain, mual dan amnesia merupakan gejala awal terjadinya stroke dan apabila gejala ini timbul saat penggunaan pil kombinasi maka harus segera dihentikan.

5. Neoplasia

Kaitan kontrasepsi hormonal dengan risiko peningkatan timbulnya neoplasia

masih belum jelas kalaupun ada peningkatan ini besar kemungkinan sangat kecil.

Estrogen dapat mempengaruhi timbulnya tumor jinak mamma, pertumbuhan mioma uterus dan pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hiperplasia endometrium yang berupa hiperplasia simpleks, adenomatosa dan hiperplasia atipik. Hal ini jarang dijumpai pada penggunaan pil kombinasi dengan gestagen yang tinggi.

Estrogen juga berhubungan dengan timbulnya kanker mamma karena kanker mamma jarang ditemukan pada usia pubertas dan akan meningkat tajam dengan bertambahnya usia tetapi timbulnya kanker mamma memerlukan waktu 15-20 tahun jadi kesimpulannnya pil kontrasepsi tidak berperan terhadap terjadinya kanker mamma tetapi pil kontrasepsi mempercepat pertumbuhan tumor yang telah ada sebelumnya.

Gestagen dapat menyebabkan proliferasi dan hipersekresi kelenjar endoserviks serta dapat menyebabkan metaplasia dan displasia epitel porsio dan selaput lendir dari serviks. Tetapi kebanyakan para ahli berpendapat bahwa pil kontrasepsi tidak meningkatkan risiko terkena kanker serviks kecuali bagi wanita dengan faktor-faktor risiko seperti aktivitas seksual tinggi, hubungan seksual pada usia muda, paritas tinggi, status sosial dan ekonomi rendah serta adanya infeksi Human Papiloma Virus (HPV).

Penggunaan pil kontrasepsi lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko terkena tumor hati jinak, hal ini berhubungan dengan dosis steroid dan usia namun apabila pil kontrasepsi dihentikan tumor akan menghilang dengan sendirinya. Pil kontrasepsi tidak meningkatkan risiko terkena kanker hati primer, hal ini terjadi bila telah ada sirosis hati sebelumnya

*) author : sasono udijanto

KEPUSTAKAAN

1. Albar E. Kontrasepsi. In : Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T, eds. Ilmu kandungan. 2nd ed. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1994.p.534-75

2. Dutta DC. Population dynamics and control of conception. In : Konar H, eds. Text book of obstetrics. 4th ed. Chintamoni Das Lane : New Central Book Agency (p) Ltd; 1998.p.568-98

3. Manuaba IBG. Pedoman keluarga berencana untuk pendidikan bidan. In : Setiawan, eds. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : Penertbit buku kedokteran ECG; 1998.p.437-89

4. Speroff L, Glass RH, Kase NG. Oral contraception. In : Clinical gynecologie endocrinology and infertility. 6th ed. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins; 1999.p.867-945

5. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF. Keluarga berencana. In : Obstetri williams. Alih bahasa : Suyono J, Hartono A. 18th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995.p.1109-138

6. Baziad A. Kontrasepsi hormonal. 1st ed. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.p. 1-106

Page 7: PIL KOMBINASI

7. Jacoeb TZ, Basiad A. Kontrasepsi hormonal. In : Endokrinologi reproduksi fisiologi dan kontrasepsi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1994.p. 75-89

8. Hatcher RA, et al. Combined oral contraceptives. In : Breedlove B, Judy B, Martin N, eds. Contraceptive technology 1988-1989. 14th revised ed. Atlanta GA : Printed Matter, Inc; 1988.p.194-249

9. Hatcher RA, et al. Hormonal overview. In : Bredlove B, Judy B, Martin N, eds. Contraceptive technology 1988-1989. 14th revised ed. Atlanta GA : Printed Matter, Inc; 1988.p.189-93

10. Fox MD. Oral contraceptives. In : Cowan BD, Scifer DB, eds. Clinical reproductive medicine. Philadelphia: Lippincott-Raven; 1997.p.131-40

11. Low-dose combined oral contraseptives (COSs). In : Medical eligibility criteria for contraseptive use second edition. [10 screens]. Avaiable at : http://www.who.int/reproductive-health/publications/RHR_00_2_medical_eligibility_criteria... Accessed March 14,2003

12. Amran R. Pengalaman dengan pil KB Diane. Makalah Simposium Kontrasepsi Hormonal. PIT POGI XIII. Malang; Juli 2002