pertanyaan presentasi ta new.docx

40
Pertanyaan Sulis 1. Apa saja faktor yang menyebabkan target pencapaian KB pasca persalinan di puskes Pembina 30%? apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut? Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana. Hal yang dapat dilakukan adalah menambah jumlah bidan sebagai tenaga fungsional sehingga diharapkan bisa memperbaiki struktur organisasi yang telah ada dan meningkatkan pelayanan KB khususnya dalam hal konseling KB. 2. Bagaimana follow up program KB pasca persalinan? Follow up pasien KB pasca persalinan dilakukan dengan mendata akseptor yang menggunakan KB pasca persalinan, setiap akseptor dicatat nama lengkap, alamat dan nomor telepon agar memudahkan untuk menghubunginya jika akseptor tidak datang untuk berKB tepat pada waktunya. 3. Bagaimana cara agar cakupan peserta KB pasca persalinan di puskes Pembina mencapai target? Menambah jumlah bidan sebagai tenaga fungsional sehingga diharapkan bisa memperbaiki struktur organisasi

Upload: rahmadona-nanda

Post on 25-Oct-2015

352 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Pertanyaan Sulis

1. Apa saja faktor yang menyebabkan target pencapaian KB pasca persalinan di puskes

Pembina 30%? apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut?

Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan

program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari

aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan

fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana.

Hal yang dapat dilakukan adalah menambah jumlah bidan sebagai tenaga

fungsional sehingga diharapkan bisa memperbaiki struktur organisasi yang telah ada dan

meningkatkan pelayanan KB khususnya dalam hal konseling KB.

2. Bagaimana follow up program KB pasca persalinan?

Follow up pasien KB pasca persalinan dilakukan dengan mendata akseptor yang

menggunakan KB pasca persalinan, setiap akseptor dicatat nama lengkap, alamat dan

nomor telepon agar memudahkan untuk menghubunginya jika akseptor tidak datang

untuk berKB tepat pada waktunya.

3. Bagaimana cara agar cakupan peserta KB pasca persalinan di puskes Pembina mencapai

target?

Menambah jumlah bidan sebagai tenaga fungsional sehingga diharapkan bisa

memperbaiki struktur organisasi yang telah ada dan meningkatkan pelayanan KB

khususnya dalam hal konseling KB. Dengan optimalnya proses konseling terutama pada

konseling pasca persalinan, diharapkan setiap akseptor pasca persalinan bisa mendapat

pengetahuan dan pengarahan yang baik untuk menggunakan KB pasca persalinan.

Penggunaan KB pasca persalinan ini selain bisa menunda kehamilan juga untuk mengatur

jumlah anak agar program KB dapat tercapai.

4. Bagaimana cara mengetahui penilaian internal dan eksternal telah berjalan baik?

Penilain internal dan eksternal dikatakan baik apabila telah mencapai indicator

penilaian masing-masing. Misalnya internal, jika pencapaian KB sudah mencapai target

yang ditetapkan oleh Puskesmas, maka hal tersebut dinilai telah berjalan dengan baik.

Begitu pula dengan eksternal. Untuk eksternal, sudah ada target tersendiri dari Kemenkes

2010-2014 yaitu pencapaian CPR > 65% dan KB pasca persalinan >60%. Jika capaian

Puskesmas sudah mencapai target yang ditetapkan Kemenkes, maka pelayanan KB

dinilai telah berjalan dengan baik.

5. Bagaimana presentan puskes Pembina dapat menentukan kualitas ketenagaan baik?apa

indicator?

Kualitas ketenagaan dinilai baik karena bidan yang melaksanakan program KB di

Puskesmas Pembina telah mengikuti berbagai pelatihan Kb yan diadakan BKKBN dan

Dinas Kesehatan Kota Palembang, baik dalam hal pelayanan KB maupun proses

konseling yang baik kepada akseptor. Selain itu, bidan yang telah mengikuti berbagai

pelatihan ini memiliki sertifikat kompetensi dalam pelayanan KB.

6. Bagaimana analisa proses untuk meningkatkan jumlah KB pasca persalinan puskes

Pembina?

Analisa proses menunjukkan adanya kendala dalam hal organization. Bidan ketua

pelaksana juga merangkap sebagai bidan pelaksana program KB. Selain itu tidak ada lagi

bidan yang ikut membantu program pelayanan KB. Untuk itu diharapkan ada

penambahan jumlah bidan untuk ditempatkan di bagian pelayanan KB dan konseling KB

dengan hal ini, diharapkan dapat meningkatkan jumlah akseptor KB pasca persalinan di

Puskesmas Pembina.

7. Bagaimana cara kemenkes dan puskes mengatasi masalah program KB?

Cara Kemenkes mengatasi masalah program KB adalah dengan membuat target

pencapaian KB yaitu pelayanan KB 100% disemua fasilitas kesehatan, CPR lebih dari

65% dan KB pasca persalinan lebih dari 60%. Selin itu Kemenkes melalui Dinas

Kesehatan Kota dan BKKBN teah melakukan berbagai upaya seperti pelatihan bidan

pelaksana program KB, memberikan penyuluhan di berbagai media elektronik serta

mengadakan pelatihan untuk kader KB di hampir setiap Puskesmas di Indonesia.

Data Umum

Data Khusus

Penyusunan RUK Penyusunan RPKProses Persiapan

M I N L O K

Puskesmas yang merupakan ujung tombak Kemenkes memberikan pelayanan

sesuai SOP dan memberikan penyuluhan, konselin agar capaian KB mencapai target yang

ditentukan Kemenkes.

8. Apa penyebab presentase KB pasca persalinan puskes Pembina jauh dari target?

Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan

program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari

aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan

fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana. Semua aspek

tersebut menyebabkan persentase KB pasca persalinan di Puskesmas Pembina jauh dari

target yang telah ditentukan Kemenkes 2010-2014.

9. Apa yang menyebabkan belum tercapainya target yang diharapkan pada puskes Pembina

dalam penggunaan KB pasca persalianan?

Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan

program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari

aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan

fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana. Semua aspek

tersebut menyebabkan persentase KB pasca persalinan di Puskesmas Pembina jauh dari

target yang telah ditentukan Kemenkes 2010-2014.

10. Mengapa pada proses dilakukan POA terlebih dahulu setelah itu baru PTP?

Seharusnya dalam PTP yaitu:

11. Kenapa CPR melibihi target sedangkan pengguna KB pasca persalinan tidak mencapai

target? Apa alasannya?

CPR di Puskesmas Pembina mencapai 71,68% sedangkan penggunaan KB pasca

persalinan hanya mencapai 30%. Perbedaan ini disebabkan adanya proses konseling

akseptor KB pasca persalinan KB yang kurang baik. Selain itu, kemungkinan adanya

pemikiran kepada pasien bahwa KB pasca persalinan cukup dengan menyusui saja.

Padahal tidak semua ibu-ibu yan habis melahirkan bisa menyusui dengan baik, ada yang

air susunya tidak keluar sehingga tidak menyusui anaknya. Hal ini menyebabkan proses

KB alamiah tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga CPR mencapai target sementara

KB pasca persalinan tidak mencapai target.

12. Mengapa persentase penggunaan KB masih rendah tapi CPR melebihi target?

CPR di Puskesmas Pembina mencapai 71,68% sedangkan penggunaan KB pasca

persalinan hanya mencapai 30%. Perbedaan ini disebabkan adanya proses konseling

akseptor KB pasca persalinan KB yang kurang baik. Selain itu, kemungkinan adanya

pemikiran kepada pasien bahwa KB pasca persalinan cukup dengan menyusui saja.

Padahal tidak semua ibu-ibu yan habis melahirkan bisa menyusui dengan baik, ada yang

air susunya tidak keluar sehingga tidak menyusui anaknya. Hal ini menyebabkan proses

KB alamiah tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga CPR mencapai target sementara

KB pasca persalinan tidak mencapai target.

13. Mengapa pendataan belum berjalan baik?

Pendataan di Puskesmas Pembina sejauh ini telah berjalan dengan baik. Hal ini

ditandai dengan adanya pengisian data akseptor KB yang lengkap dan laporan PWS KB

yang dibuat dan dilaporkan setiap bulannya.

14. Mengapa nilai CPR lebih tinggi dari nilai persentase penggunaan KB pasca persalinan?

CPR di Puskesmas Pembina mencapai 71,68% sedangkan penggunaan KB pasca

persalinan hanya mencapai 30%. Perbedaan ini disebabkan adanya proses konseling

akseptor KB pasca persalinan KB yang kurang baik. Selain itu, kemungkinan adanya

pemikiran kepada pasien bahwa KB pasca persalinan cukup dengan menyusui saja.

Padahal tidak semua ibu-ibu yan habis melahirkan bisa menyusui dengan baik, ada yang

air susunya tidak keluar sehingga tidak menyusui anaknya. Hal ini menyebabkan proses

KB alamiah tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga CPR mencapai target sementara

KB pasca persalinan tidak mencapai target.

15. Mengapa di puskesmas pembina aspek kuantitas masih kurang bidan, bukankah pembina

itu di dalam kota?

Secara aspek kuantitas untuk pelayanan KB memang masih kurang, karena bidan

yang bertanggung jawab dalam pelayanan KB hanya 1 orang. Bidan tersebut sebagai

ketua pelaksana KB sekaligus merangkap sebagai bidan pelaksana. Kurangnya jumlah

tenaga professional ini tentunya merupakan tanggung jawab

16. Bagaimana memastikan bahwa pencapaian CPR yang melebihi target memang benar ?

Dengan laporan dari bidan melalui PWS KB yang dibuatnya. Melalui hal itu kita

yakin bahwa capaian CPR yang sebesar 71,68% memang benar.

17. Apakah kinerja bidan di Puskesmas Pembina berjalan dengan baik ?

Selama ini kinerja bidan di Puskesmas Pembina sudah berjalan dengan baik.

18. Bagaimana cara meningkatakan penggunaan kontrasepsi paska persalinan untuk

Puskesmas Pembina ?

Dengan menambah jumlah bidan pelaksana program KB. Dengan hal ini

diharapkan dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan program KB di

Puskesmas Pembina.

19. Bagaimana strategi untuk meningkatkan penggunaan KB bagi peserta paska persalinan ?

Dengan menambah jumlah bidan pelaksana program KB. Dengan hal ini

diharapkan dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan program KB di

Puskesmas Pembina. Setelah meningkatkan jumlah bidan pelaksana program KB, bidan

yang ada harus meningkatkan peran sertanya dalam proses konseling ibu-ibu yajg mau

melahirkan. Bidan tersebut menjelaskan tentang pentingnya berKB dan menyarankan

Data Umum

Data Khusus

Penyusunan RUK Penyusunan RPKProses Persiapan

M I N L O K

menggunakan salah satu jenis KB setelah melahirkan untuk mengatur jarak kehamilam

dan membatasi jumlah anak.

20. Bagaimana anda bisa menjelaskan dari Segi ketenagaan, Puskesmas anda memiliki

kualitas yang baik (pelayanan) sedangkan tenaga kerjanya (kuantitas) masih sangat

kurang ? Bagaimana anda mengatasi kendala dari segi “man” dan “organisasi” tersebut ?

Secara kualitas, Bidan di Puskesmas Pembina sudah mengikuti berbagai pelatihan

yang diadakan BKKBN dan Dinas Kesehatan Kota Palembang dalam hal pelayanan KB

dan proses konseling, selain itu bidan tersebut juga sudah memiliki sertifikat kompetensi

dalam hal pelayanan KB.

Secara kuantitas jelas kurang. Dimana 1 bidan melayani 2.240 pasangan usia

subur. Harusnya dilakukan penambahan jumlah bidan untuk pelayanan program KB dan

konseling sehingga proses konseling ibu-ibu yang melahirkan dapat berjalan dengan baik

dan diharapkan hal ini dapat memperbaiki kendala man dan organization dan target

capaian KB pasca persalinan 60% dapat tercapai.

21. Kenapa POA dibuat duluan sebelum PTP ?

Harusnya dalam Perencanaan tingkat Puskesmas (PTP), alurnya adalah sebagai berikut.

Pengumpulan Data

Data Umum

Data Khusus

Penyusunan RUK Penyusunan RPKProses Persiapan

M I N L O K

22. Mengapa anda menjelaskan alur perencanaan RPK Minlok POA PTP ?

mengapa anda mengatakan 1 bidan belum memenuhi kuantitas, padahal syarat pelayanan

kesehatan minimal 1 dokter umum dan 1 bidan ?

Seharusnya Alur dalam PTP yaitu

23. Why the percentage of using KB post partum still under target ?

Because there is just 1 midwife in Puskesmas Pembina who give service for 2.240

fertile couples. It become a problem because counseling process for post partum mother

is less optimal and KB post partum still under target.

24. Apa yang menyebabkan penggunaan KB pasca persalinan rendah selain factor

kekurangan bidan?

Proses konseling yang kurang baik dan pengetahuan masyarakat yang kurang.

Mereka beranggapan cukup menggunakan KB alamiah seperti menyusui, padahal tidak

semua ibu-ibu pasca melahirkan dapat menyusui.

25. Bagaimana cara mengetahui /mengukur aspek kualitas dari bagian ketenagaan?

Dari adanya sertifikat kompetensi yang dimiliki bidan pelaksana program.

Sertifikat ini menunjukkan bahwa bidan tersebut telah mengikuti pelatihan dan telah

memiliki standar kompetensi yang cukup dalam pelayanan KB.

26. Bagaimana langkah-langkah Puskesmas dapat mencapai target pasca persalinan di atas

60%?

Pertama menambah jumlah bidan dibagian pelayanan dan konseling KB,

kemudian bidan tersebut diikutkan dalam pelatihan KB. Selanjutnya memaksimalkan

proses konseling dengan ibu yang setelah melahirkan. Selain itu, perlu dilakukan

penyuluhan tentang KB pasca persalinan di kelas-kelas ibu hamil dan posyandu. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang KB

pasca persalinan.

27. Apa indicator pelayanan KB suatu puskesmas itu berhasil?

Mencapai target yang sudah ditentukan, seperti capaian pelayanan KB di fasilitas

kesehatan 100%, CPR >65% dan KB pasca persalinan >60%.

28. Apa yang menyebabkan persentase penggunaan KB pasca persalinan masih rendah 30%?

Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan

program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari

aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan

fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana.

29. Mengapa nilai dari persentase penggunaan KB pasca persalinan bisa sangat jauh lebih

rendah dibandingkan dengan nilai persentase CPR?

CPR di Puskesmas Pembina mencapai 71,68% sedangkan penggunaan KB pasca

persalinan hanya mencapai 30%. Perbedaan ini disebabkan adanya proses konseling

akseptor KB pasca persalinan KB yang kurang baik. Selain itu, kemungkinan adanya

pemikiran kepada pasien bahwa KB pasca persalinan cukup dengan menyusui saja.

Padahal tidak semua ibu-ibu yan habis melahirkan bisa menyusui dengan baik, ada yang

air susunya tidak keluar sehingga tidak menyusui anaknya. Hal ini menyebabkan proses

KB alamiah tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga CPR mencapai target sementara

KB pasca persalinan tidak mencapai target.

30. Apa factor-faktor yang menyebabkan rendahnya pemakaian KB pada Puskesma

Pembina?

1. Sedikitnya jumlah bidan pelayanan KB

2. Kurangnya proses konseling pada akseptor KB

3. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat di Puskesmas Pembina.

31. Mengapa jumlah staf & bagian kesehatan KB rendah?

Kemungkinan dari Puskesmas yang mengalokasikan jumlah bidan di pelayanan

KB hanya 1 orang. Selain itu, dari Dinas Kesehatan juga tidak menambah jumlah bidan

di Puskesmas Pembina.

32. Apa yang dapat dilakukan oleh Kepala puskesmas sebagai penanggung jawab yankes KB

untuk menambah fungsional di Puskesmas? Bolehkah tenaga honorer?

Mengajukan ke Dinas Kesehatan Kota mengenai permintaan bidan untuk pelayanan KB

di Puskesmas Pembina. Tenaga bidan boleh tenaga honorer maupun yang sudah PNS.

Pertanyaan darma

1. Bagaimana peran kepala puskesmas sei baung dalam mengevaluasi

program KB sehingga program pengawasan berjalan dengan baik?

Jawaban:

Peran Kepala Puskesmas salah satunya adalah mengevaluasi dan

megawasi program KB, namun disini kurangnya kesadaran petugas KB

yang tidak menghitung hasil dari kohort KB, yang menyebabkan tidak

adanya perhitungan untuk KB paska persalinan. Kepala Puskesmas

seharusnya lebih berperan lagi dalam pengawasan terhadap kinerja

petugas KB agar target Kemenkes 2010-2014 terpenuhi, cara lain

adalah dengan pendekatan Minlok.

2. Bagaimana menjalankan program KB luar gedung sehingga membantu

target program KB ?

Jawaban:

Program KB di luar gedung sama pelaksanaan nya sama dengan

program KB dalam gedung, namun yang wajib dilakukan Bidan Praktik

Swasta (BPS) adalah melaporkan hasil pelaporan program KB setiap

bulannya agar output dapat di evaluasi.

3. Mengapa pengawasan program KB yang baik dilaksanakan internal

dan eksternal?

Program KB di dalam & di luar gedung bertujuan agar masyrakat

khususnya PUS dan paska melahirkan dapat melaksanakan program

KB dengan baik.

Jika hanya terfokus di dalam gedung saja maka hasilnya tidak akan

maksimal dikarenakan adanya akses yang jauh ke Puskes membuat

PUS malas utk mengikuti program KB, namu adanya BPS membuat

akses lebih gampang dan PUS dapat mengikuti program KB tanpa

harus ke Puskesmas.

4. Mengapa pengawasan KB belum berjalan baik?

Karna kurangnya koordinasi Dinas Kesehatan, BKKBN dan Puskesmas

terhadap program KB. Seharusnya DinKes dan BKKBN sebagai pihak

yang terkait harus turun langsung ke masyarakat untuk menjelaskan

apa itu KB dan manfaatnya, sehingga masyarakat dapat mengerti dan

menjalankan program KB.

5. Bagaimana anda bisa menyimpulkan YanKes KB Sei Baung telah

berjalan baik sementara untuk pelaporan sendiri anda belum bilang

baik?

Berdasarkan output analisis program KB berdasarkan target KEMENKES 2010-2014 yakni pelayanan KB 100%, CPR 65% & Cakupan paska persalinan 60%, dari target tesrsebut pelayanan program KB di Puskesmas Sei Baung telah melewati target.Data yang diperoleh, didapat dari pencatatan dan pelaporan Kohort KB yang sudah saya hitung sendiri berdasarkan rumus:- CPR

Persentase peserta KB aktif terhadap total PUS, di suatu wilayah kerja

tertentu

Jumlah Peserta KB Aktif

Jumlah PUS- Cakupan Ibu paska persalinan ber-KB

Persentase ibu paska persalinan ber-KB terhadap jumlah sasaran ibu

persalinan dalam 1 tahun

Jumlah ibu paska persalinan ber-KB

Jumlah sasaran ibu bersalin

6. Apakah Puskesmas Sei Baung sudah mencapai target standar 100%?

Untuk proses pelaksanaan, factor-faktor apa saja yang mempengaruhi

pelaporan yang belum berjalan baik, mengingat bahwa pada input

petugas KB sudah terpenuhi?

1. Kurangnya pengawasan dari Kepala Puskesmas terhadap pelaporan dan pencatatan

2. Petugas KB tidak mencatat hasil akhir dari seluruh data Kohort KB

X 100%

X 100%

3. Adanya factor Keluarga Miskin yang datanya tidak lengkap.

7. Bagaimana cara penilaian presentan terhadap laporan yang dinilai kurang baik?Saya menghitung pencatatan dan pelaporan yang ada di Kohort KB puskesmas Sei Baung, sehingga output yang yang didapat telah mencapai target Kemenkes 2010-2014

8. Apa saja contoh program Minlok pada puskesmas Sei Baung?Minlok di Puskesmas Sei Baung dilakukan setiap bulan nya, isi dari Minlok tersebut antara lain: Program pelayanan KB di dalam gedung dan luar gedung dilakukan setiap jam kerja, dilakukan konseling dan penyuluhan setiap 3 bulan agar masyrakat mengerti tentang KB.

9. Bagaimana agar pendataan masyarakat/peserta KB berjalan baik?Saran dari Kepala Puskes adalah dilakukan koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Puskesmas Sei Baung agar laporan pendataan dimaksimalkan agar target Kemenkes terpenuhi.

10. Bagaimana tindakan suatu Puskesmas, jika sasaran pelayanan KB aktif tidak mencapai 65%?Tindakan yang dilakukan adalah penyuluhan KB secara bertahap, pembayaran KB dijamin oleh Asuransi Kesehatan Masyarakat (JamKesMas), BKKBN beserta DinKes diharapkan turun ke masyarakat agar semua PUS dapat mengerti pentingnya KB.

11. Mengapa proses pelaporan belum berjalan baik di Puskesmas Sei Baung?Karna data yang ada di Kohort KB tidak dihitung hasilnya, padahal data tersebut harus dilaporkan sebagai acuan terhadap target KEMENKES 2010-2014

12. Mengapa pencapaian KB aktif pasca persalinan mencapai 95% pada Puskesmas Sei Baung?Karna jika tidak mengikuti program KB maka akan beresiko terhadap bayi yang baru dilahirkan yang mengakibatkan tidak adanya asupan ASI.Program paska persalinan jelas mengtakan 40 hari paska persalinan harus mengikuti KB yang biayanya telah dijamin oleh Jaminan Persalinan.

13. Bagaimana cara untuk mengatasi masalah laporan dan pengawasan yang masih kurang?Petugas KB di Puskesmas Sei Baung harus lebih rajin dalam mengkapitulasi hasil pencatatan Kohort KB, karna hasil dari CPR & Cakupan Paska Persalinan merupakan target Kemenkes yang bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKB.

14. Apa saja factor yang menyebabkan KB pasca persalinan di

puskes sei baung?

KB pasca persalinan di Puskesmas Sei Baung sdh memenuhi target

yakni 95% dikaranakan Ibu paska melahirkan harus ber KB untuk

mengatur jarak kehamilan berikutnya dan ASI dapat trus dilakukan

selama 1 tahun. Program KB Paska persalinan diwajibkan setelah 40

hari paska melahirkan yang tertuang dalam buku pedoman KB dan

jaminan persalinan.

15. Bagaimana POA berjalan dipuskesmas?

Adanya Mini Loka Karya yang bertujuan agar untuk menentukan

perencanaan pada setiap program kerja Puskesmas.

16. Mengapa rencana dan pengorganisasian tidak di analisa telah

berjalan baik atau belum di puskes sei baung?

Rencana dan Pengorganisasian telah dianalisa yang hasilnya berjalan

baik, dimana rencana telah tersusun dalam RPK Minlok PTP

POA, sedangkan organisasi sudah berjalan sesuai fungsi kepala

puskes, seksi KB & KIA dan petugas KB serta BPS.

17. Mengapa analisis tahap pelaporan dikatakan masih belum

terpenuhi tapi puskes sei baung dapat mencapai target?

Laporan dari hasil kohort KB saya hitung sendiri, sehingga di dapatkan

hasil target telah terpenuhi.

18. Mengapa pengawasan belum terjadi dengan baik di puskes sei

baung padahal perencanaan dilakukan setiap tahun?

Pengawasan yang diamksud adalah kurangnya pengawasan dari Dinas

Kesehatan dan BKKBN, padahal pihak2 yang terkait tersebut sangat

diharapkan turun ke masyarakat agar masyrakat dapat mengerti

manfaat KB.

19. Bagaimana standar pendanaan program KB untuk pasien

jamsoskes, jamkesmas dan umum?

Besarnya tarif pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar

No

Jenis Pelayanan

Frek Tarif (Rp)

Jumlah (Rp)

Ket

1 KB aktifa. Pilb.Suntikc.AKDRd. Kondom

3 bulan

3 bulan

10 thn

-

20001000060000

-

20001000060000

-

---Gratis

4. KB Pasca Salina. IUD, Implantb. Suntik

1 kali60.000

10.000

60.000

10.000

KB Pasca Salin ini diberikan sebelum 40 hari setelah melahirkan.

3 Penanganan komplikasi KB pasca persalinan

1 kali 100.000

100.000

-

20. Bagaimana pengawasan yang dilakukan dalam program KB di

puskes sei baung?

Dengan cara Kepala Puskesmas mengevaluasi hasil PWS KB dan kohort

KB, pengawasan petugas KB setiap jam kerja serta jumlah alokon

21. Apakah pelayanan kesehatan Kb sudah berjalan dengan baik di

Puskesmas sei Baung? Apakah kendalanya?

Program KB di Puskesmas Sei Baung sudah berjalan dengan baik

sesuai dengan target Kemenkes 2010-2014, namun kendala yang

dihadapi kurangnya pencatatan dan pelaporan dari petugas

dikarenakan data PUS kurang lengkap.

22. Apakah pelayanan luar gedung seperti pelaporan dari bidan

praktek swasta sudah memadai dan datanya dapat dipercaya sehingga

terpenuhinya target cakupan?

Sebetulnya pelaporan dari BPS tidak berjalan dengan baik karena

mereka tidak akan melaorkan PUS yang gagal ber-KB, mengalami

komplikasi bahkan PUS yang drop-out ber-KB tidak mereka laporkan

semuanya. Karna jika BPS melaporka itu semua maka akan berisiko

terhadap praktik mereka sendiri.

23. Apakah data yang didapatkan benar, tidak ada data manipulasi

sehingga kelihatannya semua target tercapai?

Data semua ada di Kohort KB, namun hasilnya belum tentu benar

karna yang mengisi data Kohort KB adalah petugas KB.

24. Apa yang menyebabkan pengawasan KB di puskes sei baung

kurang berjalan?

Pendataan terhadap PUS yang drop-out atau mengganti alokon

sehingga mempersulit pendataan.

25. Apa yang menyebabkan puskesmas anda tidak mendapatkan

IUD? Apa startegi agar IUD tersedia?

IUD sendiri masih belum dimengerti sepenuhnya oleh masyarakat,

mereka menganggap IUD tidak nyaman dan takut akan efek

sampingnya.

Strategi nya adalah dengan penyuluhan dan konseling KB, agar PUS

dapat mengerti IUD dan melakukannya.

26. Apa itu jampersal?

Jampersal adalah Jaminan Persalinan yang merupakan Jaminan

Kesehatan Masyrakat (JAMKESMAS), estimasi proyeksi jumlah bumil

peserta jamkesms dan sasaran bumil penerima manfaat jaminan

persalinan di daerah tersebut dikalikan total besaran biaya paket

pelayanan persalinan tingkat pertama.

27. Apakah program pelayanan kesehatan dapat berjalan apabila

salahsatu dari analisis input tidak ada?

Tidak akan berjalan baik apabila salahsatu input tidak ada

28. Apakah ada standarisasi untuk petugas kesehatan di puskesmas

untuk yankes KB ini?

Semua petugas KB harus terlatih standardisasi KB di fasilitas

pelayanan KB karna telah diadakan pelatihan pelayanan KB oleh Dinas

Kesehatan.

29. Mengapa pelaporan belum berjalan dengan baik ?

Karna hasil dari pencatatatan di kohort KB tidak ada, sehingga tidak

bisa menghitung cakupan paska persalinan, namun saya

menghitungnya sendiri.

30. Bagaimana cara Yankes KB di Puskesmas Sei baung agar dapat

mencapai 100% ?

Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan program KB yang tersusun

dalam RPK, PTP dan POA Puskesmas Sei Baung

31. Mengapa proses pelaporan dalam pelaksanaan program KB

belum berjalan dengan baik ?

Karna hasil pencatatan kohort KB tidak dihitung, sehingga tidak ada

laporan mengenai paska persalinan

32. Mengapa sistem pelaporan dari luar gedung ke Puskes belum

berjalan dengan baik ?

BPS tidak sepenuhnya melaporkan PUS subur yang ber-KB dikarenakan

adanya Drop out dan komplikasi2 yang dilakukan BPS sehingga

ditakutkan akan membahayakan praktik Bidan itu sendiri

33. Apa kendala-kendala yang dapat menghambat kerja program

peningkatan KIA dan KB baik secara internal (unit Puskesmas) dan

eksternal (masyarakat dan lingkungan) ? apa rencana anda terhadap

kendala tersebut.

34. Apa saran supaya pelaporan program KB berjalan dengan baik ?

Petugas KB harus menghitung jumlah akhir PUS yang aktif ber-KB dan

ibu paska persalinan.

35. Apa saja faktor penyebab pelaporan dari kegiatan KB di

Puskesmas Sei baung tidak berjalan dengan baik ?

Petugs KB tidak menghitung hasil akhir Kohort KB paska persalinan.

Pertanyaan reni

1. Mengapa persentase KB pasca persalinan puskes kenten hanya 1 %?

Jawab : hal ini dikarenakan program metode kontrasepsi yang di

sarankan di Puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinan adalah

berupa metode kontrasepsi alamiah, yaitu Metode Amenorrhea Laktasi

(MAL).

2. Apa yang menjadi prioritas dalam pembuatan rencana kerja (PTP)?

Jawab: prioritas dalam pembuatan PTP yaitu meningkatkan jumlah

peserta KB aktif dan KB baru.

3. Apa kendala utama berjalannya program KB di puskes kenten?

Jawab: Kendala utama adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat

di wilayah kerja puskesmas Kenten untuk ber-KB dan kurangnya

kesadaran PUS 4T untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka

panjang yang lebih disarankan kepada mereka, pemakaian kontrasepsi

PIL dan suntik lebih dominan,hal ini dikarenakan masyarakat masih

mengganggap MKJP hal yang tabu dan mengerikan.

4. Apa yang dilakukan oleh puskes kenten thd petugas yang bertanggung

jawab terhadap program KB namun belum mendapatkan pelatihan KB?

Jawab: Kepala puskesmas memberikan advokasi dan saran kepada

Dinas Kesehatan agar mereka membuka pelatihan bagi petugas

kesehatan yang belum mendapatkan pelatihan.

5. Apakah efek yang terjadi bila terjadi tumpang tindih di organisasi?

Jawab : sebenarnya pada kenyataannya Program KB memang

merupakan bagian dari KIA oleh kerena itu mungkin program ini tidak

dapat dipisahkan dengan KIA, struktur organisasi KB di puskesmas

kenten sendiri merupakan struktur organisasi KIA dan KB tetapi

terdapat satu orang anggota KIA dan KB yang khusus memegang

program KB, mereka bertugas dalam semua hal pencatatan,pelaporan,

perencanaan pelaksanaan program KB. Oleh karena itu tidak terjadi

kendala dalam hal struktur organisasi yang digabung.

6. Apa syarat ruangan untuk pelaksanaan program KB?

Jawab: Ruangan harus cukup memadai untuk melakukan tindakan

pelayanan yankes KB denga peralatan yang lengkap.

7. Mengapa input, proses, output program KB tidak mencapai target di

puskes kenten?

Jawab : yang tidak mencapai target puskesmas kenten hanya output

untuk program KB pasca persalinan yang hanya 1%, hal ini

dikarenakan program metode kontrasepsi yang di sarankan di

Puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinan adalah berupa metode

kontrasepsi alamiah, yaitu Metode Amenorrhea Laktasi (MAL).

8. Mengapa belum semua petugas di puskes kenten belum mendapatkan

pelatihan?apa yang menjadi hambatannya?

Jawab : hal ini disebabkan kurangnya pelatihan yang diadakan oleh

dinas kesehatan.

9. Bagaimana cara mengatasi kendala pada pelayanan KB baik kendala

input maupun output?

Jawab : dari segi input : advokasi kepada dinas kesehatan untuk

pengadaan pelatihan petugas yankes KB, membuat ruangan KB

terpisah dengan KIA dan memadai untuk pelayaanan KB.

Dari segi output : membuat perencanaan program KB untuk pasca

persalinan, berupa konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan

bersalin, membuat kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.

10. Bagaimana memastikan target penggunaaan KB pasca

persalinan meningkat atau mencapai target yang ditetapkan?

Jawab : jumlah peserta KB pasca persalinan meningkat dengan target

lebih dari 60% dari jumlah sasaran ibu bersalin sebanyak 741 orang.

11. Bagaimana startegi puskesmas agar dapat menyaring sebanyak-

banyaknya peserta KB?

Jawab : Strategi atau kegiatan yang akan dilakukan:

1. Melaksanakan penyuluhan KB baik secara perorangan pada waktu

pasien melakukan kunjungan ke puskesmas Kenten dan melakukan

penyuluhan secara berkelompok yaitu yang di posyandu

2. Melakukan kunjungan rumah untuk ibu nifas untuk konseling KB

nya.

3. Melakukan kunjungan untuk PUS dengan DO KB.

4. Melakukan kunjungan kepada PUS dengan 4 T.

5. Melakukan pelatihan MKJP bagi petugas pelayanan kesehatan KB.

6. Penyediaan sarana ruangan yang memadai untuk pelayanan

kesehatan KB

12. Bagaimana seharusnya tindakan pemerintah melihat kekurangan

tenaga ahli?

Jawab: tenaga ahli di puskesmas sudah cukup untuk menunjang

pelayanan KB di puskesmas Kenten.

13. Bagaimana startegi puskesmas agar dapat menjaring sebanyak-

banyaknya peserta KB baru?

Jawab : Strategi atau kegiatan yang akan dilakukan:

1. Melaksanakan penyuluhan KB baik secara perorangan pada

waktu pasien melakukan kunjungan ke puskesmas Kenten dan

melakukan penyuluhan secara berkelompok yaitu yang di

posyandu

2. Melakukan kunjungan rumah untuk ibu nifas untuk konseling KB

nya.

3. Melakukan kunjungan untuk PUS dengan DO KB.

4. Melakukan kunjungan kepada PUS dengan 4 T.

5. Melakukan pelatihan MKJP bagi petugas pelayanan kesehatan

KB.

6. Penyediaan sarana ruangan yang memadai untuk pelayanan

kesehatan KB

14. Bagaimana mengetahui pelatihan ke bidan itu efektif sehingga

pelatihan perlu diberikan kepada bidan-bidan yang lain?

Jawab : pelatihan untuk metode kontrasepsi jangka panjang wajib

diberikan kepada semua bidan di pelayanan KIA dan KB.

15. Mengapa perencanaan pada setiap puskesmas berbeda?

Jawab : karena masalah yang ada di setiap wilayah kerja puskesmas

berbeda-beda, apalagi sistem pelayanan kesehatan sekarang

merupakan sistem desentralisasi.

16. Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

cakupan KB paska persalinan?

Jawab : membuat perencanaan program KB untuk pasca persalinan,

berupa konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin,

membuat kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.

17. Mengapa struktur organisasi tidak sendiri di Puskesmas Kenten ?

tidak ideal ?

Jawab : sudah cukup baik dan masing-masing petugas telah

menjalankan tugas dengan baik.

18. Apa program yang menurut anda efektif untuk meningkatkan

penggunaan kontrasepsi pasca persalinan di Puskesmas Kenten ?

Jawab : perencanaan program KB untuk pasca persalinan, berupa

konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin, membuat

kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.

19. Apa yang direncanakan oleh petugas agar KB pasca persalinan

mencapai target ?

Jawab : perencanaan program KB untuk pasca persalinan, berupa

konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin, membuat

kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.

20. Apa yang menyebabkan target yang terpenuhi pada ibu pasca

persalinan sangat minim (1%) ?

Jawab : hal ini dikarenakan program metode kontrasepsi yang di

sarankan di Puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinan adalah

berupa metode kontrasepsi alamiah, yaitu Metode Amenorrhea Laktasi

(MAL).

21. Bagaimana cara meningkatkan peserta KB pasca persalinan agar

upaya target tercapai?

Jawab : membuat perencanaan program KB untuk pasca persalinan,

berupa konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin,

membuat kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.

22. Bagaimana solusi mengatasi masalah ruangan pelaksanaan KB

yang tidak memadai di Puskesmas Kenten ?

Jawab : membuat perencanaan untuk membuat ruangan KB baru yang

terpisah dengan KIA dengan ukuran ruangan yang memadai,lengkap

dengan sarananya.

23. Bagaimana cara anda atau saran anda untuk mengatasi target

KB pasca persalinan (secara spesifik) ?

Jawab : membuat perencanaan program KB untuk pasca persalinan,

berupa konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin,

membuat kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.

24. How big the room needed to run this program in the input side ?

Jawab : ruangan yang cukup memadai untuk melakukan tindakan

dalam pelayanan yankes KB sesuai dengan jumlah peserta yankes KB

di puskesmas Kenten.

25. Mengapa anda seolah berkata KB harus dipisahkan dari KIA, baik

dari segi pengorganisasian dan ruangan?

Jawab : Kalau dari pengorganisasian program KB sendiri memang

sudah tidak terpisahkan dengan program KIA, sedangkan untuk

ruangannya, dari hasi wawancara dengan bidan di puskesmas Kenten,

mengatakan bahwa ruangan KB yang terpisah untuk tindakan dengan

ibu hamil lebih efektif karena KB sendiri juga memerlukan tindakan

dalam pemasangan MKJP.

26. Pada kesimpulan , bahwa proses kurang baik, Bagaimana bentuk

perencanaan yang sesuai dengan permasalahan di Puskesmas? (jika

saudara adalah Kepala Puskes?

Jawab : Pada prosesnya kurang baik dikarenakan perencanaan tidak

sesuai dengan target yang ditetapkan, sehingga output yang

diharapkan tidak tercapai. Perencanaan yang lama lebih diarahkan

untuk perserta KB baru dan KB aktif bukan KB pasca persalinan.

27. Kenapa perencanaan untuk pemecahan masalah tidak

tercapainya target belum diutarakan?

Jawab : target yang lebih diarahkan di puskesmas kenten lebih banyak

ke arah meningkatkan jumlah peserta KB aktif.

28. Bagaimana cara Puskesmas Kenten mencari dan membuat solusi

tentang hasil evaluasi triwulan setelah dilakukan evaluasi?

Jawab : setelah dilakukan rapat minilokakarya dilakukan pembuatan

Plan of Action untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan.

29. Mengapa pencapaian target peserta KB aktif dengan KB pasca

persalinan sangat berbeda jauh?

Jawab : hal ini dikarenakan program metode kontrasepsi yang di

sarankan di Puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinan adalah

berupa metode kontrasepsi alamiah, yaitu Metode Amenorrhea Laktasi

(MAL).

30. Mengapa kegiatan diluar gedung hanya terbatas pada

penyuluhan?

Jawab : Kegiatan di luar gedung lebih diarahkan untuk menjaring

peserta KB baru, karena itu program yang sesuai berupa penyuluhan

dan kunjungan rumah.

31. Apakah anda yakin target PKM Kenten sudah mencapai 100%?

Jawab : karena Di Puskesmas Kenten fasilitas pelayanan KB telah

sesuai dengan standar, memiliki fasilitas yang lengkap dan tenaga

kesehatan sudah melakukan tindakan sesuai dengan SOP

32. Apa saja yang dimonitoring dan dievaluasi dalam pelayanan

kesehatan KB?

Jawab :

Ruang lingkup monitoring puskesmas Kenten meliputi :

a. Data sasaran, pencatatan, pelaporan dan penanganan keluhan

b. Pelaksanaan yankes KB meliputi jumlah akseptor KB aktif dan KB

baru

c. Kualitas pelaksanaan pelayanan KB

d. Pelaksanaan verifikasi penggunaan dan pertanggungjawaban

dana.

33. Knapa sehari Cuma bisa 5 pelayanan?

Jawab : karena jumlah peserta yang datang kurang lebih lima orang

sehari, tetapi puskesmas kenten menyediakan pelayanan kepada

semua warga di wilayah kerja puskesmas tanpa memabatasinya.

Pertanyaan silvi

1. Bagaimana cara mendata KB pasca persalinan?

2. Mengapa puskes padang selasa target KB pasca persalinan belum

mencapai target?

3. Mengapa alat IUD tidak ada di puskes padang selasa?

4. Mengapa ada pasien KB yang drop out di puskes padang selasa?

5. Mengapa ruang KB dan KIA bergabung dijadikan masalah?

6. Kenapa ruangan KIA dan KB di puskes padang selasa dijadikan

masalah?

7. Mengapa KB pasca persalinan di puskes padang selasa masih jauh dari

target?

8. Follow up seperti apa yang dilakukan dalam mengkontrol pasien drop

our?solusi apa yang diberikan pada pasien?

9. Bagaimana cara puskes padang selasa memberikan penyuluhan?

10. Apa upaya yang dilakukan puskes agar target tercapai?

11. Apakah data yang didapatkan bedar, tidak ada data manipulasi

sehingga kelihatannya semua target tercapai?

12. Apa alasan sehingga anda berargumen bahwa ruangan KIA dan

KB harus dipisah? Bukankah KB bagian dari KIA?

13. Apa pemecahan masalah yang seharusnya dilakukan di

puskesmas anda?

14. Apa yang menyebabkan puskesmas anda tidak mendapatkan

IUD? Apa startegi agar IUD tersedia?

15. Apa upaya dalam mengatasi ruangan KB yang sempit?

16. Apakah pemberian pil KB dapat diberikan di posyandu bukannya

di posyandu hanya ada kader dan bidan?

17. Apakah ada standarisasi untuk petugas kesehatan di puskesmas

untuk yankes KB ini?

18. Mengapa alkon susuk kadang ada/ kadang tidak ?

19. Bagaimana cara mengatasi yankes KB di Puskesmas Padang

Selasa ?

20. Mengapa belum dilaksanakan pelatihan untuk petugas KB di

Puskesmas Padang Selasa ?

21. Mengapa tidak ada pelatihan pemasangan IUD ?

22. Anda menjelaskan bahwa Puskesmas anda lebih banyak

menyiapkan alkon dengan masa jangka waktu pendek dibandingkan

yang lama, seperti lebih memprioritaskan alkon dengan masa jangka

waktu pendek. Mengapa Puskesmas seperti itu ?

23. Apa edukasi yang akan diberikan pada pasien drop out ?

24. Apa penyebab tidak tersedianya KB IUD di Puskesmas Padang

Selasa ?

25. Apa menurut anda perlu tambahan petugas untuk luar gedung ?

26. Sarana dan prasarana apa yang perlu diperhatikan untuk

menjaminkan program ini berjalan lancar ?

27. Bagaimana cara terbaik untuk memastikan PUS mendapat

pelayanan KB di wilayah kerja yang relative besar?

28. Mengapa di Puskes Padang Selasa tidak mendapatkan /memiliki

alat Kontrasepsi IUD?

29. Mengapa pada pelaksanaan nya target KB selalu tercapai namun

masih banyak dilapangan yang tidak menggunakan KB?

30. Bagaimana meningkatkan pelayanan KB, sementara data

target/sasaran pada Puskesmas Padang Selasa tidak diketahui?

31. Bagaimana agar penyuluhan betjalan dengan baik agar tercapai

target peserta KB yang diinginkan?

32. Apa aolusi yang dilakukan jika ada program dari 3 Bidan anggota

tidak tercapai?

33. Bagaimana cara pelaporan apabila MinLok tidak ada?

34. Apa saudara yang lakukan untuk meningkatkan jumlah KB pasca

persalinan agar mencapai target?

35. Mengapa laporan PUS di Puskesmas anda tidak dilaporkan?

JAWABAN

1. KB pasca persalinan dapat didata ketika ibu yang baru melahirkan meminta alat kontrasepsi kepada bidan swasta ataupun di puskesmas dengan keterangan baru melahirkan.2. Puskesmas Padang Selasa belum dapat mencapai target KB pasca persalinan karena ibu yang baru melahirkan di wilayah kerja puskesmas cenderung menolak pemakaian kb langsung setelag melahirkan karena ragu ataupun masih ingin mengandalkan KB alamiah dengan menyusui ASI pada bayi3. Alat IUD belum terdapat di padang selasa karena : memang alkon IUD tidak termasuk alkon yang disuplai oleh BKKBN maupun dinkes, belum ada petugas yang mendapat pelatihan pemasangan IUD, serta ruangan pelayanan KB tidak memadai.4. Kadang-kadang terdapat pasien dropout dari KB karena beberapa alasan. Misalnya saja memang ada pasien yang ingin berhenti KB karena ingin menambah jumlah anak namun ibu tersebut tidak memberitahu petugas puskesmas. Bisa juga pasien dropout dari KB karena pasien merasakan efek negatif alkon seperti bertambah gemuk ataupun datang menstruasi tidak teratur.5. Ruang KIA dan KB yang dijadikan satu termasuk mengganggu kenyamanan pasien ketika konseling ataupun ketika disuntik dengan alkon KB suntik. Jika tersedia ruangan yang lebih nyaman, privasi dan memadai maka akan membuat pasien merasa nyaman untuk berkonsultasi lebih lanjut ataupun terus datang kepuskesmas untuk di suntik KB.6.Ruang KIA dan KB yang dijadikan satu termasuk mengganggu kenyamanan pasien ketika konseling ataupun ketika disuntik dengan alkon KB suntik. Jika tersedia ruangan yang lebih nyaman, privasi dan memadai maka akan membuat pasien merasa nyaman untuk berkonsultasi lebih lanjut ataupun terus datang kepuskesmas untuk di suntik KB.7. Puskesmas Padang Selasa belum dapat mencapai target KB pasca persalinan karena ibu yang baru melahirkan di wilayah kerja puskesmas cenderung menolak pemakaian kb langsung setelag melahirkan karena ragu ataupun masih ingin mengandalkan KB alamiah dengan menyusui ASI pada bayi8. Follow up yang dilakukan pada pasien drop out dilakukan dengan cara mendatangi rumah pasien ataupun menelepon pasien berdasarkan alamat dan no telpon yang diberikan pasien saat pertama datang ke puskesmas. Lalu petugas akan mendekati pasien untuk mengetahui alasan apa

yang membuat pasien berhenti datang ke puskesmas, apakah pasien tetap memakai KB namun membeli alkon di tempat lain selain puskesmas ataupun pasien benar-benar berhenti menggunakan KB. Jika pasien berhenti KB dikarenakan efek samping kb maka akan di berikan solusi dengan mengganti KB jenis lain. Jika pasien berhenti KB karena malas kepuskesmas yang jauh dari tempat tinggal, pasien akan diberitahu posyandu yang dekat dengan tempat tinggal pasien dimana pasien dapat mengambil alkon jenis pil di sana. Pasien akan diberitahu manfaat KB dalam jangka panjang untuk terus memotivasi pasien terus mengikuti KB.9. Puskesmas padang selasa belum memiliki program khusus penyuluhan untuk KB. Sejauh ini terbatas hanya penyuluhan di pertemuan kader. Untuk kedepan bisa direncanakan hari-hari khusus untuk mengumpulkan ibu-ibu yang belum ataupun sedang memakai KB untuk memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai manfaat KB.

1. Upaya yang dilakukan puskes agar target tercapai khususnya bagi angka KB pasca persalinan adalah dengan memberikan edukasi dan penyuluhan bagi ibu-ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas. Penyuluhan dapat dilakukan dalam event tertentu agar lebih menarik dan mengumpulkan lebih banyak ibu hamil untuk datang. Edukasi juga diberikan dari segi ekonomi jika keluarga memiliki terlalu banyak anak. Dalam penyuluhan juga bisa diberikan kartu khusus untuk imunisasi bayi sebagai alat 'pengundang' ketika ibu telah melahirkan bayinya.2. Data jumlah akseptor KB aktif di puskesmas padang selasa merupakan data asli yang di catat dengan per nama pasien. Data tersebut bukan hanya dikumpulkan dari ibu yang dilayani di puskesmas, namun data dikumpulkan dari bidan prakterk swasta dan posyandu yang terdapat di wilayah kerja. 3. Ruangan KIA dan KB memang tidak harus dipisah. Namun mengingat ukuran ruangan yang sangat kecil, maka sudah tidak nyaman lagi ketika pasien harus mendengar edukasi diruangan yang penuh dengan suara tangisan bayi. Jika memang tidak dipisah sebaiknya disediakan ruangan yang kapsasitasnya memadai dan nyaman.4. Puskesmas dapat 5. IUD memang bukan alkon yang disediakan oleh BKKBN ataupun dinkes. Lagipula belum ada bidan di puskesmas yang mendapatkan pelatihan pemasangan IUD.6. Ruangan KB yang sempit dapat di atasi dengan pemasangan sekat antara ruangan KIA dan KB7. Pemberian pil KB diposyandu dapat diberikan. Kader diposyandu telah diberikan pelatihan dalam pemberian pil KB. Rata-rata pasien telah konseling terlebih dahulu dipuskesmas dan telah di ajaricara pemakaiannya.8. Standarisasi petugas yankes KB yakni minimal merupakan lulusan bidan dan telah mendapatkan pelatihan KB.

1. Alkon susuk tidak selalu tersedia karena memang peminat alkon jenis sedikit dan jarang ke puskesmas, biasanya langsung ke bidan praktek swasta. Untuk alkonnya sendiri memang dapat disediakan oleh BKKBN dengan permintaan khusus.2. 3. Satu orang petugas puskesmas padang selasa telah mendapatkan pelatihan pemasangan implant. Sementara untuk pelatihan lainnya masih menunggu program dari dinkes.4. Pelatihan pemasangan IUD biasanya menunggu program khusus yang diadakan BKKBN atau dinkes untuk bpuskesmas.

5. Puskesmas padang selasa masih lebih banyak menyediakan alkon jangka pendek karena untuk pemasangan alkon jangka panjang tidak mendapatkan suplai dari BKKBN atau dinkes, ditambah lagi petugas yankes KB di puskes baru mendapat pelatihan pemasangan implant.6. Edukasi yang diberikan pada pasien drop out dilakukan dengan cara mendekati pasien untuk mengetahui alasan apa yang membuat pasien berhenti datang ke puskesmas, apakah pasien tetap memakai KB namun membeli alkon di tempat lain selain puskesmas ataupun pasien benar-benar berhenti menggunakan KB. Jika pasien berhenti KB dikarenakan efek samping kb maka akan di berikan solusi dengan mengganti KB jenis lain. Jika pasien berhenti KB karena malas kepuskesmas yang jauh dari tempat tinggal, pasien akan diberitahu posyandu yang dekat dengan tempat tinggal pasien dimana pasien dapat mengambil alkon jenis pil di sana. Pasien akan diberitahu manfaat KB dalam jangka panjang untuk terus memotivasi pasien terus mengikuti KB.7. IUD memang bukan alkon yang disediakan oleh BKKBN ataupun dinkes. Lagipula belum ada bidan di puskesmas yang mendapatkan pelatihan pemasangan IUD.8. Yang diperlukan penambahan bukanlah jumlahpetugas namun jumlah kader. Jumlah kader yang banyak diharapkan dapat memberikan promosi yang lebih luas untuk menjangkau ibu yang belum mengikuti KB.9. Sementara ini program yankes KB telah berjalan dengan lancar, namun agar yankes KB berjalan lebih maju bisa ditunjang dengan ruangan yang memadai dan alkon yang lebih banyak jenisnya khususnya alkon MKJP.

1. Cara terbaik untuk memastikan PUS mendapatkan pelayanan KB adalah dengan melihat jumlah peserta akseptor KB aktif. Melihat angka 85% akseptor kb aktif di puskesmas padang selasa telah menunjukkan PUS telah dilayani dengan cukup baik dan efisien.2. Alat IUD belum terdapat di padang selasa karena : memang alkon IUD tidak termasuk alkon yang disuplai oleh BKKBN maupun dinkes, belum ada petugas yang mendapat pelatihan pemasangan IUD, serta ruangan pelayanan KB tidak memadai.3. Hal ini tidak dapat dijawab dengan jawaban pasti. Namun hal ini dapat disebabkan dari jumlah PUS yang berbeda dari lapangan, atau bisa juga PUS tersebut melakukan KB alamiah ( kalender, senggama terputus, MAL,dll )atau hanya dengan kondom.4. Sasaran target akseptor KB di puskesmas padang selasa mengikuti target dari kemenkes yakni 65%.5. Agar meningkatkan minat masyarakat terhadap KB di harapkan penyuluhan yang dilakukan harus dapat menarik minat masyarakat dengan mengadakan acara yang berbedadari biasanya. Materi yang disampaikan juga harus menarik minat, juga dari segi presentan yang memberikan penyuluhan harus dapat meyakinkaj masyarakat.6. Jika dalam laporan target belumtercapai, maka biasanya akan di adakan penelusuran apakah ada pasien drop out, mengadakan penyuluhan lebih gencar serta menggerakkan para kader dan tokoh masyarakat untuk meyakinkan masyarakat mengikuti KB7. Minlok bukannya tidak ada, namun selama presentan berada 3 minggu belum mendapat kesempatan untuk mengikutinya. Laporan perbulan terus di teruskan dari pemegang program kepada kepala puskesmas tiap bulan sebagai pertanggungjawaban.8. Yang dapat presentan lakukan adalah mengadakan pendekatan ketika berada diposyandu, dengan memberikan informasi yang singkat,praktis dan menarik agar ibu-ibu di posyandu tertarik mengikuti KB9. Laporan PUS dipuskesmas padang selasa di laporkan secara rutin.