pertanyaan presentasi ta new.docx
TRANSCRIPT
Pertanyaan Sulis
1. Apa saja faktor yang menyebabkan target pencapaian KB pasca persalinan di puskes
Pembina 30%? apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut?
Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan
program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari
aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan
fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana.
Hal yang dapat dilakukan adalah menambah jumlah bidan sebagai tenaga
fungsional sehingga diharapkan bisa memperbaiki struktur organisasi yang telah ada dan
meningkatkan pelayanan KB khususnya dalam hal konseling KB.
2. Bagaimana follow up program KB pasca persalinan?
Follow up pasien KB pasca persalinan dilakukan dengan mendata akseptor yang
menggunakan KB pasca persalinan, setiap akseptor dicatat nama lengkap, alamat dan
nomor telepon agar memudahkan untuk menghubunginya jika akseptor tidak datang
untuk berKB tepat pada waktunya.
3. Bagaimana cara agar cakupan peserta KB pasca persalinan di puskes Pembina mencapai
target?
Menambah jumlah bidan sebagai tenaga fungsional sehingga diharapkan bisa
memperbaiki struktur organisasi yang telah ada dan meningkatkan pelayanan KB
khususnya dalam hal konseling KB. Dengan optimalnya proses konseling terutama pada
konseling pasca persalinan, diharapkan setiap akseptor pasca persalinan bisa mendapat
pengetahuan dan pengarahan yang baik untuk menggunakan KB pasca persalinan.
Penggunaan KB pasca persalinan ini selain bisa menunda kehamilan juga untuk mengatur
jumlah anak agar program KB dapat tercapai.
4. Bagaimana cara mengetahui penilaian internal dan eksternal telah berjalan baik?
Penilain internal dan eksternal dikatakan baik apabila telah mencapai indicator
penilaian masing-masing. Misalnya internal, jika pencapaian KB sudah mencapai target
yang ditetapkan oleh Puskesmas, maka hal tersebut dinilai telah berjalan dengan baik.
Begitu pula dengan eksternal. Untuk eksternal, sudah ada target tersendiri dari Kemenkes
2010-2014 yaitu pencapaian CPR > 65% dan KB pasca persalinan >60%. Jika capaian
Puskesmas sudah mencapai target yang ditetapkan Kemenkes, maka pelayanan KB
dinilai telah berjalan dengan baik.
5. Bagaimana presentan puskes Pembina dapat menentukan kualitas ketenagaan baik?apa
indicator?
Kualitas ketenagaan dinilai baik karena bidan yang melaksanakan program KB di
Puskesmas Pembina telah mengikuti berbagai pelatihan Kb yan diadakan BKKBN dan
Dinas Kesehatan Kota Palembang, baik dalam hal pelayanan KB maupun proses
konseling yang baik kepada akseptor. Selain itu, bidan yang telah mengikuti berbagai
pelatihan ini memiliki sertifikat kompetensi dalam pelayanan KB.
6. Bagaimana analisa proses untuk meningkatkan jumlah KB pasca persalinan puskes
Pembina?
Analisa proses menunjukkan adanya kendala dalam hal organization. Bidan ketua
pelaksana juga merangkap sebagai bidan pelaksana program KB. Selain itu tidak ada lagi
bidan yang ikut membantu program pelayanan KB. Untuk itu diharapkan ada
penambahan jumlah bidan untuk ditempatkan di bagian pelayanan KB dan konseling KB
dengan hal ini, diharapkan dapat meningkatkan jumlah akseptor KB pasca persalinan di
Puskesmas Pembina.
7. Bagaimana cara kemenkes dan puskes mengatasi masalah program KB?
Cara Kemenkes mengatasi masalah program KB adalah dengan membuat target
pencapaian KB yaitu pelayanan KB 100% disemua fasilitas kesehatan, CPR lebih dari
65% dan KB pasca persalinan lebih dari 60%. Selin itu Kemenkes melalui Dinas
Kesehatan Kota dan BKKBN teah melakukan berbagai upaya seperti pelatihan bidan
pelaksana program KB, memberikan penyuluhan di berbagai media elektronik serta
mengadakan pelatihan untuk kader KB di hampir setiap Puskesmas di Indonesia.
Data Umum
Data Khusus
Penyusunan RUK Penyusunan RPKProses Persiapan
M I N L O K
Puskesmas yang merupakan ujung tombak Kemenkes memberikan pelayanan
sesuai SOP dan memberikan penyuluhan, konselin agar capaian KB mencapai target yang
ditentukan Kemenkes.
8. Apa penyebab presentase KB pasca persalinan puskes Pembina jauh dari target?
Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan
program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari
aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan
fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana. Semua aspek
tersebut menyebabkan persentase KB pasca persalinan di Puskesmas Pembina jauh dari
target yang telah ditentukan Kemenkes 2010-2014.
9. Apa yang menyebabkan belum tercapainya target yang diharapkan pada puskes Pembina
dalam penggunaan KB pasca persalianan?
Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan
program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari
aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan
fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana. Semua aspek
tersebut menyebabkan persentase KB pasca persalinan di Puskesmas Pembina jauh dari
target yang telah ditentukan Kemenkes 2010-2014.
10. Mengapa pada proses dilakukan POA terlebih dahulu setelah itu baru PTP?
Seharusnya dalam PTP yaitu:
11. Kenapa CPR melibihi target sedangkan pengguna KB pasca persalinan tidak mencapai
target? Apa alasannya?
CPR di Puskesmas Pembina mencapai 71,68% sedangkan penggunaan KB pasca
persalinan hanya mencapai 30%. Perbedaan ini disebabkan adanya proses konseling
akseptor KB pasca persalinan KB yang kurang baik. Selain itu, kemungkinan adanya
pemikiran kepada pasien bahwa KB pasca persalinan cukup dengan menyusui saja.
Padahal tidak semua ibu-ibu yan habis melahirkan bisa menyusui dengan baik, ada yang
air susunya tidak keluar sehingga tidak menyusui anaknya. Hal ini menyebabkan proses
KB alamiah tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga CPR mencapai target sementara
KB pasca persalinan tidak mencapai target.
12. Mengapa persentase penggunaan KB masih rendah tapi CPR melebihi target?
CPR di Puskesmas Pembina mencapai 71,68% sedangkan penggunaan KB pasca
persalinan hanya mencapai 30%. Perbedaan ini disebabkan adanya proses konseling
akseptor KB pasca persalinan KB yang kurang baik. Selain itu, kemungkinan adanya
pemikiran kepada pasien bahwa KB pasca persalinan cukup dengan menyusui saja.
Padahal tidak semua ibu-ibu yan habis melahirkan bisa menyusui dengan baik, ada yang
air susunya tidak keluar sehingga tidak menyusui anaknya. Hal ini menyebabkan proses
KB alamiah tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga CPR mencapai target sementara
KB pasca persalinan tidak mencapai target.
13. Mengapa pendataan belum berjalan baik?
Pendataan di Puskesmas Pembina sejauh ini telah berjalan dengan baik. Hal ini
ditandai dengan adanya pengisian data akseptor KB yang lengkap dan laporan PWS KB
yang dibuat dan dilaporkan setiap bulannya.
14. Mengapa nilai CPR lebih tinggi dari nilai persentase penggunaan KB pasca persalinan?
CPR di Puskesmas Pembina mencapai 71,68% sedangkan penggunaan KB pasca
persalinan hanya mencapai 30%. Perbedaan ini disebabkan adanya proses konseling
akseptor KB pasca persalinan KB yang kurang baik. Selain itu, kemungkinan adanya
pemikiran kepada pasien bahwa KB pasca persalinan cukup dengan menyusui saja.
Padahal tidak semua ibu-ibu yan habis melahirkan bisa menyusui dengan baik, ada yang
air susunya tidak keluar sehingga tidak menyusui anaknya. Hal ini menyebabkan proses
KB alamiah tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga CPR mencapai target sementara
KB pasca persalinan tidak mencapai target.
15. Mengapa di puskesmas pembina aspek kuantitas masih kurang bidan, bukankah pembina
itu di dalam kota?
Secara aspek kuantitas untuk pelayanan KB memang masih kurang, karena bidan
yang bertanggung jawab dalam pelayanan KB hanya 1 orang. Bidan tersebut sebagai
ketua pelaksana KB sekaligus merangkap sebagai bidan pelaksana. Kurangnya jumlah
tenaga professional ini tentunya merupakan tanggung jawab
16. Bagaimana memastikan bahwa pencapaian CPR yang melebihi target memang benar ?
Dengan laporan dari bidan melalui PWS KB yang dibuatnya. Melalui hal itu kita
yakin bahwa capaian CPR yang sebesar 71,68% memang benar.
17. Apakah kinerja bidan di Puskesmas Pembina berjalan dengan baik ?
Selama ini kinerja bidan di Puskesmas Pembina sudah berjalan dengan baik.
18. Bagaimana cara meningkatakan penggunaan kontrasepsi paska persalinan untuk
Puskesmas Pembina ?
Dengan menambah jumlah bidan pelaksana program KB. Dengan hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan program KB di
Puskesmas Pembina.
19. Bagaimana strategi untuk meningkatkan penggunaan KB bagi peserta paska persalinan ?
Dengan menambah jumlah bidan pelaksana program KB. Dengan hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas pelayanan program KB di
Puskesmas Pembina. Setelah meningkatkan jumlah bidan pelaksana program KB, bidan
yang ada harus meningkatkan peran sertanya dalam proses konseling ibu-ibu yajg mau
melahirkan. Bidan tersebut menjelaskan tentang pentingnya berKB dan menyarankan
Data Umum
Data Khusus
Penyusunan RUK Penyusunan RPKProses Persiapan
M I N L O K
menggunakan salah satu jenis KB setelah melahirkan untuk mengatur jarak kehamilam
dan membatasi jumlah anak.
20. Bagaimana anda bisa menjelaskan dari Segi ketenagaan, Puskesmas anda memiliki
kualitas yang baik (pelayanan) sedangkan tenaga kerjanya (kuantitas) masih sangat
kurang ? Bagaimana anda mengatasi kendala dari segi “man” dan “organisasi” tersebut ?
Secara kualitas, Bidan di Puskesmas Pembina sudah mengikuti berbagai pelatihan
yang diadakan BKKBN dan Dinas Kesehatan Kota Palembang dalam hal pelayanan KB
dan proses konseling, selain itu bidan tersebut juga sudah memiliki sertifikat kompetensi
dalam hal pelayanan KB.
Secara kuantitas jelas kurang. Dimana 1 bidan melayani 2.240 pasangan usia
subur. Harusnya dilakukan penambahan jumlah bidan untuk pelayanan program KB dan
konseling sehingga proses konseling ibu-ibu yang melahirkan dapat berjalan dengan baik
dan diharapkan hal ini dapat memperbaiki kendala man dan organization dan target
capaian KB pasca persalinan 60% dapat tercapai.
21. Kenapa POA dibuat duluan sebelum PTP ?
Harusnya dalam Perencanaan tingkat Puskesmas (PTP), alurnya adalah sebagai berikut.
Pengumpulan Data
Data Umum
Data Khusus
Penyusunan RUK Penyusunan RPKProses Persiapan
M I N L O K
22. Mengapa anda menjelaskan alur perencanaan RPK Minlok POA PTP ?
mengapa anda mengatakan 1 bidan belum memenuhi kuantitas, padahal syarat pelayanan
kesehatan minimal 1 dokter umum dan 1 bidan ?
Seharusnya Alur dalam PTP yaitu
23. Why the percentage of using KB post partum still under target ?
Because there is just 1 midwife in Puskesmas Pembina who give service for 2.240
fertile couples. It become a problem because counseling process for post partum mother
is less optimal and KB post partum still under target.
24. Apa yang menyebabkan penggunaan KB pasca persalinan rendah selain factor
kekurangan bidan?
Proses konseling yang kurang baik dan pengetahuan masyarakat yang kurang.
Mereka beranggapan cukup menggunakan KB alamiah seperti menyusui, padahal tidak
semua ibu-ibu pasca melahirkan dapat menyusui.
25. Bagaimana cara mengetahui /mengukur aspek kualitas dari bagian ketenagaan?
Dari adanya sertifikat kompetensi yang dimiliki bidan pelaksana program.
Sertifikat ini menunjukkan bahwa bidan tersebut telah mengikuti pelatihan dan telah
memiliki standar kompetensi yang cukup dalam pelayanan KB.
26. Bagaimana langkah-langkah Puskesmas dapat mencapai target pasca persalinan di atas
60%?
Pertama menambah jumlah bidan dibagian pelayanan dan konseling KB,
kemudian bidan tersebut diikutkan dalam pelatihan KB. Selanjutnya memaksimalkan
proses konseling dengan ibu yang setelah melahirkan. Selain itu, perlu dilakukan
penyuluhan tentang KB pasca persalinan di kelas-kelas ibu hamil dan posyandu. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang KB
pasca persalinan.
27. Apa indicator pelayanan KB suatu puskesmas itu berhasil?
Mencapai target yang sudah ditentukan, seperti capaian pelayanan KB di fasilitas
kesehatan 100%, CPR >65% dan KB pasca persalinan >60%.
28. Apa yang menyebabkan persentase penggunaan KB pasca persalinan masih rendah 30%?
Pertama aspek input yaitu man. Sedikitnya jumlah bidan yang menjalankan
program KB membuat proses konseling tidak berjalan dengan optimal. Selain itu dari
aspek proses yaitu organization. Bidan ketua pelaksana merangkap sebagai bidan
fungsional sehingga mengurangi kuantitas proses pelayanan KB disana.
29. Mengapa nilai dari persentase penggunaan KB pasca persalinan bisa sangat jauh lebih
rendah dibandingkan dengan nilai persentase CPR?
CPR di Puskesmas Pembina mencapai 71,68% sedangkan penggunaan KB pasca
persalinan hanya mencapai 30%. Perbedaan ini disebabkan adanya proses konseling
akseptor KB pasca persalinan KB yang kurang baik. Selain itu, kemungkinan adanya
pemikiran kepada pasien bahwa KB pasca persalinan cukup dengan menyusui saja.
Padahal tidak semua ibu-ibu yan habis melahirkan bisa menyusui dengan baik, ada yang
air susunya tidak keluar sehingga tidak menyusui anaknya. Hal ini menyebabkan proses
KB alamiah tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga CPR mencapai target sementara
KB pasca persalinan tidak mencapai target.
30. Apa factor-faktor yang menyebabkan rendahnya pemakaian KB pada Puskesma
Pembina?
1. Sedikitnya jumlah bidan pelayanan KB
2. Kurangnya proses konseling pada akseptor KB
3. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat di Puskesmas Pembina.
31. Mengapa jumlah staf & bagian kesehatan KB rendah?
Kemungkinan dari Puskesmas yang mengalokasikan jumlah bidan di pelayanan
KB hanya 1 orang. Selain itu, dari Dinas Kesehatan juga tidak menambah jumlah bidan
di Puskesmas Pembina.
32. Apa yang dapat dilakukan oleh Kepala puskesmas sebagai penanggung jawab yankes KB
untuk menambah fungsional di Puskesmas? Bolehkah tenaga honorer?
Mengajukan ke Dinas Kesehatan Kota mengenai permintaan bidan untuk pelayanan KB
di Puskesmas Pembina. Tenaga bidan boleh tenaga honorer maupun yang sudah PNS.
Pertanyaan darma
1. Bagaimana peran kepala puskesmas sei baung dalam mengevaluasi
program KB sehingga program pengawasan berjalan dengan baik?
Jawaban:
Peran Kepala Puskesmas salah satunya adalah mengevaluasi dan
megawasi program KB, namun disini kurangnya kesadaran petugas KB
yang tidak menghitung hasil dari kohort KB, yang menyebabkan tidak
adanya perhitungan untuk KB paska persalinan. Kepala Puskesmas
seharusnya lebih berperan lagi dalam pengawasan terhadap kinerja
petugas KB agar target Kemenkes 2010-2014 terpenuhi, cara lain
adalah dengan pendekatan Minlok.
2. Bagaimana menjalankan program KB luar gedung sehingga membantu
target program KB ?
Jawaban:
Program KB di luar gedung sama pelaksanaan nya sama dengan
program KB dalam gedung, namun yang wajib dilakukan Bidan Praktik
Swasta (BPS) adalah melaporkan hasil pelaporan program KB setiap
bulannya agar output dapat di evaluasi.
3. Mengapa pengawasan program KB yang baik dilaksanakan internal
dan eksternal?
Program KB di dalam & di luar gedung bertujuan agar masyrakat
khususnya PUS dan paska melahirkan dapat melaksanakan program
KB dengan baik.
Jika hanya terfokus di dalam gedung saja maka hasilnya tidak akan
maksimal dikarenakan adanya akses yang jauh ke Puskes membuat
PUS malas utk mengikuti program KB, namu adanya BPS membuat
akses lebih gampang dan PUS dapat mengikuti program KB tanpa
harus ke Puskesmas.
4. Mengapa pengawasan KB belum berjalan baik?
Karna kurangnya koordinasi Dinas Kesehatan, BKKBN dan Puskesmas
terhadap program KB. Seharusnya DinKes dan BKKBN sebagai pihak
yang terkait harus turun langsung ke masyarakat untuk menjelaskan
apa itu KB dan manfaatnya, sehingga masyarakat dapat mengerti dan
menjalankan program KB.
5. Bagaimana anda bisa menyimpulkan YanKes KB Sei Baung telah
berjalan baik sementara untuk pelaporan sendiri anda belum bilang
baik?
Berdasarkan output analisis program KB berdasarkan target KEMENKES 2010-2014 yakni pelayanan KB 100%, CPR 65% & Cakupan paska persalinan 60%, dari target tesrsebut pelayanan program KB di Puskesmas Sei Baung telah melewati target.Data yang diperoleh, didapat dari pencatatan dan pelaporan Kohort KB yang sudah saya hitung sendiri berdasarkan rumus:- CPR
Persentase peserta KB aktif terhadap total PUS, di suatu wilayah kerja
tertentu
Jumlah Peserta KB Aktif
Jumlah PUS- Cakupan Ibu paska persalinan ber-KB
Persentase ibu paska persalinan ber-KB terhadap jumlah sasaran ibu
persalinan dalam 1 tahun
Jumlah ibu paska persalinan ber-KB
Jumlah sasaran ibu bersalin
6. Apakah Puskesmas Sei Baung sudah mencapai target standar 100%?
Untuk proses pelaksanaan, factor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pelaporan yang belum berjalan baik, mengingat bahwa pada input
petugas KB sudah terpenuhi?
1. Kurangnya pengawasan dari Kepala Puskesmas terhadap pelaporan dan pencatatan
2. Petugas KB tidak mencatat hasil akhir dari seluruh data Kohort KB
X 100%
X 100%
3. Adanya factor Keluarga Miskin yang datanya tidak lengkap.
7. Bagaimana cara penilaian presentan terhadap laporan yang dinilai kurang baik?Saya menghitung pencatatan dan pelaporan yang ada di Kohort KB puskesmas Sei Baung, sehingga output yang yang didapat telah mencapai target Kemenkes 2010-2014
8. Apa saja contoh program Minlok pada puskesmas Sei Baung?Minlok di Puskesmas Sei Baung dilakukan setiap bulan nya, isi dari Minlok tersebut antara lain: Program pelayanan KB di dalam gedung dan luar gedung dilakukan setiap jam kerja, dilakukan konseling dan penyuluhan setiap 3 bulan agar masyrakat mengerti tentang KB.
9. Bagaimana agar pendataan masyarakat/peserta KB berjalan baik?Saran dari Kepala Puskes adalah dilakukan koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Puskesmas Sei Baung agar laporan pendataan dimaksimalkan agar target Kemenkes terpenuhi.
10. Bagaimana tindakan suatu Puskesmas, jika sasaran pelayanan KB aktif tidak mencapai 65%?Tindakan yang dilakukan adalah penyuluhan KB secara bertahap, pembayaran KB dijamin oleh Asuransi Kesehatan Masyarakat (JamKesMas), BKKBN beserta DinKes diharapkan turun ke masyarakat agar semua PUS dapat mengerti pentingnya KB.
11. Mengapa proses pelaporan belum berjalan baik di Puskesmas Sei Baung?Karna data yang ada di Kohort KB tidak dihitung hasilnya, padahal data tersebut harus dilaporkan sebagai acuan terhadap target KEMENKES 2010-2014
12. Mengapa pencapaian KB aktif pasca persalinan mencapai 95% pada Puskesmas Sei Baung?Karna jika tidak mengikuti program KB maka akan beresiko terhadap bayi yang baru dilahirkan yang mengakibatkan tidak adanya asupan ASI.Program paska persalinan jelas mengtakan 40 hari paska persalinan harus mengikuti KB yang biayanya telah dijamin oleh Jaminan Persalinan.
13. Bagaimana cara untuk mengatasi masalah laporan dan pengawasan yang masih kurang?Petugas KB di Puskesmas Sei Baung harus lebih rajin dalam mengkapitulasi hasil pencatatan Kohort KB, karna hasil dari CPR & Cakupan Paska Persalinan merupakan target Kemenkes yang bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKB.
14. Apa saja factor yang menyebabkan KB pasca persalinan di
puskes sei baung?
KB pasca persalinan di Puskesmas Sei Baung sdh memenuhi target
yakni 95% dikaranakan Ibu paska melahirkan harus ber KB untuk
mengatur jarak kehamilan berikutnya dan ASI dapat trus dilakukan
selama 1 tahun. Program KB Paska persalinan diwajibkan setelah 40
hari paska melahirkan yang tertuang dalam buku pedoman KB dan
jaminan persalinan.
15. Bagaimana POA berjalan dipuskesmas?
Adanya Mini Loka Karya yang bertujuan agar untuk menentukan
perencanaan pada setiap program kerja Puskesmas.
16. Mengapa rencana dan pengorganisasian tidak di analisa telah
berjalan baik atau belum di puskes sei baung?
Rencana dan Pengorganisasian telah dianalisa yang hasilnya berjalan
baik, dimana rencana telah tersusun dalam RPK Minlok PTP
POA, sedangkan organisasi sudah berjalan sesuai fungsi kepala
puskes, seksi KB & KIA dan petugas KB serta BPS.
17. Mengapa analisis tahap pelaporan dikatakan masih belum
terpenuhi tapi puskes sei baung dapat mencapai target?
Laporan dari hasil kohort KB saya hitung sendiri, sehingga di dapatkan
hasil target telah terpenuhi.
18. Mengapa pengawasan belum terjadi dengan baik di puskes sei
baung padahal perencanaan dilakukan setiap tahun?
Pengawasan yang diamksud adalah kurangnya pengawasan dari Dinas
Kesehatan dan BKKBN, padahal pihak2 yang terkait tersebut sangat
diharapkan turun ke masyarakat agar masyrakat dapat mengerti
manfaat KB.
19. Bagaimana standar pendanaan program KB untuk pasien
jamsoskes, jamkesmas dan umum?
Besarnya tarif pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar
No
Jenis Pelayanan
Frek Tarif (Rp)
Jumlah (Rp)
Ket
1 KB aktifa. Pilb.Suntikc.AKDRd. Kondom
3 bulan
3 bulan
10 thn
-
20001000060000
-
20001000060000
-
---Gratis
4. KB Pasca Salina. IUD, Implantb. Suntik
1 kali60.000
10.000
60.000
10.000
KB Pasca Salin ini diberikan sebelum 40 hari setelah melahirkan.
3 Penanganan komplikasi KB pasca persalinan
1 kali 100.000
100.000
-
20. Bagaimana pengawasan yang dilakukan dalam program KB di
puskes sei baung?
Dengan cara Kepala Puskesmas mengevaluasi hasil PWS KB dan kohort
KB, pengawasan petugas KB setiap jam kerja serta jumlah alokon
21. Apakah pelayanan kesehatan Kb sudah berjalan dengan baik di
Puskesmas sei Baung? Apakah kendalanya?
Program KB di Puskesmas Sei Baung sudah berjalan dengan baik
sesuai dengan target Kemenkes 2010-2014, namun kendala yang
dihadapi kurangnya pencatatan dan pelaporan dari petugas
dikarenakan data PUS kurang lengkap.
22. Apakah pelayanan luar gedung seperti pelaporan dari bidan
praktek swasta sudah memadai dan datanya dapat dipercaya sehingga
terpenuhinya target cakupan?
Sebetulnya pelaporan dari BPS tidak berjalan dengan baik karena
mereka tidak akan melaorkan PUS yang gagal ber-KB, mengalami
komplikasi bahkan PUS yang drop-out ber-KB tidak mereka laporkan
semuanya. Karna jika BPS melaporka itu semua maka akan berisiko
terhadap praktik mereka sendiri.
23. Apakah data yang didapatkan benar, tidak ada data manipulasi
sehingga kelihatannya semua target tercapai?
Data semua ada di Kohort KB, namun hasilnya belum tentu benar
karna yang mengisi data Kohort KB adalah petugas KB.
24. Apa yang menyebabkan pengawasan KB di puskes sei baung
kurang berjalan?
Pendataan terhadap PUS yang drop-out atau mengganti alokon
sehingga mempersulit pendataan.
25. Apa yang menyebabkan puskesmas anda tidak mendapatkan
IUD? Apa startegi agar IUD tersedia?
IUD sendiri masih belum dimengerti sepenuhnya oleh masyarakat,
mereka menganggap IUD tidak nyaman dan takut akan efek
sampingnya.
Strategi nya adalah dengan penyuluhan dan konseling KB, agar PUS
dapat mengerti IUD dan melakukannya.
26. Apa itu jampersal?
Jampersal adalah Jaminan Persalinan yang merupakan Jaminan
Kesehatan Masyrakat (JAMKESMAS), estimasi proyeksi jumlah bumil
peserta jamkesms dan sasaran bumil penerima manfaat jaminan
persalinan di daerah tersebut dikalikan total besaran biaya paket
pelayanan persalinan tingkat pertama.
27. Apakah program pelayanan kesehatan dapat berjalan apabila
salahsatu dari analisis input tidak ada?
Tidak akan berjalan baik apabila salahsatu input tidak ada
28. Apakah ada standarisasi untuk petugas kesehatan di puskesmas
untuk yankes KB ini?
Semua petugas KB harus terlatih standardisasi KB di fasilitas
pelayanan KB karna telah diadakan pelatihan pelayanan KB oleh Dinas
Kesehatan.
29. Mengapa pelaporan belum berjalan dengan baik ?
Karna hasil dari pencatatatan di kohort KB tidak ada, sehingga tidak
bisa menghitung cakupan paska persalinan, namun saya
menghitungnya sendiri.
30. Bagaimana cara Yankes KB di Puskesmas Sei baung agar dapat
mencapai 100% ?
Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan program KB yang tersusun
dalam RPK, PTP dan POA Puskesmas Sei Baung
31. Mengapa proses pelaporan dalam pelaksanaan program KB
belum berjalan dengan baik ?
Karna hasil pencatatan kohort KB tidak dihitung, sehingga tidak ada
laporan mengenai paska persalinan
32. Mengapa sistem pelaporan dari luar gedung ke Puskes belum
berjalan dengan baik ?
BPS tidak sepenuhnya melaporkan PUS subur yang ber-KB dikarenakan
adanya Drop out dan komplikasi2 yang dilakukan BPS sehingga
ditakutkan akan membahayakan praktik Bidan itu sendiri
33. Apa kendala-kendala yang dapat menghambat kerja program
peningkatan KIA dan KB baik secara internal (unit Puskesmas) dan
eksternal (masyarakat dan lingkungan) ? apa rencana anda terhadap
kendala tersebut.
34. Apa saran supaya pelaporan program KB berjalan dengan baik ?
Petugas KB harus menghitung jumlah akhir PUS yang aktif ber-KB dan
ibu paska persalinan.
35. Apa saja faktor penyebab pelaporan dari kegiatan KB di
Puskesmas Sei baung tidak berjalan dengan baik ?
Petugs KB tidak menghitung hasil akhir Kohort KB paska persalinan.
Pertanyaan reni
1. Mengapa persentase KB pasca persalinan puskes kenten hanya 1 %?
Jawab : hal ini dikarenakan program metode kontrasepsi yang di
sarankan di Puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinan adalah
berupa metode kontrasepsi alamiah, yaitu Metode Amenorrhea Laktasi
(MAL).
2. Apa yang menjadi prioritas dalam pembuatan rencana kerja (PTP)?
Jawab: prioritas dalam pembuatan PTP yaitu meningkatkan jumlah
peserta KB aktif dan KB baru.
3. Apa kendala utama berjalannya program KB di puskes kenten?
Jawab: Kendala utama adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat
di wilayah kerja puskesmas Kenten untuk ber-KB dan kurangnya
kesadaran PUS 4T untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang yang lebih disarankan kepada mereka, pemakaian kontrasepsi
PIL dan suntik lebih dominan,hal ini dikarenakan masyarakat masih
mengganggap MKJP hal yang tabu dan mengerikan.
4. Apa yang dilakukan oleh puskes kenten thd petugas yang bertanggung
jawab terhadap program KB namun belum mendapatkan pelatihan KB?
Jawab: Kepala puskesmas memberikan advokasi dan saran kepada
Dinas Kesehatan agar mereka membuka pelatihan bagi petugas
kesehatan yang belum mendapatkan pelatihan.
5. Apakah efek yang terjadi bila terjadi tumpang tindih di organisasi?
Jawab : sebenarnya pada kenyataannya Program KB memang
merupakan bagian dari KIA oleh kerena itu mungkin program ini tidak
dapat dipisahkan dengan KIA, struktur organisasi KB di puskesmas
kenten sendiri merupakan struktur organisasi KIA dan KB tetapi
terdapat satu orang anggota KIA dan KB yang khusus memegang
program KB, mereka bertugas dalam semua hal pencatatan,pelaporan,
perencanaan pelaksanaan program KB. Oleh karena itu tidak terjadi
kendala dalam hal struktur organisasi yang digabung.
6. Apa syarat ruangan untuk pelaksanaan program KB?
Jawab: Ruangan harus cukup memadai untuk melakukan tindakan
pelayanan yankes KB denga peralatan yang lengkap.
7. Mengapa input, proses, output program KB tidak mencapai target di
puskes kenten?
Jawab : yang tidak mencapai target puskesmas kenten hanya output
untuk program KB pasca persalinan yang hanya 1%, hal ini
dikarenakan program metode kontrasepsi yang di sarankan di
Puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinan adalah berupa metode
kontrasepsi alamiah, yaitu Metode Amenorrhea Laktasi (MAL).
8. Mengapa belum semua petugas di puskes kenten belum mendapatkan
pelatihan?apa yang menjadi hambatannya?
Jawab : hal ini disebabkan kurangnya pelatihan yang diadakan oleh
dinas kesehatan.
9. Bagaimana cara mengatasi kendala pada pelayanan KB baik kendala
input maupun output?
Jawab : dari segi input : advokasi kepada dinas kesehatan untuk
pengadaan pelatihan petugas yankes KB, membuat ruangan KB
terpisah dengan KIA dan memadai untuk pelayaanan KB.
Dari segi output : membuat perencanaan program KB untuk pasca
persalinan, berupa konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan
bersalin, membuat kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.
10. Bagaimana memastikan target penggunaaan KB pasca
persalinan meningkat atau mencapai target yang ditetapkan?
Jawab : jumlah peserta KB pasca persalinan meningkat dengan target
lebih dari 60% dari jumlah sasaran ibu bersalin sebanyak 741 orang.
11. Bagaimana startegi puskesmas agar dapat menyaring sebanyak-
banyaknya peserta KB?
Jawab : Strategi atau kegiatan yang akan dilakukan:
1. Melaksanakan penyuluhan KB baik secara perorangan pada waktu
pasien melakukan kunjungan ke puskesmas Kenten dan melakukan
penyuluhan secara berkelompok yaitu yang di posyandu
2. Melakukan kunjungan rumah untuk ibu nifas untuk konseling KB
nya.
3. Melakukan kunjungan untuk PUS dengan DO KB.
4. Melakukan kunjungan kepada PUS dengan 4 T.
5. Melakukan pelatihan MKJP bagi petugas pelayanan kesehatan KB.
6. Penyediaan sarana ruangan yang memadai untuk pelayanan
kesehatan KB
12. Bagaimana seharusnya tindakan pemerintah melihat kekurangan
tenaga ahli?
Jawab: tenaga ahli di puskesmas sudah cukup untuk menunjang
pelayanan KB di puskesmas Kenten.
13. Bagaimana startegi puskesmas agar dapat menjaring sebanyak-
banyaknya peserta KB baru?
Jawab : Strategi atau kegiatan yang akan dilakukan:
1. Melaksanakan penyuluhan KB baik secara perorangan pada
waktu pasien melakukan kunjungan ke puskesmas Kenten dan
melakukan penyuluhan secara berkelompok yaitu yang di
posyandu
2. Melakukan kunjungan rumah untuk ibu nifas untuk konseling KB
nya.
3. Melakukan kunjungan untuk PUS dengan DO KB.
4. Melakukan kunjungan kepada PUS dengan 4 T.
5. Melakukan pelatihan MKJP bagi petugas pelayanan kesehatan
KB.
6. Penyediaan sarana ruangan yang memadai untuk pelayanan
kesehatan KB
14. Bagaimana mengetahui pelatihan ke bidan itu efektif sehingga
pelatihan perlu diberikan kepada bidan-bidan yang lain?
Jawab : pelatihan untuk metode kontrasepsi jangka panjang wajib
diberikan kepada semua bidan di pelayanan KIA dan KB.
15. Mengapa perencanaan pada setiap puskesmas berbeda?
Jawab : karena masalah yang ada di setiap wilayah kerja puskesmas
berbeda-beda, apalagi sistem pelayanan kesehatan sekarang
merupakan sistem desentralisasi.
16. Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
cakupan KB paska persalinan?
Jawab : membuat perencanaan program KB untuk pasca persalinan,
berupa konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin,
membuat kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.
17. Mengapa struktur organisasi tidak sendiri di Puskesmas Kenten ?
tidak ideal ?
Jawab : sudah cukup baik dan masing-masing petugas telah
menjalankan tugas dengan baik.
18. Apa program yang menurut anda efektif untuk meningkatkan
penggunaan kontrasepsi pasca persalinan di Puskesmas Kenten ?
Jawab : perencanaan program KB untuk pasca persalinan, berupa
konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin, membuat
kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.
19. Apa yang direncanakan oleh petugas agar KB pasca persalinan
mencapai target ?
Jawab : perencanaan program KB untuk pasca persalinan, berupa
konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin, membuat
kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.
20. Apa yang menyebabkan target yang terpenuhi pada ibu pasca
persalinan sangat minim (1%) ?
Jawab : hal ini dikarenakan program metode kontrasepsi yang di
sarankan di Puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinan adalah
berupa metode kontrasepsi alamiah, yaitu Metode Amenorrhea Laktasi
(MAL).
21. Bagaimana cara meningkatkan peserta KB pasca persalinan agar
upaya target tercapai?
Jawab : membuat perencanaan program KB untuk pasca persalinan,
berupa konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin,
membuat kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.
22. Bagaimana solusi mengatasi masalah ruangan pelaksanaan KB
yang tidak memadai di Puskesmas Kenten ?
Jawab : membuat perencanaan untuk membuat ruangan KB baru yang
terpisah dengan KIA dengan ukuran ruangan yang memadai,lengkap
dengan sarananya.
23. Bagaimana cara anda atau saran anda untuk mengatasi target
KB pasca persalinan (secara spesifik) ?
Jawab : membuat perencanaan program KB untuk pasca persalinan,
berupa konseling dan penyuluhan kepada ibu hamil dan bersalin,
membuat kunjungan rumah kepada ibu-ibu nifas.
24. How big the room needed to run this program in the input side ?
Jawab : ruangan yang cukup memadai untuk melakukan tindakan
dalam pelayanan yankes KB sesuai dengan jumlah peserta yankes KB
di puskesmas Kenten.
25. Mengapa anda seolah berkata KB harus dipisahkan dari KIA, baik
dari segi pengorganisasian dan ruangan?
Jawab : Kalau dari pengorganisasian program KB sendiri memang
sudah tidak terpisahkan dengan program KIA, sedangkan untuk
ruangannya, dari hasi wawancara dengan bidan di puskesmas Kenten,
mengatakan bahwa ruangan KB yang terpisah untuk tindakan dengan
ibu hamil lebih efektif karena KB sendiri juga memerlukan tindakan
dalam pemasangan MKJP.
26. Pada kesimpulan , bahwa proses kurang baik, Bagaimana bentuk
perencanaan yang sesuai dengan permasalahan di Puskesmas? (jika
saudara adalah Kepala Puskes?
Jawab : Pada prosesnya kurang baik dikarenakan perencanaan tidak
sesuai dengan target yang ditetapkan, sehingga output yang
diharapkan tidak tercapai. Perencanaan yang lama lebih diarahkan
untuk perserta KB baru dan KB aktif bukan KB pasca persalinan.
27. Kenapa perencanaan untuk pemecahan masalah tidak
tercapainya target belum diutarakan?
Jawab : target yang lebih diarahkan di puskesmas kenten lebih banyak
ke arah meningkatkan jumlah peserta KB aktif.
28. Bagaimana cara Puskesmas Kenten mencari dan membuat solusi
tentang hasil evaluasi triwulan setelah dilakukan evaluasi?
Jawab : setelah dilakukan rapat minilokakarya dilakukan pembuatan
Plan of Action untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan.
29. Mengapa pencapaian target peserta KB aktif dengan KB pasca
persalinan sangat berbeda jauh?
Jawab : hal ini dikarenakan program metode kontrasepsi yang di
sarankan di Puskesmas Kenten untuk KB pasca persalinan adalah
berupa metode kontrasepsi alamiah, yaitu Metode Amenorrhea Laktasi
(MAL).
30. Mengapa kegiatan diluar gedung hanya terbatas pada
penyuluhan?
Jawab : Kegiatan di luar gedung lebih diarahkan untuk menjaring
peserta KB baru, karena itu program yang sesuai berupa penyuluhan
dan kunjungan rumah.
31. Apakah anda yakin target PKM Kenten sudah mencapai 100%?
Jawab : karena Di Puskesmas Kenten fasilitas pelayanan KB telah
sesuai dengan standar, memiliki fasilitas yang lengkap dan tenaga
kesehatan sudah melakukan tindakan sesuai dengan SOP
32. Apa saja yang dimonitoring dan dievaluasi dalam pelayanan
kesehatan KB?
Jawab :
Ruang lingkup monitoring puskesmas Kenten meliputi :
a. Data sasaran, pencatatan, pelaporan dan penanganan keluhan
b. Pelaksanaan yankes KB meliputi jumlah akseptor KB aktif dan KB
baru
c. Kualitas pelaksanaan pelayanan KB
d. Pelaksanaan verifikasi penggunaan dan pertanggungjawaban
dana.
33. Knapa sehari Cuma bisa 5 pelayanan?
Jawab : karena jumlah peserta yang datang kurang lebih lima orang
sehari, tetapi puskesmas kenten menyediakan pelayanan kepada
semua warga di wilayah kerja puskesmas tanpa memabatasinya.
Pertanyaan silvi
1. Bagaimana cara mendata KB pasca persalinan?
2. Mengapa puskes padang selasa target KB pasca persalinan belum
mencapai target?
3. Mengapa alat IUD tidak ada di puskes padang selasa?
4. Mengapa ada pasien KB yang drop out di puskes padang selasa?
5. Mengapa ruang KB dan KIA bergabung dijadikan masalah?
6. Kenapa ruangan KIA dan KB di puskes padang selasa dijadikan
masalah?
7. Mengapa KB pasca persalinan di puskes padang selasa masih jauh dari
target?
8. Follow up seperti apa yang dilakukan dalam mengkontrol pasien drop
our?solusi apa yang diberikan pada pasien?
9. Bagaimana cara puskes padang selasa memberikan penyuluhan?
10. Apa upaya yang dilakukan puskes agar target tercapai?
11. Apakah data yang didapatkan bedar, tidak ada data manipulasi
sehingga kelihatannya semua target tercapai?
12. Apa alasan sehingga anda berargumen bahwa ruangan KIA dan
KB harus dipisah? Bukankah KB bagian dari KIA?
13. Apa pemecahan masalah yang seharusnya dilakukan di
puskesmas anda?
14. Apa yang menyebabkan puskesmas anda tidak mendapatkan
IUD? Apa startegi agar IUD tersedia?
15. Apa upaya dalam mengatasi ruangan KB yang sempit?
16. Apakah pemberian pil KB dapat diberikan di posyandu bukannya
di posyandu hanya ada kader dan bidan?
17. Apakah ada standarisasi untuk petugas kesehatan di puskesmas
untuk yankes KB ini?
18. Mengapa alkon susuk kadang ada/ kadang tidak ?
19. Bagaimana cara mengatasi yankes KB di Puskesmas Padang
Selasa ?
20. Mengapa belum dilaksanakan pelatihan untuk petugas KB di
Puskesmas Padang Selasa ?
21. Mengapa tidak ada pelatihan pemasangan IUD ?
22. Anda menjelaskan bahwa Puskesmas anda lebih banyak
menyiapkan alkon dengan masa jangka waktu pendek dibandingkan
yang lama, seperti lebih memprioritaskan alkon dengan masa jangka
waktu pendek. Mengapa Puskesmas seperti itu ?
23. Apa edukasi yang akan diberikan pada pasien drop out ?
24. Apa penyebab tidak tersedianya KB IUD di Puskesmas Padang
Selasa ?
25. Apa menurut anda perlu tambahan petugas untuk luar gedung ?
26. Sarana dan prasarana apa yang perlu diperhatikan untuk
menjaminkan program ini berjalan lancar ?
27. Bagaimana cara terbaik untuk memastikan PUS mendapat
pelayanan KB di wilayah kerja yang relative besar?
28. Mengapa di Puskes Padang Selasa tidak mendapatkan /memiliki
alat Kontrasepsi IUD?
29. Mengapa pada pelaksanaan nya target KB selalu tercapai namun
masih banyak dilapangan yang tidak menggunakan KB?
30. Bagaimana meningkatkan pelayanan KB, sementara data
target/sasaran pada Puskesmas Padang Selasa tidak diketahui?
31. Bagaimana agar penyuluhan betjalan dengan baik agar tercapai
target peserta KB yang diinginkan?
32. Apa aolusi yang dilakukan jika ada program dari 3 Bidan anggota
tidak tercapai?
33. Bagaimana cara pelaporan apabila MinLok tidak ada?
34. Apa saudara yang lakukan untuk meningkatkan jumlah KB pasca
persalinan agar mencapai target?
35. Mengapa laporan PUS di Puskesmas anda tidak dilaporkan?
JAWABAN
1. KB pasca persalinan dapat didata ketika ibu yang baru melahirkan meminta alat kontrasepsi kepada bidan swasta ataupun di puskesmas dengan keterangan baru melahirkan.2. Puskesmas Padang Selasa belum dapat mencapai target KB pasca persalinan karena ibu yang baru melahirkan di wilayah kerja puskesmas cenderung menolak pemakaian kb langsung setelag melahirkan karena ragu ataupun masih ingin mengandalkan KB alamiah dengan menyusui ASI pada bayi3. Alat IUD belum terdapat di padang selasa karena : memang alkon IUD tidak termasuk alkon yang disuplai oleh BKKBN maupun dinkes, belum ada petugas yang mendapat pelatihan pemasangan IUD, serta ruangan pelayanan KB tidak memadai.4. Kadang-kadang terdapat pasien dropout dari KB karena beberapa alasan. Misalnya saja memang ada pasien yang ingin berhenti KB karena ingin menambah jumlah anak namun ibu tersebut tidak memberitahu petugas puskesmas. Bisa juga pasien dropout dari KB karena pasien merasakan efek negatif alkon seperti bertambah gemuk ataupun datang menstruasi tidak teratur.5. Ruang KIA dan KB yang dijadikan satu termasuk mengganggu kenyamanan pasien ketika konseling ataupun ketika disuntik dengan alkon KB suntik. Jika tersedia ruangan yang lebih nyaman, privasi dan memadai maka akan membuat pasien merasa nyaman untuk berkonsultasi lebih lanjut ataupun terus datang kepuskesmas untuk di suntik KB.6.Ruang KIA dan KB yang dijadikan satu termasuk mengganggu kenyamanan pasien ketika konseling ataupun ketika disuntik dengan alkon KB suntik. Jika tersedia ruangan yang lebih nyaman, privasi dan memadai maka akan membuat pasien merasa nyaman untuk berkonsultasi lebih lanjut ataupun terus datang kepuskesmas untuk di suntik KB.7. Puskesmas Padang Selasa belum dapat mencapai target KB pasca persalinan karena ibu yang baru melahirkan di wilayah kerja puskesmas cenderung menolak pemakaian kb langsung setelag melahirkan karena ragu ataupun masih ingin mengandalkan KB alamiah dengan menyusui ASI pada bayi8. Follow up yang dilakukan pada pasien drop out dilakukan dengan cara mendatangi rumah pasien ataupun menelepon pasien berdasarkan alamat dan no telpon yang diberikan pasien saat pertama datang ke puskesmas. Lalu petugas akan mendekati pasien untuk mengetahui alasan apa
yang membuat pasien berhenti datang ke puskesmas, apakah pasien tetap memakai KB namun membeli alkon di tempat lain selain puskesmas ataupun pasien benar-benar berhenti menggunakan KB. Jika pasien berhenti KB dikarenakan efek samping kb maka akan di berikan solusi dengan mengganti KB jenis lain. Jika pasien berhenti KB karena malas kepuskesmas yang jauh dari tempat tinggal, pasien akan diberitahu posyandu yang dekat dengan tempat tinggal pasien dimana pasien dapat mengambil alkon jenis pil di sana. Pasien akan diberitahu manfaat KB dalam jangka panjang untuk terus memotivasi pasien terus mengikuti KB.9. Puskesmas padang selasa belum memiliki program khusus penyuluhan untuk KB. Sejauh ini terbatas hanya penyuluhan di pertemuan kader. Untuk kedepan bisa direncanakan hari-hari khusus untuk mengumpulkan ibu-ibu yang belum ataupun sedang memakai KB untuk memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai manfaat KB.
1. Upaya yang dilakukan puskes agar target tercapai khususnya bagi angka KB pasca persalinan adalah dengan memberikan edukasi dan penyuluhan bagi ibu-ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas. Penyuluhan dapat dilakukan dalam event tertentu agar lebih menarik dan mengumpulkan lebih banyak ibu hamil untuk datang. Edukasi juga diberikan dari segi ekonomi jika keluarga memiliki terlalu banyak anak. Dalam penyuluhan juga bisa diberikan kartu khusus untuk imunisasi bayi sebagai alat 'pengundang' ketika ibu telah melahirkan bayinya.2. Data jumlah akseptor KB aktif di puskesmas padang selasa merupakan data asli yang di catat dengan per nama pasien. Data tersebut bukan hanya dikumpulkan dari ibu yang dilayani di puskesmas, namun data dikumpulkan dari bidan prakterk swasta dan posyandu yang terdapat di wilayah kerja. 3. Ruangan KIA dan KB memang tidak harus dipisah. Namun mengingat ukuran ruangan yang sangat kecil, maka sudah tidak nyaman lagi ketika pasien harus mendengar edukasi diruangan yang penuh dengan suara tangisan bayi. Jika memang tidak dipisah sebaiknya disediakan ruangan yang kapsasitasnya memadai dan nyaman.4. Puskesmas dapat 5. IUD memang bukan alkon yang disediakan oleh BKKBN ataupun dinkes. Lagipula belum ada bidan di puskesmas yang mendapatkan pelatihan pemasangan IUD.6. Ruangan KB yang sempit dapat di atasi dengan pemasangan sekat antara ruangan KIA dan KB7. Pemberian pil KB diposyandu dapat diberikan. Kader diposyandu telah diberikan pelatihan dalam pemberian pil KB. Rata-rata pasien telah konseling terlebih dahulu dipuskesmas dan telah di ajaricara pemakaiannya.8. Standarisasi petugas yankes KB yakni minimal merupakan lulusan bidan dan telah mendapatkan pelatihan KB.
1. Alkon susuk tidak selalu tersedia karena memang peminat alkon jenis sedikit dan jarang ke puskesmas, biasanya langsung ke bidan praktek swasta. Untuk alkonnya sendiri memang dapat disediakan oleh BKKBN dengan permintaan khusus.2. 3. Satu orang petugas puskesmas padang selasa telah mendapatkan pelatihan pemasangan implant. Sementara untuk pelatihan lainnya masih menunggu program dari dinkes.4. Pelatihan pemasangan IUD biasanya menunggu program khusus yang diadakan BKKBN atau dinkes untuk bpuskesmas.
5. Puskesmas padang selasa masih lebih banyak menyediakan alkon jangka pendek karena untuk pemasangan alkon jangka panjang tidak mendapatkan suplai dari BKKBN atau dinkes, ditambah lagi petugas yankes KB di puskes baru mendapat pelatihan pemasangan implant.6. Edukasi yang diberikan pada pasien drop out dilakukan dengan cara mendekati pasien untuk mengetahui alasan apa yang membuat pasien berhenti datang ke puskesmas, apakah pasien tetap memakai KB namun membeli alkon di tempat lain selain puskesmas ataupun pasien benar-benar berhenti menggunakan KB. Jika pasien berhenti KB dikarenakan efek samping kb maka akan di berikan solusi dengan mengganti KB jenis lain. Jika pasien berhenti KB karena malas kepuskesmas yang jauh dari tempat tinggal, pasien akan diberitahu posyandu yang dekat dengan tempat tinggal pasien dimana pasien dapat mengambil alkon jenis pil di sana. Pasien akan diberitahu manfaat KB dalam jangka panjang untuk terus memotivasi pasien terus mengikuti KB.7. IUD memang bukan alkon yang disediakan oleh BKKBN ataupun dinkes. Lagipula belum ada bidan di puskesmas yang mendapatkan pelatihan pemasangan IUD.8. Yang diperlukan penambahan bukanlah jumlahpetugas namun jumlah kader. Jumlah kader yang banyak diharapkan dapat memberikan promosi yang lebih luas untuk menjangkau ibu yang belum mengikuti KB.9. Sementara ini program yankes KB telah berjalan dengan lancar, namun agar yankes KB berjalan lebih maju bisa ditunjang dengan ruangan yang memadai dan alkon yang lebih banyak jenisnya khususnya alkon MKJP.
1. Cara terbaik untuk memastikan PUS mendapatkan pelayanan KB adalah dengan melihat jumlah peserta akseptor KB aktif. Melihat angka 85% akseptor kb aktif di puskesmas padang selasa telah menunjukkan PUS telah dilayani dengan cukup baik dan efisien.2. Alat IUD belum terdapat di padang selasa karena : memang alkon IUD tidak termasuk alkon yang disuplai oleh BKKBN maupun dinkes, belum ada petugas yang mendapat pelatihan pemasangan IUD, serta ruangan pelayanan KB tidak memadai.3. Hal ini tidak dapat dijawab dengan jawaban pasti. Namun hal ini dapat disebabkan dari jumlah PUS yang berbeda dari lapangan, atau bisa juga PUS tersebut melakukan KB alamiah ( kalender, senggama terputus, MAL,dll )atau hanya dengan kondom.4. Sasaran target akseptor KB di puskesmas padang selasa mengikuti target dari kemenkes yakni 65%.5. Agar meningkatkan minat masyarakat terhadap KB di harapkan penyuluhan yang dilakukan harus dapat menarik minat masyarakat dengan mengadakan acara yang berbedadari biasanya. Materi yang disampaikan juga harus menarik minat, juga dari segi presentan yang memberikan penyuluhan harus dapat meyakinkaj masyarakat.6. Jika dalam laporan target belumtercapai, maka biasanya akan di adakan penelusuran apakah ada pasien drop out, mengadakan penyuluhan lebih gencar serta menggerakkan para kader dan tokoh masyarakat untuk meyakinkan masyarakat mengikuti KB7. Minlok bukannya tidak ada, namun selama presentan berada 3 minggu belum mendapat kesempatan untuk mengikutinya. Laporan perbulan terus di teruskan dari pemegang program kepada kepala puskesmas tiap bulan sebagai pertanggungjawaban.8. Yang dapat presentan lakukan adalah mengadakan pendekatan ketika berada diposyandu, dengan memberikan informasi yang singkat,praktis dan menarik agar ibu-ibu di posyandu tertarik mengikuti KB9. Laporan PUS dipuskesmas padang selasa di laporkan secara rutin.