makalah penyakit degeneratif lansia new.docx

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lansia dimulai apabila seseorang telah memasuki masa pensiun. Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi empat kelompok, lansia usia pertengahan yaitu rentang 45-59 tahun, lansia elderly rentang 60-74 tahun, lansia tua rentang 75- 90 tahun, dan usia sangat tua yaitu usia diatas 90 tahun. Dari tahun 1960-1982 di Amerika Serikat jumlah anak-anak usia 15 tahun ke bawah menurun sekitar 7% dan proporsi populasi yang berusia di bawah 15 tahun telah menurun sebanyak 28%. Sejak tahun 1950, penduduk lansia di Amerika Serikat berusia 65 tahun ke atas telah bertambah dua kali lipat. Dan penduduk lansia yang lemah berusia 85 tahun keatas telah bertambah lebih dari empat kali lipat. Sebagian besar wanita di AS terus mengalami pertumbuhan. Wanita Amerika Serikat memiliki harapan hidup sampai usia 78,3 tahun. Sedangkan pria mencapai usia 71,4 tahun (Stanley, 2002) 1

Upload: tiaraputrizulyana2-1

Post on 01-Feb-2016

440 views

Category:

Documents


60 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lansia dimulai apabila seseorang telah

memasuki masa pensiun. Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi

empat kelompok, lansia usia pertengahan yaitu rentang 45-59 tahun, lansia

elderly rentang 60-74 tahun, lansia tua rentang 75-90 tahun, dan usia sangat

tua yaitu usia diatas 90 tahun.

Dari tahun 1960-1982 di Amerika Serikat jumlah anak-anak usia 15

tahun ke bawah menurun sekitar 7% dan proporsi populasi yang berusia di

bawah 15 tahun telah menurun sebanyak 28%. Sejak tahun 1950, penduduk

lansia di Amerika Serikat berusia 65 tahun ke atas telah bertambah dua kali

lipat. Dan penduduk lansia yang lemah berusia 85 tahun keatas telah

bertambah lebih dari empat kali lipat. Sebagian besar wanita di AS terus

mengalami pertumbuhan. Wanita Amerika Serikat memiliki harapan hidup

sampai usia 78,3 tahun. Sedangkan pria mencapai usia 71,4 tahun (Stanley,

2002)

Sensus penduduk di Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

2000 mencatat bahwa jumlah lansia yang ada di Indonesia sebesar 9.327.444

jiwa atau sekitar 4,35% dari seluruh total penduduk Indonesia. Jumlah lansia

yang ada di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dan jumlah tersebut

tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dari data yang di dapat pada susenas

(Survey Sosial Ekonomi Nasional) pada tahun 2005 jumlah penduduk lansia

sebesar 16,80 juta jiwa, dan meningkat menjadi 18,96 juta jiwa pada tahun

2007 dan meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 19,32 juta jiwa.

Kesehatan dan status fungsional lansia dipengaruhi faktor fisik,

psikologi, serta sosiol ekonomi orang tersebut. Apabila terjadi kemunduran

1

Page 2: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

pada salah satu faktor misalnya faktor fisik pada lansia, akan menyebabkan

lansia mengalami kemunduran status kesehatan, kemunduran tersebut

khususnya menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif menurut Notoadmojo, 2010 merupakan penyakit

yang sulit diperbaiki serta merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya

hidup seseorang. Gaya hidup orang yang sehat akan memperlihatkan upaya

atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan serta meningkatkan status

kesehatannya.

Kemunduran fisik, kelemahan organ, disebabkan oleh menurunnya sel-

sel dalam tubuh karena proses penuaan yang akan menimbulkan berbagai

macam penyakit degeneratif. Hal tersebut menimbulkan masalah pada

kesehatan baik itu sosial, psikologis, dan ekonomi pada lansia (Depkes, 2008).

Penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif sejak dasawarsa

silam telah menjadi permasalahan tersendiri bagi masing-masing negara di

seluruh penjuru dunia. Permasalahan penyakit menular yang semakin pelik

serta kasus penyait non infeksi menimbulkan beban ganda bagi dunia

kesehatan. Menurut WHO, diperkirakan banyak negara mengalami kerugian

hingga miliar Dollar akibat penyakit degeneratif ini. Oleh karena itu

dibutuhkan langkah konkret untuk menanggulanginya.

Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian

terbesar di dunia. Hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun

akibat epidemi global penyakit degeneratif (WHO). Fakta mencengangkan,

ternyata epidemi global ditemukan lebih buruk di banyak negara dengan

pendapatan nasional rendah dan sedang, di mana 80% kematian penyakit

degeneratif terjadi di beberapa negara tersebut. Negara yang dimaksud, yaitu

Brazilia, Kanada, Cina, India, Nigeria, Pakistan, Rusia, Inggris, dan Tanzania

(WHO). Oleh karena itu tidak ada pilihan selain perlu adanya upaya

penyelamatan. Upaya dalam bentuk kerjasama global yang diusulkan WHO

untuk menanggulangi epidemi penyakit degeneratif ini, dapat menyelamatkan

kehidupan 36 juta orang yang akan meninggal hingga tahun 2015.

2

Page 3: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran

pola penyakit, di mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan.

Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung

kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kegemukan dan lainnya.

Kontributor utama terjadinya penyakit kronis adalah pola hidup yang tidak

sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola makan dan obesitas,

aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan. Sehingga

Indonesia menanggung beban ganda penyakit di bidang kesehatan, yaitu

penyakit infeksi masih merajalela dan ditambah lagi dengan penyakit-penyakit

kronik degeneratif (Andajani et al.,2007).

Di Amerika Serikat obesitas dan kelebihan berat badan (overweight)

meningkat secara dramatis pada 30 tahun terakhir. Di Eropa prevalensi

obesitas berkisar antara 10-40% dalam 10 terakhir ini (Verma Sita, 2002).

Sedangkan di Indonesia sendiri Direktorat Bina Gizi Departemen Kesehatan

RI mencatat diperkirakan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000,

jumlah penderita yang overweight diperkirakan 76.7 juta (17,5%) dan

penderita obesitas berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan pada tahun 2000 di Jakarta, tingkat prevalensi obesitas pada

anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2% dan pada umur 17-18 tahun 11,4%

(Ade R. S, 2000). Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia,

bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi

global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang

harus segera ditangani (WHO, 2000). Berbagai resiko akibat dari obesitas

seperti hipertensi: (Clarke dkk, 1986; Hubert dkk, 1987; Smoak dkk, 1987 dan

Witteman dkk, 1989); peningkatan kadar kolesterol type LDL dan trigliserida

sementara kadar kolesterol type HDL turun ( Dattilo , 1992; Denke dkk,

1993); penyakit kardiovaskular (Manson dkk, 1990); diabetes dan kanker

(Simopoulos, 1987); serta osteoartritis. Selain berdampak buruk pada

kesehatan, obesitas juga berdampak terhadap kesehatan mental. Laporan

WHO (World Health Organisation) tahun 2003 menunjukkan bahwa kematian

akibat penyakit kardiovaskuler mencapai 29,2% dari seluruh kematian di

dunia atau 16,7 juta jiwa setiap tahun (7,2 juta PJK; 5,5 juta penyakit

3

Page 4: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

serebrovaskuler; 4 juta hipertensi dan penyakit jantung lainnya). Dari jumlah

kematian tersebut, 80% diantaranya terdapat di negara miskin, menengah dan

negara berkembang.

Penyakit kardiovaskuler yang utama yaitu penyakit jantung koroner

dan hipertensi. Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh kelainan

miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner karena arterosklerosis

yang merupakan proses degeneratif, di samping faktor-faktor lainnya. Karena

itu dengan bertambahnya usia harapan hidup manusia Indonesia, kejadiannya

akan makin meningkat dan menjadi suatu penyakit yang penting; apalagi

sering menyebabkan kematian mendadak (Andajani et al.,2007).

Penyakit degeneratif pada lansia terjadi gangguan fungsi biasanya

terjadi apabila terdapat proses patologis pada organ tertentu, contohnya pada

sistem persyarafan, pernapasan, endokrin, muskuloskeletal, pencernaan,

mental psikis, kardiovaskuler, penglihatan dan lain-lain. Atau bilamana terjadi

stress lain yang memperberat organ, dari organ yang sudah mulai menurun

fungsi dan anatomiknya, sehingga menyebabkan perubahan fungsional

ataupun patologik. Maka dari itu kelompok kami akan membahas secara

spesifik tentang perubahan-perubahan proses penuaan yang terjadi pada sistem

persyarafan, pernapasan, endokrin, muskuloskeletal, pencernaan, mental

psikis, kardiovaskuler, serta penglihatan.

4

Page 5: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Masalah Kesehatan atau Penyakit Degeneratif pada Lansia

Masalah kesehatan adalah masalah kesehatan lanjut usia karena

menurunnya kekuatan fisik, sumber finansial yang tidak memadai, isolasi

sosial, kesepian, dan banyak kehilangan lain yang mengakibatkan lansia

rentan secara psikologis. Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif, masalah

psikologis, merupakan masalah kesehatan yang serius. Kemampuan saling

menolong suami-istri lansia dalam merawat pasangannya perlu ditingkatkan

karena penuaan dan banyaknya masalah, suami istri lansia perlu saling tolong

menolong. Umumnya suami lebih sering merawat pasangannya karena tidak

terbiasa merawat orang lain, sementara istri kebalikannya.

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang sulit diperbaiki serta

merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang. Gaya hidup

orang yang sehat akan memperlihatkan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan serta meningkatkan status kesehatannya (Notoadmojo,

2010).

2.2 Tanda Penyakit Degeneratif

a. Perubahan fisik

1) Sistem Persyarafan

Perubahan persyarafan meliputi :

Berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf

otaknya dalam setiap harinya), cepat menurunnya hubungan persyarafan,

lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stress,

mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya penglihatan, hilangnya

5

Page 6: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif

terhadap perubahan suhu, serta kurang sensitive terhadap sentuhan.

2) Sistem Penglihatan

Perubahan pada sistem penglihatan meliputi :

Timbulnya sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih

berbentuk sferis (bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan

katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat pada cahaya gelap,

hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta

menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada mata

bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan

reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi, lensa

menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan

katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan

membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam,

dan marun tampak sama.

Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan

berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada

risiko cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri

dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan

jelas, semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para

lansia sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.

3) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi :

Terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal

dan menjadi kaku, menurunnya kemampuan jantung untuk memompa

darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,

kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi yang dapat

6

Page 7: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari

duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah

perifer.

4) Sistem Pencernaan

Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi :

Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang bisa terjadi

setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas

saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar,

rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu

pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul

konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat

penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.

5) Sistem Endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi:

Produksi semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic

rate), dan daya pertukaran zat menurun, Produksi aldosteron menurun,

Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan

testoteron menurun.

6) Sistem musculoskeletal

Perubahan pada sistem musculoskeletal meliputi :

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan

stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon

mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot

mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan menjadi

tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.

Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam

gerak, langkah kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak

dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah,

perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah atau terlambat

7

Page 8: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung, kejadian

tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.

Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem neurologis lansia menurut

Darmojo, (2004) yaitu adanya perubahan dari sistem persyarafan dapat

dipicu oleh gangguan dari stimulasi dan inisiasi terhadap respon dan

pertambahan usia. Perubahan pada lansia dapat diasumsikan terjadi respon

yang lambat yang dapat mengganggu dalam beraktivitas akan menurun

disebabkan antara lain oleh motivasi, kesehatan, dan pengaruh dari

lingkungan. Pada lansia yang mengalami kemunduran dalam kemampuan

mempertahankan posisi mereka dan menghindari kemungkinan jatuh.

Terdapat kemampuan untuk mempertahankan posisi dipengaruhi oleh tiga

fungsi yaitu: Keseimbangan (Balance), Postur tubuh, Kemampuan

berpindah. Adapun gangguan yang sering muncul pada lansia diantaranya

dizziness, sinkop, hipotermi dan hipertermi, gangguan tidur, delirium, dan

demensia. Salah satu bentuk dari demensia pada lansia adalah alzheimers

disease yang penyebabnya belum di ketahui.

Sedangkan menurut Kushariyadi (2010), perubahan yang terjadi pada

sistem neurologis lansia adalah perubahan pada lansia dari cara bicara dan

berkomunikasi, perubahan pada pola tidur lansia, perubahan status mental,

perubahan status memori, perubahan kepribadian dan kehilangan

keseimbangan (gangguan cara berjalan).

7) Perubahan mental

Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik

khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan

(hereditas), dan lingkungan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka

panjang (berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa

perubahan), dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan

buruk). I.Q. (Intellegentian Question) tidak berubah dengan informasi

8

Page 9: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan

keterampilan psikomotor (terjadinya perubahan pada daya membayangkan

karena tekanan–teanan dari faktor waktu).

Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktural dan

fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron di

otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah

ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat.

Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya terhadap

perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia. Perubahan kognitif yang di alami

lanjut usia adalah demensia dan delirium.

2.3 Klasifikasi penyakit degenerative

1. Asam urat 

2. Osteoporosis

3. Diabetes Mellitus

4. Kolesterol, hipertensi, jantung dan stroke

5. Ginjal

2.4 Patologi pada Sistem Persyarafan

A. Penuaan Sistem Persyarafan

Dengan memandang proses penuaan dari perspective yang luas dapat

membimbing ke arah strategi yang lebih kreatif untuk melakukan intervensi

terhadap lansia. Perubahan structural yang paling terlihat terjadi pada otak itu

sendiri, walaupun bagian lain dari system saraf pusat juga terpengaruh. Perubahan

ukuran otak yang di akibatkan oleh atropi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel

otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh

kehilangan neuron.

Penurunan aliran darah serebral dan penggunaan oksigen juga telah

diketahui akan terjadi selama proses penuaan. Perubahan dalam system neurologis

dapat termasuk kehilangan dan penyusutan neuron, dengan potensial 10%

kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun. Penurunan dopamine dan beberapa

9

Page 10: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

enzim dalam otak pada lansia berperan terhadap terjadinya perubahan neurologis

fungsional. Secara fungsional, mungkin terdapat suatu perlambatan reflek tendon

profunda. Terdapat kecenderungan kearah tremor dan langkah yang pendek-

pendek atau gaya berjalan dengan langkah kaki melebar disertai dengan

berkurangnya gerakan yang sesuai. Fungsi system saraf otonom dan simpatis

mungkin mengalami penurunan secara keseluruhan.

Sistem persyarafan pada manusia yang normal, maupun pada lansia yang telah

mengalami perubahan adalah sebagai berikut :

1.    Otak

Perbandingan pada otak yang normal dan otak otak pada lansia yang telah

mengalami perubahan fungsi adalah sebagai berikut :

a. Normal

Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak

dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga

kepala sehingga dapat  meningkatkan TIK (Tekanan Intra Kranial). Berat otak ≤

350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia

20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang

lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10%

selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk

diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan

saraf pusat.

b. Lansia

Penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan

signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mile/jam. Terjadi

penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antara usia 30-70 tahun.

Secara berangsur angsur tonjolan dendrite di neuron hilang disusul

membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi

fragmentasi dan kematian sel.

Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang

terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria.

RNA, Mitokondria dan enzyme sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil

dan badan levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole.

10

Page 11: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

     Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari 60

tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita, input sensorik

menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin,

posisi sendi). Tampilan sensori motorik untuk menghasilkan ketepatan melambat.

2.      Saraf otonom

Perbandingan pada saraf otonom yang normal dan saraf otonom pada lansia yang

telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut :

a.       Normal

1).  Saraf simpatis

Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menurunkan

aktifitas saluran cerna.

2). Saraf Parasimpatis

Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis.

b.      Lansia

           Pusat pengendalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang

dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah

penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan pada

“neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan

asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-

asetilase. Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan

jumlah reseptor kolin.

Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi

suhu sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu, autoregulasi di sirkulasi

serebral rusak sehingga mudah terjatuh.

3.      Sistem Saraf Perifer

Perbandingan pada sistem saraf perifer yang normal dan sistem saraf perifer pada

lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut:

11

Page 12: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

a.       Normal

1). Saraf Aferen

    . Berfungsi membawa informasi sensorik baik disadari maupun tidak, dari

kepala, pembuluh darah dan ekstermitas. Saraf eferen menyampaikan rangsangan

dari luar ke pusat

2). Saraf Eferen

Berfungsi sebagai pembawa informasi sensorik dari otak menuju ke luar

dari susunan saraf pusat ke berbagai sasaran (sel otot/kelenjar).

b.      Lansia

1). Saraf Aferen

Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi

penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena

rangsangan.

2). Saraf Eferen

Lansia sering mengalami gangguan persepsi sensorik, hal tersebut

dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf perifer.

4.      Medulla Spinalis

Perbandingan pada sistem saraf perifer yang normal dan sistem saraf perifer pada

lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut:

a.       normal 

Fungsinya :

1.      Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu, Cornu motorik/ cornu ventralis.

2.      Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks lutut.

3.      Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum.

4.      Mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh.

b.      Lansia

Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga

mempengaruhi pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk

menggerakkan otot dan sendinya secara maksimal.

12

Page 13: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

2.5 Patologi pada Sistem Endokrin

A. Penuaan pada Sistem Endokrin

Walaupun lansia dapat mengalami diabetes lebih sering daripada

kelompok usia yang lebih muda, kondisi maupun konsekuensi normal dari proses

penuaan ini bukanlah hal yang tidak dapat dihindarkan. Beberapa perubahan

terkait usia meningkatkan risiko diabetes, namun, pada kenyataannya dapat

memperbesar kesempatan seseorang untuk mengalami penyakit ini pada setiap

dekade kehidupannya. Perubahan diatas juga mencakup perubahan status gizi dan

fungsi endokrin.

Selama dekade terakhir kehidupan, banyak lansia cenderung untuk

mengalami penambahan berat badan, bukan karena mereka mengonsumsi kalori

lebih banyak tetapi karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju

metabolisme basal. Hasilnya, seseorang yang memiliki berat badan normal selama

kehidupannya, mungkin menemukan bahwa, dengan penuaan, berat badan mereka

meningkat secara bertahap. Ketidakseimbangan nutrisi ini dapat memengaruhi

berbagai sistem tubuh. Dalam hubungannya dengan sistem endokrin, penambahan

beban kalori yang tidak diperlukan dapat menjadi predisposisi bagi seseorang

untuk mengalami diabetes.

Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua. Penyesuaian

batas normal untuk kadar glukosa darah 2 jam setelah makan yang telah diajukan

adalah 140-200 mg/dL. Kadar glukosa darah puasa yang dapat diterima untuk

lansia adalah <140mg/dL. Fungsi ginjal dan kandung kemih juga berubah,

membuat tes urine untuk glukosa menjadi kurang dapat diandalkan pada lansia

yang berusia >65 tahun. Perubahan-perubahan ini mendukung penggunaan

parameter yang telah disesuaikan dengan usia dalam interpretasi nilai-nilai

laboratorium untuk lansia dengan diabetes.

Perubahan fungsi fisik yang dapat terjadi pada tahun-tahun terakhir dapat

menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari

bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil,

dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak

diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa

hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

13

Page 14: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

2.7 Patologi Sistem Muskuloskeletal

A. Penuaan pada Sistem Muskuloskeletal

1) Perubahan  pada sistem muskuloskeletal

a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai protein

pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat

mengalami perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak teratur.

Bentangan yang tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linear pada

jaringan kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan

tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena

penuaan, tensile strength dan kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan

elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami

perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan. Perubahan pada kolagen itu

merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan

dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,

kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan

dalam melakukan aktifitas sehari–hari. Upaya fisioterapi untuk mengurangi

dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk menjaga mobilitas.

b)      Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya,

kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar

matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah matriks

mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya, dan

akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami

klasifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi

kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi juga

sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya, kartilago pada

persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi

pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah

14

Page 15: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatsan gerak dan terganggunya

aktifitas sehari–hari. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, dapat di berikan

teknik perlindungan sendi.

c)      Tulang. Berkurangnya kepadatan tualang, setelah di observasi, adalah

bagian dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula

tranversal terabsorbsi kembali. Sebagai akibat perubahan itu, jumlah tulang

spongiosa berkurang dan tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang

terjadi adalah penurunan estrogen sehingga produksi osteoklast tidak terkendali,

penurunan penyerapan kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga

tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara keseluruhan

menyebabkan kekuatan dan kekakuan tulang menurun. Dampak berkurangnya

kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis. Osteoporosis lebih lanjut

mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Latihan fisik dapat di berikan

sebagai cara untuk mencegah terjadinya osteoporosis.

d)     Otot. Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi. Penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung, dan jaringan

lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

e)      Sendi. Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan

fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligamen, kartilago dan jaringan

periartikular mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi,

erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan

fleksibitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi. Beberapa kelainan

akibat perubahan pada sendi yang banyak terjadi pada lansia antara lain

osteoarthtristis, artritis rheumatoid, gout, dan pseudo gout. Kelainan tersebut

dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, keterbatsan

luas gerak sendi, gangguan jalan, dan aktifitas keseharian lainnya. Upaya

mencegah kerusakan sendi antara lain dengan memberi teknik perlindungan sendi

dalam beraktifitas.

15

Page 16: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

2.8 Patologi pada Mental dan Psikologi

A. Penuaan pada Mental dan Psikologis

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan psikososial

lansia menurut Kuntjoro (2002), antara lain:

1.      Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya

kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya

tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang

makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki

masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat

menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial,

yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang

lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat,

maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik

maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi

kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur

cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara

seimbang.

2.      Penurunan Fungsi dan Potensial Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan

dengan berbagai gangguan fisik seperti:

a. Gangguan jantung

b. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus

c. Vaginitis

d. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

e. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan

sangat kurang

f. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,

tranquilizer

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:

16

Page 17: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.

b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat

oleh tradisi dan budaya .

c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

d. Pasangan hidup telah meninggal

e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan

jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3.      Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan

perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)

meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,

tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami

perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian

lansia sebagai berikut:

1)      Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini

tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2)      Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia

tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya

3)      Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga

selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan

hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi

jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4)      Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan

17

Page 18: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan

kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

5)      Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain

atau cenderung membuat susah dirinya.

4.      Perubahan Yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.Meskipun tujuan

ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari

tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun

sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,

kegiatan, status dan harga diri.Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih

tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga

di atas.

Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah

lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam

menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut

kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang

seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut

sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun

negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan

mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif

sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-

kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja

atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara

berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan

pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar

tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan

setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang

sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara

berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan

macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat

18

Page 19: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping

pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup

menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan

bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan

berkurang dan sebagainya.

5.      Perubahan Dalam Peran Sosial Di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik

dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada

lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,

penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal

itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas,

selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau

diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk

berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku

regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang

tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga

perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia

yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat

beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan

kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan

pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara

karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak

dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri,

seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai

tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long

stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain

perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam

lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup sendirian dalam

masyarakat sebagai seorang lansia

19

Page 20: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

2.10 Patologi Sistem Kardiovaskuler

A. Penuaan pada Sistem Kardiovaskular

Perubahan fisiologi jantung akibat penuaan

Proses penuaan akan menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskular.

Hal ini pada akhirnya juga akan menyebabkan perubahan fisiologi jantung.

Perubahan pada fisiologi jantung. Perubahan fisiologi jantung ini harus kita

bedakan dari efek patologis yang terjadi karena penyakit lain, seperti pada

penyakit coronary arterial disease yang juga sering terjadi dengan meningkatnya

umur.

Secara individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah baik

secara fisik, biologis, mental dan sosial. Survey rumah tangga tahun 1980 angka

kesakitan pada usia 55 tahun 25,7%, pada tahun 2000 diharapkan menurun

menjadi 12,3%. Angka kematian nomor 3 di Indonesia saat ini adalah

kardiovaskuler (banyak diderita oleh usia lanjut). (NUGROHO, Wahjudi

Perawatan lanjut usia/ Wahjudi Nugroho; editor, Silvana Evi Linda; Desain cover,

Yulli M. – Jakarta : EGC, 1995.)

Ada sebuah masalah besar dalam mengukur dampak penuaan terhadap

fisiologi jantung, yaitu mengenai masalah penyakit laten yang terdapat pada

lansia. Hal ini dapat dilihat dari prevalensi penyakit CAD pada hasil autopsy,

dimana ditemukan lebih dari 60% pasien meninggal yang berumur 60 tahun atau

lebih, mengalami 75% oklusi atau lebih besar, pada setidaknya satu arteri

koronaria. Sedangkan pada hasil pendataan lain tercatat hanya sekitar 20% pasien

berumur >80 tahun yang secara klinis mempunyai manifestasi klinis CAD

(Coronary Acute Disease). Jelas hal ini menggambarkan bahwa pada sebagian

lansia, penyakit CAD adalah asimptomatik.

Perubahan – perubahan yang terjadi pada jantung:

Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin

(aging pigment) pada serat-serat miokardium.

20

Page 21: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

Terdapat fibrosis dan klasifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka

jantung. Selain itu pada katup juga terjadi klasifikasi dan perubahan

sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katub membesar.

Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan

pengatur irama jantung.

Terjadi penebalan pada dinding jantung.

Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini

disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolic

menurun.

Pembuluh darah kehilangan elastisitas, peningkatan nadi dan peningkatan

tekanan darah.

Pendistribusian tulang kalsium menyebabkan dekalsifikasi tulang iga dan

kalsifikasi kartilago kosta : Perubahan ini dan perubahan postural

menyebabkan penurunan efislensi paru.

Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah:

Hilangnya elastisitas aorta dari aorta dan arteri – arteri besar lainnya.

Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor β-adrenergik.

Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan

kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons terhadap baroreseptor

dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.

Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan

melambat.

Perubahan – perubahan yang terjadi pada Darah:

Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun

menurun.

Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga

terjadi penurunan jumlah leukosit yang sangat penting untuk menjaga

imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi

menurun.

21

Page 22: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

2.11 Patologi Sistem Penglihatan

A. Penuaan pada Sistem Penglihatan

Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :

Perubahan Normal yang b.d Penuaan Implikasi Klinis

1. Penurunan kemampuan

akomodasi.

2. Kontriksi pupil sinilis.

3. Peningkatan kekeruhan lensa

dengan perubahan warna menjadi

menguning.

1. Kesukaran dalam

membaca huruf-huruf

yang kecil.

2. Penyempitan lapang

pandang

3. Sensitivitas terhadap

cahaya

4. Penurunan penglihatan

pada malam hari

5. dengan persepsi

kedalamam

 

Perubahan sistem indera pada penuaan :

Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis

Penglihatan

Penurunan jaringan

lemak sekitar mata Penurunan penglihatan jarak dekat

Penurunan elastisitas

dan tonus jaringan Penurunan koordinasi gerak bola mata

Penurunan kekeuatan

otot mata Distorsi bayangan

Penurunan ketajaman Pandangaan biru-merah

22

Page 23: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

kornea

Degenerasi pada sclera,

pupil dan iris Compromised night vision

Peningkatan frekuensi

proses terjadinya

penyakit

Penurunan ketajaman mengenali warna

hijau, biru dan ungu

Peningkatan densitas

dan rigiditas lensa Kesulitan mengenali benda yang bergerak

Perlambatan proses

informasi dari system

saraf pusat

23

Page 24: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi empat kelompok, lansia usia

pertengahan yaitu rentang 45-59 tahun, lansia elderly rentang 60-74 tahun, lansia

tua rentang 75-90 tahun, dan usia sangat tua yaitu usia diatas 90 tahun. Penyakit

degeneratif menurut Notoadmojo, 2010 merupakan penyakit yang sulit diperbaiki

serta merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang.

Kemunduran fisik, kelemahan organ, disebabkan oleh menurunnya sel-sel dalam

tubuh karena proses penuaan yang akan menimbulkan berbagai macam penyakit

degeneratif. Penyakit degeneratif pada lansia terjadi gangguan fungsi biasanya

terjadi apabila terdapat proses patologis pada organ tertentu, contohnya pada

sistem persyarafan, pernapasan, endokrin, muskuloskeletal, pencernaan, mental

psikis, kardiovaskuler, penglihatan dan lain-lain. Atau bilamana terjadi stress lain

yang memperberat organ, dari organ yang sudah mulai menurun fungsi dan

anatomiknya, sehingga menyebabkan perubahan fungsional ataupun patologik.

Klasifikasi penyakit degenerative antara lain: asam urat, osteoporosis, diabetes

mellitus, kolesterol, hipertensi, jantung dan stroke, ginjal.

24

Page 25: MAKALAH PENYAKIT DEGENERATIF LANSIA new.docx

DAFTAR PUSTAKA

Stanley,Mickey, dan Beare, Patricia Gauntlett. 2002. Buku Ajar Keperawatan

Gerontik.

25