lisa refrat fix new.docx

28
INDIKASI PASIEN RAWAT DI PERAWATAN INTENSIF UNIT REFERAT Oleh : Lisa Yuniarti S.Ked Pembimbing dr. Ngurah Putu Werda Laksana, SpAn

Upload: lisayuniartiii

Post on 14-Dec-2015

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

INDIKASI PASIEN RAWAT DI PERAWATAN

INTENSIF UNIT

REFERAT

Oleh :

Lisa Yuniarti S.Ked

Pembimbing

dr. Ngurah Putu Werda Laksana, SpAn

Kepaniteraan Klinik

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif RSMH Palembang

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat karunia dan Rahmat-Nya,

Referat ini dapat terselesaikan dengan baik.

Referat yang berjudul INDIKASI PASIEN RAWAT DI PERAWATAN

INTENSIF UNIT ini betujuan untuk memenuhi tugas ilmiah di Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif RSMH Palembang, Universitas Srwijaya.

Referat ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca

akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................................

Kata Pengantar .........................................................................................................

Daftar Isi ..................................................................................................................

Daftar Gambar ..........................................................................................................

BAB I – Pendahuluan ..............................................................................................

BAB II – Tinjauan Pustaka ......................................................................................

BAB III – Kesimpulan .............................................................................................

Daftar Pustaka ..........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Intensive Care Unit adalah bagian rumah sakit yang memiliki staf dan

perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien

yang menderita penyakit, cedera atau berpotensial mengancam jiwa yang diharapkan

masih dapat kembali ke fungsinya. Penatalaksanaan pasien yang lambat dapat

mengakibatkan kegagalan fungsi organ dan berujung pada kematian sehingga

merugikan pasien, dokter dan rumah sakit. Disfungsi organ disebabkan karena tidak

adekuatnya pasokan oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, jika keadaan

ini berlangsung lama maka akan berakibat pada kegagalan beberapa organ yaitu paru-

paru, kardiovaskular, ginjal, hati, hematologi, dan sistem saraf pusat. Oleh karena itu

dibutuhkan tindakan cepat dan akurat dalam perawatan pasien kritis.

Tingginya angka kematian merupakan masalah utama pada penatalaksanaan

pasien kritis. Pada penelitian yang dilakukan Lessen B didapatkan 47% penyebab

kematian di ICU dikarenakan disfungsi organ multipel, gagal jantung kronis (19,4%)

dan sistem saraf pusat (16,01%). Beberapa intervensi telah dikembangkan untuk

menyusun dan menerapkan sebuah program yang dapat menurunkan angka kematian.

Salah satu yang tercatat pernah dilakukan adalah di Bradford Teaching Hospital pada

tahun 2002, melalui sebuah Hospital Mortality Reduction Programme. Program ini

berhasil menurunkan sebanyak 905 kematian selama periode 2002-2005 atau dari

94,6% kematian pada tahun 2001 menjadi 77,5% pada tahun 2005. Selain itu Institute

for Healthcare Improvement, IHI membuat program untuk menyelamatkan 100.000

nyawa dengan menurunkan angka kematian pasien rawat inap di rumah sakit di

Amerika dikenal dengan nama The 100.000 Lives Campaign.

Pada saat ini tersedia beberapa model berupa sistem penilaian yang dapat

digunakan untuk memperkirakan mortalitas pasien di ICU. Beberapa sistem penilaian

diantaranya Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE), Simplified

Acute Physiology Score (SAPS), Mortality Probability Models (MPM), Sequential

Organ Failure Assassment (SOFA), Multi Organ Dysfunction Score (MODS), dan

Logistic Organ Dysfunction Score (LODS), yang dinilai dan dihitung pada 24 jam

pertama pasien dirawat di ICU.

Pasien yang masuk dalam ruang ICU didasarkan atas skala prioritas 1, 2 atau

3. Pasien Prioritas 1 merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan

terapi intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinu,

dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain setelah tindakan bedah

kardiotoraksik, atau pasien syok septik Pasien Prioritas 2 merupakan pasien berisiko

sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantauan intensif

menggunakan metode seperti kateter arteri pulmonal sangat menolong. Contoh jenis

pasien ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal

akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor. Pasien Prioritas 3

Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil di mana status kesehatan sebelumnya,

penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing- masing atau

kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau mendapat

manfaat dari terapi di ICU. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan

metastase disertai penyulit infeksi, tamponade jantung, atau sumbatan jalan napas,

atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi

penyakit akut berat (Kepmenkes).

Berdasarkan data-data tersebut, maka penting untuk melakukan peningkatkan

mutu pelayanan dan kualitas di ICU salah satu cara yang dilakukan adalah

pengenalan dini dan akurat pasien-pasien kritis yang memenuhi indikasi untuk

perawatan ICU karena penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk

mencegah komplikasi dan menurunkan angka kematian pasien di ICU.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ICU

Intensive Care Unit adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,

dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk

observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau

penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan

prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana prasarana serta peralatan

khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf

medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-

keadaan tersebut (Kepmenkes, 2010).

2.2 Tujuan dan ruang lingkup ICU

Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan yang

intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan

komplikasi dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup dan

mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi angka

kematian serta mempercepat proses penyembuhan pasien (Kepmenkes, 2010, dan

Depkes, 2006).

Adapun ruang lingkup pelayanan ICU adalah sebagai berikut:

1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam

nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa

hari.

2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan

pelaksanaan spesifik masalah dasar.

3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang

ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik.

4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat

tergantung pada alat/mesin dan orang lain. (Kepmenkes, 2010, dan Pedoman

ICU).

2.3 Indikasi pasien ICU

Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang memerlukan intervensi medis

segera oleh tim perawatan intensif, pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi

sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan

pengawasan yang konstan, serta pasien kritis yang memerlukan pengawasan

berkelanjutan dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi

fisiologis (Kepmenkes, 2010). Pada dasarnya pasien yang dirawat di ICU adalah

pasien dengan gangguan akut yang masih diharapkan pulih kembali, mengingat ICU

adalah tempat perawatan dengan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan tenaga

yang khusus (Pedoman ICU).

Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas, sedangkan

kebutuhan pelayanan ICU meningkat, maka diperlukan mekanisme untuk membuat

prioritas. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di

ICU.

2.3.1 Indikasi Pasien Rawat di Perawatan Intensif Unit Berdasarkan Prioritas

Pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan

dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian

objektif atas beratnya penyakit dan prognosis digunakan untuk menentukan prioritas

masuk ke ICU (Kepmenkes, 2010, dan Pedoman ICU).

2.3.1.1. Prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan

terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu

suportif organ atau sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif, obat anti aritmia, serta

pengobatan lain-lainnya secara kontinu dan tertitrasi. Contoh pasien kelompok ini

antara lain : pasien pascabedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, serta gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. Terapi pada pasien

prioritas 1 (satu), umumnya tidak mempunyai batas.

2.3.1.2. Prioritas 2

Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat

berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif

menggunakan kateter arteri pulmonal. Contoh pasien seperti ini antara lain penderita

penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami

pembedahan mayor. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena

kondisi mediknya dapat berubah.

2.3.1.3. Prioritas 3

Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status

kesehatan sebelumnya (penyakit yang mendasarinya) secara sendirian atau kombinasi.

Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil.

Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit

infeksi, tamponade jantung, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung,

penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada

pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi

mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

2.3.2. Indikasi Pasien Rawat di Perawatan Intensive Unit Berdasarkan Kondisi

atau Penyakit Spesifik.

a. Sistem Kardiovaskular

1. Infark myocardial akut dengan komplikasi,

2. Syok kardiogenik,

3. Aritmia kompleks yang memerlukan pengawasan ketat dan intervensi,

4. Gagal jantung akut dengan gagal nafas dan atau memerlukan bantuan

hemodinamik,

5. Hipertensi emergensi,

6. Angina tidak stabil, yang disertai aritmia, hemodinamik yang tidak

stabil, atau nyeri dada yang menetap,

7. Henti jantung,

8. Tamponade jantung dengan hemodinamik yang tidak stabil,

9. Disseksi aneurisma aorta,

10. Blok jantung total.

b. Sistem Pulmonal

1. Gagal nafas akut yang memmerlukan ventilator,

2. Emboli paru dengan kondisi hemodinamik yang tidak stabil,

3. Patients in an intermediate care unit who are demonstrating respiratory

deterioration,

4. Hemoptisis masif,

5. Gagal nafas yang memerlukan intubasi.

c. Gangguan Neurologi

1. Stroke akut dengan perubahan status mental,

2. Koma: metabolik, toksik, atau anoxic,

3. Perdarahan intrakranial yang berpotensi terjadi herniasi,

4. Perdarahan subarachnoid akut,

5. Meningitis dengan perubahan status mental atau gangguan pernapasan,

6. Sistem saraf pusat dan gangguan neuromuskular dengan disorientasi

saraf dan fungsi paru,

7. Status epileptikus,

8. Pasien mati batang otak atau berpotensi mati batang otak dengan status

pendonor organ,

9. Pasien dengan cedera kepala berat.

d. Overdosis Obat

1. Hemodinamik yang tidak stabil,

2. Defisit mental dengan gangguan jalan nafas,

3. Kejang yang tidak teratasi.

e. Gangguan Gastrointestinal

1. Perdarahan saluran cerna yang disertai hipotensi berkelanjutan,

2. Gagal hati fulminan,

3. Pankreatitis berat,

4. Perforasi esofagus dengan atau tanpa mediastinitis.

f. Endokrin

1. Ketoasidosis diabetikum dengan instabilitas hemodinamik, perubahan

status mental, isufisiensi pernafasan,

2. Krisis tiroid dengan instabilitas hemodinamik,

3. Hiperosmolar status dengan koma dan atau instabilitas hemodinamik,

4. Gangguan endokrin lainnya seperti krisis adrenal dengan instabilitas

hemodinamik,

5. Hiperkalemia berat dengan perubahan status mental yang memerlukan

monitoring hemodinamik,

6. Hipo atau hipernatremia dengan kejang, perubahan status mental,

7. Hipo atau hipermagnesemia dengan kegagalan hemodinamik,

8. Hipo atau hiperkalemia dengan aritmia atau kelemahan otot,

9. Hipofosfatemia dengan kelemahan otot.

g. Pembedahan

1. Pasien pascaoperasi yang memerlukan pengawasan hemodinamik/

dukungan ventilator atau perawatan intensif.

h. Gangguan Lainnya

1. Syok septik dengan instabilitas hemodinamik,

2. Pengawasan hemodinamik,

3. Trauma lingkungan (listrik, hipotermi, hipertermi).

2.3.3 Indikasi Pasien Rawar di Perawatan Intensive Unit Berdasarkan

Parameter Objektif

a. Tanda Vital

1. Nadi < 40 atau > 150 kali/menit,

2. Tekanan darah sistolik < 80 mm Hg atau 20 mm Hg dibawah tekanan darah

biasa pasien,

3. Tekanan arterial rata-rata < 60 mm Hg,

4. Tekanan diastolik > 120 mm Hg,

5. Penilaian respirasi > 35 kali/menit.

b. Laboratorium

1. Serum sodium < 110 mEq/L or > 170 mEq/L,

2. Serum potassium < 2.0 mEq/L or > 7.0 mEq/L,

3. PaO2 < 50 mm Hg,

4. pH < 7.1 or > 7.7,

5. Serum glukosa > 800 mg/dl,

6. Serum kalsium > 15 mg/dl.

Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi

1. Perdarahan Cerebral atau subarachnoid dengan perubahan status mental,

2. Ruptur visceral, Kandung empedu, hati, varises esofagus atau uterus dengan

instabilitas hemodinamik,

3. Disseksi aneurisma aorta.

Elektrokardiogram

1. Miokard infark dengan aritmia, instabilitas hemodinamik atau gagal jantung

kongestif,

2. Ventrikular takikardia atau ventrikular fibrillasi,

3. Blok jantung total dengan instabilitas hemodinamik.

Pemeriksaan fisik (onset akut)

1. Pupil anisokor pada pasien dengan penurunan kesadaran,

2. Anuria,

3. Obstruksi jalan nafas,

4. Koma,

5. Kejang yang tidak terkendali,

6. Sianosis,

7. Tamponade jantung.

2.3.4. Pengecualian

Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi

masuk pada beberapa golongan pasien dapat dikecualikan, dengan catatan bahwa

pasien-pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU

agar fasilitas ICU dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, dan 3. Pasien yang

tergolong demikian adalah :

a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup

yang agresif dan hanya demi (perawatan yang aman). Ini tidak menyingkirkan

pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”. Pada pasien seperti ini

seharusnya mendapat manfaat dari penunjang yang tersedia di ICU untuk

meningkatkan kemungkinan bertahan hidup.

b. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.

c. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti

itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk

kepentingan donor organ.

d. Pasien yang secara fisiologis stabil dan secara statistik risikonya rendah untuk

memerlukan terapi ICU. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien

pascabedah vaskuler yang stabil, pasien ketoasidosis diabetikum tanpa

komplikasi, keracunan obat tetapi sadar, gegar otak, atau payah jantung kongestif

ringan. Pasien-pasien ini lebih dimasukkan ke suatu unit intermediet untuk terapi

definitif dan atau observasi.

2.4 Indikasi keluar ICU

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh

kepala ICU dan tim yang merawat pasien, antara lain:

a. Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi perawatan

intensif karena keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, contoh pasien

telah sadar, airway stabil setelah ekstubasi, mampu bernafas spontan, dan lain-

lain, atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosa yang buruk dan sedikit

kemungkinan bila perawatan intensif diteruskan, contoh pasien dengan tiga atau

lebih kegagalan sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan.

b. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tindakan atau

terapi intensif lebih lama

c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar paksa).

d. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada pasien

lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif.

Pasien seperti ini hendaknya di usahakan pindah ke ruangan yang khusus untuk

pemantauan secara intensif yaitu HCU. (Depkes, 2006, Kepmenkes, 2010, dan

Pedoman ICU).

2.5 Klasifikasi pelayanan ICU

Dalam menyelenggarakan pelayanan di rumah sakit, pelayanan di ICU dibagi

dalam beberapa klasifikasi pelayanan

1. ICU primer

Ruang perawatan intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang

memerlukan perawatan ketat (high care). Ruang perawatan ini mampu melakukan

resusitasi jantung paru (RJP) dan memberikan ventilasi bantu 24-48 jam.

Kekhususan yang dimiliki ICU primer adalah :

Ruang tersendiri, letak dekat ruang kamar bedah, IRD & ruang rawat

lainnya,

Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar,

Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala,

Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan RJP,

Ada konsulen yang membantu dan siap dipanggil,

Memiliki 25% jumlah perawat yang telah memiliki sertifikat ICU, minimal

satu orang per jadwal jaga,

Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk

kemudahan diagnostik selama 24 jam.

2. ICU sekunder

Pelayanan ICU sekunder mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama,

mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks. Kekhususan

yang dimiliki ICU sekunder:

Ruang tersendiri, letak dekat ruang kamar bedah, IRD & ruang rawat

lainnya,

Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar,

Memiliki seorang kepala ICU yaitu dokter konsultan intensive care atau bila

tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi,

Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan RJP,

Tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU & minimal

berpengalaman kerja di unit penyakit dalam & penyakit bedah selama 3

tahun,

Mampu melakukan bantuan ventilasi, melakukan pemantauan invasif dan

usaha-usaha penunjang hidup,

Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk

kemudahan diagnostik selama 24 jam,

Memiliki ruang isolasi.

3. ICU tersier

Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan

intensif, mampu memberikan pelayanan tertinggi termasuk dukungan atau

bantuan hidup multi sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak

terbatas serta mampu melakukan pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka

waktu terbatas. Kekhususan dari ICU tersier adalah:

Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit,

Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar,

Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap saat

bila diperlukan,

Dikelola oleh ahli anestesiologi konsultan perawatan intensif atau dokter ahli

konsultan lainnya, yang bertanggung jawab penuh,

Dokter jaga yang mampu melakukan RJP,

Tenaga perawat lebih dari 75% bersertifikat ICU & berpengalaman pada

ruang penyakit dalam & bedah selama 3 tahun,

Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk

kemudahan diagnostik selama 24 jam,

Memiliki paling sedikit 1 orang yang mampu mendidik medis dan perawat

agar memberikan pelayanan yang optimal pada pasien,

Memiliki staf tambahan tenaga administrasi, tenaga rekam medik, tenaga

ilmiah dan penelitian (Depkes RI, 2006).

Jenis tenaga dan kelengkapan pelayanan menentukan klasifikasi pelayanan di

rumah sakit pada tabel berikut ini (Pedoman ICU).

No.Kemampuan Pelayanan

Primer Sekunder Tersier

1. Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru

2.Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanik

Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanik

Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanik

3. Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen

4.Pemasangan kateter vena sentral

Pemasangan kateter vena sentral dan arteri

Pemasangan kateter vena sentral, arteri, Swan Ganz dan ICP monitor

5.Pemantauan EKG, pulsoksimetri dan tekanan darah non invasive

Pemantauan EKG, pulsoksimetri, tekanan darah non invasive dan invasive

Pemantauan EKG, pulsoksimetri, tekanan darah non invasive dan invasive, Swan Ganz dan ICP serta ECHO monitor

6.Pelaksanaan terapi secara titrasi

Pelaksanaan terapi secara titrasi

Pelaksanaan terapi secara titrasi

7.Pemberan nutrisi enteral dan parenteral

Pemberan nutrisi enteral dan parenteral

Pemberan nutrisi enteral dan parenteral

8.Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh

Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh

Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh

9.

Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat –alat portable selama transportasi pasien gawat

Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat –alat portable selama transportasi pasien gawat

Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat –alat portable selama transportasi pasien gawat

10.Kemampuan melakukan fisioterapi dada

Kemampuan melakukan fisioterapi dada

Kemampuan melakukan fisioterapi dada

11. - Melakukan prosedur isolasi Melakukan prosedur isolasi

12. -Melakukan hemodialisis intermiten dan kontinyu

Melakukan hemodialisis intermiten dan kontinyu

Tabel 1. Perbedaan pelayanan ICU primer, sekunder, dan tersier

2.6 Sarana dan prasarana ICU

Ruang ICU di sebuah rumah sakit harus memenuhi beberapa syarat sebagai

berikut :

Letaknya di sentral rumah sakit dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih

sadar (recovery room).

Suhu ruangan diusahakan 22-25°C dan nyaman.

Ruangan tertutup dan tidak terkontaminasi dari luar.

Merupakan ruangan aseptik dan antiseptik dengan dibatasi kaca-kaca.

Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus.

Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.

Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan

isolasi.

Tempat dokter dan perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk

mengobservasi pasien.

Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan desain yang baik dan

pengaturan ruang yang adekuat. Desain berdasarkan klasifikasi pelayanan di ICU

yaitu (Pedoman ICU).

2.7 Jenis-jenis ICU

Adapun beberapa jenis ICU yang sudah masyarakat kenal, berikut ini akan

dijelaskan lebih lanjut mengenai masing-masing jenis ICU.6,7

Intensive Coronary Care Unit (ICCU)

Merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung, terutama

penyakit jantung koroner, serangan jantung, gangguan irama jantung yang berat,

gagal jantung

Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

NICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi baru lahir

yang sakit atau prematur.

Pediatric Intensive Care Unit (PICU)

PICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi yang sakit

kritis, anak-anak, dan remaja.

Post Anesthesia Care Unit (PACU)

PACU adalah unit perawatan intensif pasca operasi dan stabilisasi pasien

setelah operasi bedah dan anestesi. Pasien biasanya berada dalam PACU untuk

waktu terbatas dan harus memenuhi kriteria sebelum ditransfer kembali ke

bangsal.

BAB III

KESIMPULAN

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,

dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk

observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau

penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan

prognosis dubia. Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan

yang intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan

komplikasi dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup dan

mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi angka

kematian serta mempercepat proses penyembuhan pasien

Pada dasarnya pasien yang dirawat di ICU adalah pasien dengan gangguan

akut yang masih diharapkan pulih kembali, mengingat ICU adalah tempat perawatan

yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan tenaga yang khusus.

Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas, sedangkan kebutuhan

pelayanan ICU meningkat, maka diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas.

Dalam pelayanannya fungsi ICU meliputi memberi bantuan dan mengambil

alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik masalah dasar,

pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang

ditimbulkan, serta memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya

sangat tergantung pada alat/mesin dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) Di Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik

Indonesia; 2010.

2. Hanafie, A. Peranan Ruangan Perawatan Intensif (ICU) dalam Memberikan Pelayanan

Kesehatan di Rumah Sakit.

3. Indonesian Society of Intensive Care Medicine (Perhimpunan Dokter Intensive care

Indonesia). Pedoman ICU

4. Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI; 2006.

5. World Health Organization. Intensive Care Unit.

6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

7. Washington State Department of Health. Type of Intensive Care Units. di akses 17 maret

2014