bab ii luka bakar new.docx

Upload: fanni-satria-yuwiguna

Post on 14-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. DefinisiLuka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Perry, 2006). Muttaqin (2011) mendefinisikan luka bakar sebagai luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan suhu tinggi, syok listrik, atau bahan kimia (Corwin, 2004). Soetomo (2005) mengemukakan luka bakar sebagai suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan yang lebih dalam, sedangkan Borley dan Grace (2007) mengemukakan luka bakar sebagai respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu/termal.Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan sebagai respon kulit akibat proses patologis yang disebabkan oleh kontak langsung atau terpapar sumber-sumber panas, listrik, zat kimia, dan radiasi. B. EtiologiPenyebab luka bakar menurut Graber (2006) dapat dibagi dalam beberapa jenis meliputi hal- hal berikut:1. Panas a. Api, terutama yang mengenai pakaian cenderung menyebabkan luka bakar ketebalan penuh.b. Logam cair, tar, atau bahan sintetik yang dicairkan menyebabkan kontak kulit yang lama, harus didinginkan secepat mungkin.c. Luka bakar akibat cairan harus cepat didinginkan dan semua pakaian yang berkontak dengan daerah tersebut harus cepat dilepaskan untuk mengurangi waktu kontak.2. ListrikLuka bakar akibat listrik dapat menyebabkan nekrosis otot, rabdomiolisis, dan mioglobinuria. Hal-hal penting yang patut diawasi dipaparkan sebagai berikut.a. Awasi aritmia jantung. Pemantauan jantung sangat penting selama 24 jam jika kejadiannya berat.b. Pasang penyangga leher (cervical collar): cari fraktur tulang panjang akibat kontraksi otot.c. Pantau CBC, elektrolit, EKG, mioglobin urin, enzim jantung, dan gas darah arteri.d. Dapat menyebabkan thrombosis pada setiap pembuluh darah tubuh. Cedera biasanya jauh lebih berat dari yang terlihat di kulit. Hati-hati dan observasi pasien dengan ketat.3. Bahan Kimiaa. Asam kuat cepat dinetralisir atau cepat diserap. Bersihkan kulit dan hubungi Sentra Pengendalian Racun untuk mendapatkan instruksi khusus.b. Alkali menyebabkan nekrosis cair dan dapat menembus dengan dalam, yang menyebabkan nekrosis progresif sampai beberapa jam setelah kontak.4. Luka Bakar Radiasia. Pada awalnya tampak hiperemik dan kemudian menyerupai luka bakar derajat ketiga. Perubahannya dapat meluas profunda ke dalam jaringan.b. Luka bakar akibat sinar matahari merupakan jenis ini dan menyebabkan nyeri superficial moderat.

C. Klasifikasi Luka Bakar1. Berdasarkan kedalaman luka bakar DeskripsiGambar Klinis

Luka bakar derajat pertama

Derajat dua, jaringan luka bakar dengan lesi superfisial dengan karakteristik luka bakar partial thickness.

Derajat dua, dengan karakteristik luka bakar partial thickness dalam.

Derajat tiga, dengan karakteristik luka bakar thickness.

Derajat empat, dengan luka bakar yang merusak otot

2. Karakteristik Luka BakarKlasifikasiEtiologiKarakteristik

PenampilanSensasiPenyembuhanBekas luka

Luka bakar superficialTerbakar matahariTerbatas di epidermis. Terdapat eritema, tetapi tidak segera timbul lepuhNyeriPenyembuhan terjadi secara spontan dalam tiga sampai empat hari Tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya tidak timbul komplikasi.

Luka bakar partial-thickness.Pajanan air panasMeluas ke epidermis dan ke dalam lapisan dermis, serta menimbulkan bula dalam beberapa menit. Sangat nyeri7-20 hariLuka bakar ini biasanya sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin timbul infeksi sekunder pada luka.

Luka bakar partial-thickness dalamPajanan air panas, kontak langsung dengan api, atau minyak panasMeluas ke seluruh dermis. Namun, daerah di sekitarnya biasanya mengalami luka bakar derajat kedua superficial yang nyeri.Nyeri dengan tekanan parsialPenyembuhan beberapa minggu. Memerlukan tindakan debridement untuk membuang jaringan yang mati. Biasanya diperlukan skin graft.Folikel rambut mungkin utuh, dan akan tumbuh kembali. Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan parut.

Luka bakar full-thicknessPajanan air panas, kontak langsung dengan api, minyak panas, uap panas, agen kimia, dan listrik tegangan tinggi.Meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis. Kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah tersebut berkurang.Saraf rusak sehingga luka tidak terasa nyeri, kecuali dengan tekanan dalam. Namun, daerah di sekitarnya biasanya nyeri seperti pada luka bakar derajat dua.Luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu berbulan bulan untuk sembuh dan diperlukan pembersihan secara bedah dan skin graft.Luka bakar derajat ketiga membentuk jaringan parut dan jaringan tampak seperti kulit yang keras. Risiko tinggi untuk terjadinya kontraktur.

3. Berdasarkan luas luka bakarPenilaian luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas permukaan tubuh (TBSA) yang disebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi yang akurat dari TBSA sangat penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakar dapat menggunakan metode lund dan browder, metode rumus sembilan (rule of nines), atau metode telapak tangan.

a. Metode lund dan browderMetode lund dan browder mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan (Graber, 2006). Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua, serta ketiga pasca luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.LOKASIUSIA (Tahun)

0-11-45-910-15DEWASA

Kepala191713107

Leher22222

Dada & Perut1313131313

Punggung1313131313

Pantat Kiri2,52,52,52,52,5

Pantat Kanan2,52,52,52,52,5

Kelamin11111

Lengan Atas Ka.44444

Lengan Atas Ki.44444

Lengan Bawah Ka.33333

Lengan Bawah Ki.33333

Tangan Ka.2,52,52,52,52,5

Tangan Ki2,52,52,52,52,5

Paha Ka.5,56,58,58,59,5

Paha Ki.5,56,58,58,59,5

Tungkai Bawah Ka.555,567

Tungkai Bawah Ki.555,567

Kaki Kanan.3,53,53,53,53,5

Kaki kiri.3,53,53,53,53,5

Gambar. Perkiraan luas permukaan pada luka bakar. (Disesuaikan dari Nussbaum MS, editor: The Mont Reid handbook, St. Louis, 1987, Mosby.)b. Rumus Sembilan (Rule of Nines)Rumus sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas. Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama the rule of nine atau rule of wallace yaitu:

1)Kepala dan leher: 9%2)Lengan masing-masing 9%: 18%3)Badan depan 18%, badan belakang 18%: 36%4)Tungkai maisng-masing 18%: 36%5)Genetalia/perineum: 1%Total: 100%Penentuan presentase berbeda pada bayi, anak dan orang dewasa sehingga perhitungan luas luka bakar dibagi dalam tiga kelompok yaitu:

Luasnya Luka Bakar:1 Rumus 10 untuk bayi2 Rumus 10-15-20 untuk anak3 Rumus 9 untuk orang dewasac. Metode Telapak TanganPada banyak pasien dengan luka bakar menyebar, metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luas luka bakar adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1 % luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.4. Fase Luka BakarBerdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:a. Fase Akut Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara pasokan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih mengalami permasalahan instabilitas sirkulasi.b. Fase Sub AkutBerlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:1) Proses inflamasi dan infeksi.2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau pada struktur atau organ-organ fungsional.3) Keadaan hipermetabolisme.c. Fase Lanjut Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

D. Manifestasi KlinikAdapun manifestasi klinis dari luka bakar adalah:1. Keracunan karbon monoksida: ditandai dengan kekurangan oksigan dalam darah, lemas, bingung, pusing, mual, muntah, bahkan meninggal.2. Distress pernapasan: ditandai dengan serak, ngiler, dan ketidakmampuan menangani sekresi.3. Cedera pulmonal: ditandai dengan pernapasan cepat atau sulit, krakles, stridor, dan batuk pendek.4. Gangguan hematologik: tanda yang ditemukan adalah kenaikan hematokrit, penurunan SDP, leukosit meningkat, dan penurunan trombosit.5. Gangguan ginjal: tanda yang ditemukan adalah peningkatan haluaran urine, dan mioglobinuria.6. Gangguan metabolik: tanda yang ditemukan adalah hipermetabolisme dan kehilangan berat badan.

E. Evaluasi Diagnostik1. Elektrolit serum: kalium meningkat karena cedera jaringan/penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air. Alkalin fosfat mengalami peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/gangguan pompa natrium.2. Urin: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.3. Fotorontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi.4. Scan paru: untuk menunjukkan luasnya cedera inhalasi.5. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miocard/disritmia pada luka bakar listrik.6. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.7. Kadar karbonmonoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.8. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.9. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein dan edema cairan.10. Fotografi luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.11. Kadar nitrogen urea darah dan kreatinin dapat meningkat.12. Jumlah darah lengkap menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.13. Kadar gas darah arterial bisa memperlihatkan hipoksia.F. Patofisiologi Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas ke tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, luka bakar radiasi, dan luka bakar kimia. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan pada luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan maksimal terjadi 8 jam. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panas yang terhisap. Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat bisa terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis. Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kuman telah banyak yang resisten terhadap berbagai antibiotik.G. Perubahan Fisiologis Pada Luka BakarPerubahan

Tingkatan hipovolemik( s/d 48-72 jam pertama)Tingkatan diuretik(12 jam 18/24 jam pertama)

MekanismeDampak dariMekanismeDampak dari

Pergeseran cairan ekstraseluler

Vaskuler ke insterstitialHemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakarInterstitial ke vaskulerHemodilusi

Fungsi renalAliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang

OliguriPeningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkatDiuresis

Kadar sodium/natriumNa+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem

Defisit sodiumKehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu)Defisit sodium

Kadar potassiumK+ dilepas sebagai akibat cedera jaringan sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurangHiperkalemiK+ bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar)Hipokalemi

Kadar proteinKehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas

HipoproteinemiaKehilangan protein waktu berlangsung terus katabolismeHipoproteinemia

Keseimbangan nitrogenKatabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukanKeseimbangan nitrogen negatifKatabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitasKeseimbangan nitrogen negatif

Keseimbangan asam basaMetabolisme anaerob karena perfusi jaringan berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.

Asidosis metabolikKehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolismeAsidosis metabolik

Respon stresTerjadi karena trauma, peningkatan produksi cortisonAliran darah renal berkurangTerjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi

Stres karena luka

EritrositTerjadi karena panas

Luka bakar termalTidak terjadi pada hari-hari pertamaHemokonsentrasi

LambungCurling ulcer (ulkus pada gaster),perdarahan lambung, nyeriRangsangan sentral di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison

Akut dilatasi dan paralisa ususPeningkatan jumlah cortison

JantungMDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakarDisfungsi jantungPeningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok septic

CO menurun

H. Web of Caution (WOC) Teoritis

Listrik/PetirTermis Radiasi Bahan Kimia

Bentuk kulit tidak seperti semula, trauma psikologis

MK: Ggn Konsep diriKurang pengetahuanAnsietas MK: Resiko tinggi infeksiMK: Kekurangan volume cairanGangguan sirkulasi makroHipovolemia dan hemokonsentrasi MK: Jalan nafas tidak efektifLuka terbukaMK: Gangguan perfusi jaringan periferMK: Gangguan rasa nyaman nyeriPersepsi nyeriKorteks serebriMerangsang ujung saraf bebasBradikinin, serotonin, histamisn, prostaglandinChemical responsTerputusnya kontinuitas jaringanMK: Gangguan perfusi jaringan serebralKerusakan kulitPenguapan meningkatPeningkatan pembuluh darah kapilerEkstravasasi Cairan (H2O,) elektrolit, proteinTekanan onkotik menurunCairan intravaskuler menurunHipoksia otakHB tidak mampu mengikat O2CO mengikat HBKercunan gas CODi Ruang TertutupOstruksi jalan nafasKerusakan mukosaOedema LaringPada wajahBiologisPsikologisLuka BakarSambungan WOC

Laju metabolisme meningkatMK: Perubahan NutrisiGlukoneogenesis, glokogenolisisGangguan perfusi Multi sistem organ failureHambatan pertumbuhanHipoksia hepatikFungsi ginjalPenurunan curah jantungSel Otak matiDaya tahan tubuh menurunGangguan neurologiDilatasi lambungPelepasan katekolaminHipoksia ginjalKebocoran kapilerhipoksiaImunNeurologiGI traktusHepar GinjalKardiovaskuler OtakGangguan perfusi organ pentingGangguan sirkulasi selulerGangguan sirkulasi makro

I. Diagnosa, Intervensi, dan Rasional Keperawatan1. Perawatan Pasien Selama Fase Darurat/ Resusitasi Perawatan Luka BakarNo.Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria hasilIntervensiRasional

1. Kerusakan pertukaran gas b.d keracunan karbonmonoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.Tujuan: pemeliharaan oksigenisasi jaringan yang adekuat

Kriteria Hasil: a. Tidak ada dispneab. Frekuensi respirasi antara 12 & 20 x/ menitc. Paru bersih pada auskultasid. Saturasi oksigen arteri > 96 % dengan oksimetri nadie. Kadar gas darah arteri dalam batas normal

1. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.

2. Kaji bunyi napas, frekuensi pernapasan, irama, dalam dan simetrisnya pernapasan. Pantau pasien untuk mendeteksi tanda-tanda hipoksia.

3. Amati hal-hal berikut:a. Eritema/pembentukan bula (lepuh).b. Lubang hidung yang gosong.c. Luka bakar pada muka, leher atau dada.d. Bertambahnya keparauan suara.

4. Pantau hasil gas darah arteri, hasil pemeriksaan oksimetri denyut nadi dan kadar karboksi-hemoglobin.

5. Laporkan pernapasan yang berat, penurunan dalamnya pernapasan, atu tanda-tanda hipoksia dengan segera kepada dokter.

6. Bersiap untuk membantu dokter dalam intubasi.

7. Pantau dengan ketat keadaaan pasien yang menggunakan alat ventilator mekanis.1. Oksigen yang dilembabkan akan memberikan kelembaban pada jaringan yang cedera, suplementasi oksigen meningkatkan O2 alveoli.

2. Hasil pengkajian ini memberikan data dasar untuk pengkajian selanjutnya dan bukti peningkatan penurunan pernapasan.

3. Tanda ini menunjukkan kemungkinan cedera inhalasi dan risiko disfungsi pernapasan.

4. Peningkatan pCO2 dan penurunan pCO2 serta saturasi O2 dapat menunjukkan perlunya ventilasi mekanis.

5. Intervensi yang segera diperlukan untuk mengatasi kesulitan pernapasan.

6. Intubasi memungkinkan ventilasi mekanis.

7. Pemantauan kemungkinan deteksi dini penurunan status respirasi atau komplikasi pada ventilasi mekanis.

2.Jalan napas tidak efektif b.d edema dan efek inhalasi asap.Tujuan:Pemeliharan saluran napas yang paten dan bersihan saluran napas adekuat.

Kriteria Hasil:a. Jalan napas paten.b. Sekresi respirasi minimal, tidak berwarna dan encer.c. Frekuensi respirasi, pola dan bunyi napas normal.

1. Pertahankan kepatenan jalan napas melalui pemberian posisi pasien yang tepat dan pembuangan sekresi.

2. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.

3. Dorong pasien agar mau membalikkan tubuh, batuk, dan napas dalam. Anjurkan agar pasien menggunakan spirometri intensif. Tindakan pengisapan jika diperlukan.1. Jalan napas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi.

2. Kelembaban akan mengencerkan secret dan mempermudah espektorasi

3. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pembuangan sekresi.

3. Kekurangan volume cairan b.d peningkat permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar.Tujuan:Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal dan perfusi organ-organ vital.

Kriteria Hasil:a. Kadar elektrolit serum berada dalam batas normal.b. Pengeluaran urin berkisar antara 0,5 dan 1,0 ml/kg/jam.1. Amati TTV, pengeluaran urin, dan waspada terhadap tanda-tanda hipovolemia atau kelebihan beban cairan.

2. Pantau pengeluaran urin sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang BB pasien setiap hari.

3. Pertahankan pemberian infus dan mengatur tetesannya pada kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik.

4. Amati gejala defisiensi atau kelebihan kadar Na, K, Ca, posfor, dan bikarbonat.

5. Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan tinggikan ekstremitas yang terbakar.

6. Beri tahu dokter dengan segera jika terjadi penurunan pengeluaran urin, tekanan darah dan peningkatan denyut nadi.1. Hipovolemia merupakan risiko utama sesudah luka bakar.

2. Pengeluaran urin dan BB memberikan informasi tentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan, dan kebutuhan serta kecukupan cairan.

3. Pemberian cairan yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta perfusi prgan-organ vital adekuat.

4. Perubahan yang cepat pada status cairan dan elektrolit mungkin terjadi dalam periode pasca luka bakar.

5. Peninggian akan meningkatkan aliran balik darah vena.

6. Karena terjadinya perpindahan cairan yang cepat pada syok luka bakar, defisit cairan harus dideteksi secara dini sehingga syok sirkulasi tidak terjadi.

4.Hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.

Tujuan:Pemeliharaan suhu tubuh yang adekuat.1. Berikan lingkungan yang hangat dengan penggunaan perisai pemanas, selimut berongga, lampu atau selimut pemanas.

2. Bekerja dengan cepat kalau lukanya terpajan udara dingin.

3. Kaji suhu inti tubuh dengan sering.1. Lingkungan yang stabil mengurangi kehilangan panas lewat evaporasi.

2. Pajanan yang minimal mengurangi kehilangan panas dari luka.

3. Kaji suhu tubuh yang frekuen membantu mendeteksi terjadinya hipotermia.

5.Nyeri b.d cedera jaringan dan saraf serta dampak emosional cedera.

Tujuan:Pengendalian rasa nyeri

Kriteria Hasil:a. Menyatakan tingkat nyeri menurun.b. Tidak ada petunjuk nonverbal tentang nyeri.1. Gunakan skala nyeri untuk menilai tingkat nyeri (1-10). Bedakan dengan tanda-tanda hipoksia.

2. Berikan preparatAnalgetik menurut program medik. Amati kemungkinan supresi pernapasan pada pasien yang tidak memakai ventilasi mekanis. Lakukan penilaian respons pasien terhadap pemberian analgetik.

3. Berikan dukungan emosional dan menentramkan kekhawatiran pasien.1. Tingkat nyeri menentukan data dasar untuk mengevaluasi efektivitas tindakan mengurangi nyeri.

2. Penyuntikan preparat analgetik intravena diperlukan karena terjadinya perubahan perfusi jaringan akibat luka bakar.

3. Dukungan emosional sangat penting untuk mengurangi ketakutan dan ansietas akan meningkatkan persepsi nyeri.

2. Perawatan Pasien Selama Fase Akut Perawatan Luka BakarNo.Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria hasilIntervensiRasional

1. Kelebihan volume cairan b.d pemulihan kembali kapiler dan perpindahan cairan dari kompartemen interstitial ke dalam kompartemen intravaskuler.Tujuan:Pemeliharaan keseimbangan cairan yang optimal.

Kriteria Hasil:a. Asupan, cairan & BB memiliki korelasi dengan pola yang diharapkan.b. TTV tetap dalam batas yang ditentukan.1. Pantau TTV, asupan cairan, dan BB. Kaji edema, distensi vena jugularis dan krekels.

2. Beri tahu dokter jika pengeluaran urin 30 ml/jam, terjadi penambahan BB, ronkhi, dan tekanan arteri pulmonalis.

3. Pertahankan cairan infus dengan alat pengendali tetesan infus.

4. Kolaborasi pemberian preparat diuretik atau dopamin.1. Tanda dan gejala ini menunjukkan status cairan.

2. Semua tanda ini menunjukkan peningkatan volume cairan.

3. Pengaturan infus akan mencegah bolus cairan yang tidak sengaja.

4. Dopamin akan meningkatkan pengeluaran urin. Diuretik meningkatkan pembentukan urin serta pengeluaran urin dan menurunkan volume intravaskuler.

2. Risiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.Tujuan: Tidak adanya infeksi yang lokal dan sistemik.

Kriteria Hasil:a. Kultur luka memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal.b. Hasil kultur darah, urin dan sputum normal.c. Tidak adanya tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan infeksi dan sepsis.1. Gunakan tindakan asepsis dalam semua aspek perawatan pasien.

2. Lakukan skrining terhadap para pengunjung untuk mendeteksi masalah respirasi, gastrointestinal, dan integumen.

3. Inspeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi atau perubahan warna.

4. Pantau jumlah leukosit.

5. Kolaborasi pemberian antibiotik.1. Tindak aseptik akan meminimalkan risiko kontaminasi-silang dan penyebarluasan kontaminasi bakteri.

2. Menghindari agen penyebab infeksi yang dikenali akan mencegah masuknya mikroorganisme tambahan.

3. Tanda-tanda tersebut menunjukkan infeksi lokal.

4. Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi.

5. Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.

1. 33Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d keadaan hipermetabolisme dan kesembuhan luka

Tujuan:Pencapaian status nutrisi anabolik.

Kriteria Hasil:a. Tidak memperlihatkan tanda-tanda defisiensi vitamin, protein dan mineral.b. Memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi yang diperlukan lewat asupan oral.

1. Berikan diet tinggi kalori dan protein, mencakup kesukaan pasien.

2. Pantu BB pasien dan jumlah asupan kalorinya setiap hari.

3. Berikan suplemen nutrisi sesuai ketentuan medik.

4. Berikan nutrisi parenteral total jika kebutuhan diet tidak terpenuhi lewat asupan per-oral.

5. Laporkan distensi abdomen, volume residu lambung yang besar atau diare kepada dokter.1. Pasien memerlukan nutrient yang cukup untuk kesembuhan luka dan peningkatan kebutuhan metabolisme.

2. Tindakan ini membantu menentukan apakah kebutuhan makanan telah terpenuhi.

3. Suplemen ini memenuhi kebutuhan nutrisi.

4. Teknik intervensi nutrisi menjamin terpenuhinya kebutuhan nutrisi.

5. Tanda-tanda ini dapat menunjukkan intoleransi terhadap jalur atau tipe pemberian nutrisi.

4.Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka

Tujuan:Integritas kulit tampak membaik.

Kriteria Hasil:a. Kulit secara umum tampak utuh dan bebas dari tanda-tanda infeksi, tekanan dan trauma.b. Luka yang terbuka berwarna merah muda, memperlihatkan repitelisasi dan bebas dari infeksi.

1. Bersihkan luka setiap hari.

2. Lakukan perawatan luka bakar sesuai prosedur.

3. Oleskan preparat antibiotik topical dan memasang balutan sesuai dengan ketentuan medik.

4. Cegah penekanan, infeksi dan mobilisasi pada autograft.

5. Berikan dukungan nutrisi yang memadai.

6. Kaji luka dan lokasi graft. Laporkan tanda-tanda kesembuhan yang buruk atau trauma kepada dokter.1. Pembersihan setiap hari akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri.

2. Perawatan akan mempercepat penyembuhhan luka.

3. Perawatan luka akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri dan mempercepat penyembuhan luka.

4. Tindakan ini akan mempercepat pelekatan graft dan kesembuhan.

5. Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan.

6. Intervensi dini untuk mengatasi kesembuhan luka atau pelekatan graft yang buruk sangat esensial.

5.Nyeri b.d serabut saraf terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka.Tujuan: Pengurangan atau pengendalian rasa nyeri.

Kriteria Hasil:a. Menyatakan rasa nyeri berkurang b. Tidak membberi petunjuk fisiologik atau nonverbal bahwa rasa nyeri sedang atau berat.c. Dapat tidur tanpa terganggu rasa nyeri.1. Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri. Amati indikator nonverbal yang menunjukkan rasa nyeri.

2. Jelaskan kepada pasien mengenai perjalanan nyeri yang lazim terjadi pada penyembuhan luka dan berbagai pilihan untuuk pengendalian nyeri.

3. Ajarkan pasien teknik relaksasi, imajinasi, dan distraksi.

4. Kaji dan catat respons klien terhadap intervensi.

5. Kolaborasi pemberian analgetik.1. Data hasil pengkajian akan memberikan informasi dasar untuk mengkaji respons terhadap nyeri.

2. Pengetahuan akan mengurangi kecemasan.

3. Tindakan nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri akan memberikan berbagai cara intervensi yang dapat mengurasi sensasi nyeri.

4. Membantu dalam memastikan teknik pengendalian nyeri yang terbaik.

5. Untuk mengurangi nyeri.

6. Kerusakan mobilitas fisik b.d edema serta rasa nyeri pada luka dan kontraktur persendian.Tujuan:Pencapaian mobilitas fisik yang optimal.

Kriteria Hasil:a. Bertambah berat setiap hari setelah sebelumnya mengalami penurunan BB.b. Memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi yang diperlukan lewat asupan oral.

1. Atur posisi pasien dengan seksama untuk mencegah posisi yang terfiksasi pada daerah tubuh yang terbakar.

2. Iatihan yang dilaksanakan latihan rentang gerak beberapa kali sehari.

3. Bantu pasien untuk duduk dan ambulasi dini.

4. Gunakan bidai dan alat-alat latihan yang dianjurkan oleh spesialis terapi oksupasi dari fisioterapi.

5. Dorong perawatan mandiri sampai taraf yang sesuai dengan kemampuan pasien.1. Pengaturan posisi yang benar akan mengurangi risiko terjadinya kontraktur fleksi.

2. Latihan rentang gerak akan meminimalkan atrofi otot.

3. Mobilitas dini mendorong peningkatan pemakaian otot-otot.

4. Alat-alat tersebut akan mendorong aktivitas pasien sementara posisi sendi yang benar tetap dipertahankan.

5. Perawatan mandiri akan mempercepat kemandirian maupun peningkatan aktivitas.

7. Koping individu tidak efektif b.d perasaan takut dan ansietas cemas, dan berduka.

Tujuan:Penggunaan strategi koping yang tepat untuk menghadapi berbagai masalah pasca luka bakar.

Kriteria Hasil:a. Menggunakan dengan kata-kata reaksi terhadap luka bakar, prosedur terapeutik, dan kehilangan.b. Mengatasi kesedihan dan kehilangan yang terjadi akibat luka bakar.c. Turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan.1. Kaji kondisi pasien untuk mengetahui kemampuan koping yang dilaksanakan dengan berhasil di masa lalu.

2. Tunjukkan penerimaan pada pasien. Berikan dukungan dan umpan balik yang positif.

3. Bantu pasien untuk menetapkan tujuan jangka-pendek yang dapat dicapainya guna meningkatkan independensi pada aktivitas hidup sehari-hari.

4. Gunakan pendekatan multidisiplin untuk mempercepat mobilitas dan independensi.

5. Konsultasi dengan anggota tim perawatan pasien untuk membantunya dalam mengatasi perlilaku yang regresif atau maladaptif.

1. Data-data psikososial akan memberikan informasi dasar untuk merencanakan perawatan.

2. Penerimaan akan mendorong timbulnya harga diri dan proses yang berkelanjutan kearah independensi.

3. Penetapan tujuan jangka-pendek akan membawa kepada pola keberhasilan bagi pasien. Tujuan jangka-panjang mungkin tidak realistik atau tidak dapat dicapai bagi pasien.

4. Komunikasi antara berbagai disiplin ilmu akan menghasilkan cara pendekatan yang konsisiten.

5. Kolaboarsi memanfaatkan keahlian dari profesi atau spesialis yang lain.

8. Kurang pengetahuan mengenai proses penanganan luka bakar.Tujuan:Pasien dan keluarga mengungkapkan pemahaman penanganan luka bakar.

Kriteria Hasil:a. Menyatakan dasar pemikiran untuk berbagai aspek penanganan yang berbeda.b. Pasien dan keluarga turut berpartisipasi dalam menyusun rencana penatalaksanaan jika diperlukan.1. Kaji kesiapan pasien dan keluarganya untuk belajar.

2. Jajaki pengalaman pasien dan keluarganya yang berhubungan dengan perawatan di RS dan penyakit.

3. Tinjau proses penanganan luka bakar bersama pasien dan keluarga.

4. Jelaskan pentingnya partisipasi pasien dalam perawatan untuk memperoleh hasil-hasil yang optimal.

5. Jelaskan lama waktu yang diperlukan untuk sembuh dari luka bakar.1. Terbatasnya pendidikan mengurangi kemampuan pasien dan keluarganya untuk menerima informasi.

2. Informasi ini memberikan data-data dasar untuk penjelasan dan indikasi yang menunjukkan harapan pasien serta keluarganya.

3. Mengetahui apa yang akan terjadi, mempersiapkan pasien dan keluarganya dalam menghadapi kejadian mendatang.

4. Informasi ini memberikan arah spesifik kepada pasien.5. Kejujuran meningkatkan harapan realistis.

J. Penatalaksanaan Medis dan KeperawatanAdapun penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien luka bakar, yaitu:1. Penatalaksanaan Medis a. Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka bakar. Ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi:1) Untuk luka bakar termal (api), berhenti, berbaring, berguling. Tutup korban dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil.2) Untuk luka bakar kimia (cairan), bilas dengan jumlah banyak air untuk menghilangkan zat kimia dari kulit.3) Untuk luka bakar listrik, pertama matikan aliran listrik sebelum berusaha untuk memindahkan korban dari bahaya.b. Prioritas kedua adalah menciptakan nafas paten. Untuk pasien dengan kecurigaan cedera inhalasi, berikan oksigen melalui masker 10 liter/menit. Gunakan intubasi endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila gas-gas darah arteri menujukkan hiperkapnea berat meskipun dengan oksigen suplemen. c. Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan volume plasma. Secara esensial setengah dari perkiraan volume cairan diberikan pada 8 jam pertama pasca luka bakar, dan setengahnya lagi diberikan selama 16 jam kemudian. Tipe-tipe cairan yang yang digunakan meliputi kristaloid, seperti larutan Ringer Laktat atau koloid seperti albumin atau plasma.d. Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar:1) Pembersihan setiap dan pemberian krim antimikroba topikal seperti silver sulfadiazin (silvadene).2) Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan biologis (tandur kulit) khususnya pada luka bakar penuh ketebalan penuh.e. Upaya menciptakan penampakan jaringan parut sebaik mungkin. Hal ini merupakan problem utama dari pasien-pasien luka bakar. Upaya terpenting yang bisa dikerjakan ialah dengan pemberian tekanan diatasnya selama 6 12 bulan.Pasien dapat menunggu terjadinya pertumbuhan kulit baru. Penantian ini umumnya memakan waktu yang lebih lama. Alternatif yang lebih cepat ialah dengan skin graft (cangkok kulit). Cara ini dikerjakan dengan mengambil kulit dari suatu bagian tubuh yang kemudian ditanam pada daerah yang memerlukan. Lokasi pengambilan (donor site) biasanya di daerah paha karena ini lebar dan gampang sembuh. Agar pertumbuhan terjadi, dibutuhkan beberapa syarat. Kulit donor haruslah kulit yang sehat. Lokasi resipien (tempat donor ditanam) mesti memiliki jaringan pembuluh darah yang baik. Jika tidak, kulit donor tidak akan bisa tumbuh. Setelah kulit donor diletakkan, satu-satunya hal yang mesti dikerjakan ialah membiarkannya. Jangan memberi tekanan apapun. Kita hanya melindungi cangkok tersebut dan menantinya tumbuh. Umumnya petumbuhan akan terjadi dalam 4 -7 hari.2. Penatalaksanaan Keperawatana. Perawatan luka umumPerawatan luka yang mencakup pembesihan luka dan debridemen, pengolesan preparat, antibiotik topikal serta pembalutan. Kassa yang terbuat dari bahan biologik, biosintetik dan sintetik dapat digunakan. Pencangkokan kulit split thickness diperlukan untuk menutup luka bakar derajat III (full thickness) dan II (deep partial thickness). Prosedur khusus harus diikuti dalam perawatan luka bakar pada muka, telinga, mata, dan genitalia. Penggunaan terapi oksigen hiperbarik untuk mempercepat kesembuhan luka merupakan masalah yang kontroversial dan bukan komponen yang rutin dalam perawatan luka bakar.b. Pembersihan luka Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk membersihkan luka bakar. Hidroterapi dengan perendaman total dikerjakan pada beberapa rumah sakit. Pada rumah sakit yang lain, pasien digantung dengan sebuah ayunan vinil di atas bak dan kemudian disiram. Bak mandi rendam atau whirlpool dapat digunakan. Guncangan air dalam whirlpool akan meningkatkan proses pembersihan luka dan secara lembut memijat jaringan. Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin bergerak dengan aktif. Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan membersihkan seluruh tubuh.c. Terapi antibiotik topikalBeberapa bentuk terapi antimikroba yang diterapkan pada luka bakar merupakan metode perawatan setempat yang terbaik untuk luka bakar yang luas. Terapi antibakteri topikal tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanya mengurangi jumlah bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh pasien itu sendiri. Terapi topikal akan meningkatkan upaya untuk mengubah luka yang terbuka dan kotor menjadi luka yang tertutup dan bersih. Tidak ada satupun preparat yang secara universal efektif. Penggunaan berbagai jenis preparat antibiotik yang berbeda dalam periode pasca luka bakar mungkin diperlukan. Pemeriksaan kultur bakteriologik harus dikerjakan untuk memantau efek pengobatan topikal tersebut.Sebelum preparat topikal yang baru dioleskan, preparat topikal yang digunakan sebelumnya harus dibersihkan dahulu dengan seksama. Frekuensi penggantian pembalut dan perendaman luka harus direncanakan untuk meningkatkan efek terapeutik preparat yang optimal.d. Penggantian balutanBalutan dapat diganti di kamar pasien, ruang hidroterapi ataupun di bagian perawatan kurang-lebih 20 menit sesudah pemberian analgetik. Pembalut juga dapat diganti di kamar bedah sesudah pasien dianastesi. Masker, penutup rambut, apron plastik yang sekali pakai atau gaun bedah dan sarung tangan steril harus dikenakan oleh petugas kesehatan pada saat melepas balutan atau kassa penutup luka. Pembalut luar dapat digunting dengan gunting yang ujungnya tumpul (guntung verban), sedangkan balutan yang kotor dilepas dan dibuang dengan mengikuti prosedur yang ditetapkan untuk pembuangan bahan-bahan yang terkontaminasi.Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bila pasien dibiarkan berendam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut dapat dilepas dengan hati-hati dan perlahan-lahan memakai forseps atau tangan yang mengenakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebrideman untuk menghilangkan debris, setiap preparat yang tersisa, eksudat dan kulit yang mati. Gunting serta forseps yang steril dapat memangkas eskar yang lepas dan mempermudah pemisahan kulit yang sudah mati. e. Debridemen Debridemen merupakan sisi lain dari pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki dua tujuan:1) Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri2) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi graft dan kesembuhan luka.

f. Penatalaksanaan nyeriCiri yang menonjol pada nyeri luka bakar adalah intensitasnya dan durasinya yang lama. Lebih lanjut, perawatan luka harus menyertakan antisipasi rasa nyeri dan kecemasan pasien, rasa nyeri yang dialami pasien kerap kali sangat parah. Pada saat melakukan perawatan luka bakar pasti pasien akan merasakan nyeri, yang bisa dilakukan perawat pada saat pasien nyeri anjurkan nafas dalam dan kolaborasikan pada dokter pemberian analgesik.g. Dukungan nutrisiHipermetabolisme akan terus bertahan sesudah terjadinya luka bakar sampai luka tersebut tertutup, dengan demikian kebutuhan metabolik basal akan meningkat sampai sebesar 100%. Tujuan dukungan nutrisi pada luka bakar adalah untuk meningkatkan status keseimbangan nitrogen yang positif. Dukungan nuutrisi yang diperlukan ditentukan berdasarkan status pasien pra-luka bakar dan luas permukaan tubuh yang terbakar.h. Tatalaksana resusitasi cairan Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin. Terapi primer penderita luka bakar yang besar dengan penghindaran komplikasi yang berhubungan dengan pengurangan cairan dan elektrolit pada periode pasca luka bakar dini. Penentuan persentase TBSA luka menjadi tahap awal dalam menghitung kebutuhan cairan. Pasien juga harus ditimbang beratnya pada awal terapi untuk menentukan berat dasar sebagai pedoman perawatan berikutnya. Kateter urina yang ditinggalkan digunakan sebagai indeks perfusi ginjal dan untuk mengevaluasi keefektifan resusitasi cairan. Pada penderita dengan kombinasi luka bakar kulit dan cedera paru, pemantauan tekanan sentral dengan katetr Swan-Ganz harus dilakukan.Ada beberapa rumus yang sudah dikembangkan oleh berbagai pusat perawatan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar. Diantaranya rumus Brooke, Modifikasi Brooke, Evan dan Parkland, dan metode Baxter. Modifikasi Brooke dan Parkland mengemukakan resusitasi cairan dengan cara luas daerah luka bakar dikali berat badan pasien dalam kilogram, dikali volume larutan Ringer yang akan diberikan dalam 24 jam pasca luka bakar. Pada kedua perhitungan, setengah jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama resusitasi, dengan seperempat dari seluruh jumlah semula diberikan tiap 8 jam berikutnya. Sedangkan formula Baxter memiliki perhitungan luas luka bakar x 4 mL x BB (kg) x (%). Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. New York Hospital juga memiliki perkiraan kebutuhan cairan resusitasi pada pasien luka bakar yang dijelaskan pada tabel berikut ini.DewasaAnak-anak

24 jam pertama pasca luka bakarLarutan Ringer laktat 4ml/kg/% luka bakarLarutan Ringer laktat4 ml/kg/% luka bakar ditambah10 kg pertama-100 ml/kg10 kg kedua-50 ml/kg10 kg ketiga-20 ml/kg

24 jam kedua pasca luka bakarD5/W ditambah larutan yang mengandung koloid (misal, albumin 5% dalam larutan natrium klorida 0.9%) 0.5 ml/kg/%luka bakarD5/saline 0.45% ditambah larutan yang mengandung koloid 0.5 ml/kg/% luka bakar