isi new.docx

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bioteknologi merupakan ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi molekuler. Bioteknologi ini merupakan penerapan teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian dari organisme untuk membuat modifikasi, meningkatkan atau memperbaiki sifat makhluk hidup serta mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus. Bioteknologi telah banyak sekali membantu manusia dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya, terutama di bidang produksi bahan pangan khususnya bidang pertanian dan perkebunan. Karena dengan adanya bioteknologi ini manusia bisa meningkatkan nilai bahan mentah dengan bantuan mikroorganisme. Seiring berkembangnya teknologi, bioteknologi juga membantu manusia dalam meningkatkan taraf kesehatan, yaitu dengan dikembangkannya tanaman transgenik. Tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan 1

Upload: haniq-juniswapy-fauzi

Post on 28-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISI NEW.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bioteknologi merupakan ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu

mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi molekuler. Bioteknologi ini merupakan

penerapan teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian dari organisme untuk

membuat modifikasi, meningkatkan atau memperbaiki sifat makhluk hidup serta

mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus.

Bioteknologi telah banyak sekali membantu manusia dalam meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraannya, terutama di bidang produksi bahan pangan

khususnya bidang pertanian dan perkebunan. Karena dengan adanya bioteknologi ini

manusia bisa meningkatkan nilai bahan mentah dengan bantuan mikroorganisme.

Seiring berkembangnya teknologi, bioteknologi juga membantu manusia dalam

meningkatkan taraf kesehatan, yaitu dengan dikembangkannya tanaman transgenik.

Tanaman transgenik adalah  suatu produk rekayasa genetika  melalui

transformasi gen dari  makhluk hidup  lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk

menghasilkan tanaman baru  yang memiliki sifat unggul yang lebih  baik  dari 

tanaman sebelumnya.

Salah satu metode yang penting dari bioteknologi adalah rekayasa genetika

(Genetic Engineering = GE) yang digunakan untuk memodifikasi tanaman, hewan

dan mikroorganisme sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Bahkan, rekayasa

genetika memfasilitasi transfer karakteristik yang diinginkan menjadi tanaman lain

yang tidak mungkin melalui pemuliaan tanaman konvensional. Berbagai tanaman

telah direkayasa untuk meningkatkan resistensi terhadap banyak tekanan seperti

herbisida, insektisida, virus dan kombinasi tekanan biotik dan abiotik dalam berbagai

tanaman termasuk beras, jagung, kentang, tomat, tembakau, pisang, dan sebagainya.

Selain dari penggunaan rekayasa genetika di bidang pertanian, rekayasa

genetika digunakan untuk memodifikasi tanaman untuk meningkatkan produksi

1

Page 2: ISI NEW.docx

vaksin, hormon, dan sebagainya. Vaksin terhadap penyakit tertentu tersedia di pasar,

namun kebanyakan dari mereka sangat mahal. Negara-negara berkembang tidak

mampu membayar pengendalian penyakit melalui vaksin dengan biaya intensif.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memproduksi vaksin yang dapat diproduksi

secara murah dan memiliki banyak keunggulan dibandingkan vaksin yang

dikomersialkan. Tanaman transgenik dihasilkan untuk tujuan mampu

mengekspresikan protein rekombinan termasuk antigen virus dan bakteri serta

antibodi.

Tanaman pangan umum seperti pisang, tomat, beras, wortel telah digunakan

untuk memproduksi vaksin terhadap penyakit tertentu seperti hepatitis B, kolera,

HIV. Dengan demikian, regulasi up dan down dari gen yang diinginkan digunakan

untuk memodifikasi tanaman yang memiliki peran nyata dalam perbaikan genetik

tanaman. Peran rekayasa genetika dalam menghasilkan garis transgenik/kultivar

tanaman yang berbeda yaitu dengan peningkatan kualitas nutrisi, produksi biofuel,

meningkatkan produksi vaksin dan antibodi, peningkatan resistensi terhadap

serangga, herbisida dan penyakit.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah  untuk memahami prinsip-prinsip

dasar tanaman transgenik, menjelaskan peranan tanaman transgenik bagi kehidupan

serta dampak lain yang terjadi dengan adanya tanaman transgenik.

2

Page 3: ISI NEW.docx

BAB II

ISI

2.1 Sejarah

Seleksi genetik untuk perbaikan kualitas/sifat tanaman telah dilakukan sejak

tahun 8000 SM ketika praktik pertanian dimulai di Mesopotamia (Sateesh M.K.,

2008). Secara konvensional, perbaikan kualitas tanaman dilakukan dengan

memanfaatkan proses seleksi dan persilangan tanaman. Kedua proses tersebut

memakan waktu yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu karena

bergantung dari mutasi alamiah secara acak (Alexander N. Glazer, Hiroshi Nikaido,

2007).

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika

bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang

dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama,

yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil

dikembangkan oleh manusia (Sateesh M.K., 2008). Sejak saat itu, pengembangan

tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus

dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama yang berhasil diproduksi dan

dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali

di Amerika Serikat pada tahun 1996 (Kathleen L.H, 2009). Pada tahun 2004, lebih

dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik

dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenik.

2.2 Pengertian

Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya

melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan

tertentu.

3

Page 4: ISI NEW.docx

Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari

organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti

bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.

Secara  ontologi   tanaman transgenik adalah  suatu produk rekayasa genetika 

melalui  transformasi gen dari  makhluk hidup  lain ke dalam tanaman yang tujuannya

untuk menghasilkan tanaman baru  yang memiliki sifat unggul yang lebih  baik  dari 

tanaman sebelumnya.

Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti

pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke

makhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen

hewan ke tanaman. Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to

permanently modify the cell or germ cells of organism (penggunaan manipulasi gen

untuk mengadakan perubahan yang tetap pada sel makhluk hidup). Tanaman

transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer dan Stanley Cohen.

Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada tahun 1989 terdapat

30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman. Secara sederhana tanaman

transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-gen tertentu yang baik pada makhluk

hidup lain untuk disisipkan pada tanaman, penyisipaan gen ini melalui suatu vector

(perantara) yang biasanya menggunakan bakteri Agrobacterium tumefeciens untuk

tanaman dikotil atau partikel gen untuk tanaman monokotil, lalu diinokulasikan pada

tanaman target untuk menghasilkan tanaman yang dikehendaki. Tujuan dari

pengembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah:

menghambat pelunakan buah (pada tomat)

tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus

meningkatkan nilai gizi tanaman, dan

meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem

seperti lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam

yang tinggi. Melihat potensi manfaat yang disumbangkan, pendekatan

4

Page 5: ISI NEW.docx

bioteknologi dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan dunia

terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti yang sudah

dilakukan di negara-negara maju

Secara epistemologi,  proses pembuatan  tanaman transgenik sebelum 

dilepas  ke  masyarakat telah melalui hasil  penelitian  yang panjang, studi  kelayakan

dan uji lapangan dengan pengawasan  yang  ketat,  termasuk melalui analisis  

dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka  panjang.    Secara aksiologi: 

berdasarkan  pendapat  kelompok masyarakat  yang pro dan kontra  tanaman

transgenik memiliki manfaat   untuk memenuhi kebutuhan pangan  penduduk,  tetapi

manfaat tersebut belum teruji, apakah lebih  besar  manfaatnya atau kerugiannya.

(Sardjoko, 1991).

2.3 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Tanaman Transgenik

Tanaman transgenik lebih produktif dan memiliki hasil yang lebih besar.

Peningkatan kualitas biji-bijian

Peningkatan kadar protein

Pembentukan tanaman resisten hama, penyakit, dan herbisida

Pembentukan tanaman toleran kekeringan, tanah masam, suhu ektrem

Pembentukan tanaman yang lebih bernilai nutrisi tinggi, seperti vit C, E dan

β-karoten

Lebih ramah lingkungan karena mereka membutuhkan lebih sedikit

herbisida dan pestisida.

Makanan yang lebih tahan dan matang untuk tinggal lebih lama sehingga

mereka dapat dikirim jauh atau disimpan lebih lama.

Kekurangan Tanaman Transgenik

Bioetik

5

Page 6: ISI NEW.docx

Keamanan dan kekhawatiran

Paten dari organisme hasil rekayasa genetik

Penggunaan untuk terapi gen dan jaringan pada manusia

Tanggung jawab sosial dari sain dalam bisnis (Umar, 2002).

2.4 Pembuatan Tanaman Transgenik

Menghasilkan Tanaman Transgenik

1. Mengisolasi dan mengklon gen yang diinginkan

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan

identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang

diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan,

atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen

yang disebut dengan istilah kloning gen (Jaime, 2003).

Garis besar atau cara kloning gen:

6

Menumbuhkan seluruh tanaman

Pilih sel atau jaringan yang berubah

Memperkenalkan gen pembangun ke dalam sel tanaman (transformasi)

Tambahkan penanda yang dipilih

Tambahkan segmen DNA untuk memulai atau meningkatkan ekspresi gen

Mengisolasi dan mengklon gen yang diinginkan

Page 7: ISI NEW.docx

Membuka sel hidup. Untuk ini terdapat beberapa cara, yang popular adalah

dengan memblender sel dan kemudian menambahkan deterjen (untuk sel

mamalia).

Mengambil informasi genetik ( DNA ) dari sel. Karena molekul DNA ratusan

kali lebih panjang dari molekul lain dalam sel, maka teknik pemurnian DNA

mudah dikembangkan.

Memotong gen khusus yang diinginkan. Metode ini dilakukan dengan cara

seperti meng -edit film. Seperti halnya film, DNA juga terdiri atas ”frame” untuk

menunjukkan urutan yang tepat. Dalam DNA ”frame” ini merupakan susunan

huruf kode genetik. Bila frame-frame ini disusun pada kombinasi tertentu, akan

menjadi cerita pada film atau menjadi DNA pada gen. Gunting molekuler untuk

memotong DNA adalah suatu enzim yang disebut restriction enzym ( enzim

pemotong ) (Rajiv et al, 2008).

2. Tambahkan segmen DNA untuk memulai atau meningkatkan ekspresi

gen

Menempatkan potongan khusus DNA ke dalam perantara yang disebut

cloning vehicles yang akan membawa potongan DNA ke dalam sel hidup lain.

Cloning vehicles adalah molekul DNA yang relatif pendek yang dapat memasuki

sel dan memperbanyak diri di dalam sel.

Menempatkan gen khusus pada kloning vehicle mirip seperti menyambung

adegan cerita dalam film pendek.

Proses penyambungan menghasilkan chimeric DNA moleku (molekul DNA

kimera), sebagian adalah gen khusus dan bagian lainnya adalah gen dari cloning

vehicle tersebut.

Molekul DNA tersebut juga disebut recombinant DNA molekul (molekul DNA

rekombinan).

7

Page 8: ISI NEW.docx

Cloning vehicle yang mengandung potongan khusus DNA tadi dimasukkan ke

dalam sel inang yang biasanya adalah organisme sel tunggal (seperti bakteri atau

ragi).

membiarkan sel inang untuk memperbanyak diri membentuk klon dengan

kandungan bermilyar milyar sel yang identik.

Pada umumnya kloning sederhana dari sepotong DNA berlangsung baik. Seperti

halnya film yang menjadi berguna setelah diproyeksikan. Demikian juga

informasi dalam DNA yang harus dirubah kedalam produk yang berguna.

Untuk membuat produk, informasi dalam DNA ditransfer dari gen ke tempat

molekul protein diproduksi.

Pembuatan produk berdasar informasi yang disimpan dalam DNA disebut

ekspresi gen.

3. Tambahkan penanda yang dipilih

Karena transfer gen adalah proses yang tidak efisien (1 sampai 5% tingkat

keberhasilan), maka dibutuhkan suatu sistem untuk mengidentifikasi sel-sel dengan

gen baru. Biasanya, gen resistensi antibiotik atau herbisida digunakan sebagai

penanda.

4. Memperkenalkan gen pembangun ke dalam sel tanaman (transformasi)

a. Metode particle bombardment system

Berdasarkan katalog dari Bio-Rad ada beberapa jenis dari particle

bombardment, diantaranya adalah particle bombardment helios gene gun dan pds

1000 He. Pada particle bombardment helios gene dilakukan pada target yang lebih

kecil dibandingkan dengan jenis particle bombadment pds 1000 He.

8

Page 9: ISI NEW.docx

Prinsip kerja Particle bombardmet dengan menggunakan jenis helios gene

gun:

1. Pertama DNA dan RNA di endapkan terlebih dahulu pada mikropartikel emas,

setiap perbandingan plasmid yang berbeda dapat di endapkan ke satu partikel

2. Mikrokarrier tersebut dilapisi dengan DNA dan RNA yang sudah dipersiapkan

sebelumnya

3. Gen Gun kemudian dilepaskan, sehingga pulsa Helium kemudian bergerak turun

memasuki silinder catrige

4. Partikel dengan kecepatan tinggi terus melaju hingga menembus target, yakni

berupa sel ataupun jaringan.

Gambar 1. Jenis Partikel bombardment helios gene gun

Mekanisme kerja dari biolistic particle gun jenis PDS 1000 He

1. Sampel yang berupa sel ataupun jaringan yang akan diinsersi oleh gen tertentu

diletakkan dalam ruang pemboman (bombardment chamber) yang akan

dievakuasi pada tekanan subatmospheric

2. Instrumen itu kemudian dinyalakan sehingga arus helium dipercepat pada tabung

gas hingga mencapai tekanan tertentu.

3. Tekanan yang ditimbulkan oleh helium membuat macrocarrier yang sudah

dilapisi oleh gen tertentu yang akan diinsersikan pada jarak dekat akan menuju

pada stopping screen.

4. Macrocarrier ini tetap berada pada stopping screen, sedangkan mikropartikelnya

melalui screen kemudian menuju ke bombardment chamberdan masuk dan

9

Page 10: ISI NEW.docx

menembus sel target yang sudah diletakkan sebelumnya pada ruang pemboman

(bombardment chamber)

Gambar 2. Jenis dari partikel bombardment, PDS 1000 He

Prosedur yang dilakukan untuk memproduksi tanaman transgenik dengan

metode particle bombardment system (Rahman, A.Z., et all (2010)) adalah:

1. Dengan mempersiapkan kultur jaringan tanaman yakni benih yang sudah matang,

untuk memproduksi padi transgenik varietas Indica rice Cv. MR 81

2. Tahap Induksi kallus dan pertumbuhannya

Benih yang sudah matang yang sudah dipersiapkan tersebut disterilkan dengan

menggunakan ethanol 70% selama 5 min dan 20% natrium hipoklorida kemudian

dicuci selama tiga kali dengan mengunnakan air yang sudah steril. Benih tersebut

dimasukkan dalam plate yang mengandung medium induksi kallus dan diinkubasi

dalam keadaan gelap pada suhu ruang 25o C.

3. Pembuatan plasmid

Plasmid pRQ6 merupakan vektor yang digunakan untuk transformasi. Plasmid

tersebut mengandung selectable marker yakni β-glucoronidase (GUS) dan

hygromycin phosphotransferase (HPH). GUS merupakan gen yang mengontrol

cauliflower mosaic virus (CaMV) 35S promoter, sedangkan HPH merupakan gen

yang resisten terhadap hygromycyn B.

10

Page 11: ISI NEW.docx

Gambar 3. peta enzim restriksi dari pRQ6 yang mengandung gen hph dan gusA

4. Preprasi dari DNA yang akan ditembakkan dan partikel yang digunakan untuk

menembak

Metode yang digunakan adalah teknologi biolistik dengan

jenis PDS-1000/He (gambar 9), preparasi DNA yang digunakan untuk particle

bombardment, dengan DNA yang ditambah dengan suspensi emas, 10 μl

spermidine, 50 μl CaCl2 pada temperatur ruang selama 10 menit. 7,5 μl

Campuran DNA yang sudah diperoleh kemudian didistribusikan pada

microcarrier. Transfer DNA dilakukan sesuai dengan instruksi

pada PDS-1000/He. Jaringan target ditempatkan pada jarak 5 cm dari stopping

plate dari gen gun chamber dengan menggunakan tekanan helium 1100 psi dan

ditembakkan dengan singgle shots.

5. Seleksi Transformant dan recovery tanaman padi yang resisten terhadap

hygromycyn phosphotransferse (hpt). Seleksi transformant ini dilakukan dengan

ditumbuhkan pada media yang mengandung hygromycyn, dimana, tanaman

transgenik yang berhasil adalah tanaman yang tetap hidup pada media yang

mengandung hygromycyn.

6. Analisis histochemichal gen GUS

Dianalisis setelah 48 jam (2 hari), untuk mendeteksi adanya ekspresi GUS,

terdeteksi adanya warna biru dengan ditambahkannya enzim tertentu pada media

yang mengandung hygromycyn B.

Analisa yang digunakan untuk mendeteksi berhasil ataukah tidaknya gen yang

kita insersikan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen, beberapa instrumen

11

Page 12: ISI NEW.docx

yang dapat digunakan adalah soutern blot, PCR, dan agarose gel. Analisis shoutern

blot digunakan untuk mendeteksi sekuen DNA secara spesifik, disamping itu juga

teknik analisis ini bisa digunakan untuk menentukan bobot molekular restriksi

fragmen. Terbentuknya genom baru dianalisis dengan menggunakan analisis soutern

blot, untuk tanaman tansgenik oat (Gless, C., et all., 1998), transformasi gen dengan

particle bombardment dari tanaman jaark (jatropa curcas).

b. Metode Ti plasmid melalui perantara Agrobacterium sp.

Teknik transformasi gen ke dalam tanaman didasari oleh penemuan bakteri

tanah Agrobacterium tumefaciens yang merupakan fitopatogen tanah yang

menyebabkan penyakit crown gall di dalam jaringan luka pada berbagai macam

tanaman dikotil dan mempunyai kemampuan untuk memindahkan DNA ke dalam sel

tanaman (Gelvin, 1993; Old dan Primrose, 1989; Rossi et al., 1998, Heldt, 1999).

Strain onkogenik A. tumefaciens mengandung plasmid single copy yang

berukuran besar (150-250 kb) yang disebut Plasmid Ti (tumour inducing) (Gambar

4). Sebagian dari DNA plasmid ini yaitu T-DNA (transfer) dipindahkan ke dalam sel

tanaman yang terluka dan disisipkan ke dalam genom tanaman. Walaupun gen-gen T-

DNA berasal dari bakteri, tetapi mampu diekspresikan pada sel tanaman. Ekspresi

gen-gen tersebut adalah sintesis fitohormon (auksin dan sitokinin) dan sintesis opin.

Akibatnya jaringan yang terinfeksi akan mengalami proliferasi sel yang tidak

terkendali dan menghasilkan jaringan tumor. Pada biakan jaringan, pertumbuhan

tumor ini dapat tumbuh terus walaupun dalam media tidak ditambahkan auksin dan

sitokinin, yang biasanya kedua senyawa ini diperlukan untuk pertumbuhan jaringan

tumbuhan secara in vitro (Day dan Lichtenstein, 1992; White, 1993; Heldt, 1999).

12

Page 13: ISI NEW.docx

Gambar 4. Diagram Plasmid Ti (Heldt, 1999)

Mekanisme infeksi Agrobacterium ke dalam sel tanaman meliputi tiga tahap,

sebagai berikut (Day dan Lichtenstein, 1992).

1. Pengenalan Agrobacterium dengan molekul sinyal yang dihasilkan oleh sel

tanaman yang terluka, kemudian secara kemotaksis Agrobacterium bergerak

dan menempel pada sel tanaman.

2. Gen-gen vir pada plasmid Ti merespon molekul sinyal yang dihasilkan oleh

sel tanaman dan selanjutnya menginduksi ekspresi gen-gen vir untuk

memotong rantai tunggal T-DNA dan memindahkannya ke dalam inti sel

tanaman.

3. T-DNA terintegrasi ke dalam genom tanaman dan gen-gen pada T-DNA

diekspresikan dalam sel tanaman. Ekspresi gen-gen onc (oncogen)

menyebabkan sel berproliferasi, sedangkan ekspresi gengen opin

bertanggungjawab untuk sintesis derivat asam amino opin. Berdasarkan jenis

opin, ada 6 strain Agrobacterium yang dihasilkan oleh plasmid Ti, yaitu :

13

Page 14: ISI NEW.docx

oktopin, nopalin, leusinopin, manopin, suksinamopin dan agropin. Secara

skematis mekanisme transformasi T-DNA ke dalam genom tanaman dengan

perantara Agrobaterium digambarkan pada Gambar 5.

Pada dasarnya Agrobacterium memberikan respon kemotaksis terhadap

senyawa fenol yang dilepaskan oleh jaringan tanaman yang terluka dan bergerak

menurut gradien konsentrasi menuju sel yang terluka. Respon kemotaksis merupakan

ekspresi konstitutif dari gen-gen kromosomal Agrobacterium, yaitu chvA, chvB,

pscA dan att (Douglas et al., 1986; Ziemienowicz, 2001). Menurut Dylan et al. (1986)

gen chvA dan chvB mempunyai fungsi yang ekuivalen dengan gen ndvA dan ndvB

pada Rhizobium.

Senyawa fenol, seperti acetosyringone telah terbukti mampu menginduksi

gen-gen vir pada konsentrasi 1,5 – 10 x 10-6 M (Stachel et al., 1985). Pada

konsentrasi yang rendah (10-7M) senyawa tersebut mampu menginduksi respon

kemotaksis pada Agrobacterium (Asbhy et al., 1987), tetapi respon ini tergantung

pada ekspresi plasmid Ti yang mengkode gen-gen vir, terutama virA dan virG (Shaw

et al., 1988).

Kontak Agrobacterium dengan senyawa yang dilepaskan oleh tanaman yang

terluka (acetosyringone) menginduksi transkripsi daerah vir pada plasmid Ti.

Acetosiryngone kemudian berinteraksi dengan virA dan menghasilkan sinyal

intraseluler yang berupa aktivasi virG. VirG yang aktif ini mengaktifkan gen virulen

lainnya (virB, C, D dan E). Induksi gen vir diikuti dengan pengenalan sekuen

pembatas 25 pasang basa terulang (imperfect direct repeat/border sequences) yang

mengapit T-DNA. Pembatas T-DNA kemudian dipotong oleh dua protein yang

dihasilkan oleh operon virD yaitu VirD1 dan VirD2 (Yanofsky et al., 1986; Stachel et

al., 1986; Filichkin dan Gelvin, 1993), sehingga diperoleh untai tunggal T-DNA.

14

Page 15: ISI NEW.docx

Gambar 5. Mekanisme transformasi T-DNA dari Plasmid Ti ke dalam genom

inti sel tanaman dengan perantara Agrobacterium. LB: Left Border, RB: Right

Border, NPC: Nuclear Pore Complex. Keterangan ada dalam teks (Ziemienowicz,

2001).

15

Page 16: ISI NEW.docx

Proses pemindahan T-DNA dikode oleh operon virB yang terdiri dari 11 gen

(Christie, 1997). Masing-masing gen, kecuali virB1, berperan pada proses

terbentuknya tumor (Berger dan Christie, 1994). Protein VirB menunjukkan aktivitas

ATPase dan diduga digunakan sebagai sumber energi untuk melepaskan subunit

protein lain untuk keperluan transpor T-DNA. Saat ini, telah diketahui bahwa protein

VirB dapat membentuk pili yang menyerupai pili konjugatif (Fullner et al., 1996) dan

VirB2 menjadi subunit mayor dari pili-pili tersebut.

Jembatan berupa pili yang dibentuk oleh VirB memungkinkan kompleks T-

DNA-VirD2 dipindahkan ke dalam sitoplasma sel tanaman. Di dalam sitoplasma sel

tanaman kompleks T-DNA-VirD2 dibungkus oleh protein VirE2 yang berperan

melindungi T-DNA dari degradasi yang disebabkan oleh enzim-enzim nuklease

tanaman (Rossi et al., 1996).

Kompleks T-DNA-VirD2 dan protein VirE yang telah berada di dalam

sitoplasma sel tanaman kemudian masuk ke dalam inti sel tanaman. Masuknya

kompleks T-DNA ke dalam inti sel tanaman dengan perantaraan protein-protein yang

berasal dari Agrobacterium yaitu VirD2 dan VirE2. Pada sel-sel eukariotik transpor

aktif protein dan kompleks nukleoprotein membutuhkan sinyal spesifik yaitu NLS

(nuclear localization signal) yang dikenali oleh faktor yang terdapat dalam sitosol inti

sel yang disebut importin. VirD2 dan VirE2 mengandung NLS yang berfungsi

memasukkan protein ke dalam inti sel tanaman dan senyawa importin telah berhasil

diidentifikasi oleh Ballas dan Citovsky (1997).

Di dalam inti sel tanaman T-DNA diintegrasikan ke dalam genom tanaman

dengan cara illegitimate recombination, suatu mekanisme bergabungnya dua molekul

DNA yang tidak mempunyai homologi secara luas. Pada organisme tingkat tinggi

seperti tanaman, illegitimate recombination adalah mekanisme yang dominan terjadi

pada integrasi DNA (Paszkowski et al., 1988; Offringa et al., 1990) dan telah

dijelaskan empat belas tahun yang lalu (Gheysen et al., 1991; Matsumoto et al., 1990;

16

Page 17: ISI NEW.docx

Mayerhofer et al., 1991), tetapi faktor-faktor yang terlibat dalam proses tersebut

masih sedikit yang diketahui. T-DNA yang terintegrasi ke dalam genom inti sel

tanaman mempunyai sifat seperti gen sel eukariotik dan diwariskan sesuai hukum

Mendel. T-DNA yang terintegrasi direplikasikan oleh sel tanaman seperti DNA milik

tanaman itu sendiri dan karena juga mengandung promotor, maka juga akan

ditranskripsi (Heldt, 1999).

5. Pilih sel atau jaringan yang berubah

Setelah proses transformasi selesai, maka tahap selanjutnya adalah pemilihan

sel atau jaringan dari tanaman tersebut yang berubah sesuai gen yang dimasukkan

untuk ditumbuhkan kembali sehingga bisa didapatkan tanaman transgenik.

6. Menumbuhkan seluruh tanaman

Sel atau jaringan yang telah dipilih karena gennya telah berubah sesuai gen

yang disisipkan, maka sel atau jaringan tersebut dibudidayakan atau ditumbuhkan

hingga menjadi tumbuhan transgenik yang diinginkan.

2.5 Aplikasi

2.5.1 Aplikasi yang telah dikembangkan

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga

macam sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan

tidak mudah busuk. Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama

telah diproduksi secara massal dan dipasarkan di dunia (Dana Puspa et al.,

2008). Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen

penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis (S. Mahesh, A. B. Vedamurthy,

2008).

17

Page 18: ISI NEW.docx

Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat

pernah diproduksi oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika

Serikat dengan merek "Flavr Savr". Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam

keadaan masih hijau dan belum matang kemudian disemprot dengan gas etilen untuk

membuat buah matang dan berwarna merah. Namun, rasa tomat yang dihasilkan

umumnya kurang terasa. Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk

memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah

selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan. Namun, penjualan

Flavr Savr ditarik dalam waktu kurang dari setahun karena alasan kesehatan dan

penjualannya mengalami kerugian. Produk tersebut tidak banyak terjual karena

harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.

2.5.2 Aplikasi yang sedang dikembangkan

Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk

menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti vitamin

A dan vaksin (S. Mahesh, A. B. Vedamurthy, 2008). Untuk produksi vaksin yang

dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang sedang dikembangkan

adalah pisang, kentang, dan tomat (Mandy R, 2003). Salah satu tanaman transgenik

yang sudah diteliti sejak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi

(kekurangan) vitamin A adalah padi emas Kirsi-Marja Oksman-Caldentey.

Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk

membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam

berat (contohnya merkuri). Gen asing dari  bakteri ditransfer ke

dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat

menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah

menguap serta tidak berbahaya (David P. Clark et al, 2008).

Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-

hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai

(biodegradable) (Nawrath, C et al., 1994). 

18

Page 19: ISI NEW.docx

Sebagian besar plastik yang ada dibuat dari sumber daya yang tidak dapat

diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi. Untuk mengurangi penggunaan

sumber daya tersebut, digunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri,

seperti Alcaligenes eutrophus. Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah

ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat menghasilkan PHB.

Penelitian tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum

diproduksi massal (Nawrath, C et al., 1994).

2.6 Pengaruh

2.6.1 Pengaruh Terhadap Kesehatan Manusia

Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya berasal dari

organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth

Internasional (Yuan Kun Lee, 2006). Dari segi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat

menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru bagi manusia (Widodo R,

2008).

Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum

suatu tanaman transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai

pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman tersebut

aman untuk dikonsumsi (Stewart, CN et al., 2005). 

Apabila berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman transgenik tersebut

tidak akan dikembangkan lebih lanjut. Kekhawatiran lain yang timbul di masyarakat

adalah kemungkinan gen asing pada tanaman transgenik dapat berpindah ke tubuh

manusia apabila dikonsumsi. Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh

para ilmuwan karena makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan terurai

menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif. 

Untuk memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih produk

transgenik atau produk alami, berbagai negara, khususnya negara-negara Eropa, telah

melakukan pemberian label terhadap produk transgenik. Pelabelan tersebut juga

19

Page 20: ISI NEW.docx

bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi

hasil tanaman transgenik (Purwati A, 2007).

2.6.2 Pengaruh Terhadap Lingkungan

Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul karena dianggap

berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah

terbentuknya hama atau gulma super (yang lebih kuat atau resisten) di lingkungan.

Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki

racun Bt untuk membunuh hamalepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.

Ada kemungkinan hama yang ingin dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman

tersebut dan menjadi hama yang lebih tahan atau resisten terhadap racun Bt (Widodo

R., 2008). 

Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan merupakan hama jagung, ikut

terkena dampak berupa peningkatan kematian akibat memakan daun tumbuhan perdu

(Asclepias) yang terkena serbuk sari dari jagung Bt. Penelitian mengenai kupu-kupu

Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-

kupu tersebut mati karena habitatnya dirusak dan hal ini tidak berhubungan sama

sekali dengan jagung Bt. Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung

Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi

pencemaran kimia ke lingkungan. Selain itu, petani juga merasakan dampak

ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida (Stewart, CN et al., 2005). 

Kontroversi lain yang berkaitan dengan isu ekologi adalah timbulnya

perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain

di alam melalui penyerbukan (polinasi). Serbuk sari dari tanaman transgenik dapat

terbawa angin dan hewan hingga menyerbuki tanaman lain. Akibatnya, dapat

terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi

merugikan lingkungan (Stewart, CN et al., 2005). 

Sebagai tindakan pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk

mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago

20

Page 21: ISI NEW.docx

sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada

daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang. Hal itu dilakukan

untuk menekan perpindahan serbuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma. Apabila

gulma memiliki gen tersebut maka pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali

dan dengan cepat dapat merusak berbagai daerah pertanian di sekitarnya. Hingga

sekarang belum terdapat petunjuk bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan

munculnya "gulma super", meskipun telah diketahui terjadi transfer horizontal

(Stewart, CN et al., 2005).  

2.6.3 Pengaruh Terhadap Etika dan Agama

Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap

bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman merupakan tindakan yang tidak

menghormati penciptaan Tuhan. Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen

asing juga dianggap sebagai tindakan "bermain sebagai Tuhan" karena mengubah

makhluk yang telah diciptakan-Nya. Pemikiran teologis Katolik memandang bahwa

manipulasi atau rekayasa genetik merupakan suatu kemungkinan yang disediakan

oleh Tuhan karena tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan

dimanfaatkan. Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman

tidak berlawanan dengan ajaran Gereja Katolik, namun kelestarian alam juga harus

diperhatikan karena merupakan tanggung jawab manusia (Luis G. Jiménez-Arias,

2008).

Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi

Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan

bahwa makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan

bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam. Untuk tanaman yang disisipi

gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan disebut Masbuh,

yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.

Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima

21

Page 22: ISI NEW.docx

oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga

Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.

Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen

dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya merupakan hal yang alamiah dan biasa

terjadi di alam sejak pertama kali berlangsungnya kehidupan. Mereka juga

berargumen bahwa persilangan berbagai jenis padi yang dilakukan untuk

mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dilakukan para petani sejak

dahulu. Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen

yang ada di tanaman tersebut. Para ilmuwan hanya mempercepat proses transfer gen

tersebut secara sengaja dan sistematis (Suwanto A, 2008).

2.6.4 Pengaruh Terhadap Ekonomi Global

Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang

besar dan umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun

pemerintah di negara maju (Widodo R, 2008). Untuk mengembalikan biaya  investasi

perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah

diproduksi akan dipatenkan. Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa,

disebutkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat mengakibatkan

petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara mandiri dan harus membeli

pada produsen dari negara maju. Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh

diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan

selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak) (Deborah B. Whitman,

2000).

Hal ini akan menyebabkan terjadinya arus modal dari negara

berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan

melakukan penanaman. Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga

benih akan menjadi mahal karena pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh

diri" yang dilakukan oleh produsen benih. Jika petani tersebut tidak mampu membeli

benih transgenik maka kesenjangan ekonomi antara negara penghasil tanaman

22

Page 23: ISI NEW.docx

transgenik dan negara berkembang sebagai konsumen akan semakin melebar

(Widodo R, 2008).

 Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah

dilakukan oleh Yayasan Rockefeller. Yayasan yang berpusat di Amerika

Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang lebih murah

kepada negara-negara miskin. Di beberapa negara bagian Brasil, pelarangan tanaman

transgenik telah mengakibatkan terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para

petani di negara tersebut. Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila

tidak mampu bersaing di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya

(Deborah B. Whitman, 2000).

23

Page 24: ISI NEW.docx

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun

kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus

untuk tujuan tertentu. Pembuatan tanaman ini melalui serangkaian proses yaitu:

mengisolasi dan mengklon gen yang diinginkan, menambahkan segmen DNA untuk

memulai atau meningkatkan ekspresi gen, menambahkan penanda yang dipilih,

memperkenalkan gen pembangun ke dalam sel tanaman (transformasi), memilih sel

atau jaringan yang berubah, lalu menumbuhkan seluruh tanaman. Tanaman ini

memiliki kelebihan dan kekurangan. Serta memiliki dampak terhadap kesehatan

manusia, terhadap lingkungan, terhadap etika dan agama serta terhadap ekonomi

global.

Saran

Diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai proses pembuatan,

penggunaan, pengembangan, dan penerapan tanaman transgenik sehingga dapat

dihasilkan suatu produk unggul yang memberikan dampak positif terhadap manusia

dan lingkungan.

24

Page 25: ISI NEW.docx

DAFTAR PUSTAKA

Alexander N. Glazer, Hiroshi Nikaido. 2007.Microbial biotechnology: fundamentals

of applied microbiology. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-84210-

5. Page. 210-211

An, G., Ebert, P.R., Mitra, A., Ha, S.B. (1988) Binary vector, In: Gelvin, S.B., Schilperoort, R.A. Plant Molecular Biology Manual. Kluwer Academic Pub. London.

Ashby, A.M., Watson, M.D. and Shaw, C.H. (1987) A Ti plasmid determined function is responsible for chemotaxis of Agrobacterium tumefaciens toward the plant wound product acetosyringone. F E M S Microbiol. Lett. 41: 189-192.

Ballas, N. and Citovsky, V. (1997) Nuclear localization signal binding protein from Arabidopsis mediates nuclear import of Agrobacterium VirD2 protein. Proc.Natl. Acad. Sci. U.S.A. 94, 10723-10728.

Barfield, D.G. and Pua, E.C. (1991) Gene transfer in plant of Brassica juncea using

Agrobacterium tumefaciens-mediated transformation. Plant Cell Rep. 10:217-

223.

Berger, B.R. and Christie, P.J. (1994) Genetic complementation analysis of the Agrobacterium tumefaciens virB operon: VirB2 through VirB11 are essential virulence protein. J. Bacteriol. 176: 3646-3660.

Christie, P.J. (1997) Agrobacterium tumefaciens T-complex transport apparatus: A paradigm for a new family of multifunctional transporters in eubacteria. J. Bacteriol. 179: 3085-3094.

Dana Puspa, et al. 2008. "He Transgenic Plants – Advantages Regarding Their

Cultivation And Potentially Risks Concerning The Food Safety". Journal of

Central European Agriculture 9 (4): 785–788.

David P. Clark et al. 2008. Biotechnology: applying the genetic revolution. Academic

Press. ISBN 978-0-12-175552-2.Page.414

25

Page 26: ISI NEW.docx

Day, A.G. and Lichtenstein, P.C. (1992) Plant genetic transformation, In: Fowler, M.W., Warren, G.S., MooYoung, M. (ed). Plant Biotechnology. Pergamon Press. New York.

Deborah B. Whitman (April 2000)."Genetically Modified Foods: Harmful or

Helpful?". CSA Discovery Guides. [Diakses tanggal 8 Juli 2013].

Dekeyser, R., Claes, B., Marichal, M., van Montagu, M. and Caplan, A. (1989) Evaluation of selectable markers for rice transformation. Plant Physiol. 90:217-223.

Douglas, C.J., Halperin, W., Gordon, M. and Nester, E.W. (1986) Specific attachment of Agrobacterium tumefaciens to bamboo cell in suspension cultures. J. Bacteriol. 161: 764-766.

Dylan, T., Ielpi, L., Stanfield, S., Kashyap, L., Douglas, C., Yanofsky, M., Nester, E., Helsinki, D.R. and Ditta, G. (1986) Rhizobium meliloti genes required for nodule development are related to chromosomal virulence gene in Agrobacterium tumefaciens. Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 83:4403-4407.

Ellis, D., Roberts, D., Sutton, B., Lazaroff, W., Webb, D. and Flinn, B.(1989) Transformation of white spruce and other conifer species by Agrobacterium tumefaciens. Plant Cell Rep. 8:16-20.

Filichkin, S.A. and Gelvin, S.B. (1993) Formation a putative relaxation intermediate during T-DNA processing directed by the Agrobacterium tumefaciens VirD1, VirD2 endonuclease. Mol. Microbiol. 8: 915-926.

Fullner, K.J., Lara, C.J. and Nester, E.W. (1996) Pilus assembly by Agrobacterium T-DNA transfer genes. Science 273: 1107-1109.

Gelvin, S.B. (1993) Molecular genetics of T-DNA transfer from Agrobacterium to Plants, In: Kung, S. and Wu, R. (ed). Transgenis Plants Vol.1. Pergamon Press, Inc. New York

George, E.F. and Sherrington, P.D. (1984) Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Limited. England.

Gheysen, G., Villarroel, R. and Van Montagu, M. (1991) Illegitimate recombination in plants: A model for T-DNA integration. Genes & Dev. 5: 287-297.

26

Page 27: ISI NEW.docx

Gless, Christine., Lorz H., & Gartner A.J. 1998. Transgenic oat plants obatined at

hight efficiency by micropojectile bombardment of leaf base segment. Journal

of plant physiology vol 152: pp 151-157

Hauptmann, R.M., Vasil, V., Ozias-Akins, P., Tabeizadeh, Z., Rogers, S.G., Fraley, R.T., Horsch, R.B. and Vasil, I.K. (1988) Evaluation of selectable markers for obtaining stable transformant in Gramineae. Plant Physiol. 86:602-606.

Heldt, H.W. (1999) Plant Biochemistry and Molecular Biology. Oxford University Press Inc. New York.

Hernalsteens, J.P., van Vliet, F., De Beuckeleer, M., Depicker, A., Engler, G., Lemmers, M., Holsters, M., Van

Ito, S., Fukunishi, T., Inaba, K., Masumura, T., Tanaka, T., Takeuchi, Y. and Yoshikawa, M. (1995) Disease resistance of transgenic eggplant with soybean β-1,3-endoglucanase. Breed Sci. 45 (Suppl.2): 106.

James, C. (1998) Global review of commercialized transgenic crops: 1998. ISSAAA Briefs No. 8, 1998. Ithaca, New York, 43 pp.

James, C. (1998) Global review of commercialized transgenic crops: 1998. ISSAAA Briefs No. 21, 2000. Ithaca, New York, 15 pp.

Jamie Pighin (Agustus 2003)."Transgenic Crops: How Genetics Is Providing New Ways To Envision Agriculture" (Diakses 8 Juli 2013).

Kathleen, LH. 2009. Biopharmaceuticals in Plants: Toward the Next Century of

Medicine. CRC Press. ISBN 978-1-4398-0474-2.Page.1

Lal, R. and Lal, S. (1990) Crop Improvement Utilizing Biotechnology. CRC Press, Boca Raton. Florida.

Luis G. Jiménez-Arias. 2008. Bioethics and the Environment. A Brief Review of the

Ethical Aspects of the Precautionary Principle and Genetic Modified Crops.

Libros en Red. ISBN 978-1-59754-380-4.Page.44-45

Mandy, R. 2003.  "Banana Vaccines: A Conversation with Dr. Charles

Arntzen". Journal of Young Investigators 7 (1). [Diakses tanggal 9 Juli 2013].

27

Page 28: ISI NEW.docx

Manuhara, Y.S.W., Sumardi, I., Sujadi, S., Taryono (2003) Agrobacterium-medated transformation of cabbage (Brassica oleracea cv. Capitata L.) with soybean β-1,3-endoglucanase cDNA. I J Biotech., June (2003) 597-605.

Marton, L., Wullems, G.J., Molendijk, L. and Scilperoort, R.A. (1979) Agroinfection of wheat: a comparison of Agrobacterium strains. Plant Science 63:247-256.

Matsumoto, S., Ito, Y., Hosoi, T., Takahashi, Y. and Machida, Y. (1990) Integration of Agrobacterium T-DNA into tobacco chromosome: Possible involvement of DNA homology between T-DNA and plant DNA. Mol. Gen. Genet. 224: 309-316.

Mayerhofer, R., Koncz-Kalman, Z., Nawrath, C., Bakkeren., G., Crameri, A., Angelis, K., Redei, G.P., Schell, J., Hohn, B. and Koncz, C. (1991) T-DNA integration: A mode of illegitimate recombination in plants. EMBO J. 10: 697-704.

Montagu, M. and Schell, J. (1980) The Agrobacterium tumefaciens Ti plasmid as a host vector system for introducing foreign DNA in plant cell. Nature 287:654-656.

Nakamura, Y., Sawada, S., Kobayashi, S., Nakajima, I., Yoshikawa M. (1999) Expression of soybean β-1,3-endoglucanase cDNA and effect on disease tolerance in kiwifruit plants. Plant Cell Rep. 18:527-532.

Nawrath, C et al. 1994. "Targeting of the polyhydroxybutyrate biosynthetic pathway

to the plastids of Arabidopsis thaliana results in high levels of polymer

accumulation". Proc Natl Acad Sci USA 91(26): 12760–12764.

Nehra, N.S., Chibbar, R.N., Kartha, K.K., Datla, R.S.S., Crosby W.L., Stushnoff, C. (1990) Genetic transformation of strawberry by Agrobacterium tumefaciens using leaf disc regeneration system. Plant Cell Rep.9:293-298.

Old, R.W. and Primrose, S.B. (1989) Principle of Gene Manipulation. An Introduction to Genetic Engineering. Blackwell Scientific Publications. Oxford.

Offringa, R., de Groot, M.J., Haagsman, H.J., Does, M.P., van den Elzen, P.J and Hooykaas, P.J. (1990) Extrachromosomal homologous recombination and gene targeting in plant cells after Agrobacteriummediated transformation. EMBO J. 9: 3077-3084.

28

Page 29: ISI NEW.docx

Paszkowski, J., Baur, M., Bogucki, A. and Potrykus, L. (1988) Gene targeting in plants. EMBO J. 7: 4021-4026.

Pounti-Kaerlas, J., Satbel, P. and Eriksson, T. (1989) Transformation of pea (Pisum sativum L.) by Agrobacterium tumefaciens. Plant Cell Rep. 8:33-38.

Purwati, A. 2007. "Industri Padi Transgenik Hadapi Kerugian Akibat Penolakan

Global". KONPHALINDO. [Diakses tanggal 8 Juli 2013].

Rahman, A.Z., Seman, Z.A., Roowi, S., Basirun, N., & Subramaniam, S. 2010.

Production of Transgenic Indica Rice (Oryza sativa L.) Cv. MR 81 via particle

bombardmentsystem. Emirr. J. Food Agric. 22 (5): 353-336

Rajiv Tyagi, P.R. Yadav (2008). Biotechnology of Plant Tissue. Educa Books. ISBN 978-81-8356-073-3.Page.202-204

Rossi, L., Hohn, B. and Tinland, B. (1996) Integration of complete T-DNA units is dependent on the activity of VirE protein of Agrobacterium tumefaciens. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 93: 126-130.

Sardjoko. 1991. Bioteknologi: Latar Belakang dan Beberapa   Penerapannya . Jakarta.

PT Gramedia Pustaka Utama.

Sateesh, MK. 2008. Bioethics and Biosafety. I K International Pvt Ltd. ISBN 978-81-

906757-0-3.Page.456

Schuller, T.H., G.M. Poppy, B.R. Kerry and I. Denholm (1998) Insect resistant transgenic plants. TibTech. 16:168-175.

Shaw, C.H., Ashby, A.M., Brown, A., Royal, C., Loake, G.J. and Shaw, C. (1988) virA and virG are Ti-plasmid function required for chemotaxis of Agrobacterium tumefaciens towards acetosyringone. Mol. Microbiol. 2: 413-417.

Shimamoto, K., Terada, R., Izawa, T. and Fujimoto, H. (1987) Fertile transgenic rice plants regenerated from transformed protoplasts. Nature 338:274-276.

Stachel, S.E., Messens, E., Van Montagu, M. and Zambryski, P. (1985) Identification of signal molecules produced by wounded plant cells that active T-DNA transfer in Agrobacterium tumefaciens. Nature 318: 624-629.

29

Page 30: ISI NEW.docx

Stewart, CN et al., 2005. Transgenic Plants and Biosafety: Science, Misconceptions

and Public Perceptions.

Suwanto, A. 2008.  "Tanaman Transgenik: Bagaimana Kita Menyikapinya   ?" . BB-

Biogen Bogor [Diakses 8 Juli 2013].

S. Mahesh, A. B. Vedamurthy. 2008. Biotechnology-4. New Age Publications. ISBN

978-81-224-1442-4.Page.51-52

Tempe, J. and Casse-Delbart, F. (1989) Plant gene vectors and genetic transformation: Agrobacterium Ri plasmid. In Cell Culture and Somatic Cell Genetic of Plants Vol. 6. Academic Press. London.

Umar, Syukur., dkk. 2002. Tanaman Transgenik dan Persepsi Masyarakat. Makalah

Pengantar Falsafah Sains, April 2002. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB.

Webb, K.J. and Morris, P. (1992) Methodologies of Plant Transformation, In: Gatehouse, A.M.R., Hilder, V.A. and Boulter, D. (ed). Plant Genetic Manipulation for Crop Protection. C A B International. United Kingdom.

Widodo, R. 2008. "Kontroversi Pangan Rekayasa Genetik". Universitas 17 Agustus

1945 Surabaya.

Wikipedia indonesia. Available online at: http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik#cite_note-ex-12

Yanofsky, M.F., Porter, S.G., Young, C., Albright, L.M., Gordon, M.P. and Nester, E.W. (1986) The virD operon from Agrobacterium tumefaciens encodes a site-specific endonuclease. Cell 7:471-477.

Yoshikawa, M., Keen, N.T. and Wang, M.C. (1983) A receptor on soybean membranes for a fungal elicitor of phitoalexin accumulation. Plant Physiol. 73:49-52.

Yoshikawa, M., Tsuda, M. and Takeuchi, Y. (1993) Resistance to fungal disease in transgenic tobacco plants expressing the phytoalexin elicitor-releasing factor, β-1,3-endoglucanase, from soybean. Naturwissenschaften 80: 417-420.

Yuan Kun Lee (2006). Microbial biotechnology: principles and applications. World

Scientific Publishing Company. ISBN 978-981-256-676-8.Page.518

30

Page 31: ISI NEW.docx

Ziemienowicz, A., Tinland, B., Bryant, J., Gloecker, V. and Hohn, B. (2000) Plant

enzymes but not Agrobacterium VirD2 mediate T-DNA ligation in vitro. Mol.

Cell. Biol. 20: 6317-6322.

31