perpustakaan - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/12/2/mujiyanto_3207511_nonfull.pdf ·...
TRANSCRIPT
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ANALISIS FAKTOR KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP RSUD PANEMBAHAN SENOPATIBANTUL TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi sebagian persyaratanMemperoleh Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
OLEH :M U J I Y A N T O
NPM : 3207511
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL AHMAD YANIYOGYAKARTA
2009
i
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP RSUD PANEMBAHAN SENOPATIBANTUL TAHUN 2009
Diajukan untuk memenuhi sebagian syaratmemperoleh derajat Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta
Diajukan oleh :
M U J I Y A N T O NPM : 3207511
Telah Diseminarkan dan Diujikanpada tanggal 26 Agustus 2009
Penguji I Penguji II Penguji III
Sri Arini Winarti , SKM.,M.Kep Sri Werdati, SKM., M.Kes Sudiman, S.Kep., NsNIP : 197209021992032001 NIDN : 05-3003-5002 NIP : 140 297 281
Mengetahui,Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanJenderal Ahmad Yani Yogyakarta
Tetra Saktika Adinugraha, S.Kep,Ns.NIDN : 05-2310-8302
ii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi
dengan judul :
ANALISIS FAKTOR KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP RSUD PANEMBAHAN SENOPATIBANTUL TAHUN 2009
Yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan
atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta maupun
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
.
Yogyakarta, Agustus 2009
M u j i y a n t o
iii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga Skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor Ketidaklengkapan Pengisian Dokumentasi
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati
Bantul Tahun 2009” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mencapai
Derajat Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Ahmad Yani Yogyakarta. Penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Sri Werdati, SKM, M.Kes. selaku Ketua STIKES Jenderal Ahmad Yani
Yogyakarta sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan serta arahan pada kami
2. Tetra Saktika Adinugraha, S.Kep. Ners., selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan.
3. Sudiman, S.Kep., Ners, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan serta arahan pada kami.
4. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah memberikan
ijin penelitian.
5. Kepala Ruang dan perawat Ruang Melati, Teratai dan Flamboyan
RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan selama penelitian.
6. Teman-teman perawat Bangsal Nusa Indah dan Hemodialisa atas
supportnya dan kesempatan untuk penulis belajar dan menyelesaikan
studi di STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
7. Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Istriku Retno, anakku Nasywa dan Razzan
atas dorongan dan doanya yang senantiasa mengiringi.
8. Teman-temanku seperjuangan di kelas Keperawatan alih belajar
STIKES Ahmad Yani angkatan 2007/2008.
iv
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkaan satu persatu, yang
berperan baik langsung maupun tidak langsung selama penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun kami harapkan dari pembaca.
Harapan kami semoga tulisan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
sendiri maupun semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, Agustus 2009
Penulis
v
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ANALISIS FAKTOR KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2009
Mujiyanto1, Sri Werdati 2, Sudiman3
INTISARI
Latar belakang: Pengisian data rekam medis yang lengkap merupakan suatu hal yang sangat penting, karena rekam medis digunakan sebagai bukti tertulis tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan serta alat perlindungan hukum bagi pasien, dokter, perawat dan rumah sakit. Perawat sadar pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan, akan tetapi pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan masih terdapat ketidaklengkapan oleh karena berbagai alasanTujuan: Mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati BantulMetode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional non eksperimental, dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan dilengkapi dengan data kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Melati, Teratai, dan Flamboyan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling berjumlah 9 orang. Instrumen yang digunakan adalah Instrumen A SAK DepKes RI (1997) dan pedoman FGD. Teknik analisis menggunakan pendekatan Comparatif Continues Analisys.Hasil dan pembahasan: Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk tidak lengkap dengan rata-rata nilai dari ketiga ruang rawat inap tersebut yaitu 64,7 %. Pendokumentasian asuhan keperawatan dipengaruhi oleh unsur masukan, unsur lingkungan dan unsur proses. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan dipengaruhi oleh unsur masukan, unsur lingkungan dan unsur proses yang meliputi pendidikan, pelatihan, sarana, kebijakan, organisasi, manajemen, waktu, motivasi dan kegunaanKesimpulan: Secara umum pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk tidak lengkap. Hasil diskusi kelompok terarah memberikan kesimpulan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan masih belum lengkap oleh karena berbagai faktor.
Kata kunci : pendokumentasian asuhan keperawatan
1. Mahasiswa STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta2. Ketua dan Dosen STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.3. RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
vi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
MOTTO
Bertaqwalah Kepada Allah Dimanapun Engkau Berada, Iringilah Perbuatan Jelekmu Dengan Kebaikan Yang Akan Menghapusnya, Dan Bergaullah Dengan Manusia Yang Berakhlaq Baik.
(H.R. Tirmidzi). Sesungguhnya Dibalik Kesulitan Itu Ada Kemudahan. (QS.Al-Insyirah) Tulis Baca Adalah Kunci Ilmu Pengetahuan.
(QS. Al Alaq) Carilah Segala Kebutuhan Dengan Disertai Kebesaran
Jiwa Karena Setiap Perkara Itu Berjalan Bersama- Sama Dengan Takdir/Ketentuan. (H.R.Ibnu Asyakir dan Abdullah Bin Basyir)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT,karya tulis ini kupersembahkan kepada : Istriku tercinta Retno Wahyuningsih, anakku Ainun
Nasywa Zahrotulfuadhah dan Muhammad Razzan Fatihul Ihsan terima kasih atas dukungan dan doanya, karena kalian aku selalu termotivasi.
Kedua Orang tuaku, kakak, adik yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil serta selalu berdoa untuk keberhasilanku.
Teman-teman Ruang Nusa Indah dan Hemodialisa, terima kasih atas dukungan,doa dan pengertiannya.
Almamaterku PSIK Stikes Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
vii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................. i
Halaman Pengesahan...................................................................... ii
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian ....................................... iii
Kata Pengantar................................................................................ iv
Intisari............................................................................................... vi
Motto dan Persembahan.................................................................. vii
Daftar Isi .......................................................................................... viii
Daftar Gambar.................................................................................. x
Daftar Tabel...................................................................................... xi
Daftar Lampiran................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................... 10
C. Tujuan Penelitian............................................................. 10
1. Tujuan Umum ............................................................ 10
2. Tujuan Khusus........................................................... 10
D. Manfaat Penelitian........................................................... 11
1. Manfaat Teoritis........................................................ 11
2. Manfaat Praktis......................................................... 11
E. Keaslian Penelitian.......................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1. Pengertian.................................................................. 16
2. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan..................... 18
3. Dokumentasi Diagnosa Keperawatan........................ 19
4. Dokumentasi Perencanaan Keperawatan.................. 21
5. Dokumentasi Implementasi Keperawatan.................. 22
6. Dokumentasi Evaluasi Keperawatan......................... 23
7. Standar Asuhan Keperawatan................................... 24
8. Tujuan Dokumentasi.................................................. 30
viii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
9. Manfaat Dokumantasi................................................ 31
10.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengisian
Dokumentasi Keperawatan....................................... 33
11. Prinsip Pendokumentasian........................................ 40
12. Model/Jenis Pendokumentasian................................ 44
13. Hukum Pendokumentasian........................................ 49
B. Landasan Teori............................................................... 52
C. Kerangka Teori................................................................ 53
D. Kerangka Penelitian........................................................ 54
E. Pertanyaan Penelitian..................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.............................................................. 55
B. Waktu Dan Tempat Penelitian......................................... 55
C. Subyek Dan Sampel Penelitian....................................... 55
D. Variabel Penelitian.......................................................... 57
E. Definisi Operasional........................................................ 57
F. Instrumen Penelitian........................................................ 59
G. Cara Pengumpulan Data................................................. 62
H. Jalannya Penelitian......................................................... 63
I. Teknik Analisis Data........................................................ 69
J. Etika Penelitian............................................................... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................ 74
B. Pembahasan................................................................... 79
C. Faktor Yang Mendukung Dan Menghambat.................... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................... 100
B. Saran............................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori............................................................... 53
Gambar 2 Kerangka Penelitian........................................................ 54
x
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Tahun 2003 RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta........................................ 7
Tabel 2 Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit..................................... 60
Tabel 3 Gambaran Ruang Rawat Inap Melati, Teratai dan
Flamboyan RSUD Panembahan Senopati Bantul
tahun 2008.................................................................. 74
Tabel 4 Gambaran Pengisian Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan di Ruang Melati, Teratai dan Flamboyan
RSUD Panembahan Senopati Bantul......................... 75
Tabel 5 Karakteristik Partisipan Dalam FGD............................ 76
Tabel 6 Hasil FGD Faktor Yang Mempengaruhi
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Meliputi
Unsur Masukan, Lingkungan dan Proses................... 76
xi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Pengantar Instrumen Penelitian.
Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Instrumen Studi Dokumentasi.
Lampiran 5 Pedoman Pertanyaan Diskusi Kelompok Terarah (FGD).
Lampiran 6 Transkrip hasil Diskusi Kelompok Terarah (FGD).
Lampiran 7 Surat Ijin Pengambilan Data Penelitian dari STIKES
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta
Lampiran 8 Surat Keterangan/Izin Penelitian dari BAPEDA
Pemerintah Kabupaten Bantul
Lampiran 9 Surat Keterangan/Izin Penelitian dari RSUD Panembahan
Senopati Bantul
Lampiran 10 Format Asuhan Keperawatan RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
xii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
BAB I
PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting
dalam sistem kesehatan. Berbagai kegiatan pelayanan kesehatan
dilaksanakan di rumah sakit untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara menyeluruh, merata dan terjangkau. Seiring
dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
pelayanan kesehatan di rumah sakit dituntut untuk lebih berkualitas.
Setiap pasien menginginkan pelayanan yang ramah, cepat, tepat,
efektif dan efisien. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka
diperlukan sistem manajeman pelayanan rumah sakit yang tepat dan
berkualitas pula (Dep.Kes RI, 1991).
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit beraneka
ragam sehingga tenaga didalamnya terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan yang bekerja sesuai dengan keahliannya. Salah satu
profesi kesehatan yang paling banyak kuantitasnya adalah tenaga
keperawatan. Keberadaan perawat di rumah sakit, menurut Amriyati
(2003), sangat menentukan mutu pelayanan yang dihasilkan, di
samping sumber daya lainnya. Hal ini dikarenakan perawat merupakan
ujung tombak di bagian rawat inap dan merupakan tenaga yang paling
lama kontak atau berhubungan dengan pasien.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
Menurut Lokakarya Keperawatan Nasional, 1983 (cit PPNI,
1999), keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif serta ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat yang mencakup
seluruh siklus kehidupan.
Perawat merupakan sumber daya manusia yang terlibat secara
langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien, maka asuhan
keperawatan yang diberikan perlu dijaga kualitasnya. Pelaksanaan
asuhan keperawatan merupakan tolok ukur kualitas pelayanan dari
suatu rumah sakit. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah dengan meningkatkan
mutu rekam medis karena rekam medis akan mencerminkan baik
tidaknya mutu pelayanan di suatu rumah sakit (Dep.Kes RI, 1991).
Mutu rekam medis tergantung pada informasi yang dimasukkan
para profesional yang berhak menyediakan pelayanan dan
bertanggung jawab untuk mendokumentasikan pelayanan tersebut.
Informasi yang ada dalam rekam medis mencakup informasi yang
cukup mengenai pasien, pemberian alasan dalam penetapan
diagnosis dan perawatan, serta mencatat/merekam seluruh hasil
pemeriksaan dan tindakan yang diberikan kepada pasien
(Huffman,1994).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
Setiap pasien yang datang ke rumah sakit dibuatkan berkas
rekam medis sebagai catatan medis selama pasien tersebut
mendapatkan pelayanan dari rumah sakit. Semua data yang ada di
dalam rekam medis harus diisi lengkap karena kegunaan rekam medis
mempunyai nilai ALFRED yaitu Administrasi, Legal (hukum), Finansial
(keuangan), Riset (penelitian) dan Dokumentasi (Huffman,1994).
Pengisian data rekam medis yang lengkap merupakan suatu hal
yang sangat penting, karena rekam medis digunakan sebagai bukti
tertulis tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan
serta alat perlindungan hukum bagi pasien, dokter, perawat dan rumah
sakit. Menurut Dep.Kes RI (1991), jika berkas rekam medis akan
dimusnahkan maka salah satu bagian rekam medis yang harus
dilestarikan (tidak dimusnahkan) sebagai arsip permanen/tetap
disimpan di unit rekam medis adalah lembar resume.
Dokumentasi dalam keperawatan memegang peranan penting
terhadap segala macam tuntutan masyarakat yang semakin kritis dan
mempengaruhi kesadaran masyarakat akan hak-haknya dari suatu unit
pelayanan kesehatan. Dokumentasi keperawatan juga termasuk
sesuatu yang harus ada untuk perkembangan keperawatan,
khususnya profesional keperawatan. Selain itu dokumentasi
keperawatan merupakan suatu bentuk upaya untuk membina dan
mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan merupakan
salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan
mutu suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di
rumah sakit sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 436/MENKES/SK/VI/1993 tentang
standar pelayanan rumah sakit dan Surat Keputusan Direktur Jendral
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Nomor :
YM 00.03.2.6.7637 Tahun 1993 tentang berlakunya Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit.
Proses keperawatan merupakan salah satu alat bagi perawat
untuk memecahkan masalah yang terjadi pada klien. Dalam
melakukan proses keperawatan diperlukan pendokumentasian
sehingga perawat mendapatkan data klien dengan sistematis (Hidayat,
2002). Apabila dokumentasi asuhan keperawatan tidak dilakukan
dengan tepat, lengkap dan akurat dapat menurunkan mutu pelayanan
keperawatan karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat
keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan. Dalam aspek
legal, perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika pasien menuntut
ketidakpuasan atas pelayanan keperawatan atau dugaan malpraktik
(Nursalam, 2001).
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
yang terletak di Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No.14 Bantul. Rumah
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
sakit tersebut berdiri sejak tahun 1953 dengan nama Rumah sakit
Umum Jebugan, namun sejak tahun 2003 berubah nama menjadi
RSUD Panembahan Senopati Bantul. RSUD Panembahan Senopati
Bantul lulus akreditasi 12 program pada bulan Nopember 1998 dan
tanggal 1 Januari 2003 menjadi Rumah Sakit Swadana dengan Perda
No. 8 tanggal 8 Juni 2002. Motto RSUD Panembahan Senopati Bantul
adalah “ Kepuasan anda adalah kebahagiaan kami”. Sedangkan
visinya adalah “Terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi
pilihan utama masyarakat Bantul dan sekitarnya “. Tujuannya
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. Filosofinya
“kesembuhan, keselamatan jiwa dan kepuasan pelayanan merupakan
kebahagiaan dan kebanggaan kami “.
Misi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan
paripurna dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2. Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesejahteraan
karyawan.
3. Memberikan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan lembaga
lain.
4. Menyediakan pelayanan pendidikan dan penelitian intern dan
ekstern.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
5. Menyediakan pelayanan non fungsional.
RSUD Panembahan Senopati Bantul secara garis besar
memberikan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat
jalan. Berdasarkan tugas, fungsi, visi dan misi yang ditetapkan,
secara singkat dapat dirumuskan sebagai berikut : terwujudnya
pengembangan pelayanan dan manajemen rumah sakit yang
memuaskan masyarakat. Masyarakat yang menggunakan pelayanan
kesehatan di rumah sakit tersebut mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda yaitu dari masyarakat lapisan menengah ke bawah
maupun menengah ke atas. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, RSUD Panembahan Senopati Bantul melakukan berbagai
upaya peningkatan secara terus-menerus, akan tetapi masih dijumpai
keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan.
Kapasitas tempat tidur di instalasi rawat inap RSUD
Panembahan Senopati Bantul berjumlah 150 TT. BOR tahun 2007
adalah sebesar 97,87 %. Jumlah tenaga keperawatan di instalasi
rawat inap sebanyak 111 orang, dengan rincian sebagai berikut : S1
Keperawatan 1 orang, DIII Keperawatan 87 orang, dan SPK 23 orang.
RSUD Panembahan Senopati Bantul mempunyai 10 ruang rawat inap
yaitu Ruang Melati, Alamanda, Anggrek, Bougenvile, Nusa Indah,
Paviliun Mawar dan Wijaya Kusuma, Teratai, Asoka dan Flamboyan.
Jumlah pasien rawat inap tahun 2007 adalah 14.176 pasien.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
RSUD Panembahan Senopati Bantul melaksanakan asuhan
keperawatan dengan mengacu pada Standar Asuhan Keperawatan
dari Departemen Kesehatan RI 1997. Namun sampai saat ini
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dirasakan
belum dapat dilakukan secara maksimal. Pada tahun 1997 pernah
dilakukan survey pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan (saat Pelatihan Standar Asuhan Keperawatan/SAK) di
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul, namun
tidak ada data yang rinci tentang hasil survey tersebut karena hanya
untuk praktik pelatihan.
Seksi keperawatan RSUD Panembahan Senopati Bantul terakhir
melakukan evaluasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada
tahun 2003 dan belum pernah lagi melakukan evaluasi tentang
penerapan standar asuhan keperawatan oleh karena berbagai hal atau
alasan. Hasil evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan tahun
2003 seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Tahun 2003
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Instrumen Bangsal Bougenvil Dahlia Cempaka Anggrek Mawar Melati Rt-rt
Studi dokumentasi
(A)94,25 78,13 92,50 84,13 80,16 88,20 86,23
Persepsi mutu
pelayanan (B)
78,10 66,29 62,00 66,67 68,40 57,10 66,4
Pelaksanaan kegiatan
keperawatan
82,46 75,35 83,00 92,09 77,10 81,10 81,85
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
8
(C)Sumber: RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa untuk studi dokumentasi
telah didapatkan hasil yang baik untuk masing-masing bangsal yaitu
terendah 78,13 (bangsal Dahlia) dan tertinggi 94,25 (bangsal
Bougenvil). Penetapan standar pendokumentasian tersebut
diasumsikan pada kriteria baik (76-100), sedang (56-75) dan kurang
(< 56).
Meskipun hasil evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan
pada tahun 2003 tersebut menunjukkan hasil yang baik, namun dalam
kenyataannya berdasarkan pengamatan langsung pada studi
pendahuluan dari 20 dokumen rekam medis pasien, hampir semuanya
masih terdapat ketidaklengkapan dalam pengisian dokumentasi
asuhan keperawatan, misalnya pengkajian yang tidak lengkap,
diagnosa keperawatan hanya satu sejak pasien masuk sampai pulang,
pada dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditulis
nama, tanda tangan perawat, tindakan program pengobatan tidak
ditulis dengan lengkap misal : nama obat, dosis obat, jam pemberian,
evaluasi keperawatan yang tidak mengacu pada tujuan atau kriteria
tujuan dan masih banyak lagi yang kurang lengkap atau kurang tepat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan sehingga diperlukan
suatu penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidaklengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan.
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
9
penting bagi perawat profesional, oleh karena dalam melaksanakan
asuhan keperawatan, perawat harus membuat suatu rencana dan
digunakan sebagai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan hasil wawancara di ruang rawat inap bangsal kelas
III yang meliputi bangsal Melati, Teratai dan Flamboyan diperoleh
informasi dari 20 orang perawat yang diwawancarai mengatakan
bahwa 6 perawat (30,33%) menyatakan melengkapi pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan sedangkan sisanya 14 perawat
(69,67%) tidak melengkapi pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan. Mereka mengetahui bahwa pengisian dokumentasi
asuhan keperawatan merupakan salah satu bagian dari proses
keperawatan sehingga pelaksanaannya merupakan kewajiban dan
tanggung jawab perawat. Mereka sadar pentingnya dokumentasi
asuhan keperawatan, akan tetapi pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan masih terdapat ketidaktepatan dan
ketidaklengkapan dalam pengisian dokumentasi keperawatan oleh
karena berbagai alasan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi tersebut diatas
maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran
faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang penulis temukan pada saat
studi pendahuluan yaitu adanya ketidaklengkapan pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor apakah yang
menyebabkan tidak lengkapnya pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati
Bantul ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan
pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pendokumentasian Asuhan
Keperawatan berdasarkan unsur masukan yang meliputi
pendidikan, pelatihan dan sarana.
b. Mengetahui gambaran pendokumentasian Asuhan
Keperawatan berdasarkan unsur lingkungan yang meliputi
kebijakan, organisasi dan manajemen.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
11
c. Mengetahui gambaran pendokumentasian Asuhan
Keperawatan berdasarkan unsur proses yang meliputi
waktu/lama, kepentingan/ kegunaan dan motivasi.
d. Mengetahui gambaran pendokumentasian asuhan keperawatan
berdasarkan unsur masukan, unsur lingkungan dan unsur
proses.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan gambaran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan bagi peneliti lain yang tertarik dan berminat dengan
masalah-masalah atau penyebab ketidaktepatan atau
ketidaklengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan di
Ruang Rawat Melati, Teratai, dan Flamboyan RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Sebagai bahan masukan dalam pengaturan kinerja perawat dan
pembuatan kebijakan dalam pengaturan ketenagaan perawat
yang ada hubunganya dengan pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan di Ruang Rawat Melati, Teratai, dan Flamboyan
RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam upaya untuk
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
12
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
kepustakaan dalam menyusun makalah atau penelitian
terutama yang berkaitan dengan ketidaklengkapan pengisian
pendokumentasian asuhan keperawatan.
c. Bagi Peneliti
Mencoba kemampuan penulis untuk melakukan penelitian
tentang keperawatan sehingga dapat mendorong penulis untuk
terus mengembangkan diri dan dapat diterapkan ilmu yang
penulis miliki bagi kesehatan masyarakat.
d. Bagi peneliti lain.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk mengembangkan penelitian tentang faktor-
faktor yang menyebabkan ketidaklengakpan pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang Analisis faktor ketidaklengkapan pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Panembahan Senopati Bantul, sepengetahuan penulis belum pernah
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
13
dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan dan mirip dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Nurhayati (2006) tentang hubungan motivasi kerja perawat dengan
kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan di ruang
rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Jenis penelitiannya adalah non eksperimental bersifat
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah motivasi kerja perawat. Sedangkan
variabel terikatnya adalah kelengkapan pengisian dokumentasi
asuhan keperawatan. Pengambilan sampel menggunakan cara
non probability sampling tehnik pursposive sampling yaitu
pengambilan sampel didasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri, ciri atau sifat populasi telah diketahui
sebelumnya. Jumlah responden 86 perawat yang bekerja di
instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Pengolahan data dengan tabel frekuensi dan korelasi product
moment angka kasar dari Pearson. Pada analisis data didapatkan
rxy = 0,385 dan p = 0,035 pada α = 0,05, menunjukkan ada
hubungan bermakna antara motivasi kerja perawat dengan
kelengkapan pengisian dokumentasi keperawatan, semakin tinggi
motivasi perawat akan mempengaruhi kelengkapan pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
14
2. Hadi, S., (2007) tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kelengkapan Pendokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Jambi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
variabel bebas dan variabel terikat. Pengambilan sampel
menggunakan tehnik total sampling. Menggunakan rancangan
cross sectional. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Jambi dikatakan kurang lengkap.
Kesimpulan yang lain menyebutkan bahwa ada hubungan yang
bermakna dalam rentang 0,40 – 0,599 yang diinterpretasikan
tingkat sedang antara persepsi terhadap pendidikan, pelatihan,
manajemen, sarana, waktu dan motivasi dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Jambi.
Setelah diamati dari kedua peneliti tersebut diatas perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian observasional non
eksperimental .Jenis penelitian deskriptif kualitatif dan dilengkapi
dengan data kuantitatif, pengambilan sampel menggunakan cara
non probability sampling tehnik pursposive sampling. Variabel
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
15
dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam pengisian dokumentasi Asuhan
Keperawatan, penelitian ini dengan melakukan observasi
langsung atau menilai dengan menggunakan instrumen A Dep.Kes
RI tahun 1997 dan dilengkapi dengan data hasil diskusi kelompok
terarah ( Focus Group Discussion).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil penilaian pengisian dokumentasi asuhan keperawatan
dengan menggunakan instrumen A dari Dep.Kes. RI tahun 1997.
Penilaian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Melati, Teratai
dan Flamboyan RSUD Panembahan Senopati Bantul selama 2
minggu, dari tanggal 1 sampai 13 Juni 2009 dengan masing-
masing ruang rawat sebanyak 20 sampel rekam medis yaitu rekam
medis pasien yang telah pulang dan dirawat minimal 3 hari di ruang
rawat tersebut serta berkas rekam medis belum dikembalikan
kebagian rekam medis.
Gambaran Ruang Rawat Inap Melati, Teratai dan
Flamboyan RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat
diperlihatkan pada tabel 3. berikut:
Tabel 3 Gambaran Ruang Rawat Inap Melati, Teratai dan Flamboyan RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2008
Ruang rawat ∑ TT ∑ perawat BORMelati 24 15 85,37 %Teratai 25 20 125,18 %Flamboyan 22 15 94,03 %
Jumlah 71 50 Rata-rata=101,526 %
Sumber : Laporan tahun 2008 RSUD Panembahan Senopati Bantul
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
75
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan
instrumen A Dep.Kes. RI 1997 didapatkan hasil sebagaimana
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4 Gambaran pengisian pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Melati, Teratai dan Flamboyan RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2009.
Aspek Yang DinilaiMelati Flamboyan Teratai
Rata-rata Rata-rata Rata-rata∑ % ∑ % ∑ %
Pengkajian 56 70 50 62,5 48 60Dx Keperawatan 41 68,3 41 68,3 40 66, 7Perencanaan 78 65 78 65 72 60Tindakan Keperawatan 47 58,8 43 53,8 39 48,8Evaluasi Keperawatan 28 70 28 70 26 65Catatan Keperawatan 73 73 72 72 67 67
Rata-Rata (%) 53,8 67,5 52 65,3 48,7 61,3Kategori Tidak lengkap Tidak lengkap Tidak lengkap
Tabel 4. menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan
pengisian pendokumentasian asuhan keperawatan termasuk tidak
lengkap. Pendokumentasian asuhan keperawatan dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Secara garis besar pendokumentasian
asuhan keperawatan dipengaruhi oleh unsur masukan, unsur
lingkungan dan unsur proses sebagaimana diungkapkan oleh
Azwar (1994).
2. Hasil diskusi kelompok terarah (FGD). FGD dilaksanakan pada hari
Sabtu, tanggal 20 Juni 2009, pukul 11.30 Wib sampai dengan
12.30 Wib, di Ruang Aula B RSUD Panembahan Senopati
Bantul
dengan 9 orang partisipan dari ketiga ruang rawat inap yang
menjadi subyek penelitian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
76
a. Karakteristik partisipan dalam FGD sebagaimana terdapat
dalam tabel 5 berikut :
Tabel 5 Karakteristik partisipan dalam FGD
Karakteristik Partisipan Frekuensi ProsentaseJenis Kelamin :
a. Laki-lakib. Perempuan
18
11 %89 %
Umur :a. 20-30 tahunb. 31-40 tahunc. 41-50 tahun
27-
22 %78 %
-Pendidikan :
a. DIII Keperawatanb. DIV Keperawatan
81
89 %11 %
Masa Kerjaa. 2-6 tahunb. 7-11 tahunc. 12-16 tahun
324
34 %22 %44 %
Pelatihan SAK :a. Pernahb. Belum pernah
63
67 %33 %
b. Hasil FGD secara garis besar terdapat pada tabel 6 berikut :
Tabel 6 Hasil FGD faktor yang mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi unsur masukan, lingkungan dan proses.
No Kategori data Hasil FGD Core1. Berdasarkan
unsur masukan yang meliputi pendidikan, pelatihan dan sarana
- Selama pendidikan semua perawat mendapat materi tentang dokumentasi asuhan keperawatan tetapi masih belum cukup menjadikan perawat melakukan pendokumentasian secara lengkap.
- Pendidikan penting untuk meningkatkan pendokumentasian asuhan keperawatan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
77
- Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan.
- Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam dokumentasi asuhan keperawatan
- Diperlukan pelatihan secara rutin untuk menumbuhkan motivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
- Format yang ada sudah ada sejak tahun 1994 belum pernah ada perubahan sehingga saat ini dirasakan sudah tidak relevan lagi.
-Diperlukan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan dan motivasi pendokumentasian asuhan keperawatan.
-Format sudah tidak relevan dan perlu diganti
2. Berdasarkan unsur lingkungan yang meliputi kebijakan, organisasi dan manajemen
- Dibutuhkan standar asuhan keperawatan dan adanya sosialisasi yang jelas sehingga tidak membingungkan perawat dalam melakukan pendokumentasian
- Perawat membutuhkan adanya reward untuk dapat melakukan
- Perlu dibuat standar asuhan keperawatan yang baru sesuai perkembangan ilmu keperawatan.
- Perawat membutuhkan reward .
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
78
pendokumentasian yang lengkap dan bermutu yang disebabkan oleh pekerjaan yang berat dan waktu yang lebih banyak untuk menulis pendokumentasian yang lengkap.
- Perlu adanya sistem evaluasi SAK yang rutin sehingga dapat diketahui mutu pelayanan keperawatan.
- Perawatan membutuhkan pengawasan yang berupa teguran atau insentif sehingga pelaksanaan pendokumentasian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
- Diperlukan manajerial yang lebih baik, lebih memperhatikan perawat dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan.
- Perlu adanya evaluasi rutin
- Perlu adanya teguran atau insentif.
- Diperlukan perbaikan manajerial rumah sakit
3. Berdasarkan unsur proses yang meliputi waktu, motivasi dan kegunaan.
- Pendokumentasian belum dapat dilaksanakan secara lengkap disebabkan waktu untuk menuliskannya terlalu lama dan sibuk dengan tindakan
- Waktu tidak cukup untuk menulis.
-
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
79
keperawatan, sementara shift jaga sudah habis.
- Perawat kurang mempunyai motivasi untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang disebabkan kurang adanya pengawasan dari pihak manajerial (kepala ruang). Tidak adanya sangsi yang tegas atau reward yang memadai menjadikan perawat tidak termotivasi untuk melakukan pendokumentasian dengan baik dan lengkap.
- Perawat tahu dan menyadari bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan penting terutama untuk tanggung gugat namun belum dapat melaksanakan dengan baik karena faktor individu perawat sendiri dan juga lingkungan.
- Perawat membutuhkan reward atau panismen untuk dapat melakukan pendokumentasian secara lengkap
- Perawat malas menuliskan dokumentasi secara lengkap
Hasil FGD yang dilakukan peneliti terhadap perawat dengan
jelas memberikan gambaran bahwa pelaksanaan pendokumentasian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
80
asuhan kKeperawatan masih belum dilaksanakan dengan baik, dalam
arti pengisian pendokumentasian asuhan keperawatan masih belum
lengkap.
B. Pembahasan
1. Hasil Penilaian Standar Asuhan Keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian dengan instrumen A dari
DepKes RI tahun 1997 di dapatkan data kuantitatif yang
memberikan gambaran pendokumentasian asuhan keperawatan
secara umum di Ruang Rawat Melati, Teratai dan Flamboyan
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Tabel 4. memberikan gambaran bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat masih tergolong kurang
baik. Pendokumentasian yang kurang baik dapat ditunjukkan
dengan pengisian pendokumentasian asuhan keperawatan yang
tidak lengkap, rata-rata nilai dari ketiga ruang rawat inap tersebut
yaitu 64,7 %, sedangkan kategori lengkap adalah ≥ 75 %.
Model pendokumentasian yang diberlakukan di RSUD
Panembahan Senopati Bantul adalah Source Oriented Record
(SOR). Model ini disebut juga catatan berorientasi pada sumber,
merupakan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang
mengelola pencatatan. Bagian penerimaan pasien mempunyai
lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
81
mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan
penyakit, perawat menggunakan lembar catatan keperawatan,
begitu pula disiplin lain mempunyai lembar catatan masing-masing.
Catatan berorientasi pada sumber ini terdiri dari lima komponen
yaitu : lembar penerimaan yang berisi biodata pasien, lembar order
dokter, lembar riwayat medik/penyakit, catatan perawat, catatan
dan laporan khusus. Kerugian dalam Source Oriented Record
antara lain : potensial terjadinya pengumpulan data yang
terfragmentasi, karena tidak berdasarkan waktu.
Format asuhan keperawatan yang ada sekarang merupakan
format yang telah dibuat pada tahun 1994. Format tersebut berisi
tentang format pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan
evaluasi keperawatan. Bila dibanding dengan menggunakan
instrumen A Dep.Kes. RI tahun 1997 format tersebut tidak ada
catatan asuhan keperawatan.
Pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada format
pengkajian rata-rata 64,2 % yaitu kategori tidak lengkap. Hal ini
dikarenakan adanya data yang tidak dikelompokkan (bio-psiko-
sosial-spiritual), dan masalah yang timbul tidak dituliskan. Menurut
Nursalam (2002) rumusan masalah merupakan salah satu aspek
yang penting dalam pengkajian karena rumusan masalah
digunakan untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Adapun
untuk aspek data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang dan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
82
masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan sebagian
dicatat lengkap. Menurut Doenges (1998), pengkajian merupakan
proses dinamis yang terorganisir yang meliputi 3 aktivitas dasar
yaitu mengumpulkan data secara sistematis, menyortir dan
mengatur data yang dikumpulkan serta mendokumentasikan data
dalam format yang dapat dibuka kembali. Untuk itu keefektifan dan
keakuratan pengkajian sangatlah penting untuk perumusan
masalah keperawatan.
Penulisan dokumentasi asuhan keperawatan pada format
diagnosa keperawatan rata-rata 67,8 % yaitu kategori tidak
lengkap. Hal ini dikarenakan bahwa hampir semua diagnosa yang
ditulis merupakan aktual, sedangkan diagnosa potensial dan resiko
tidak dirumuskan. Dalam satu berkas rekam medis, diagnosa
keperawatan yang dirumuskan hanya satu dari pasien datang
sampai pulang, tidak pernah ada revisi, modifikasi atau
penambahan diagnosa selama pasien dirawat. Selama penelitian
terdapat beberapa perawat yang tidak pernah merumuskan
diagnosa keperawatan, sedangkan yang menuliskan diagnosa
keperawatan hanya perawat-perawat tertentu saja. Menurut
Maryorita (2003), hal ini terjadi karena perawat masih kurang
mampu merumuskan untuk menganalisis dan menginterpretasikan
data yang telah dikumpulkan selama pengkajian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
83
Penulisan dokumentasi asuhan keperawatan pada format
rencana keperawatan rata-rata 63,3 % yaitu kategori tidak lengkap.
Hal ini karena perawat hanya merumuskan tujuan intervensi saat
pertama membuat diagnosa untuk selanjutnya tujuan intervensi
tidak pernah dituliskan lagi. Padahal menurut Carpenito (1995),
tujuan intervensi membantu perawat untuk menentukan
keberhasilan atau kesesuaian rencana asuhan keperawatan.
Rencana intervensi telah dirumuskan berdasarkan prioritas
diagnosa keperawatan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas,
akan tetapi masih banyak rencana intervensi yang masih belum
menggambarkan keterlibatan pasien/ keluarga dan juga kerjasama
dengan tim kesehatan lain.
Penulisan dokumentasi asuhan keperawatan pada format
tindakan keperawatan rata-rata 53,8 % yaitu kategori tidak
lengkap. Hal ini dikarenakan banyak perawat yang melakukan
tindakan keperawatan tidak mengacu pada rencana intervensi
keperawatan, banyak yang tidak mengobservasi respon pasien
terhadap tindakan keperawatan, tidak pernah ada revisi
berdasarkan hasil evaluasi dan banyak tulisan yang kurang baik,
kurang jelas dan sulit dibaca atau dengan singkatan-singkatan
yang tidak baku sehingga sulit dipahami orang lain.
Penulisan dokumentasi asuhan keperawatan pada format
evaluasi keperawatan rata-rata 68,3 % yaitu kategori tidak
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
84
lengkap. Hal ini dikarenakan sebagian besar perawat menuliskan
evaluasi keperawatan tidak mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Carpenito (1995), perawat bertanggung jawab
untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien terhadap
pancapaian hasil setiap hari. Evaluasi ini bermanfaat untuk
mengetahui seberapa baik tujuan pasien dicapai dan apakah
aktivitas perawat membantu pancapaian tujuan pasien ataukah
perlu adanya revisi atau modifikasi tindakan keperawatan.
Penulisan dokumentasi asuhan keperawatan pada format
dokumentasi keperawatan rata-rata 70,7 % yaitu kategori tidak
lengkap. Hal ini dikarenakan sebagian perawat didalam menuliskan
dokumentasi asuhan keperawatan tidak jelas, banyak yang
menggunakan singkatan-singkatan atau istilah-istilah yang tidak
baku, tidak setiap tindakan/ kegiatan perawat mencantumkan
paraf/nama jelas dan tanggal, jam dilakukannya tindakan. Menurut
Bjorvell et all (1999), bahwa sebagai dokumen yang sah, tanggal,
waktu pencatatan dan tanda tangan pancatat harus dicantumkan
dan perawat hendaknya menggunakan kosakata yang dapat
dipahami oleh semua anggota tim kesehatan lainnya.
Pengisian pendokumentasian yang tidak lengkap dapat
mempengaruhi mutu pendokumentasian yang ada di satu ruangan
secara keseluruhan. Huffman (1994), menjelaskan bahwa mutu
rekam medis tergantung pada informasi yang dimasukkan para
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
85
profesional yang berhak menyediakan pelayanan dan bertanggung
jawab untuk mendokumentasikan pelayanan tersebut.
Pendokumentasian yang tidak lengkap akan mempengaruhi
komunikasi antara perawat jaga ketika melakukan pergantian shift.
Informasi yang tidak lengkap, dapat mempengaruhi tindakan yang
harus dilakukan perawat.
2. Hasil diskusi kelompok terarah.
FGD diikuti oleh 9 orang perawat yang mewakili 3 ruang
yaitu Melati, Flamboyan dan Teratai. Masing-masing ruang diwakili
3 orang yang mencerminkan perilaku pengisian pendokumentasian
asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil diskusi kelompok terarah
didapatkan keterangan faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidaklengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan
pada perawat di Ruang Rawat Inap Melati, Teratai dan Flamboyan
RSUD Panembahan Senopati Bantul. Hasil FGD berdasarkan
unsur masukan, unsur lingkungan dan unsur proses dapat
dilakukan analisis sebagai berikut :
a. Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan
berdasarkan unsur masukan :
1) Pendidikan
Ketidaklengkapan pengisian pendokumentasian
asuhan keperawatan dapat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan perawat. Perawat yang memiliki tingkat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
86
pendidikan lebih tinggi diharapkan dapat melakukan
pengisian pendokumentasian dengan lebih lengkap
dibandingkan dengan perawat dengan tingkat pendidikan
yang lebih rendah. Menurut Anoraga, dkk (1995), pendidikan
merupakan salah satu faktor umum yang sangat mendasar
yang mempengaruhi kinerja seseorang. Secara umum
diungkapkan bahwa seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi memiliki kinerja yang lebih baik daripada orang yang
berpendidikan lebih rendah.
Hasil penelitian ini didapatkan karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut : tidak ada
responden yang berpendidikan SPK, 8 orang berpendidikan
D III Keperawatan dan 1 orang berpendidikan DIV
Keperawatan sebagaimana ditunjukkan tabel 5.
Responden yang berpendidikan DIII Keperawatan
namun tidak melakukan pendokumentasian Asuhan
Keperawatan dengan lengkap dapat disebabkan karena
banyak faktor. Salah satu faktor tersebut adalah ketidak
sesuaian format pengkajian yang diajarkan di sekolah formal
dengan format pengkajian yang digunakan di rumah sakit.
Hal tersebut terungkap berdasarkan hasil diskusi dengan
responden yang menyatakan bahwa :
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
87
“Selama menempuh pendidikan formal memang telah
diajarkan pendokumentasian. Bagaimana cara
pengisiannya, kepentingannya, kegunaannya dan
sebagainya. Namun setelah lulus dan bekerja disini,
ternyata format yang digunakan untuk
pendokumentasian tidak sama, jadinya kita agak
bingung juga dalam mengisi pendokmentasian karena
sejak saya masuk tidak ada penjelasan atau sosialisasi
sehingga nulisnya hanya ikut-ikutan yang senior aja”
“Kalau menurut saya sih, antara SPK dan DIII
Keperawatan, tidak terlalu jauh perbedaannya dalam
mengisi pendokumentasian, hanya saja, kalau yang D III
saja kebingungan dalam mengisi pendokumentasian,
apalagi yang SPK, tentunya lebih bingung lagi, karena
bagaimanapun juga, DIII lebih tinggi dibandingkan SPK”
Ungkapan responden tersebut menunjukkan bahwa
meskipun responden berpendidikan D III Keperawatan,
namun perbedaan format pengkajian antara yang dipelajari
dengan yang dipraktekkan dan juga tidak adanya sosialisasi
penulisan asuhan keperawatan menyebabkan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan tidak lengkap.
Menurut responden pendidikan formal saja belum cukup
untuk menjadikan perawat melakukan pendokumentasian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
88
secara lengkap. Hal tersebut disebabkan karena format
pengkajian yang berbeda.
Dalam hal ini responden mengungkapkan dalam hasil
diskusi sebagai berikut :
“Saya rasa pendidikan formal saja belum cukup untuk
menjadikan perawat melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan secara lengkap. Sebab format
pendokumentasian berbeda dengan yang dipelajari,
apalagi dari berbagai lulusan institusi yang berbeda-beda,
sehingga dalam pengisiannyapun, kami agak merasa
bingung juga ”
2) Pelatihan
Pelatihan sangat berpengaruh untuk meningkatkan
keterampilan dokumentasi asuhan keperawatan. Adanya
pelatihan tentang tata cara penulisan dokumentasi asuhan
keperawatan akan membantu pelaksanaan
pendokumentasian secara lengkap. Responden yang tidak
melakukan pendokumentasian secara tidak lengkap salah
satunya disebabkan karena tidak adanya pelatihan tentang
pengisian dokumentasi asuhan keperawatan. Dalam hal ini
responden mengungkapkan sebagai berikut :
“Perlu adanya pelatihan tentang cara pengisian format
pendokumentasian, sehingga pengetahuan dan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
89
ketrampilan perawat akan meningkat dalam hal
pendokumentasian”
“Pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan
sangat diperlukan untuk mengantisipasi perubahan-
perubahan format pengkajian yang berubah”
Pelatihan yang kurang menyebabkan perawat
melakukan pendokmentasian secara tidak lengkap.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suwarno (2004) yang menyimpulkan bahwa pelatihan yang
kurang menyebabkan belum optimalnya pendokumentasian
asuhan keperawatan.
Swansburg (1996), menyatakan bahwa dengan
adanya pelatihan, diharapkan dapat dicapai hasil atau tujuan
yang diinginkan, dengan kata lain bahwa pelatihan
merupakan suatu metode yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia, memperbaiki kesalahan
dimasa lalu dan meningkatkan motivasi bagi orang yang
mengikuti pelatihan itu sendiri.
3) Sarana
Sarana dalam pendokumentasian keperawatan
adalah format dokumentasi asuhan keperawatan yang dibuat
tahun 1994, hanya berisi pengkajian sampai evaluasi dan
tidak ada catatan perkembangan sehingga menurut mereka
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
90
format dokumentasi membingungkan dalam pengisiannya.
Cara pengisian format belum pernah diadakan sosialisasi
pada perawat tentang cara pengisian format dokumentasi
asuhan keperawatan dari pihak manajemen, baik dari bidang
perawatan maupun kepala ruang, hal ini terungkap pada
responden dibawah ini.
“Ya.... kayaknya format sudah nggak sesuai, apalagi
sejak tahun 1994 belum pernah ada revisi, nggak sesuai
dengan perkembangan ilmu keperawatan saat ini..
“Formatnya menurut saya masih rancu itu lho.....isine
koyo lembaran diisi ini itu kok titik-titik, belum ada catatan
perkembangan, ya pokoknya belum spesifik itu dan tidak
ada sosialisasi yang jelas walaupun sebenarnya telah
diterbitkan buku petunjuk tehnik pengisian tetapi karena
tidak ada sosialisasi sehingga diisi sesuai penafsiran
sendiri-sendiri”
Sarana yang paling utama dalam pendokmentasian
asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Melati, Teratai
dan Flamboyan adalah format. Dalam format dokumentasi
asuhan keperawatan juga tidak ada kolom hasil dan catatan
perkembangan pasien, sehingga cenderung kurang lengkap.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Anoraga (1995), yang
menyatakan bahwa semakin lengkap sarana yang dimiliki,
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
91
maka proses dan produktifitas akan semakin baik. Hasil
penelitian ini didukung oleh teori Soedarsono (cit Utami,
2002) yang menyatakan bahwa hambatan dan implementasi
keperawatan adalah kualitas keperawatan yang terbatas,
terutama bahan dan format dokumentasi yang tidak tersedia.
Menurut penelitian Utami (2002), untuk perawat dengan
mobilitas tinggi, dibutuhkan format dokumentasi keperawatan
yang lebih ringkas.
b. Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan
berdasarkan unsur lingkungan :
1) Kebijakan
Kebijakan pihak manajerial terkait dengan
pelaksanaan pendokumentasian di Ruang Melati, Teratai
dan Flamboyan terkait dengan ada atau tidaknya sosialisasi
format pendokumentasian, evaluasi, reward dan panismen.
Dalam diskusi tersebut, responden mengungkapkan :
“Jika insentifnya banyak maka penulisan asuhan
keperawatan mungkin akan baik, apalagi kalau penulisan
asuhan keperawatan diberikan insentif berapa, pasti akan
lengkap, kalau nggak seperti ini, ya..... asal jalan.”
“Untuk meningkatkan motivasi diperlukan adanya
sosialisasi, pelatihan, peningkatan reward disesuaikan
dengan penulisan, harus dibedakan. Kalau nulisnya betul
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
92
diberikan reward lebih kalau nulisnya salah ya tidak, kalau
yang nulis baik dan tidak baik rewardnya sama,........ ya
sampai kriting kerjaannya sama aja”
Kebijakan diperlukan untuk mengatur pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Kebijakan yang
tepat sasaran mempengaruhi pencapaian tujuan yang
maksimal. Sedangkan kebijakan yang tidak proporsional
menyebabkan tidak jelasnya pencapaian tujuan.
Azwar (1994) menyebutkan bahwa kebijakan
merupakan suatu mekanisme yang menetapkan batasan
atau batas untuk tindakan administratif dan menentukan arah
untuk diikuti. Kebijakan pelayanan keperawatan tersedia
untuk memenuhi standarisasi dan sebagai sumber petunjuk
bagi staf keperawatan.
2) Organisasi dan manajemen
Dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan perlu adanya pengawasan dari atasan, agar
pelaksanaan tugas pendokumentasian dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil
diskusi kelompok menunjukkan bahwa secara organisasi
belum dilakukan pengawasan terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan. Dalam hal ini responden
mengungkapkan bahwa :
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
93
“Mestinya setiap bulan itu dievaluasi, ada masalah atau
tidak. Untuk insentif, reward belum dilaksanakan. Sangsi
belum ada, baru berupa mengingatkan kekurangan
dokumentasi asuhan keperawatan”
“Pengawasan dan penilaian, intern belum ada, paling
Cuma dilihat kelengkapannya oleh kepala ruang. Kalau
kurang Kita disuruh nambahi. Penialian atau evaluasi SAK
belum dilaksanakan secara rutin.
Adanya pengawasan dari atasan akan memotivasi
perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan. Pengawasan yang baik jika tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas pendokumentasian
menyebabkan tujuan pendokumentasian tidak tercapai,
seperti ketidaklengkapan pengisian pendokumentasian
asuhan keperawatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Utami (2002) yang menyimpulkan
bahwa manajemen menyebabkan belum lengkapnya
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil ini didukung
oleh Handoko (2005) yang menyatakan bahwa kegiatan
pengawasan dan pengarahan harus dilakukan kepada para
bawahannya sehingga bawahan bekerja dengan baik dan
organisasi bergerak ke arah tujuannya.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
94
Untuk mengontrol pendokumentasian asuhan
keperawatan perlu diadakan evaluasi SAK secara teratur
dan rutin. Hal ini sesuai dengan teori Hidayat (2001) yang
menyatakan bahwa untuk mengontrol kegiatan pelaksanaan
asuhan keperawatan serta aturan-aturan dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan perlu dibentuk
standar akreditasi asuhan keperawatan.
c. Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan
berdasarkan unsur proses :
1) Motivasi
Motivasi sebagai faktor yang berasal dari dalam
individu yang menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan tingkah laku orang yang bersangkutan.
Motivasi perawat dalam melaksanakan pendokumentasian
asuhan keperawatan terkait dengan adanya reward. Dalam
hal ini responden mengungkapkan sebagai berikut:
“Jika insentifnya banyak maka penulisan asuhan
keperawatan akan baik, apalagi kalau penulisan asuhan
keperawatan diberikan insentif berapa, pasti akan
lengkap, kalau nggak seperti ini, ya..... asal jalan.”
“Untuk meningkatkan motivasi diperlukan adanya
sosialisasi, pelatihan, peningkatan reward disesuaikan
dengan penulisan, harus dibedakan. Kalau nulisnya betul
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
95
diberikan reward lebih kalau nulisnya salah ya tidak, kalau
yang nulis baik dan tidak baik rewardnya sama,........ ya
sampai kapanpun kerjaannya tidak bakal baik”
Motivasi menyebabkan belum optimalnya
pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat
Melati, Teratai dan Flamboyan. Hasil diskusi kelompok
terarah menunjukkan bahwa motivasi yang dimiliki
responden terkait dengan reward atau penghargaan yang
berupa uang. Semakin banyak reward yang diberikan maka
pendokumentasian asuhan keperawatan akan semakin
lengkap. Model motivasi yang dimiliki responden, menurut
Taylor (cit Handoko, 1995) merupakan model tradisional dari
motivasi yang menyatakan bahwa para pekerja pada
dasarnya malas dan hanya dapat dimotivasi dengan
penghargaan berwujud uang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Utami (2002) dan Suwarno (2004) yang
menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi belum
lengkapnya pendokumentasian asuhan keperawatan.
2) Waktu
Kekurangan waktu untuk menulis dokumen asuhan
keperawatan merupakan alasan khas perawat. Perawat lebih
banyak mengurusi pasien dari pada menulis dokumentasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
96
asuhan keperawatan. Responden menyatakan bahwa jika
pasiennya sedikit dan kondisi pasien baik, maka waktu untuk
menulis dokumentasi keperawatan juga lebih banyak.
Keterbatasan waktu penulisan pendokumentasian asuhan
keperawatan juga disebabkan karena responden mempunyai
kebiasaan melakukan penulisan pendokumentasian asuhan
keperawatan menjelang pulang sebagaimana diungkapkan
responden dalam diskusi kelompok terarah:
“Pendokumentasian asuhan keperawatan biasanya
dilakukan menjelang pulang, hal tersebut dilakukan
karena setiap kali akan melakukan pedokumentasian,
selalu ada pasien yang datang dengan kasus yang lain.”
“Biasanya saya melakukan tindakan keperawatan dulu,
baru melakukan pendokumentasian. Kalo pasiennya
banyak, ya... pendokumentasiannya seadanya, seingat
saya, jadi tidak semua kasus dan tindakan
didokumentasikan”
Ketidaklengkapan pendokumentasian disebabkan
karena responden memiliki waktu yang sedikit untuk
melakukan dokumentasi asuhan keperawatan. Selain itu
banyaknya pasien dengan berbagai kasus menyebabkan
responden menuliskan poin-poin yang penting saja, tidak
secara keseluruhan. Tingkat kesibukan perawat dalam
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
97
memberikan asuhan keperawatan didukung dari nilai BOR
(Bed Occupancy Rate) RSUD Panembahan Senopati Bantul
tahun 2008 yang tinggi, BOR rata-rata untuk ketiga ruang
rawat inap tersebut adalah 101,526 % jauh diatas nilai ideal
yaitu 65 % - 85 %, artinya bahwa tidak adanya waktu yang
cukup bagi perawat untuk mendokumentasikan asuhan
keperawatan oleh karena terlalu banyaknya pekerjaan atau
banyaknya pasien sehingga hanya menulis yang penting-
penting saja.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Carpernito
(1999) yang menyatakan bahwa faktor waktu mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan yang
dikerjakan. Waktu yang dibutuhkan untuk menuliskan
dokumentasi asuhan keperawatan kurang lebih 30 – 40
menit. Waktu pembuatan dokumentasi keperawatan juga
harus relevan dengan berat ringannya sakit pasien, tetapi
masalah umum dari perawat dalam melakukan
pendokumentasian adalah tidak adanya waktu untuk menulis
sehingga dokumentasi asuhan keperawatan ditunda
keesokan harinya atau pasiennya pulang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Utami (2002) yang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
98
menyebutkan bahwa waktu menyebabkan
pendokumentasian asuhan keperawatan lengkap atau tidak.
3) Kegunaan
Salah satu kegunaan pendokumentasian asuhan
keperawatan adalah sebagai alat tanggungjawab dan
tanggunggugat sebagaimana diungkapkan responden
sebagai berikut :
“Dokumentasi asuhan keperawatan harusnya bisa
digunakan sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat
sehingga harus lengkap. Namun tulisannya hanya itu-itu
saja. Antara pasien yang satu dengan pasien yang lain
tidak berbeda, semuanya hampir sama yaitu hanya berisi
kebiasaan sehari-hari perawat sebagai contoh mengukur
vs, Verbedent, memberikan obat oral, memberikan injeksi
dan sebagainya”
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang
dilakukan responden belum mencerminkan kualitas SAK
yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, sebab
semua pasien dianggap sama sakitnya. Menurut Hidayat
(2002), Standar dokumentasi memuat aturan atau
ketentuan tentang pelaksanaan pendokumentasian.
Oleh karena itu, kualitas kebenaran dokumentasi
asuhan keperawatan akan mudah
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
99
dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai
perlindungan atas gugatan karena sudah memiliki
standar hukum.
C. Faktor yang mendukung dan menghambat
Faktor yang mendukung penelitian ini adalah, peneliti bekerja di
RSUD Panembahan Senopati dan pekerjaan responden masih dalam
pengawasan peneliti sehingga memudahkan responden dalam
melakukan diskusi dan pengambilan data.
Faktor yang menghambat penelitian ini secara metodologi tidak
ditemukan, namun secara tehnik ditemukan hambatan yaitu sulitnya
mencari kesepakatan waktu antara peneliti dan partisipan untuk
melakukan diskusi kelompok terarah karena mesti harus
menyempatkan waktu sehingga partisipan menyatakan agak malas.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian yang mendalam dengan
menggunakan lembar observasi Instrumen A SAK Dep.Kes. RI tahun
1997 dan diskusi kelompok terarah (FGD) terhadap perawat yang
bertugas di Ruang Rawat Melati, Teratai dan Flamboyan RSUD
Panembahan Senopati Bantul dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Secara umum pelaksanaan pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan termasuk tidak lengkap yaitu 64,7%. Ketidak
lengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan diperkuat hasil
diskusi kelompok terarah (FGD) yang dilakukan peneliti terhadap
perawat Ruang Rawat Melati, Teratai dan Flamboyan RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Hasil diskusi kelompok terarah
memberikan kesimpulan bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan masih belum lengkap oleh karena berbagai faktor.
2. Berdasarkan unsur masukan yang meliputi pendidikan, pelatihan
dan sarana. Pendidikan formal masih belum cukup menjadikan
perawat melakukan pendokumentasian secara lengkap, masih
diperlukan pelatihan secara rutin untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan menumbuhkan motivasi serta
100
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
101
menyamakan persepsi perawat dalam melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
3. Berdasarkan unsur lingkungan yang meliputi kebijakan, organisasi
dan manajemen: Perawat membutuhkan adanya reward untuk
dapat melakukan pendokumentasian yang lengkap dan bermutu
yang disebabkan oleh pekerjaan yang berat dan waktu yang lebih
banyak untuk menulis pendokumentasian asuhan keperawatan
yang lengkap. Perawat membutuhkan pengawasan yang berupa
teguran atau insentif sehingga pelaksanaan pendokumentasian
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan diperlukan
manajerial yang lebih baik, lebih memperhatikan perawat dalam
hal pendokumentasian asuhan keperawatan. Evaluasi penerapan
standar asuhan keperawatan tidak dilakukan secara rutin terakhir
dilakukan pada tahun 2003.
4. Berdasarkan unsur proses yang meliputi waktu/lama, kepentingan/
kegunaan dan motivasi : Pendokumentasian belum dapat
dilaksanakan secara lengkap disebabkan waktu untuk
menuliskannya terlalu lama, sehingga perawat melakukan tindakan
keperawatan terlebih dahulu baru membuat dokumentasi asuhan
keperawatan, sementara shift jaga sudah habis. Kesibukan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan didukung dari
nilai BOR yang tinggi , rata-rata BOR dari ketiga ruang rawat inap
tersebut adalah 101,526 % (ideal 65 % - 85 %) sehingga perawat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
102
lebih banyak melakukan tindakan keperawatan dari pada
dokumentasi. Perawat tahu dan menyadari bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan penting namun belum
dapat melaksanakan dengan baik karena banyaknya pasien dan
faktor individu perawat sendiri, Perawat kurang mempunyai
motivasi untuk melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan yang disebabkan kurang adanya pengawasan dari
pihak manajerial (kepala ruang). Tidak adanya sangsi yang tegas
atau reward yang memadai menjadikan perawat tidak termotivasi
untuk melakukan pendokumentasian dengan baik dan lengkap
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang bisa peneliti sampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul.
a. Bidang Keperawatan dan Komite Keperawatan bekerja sama
dengan Bidang Diklat agar mengadakan pelatihan-pelatihan
atau training yang rutin untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan perawat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan terutama untuk perawat-perawat baru.
b. Bidang Keperawatan agar melakukan Evaluasi Penerapan
SAK secara rutin diseluruh ruang rawat inap untuk dapat
menilai baik buruknya kualitas pelayanan keperawatan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
103
c. Kepala Ruang, Kepala Seksi Keperawatan dan Komite
Keperawatan agar melakukan sosialisasi dengan baik tentang
dokumentasi asuhan keperawatan supaya dapat mempunyai
persepsi yang sama dalam pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan mengingat latar belakang pendidikan perawat
dari institusi dan angkatan yang berbeda.
d. Komite Keperawatan agar meninjau kembali format asuhan
keperawatan yang ada untuk dilakukan revisi disesuaikan
dengan perkembangan ilmu keperawatan saat ini dan sesuai
dengan Standar Asuhan Keperawatan Dep.Kes. RI mengingat
sejak tahun 1994 belum pernah ada revisi.
e. Kepala Ruang, Kepala Seksi Keperawatan dan Bidang
Keperawatan agar mengkaji kembali kebutuhan ketenagaan
diruang rawat inap mengingat BOR yang sangat tinggi, kalau
perlu dilakukan penambahan tenaga keperawatan.
f. Kepala Ruang, Komite Keperawatan dan Kepala Seksi
Keperawatan agar melakukan pengawasan, pengarahan,
bimbingan yang lebih baik dan kalau diperlukan adanya sanksi
yang tepat terkait dengan pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
g. Kepala Ruang, Komite Keperawatan dan Kepala Seksi
Keperawatan agar terus memotivasi perawat untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan secara lengkap.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
104
2. Bagi Institusi Pendidikan.
a. Agar mengkaji kembali kurikulum tentang dokumentasi
asuhan keperawatan disesuaikan dengan Standar Asuhan
Keperawatan dari Departemen Kesehatan RI sehingga para
lulusan perawat langsung cepat bisa menyesuaikan dengan
model asuhan keperawatan yang ada di rumah sakit.
b. Bekerja sama dengan pihak rumah sakit terkait praktek
pendokumentasian asuhan keperawatan secara baik dan
benar agar ada kesesuaian antara yang dipelajari
mahasiswa di kampus dengan yang dibutuhkan rumah sakit.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA
Al Ifhan, D, 2001, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di RSU Pemangkat Kabupaten Sambas, FK UGM, Skripsi, tidak diterbitkan
Amriyati, S.S., 2003, Kinerja Perawat Ditinjau Dari Lingkungan Kerja dan Karakteristik Individu, Manajemen Pelayanan Kesehatan, Jakarta.
Anoraga, P., dan Suryati, S., 1995, Psikologi Industri dan Sosial, Pustaka Jaya, Jakarta.
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, S., 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito, L.J., 1995, Nursing Care Plans dan Documentation, J.B. Lippincot Company, Philadelphia.
Carpenito, L.J., 1997, Nursing Care Plans dan Documentation, J.B. Lippincot Company, Philadelphia.
Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan: Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaborasi (Nursing Care Plans dan Documentation: Nursing Diagnosis and Collaborative Problems), EGC, Jakarta.
Depkes RI, 1991, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit, Jakarta: Dirjen Yanmed Depkes RI.
Depkes RI, 1993, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23, Arkala, Surabaya.
Depkes RI, 1997, Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat RSU dan Pendidikan.
Djarwanto dan Subagyo, P (1993), Statistik Induktif, Ed. 4 Yogyakarta: BPFE.
Doenges, Marlynn E., 1998, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosis Keperawatan, Editor Setiawan, Edisi 2, RGC, Jakarta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
Effendy, N., 1995, Pengantar Proses Keperawatan, Editor, Ni Luh Gede Yasmin Asih, EGC, Jakarta.
England, E.T., Heineman, D.S., 1994, Nursing Documentation, Charting, Recording and Reporting, J.B. Lippincot Company, Philadelphia.
Fisbach, F.T., 1991, Documenting Care: Communication the Nursing Procces and Documentation Standar, F.A. Davis Company:Yogyakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2002, Pengantar Dokumentasi Proses, Editor, Ester D.A., EGC, Jakarta
Handoko, 1992, Motivasi gaya penggerak Tingkah laku. Kanisius Yogyakarta..
Huffman, E.K., 1994, health Information Management, Illionis: Physician’s Record Company.
Keliat, B.A., Herawati, N., Panjaitan, R., Helena, N., 1999, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.
Mustofa, Z., (1996), Statistik Deskriptif, ed revisi, Yogyakarta: Ekonosia.
Nanda, 2005, Nursing Diagnoses:Deffinition & Classification 2005-2006, Philadelphia PA 19107, USA.
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nurhayati, 2006, Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Kelengkapan Pengisian Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul, Skripsi, tidak dipublikasikan, STIKES Wira Husada Yogyakarta.
Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek, Edisi Pertama, Salemba Medika, Jakarta.
Potter dan Perry, 2005, Fundamentals of Nursing Conceps, Proces and Practice, Terjemahan, Yasmin Asih, dkk, Edisi Empat, EGC (Jakarta).
PPNI, 1999, Keperawatan dan Praktek Keperawatan, DPP PPNI, Jakarta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
Protap Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Tentang Pengisian Berkas Rawat Inap (Ranap) Sub Bagian Rekam Medis.
Robbins, S.P., 1996, Penelitian Kinerja dan Pengembangan Karyawan, FE UGM, Yogyakarta.
Siagian, S.P., 1995, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Stuart dan Sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi III, EGC, Jakarta.
Swansburg, R.C., 1996, Management and Leadership For Nurse Manager, Second Edition, Jones and Barlett Publisher, Massachussets.
Hadi, S., 2007, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Daerah Jambi, Skripsi, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, tidak diterbitkan
Teung, Y., 1994, Prinsip-prinsip Merawat Berdasarkan Pendekatan Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Suwarno, 2004, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di IRNA RSU Aisyah Ponorogo, KTI PSIK FK UGM Yogyakarta.
Utami, 2002, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di bangsal irna RSUP Dr. Sardjito, KTI PSIK FK UGM Yogyakarta.
Utarini, A., 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Magister Kesehatan, Ibu dan Anak. IKM UGM. Yogyakarta.