perpustakaan - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/fatih muhammad...

40
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN i i HUBUNGAN PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGAWAS MINUM OBAT DENGAN KEPATUHAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DALAM MINUM OBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta FATIH MUHAMMAD NURSITO 12/2212081/PSIK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2016

Upload: others

Post on 07-Feb-2020

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

i

HUBUNGAN PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGAWAS MINUM

OBAT DENGAN KEPATUHAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

DALAM MINUM OBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta

FATIH MUHAMMAD NURSITO

12/2212081/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2016

Page 2: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ii

Page 3: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iii

Page 4: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

Hubungan Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat dengan Kepatuhan

Penderita Tuberkulosis Paru dalam Minum Obat di Wilayah Kerja Puskesmas

Piyungan Kabupaten Bantul.

Skripsi ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari

berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada

kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Ketua Program studi

Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta.

3. Muhamat Nofiyanto, S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua LPPM Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

4. Wenny Savitri, S.Kep., Ns., MNS selaku pembimbing I yang telah dengan

sabar memberikan bimbingan, saran dan pendapat dalam skripsi ini.

5. Miftafu Darussalam, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku pembimbing II yang telah

dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pendapat skripsi ini.

6. Tri Prabowo, SKp., MSc selaku Penguji yang telah memberikan arahan, kritik,

saran dan pendapatdalam hasil skripsi ini.

7. Kepala Puskesmas dan Perawat Puskesmas Piyungan yang telah memberikan

ijin dan membantu selama penelitian skripsi ini.

8. Orang tua dan semua keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi,

doa, pengertian dan kasih sayangnya.

Page 5: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v

9. Teman-teman dan sahabat-sahabatku serta semua pihak yang telah membantu

dan memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,

sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuanya. Penulis menyadari

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhirnya besar harapan penulis semoga

skripsi ini berguna bagi semua.

Yogyakarta, Juni 2016

Penulis

(Fatih Muhammad Nursito)

Page 6: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

Page 7: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

Page 8: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

Page 9: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Pengelompokan OAT .................................................................... 17

Tabel 2 Jenis, Sifat dan Dosis OAT lini pertama ...................................... 18

Tabel 3 Dosis paduan OAT KDT Kategori-1 ........................................... 18

Tabel 4 Dosis Paduan OAT-Kombipak Kategori-1 ................................... 19

Tabel 5 Dosis paduan OAT KDT Kategori-2 ............................................ 19

Tabel 6 Dosis paduan OAT kombipak untuk Kategori-2 .......................... 19

Tabel 7 Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 36

Tabel 8 Kisi-kisi kuesioner peran keluarga sebagai PMO ......................... 37

Tabel 9 Kisi-kisi kuesioner kepatuhan ....................................................... 38

Tabel 10 Tingkat nilai validitas.................................................................... 39

Tabel 11 Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai alpha .................................. 40

Tabel 12 Pedoman pemberian interpretasi koefisien korelasi...................... 43

Tabel 13 Distribusi karakteristik responden ................................................ 48

Tabel 14 Distribusi karakteristik PMO ........................................................ 49

Tabel 15 Gambaran peran keluarga sebagai PMO ....................................... 49

Tabel 16 Gambaran kepatuhan .................................................................... 49

Tabel 17 Tabulasi silang karakteristik responden dengan kepatuhan .......... 50

Tabel 18 Hubungan peran keluarga sebagai PMO dengan Kepatuhan ........ 51

Page 10: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Kerangka Teori ......................................................................... 32

Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 33

Page 11: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Lampiran 2. Jadwal Penyusunan Usulan Penelitian

Lampiran 3. Jadwal Bimbingan Usulan Penelitian

Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5. Informed Consent

Lampiran 6. Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 9. Data Karakteristik Responden

Lampiran 10. Data Hasil Penelitian

Page 12: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

HUBUNGAN PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGAWAS MINUM OBAT

DENGAN KEPATUHAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DALAM

MINUM OBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PIYUNGAN KABUPATEN

BANTUL

Fatih Muhammad Nursito1, Wenny Savitri

2, Miftafu darussalam

3

INTISARI

Latar Belakang: Penyakit TB merupakan penyakit infeksi kronis yang terutama

menyerang paru-paru namun bisa juga menyerang organ-organ lain. Penyakit ini

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini memerlukan

pengobatan yang adekuat agar tidak menular ke orang disekitarnya. Waktu pengobatan

yang cukup lama yaitu sekitar 2-6 bulan. Hal ini berisiko apabila penderita tidak patuh

minum obat atau putus obat, justru akan mengakibatkan kekebalan ganda kuman TB

terhadap obat anti tuberkulosis. Program pengobatan TB dilaksanakan dengan strategi

DOTS yaitu pengawasan langsung minum obat oleh seorang PMO keluarga yang

berperan mengawasi, memotivasi, dan mendampingi penderita selama minum obat

sampai dinyatakan sembuh.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan peran peluarga sebagai pengawas minum obat

dengan kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam minum obat di Wilayah Kerja

Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.

Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan rancangan cross

sectional dan menggunakan total sampling. Responden pada penelitian ini berjumlah 25

responden yaitu penderita TB paru pengobatan kategori I. Pengambilan data

menggunakan lembar kuesioner yang kemudian di analisis menggunakan uji statistik

bivariat rank spearman.

Hasil: Hasil penelitian ini diperoleh nilai ρ= 0,002 (<0,05) dan koefisien korelasinya

0,600 yang berarti ada hubungan yang kuat antara peran keluarga sebagai pengawas

minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB. Pola hubungan

yang terjadi adalah berpola positif artinya semakin baik peran PMO keluarga maka akan

semakin tinggi pula kepatuhan penderita TB dalam minum obat.

Simpulan: Ada hubungan yang kuat antara peran keluarga sebagai pengawas minum

obat (PMO) dengan kepatuhan penderita TB paru dalam minum obat di wilayah kerja

Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.

Kata Kunci: Peran keluarga, PMO, Kepatuhan minum obat, TB paru

1Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2Dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

3Dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Page 13: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

RELATIONSHIP AS A SUPERVISORY ROLE OF FAMILY DRINKING DRUG

COMPLIANCE WITH PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN

DRINKING MEDICINE IN THE WORK AREA HEALTH DISTRICT

PIYUNGAN BANTUL

Fatih Muhammad Nursito1, Wenny Savitri

2, Miftafu darussalam

3

ABSTRACT

Background: TB disease is a chronic infectious disease that mainly affects the lungs but

can also attack other organs. The disease is caused by the bacterium Mycobacterium

tuberculosis. This disease requires adequate treatment in order not contagious to those

around him. long treatment time is about 2-6 months. It is risky if the patient is not

adherent to take medication or drug withdrawal, would likely result in a double immunity

against TB germs anti-tuberculosis drugs. Dilaksanakn TB treatment program with the

DOTS strategy, namely the direct supervision of a PMO to take medicine by families

whose role supervising, motivating, assisting patients taking the drug for up otherwise

recovered.

Objective: To determine the relationship family role as a watchdog to take medication

with pulmonary tuberculosis patient compliance in taking medication in Puskesmas

Piyungan Bantul.

Method: The study was descriptive korelasi with cross-sectional design and use total

sampling. Respondents in this research were 25 respondents ie patients with pulmonary

tuberculosis treatment category I. Retrieving data using a questionnaire sheet which is

then analyzed using bivariate statistical Spearman rank test.

Results: The results obtained by the value of ρ = 0.002 (<0.05) and the correlation

coefficient of 0.600, which means there is a strong relationship between the role of the

family as a supervisor to take medication (PMO) with medication adherence in patients

with TB. The pattern of the relationship is positive pattern means the better the role of

PMO family, the higher the TB patient compliance in taking medication.

Conclusion: There is a strong relationship between the role of the family as a supervisor

to take medication (PMO) with pulmonary TB patient compliance in taking medication

in Puskesmas Piyungan Bantul.

Keywords: Role of the family, PMO, Compliance with taking medication, pulmonary

TB.

________________________________________________________

1Student of Nursing Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2Lecturer of Nursing Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

3Lecturer of Nursing Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Page 14: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium Tuberculosis, sebagian besar bakteri ini menyerang paru-

paru namun dapat menyerang organ tubuh lainya (Kemenkes RI, 2014). Penyakit

TB merupakan penyakit infeksi kronis yang terutama menyerang paru-paru

namun bisa juga menyerang organ-organ lain. Penyakit ini disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium Tuberculosis, bakteri tersebut merupakan bakteri tahan

asam berbentuk batang dan bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak

oksigen. Penyakit TB menular melalui droplet atau percikan dahak yang

dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi TB, penularan penyakit ini bersifat kontak

lama dan terus menerus. TB adalah penyakit yang dapat mengancam derajat

kesehatan masyarakat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi (Raviglione,

2009).

World Health Organization (WHO) dalam Global Tuberculosis Report

2015 menyatakan bahwa pada tahun 2014, diperkirakan terdapat kasus kejadian

TB yang menyerang 9,6 juta penduduk di dunia, dari angka tersebut kasus TB

yang telah terdiagnosis dan dilaporkan sebesar 5,4 juta kasus, sementara yang

belum terdiagnosis dan dilaporkan sebanyak 4,2 juta kasus. Dari 9,6 juta kasus TB

paru pada tahun 2014, 58% berada di Asia Tenggara dan Pasifik Barat yaitu di

India, Indonesia dan China yang memiliki jumlah kasus masing-masing: 23%,

10% dan 10% dari total keseluruhan kasus. Indonesia menempati urutan ke 2 di

Asia Tenggara dan Pasifik Barat setelah India untuk jumlah kasus kejadian TB

dengan prevelensi 1000 per 254.455 populasi di Indonesia.

Data tahun 2014 dari Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa

jumlah kasus TB BTA positif berdasarkan jenis kelamin dan provinsi ditemukan

bahwa laki-laki sebanyak 106.451(60,3%) dan perempuan sebanyak 70.226

(39,7%) dari total 176.677 kejadian TB seluruh provinsi di Indonesia. Di Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat 1.278 kasus kejadian TB yang ditemukan,

dari jumlah kasus tersebut yang dinyatakan sembuh 513 orang (40,1%),

1

Page 15: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

2

pengobatan lengkap 50 orang (3,9%), dan keberhasilan pengobatan 563 orang

(44,1%). Angka tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan provinsi

Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, Gorontalo yang angka pengobatan lengkap

dan keberhasilan pengobatanya mencapai lebih dari 85,5% (Kemenkes RI, 2015).

Data tahun 2014 dalam Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta

secara keseluruhan pravelensi penyakit TB di DIY adalah 43 per 100.000

penduduk. Kabupaten Bantul menempati posisi kedua setelah Kabupaten Sleman

dengan jumlah 428 kasus sedangkan Kabupaten Sleman sebanyak 546 kasus.

Namun yang membedakan kedua kabupaten tersebuat adalah angka kesembuhan,

angka pengobatan lengkap dan angka keberhasilan pengobatan dimana kabupaten

bantul angka pencapainya sangat rendah dibandingkan kabupaten sleman. Di

kabupaten Bantul terdapat 303 kasus TB BTA positif yang diobati, angka

kesembuhanya hanya 73 orang (24,09%), angka pengobatan lengkap tidak ada

(0%), angka keberhasilan pengobatan hanya 25 orang (8,25%) dan jumlah

kematian selama pengobatan 7 orang (2,31%). Dibandingkan dengan kabupaten

sleman dari 302 kasus TB BTA positif yang diobati, angka kesembuhan mencapai

265 orang (87,75%), angka pengobtan lengkap 5 orang (1,66%), angka

keberhasilan pengobatan 89 orang (29,47%), dan angka kematian selama

pengobatan sebanyak 8 orang (2,64%) (Dinkes DIY, 2015).

Berdasarkan data dari profil kesehatan tahun 2014 Kabupaten Bantul,

penemuan kasus TB BTA positif pada tahun 2013 sebesar 52,68% naik

dibandingkan tahun 2012 yang dilaporkan sebesar 51,01%. Angka keberhasilan

pengobatan pada tahun 2013 dilaporkan sebesar 85,23% dan angka kesembuhan

(cure rate) sebesar 79,75%. Angka kesembuhan pengobatan TB di Kabupaten

Bantul menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 86,12% dan

menurun drastis pada tahun 2014 yaitu angka kesembuhan pengobatan TB hanya

24,09%. Jumlah kematian TB dilaporkan sebesar 1,8 per 100.000 penduduk (17

orang). Angka kejadian TB Kabupaten Bantul terbanyak berada di Kecamatan

Piyungan dengan jumlah seluruh kasus TB ada 30 orang yang semuanya berada

di wilayah kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul dengan angka

kesembuhan baru mencapai 75% (Dinkes Kab.Bantul, 2014).

Page 16: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

TB menjadi salah satu penyakit menular selain HIV/AIDS dan malaria

yang upaya pengendalianya dinilai pada komitmen global Millenium Development

Goal’s (MDG‟s). MDG‟s menetapkan TB sebagai bagian dari tujuan dibidang

kesehatan yang terdiri dari: 1) menurunkan insidensi TB; 2) menurunkan

prevalensi dan angka kematian akibat TB menjadi setengahnya; 3) sedikitnya 70%

kasus TB dengan BTA positif terdeteksi dan diobati melalui program Directly

Observed Treatment Shortcourse (DOTS) atau pengobatan TB dengan

pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO); dan 4)

setidaknya 85% tercapai Treatment Success Rate (TSR). Upaya pengendalian TB

secara nasional dilakukan dengan menerapkan strategi DOTS sejak 1995, yaitu

strategi penatalaksanaan TB yang menekan pentingnya pengawasan untuk

memastikan penderita menyelesaikan pengobatan sesuai ketentuan sampai

dinyatakan sembuh. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu: 1) Adanya

komitmen politik berupa dukungan dalam penanggulangan TB. 2) Diagnosa TB

dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan sputum yang mikroskopik secara

langsung. 3) Pengobatan TB dengan panduan obat anti tuberkulosis (OAT) jangka

pendek di bawah pengawasan langsung seorang PMO, khususnya penderita baru

yang minum obat setiap hari pada dua bulan pertama. 4) Adanya kesinambungan

ketersedian paduan OAT jangka pendek yang cukup. 5) Pencatatan dan pelaporan

yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan penderita serta

kinerja program secara menyeluruh (Kemenkes RI, 2011).

Pengembangan strategi DOTS telah dilaksanakan diseluruh provinsi di

Indonesia pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan (FPK); Puskesmas (96%) dan

Rumah Sakit (30%), baik Rumah Sakit Pemerintah, Swasta, BUMN, dan

TNI/Polri (Kemenkes Republik Indonesia, 2013). Tiga FPK utama yang

digunakan oleh penderita untuk menjalani pengobatan TB antara lain, Puskesmas,

Rumah sakit dan Praktik dokter swasta (Kemenkes RI, 2011).

Data dari Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) angka keberhasilan

pengobatan atau Treatment Succes Rate (TSR) TB paru di Indonesia paling

rendah di provinsi Papua (24%) dan tertinggi di provinsi Gorontalo (96%)

sementara DIY berada di urutan ke empat dengan angka TSR (44%). Tinggi

Page 17: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

rendahnya TSR dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Faktor penderita:

penderita tidak patuh minum OAT, penderita pindah fasilitas pelayanan

kesehatan, dan TB-nya termasuk yang resisten terhadap OAT. 2) Faktor PMO:

PMO tidak ada, PMO ada tapi kurang memantau, peran PMO kurang maksimal.

3) Faktor obat: suplai OAT terganggu sehinga penderita menunda atau tidak

meneruskan minum obat, penurunan kualitas OAT karena penyimpanan tidak

standar (Kemenkes RI, 2015).

Kepatuhan merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku hidup

sehat. Kepatuhan minum obat adalah mengkonsumsi obat obatan secara teratur

sesuai dengan waktu, cara, dan dosis sesuai resep dokter. Selain ketidakpatuhan

masalah lain dalam pengobatan TB adalah waktu pengobatan yang cukup lama

yaitu sekitar 2-6 bulan. Hal ini berisiko apabila penderita tidak patuh minum obat

atau putus obat, justru akan mengakibatkan kekebalan ganda kuman TB terhadap

obat anti tuberkulosis. Pada akhirnya pengobatanya akan mulai dari awal lagi dan

akan mengeluarkan biaya yang lebih mahal serta memakan waktu yang relatif

lebih lama (Kemenkes RI, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

minum obat ada 3 yaitu: pertama faktor predisposing meliputi pengetahuan,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sikap, kedua faktor enabling meliputi

ketersediaan sarana atau fasilitas kesehatan, dan yang ketiga faktor

reinforcactoring yaitu peran tenaga kesehatan dan peran keluarga sebagai

pendamping atau PMO untuk anggota keluarganya yang menjalani pengobatan

TB (Suhadi, 2005).

PMO keluarga mempunyai peranan penting dalam rangka mempercepat

proses penyembuhan serta memastikan bahwa penderita tersebut menyelesaikan

pengobatanya secara teratur. Keberhasilan pengobatan ditentukan oleh kepatuhan

penderita dalam minum OAT itu sendiri serta pengawasan dari PMO. Tingginya

angka putus obat menjadi masalah penting bagaimana peran dan tugas seorang

PMO dalam mengawasi, mendampingi selama pengobatan dan memberikan

dukungan kepada penderita agar teratur minum OAT sampai dinyatakan sembuh

(Kemenkes RI, 2014).

Page 18: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Anggota keluarga sangat efektif dan efisien dalam berperan terhadap

penyembuhan penderita TB karena tidak mengedepankan reward atau balasan

berupa materi sebagai imbalan jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan keluarga

yang didasari oleh pengabdian yang tulus, ikhlas, sabar, cinta, kasih sayang, dan

tanggung jawab sebagai implementasi nilai keyakinan. Keluarga juga merupakan

orang terdekat yang dapat memotivasi dan mengubah perilaku anggota

keluarganya (Marni, 2007).

Penderita TB yang patuh melakukan pengobatan disamping karena

adanya kesadaran dari penderita sendiri untuk sembuh juga didukung karena

adanya peran keluarga sebagai pengawas minum obat yang selalu mengawasi,

mendampingi, menyediakan dan mengontrol selama pengobatan penderita TB

sampai dinyatakan sembuh. Dalam program pengobatan TB, peran keluarga

mempunyai andil besar dalam meningkatkan kepatuhan minum obat, yaitu dengan

adanya pengawasan dan pemberian dorongan kepada penderita untuk minum obat

secara teratur. Keuntungan keluarga sebagai PMO adalah tempat tinggalnya yang

serumah dengan penderita sehingga pengawasanya lebih optimal (Kartikasari,

2011).

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 18

Nopember 2015 di Puskesmas Piyungan, dan kunjungan berikutnya pada tanggal

29 April 2016 untuk pengambilan data sampel dari buku register TB didapatkan

hasil jumlah penderita TB di Puskesmas Piyungan pada tahun 2014 sejumlah 16

orang, tahun 2015 sejumlah 11 orang dan tahun 2016 (per maret 2016) sejumlah 7

orang, sehingga total penderita TB paru di Puskesmas Piyungan dari tahun 2014-

2016 berjumlah 34 orang. Hasil wawancara menyebutkan bahwa di Puskesmas

Piyungan diwajibkan bagi setiap penderita untuk mempunyai seorang PMO dari

keluarganya untuk mengawasi dan memantau selama proses minum obat

penderita. Kecuali penderita TB paru dengan B-20 (HIV/AIDS) dan penderita TB

paru MDR (Multi Drug Rasistance) yang PMOnya selain dari keluarga juga ada

PMO dari petugas puskesmas yang mendampingi selama pengobatan.

Berdasarkan urain diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan

peran keluarga sebagai pengawas minum obat dengan kepatuhan penderita paru

Page 19: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

dalam minum obat khususnya di wilayah kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten

Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Adakah Hubungan Peran Keluarga Sebagai Pengawas

Minum Obat dengan Kepatuhan Penderita Tuberkulosis Paru dalam Minum Obat

di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat

dengan Kepatuhan Penderita Tuberkulosis Paru dalam minum obat di wilayah

kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik demografi keluarga dari penderita

Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten

Bantul.

b. Diketahuinya peran keluarga sebagai pengawas minum obat terhadap

kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam minum obat di wilayah kerja

Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.

c. Diketahuinya tingkat kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam minum

obat di wilayah kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.

d. Diketahuinya keeratan hubungan peran keluarga sebagai pengawas minum

obat dengan kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam minum obat di

wilayah kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul.

Page 20: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan sumber

kepustakaan keperawatan medikal bedah dan keperawatan komunitas sebagai

acuan untuk mengetahui gambaran tentang hubungan peran keluarga sebagai

PMO terhadap kepatuhan penderita TB dalam minum obat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi STIKES A.yani

Dapat dipergunakan untuk menambah sumber kepustakaan keperawatan

medikal bedah dan keperawatan komunitas sebagai bahan bacaan dan

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Puskesmas Piyungan Kabupaten bantul

Sebagai bahan pertimbangan atau masukan untuk pengembangan strategi

DOTS dan pengembangan program-progam PMO di Puskesmas dan di

Kabupaten Bantul.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk melakukan penelitian-

penelitian lebih lanjut dengan variabel lain yang belum diteliti.

Page 21: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Kartikasari (2011) tentang Hubungan Peran Keluarga Sebagai

Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Penderita TB Paru di Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan.

Tujuan penelitiannya untuk mengetahui hubungan peran keluarga sebagai

pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan penderita TB dalam minum

obat. penelitian menggunakan desain deskriptif korelasional dengan

pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian kartikasari adalah

seluruh penderita TB yang ada dalam keluarga yang masih menjalani

pengobatan di Puskesmas Kedungwuni II. Tehnik pengambilan sampel adalah

total sampling sebanyak 31 orang. Penelitian kartikasari dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Kedungwuni II Pekalongan pada Desember 2010-Januari

2011. Hasil penelitian diperoleh nilai ρ=0.000 (<0,05) dan koefisien korelasi

0,591 yang berarti ada hubungan yang kuat antara peran keluarga sebagai

PMO dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB. Persamaan penelitian

Kartikasari dengan penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikatnya

sama (variabel bebasnya peran keluarga sebagai PMO sedangkan variabel

terikatnya adalah kepatuhan minum obat), tehnik desain yang digunakan sama

yaitu deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, tehnik

penggambilan sampel sama-sama menggunakan tehnik Total sampling.

Perbedaan penelitian kartikasari dengan penelitian ini adalah lokasi dan waktu

penelitian, kuesioner yang digunakan dan jumlah responden berbeda.

2. Penelitian Suhadi (2005) tentang Kepatuhan Minum Obat Penderita TB paru

di Kota Bengkulu. Tujuan penelitianya adalah untuk mengetahui kepatuhan

minum obat penderita Tb paru dan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan tersebut. Desain penelitian menggunakan desain penelitian Analitik

dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah seluruh penderita TB

yang sedang menjalani pengobatan di Kota Bengkulu yang berjumlah 137

orang. Tehnik pengambilan sampelnya adalah Purposive Sampling. Hasil

penelitian adalah variabel yang paling berperan terhadap kepatuhan minum

Page 22: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

obat penderita TB di Kota Bengkulu adalah pengetahuan, sikap, serta peran

PMO dan keluarganya. Peran PMO dan keluarganya mendapatkan koefisien

nilai (R² = 0,187) dan (Beta = 0.068). Persamaan penelitian suhadi dengan

penelitian ini adalah pada variabel terikatnya yaitu kepatuhan minum obat,

pendekatan sama-sama menggunakan cross sectional. Kuesioner peran

keluarga sebagai PMO dan kuesioner kepatuhan yang digunakan sama karena

pada penelitian ini mengadopsi dari penelitian Suhadi. Perbedaan penelitian

suhadi dengan penelitian ini adalah tehnik desain yang digunakan pada

penelitian suhadi menggunakan desain penelitian Analitik sedangkan

penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional, lokasi dan waktu

penelitian berbeda, hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

suhadi adalah tehnik pengambilan sampelnya, pada penelitian suhadi

menggunakan tehnik purposive sampling sedangkan penelitian ini

menggunakan tehnik total sampling.

Page 23: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Piyungan adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Bantul yang memiliki

luas 33.54 km2 dan merupakan 6,38% dari seluruh luas wilayah Kabupaten

Bantul. Secara administratif Kecamatan Piyungan terdiri atas 3 Desa, yang

terdiri dari 60 dusun dan 340 RT. Pusat tata pemerintahan terletak diantara

Desa Srimartani dengan Desa Srimulyo, sedangkan desa yang paling jauh dari

pusat kecamatan adalah Desa Sitimulyo dengan jarak sekitar 10 Km dari

Ibukota Kecamatan, wilayahnya merupakan perbukitan yang berbatasan

dengan Kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Pleret. Kecamatan Piyungan

berbatasan dengan Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul disebelah

timur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Banguntapan, sebelah

utara berbatasan dengan Kecamatan Prambanan dan Kecamatan Berbah

Kabupaten Sleman dan sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Dlingo

dan Kecamatan Pleret.

Di kecamatan Piyungan terdapat satu Puskesmas yang melayani

masyarakat dibidang kesehatan yaitu Puskesmas Piyungan. Salah satu

pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan Puskesmas Piyungan adalah

melaksanakan program pengobatan TB menggunakan strategi DOTS atau

pengawasan langsung minum obat oleh seorang PMO sejak tahun 1995.

puskesmas piyungan melakukan 3 upaya dalam rangka mencegah penularan

penyakit TB yaitu Pencegahan, Penemuan Penderita dan Pengobatan.

Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan kontak individu yang dekat

dengan penderita, Vaksinasi BCG dan KIE tentang penyakit TB. Penemuan

Penderita dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan labaratoris

kepada terduga atau suspek TB. Pengobatan yang dilakukan yaitu pengobatan

kategori I dan Kategori II yang lama pengobatan 2-6 bulan, penderita TB yang

menjalani pengobatan dipuskesmas piyungan diwajibkan untuk memiliki

Page 24: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

seorang PMO dari anggota keluarganya baik orang tua, anak atau suami/istri

yang mengawasi dan mendampingi selama pengobatan agar penderita patuh

dalam minum obat. Pengambilan obat dilakukan dipuskesmas oleh penderita

TB atau PMOnya yang kemudian dicatat di register TB pengambilan obat

untuk mengetahui apakah penderita mengambil obat sesuai jadwal yang

ditentukan oleh dokter di Puskesmas atau tidak.

2. Analisis Hasil Penelitian

a. Analisis Univariat

Hasil analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

responden dari subyek penelitian sehingga kumpulan data tersebut berubah

menjadi informasi yang berguna. Gambaran karakteristik responden

penelitian disajikan didalam tabel sebagai berikut:

1) Karakteristik Responden

Tabel 13 Distribusi Karakteristik Responden Penderita TB di Wilayah

Kerja Puskesmas Piyungan (N=25) Karakteristik responden Frekuensi Presentase (%)

Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

17

8

68

32

Usia

a. 15-25 Tahun

b. 36-45 Tahun

c. 46-55 Tahun

d. >55 Tahun

5

4

2

14

20

16

8

56

Pendidikan

a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SLTP/Sederajat

d. SLTA/Sederajat

e. Perguruan Tinggi

1

7

4

12

1

4

28

16

48

4

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa mayoritas responden adalah

laki-laki (68%); berusia diatas 55 tahun (56%); dan berlatar pendidikan

SLTA/Sederajat (48%).

Page 25: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

2) Karakteristik PMO

Tabel 14 Distribusi Karakteristik PMO Penderita TB di Wilayah Kerja

Puskesmas Piyungan (N=25)

Hubungan PMO dengan responden Frekuensi Presentase (%)

a. Orang Tua

b. Anak

c. Suami/Istri

3

7

15

12

28

60

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa mayoritas yang menjadi

PMO adalah Suami/Istri (60%).

3) Gambaran Peran Keluarga sebagai PMO

Tabel 15 Gambaran Peran Keluarga sebagai PMO Responden Penderita

TB di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan (N=25)

Gambaran Peran Keluarga Frekuensi Presentase (%)

Peran Keluarga sebagai PMO

a. Baik

b. Cukup

c. Kurang

21

4

0

84

16

0

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa mayoritas peran keluarga

sebagai PMO penderita TB dalam minum obat dalam kategori baik

(84%).

4) Gambaran Kepatuhan minum obat

Tabel 16 Kepatuhan Penderita TB di Wilayah Kerja Puskesmas

Piyungan (N=25)

Gambaran Kepatuhan Frekuensi Presentase (%)

Kepatuhan

a. Patuh

b. Tidak patuh

20

5

80

20

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa mayoritas responden patuh

dalam minum obat (80%).

Page 26: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

5) Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Kepatuhan

Minum Obat

Tabel 17 Karakteristik Responden dengan Kepatuhan penderita dalam

minum obat di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan (N=25)

Karakteristik Responden Patuh Tidak Patuh

F % F %

Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

13

7

52

28

4

1

16

4

Usia

a. 15-25 Tahun

b. 36-45 Tahun

c. 46-55 Tahun

d. >55 Tahun

3

4

1

12

12

16

4

48

2

0

1

2

8

0

4

8

Pendidikan

a. Tidak Sekolah

c. SD

d. SLTP/Sederajat

e. SLTA/Sederajat

f. Perguruan Tinggi

1

6

2

10

1

4

24

8

40

4

0

1

2

2

0

0

4

8

8

0

Pengawas Minum Obat

a. Orang Tua

b. Anak

c. Suami/Istri

1

6

13

4

24

52

2

1

2

8

4

8

Berdasarakan Tabel 17 diketahui bahwa mayoritas responden

yang patuh minum obat adalah laki-laki (52%); berusia diatas 55 tahun

(48%); berlatar pendidikan SLTA/Sederajat (40%); dan memiliki

seorang PMO Suami/Istri (52%). Sedangkan responden yang tidak

patuh mayoritas adalah laki-laki (16%); berusia diatas 55 tahun dan

berussia 15-25 tahun (8%); berlatar pendidikan SLTP/Sederajat dan

SLTA/Sederajat (8%) dan memiliki seorang PMO Suami/Istri atau

Orang Tua (8%).

b. Analisa Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas yaitu peran keluarga sebagai PMO dengan variabel

terikat yaitu kepatuhan minum obat. Uji stasistik yang digunakan

adalah Rank Spearman untuk mengetahui nilai koefisien korelasi atau

keeratan hubungan dari kedua variabel tersebut.

Page 27: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

Tabel 18. Hubungan Antara Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum

Obat Dengan Kepatuhan Penderita Tuberkulosis Paru Dalam Minum

Obat di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul

Kepatuhan Penderita Total

ρ

r

Peran

Keluarga

Patuh Tidak Patuh

F % F % F %

Baik 19 76,0 2 8,0 21 84,0

0,002

0,600 Cukup 1 4,0 3 12,0 4 16,0

Jumlah 20 80,0 5 20,0 25 100,0

Hasil analisis statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antaran peran keluarga sebagai PMO dengan kepatuhan

penderita TB dalam minum obat dengan nilai (ρ= 0,002 < 0,05). Untuk

keeratan hubungan antara peran keluarga sebagai PMO dengan

kepatuhan penderita TB dalam minum obat dilihat dari nilai

Correlation Coefficient sebesar 0,600 yang artinya mempunyai nilai

keeratan yang kuat (Sugiyono, 2014).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis penelitian ini, sebagian besar penderita TB paru

di Puskesmas Piyungan berjenis kelamin laki-laki (68%). Hasil Riskesda tahun

2013 menunjukkan bahwa diagnosis TB paru yang ditemukan berdasarkan jenis

kelamin yaitu laki-laki (0,4%) dibandingkan perempuan (0,3%). Profil kesehatan

Indonesia 2012 sebelumnya menunjukkan kasus BTA positif pada laki-laki

hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA positif pada perempuan. Sebesar

(59,4%) kasus BTA positif yang ditemukan berjenis kelamin laki-laki dan

(40,6%) berjenis kelamin perempuan (Kemenkes RI, 2013). Angka penemuan

kasus TB lebih tinggi dari pada laki-laki dibandingkan perempuan dapat

mencerminkan dari pajanan pada resiko infeksi (termasuk gaya hidup seperti

Page 28: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

merokok dan pekerjaan yang berasal dari polutan dari dalam atau ruangan) dan

progesivitas penyakit (Puspasari, 2014).

Apabila dilihat dari usia, mayoritas responden pada penelitian ini berada

pada kelompok umur 55 tahun keatas atau dikatakan kelompok umur lansia akhir

atau bisa dikatakan usia tidak produktif sebanyak 14 orang (56%). Pada kelompok

umur ini pengobatan TB diperumit dengan pengobatan untuk penyakit-penyakit

lain yang menyertai sehingga menyebabkan bertambahnya efek samping obat,

putus obat, dan meningkatnya kasus pengobatan ulang dan resistensi OAT. Hal ini

dapat dikarenakan berkurangnya absorbsi obat yang berhubungan dengan

perubahan fisiologis terkait usia dan kekuatan untuk melawan infeksi (Puspasari,

2014).

Tingkat umur pasien dapat mempengaruhi kerja efek obat, karena

metabolisme obat dan fungsi organ kurang efisien pada bayi dan umur tidak

produktif, sehingga dapat menimbulkan efek yang lebih kuat dan panjang pada

kedua kelompok umur ini (Amaliah, 2012). Terapi TB pada umur tidak produktif

(> 50 tahun) tidak mudah karena populasi lanjut usia tidak dapat diandalkan untuk

minum obat secara teratur, pada waktu yang tepat atau dalam dosis yang tepat,

terutama jika beberapa obat harus diminum secara bersamaan. Hal ini

dimungkinkan karena memori yang buruk, penglihatan yang buruk dan

kebingungan mental. Pasien lanjut usia sering menjadi apatis tentang pengobatan

mereka dan sering didapatkan kurangnya tekad atau keinginan untuk

menyelesaikan program pengobatan enam bulan. Suatu studi retrospektif

menunjukkan bahwa pasien TB paru lanjut usia hampir tiga kali lipat lebih

mungkin untuk bereaksi terhadap OAT dibandingkan dengan pasien-pasien umur

produktif (Kemenkes RI, 2014).

Mayoritas pendidikan responden pada penelitian ini adalah SMA/Sederajat

(48%). Tingkat kepatuhan responden pada penelitian ini diketahui baik, hal ini

disebabkan karena tingkat pendidikan responden tinggi yaitu berpendidikan

SMA/Sederajat. Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan

wawasan seseorang. Begitu juga dengan pendidikan kesehatan yang dapat

membuat seseorang mampu meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan

Page 29: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

individu serta melakukan perubahan secara sukarela dalam tingkah laku individu

(Notoatmodjo, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Farida (2013) menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah akan

menyebabkan pengetahuan dan wawasan seseorang kurang terhadap penyakit TB

sehingga akan mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang dalam minum obat.

Hasil karakteristik responden yang lain menunjukkan bahwa semua

penderita TB mempunyai seorang PMO dari anggota keluarganya masing-masing.

PMO keluarga bisa orang tua, anak, dan suami/istri. Mayoritas responden

memiliki PMO yaitu suami/istri sebesar (60%) hal ini menunjukkan bahwa PMO

suami/istri sangat efektif karena selain dekat dan tinggal serumah dengan

penderita juga mempunyai rasa kasih sayang yang sangat besar terhadap

pasangannya yang mendorong untuk mengawasi pasangannya agar cepat sembuh.

Namun hasil penelitian juga masih menunjukkan ada beberapa penderita TB yang

yang menyatakan peran keluarganya cukup (16%) dalam mengawasi dan

mendampingi selama pengobatan. Hal ini dapat berpengaruh pada ketidakpatuhan

penderita TB dalam minum obat. Peran PMO tidak bisa hanya dilihat dari sudut

pandang penderita saja karena banyak faktor yang akan mempengaruhi sikap

seorang PMO dalam mengawasi anggota keluarganya misalnya kesibukan, tidak

tinggal serumah, tingkat pengetahuan tentang TB yang kurang, usia atau penuaan

sehingga mempengaruhi daya ingat dan lain sebagainya (Kemenkes RI, 2014).

Untuk menunjang keefektifan PMO dalam mengawasi penderita TB puskesmas

perlu menyelenggarakan kegiatan semacam pelatihan-pelatihan untuk

meningkatkan wawasan dan keterampilan menjadi seorang PMO, diadakan

penyululuhan kepada anggota keluarganya atau diberi buku panduan tentang

PMO sehingga peran PMO dapat dicapai secara maksimal sehingga akan berefek

baik terhadap kepatuhan penderita TB dalam menjalani pengobatannya.

Anggota keluarga sangat efektif dan efisien dalam berperan terhadap

penyembuhan penderita TB karena tidak mengedepankan reward atau balasan

berupa materi sebagai imbalan jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan keluarga

yang didasari oleh pengabdian yang tulus, ikhlas, sabar, cinta, kasih sayang, dan

tanggung jawab sebagai implementasi nilai keyakinan. Keluarga juga merupakan

Page 30: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54

orang terdekat yang dapat memotivasi dan mengubah perilaku anggota

keluarganya (Marni, 2007).

Pada penelitian ini mayoritas peran keluarga sebagai PMO dalam kategori

baik (84%). Peran keluarga mempunyai andil besar dalam meningkatkan

kepatuhan pengobatan yaitu dengan adanya dorongan dan pengawasan kepada

penderita dalam minum obat, karena keluargalah yang berada paling dekat dengan

penderita. Pasien yang mempunyai peran keluarga sebagai pengawas minum obat

(PMO) baik maka akan semakin patuh pula pasien dalam minum obat, begitu pula

sebaliknya semakin kurang peran keluarga sebagai PMO maka semakin tidak

patuh pasien dalam minum obat.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan responden diketahui

mayoritas patuh terhadap pengobatan sebanyak 20 orang (80%) dan yang tidak

patuh ada 5 orang (20%). Dari hasil kuisioner yang diisi responden diketahui

bahwa ketidakpatuhan ini terutama dikarenakan pernah lupa minum obat, berhenti

minum obat karena merasa tidak batuk lagi, tidak teratur minum obat, atau merasa

malas minum obat tiap hari dengan jangka waktu yang relatif lama apalagi jumlah

obat yang harus diminum juga banyak memberikan efek samping seperti mual,

serta muntah sehingga membuat penderita malas dalam meminum obatnya,

disamping itu juga karena kurangnya pengawasan dari keluarga dan tingkat

pengetahuan yang kurang karena pendidikan yang rendah, faktor PMO yang

kurang mengawsi karena tidak tinggal serumah atau bahkan lupa mengingatkan

karena sibuk atau faktor penuaan. Oleh karena itu karakteristik PMO juga perlu

menjadi pertimbangan untuk menunjang keberhasilan pengobatan dinilai sangat

penting. Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) selama

bertahun-tahun terus dikembangkan untuk menjaga pengawasan langsung

terhadap kepatuhan pasien dalam minum OAT (Puspasari, 2014).

Pentingnya pengawasan langsung adalah untuk memastikan pasien

menyelesaikan pengobatan sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh

(Kemenkes RI, 2013). Hal ini didukung oleh pelayanan kesehatan yang diberikan

petugas Poli DOTS Puskesmas Piyungan yang telah menerapkan strategi DOTS

dalam memberikan pengobatan kepada pasien TB paru. Strategi DOTS terbukti

Page 31: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

secara ekonomis dan efisien, masyarakat terutama responden tidak terbebani oleh

biaya yang mahal sehingga perilaku kepatuhan dalam pengobatan TB paru dapat

meningkat namun hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada penderita TB

yang tidak patuh minum obat sehingga UPT Puskesmas Piyungan perlu

melakukan sosialisasi tentang fasilitas pengobatan gratis dan stategi DOTS

kepada masyarakat sehingga perilaku kepatuhan meningkat dan tingkat

ketidakpatuhan penderita menurun.

Kepatuhan dapat diartikan sebagai perilaku pasien secara

kognitif/intelektual yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan

oleh kalangan tenaga medis (Subhakti, 2014). Kepatuhan minum obat diukur

sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah diterapkan yaitu dengan

pengobatan lengkap. Kepatuhan pengobatan apabila kurang dari 90% maka akan

mempengaruhi kesembuhan. OAT harus diminum teratur sesuai jadwal, terutama

pada fase pengobatan intensif untuk menghindari terjadinya kegagalan

pengobatan serta terjadinya kekambuhan (Supriyono, Wardani & Meikawati,

2007).

Hasil korelasi antara peran keluarga sebagai pengawas minum obat dengan

kepatuhan penderita TB dalam minum obat menunjukkan r = 0,600, ρ < 0,05 yang

berarti ada hubungan yang kuat antara peran keluarga sebagai pengawas minum

obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB. Hubungan yang

kuat dalam penelitian ini berarti peran keluarga sebagai PMO berpengaruh

terhadap kepatuhan, namun tidak bisa dikatakan sangat kuat karena masih ada

beberapa faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan seseorang misalnya: sikap

atau motivasi, keyakinan, dukungan sosial, pemahaman tentang instruksi,

komunikasi, dan dukungan dari profesi kesehatan. Hasil penelitian ini relevan

pada populasi TB dengan PMO yang pernah dilakukan sebelumnya (Citra, 2010;

Istiawan, 2006; Pratomo, 2009).

Peran keluarga mempunyai andil besar dalam meningkatkan kepatuhan

pengobatan yaitu dengan adanya dorongan dan pengawasan kepada penderita

dalam minum obat, karena keluargalah yang berada paling dekat dengan

penderita. Pasien yang mempunyai peran keluarga sebagai pengawas minum obat

Page 32: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56

(PMO) baik maka akan semakin patuh pula pasien dalam minum obat, begitu pula

sebaliknya semakin kurang peran keluarga sebagai PMO maka semakin tidak

patuh pasien dalam minum obat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan peran PMO keluarga

dengan kepatuhan minum obat kepada penderita tuberkulosis paru menunjukkan

hubungan yang kuat. Pola hubungan yang terjadi adalah berpola positif artinya

semakin baik peran PMO keluarga,maka akan semakin tinggi pula kepatuhan

minum obat penderita TB.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini masih terdapat adanya adanya keterbatasan dalam

penelitan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, keterbatasan tersebut

diantaranya adalah:

1. Penelitian ini baru terbatas pada peran PMO dilihat dari sudut pendang

penderita TB saja, belum dilakukan penilaian khusus yang mengkaji peran

PMO secara langsung.

2. Peneliti belum mengkaji karakteristik PMO sehingga belum diketahui faktor-

faktor yang mempengaruhi PMO dalam mengawasi anggota keluarganya yang

menjalani pengobatan TB.

3. Variabel pengganggu belum dibatasi. Meliputi: Sikap atau motivasi, keyakinan,

dukungan sosial, pemahaman atau pengetahuan yang mumgkin ada pengaruh

terhadap kepatuhan penderita TB dalam minum obat.

4. Distribusi karakteristik ressponden tidak dapat digeneralisasikan karena tidak

mewakili seluruh populasi penderita TB yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas Piyungan.

Page 33: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, hipotesis penelitian ini diterima

dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden penelitian ini diketahui bahwa mayoritas responden

adalah laki-laki (68%); berusia diatas 55 tahun (56%); berlatar pendidikan

SLTA/Sederajat (48%); dan memiliki PMO seorang Suami/Istri (60%).

2. Sebagian besar responden memiliki peran PMO dalam kategori baik (84%).

3. Sebagian besar responden patuh minum obat (80%).

4. Ada hubungan yang signifikan antara peran keluarga sebagi pengawas

minum obat dengan kepatuhan penderita TB dalam minum obat di Wilayah

Kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul (r = 0,600, ρ < 0,05).

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahsan, dan kesimpulan penelitian tentang hubungan peran

keluarga sebagai pengawas minum obat dengan kepatuhan penderita TB dalam

minum obat di Wiayah Kerja Puskesmas Piyungan Kabupaten Bantul peneliti

menyarankan kepada:

1. Bagi Puskesmas Piyungan Bantul

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi puskesmas dalam

mengembangkan strategi DOTS dan memberikan promosi kesehatan terkait

kepatuhan pasien TB dalam menyelesaikan pengobatan hingga dinyatakan

sembuh dan peningkatan kemitraan dengan berbagai pihak terutama

Pengawas Minum Obat. Peneliti juga menyarankan agar pihak puskesmas:

a. Mempertimbangkan karakteristik anggota keluarga yang menjadi PMO,

untuk penderita TB lanjut usia maka disarankan PMO nya adalah

Page 34: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

58

anaknya yang pengetahuan dan daya ingatnya masih bagus dibandingkan

apabila pasangan yang menjadi PMOnya.

b. Perlu diadakan program pelatihan untuk PMO agar PMO mampu

memahami tugas dan perannya dengan baik serta mengetahui tentang

penyakit TB, pengobatan TB dan cara pencegahannya.

c. Pihak puskesmas juga perlu menyediakan buku panduan untuk PMO

untuk menambah wawasan dan pengetahuan agar PMO dalam

melaksanakan perannya sesuai dan dapat dilakukan secara maksimal.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti dapat mencoba meneliti tentang variabel pengganggu lain yang

mempengaruhi Peran keluarga sebagai pengawas minum obat dan kepatuhan

penderita TB lebih mendalam. Peran PMO perlu dilihat dari sudut PMO nya

secara langsung bukan hanya dari sudut pandang penderita TB saja. Perlu

juga dikaji tingkat kepatuhan penderita TB pengobatan selain Kategori I saja

seperti TB pengobatan kategori II, TB MDR, TB B-20, TB Anak dan lain

sebagainya

Page 35: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Daftar Pustaka

Aditama, T. (2005). Tuberkulosis Diagnosis, Terapi dan Masalahnya. Edisi 5.

Jakarta: YP-IDI

Amaliah, R. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungn dengan Kegagalan

Konversi Penderita Tb Paru BTA Positif Pengobatan Fase Intensif di

Kabupaten Bekasi Tahun 2010. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan

masyarakat Universitas Indonesia

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik

Keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu

Ardani, T.A., Rahayu L.T., dan Scholichatun, Y. (2007). Psikologi Klinis.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Arikunto, S. (2010). Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

__________ . (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta

Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Aziz, A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis

Data.Jakarta: Salemba Medika

Citra. (2010). Pengaruh Pengawas Menelan Obat (PMO) Oleh Keluarga

Terhadap Kepatuhan Minum Obat TBC di Wilayah Puskesmas Kasihan

Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhamadiyah Yogyakarta

Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI

Page 36: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Dinas Kesehatan DIY. (2015). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2015 (Data tahun 2014). Yogyakarta: Dinkes DIY

Dinkes Bantul. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2014. Bantul:

Dinkes Bantul

Farida. (2013). Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di Wilayah

Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara 2013. Skripsi. Deli serdang: Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Hidayat, A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika

Istiawan R. (2006). Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Oleh Keluarga dan

Petugas Kesehatan Terhadap pengetahuan, Perilaku pencegahan dan

Kepatuhan Klien TBC dalam Konteks Keperawatan Komunitas di

Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

Irianto, K. (2004). Gizi dan Pola Hidup Sehat, Cet.I. Bandung: Yrama Widya

Kaplan & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC

Kartikasari. (2011). Hubungan Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat

(PMO) dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB Paru di

Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Semarang:

Universitas Muhamadiyah Semarang

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Edisi 2.

Jakarta: Kemenkes RI

___________. (2011). Terobosan Menuju Akses Universal strategi Nasional

Pengobatan TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kemenkes RI

Page 37: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

____________. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kemenkes RI

____________. (2014). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Jakarta: Kemenkes RI

___________. (2015). Profil Kesehatan Indonesia (Data dan Informasi Tahun

2014). Jakarta: Kemenkes RI

Kurniawan. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Pengobatan Tuberkulosis Paru. Skripsi. Riau: Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Riau

Marni. (2007). Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) dalam

Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Skripsi.

Jakarta: Universitas Indonesia

Misnadiarly. (2006). Penyakit Infeksi TB Paru dan Ekstra Paru: Mengenal.

Mencegah, Menanggulangi TBC paru, Ekstra paru, Anak dan pada

Kehamilan. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Niven. (2008). Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat dan Profesional.

Jakarta : EGC

Noor, J. (2011). Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah.

Jakarta: Kencana.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

_____________. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta

Page 38: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

________. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Partomo. (2009). Hubungan Antara Peran Keluarga SebagaiPengawas Minum

Obat dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas

Grabag Purworejo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Muhamadiyah Purworejo

Purwanta., Erawatyningsih E., Subekti., dan Heru. (2009). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru.

Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, volume 25 no 3, halaman 117-124.

Puspasari, N. (2014). Karakteristik Pasien Tuberculosis yang Memperoleh

Pengobatan Kategori 2 di UP4 Provinsi Kalimantan Barat 2009-2012.

Skripsi. Kalimantan Barat: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

Raviglione. (2009). Tuberculosis Prevention, Care and Control, 2010-2015:

Framing Global and WHO Strategic Priorities. Report of the Ninth Meeting

9-11 November 2009. Geneva

Rusmani, A. (2002). Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru di RSUD

Dr. Donis Sylvanus Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah. Tesis.

Yogyakarta: UGM

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia

Press

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha

Ilmu

Setyowati, S dan Arita, M. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :

Mitra Cendekia

Page 39: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Somantri, I. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan sistem

Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Subhakti, K.A. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan

Penderita TB Paru Melakukan Kontrol Ulang di Puskesmas Sidomulyo.

Skripsi. Pekanbaru: Universitas Riau

Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K., Marcellus, dan Setiati S.

(2006). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

_________. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi

(Mixed Methods). Bandung : Alfabeta

Suhadi, A. (2005). Kepatuhan Minum Obat Penderita TB paru di Kota Bengkulu.

Tesis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

Supriyono, W.A., Wardani, R.S., dan Meikawati, W. (2007). Hubungan Faktor

Karakteristik, Cara Minum Obat dan Kedisiplinan Minum Obat TBC Paru

dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan Paket TBC Paru di Puskesmas

Ngembel Kulon Kabupaten Kudus tahun 2007. Jurnal Kesmas. Semarang:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Semarang

Taylor, S. E. (2009). Health Psychology Seventh Edition. New York, America:

Mcgraw-Hill.

Widyaningsih. N., Widjonarko. B., dan Prabamurti, P.N. (2006). Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Praktik Pengawas Menelan Obat (PMO) dalam

Pengawasan Penderita Tuberkulosis Paru di Kota Semarang. Skripsi.

Semarang: PKIP FKM Undip

Page 40: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/2594/1/Fatih Muhammad Nursito_2212081_nonfull.pdf · minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Wijaya & Putri. (2013). KMB 1 Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep.

Cetakan pertama. Yogyakarta : Nuha Medika

WHO. (2015). Global Tuberculosis Report. 20th

Edition. WHO