perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tenaga …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id weaving...

70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Sri Mulyati R.0208047 PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Upload: habao

Post on 06-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA

KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN

WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY

BANYUDONO BOYOLALI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Sri Mulyati

R.0208047

PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Page 3: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juni 2012

Sri Mulyati

R.0208047

Page 4: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

ABSTRAK

Sri Mulyati, R.0208047, 2012. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga

Kerja Shift Pagi dan Shift Malam di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo

Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi. Program Diploma IV Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang : PT Safarijunie Textindo Industry sebagai perusahaan tekstil

penghasil kain mentah menerapkan sistem kerja bergilir (shift work). Shift kerja

malam banyak menimbulkan keluhan kelelahan karena terpaksa melawan

cyrcardian rythm tubuh. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak perusahaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja

pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie

Textindo Industry.

Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional. Sampel diambil secara purposive sampling, sebanyak 139 orang

dari populasi yang memenuhi kriteria dan memenuhi syarat yaitu tenaga

perempuan; usia 25-45 tahun; masa kerja > 2 tahun yang sudah mengalami

aklimatisasi; bekerja di bagian weaving; bersedia menjadi responden dan sehat.

Variabel penelitian adalah shift work (shift pagi dan shift malam) dan kelelahan

kerja. Pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan Reaction Timer L77

Lakassidaya. Data disajikan dalam bentuk skor nilai, untuk mengetahui lebih

lanjut perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi dan shift malam maka

digunakan uji statistik Independent Sample T-Test.

Hasil : Sebanyak 2,8% tenaga kerja shift pagi mengalami kelelahan berat dan

tenaga kerja shift malam 11,8%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan

tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan (p=0,000 ≤ 0,01) antara shift pagi

dan shift malam.

Simpulan : Terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan

(p=0,000 ≤ 0,01) antara shift pagi dan shift malam. Saran bagi tenaga kerja

sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan oleh perusahaan, bisa

mengatur sendiri waktu istirahat dan waktu tidur untuk meminimalisasi terjadinya

kelelahan kerja, dan menyediakan waktu luang untuk istirahat yang cukup untuk

persiapan sebelum bekerja pada shift malam. Bagi perusahaan sebaiknya

menyediakan extra fooding untuk tenaga kerja pada shift malam untuk

memperlambat terjadinya kelelahan kerja.

Kata Kunci : Shift kerja, Kelelahan, Kerja Shift

Page 5: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

ABSTRACT

Sri Mulyati, R.0208047, 2012. Differences In The Level Of Work Fatigue

Between Morning Shift And Night Shift In The Section Weaving PT Safarijunie

Textindo Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi. Safety and Occupational Health

Study Program. Medical Faculty. University of Sebelas Maret Surakarta.

Background: Safarijunie Textindo Industry as a textile company which produces

raw fabric is applying a working system (work shift). Work shift primarily night

shift causes a lot of complaints of fatigue because the body is forced against its

cyrcardian rhythm. It needs attention from the corporate. The objective of this

study is to investigate the differences of work fatigue levels on the morning shift

workers and night shift at the Weaving Division of PT Safarijunie Textindo

Industry.

Method: This study is an observational analytic cross sectional approach.

Samples were taken by purposive sampling. A total of 139 people from the

population met the determined criteria and qualified are women workers; aged 25-

45 years old; working period> 2 years who have experienced acclimatization;

worked in the Weaving Division; willing to be respondent and healthy. Research

variables are work shift (morning shift and night shift) and work fatigue. Work

fatigue measurement used Lakassidaya L77 Reaction Timer. The data are

presented in the form of value score, to find out more about the differences

between the level of work fatigue the morning shift and night shift then the

Independent Sample T-Test statistically is used.

Result: 2.8% of employees in the morning shift experience severe fatigue and the

night shift 11.8%. The result of the statistical test shows very significant

differences in the level of work fatigue (p = 0.000 ≤ 0.01) between the morning

shift and the night shift.

Conclusion: There are significant differences of work fatigue levels (p = 0.000 ≤

0.01) between the morning shift and the night shift. The suggestion for workers

should taken advantage of breakers provided by the company, could set their our

time to rest and sleep to minimized the fatigue of work, and provided time for

adequate rest for preparation before working on night shift. For companies should

provided extra fooding for employees on the night shift to slow the fatigue of

work.

Key words : Work Shift, Fatigue, Shift Work

Page 6: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

PRAKATA

Bismillahirohmanirrokhim.

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift

Pagi dan Shift Malam di Bagian Weaving PT. Safarijunie Textindo Industry

Banyudono, Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka

menyelesaikan studi Diploma IV untuk mencapai gelar Sarjana Sains Terapan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, selain dukungan dan curahan kasih

sayang yang tiada hentinya dari kedua orang tuaku dan keluarga, penulis juga

telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan dr. S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku Ketua Program Diploma IV Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I Program Diploma

IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Hardjanto, dr., MS., Sp.Ok. selaku Dosen Pembimbing II Program

Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Isna Qodrijati, dr., M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan

masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma IV

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Keluarga besar PT Safarijunie Textindo Industry yang telah memberi ijin

untuk tempat penelitian serta Bapak Edi Ratman dan Bapak Tritanto dari PT

Safarijunie Textindo Industry terimakasih atas bimbingannya.

8. Keluargaku tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi baik

material maupun nonmaterial sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

ini dengan lancar.

9. Semua teman-teman angkatan 2008 Program Diploma IV Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuannya.

Page 7: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat

bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

Sri Mulyati

Page 8: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

PERNYATAAN ............................................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

ABSTRACT ..................................................................................................... v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6

B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 30

C. Hipotesis ................................................................................... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 32

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 32

C. Populasi Penelitian ................................................................... 32

D. Teknik Sampling ...................................................................... 32

E. Sampel Penelitian ..................................................................... 33

F. Desain Penelitian ...................................................................... 34

G. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................ 34

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 35

Page 9: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

I. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 36

J. Sumber Data ............................................................................. 38

K. Teknik Analisis Data ................................................................ 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 40

A. Gambaran Umum perusahaan .................................................. 40

B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 42

C. Hasil Penelitian Waktu Kerja Shift ........................................... 46

D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja .......................................... 47

E. Uji Perbedaan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi

dan Shift Malam ........................................................................ 48

BAB V. PEMBAHASAN .............................................................................. 49

A. Karakteristik Subjek penelitian ................................................ 49

B. Analisa Univariat ...................................................................... 50

C. Analisa Bivariat ........................................................................ 55

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 58

A. Simpulan ................................................................................... 58

B. Saran ......................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN

Page 10: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden ........................................... 42

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden .................................. 44

Tabel 4.3. Distribusi Beban Kerja Responden di Bagian Weaving

PT Safarijunie Textindo Industry .................................................... 45

Tabel 4.4. Distribusi IMT................................................................................. 46

Tabel 4.5. Distribusi Kelelahan Kerja Responden ........................................... 47

Page 11: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 30

Gambar 2. Desain Penelitian ............................................................................ 34

Page 12: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Masa Kerja Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian

Weaving PT Safarijunie Textindustry

Lampiran 2. Data Status Gizi Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo Industry

Lampiran 3. Data Umur Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo Industry

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Responden Bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo Industry

Lampiran 5. Uji Independent T-Test Kelelahan Kerja

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Page 13: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industrialisasi diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan

bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit, namun demikian,

penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan beraneka

ragam dan kompleks sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusia.

Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah

seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan

timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah

banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha,

tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas (Tarwaka, 2004).

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja mengupayakan agar risiko

bahaya dapat diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap

lingkungan atau tempat kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga

kerja agar terhindar dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan

(Budiono, 2003).

Secara umum, terdapat dua golongan penyebab kecelakaan yaitu

tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human acts) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition)

(Suma’mur, 2009).

1

Page 14: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan

oleh manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi

kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati dan Imam,

2008).

Penggunaan sumber daya secara optimal dalam rangka meningkatkan

produksi dituntut oleh dunia industri sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini

memberikan konsekuensi terhadap perpanjangan jam kerja pekerja dan salah

satunya adalah dengan mempekerjakan pekerja melampaui waktu yang telah

ditetapkan dan atau memberlakukan shift kerja (Setyawati, 2010). Penelitian

yang dilakukan oleh Akbar Sharifian, dkk (2009), shift kerja malam hari

merupakan kondisi yang dapat menghambat kemampuan adapatasi pekerja

baik dari aspek biologis maupun sosial. Bekerja pada shift malam jauh lebih

cenderung memiliki efek buruk terhadap kesehatan akibat dari pekerjaan itu

karena dapat mengganggu cyrcadian rhytms.

Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan

oleh manusia adalah stres dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi

kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati dan Imam,

2008). Menurut Wicken (2004) dalam Setyawati (2010), kelelahan dapat

disebabkan oleh kondisi tubuh lelah baik secara fisik ataupun mental

mengakibatkan kualitas kerja menurun, kinerja kerja menjadi lambat, susah

menyelesaikan masalah dan mengalami kesulitan untuk fokus. Salah satu

penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain

dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada

Page 15: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

cyrcardian rhytm akibat jet lag atau gangguan fisik akarena perubahan jam

biologis tubuh. Sharpe (2007) dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa

tenaga kerja pada shift malam memiliki risiko 28% lebih tinggi mengalami

cidera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi,

gangguan tidur dan kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari

kesalahan manusia.

PT Safarijunie Textindo Industry adalah sebuah perusahaan yang

bergerak di bidang industri tekstil berada di daerah Boyolali. PT Safarijunie

Textindo Industry berproduksi untuk weaving dan finishing yang berupa

scouring bleaching. PT Safarijunie Textindo Industry mempunyai tenaga

kerja berjumlah 1221 orang yang dibagi menjadi beberapa di bagian produksi

dan office. Proses produksi di PT Safarijunie Textindo Industry beroperasi

selama 24 jam yang terdiri dari 3 shift yaitu shift pagi berlangsung dari pukul

07.00-15.00 WIB, shift siang berlangsung dari pukul 15.00-23.00 WIB, dan

shift malam berlangsung mulai pukul 23.00-07.00 WIB. Demikian juga di

bagian weaving dibagi menjadi 3 shift yang masing-masing shift terdiri dari

82 orang. Dalam proses weaving terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap

persiapan, warping, sizing, reaching, pirn winder, tying, loom, dan inspecting

yang meliputi proses manding, inspecting dan grading untuk menghasilkan

hasil produk yang berupa kain setengah jadi. Dari tahap-tahap proses tersebut

tenaga kerja dituntut untuk bekerja lebih maksimal sehingga tenaga kerja

mengalami kelelahan kerja.

Page 16: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Berdasarkan survai awal pada bulan Januari 2012 dilakukan

pengukuran kelelahan kerja terhadap 12 orang tenaga kerja bagian Weaving,

pada masing-masing shift kerja berjumlah 4 orang, diperoleh hasil rata-rata

skor kelelahan kerja sebagai berikut : shift pagi 265,59 milidetik, shift siang

286,36 milidetik, shift malam 493,60 milidetik. Hasil pengukuran tersebut

menunjukkan nilai yang berbeda. Perbedaaan ekstrim terdapat pada kelelahan

shift pagi dan shift malam. Selain itu terdapat keluhan dari tenaga kerja shift

malam yaitu mengantuk. Pada penelitian sebelumnya oleh Khasanah (2011)

di PT Triangga Dewi Surakarta menunjukkan ada perbedaan tingkat

kelelahan kerja yang signifikan antara shift pagi yaitu 503,94 milidetik dan

shift malam yaitu 556,01 milidetik.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti akan mengadakan

penelitian mengenai perbedaan tingkat kelelahan kerja pada shift pagi, dan

shift malam pada tenaga kerja di bagian weaving PT Safarijunie Textindo

Industry, Banyudono, Boyolali.

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi, dan shift

malam pada tenaga kerja di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo

Industry, Banyudono, Boyolali?

Page 17: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tenaga

kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo

Industry.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Diharapkan penelitian ini sebagai pembuktian bahwa terdapat perbedaaan

tingkat kelelahan kerja pada shift pagi dan shift malam kerja di bagian

weaving PT Safarijunie Textindo Industry.

2. Aplikatif

a. Diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan untuk mengelola

manajemen shift kerja yang lebih baik agar dapat mengurangi tingkat

kelelahan kerja.

b. Diharapkan dapat mengendalikan tingkat kelelahan kerja di PT

Safarijunie Textindo Industry.

Page 18: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Shift kerja

a. Pengertian

Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai

pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana

yang biasa dilakukan (Setyawati, 2010).

Shift kerja dapat bersifat permanen atau temporer menurut kebutuhan

tempat kerja yang bersangkutan yang direkomendasi oleh manajemen

perusahaan yang bersangkutan yang bahkan sangat sering tidak beraturan

(Setyawati, 2010).

b. Pembagian shift kerja

Pada Journal The Design of Shift Systems (Knauth, 1993),

dikemukakan bahwa terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan

dalam penentuan shift kerja :

1) Jenis shift kerja pagi, atau siang, atau malam.

2) Panjang waktu tiap shift kerja.

3) Waktu dimulai dan diakhirinya suatu shift

4) Distribusi waktu istirahat

5) Arah perubahan shift kerja

6

Page 19: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Disamping itu ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain

shift kerja menurut Nurmianto (2002) antara lain:

1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang

berurutan.

2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut-

turut (seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur).

3. Sediakan libur akhir pekan (setidaknya 2 hari).

4. Rotasi shift mengikuti matahari.

5. Buat jadwal yang sederhana dan mudah diingat.

Macam shift kerja ada dua macam, yaitu shift kerja berputar

(berotasi) dan shift kerja tetap (permanen). Dalam merancang shift kerja

ada dua hal utama yang harus diperhatikan, yaitu bahwa kekurangan

istirahat atau tidur hendaknya ditekan sekecil mungkin sehingga dapat

mengurangi kelelahan kerja disamping menyediakan waktu untuk

keharmonisan kehidupan keluarga maupun kontak sosial dengan

masyarakat (Nurmianto, 2008).

Menurut Nurmianto (2008), ada beberapa saran yang harus

diperhatikan dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu bahwa pekerja

yang berumur di bawah 25 tahun dan diatas 50 tahun dan pekerja yang

memiliki kecenderungan mudah sakit perut, serta memiliki emosi yang

labil disarankan untuk tidak dipekerjakan pada shift kerja malam. Pekerja

yang bertempat tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di

lingkungan yang ramai seyogyanya tidak dipekerjakan pada shift kerja

Page 20: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

malam. Menurut Kuswadji (1997), pergantian sistem shift kerja tiga

rotasi biasanya pada pukul 06.00-14.00, pukul 14.00-22.00, dan pukul

22.00-06.00; sebagian lain pergantian pukul 07.00-15.00, pukul 15.00-

23.00, atau pukul 08.00-16.00, pukul 16.00-24.00. Diutarakan pula

bahwa rotasi yang pendek lebih baik daripada rotasi yang panjang dan

sebaiknya dihindarkan kerja malam secara terus menerus. Rotasi yang

baik adalah 2-2-2, yaitu kerja pagi hari dua kali dilanjutkan kerja siang

hari dua kali dan malam hari dua kali (rotasi ini disebut metropolitan

rota) atau 2-2-3, yaitu kerja di pagi hari dua kali dilanjutkan kerja siang

hari dua kali dan malam hari tiga kali (rotasi ini disebut continetal rota)

dimana shift kerja malam selama tiga hari berurut-turut harus diikuti

istirahat lebih dari 24 jam atau istirahat dua hari. Perencanaan shift kerja

yang baik adalah apabila harus bertugas melampaui akhir pekan,

seyogyanya pada kesempatan lain diupayakan pemberian dua hari libur

di akhir pekan dan tiap jadwal shift kerja diberikan satu kali waktu

istirahat yang cukup (30-60 menit) untuk makan dan relaksasi serta

keperluan pribadi yang lain.

Menurut awal dan akhir jam shift work, lama satu shift, dan

keteraturan sistem (Kuswadji, 1997) dapat dibagi sebagai berikut:

a. Sistem 3 shift biasa

Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama

selama 24 jam: dinas pagi antara pukul 06.00-14.00, dinas sore

Page 21: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

antara pukul 14.00-22.00, dan dinas malam antara pukul 22.00-

06.00.

b. Sistem Amerika

Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 08.00-16.00, dinas sore

antara pukul 16.00-24.00 dan dinas malam antara pukul 24.00-08.00.

Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial.

Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore.

Setiap shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit

sekali dalam sehari.

c. Sistem 12-12

Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-12. Selama

12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara

07.00-19.00 dan 19.00-07.00. Satu minggu kerja siang dan satu

minggu kerja malam. Bila pekerjaan shift dilakukan selama ini,

masing-masing shift baik siang atau malam, harus diikuti dengan

istirahat dua hari.

Menurut Suma’mur (2009) dalam soal periode kerja siang atau

malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam.

Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai

berikut:

a. Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh kerja pada

malam hari dan tidur pada siang hari. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga

kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja

Page 22: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

demikian. Hal ini mudah dibuktikan dari pengukuran-pengukuran

suhu badan, nadi, tekanan darah dan lain-lain dari orang yang bekerja

malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja siang hari

(Suma’mur, 2009).

b. Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat beradaptasi, bahkan

banyak aspek yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja

malam tidur siang. Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin

dan klorida darah dapat menyesuaikan diri dengan keperluan kerja

malam tidur siang, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium, sulfur,

fosfor, mangan, dan lain-lain sangat kukuh terikat kepada sel-sel,

sehingga dengan pergantian waktu kerja siang oleh malam tidak dapat

dipengaruhinya. Dengan kata lain, metabolisme zat-zat terakhir tidak

dapat diserasikan dengan keperluan kerja malam (Suma’mur, 2009).

c. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Penyebabnya antara

lain adalah faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan.

Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf

parasimpatis dibanding dengan kerja syaraf simpatis pada malam hari.

Padahal seharusnya untuk bekerja, syaraf simpatis harus melebihi

kekuatan syaraf parasimpatis (Suma’mur, 2009).

d. Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada

siang harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan

gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang,

dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat

Page 23: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

diubah seluruhya menurut kebutuhan, yaitu terbangun oleh dorongan

lapar atau buang air kecil yang relatif lebih banyak pada siang hari

(Suma’mur, 2009).

e. Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada saat

tenaga kerja bekerja malam hari dan tidur pada siang hari. Dengan

demikian jumlah makanan yang diambil relatif lebih sedikit,

sedangkan pencernaan kurang bekerja semestinya (Suma’mur, 2009).

f. Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat

antara lain penurunan berat badan (Suma’mur, 2009).

g. Selain masalah biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai

reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap

gangguan tubuh akibat ketidakserasian badani kepada pekerjaan

malam. Akibat dari itu, keluhan-keluhan akan ditemukan relatif sangat

banyak pada kerja malam (Suma’mur, 2009).

h. Pengaruh-pengaruh kerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin

panjang giliran kerja malam, makin besar efek dimaksud (Suma’mur,

2009).

2. Kelelahan

a. Pengertian Kelelahan

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda tetapi

semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan

tubuh akibat melakukan suatu pekerjaan meliputi sensasi kelelahan,

Page 24: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

motivasi, aktivitas mulai turun sampai tidak kuat lagi bekerja (Suma’mur,

2009).

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar

tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan

setelah istirahat. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang

sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Tenaga kerja

yang mengalami kelelahan akan mengalami: penurunan motivasi kerja,

kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan, berkurangnya dorongan

atau kemauan untuk bekerja sehingga menyebabkan kecelakaan dalam

bekerja (Tarwaka, 2004).

Grandjean (1988), menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya

kelelahan di industri sangat bervariasi dan untuk memelihara atau

mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus

dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi

terutama selama waktu tidur malam tetapi periode istirahat dan waktu-

waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.

b. Jenis-jenis kelelahan

1) Menurut Depkes (2002) kelelahan ada tiga jenis, antara lain :

a) Kelelahan Fisik

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana

masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performancenya

seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang

setelah istirahat dan tidur yang cukup.

Page 25: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b) Kelelahan yang Patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita,

biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.

c) Psikologis dan Emotional Fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan

merupakan jenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada

penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja

akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

2) Menurut Suma’mur (2009) dan Tarwaka (2004) terdapat dua jenis

kelelahan menurut proses terjadinya, yaitu :

a) Kelelahan otot

Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor atau rasa

nyeri yang terdapat pada otot.

b) Kelelahan umum

Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan

untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan

sentral atau kondisi psikis-psikologis. Akar masalah kelelahan

umum adalah monotoninya tenaga kerjaan, intensitas dan

lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan

kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadan lingkungan

yang berada dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung

jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta

kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.

Page 26: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3) Menurut Ramandhani (2003), berdasarkan waktu terjadinya

kelelahan, kelelahan dibagi menjadi :

a) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau

seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara

tiba-tiba.

b) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang

hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi

sebelum melakukan tenaga kerjaan, seperti perasaan

“kebencian” yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain

itu timbulnya keluhan psikosomatis antara lain meningkatnya

ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah

penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur,

masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal.

c. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Ramandhani (2003), gambaran mengenai gejala

kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain:

1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing.

2) Kurang mampu berkonsentrasi.

3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan.

4) Persepsi yang buruk dan lambat.

5) Berkurangnya gairah untuk bekerja.

6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Page 27: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Gilmer (1966) dan Cameron (1973) dalam Setyawati (2010)

menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut

:

1. Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti

penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan

persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan

lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.

2. Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala di atas adalah sakit

kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu

makan serta gangguan pencernaan.

Menurut Suma’mur (2009) suatu daftar gejala atau perasaan atau

tanda yang ada hubungannya dengan kelelahan adalah :

1) Perasaan berat di kepala

2) Menjadi lelah seluruh badan

3) Kaki merasa berat

4) Menguap

5) Merasa pikiran kacau

6) Mengantuk

7) Merasa berat pada mata

8) Kaku dan canggung dalam gerakan

9) Tidak seimbang dalam berdiri

10) Mau berbaring

11) Merasa susah berpikir

Page 28: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

12) Lelah bicara

13) Gugup

14) Tidak dapat berkonsentrasi

15) Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu

16) Cenderung untuk lupa

17) Kurang kepercayaan diri

18) Cemas terhadap sesuatu

19) Tidak dapat mengontrol sikap

20) Tidak dapat tekun dalam melakukan tenaga kerjaan

21) Sakit di kepala

22) Kekakuan di bahu

23) Merasa nyeri di punggung

24) Merasa pernafasan tertekan

25) Merasa haus

26) Suara serak

27) Merasa pening

28) Spasme kelopak mata

29) Tremor pada anggota badan

30) Merasa kurang sehat

Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan

melemahnya kegiatan, 11-20 melemahnya motivasi dan 20-30 gambaran

kelelahan fisik sebagai akibat dari keadan umum yang melelahkan.

Page 29: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

d. Parameter Kelelahan Kerja

Parameter yang pernah diungkapkan oleh beberapa peneliti untuk

mengukur kelelahan kerja ada bermacam-macam antara lain :

1. Pengukuran waktu reaksi

Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang

tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut.

Waktu reaksi ini merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal

atau reaksi yang memerlukan koordinasi (Setyawati, 2010). Dalam

pengukuran dengan waktu reaksi ini terdapat kriteria kelelahan yaitu

:

a) Normal : waktu reaksi 150,0-240,0 milidetik

b) Kelelahan Kerja Ringan (KKR): waktu reaksi 240,0 < x < 410,0

milidetik.

c) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0

milidetik.

d) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 milidetik

(Setyawati 2010).

2. Uji Finger-tapping ( uji ketuk jari)

Uji finger-tapping adalah mengukur kecepatan maksimal

mengetuk jari tangan dalam suatu periode waktu tertentu. Uji ini

sangat lemah karena banyak faktor yang sangat berpengaruh dalam

proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini tidak dapat dipakai

Page 30: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

untuk menguji kelelahan kerja yang bermacam-macam pekerjaan

(Grandjean, 1988).

3. Uji Flicker-fusion

Uji flicker-fusion adalah pengukuruan kecepatan berkelipnya

cahaya atau lampu yang secara bertahap ditingkatkan sampai

kecepatan tertentu sampai cahaya tampak berbaur sebagai cahaya

yang kontinyu (Grandjean, 1988). Uji ini digunakan untuk menilai

kelelahan mata saja.

4. Uji Critical Flicker-fusion

Uji critical flicker–fusion adalah modifikasi uji flicker fusion.

Uji ini digunakan untuk pengujian kelelahan mata yang berat, dan

dengan mempergunakan flicker tester (Oshahi dan Kikuchi, 1976

dalam Setyawati, 2010).

5. Uji Bourdon Wiersma

Uji Bourdon Wiersma adalah pengujian terhadap kecepatan

bereaksi dan ketelitian. Uji ini dipakai untuk menguji kelelahan pada

pengemudi (Manuaba dan Nala, 1971 dalam Setyawati, 2010).

6. Skala Kelelahan Industrial Fatigue Research Committe (IFRC)

Skala IFRC yang di desain untuk pekerja dengan budaya

Jepang ini merupakan angket yang mengandung tiga puluh macam

perasaan kelelahan yang dirasakan seorang pekerja dan tiap butir

pernyataan dalam skala IFRC tidak dapat dievaluasi hubungannya

(Kashiwagi, 1971 dalam Setyawati, 2010). Uji kelelahan yang lain

Page 31: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

yaitu skala Kashiwagi yang terdiri atas 20 butir pertanyaan yang

mengandung dimensi pelemahan aktivitas dan motivasi. Terhadap

kedua skala kelelahan ini Kogi dan Saito (1971) dalam Setyawati

(2010) memberikan tanggapannya dan menyebutkan bahwa kedua

skala ini tidak merupakan pendekatan yang menentukan karena

dengan kedua skala ini tidak diperoleh hasil yang menggambarkan

faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahaan kerja maupun kriteria-

kriteria lain yang mendukung. Diutarakan pula bahwa perlu

dilakukan survei psikososial dan ekologi diantara para pekerja untuk

mengetahui sebab kelelahan kerja serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

7. Pemeriksaan tremor pada tangan

Cara ini tidak dapat dipakai untuk mengukur kelelahan pada

tiap orang maupun pada tiap pekerjaan karena adanya tremor pada

tangan dapat terjadi tidak saja pada kelelahan tetapi juga dapat

terjadi sebagai bagian dari penyakit tertentu. (Sutarman, 1972 dalam

Setyawati, 2010)

8. Metode Blink

Metode Blink adalah pengujian untuk kelelahan tubuh secara

keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata yang

terkejap secara cepat dan berulang-ulang (Fukui dan Marioka, 1971

dalam Setyawati, 2010). Cara ini pun tidak dapat untuk menguji

jenis kelelahan kerja pada tiap pekerjaan.

Page 32: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

9. Ekskresi katekolamin

Pada kasus kelelahan ekskresi katekolamin tidak selalu

meningkat. Pada pekerjaan beberapa macam pekerjaan yang

mengalami kelelahan kerja tidak terjadi peningkatan ekskresi

katekolamin (Johanson, 1978 dan Frankenhaeuser et.al, 1983 dalam

Setyawati, 2010)

10. Stroop test

Dalam uji ini peserta diminta untuk membaca nama-nama

warna tertulis kata-kata secara independen dari warna-warna tinta.

Pada uji ini dianggap untuk mengukur perhatian selektif, fleksibilitas

kognitif dan kecepatan pemprosesan (Wim Van der Elst et.al, 2006).

Stroop test ini biasa digunakan untuk menyelidiki kemampuan

psikologis seseorang. John Ridley Stroop (1935), membandingkan

waktu yang digunakan untuk membaca kata-kata hitam dan waktu

yang dibutuhkan untuk penanaman warna yang bertentangan dengan

kata-kata tertulis.

11. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

KAUPK2 adalah suatu alat untuk mengukur indikator

perasaan kelelahan kerja yang telah di desain oleh Setyawati

(Setyawati, 2010) khusus bagi pekerja Indonesia. KAUPK2 ada tiga

macam yaitu KAUPK I, KAUPK2 II, KAUPK III yang masing-

masing terdiri atas 17 butir pertanyaan, yang telah teruji kesahihan

Page 33: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dan kehandalannya untuk mengukur perasaan kelelahan kerja baik

pada shift kerja pagi, shift kerja siang maupun shift kerja malam.

e. Pencegahan Kelelahan Kerja

Menurut Ramandhani (2003) untuk mencegah memburuknya

kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar :

1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk.

2) Merubah metode kerja menjadi efesien dan efektif.

3) Menerapkan penggunaan peralatan dan peranti kerja yang memenuhi

standar ergonomi.

4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup.

5) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman.

6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara

periodik.

7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan

manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

f. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja

Sebagaimana diketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari,

kelelahan yang kita kenal mempunyai beragam penyebab yang berbeda

(Ramandhani, 2003), namun secara umum penyebab kelelahan sebagai

berikut :

1) Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis

2) Masalah lingkungan kerja

3) Irama detak jantung

Page 34: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

4) Masalah-masalah fisik

5) Nyeri dan kesehatan

6) Gizi/nutrisi

Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh

manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan

seseorang berhenti bekerja (beraktivitas). Kelelahan dapat diatasi dengan

beristirahat untuk menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan tidak segera

diatasi dan pekerja dipaksa untuk terus bekerja, maka kelelahan akan

semakin parah dan dapat mengurangi produktivitas pekerja. Kelelahan

sama halnya dengan keadaan lapar dan haus sebagai suatu mekanisme

untuk mendukung kehidupan (Suma’mur, 2009).

g. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya Kelelahan

Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya

kelelahan sebagai berikut :

a. Faktor Internal

1) Usia

Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan

ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, 2004). Pada usia muda

proses-proses di dalam tubuh sangat besar dan kemudian

menurun lambat-lambat menurut umur (Suma’mur, 2009).

Setyawati (2010) menyatakan bahwa pekerja shift malam

dianjurkan yang berusia lebih dari 25 tahun dan kurang dari 50

tahun.

Page 35: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2) Jenis Kelamin

Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya,

kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui

ukuran tubuh dan kekuatan otot dari yang wanita relatif kurang

jika dibandingkan pria sehingga akan lebih cepat lelah

(Suma’mur, 2009).

3) Psikis

Menurut Ramandhani (2003), Tenaga kerja yang

mempunyai masalah psikologis amatlah mudah mengidap suatu

bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi

psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu, suatu kerja

yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau

waktu yang tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan

biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar.

4) Kesehatan

Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu

pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan

tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, (2000)

dalam Jati, (2010)).

5) Status gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan

tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan

untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan

Page 36: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja

dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan

(Suma’mur, 2009).

Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan

menghitung Indeks massa Tubuh (IMT) dengan rumus :

Tabel 2. Kategori IMT

NO Kategori IMT

1 Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

2 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

3 Normal 18,5 – 25,0

4 Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0

5 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sumber : I Dewa Nyoman Supariasa, 2002

6) Sikap Kerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya

terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan

produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah

dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang

melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja

dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran

tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi

IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Berat Badan (Kg)

Page 37: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini

akan menyebabkan kelelahan (Ramandhani, 2003). Bekerja

dalam kondisi yang tidak alamiah dapat menimbulkan berbagai

masalah, antara lain: nyeri, kelelahan dan bahkan kecelakaan.

b. Faktor Eksternal

1) Beban kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.

Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial.

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam

hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang

lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial

(Suma’mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus

kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari

pembebanan kerja yang berlebihan (Ramandhani, 2003).

2) Penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja

melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa

upaya yang tidak diperlu. Lebih dari itu, penerangan yang

memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan

keaadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan (Hapsari,

2003) adalah:

Page 38: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi

kerja.

b) Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala

sekitar mata.

c) Kerusakan indera mata

d) Kelelahan mental

e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan.

3) Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak

dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat

menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran.

Kebisingan akan mempengaruhi sistem pencernaan, sistem

kardiovaskuler, atau sistem faal tubuh lainnya sehingga

mempercepat kelelahan (Suma’mur, 2009).

4) Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan

menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh

mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam

bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan

keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya

dengan baik. Masa kerja seseorang berkaitan dengan

pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama bekerja pada

Page 39: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang

berkaitan dengan bidangnya (Nitisemito,1996 dalam Jati, 2010).

5) Monotoni

Monotoni merupakan suatu kerja yang berhubungan

dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu, dan

dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh

suatu produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan

monoton adalah kemunduran dari kapasitas kerja dan

produktivitas (Pusparini, 2003).

3. Hubungan Antara Shift Work dengan Kelelahan

Menurut Vitaterna (2001), Salah satu penyebab dari kelelahan

yaitu gangguan tidur. Gangguan tidur sangat berhubungan dengan circadian

rhythms. Siklus circadian rhythms mengatur perubahan berirama dalam

perilaku atau fisiologis tubuh. Perubahan ini diatur oleh jam biologis tubuh.

Bagian yang mengatur fisiologi tubuh dalam siklus circadian rhythms antara

lain : suhu tubuh, sel saraf, hipotalamus, plasma darah, dan ginjal.

Circadian rhythms dapat mengalami gangguan akibat jet lag, menggeser

jam kerja, dan kurang tidur. Hal tersebut dapat mengganggu tubuh antara

lain : gangguan fungsi kognitif, fungsi hormonal, gangguan gastrointestinal.

Dalam pengaturan pola kerja dan istirahat ini, secara alami tubuh kita

mempunyai pengaturan waktu biologis yang mengatur organisasi internal

tubuh seperti : metabolisme, detak jantung, pernapasan, proses pencernaan

Page 40: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

makanan. Selain itu juga mengatur organisasi eksternal tubuh seperti :

bekerja dan tidur.

Menurut Granjean (1988) sebagaimana diketahui, bahwa sejak

dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada siang hari seluruh

bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan

istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh

kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut

dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm. Internal timekeeper

inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan

proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada siang hari

mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam

hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbullah rasa kantuk, sehingga

kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.

Menurut Minor dan Waterhouse (1985) dalam Nurmianto (2008),

fungsi tubuh yang ditandai dengan cyrcardian adalah tidur, kesiapan untuk

bekerja, dan banyak proses otonom, vegetatif seperti metabolisme,

temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia

yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur. Cyrcardian

rhythm yang sudah sangat dikenal adalah ritme temperatur tubuh, yang

menunjukkan fluktuasi harian yang berkisar 0,50C yang merupakan sisi lain

nilai pokok dari 370C. Siklus mencapai titik terendah sekitar pukul 04.00,

dan mulai meningkat lagi sekitar pukul 06.00 (umumnya sebelum seseorang

bangun) dan meningkat tajam sampai tengah hari dan lebih lambat

Page 41: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

sesudahnya. Temperatur puncak dicapai di titik manapun antara tengah hari

dan malam hari, tetapi paling banyak antara pukul 18.00 dan 21.00. Mulai

pukul 22.00 dan seterusnya, temperatur mulai menurun secara tajam.

Terdapat perubahan siklus yang hampir sama dalam jantung, pernapasan

dan fungsi kelenjar ginjal, tekanan darah, sekresi endokrin yang bermacam-

macam dan sebagainya meskipun mencapai puncak dan lembah pada waktu

yang berbeda.

Page 42: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

B. Kerangka Pemikiran

Faktor Internal :

- Jenis kelamin

- Usia

- Psikis

- Sikap kerja

- Status Gizi

- Kesehatan

Faktor eksternal :

- Monotoni

- Masa kerja

- Beban kerja

- Penerangan

- Kebisingan

shift

malam

Cyrcadian Rhythm

Fungsi tubuh

menurun

Kelelahan kerja

shift

pagi

Fungsi tubuh

bekerja

Tubuh dipaksa

bekerja

Kebutuhan O2

naik

Denyut nadi &

tekanan darah

naik

Perubahan siklus

jantung, pernapasan

& fungsi kelenjar

ginjal

Mengantuk

Internal

timekeeper

Kelelahan kerja

Metabolisme

terganggu

Page 43: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

C. Hipotesis

Ada Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja shift pagi dan shift

malam di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, Banyudono,

Boyolali.

Page 44: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasional analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Nama Perusahaan : PT Safarijunie Textindo Industry

Unit : Bagian weaving

Alamat : Jalan Raya Solo-Semarang Km.16 Banyudono,

Boyolali.

Waktu Penelitian : April – Mei 2012.

C. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di bagian Weaving

PT. Safarijunie Textindo Industry, Boyolali berjumlah 164 orang yang terdiri

3 orang tenaga kerja laki-laki dan 161 tenaga kerja perempuan dari shift pagi

dan shift malam dan tiap-tiap shift terdapat 82 tenaga kerja.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik sampling

nonprobability. Dalam teknik sampling ini menggunakan metode purposive

sampling.

Page 45: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

E. Sampel Penelitian

Karakteristik sampel penelitian sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi adalah subjek dimana peneliti menjadikan subjek ini

sebagai sampel (contoh), dengan kriteria sebagai berikut :

a. Umur antara 25 – 45 tahun

b. Berjenis kelamin perempuan

c. Pekerja di bagian weaving.

d. Tertib menggunakan alat pelindung telinga (ear plug)

e. Masa kerja lebih dari 2 tahun yang sudah mengalami aklimatisasi.

Semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam

melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah terbiasa dengan

pekerjaannya (Suma’mur, 2009)

f. Bersedia menjadi responden dan sehat.

2. Kriteria Ekslusi ialah subjek dimana peneliti tidak menjadikan subjek ini

ke dalam sampel. Subjek ekslusi dalam penelitian ini antara lain pekerja

yang tidak mau menjadi subjek penelitian.

Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 82 tenaga kerja pada

shift pagi dan 82 tenaga kerja pada shift malam. Setelah dilakukan pemilihan

subjek dengan purposive sampling, didapatkan jumlah subjek yang dijadikan

sampel sebanyak 71 orang pada shift pagi dan 68 orang pada shift malam.

Jadi, sampel yang diambil sebanyak 139 orang tenaga kerja.

Page 46: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

F. Desain Penelitian

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

shift kerja (shift pagi dan shift malam).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kelelahan kerja.

Populasi

shift pagi dan shift malam

Purposive Sampling

Subyek

Shift Malam Shift Pagi

Skor kelelahan kerja Skor kelelahan kerja

Independent Sample T-Test

T-Test I

Page 47: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : usia dikendalikan dengan mengambil

sampel umur 25-45 tahun, jenis kelamin diambil perempuan,

kebisingan dikendalikan dengan memilih tenaga kerja yang memakai

ear plug, masa kerja dikendalikan , beban kerja, sikap kerja, monotoni,

penerangan, status kesehatan, status gizi.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : psikis tenaga kerja.

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Shift Kerja

Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga

kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi

atas kerja pagi, sore, dan malam. Dalam perusahaan mempunyai istilah

yang berbeda-beda untuk macam-macam shift kerja.

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah shift pagi dan shift malam:

a. Shift pagi

Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari dimulai

dari pukul 07.00 – 15.00 WIB

b. Shift malam

Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam hari

dimulai dari pukul 23.00 – 07.00 WIB

Page 48: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Skala pengukuran : Nominal

2. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah waktu yang terjadi antara pemberian

rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut,

yang diukur pada saat jam istirahat tenaga kerja sebelum tenaga kerja

mengalami proses pemulihan.

Alat ukur : Reaction Timer L77 Lakassidaya

Hasil pengukuran : Nilai waktu reaksi dalam satuan milidetik.

Skala pengukuran : Interval

I. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan Bahan penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan

data sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data

beserta pendukungnya adalah :

1. Reaction Timer

Deteksi atau penilaian tentang kelelahan kerja dengan alat ukur

untuk waktu reaksi. Dalam penelitian ini menggunakan Reaction Timer

L77 Lakassidaya, yang dibuat oleh Biro konsultasi Kesehatan,

Keselamatan, dan Produktivitas Kerja Yogyakarta. Waktu reaksi yang

diukur merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-

reaksi yang memerlukan koordinasi. Waktu reaksi adalah jangka waktu

dari pemberian suatu rangsang sampai kepada saat kesadaran atau

Page 49: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dilaksanakan kegiatan tertentu. Rangsang yang digunakan pada alat ini

berupa cahaya dan suara. Satuan waktu reaksi adalah milidetik.

Pada saat pemakaian alat, perlu diperhatikan pada saat melakukan

pengukuran agar hasil lebih akurat :

a. Pemberian rangsang tidak kontinyu.

b. Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang diperiksa

maksimum 0,5 m.

c. Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang (tidak boleh melihat

pemeriksa).

d. Rangsang yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu

(suara atau cahaya saja). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah

rangsang cahaya.

Cara kerja Reaction Timer L77 Lakassidaya adalah sebagai berikut :

a. Memasang adaptor pada stop kontak, lalu alat di “ON” kan.

b. Memastikan angka pada display menunjukkan 000,0 jika belum

tekan tombol reset.

c. Untuk menilai dengan sensor cahaya, dengan menekan tombol untuk

sensor cahaya.

d. Operator siap untuk menekan saklar sensor cahaya demikian pula

dengan probandus siap melihat lampu pada alat sensor.

e. Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya

menekan saklar “OFF” (mouse), untuk sensor cahaya apabila

melihat sensor cahaya lampu.

Page 50: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

f. Untuk menilai dengan sensor suara maka, dengan menekan tombol

untuk sensor suara.

g. Cara pemeriksaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara

sensor cahaya, hanya saja probandus siap untuk mendengar suara

dari alat.

h. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 20 kali dengan catatan pengukuran

nomor 1-5 sebagai adaptasi alat, 6-15 sebagai perhitungan dan 16-20

dianggap tingkat kejenuhan mulai tinggi.

i. Mencatat hasil pengukuran pada display untuk sensor cahaya atau

sensor suara.

j. Menekan tombol “reset” untuk siap pengukuran selanjutnya.

2. Check List

Check List digunakan untuk menulis data.

J. Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

misalnya data shift kerja, kelelahan kerja.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak

langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah

jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain.

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :

Page 51: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang

diteliti.

b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan

objek yang diteliti.

K. Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik

Independent Sample T-Test dengan menggunakan program komputer

SPSS versi 16, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

(Sugiyono, 2010).

Page 52: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PT Safarijunie Textindo Industry berdiri pada tangal 1 Mei 1990.

Didirikan sesuai dengan akte Notaris No.03 tanggal 01 Mei 1990 oleh Notaris

Anthon Wahyu Pramono, diatas tanah seluas 70.291 m2 dan mulai beroperasi

pada tahun 1994. PT Safarijunie Textindo Industry terletak pada lokasi

strategis. Perusahaan mempunyai maksud dan tujuan untuk meningkatkan

produksi kain yang banyak dibutuhkan oleh konsumen dan menyediakan

lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Peraturan yang mendasari adalah

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.02/MEN/1978

yaitu mengenai pendaftaran pemerintah atau Kesepakatan Kerja Bersama

(KKB).

PT Safarijunie Textindo Industry berkonsep integrasi dari spinning,

weaving, bleaching, printing, dan garmen, namun sekarang ini baru

melaksanakan tahap produksi untuk weaving dan bleaching. Industri ini

merupakan pabrik tekstil yang memproses bahan baku benang menjadi kain

mentah atau grey menjadi kain putih atau kain finish (ready for print).

Dengan telah beroperasinya perusahaan mulai tahun 1994 perusahaan

berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perusahaan telah

berhasil mendapatkan Sistem Manajemen Mutu Versi 9002/1994 dari TUV.

Page 53: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Pemberian sertifikat ISO tersebut telah diterima perusahaan pada bulan Maret

tahun 2001. Selama pengembangan PT Safarijunie Textindo Industry telah

mempekerjakan sekitar 1221 orang pekerja yang terdiri dari 85% operator dan

15% staf perusahaan.

Perusahaan ini juga telah bekerja sama dengan perusahaan lain, yaitu

PT Kanindotex, PT Sentosa Sejahtera, PT Eratex, PT Apac Inti Corpora, PT

Dasar Rukun, PT Kalmatex, PT Himalaya, PT Cookak, PT Limas, PT Tyfontex

Indonesia, PT Balmatex, PT Indrama, dan PT Sritex di dalam penyediaan

bahan baku.

PT Safarijunie Textindo Industry merupakan Holding Company dan

mempunyai beberapa cabang, yaitu PT Safari Bengawan Textindo Industry

yang berlokasi di Jalan Ir. Sutami No.14 Solo dan PT Bima NugrohoTunggal

Karyawan yang berlokasi di Jalan Solo-Sragen Km 7, Palur, Karanganyar.

Modal yang digunakan PT Safarijunie Textindo Induatry yang berdiri di

Boyolali berasal dari modal tunggal yang digunakan untuk fasilitas fisik, bahan

baku, mesin, dan konsultasi manajemen.

Visi perusahaan PT Safarijunie Textindo Industry adalah “Menjadi

industri tekstil yang terkemuka di Indonesia”. Sedangkan Misi dari perusahaan

adalah “Mencoba kestabilan produk dan meningkatkan pelayanan demi

kepuasan pelanggan”.

Proses produksi di PT Safarijunie Textindo Industry beroperasi selama

24 jam dan terdiri dari 3 shift yaitu shift A, shift B dan shift C. Shift A

Page 54: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

berlangsung dari pukul 07.00 – 15.00 WIB, shift B berlangsung dari pukul

15.00 – 23.00 WIB dan shift C beroperasi dari pukul 23.00 – 07.00 WIB.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri

dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, umur sampel yang diambil

adalah antara 25 – 45 tahun.

Distribusi responden berdasarkan umur tenaga kerja di bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo Industry digambarkan pada tabel berikut

:

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi umur responden

No. Umur

(Tahun)

Shift Pagi Shift Malam

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. 25-30 8 11,27% 8 11,76%

2. 31-35 14 19,72% 21 30,89%

3. 36-40 22 30,98% 24 35,29%

4. 41-45 27 38,03% 15 22,06%

Jumlah 71 100% 68 100%

Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012

Berdasarkan tabel 4.1, frekuensi umur responden pada shift pagi

paling banyak adalah umur 41-45 tahun sebanyak 27 responden atau

38,03%, sedangkan frekuensi umur responden paling sedikit adalah umur

25-30 tahun sebanyak 8 responden atau 11,27% dari jumlah sampel.

Page 55: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Frekuensi umur responden pada shift malam paling banyak adalah

umur 36-40 tahun yaitu 24 responden atau 35,29%, sedangkan frekuensi

umur responden paling sedikit adalah umur 25-30 tahun sebanyak 8

responden atau 11,76% dari jumlah sampel.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri

dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, jenis kelamin sampel yang

diambil adalah perempuan.

Frekuensi jenis kelamin responden sebanyak 139 tenaga kerja

dengan 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam dengan

persentase masing-masing 100%. Dari deskripsi di atas variabel jenis

kelamin sudah memenuhi kriteria karakteristik sampel penelitian.

3. Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri

dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, masa kerja responden yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masa kerjanya > 2 tahun.

Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada tenaga kerja di

bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry digambarkan pada tabel

berikut :

Page 56: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden

No. Masa Kerja Shift Pagi Shift Malam

(Tahun) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. 2-5 9 12,68% 11 16,18%

2. 6-10 19 26,76% 36 50,7%

3. 11-15 33 46,48% 17 23,94%

4. 16-20 10 14,08% 4 5,63%

Jumlah 71 100% 68 100%

Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012

Berdasarkan tabel 4.2, frekuensi masa kerja responden pada shift

pagi paling banyak adalah masa kerja 11-15 tahun sebanyak 33 responden

atau 46,48%, sedangkan frekuensi masa kerja responden paling sedikit

adalah masa kerja 2-5 tahun sebanyak 9 responden atau 12,68% dari

jumlah sampel.

Frekuensi masa kerja responden pada shift malam yang paling

banyak adalah masa kerja 6-10 tahun sebanyak 36 responden atau 50,7%,

sedangkan frekuensi masa kerja responden paling sedikit adalah masa

kerja 16-20 tahun sebanyak 4 responden atau 5,63% dari jumlah sampel.

Dari deskripsi di atas variabel masa kerja sudah memenuhi kriteria

karakteristik sampel penelitian.

4. Kebisingan

Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan di bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo Industry diperoleh data intensitas

kebisingan sebesar 97,6 dB. Sehingga termasuk melebihi Nilai Ambang

Page 57: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Batas. Kebisingan dikendalikan dengan pemakaian alat pelindung telinga

(ear plug) oleh tenaga kerja yang telah disediakan perusahaan.

5. Penerangan

Berdasarkan hasil pengukuran penerangan yang dilakukan di PT

Safarijunie Textindo Industry diperoleh intensitas penerangan sebesar 475

Lux.

6. Beban Kerja

Berdasarkan KEPMEN 51 Tahun 1999 penghitungan beban kerja

berdasarkan kebutuhan kalori. Hasil perhitungan beban kerja pada tenaga

kerja shift pagi dan shift malam bagian Weaving PT Safarijunie Textindo

Industry dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Distribusi beban kerja di bagian Weaving PT Safarijunie

Textindo Industry

No. Sikap dan Cara Kerja Kebutuhan Kalori

1. Berdiri 0,6 Kkal/menit

2. Bekerja dengan dua tangan dan lengan 2 Kkal/menit

3 Metabolisme basal 1 Kkal/menit

Jumlah output kalori 3,6 Kkal/menit

Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui kebutuhan kalori tenaga kerja

bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry 3,6 Kkal/menit x 60 =

216 Kkal/Jam, sehingga termasuk beban kerja sedang.

Page 58: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Kategori beban kerja :

1. Ringan, membutuhkan kalori : 100 – 200 Kilokalori/jam.

2. Sedang, membutuhkan kalori : > 200 – 350 Kilokalori/jam.

3. Berat, membutuhkan kalori : > 350 – 500 Kilokalori/jam.

7. Status Gizi

Status gizi responden dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang

dihitung berdasarkan berat badan (BB) responden dibagi kuadrat tinggi

badan (TB2). Nilai IMT responden berada pada kisaran 18,5 - < 25,0

dalam kategori status gizi baik.

Tabel 4.4. Distribusi IMT

IMT Shift pagi Shift malam

Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase

18,5 – 25,0 71 100% 68 100%

Berdasarkan tabel diatas, responden dengan nilai IMT 18,5 – 25,0 adalah

sebanyak 71tenaga kerja (100%) pada shift pagi dan 68 tenaga kerja

(100%) pada shift malam.

8. Status Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri dari 71

tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian Weaving

PT Safarijunie Textindo Industry, status kesehatan responden yang

menjadi sampel dalam penelitian ini dalam keadaan sehat atau tidak sakit.

Page 59: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

C. Hasil Penelitian Waktu Kerja Shift

Penelitian ini dilaksanakan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo

Industry. Shift pagi bekerja pada pukul 07.00-15.00 WIB, sedangkan shift

malam bekerja pada pukul 23.00-07.00 WIB.

D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di bagian Weaving

PT Safarijunie Textindo Industry terhadap 139 responden yang terdiri dari 71

tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam maka didapatkan

bahwa tenaga kerja mengalami kelelahan kerja ringan, sedang dan berat.

Distribusi responden berdasarkan pengukuran kelelahan kerja pada

tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5. Distribusi Kelelahan Kerja Responden

Shift Pagi Shift Malam

No. Tingkat Kelelahan

Kerja

Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase

1. 240,0 < x < 410,0 58 81,7% 34 50%

2. 410,0 < x ≤ 580,0 11 15,5% 26 38,2%

3. ≥ 580,0 2 2,8% 8 11,8%

Jumlah 71 100% 68 100%

Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012

Berdasarkan tabel 4.5, pada shift pagi terdapat 58 responden atau

81,7% mengalami kelelahan kerja ringan, 11 responden atau 15,5%

mengalami kelelahan kerja sedang, dan 2 responden atau 2,8% mengalami

kelelahan kerja berat. Sedangkan pada shift malam terdapat 34 responden atau

50% mengalami kelelahan kerja ringan, 26 responden atau 38,2% mengalami

Page 60: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

kelelahan kerja sedang, dan 8 responden atau 11,8% mengalami kelelahan

kerja berat.

Pengukuran kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur

yang digunakan untuk waktu reaksi yaitu reaction timer L77 Lakassidaya

dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

1. Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 milidetik

2. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi 240,0 < x < 410,0 milidetik

3. Kelelahan kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0 milidetik

4. Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 milidetik

E. Uji Perbedaan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi dan Shift

Malam

Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16 menggunakan uji

independent sample T-Test antara kelelahan kerja pada shift pagi dengan

kelelahan kerja shift malam didapatkan nilai sangat signifikan sebesar 0,000

(p ≤ 0,01). Hasil ini menunjukkan ada perbedaan kelelahan kerja yang sangat

signifikan antara shift pagi dengan shift malam.

Page 61: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Jumlah populasi tenaga kerja di bagian Weaving PT Safarijunie

Textindo Industry Banyudono, Boyolali adalah 164 tenaga kerja dimana

terdapat 82 tenaga kerja shift pagi dan 82 tenaga kerja shift malam. Setelah

dilakukan teknik purposive sampling maka didapatkan jumlah sampel

tersebut menjadi 139 orang yaitu 71 orang shift pagi dan 68 orang shift malam

dengan kriteria atau ciri-ciri yang telah ditentukan berdasarkan karakteristik

tenaga kerja. Kemudian dilakukan pengukuran kelelahan kerja dengan

menggunakan reaction timer L77 Lakassidaya.

Seluruh sampel dalam penelitian ini adalah perempuan. Pria dan

perempuan berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya.

Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari

wanita relatif kurang jika dibandingkan pria sehingga akan lebih cepat lelah

(Suma’mur, 2009).

Masa kerja subjek minimal 2 tahun, semakin lama masa kerja, tenaga

kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya. Tenaga

kerja shift pagi dan shift malam memiliki beban kerja yang sama, tenaga kerja

bekerja berpindah-pindah tempat dari mesin yang satu ke mesin yang lain.

Antara shift pagi dan shift malam target produksinya sama.

Page 62: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

B. Analisis Univariat

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian pada tenaga kerja shift pagi dan shift

malam bagian Weaving di PT Safarijunie Textindo Industry Banyudono,

Boyolali diperoleh bahwa rata-rata umur responden berada pada usia

produktif dengan umur antara 25-45 tahun.

Menurut Tarwaka, dkk (2004) umur seseorang berbanding

langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai

puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot

menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak

60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur 60 tahun

tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Sehingga

tenaga kerja pada umur lebih dari 50 tahun mempengaruhi tingkat

kelelahan seseorang. Setyawati (2010) menyatakan bahwa pekerja shift

malam dianjurkan yang berusia lebih dari 25 tahun dan kurang dari 50

tahun.

Pada penelitian ini diambil responden masih dalam usia 25-45

tahun, hal ini menunjukkan bahwa variabel pengganggu dari faktor internal

yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja dapat dikendalikan, sehingga

kelelahan yang timbul bukan dikarenakan oleh faktor usia seseorang.

2. Jenis Kelamin

Di PT Safarijunie Textindo Industry 87% tenaga kerja adalah

perempuan dan tenaga kerja di bagian Weaving semua adalah perempuan.

Page 63: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

PT Safarijunie Textindo Industry lebih memilih tenaga kerja perempuan

karena dari proses produksinya membutuhkan banyak ketelitian dan

ketelatenan. Dan perempuan cenderung memiliki sifat tersebut. Di bagian

Weaving merupakan proses penenunan dari benang menjadi kain, dan

pekerjaan tersebut identik dengan perempuan.

Dalam penelitian ini tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian

adalah semua berjenis kelamin perempuan karena hampir semua tenaga

kerja di bagian weaving berjenis kelamin perempuan.

3. Masa Kerja

Masa kerja tenaga kerja di bagian Weaving rata-rata sudah lebih

dari 2 tahun. Masa kerja juga dapat mempengaruhi kelelahan kerja karena

semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam

melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah terbiasa dengan pekerjaannya

(Suma’mur, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keterampilan dan

kemampuan tenaga kerja yang tinggi. Masa kerja seseorang berkaitan

dengan pengalaman kerjanya. Tenaga kerja yang telah lama bekerja pada

perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang berkaitan

dengan bidangnya. Menurut Notoatmodjo (2010) semakin tinggi

keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan

(anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan

pekerjaan.

Dalam hal ini peneliti mengambil responden yang telah bekerja

lebih dari 2 tahun untuk menghindari tenaga kerja yang kurang terampil

Page 64: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

atau kurang berpengalaman, hal ini menunjukkan bahwa variabel

pengganggu dari faktor internal yang mempengaruhi kelelahan kerja dapat

dikendalikan, sehingga kelelahan yang timbul bukan dikarenakan oleh

faktor masa kerja.

4. Kebisingan

Berdasarkan pengukuran kebisingan yang telah dilakukan oleh peneliti,

kebisingan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry adalah 97,6

dB. Menurut Permenaker No.13 Tahun 2011 tentang NAB faktor fisika dan

faktor kimia di tempat kerja, yang dimaksud NAB adalah standar faktor

bahaya di tempat kerja sebagai kadar atau intensitas rata-rata tertimbang

waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-

hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. NAB

untuk kebisingan 85 dB.

Intensitas kebisingan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo

Industry adalah 97,6 dB, sehingga termasuk melebihi Nilai Ambang Batas.

Akan tetapi pada penelitian ini kebisingan dapat dikendalikan dengan

memilih tenaga kerja sebagai sampel yang disiplin memakai alat pelindung

telinga.

5. Beban Kerja

Beban kerja pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian

Weaving PT Safarijunie Textindo adalah sama yaitu termasuk beban kerja

Page 65: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

sedang. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa variabel pengganggu dari

faktor eksternal dapat dikendalikan.

6. Analisis Shift Kerja

Proses produksi bagian Weaving di PT Safarijunie Textindo

Industry beroperasi selama 24 jam, sehingga perusahaan memberlakukan

sistem kerja shift. Tenaga kerja yang bekerja pada shift pagi memiliki

kondisi tubuh yang ideal untuk bekerja kerena mempunyai waktu yang

cukup untuk tidur. Sedangkan untuk tenaga kerja yang bekerja pada shift

malam kondisi tubuh telah menurun karena di pagi hari sudah melakukan

aktivitas sebelumnya. Pada umumnya tubuh istirahat pada malam hari,

tetapi karena bekerja pada shift malam maka tubuh dipaksakan untuk

bekerja, sehingga tenaga kerja yang bekerja pada malam hari merasa lebih

lelah dan mengalami gangguan tidur bila dibanding tenaga kerja pada shift

pagi. Hal ini telah sesuai dengan Suma’mur (2009) yang mengatakan

bahwa bekerja pada kerja bergilir malam paling potensial menyebabkan

terjadinya kelelahan, waktu istirahat yang diberikan setelah bekerja dengan

rotasi kerja bergilir khususnya untuk kerja malam belum cukup untuk

memulihkan tenaga, karena setelah bekerja pada kerja bergilir malam

tenaga kerja masuk kerja pada kerja bergilir pagi.

Selama bekerja tenaga kerja diberikan waktu 30 menit untuk

istirahat, sedangkan tenaga kerja pada shift malam saat istirahat ada yang

memanfaatkan waktu dengan tidur, tetapi ada juga yang mengobrol dengan

tenaga kerja yang lain. Pada shift malam tenaga kerja juga diberikan

Page 66: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

makanan yang disediakan di kantin perusahaan tetapi tidak diberikan extra

fooding. Selain itu di sekitar ruang produksi juga tidak terdapat kursi-kursi

untuk istirahat tenaga kerja. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa makanan

ekstra sangat membantu dalam memelihara kesehatan tenaga kerja yang

melakukan pekerjaannya dengan sistem bergilir.

7. Analisis Kelelahan Kerja

Berdasarkan pengukuran tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja

shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo

Industry, diperoleh hasil untuk shift pagi terdapat 58 responden atau 81,7%

mengalami kelelahan kerja ringan, 11 responden atau 15,5% mengalami

kelelahan kerja sedang, dan 2 responden atau 2,8% mengalami kelelahan

kerja berat. Sedangkan pada shift malam terdapat 34 responden atau 50%

mengalami kelelahan kerja ringan, 26 responden atau 38,2% mengalami

kelelahan kerja sedang, dan 8 responden atau 11,8% mengalami kelelahan

kerja berat.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa tenaga kerja shift

malam lebih banyak yang mengalami kelelahan kerja berat bila

dibandingkan dengan shift pagi. Tenaga kerja yang bekerja pada shift pagi

memiliki kondisi tubuh yang ideal untuk bekerja kerena mempunyai waktu

yang cukup untuk tidur. Sedangkan untuk tenaga kerja yang bekerja pada

shift malam kondisi tubuh telah menurun karena di pagi hari sudah

melakukan aktivitas sebelumnya. Pada umumnya tubuh istirahat pada

malam hari, tetapi karena bekerja pada shift malam maka tubuh dipaksakan

Page 67: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

untuk bekerja, sehingga tenaga kerja yang bekerja pada malam hari merasa

lebih lelah dan mengalami gangguan tidur bila dibanding tenaga kerja pada

shift pagi. Berdasarkan hasil penelitian oleh Kodrat (2011) juga

menunjukkan adanya perbedaan tingkat kelelahan kerja yaitu diperoleh

bahwa rataan waktu reaksi shift pagi 0,97 detik dengan standar deviasi

0,159 detik. Pada shift malam didapat rataan waktu reaksi 1,18 detik

dengan standar deviasi 0,176 detik. Nilai rataan perbedaan antara waktu

reaksi shift pagi dan shift malam 1,004 detik. Interval selang waktu reaksi

shift pagi 0, 921 < µ < 1.02 dan shift malam 1.126 < µ < 1.234.

Setyawati (2010) menyatakan bahwa kejadian kelelahan kerja

berpeluang menimbulkan kelelahan kerja sekitar 80% dan shift kerja sendiri

berpeluang menimbulkan gangguan tidur pada pekerja shift malam sekitar

80%.

C. Analisis Bivariat

Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16 menggunakan uji

independent sample T-Test antara kelelahan kerja pada shift pagi dengan

kelelahan kerja shift malam didapatkan nilai sangat signifikan sebesar 0,000 (p

≤ 0,01). Hasil ini menunjukkan ada perbedaan kelelahan kerja yang sangat

signifikan antara shift pagi dengan shift malam. Karena pada umumnya

tenaga kerja shift malam pada bagian Weaving di PT Safarijunie Textindo

Industry mengalami gangguan tidur, kebanyakan dari tenaga kerja mengantuk,

sehingga menyebabkan cepat mengalami kelelahan. Selain itu tenaga kerja

pada shift malam kurang istirahat untuk persiapan bekerja pada shift malam

Page 68: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

karena kebanyakan dari tenaga kerja perempuan melakukan aktivitas pada

siang hari.

Hal tersebut telah sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan

oleh Khasanah (2011) bahwa ada perbedaan kelelahan subyektif antara tenaga

kerja shift pagi dan shift malam.

Hal tersebut juga telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Minor dan Waterhouse (1985) dalam Nurmianto (2008), fungsi tubuh yang

ditandai dengan cyrcardian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak

proses otonom, vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak

jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari

menunjukkan siklus harian yang teratur. Cyrcardian rhythm yang sudah

sangat dikenal adalah ritme temperatur tubuh, yang menunjukkan fluktuasi

harian yang berkisar 0,50C yang merupakan sisi lain nilai pokok dari 37

0C.

Siklus mencapai titik terendah sekitar pukul 04.00, dan mulai meningkat lagi

sekitar pukul 06.00 (umumnya sebelum seseorang bangun) dan meningkat

tajam sampai tengah hari dan lebih lambat sesudahnya. Temperatur puncak

dicapai di titik manapun antara tengah hari dan malam hari, tetapi paling

banyak antara pukul 18.00 dan 21.00. Mulai pukul 22.00 dan seterusnya,

temperatur mulai menurun secara tajam. Terdapat perubahan siklus yang

hampir sama dalam jantung, pernapasan dan fungsi kelenjar ginjal, tekanan

darah, sekresi endokrin yang bermacam-macam dan sebagainya meskipun

mencapai puncak dan lembah pada waktu yang berbeda.

Page 69: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Grandjean (1998) dalam Setyawati (2010), mengemukakan teori

Schwartzenau yang menyebutkan beberapa saran yang harus diperhatikan

dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu bahwa pekerja yang berumur di

bawah 25 tahun dan di atas 50 tahun dan pekerja yang memiliki

kecenderungan sakit perut, serta emosi yang labil disarankan untuk tidak

dipekerjakan pada shift kerja malam. Pekerja yang bertempat tinggal jauh dari

tempat kerja atau berada di lingkungan yang ramai seyogyanya tidak

dipekerjakan pada shift kerja malam.

Kuswadji (1997), menyatakan pola kerja yang berubah pada kerja

bergilir dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat akibat perubahan pada

cyrcardian rhytm khususnya kerja bergilir malam.

Page 70: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY SKRIPSI Sri Mulyati commit to user 6 PERBEDAAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan (p=0,000

≤ 0,01) pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT

Safarijunie Textindo Industry.

B. Saran

1. Bagi tenaga kerja sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat yang

diberikan oleh perusahaan, bisa mengatur sendiri waktu istirahat dan

waktu tidur untuk meminimalisasi terjadinya kelelahan kerja, dan

menyediakan waktu luang untuk istirahat yang cukup untuk persiapan

sebelum bekerja pada shift malam.

2. Bagi perusahaan sebaiknya menyediakan extra fooding untuk tenaga

kerja pada shift malam untuk memperlambat terjadinya kelelahan kerja.