tatiek mulyati/ jedi vol. 1 no.21 (2018) 49-58 jedi vol. 1

12
Tatiek Mulyati/ JEDI Vol. 1 No.21 (2018) 49-58 49 Journals of Economics Development Issues (JEDI) URL: http://JEDI.upnjatim.ac.id/index.php/JEDI ANALISIS KONTRIBUSI SEKTORAL TERHADAP PDRB UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI (Studi di Kabupaten Madiun) Tatiek Mulyati a Universitas Merdeka Madiun, [email protected] INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT Article history: Dikirim tanggal: 15 September 2018 Revisi pertama tanggal: 30 September 2018 Diterima tanggal: 31 Oktober 2018 Tersedia online tanggal: 10 November 2018 Potensi dan keunggulan sector-sektor ekonomi menjadi sumber pertumbuhan yang dimiliki setiap daerah. Kemampuan suatu daerah dalam memacu pertumbuhan ekonomi sangat tergantung dari potensi unggul dan bersaing atas sector perekonomian di wilayahnya. Dan pertumbuhan wilayah akan selalu berkaitan dengan adanya proses sentralitas, rank-size-rule, spesialisasi, interaksi, dan dinamika pola pada permukiman. Pembangunan daerah melalui pendekatan sektoral lebih difokuskan pada pemilihan sektor ekonomi yang berperan sebagai penggerak roda perekonomian. Sedangkan pendekatan kewilayahan atau spasial menekankan pada aspek lokasi kegiatan ekonomi yang dikembangkan sesuai dengan resources endowment yang dimiliki. Kedua pendekatan tersebut sangatlah relevan untuk dapat diterapkan dalam kajian pembangunan wilayah di Madiun dengan karakteristik ekonomi pada wilayah masing-masing yang berbeda-beda. Kabupaten Madiun sebagai salah satu kabupaten di Bakorwil Madiun, dipilih sebagai obyek studi karena memberikan kontribusi PDRB termasuk kategori kecil bagi Provinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah menganalisa tipologi daerah dan sektor potensial dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Madiun dengan menggunakan alat analisa Location Quotient (SLQ-DLQ) dan Analisa Shift Share. Data yang digunakan adalah nilai PDRB Kabupaten Madiun dan PDRB Provinsi Jawa Timur tahun 2013-2017. Hasil yang diperoleh adalah mengetahui sektor-sektor ekonomi basis, unggulan maupun progresif di Kabupaten Madiun dan bagaimana pengaruhnya terhadap pengembangan ekonomi daerah. 2018 FEB UPNVJT. All rights reserved. Keywords: Analisis Location Quotient ; Analisis Shift-Share ; Sektor Basis, Unggulan JEDI Vol. 1, No2 pp 49-58, 2018 © 2018 FEB UPNVJT. All right reserved eISSN 2614-2384 JEDI

Upload: others

Post on 24-Dec-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tatiek Mulyati/ JEDI Vol. 1 No.21 (2018) 49-58

49

Journals of Economics Development Issues (JEDI) URL: h t tp : / / JEDI .upn ja t im .ac . id / index.php/ JEDI

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTORAL TERHADAP PDRB UNTUK

PEMBANGUNAN EKONOMI (Studi di Kabupaten Madiun)

Tatiek Mulyati

a Universitas Merdeka Madiun, [email protected]

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT

Article history:

Dikirim tanggal: 15 September 2018

Revisi pertama tanggal: 30 September 2018

Diterima tanggal: 31 Oktober 2018

Tersedia online tanggal: 10 November 2018

Potensi dan keunggulan sector-sektor ekonomi menjadi sumber pertumbuhan yang dimiliki setiap daerah. Kemampuan suatu daerah dalam memacu

pertumbuhan ekonomi sangat tergantung dari potensi unggul dan bersaing atas sector perekonomian di wilayahnya. Dan pertumbuhan wilayah akan selalu berkaitan dengan adanya proses sentralitas, rank-size-rule, spesialisasi, interaksi, dan dinamika pola pada permukiman. Pembangunan daerah melalui pendekatan sektoral lebih difokuskan pada pemilihan sektor ekonomi yang berperan sebagai penggerak roda perekonomian.

Sedangkan pendekatan kewilayahan atau spasial menekankan pada aspek lokasi kegiatan ekonomi yang dikembangkan sesuai dengan resources endowment yang

dimiliki. Kedua pendekatan tersebut sangatlah relevan untuk dapat diterapkan

dalam kajian pembangunan wilayah di Madiun dengan karakteristik ekonomi pada wilayah masing-masing yang berbeda-beda. Kabupaten Madiun sebagai salah satu kabupaten di Bakorwil Madiun, dipilih sebagai obyek studi karena memberikan kontribusi PDRB termasuk kategori kecil bagi Provinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah menganalisa tipologi daerah dan sektor potensial

dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Madiun dengan menggunakan alat

analisa Location Quotient (SLQ-DLQ) dan Analisa Shift Share. Data yang

digunakan adalah nilai PDRB Kabupaten Madiun dan PDRB Provinsi Jawa

Timur tahun 2013-2017. Hasil yang diperoleh adalah mengetahui sektor-sektor

ekonomi basis, unggulan maupun progresif di Kabupaten Madiun dan bagaimana

pengaruhnya terhadap pengembangan ekonomi daerah.

2018 FEB UPNVJT. All rights reserved.

Keywords: Analisis Location Quotient ;

Analisis Shift-Share ; Sektor Basis,

Unggulan

JEDI Vol. 1, No2 pp 49-58, 2018

© 2018 FEB UPNVJT. All right reserved

eISSN 2614-2384

JEDI

Sujarwoto/ JIAP 1 (2015) 1-3

50

50

PENDAHULUAN

Struktur perekonomian berubah seiring

dengan perubahan komposisi sektor ekonomi suatu

wilayah. Sektor-sektor perekonomian akan

mengalami perubahan dari sektor hingga sector

tersier dalam kontribusinya terhadap Pendapatan

Domestik Regional Bruto (PDRB). Berkembangnya

suatu daerah juga perlu ditunjang dengan segi

pengetahuan masyarakat yang tinggi, sumber daya

manusia yang dapat mengelola potensi sumber daya

alam yang besar untuk tercapainya kemajuan

pembangunan daerah. Menurut Amalia, 2012,

kemajuan pembangunan di daerah juga mencakup

perkembangan struktur ruang atau spasial seperti

perkotaan, perdesaan, daerah yang terisolasi, dan

pertumbuhan daerah yang terpusat. Pada kebijakan

pembangunan dan pengembangan ekonomi pada

suatu daerah tertentu sebaiknya lebih difokuskan

pada pengembangan subsektor unggulan yang dapat

menciptakan keterkaitan antar daerah degan

menciptakan spesialisasi pada setiap daerah dengan

tetap melihat subsektor lain yang memiliki peluang

serta potensi dalam pembangunan daerah tersebut

(Kuncoro, 2014).

Perubahan struktur perekonomian dapat

dilihat dari menurunnya peran sektor pertanian

sebagai sektor primer. Hal ini sejalan dengan semakin

maraknya industrialisasi di semua sistem produksi.

Namun sektor pertanian tetap menjadi sektor penting

dalam struktur perekonomian

ndonesia di tengah semakin terbatasnya luas lahan

dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

pangan nasional.

Salah satu upaya meningkatkan pembangunan

ekonomi daerah sebagai dampak perubahan struktur

perekonomian, diperlukan sektor andalan, dimana

merupakan suatu sektor yang menjadi penggerak

utama dalam perekoomian daerah, yang berorientasi

untuk mengembangkan potensi daerah. Allowaish

(2015) menyebutkan, sektor andalan memiliki kriteria

sebagai daerah yang cepat mengalami pertumbuhan

apabila dibandingkan dengan lokasi lain pada suatu

kota/kabupaten atau suatu provinsi yang memiliki

sektor basis dan mempunyai hubungan dalam

perekonomian dengan daerah sekitar.

Kebijakan utama dalam mencapai tujuan

pembangunan ekonomi daerah adalah mengupayakan

supaya potensi yang dimiliki oleh daerah menjadi

prioritas dalam pembangunan daerah. Hal ini

berhubungan dengan pembangunan ekonomi yang

potensial pada suatu daerah sangat bervariasi,

sehingga 50daerah tersebut harus menentukan sektor

ekonomi manakah yang dominan (Sjafrizal 2014).

Menurut data BPS, Provinsi Jawa Timur

mengalami pertumbuhan PDRB atas dasar harga

konstan pada tahun 2014 sebesar 5,86%, dan 5,55%

pada tahun 2016. Pertumbuhan tersebut melebihi

pertumbuhan nasional. Ketimpangan perekonomian

daerah yang terjadi diantara kota dan kabupaten pada

Provinsi Jawa Timur, seperti di Kota Surabaya dan

Kota Malang Raya, dimana terletak pada bagian utara

dan timur, memiliki sumbangsih pertumbuhan

ekonomi yang besar pada Jawa Timur. Hal ini

berbeda pada Provinsi Jawa Timur bagian barat dan

Tatiek Mulyati/ JEDI Vol. 1 No.21 (2018) 49-58

51

selatan. Daerah tersebut lebih cenderung memiliki

pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil dibandingkan

dengan perkotaan dan kabupaten di bagian utara dan

timur Provinsi Jawa timur.

Kabupaten Madiun terletak di bagian barat

Provinsi Jawa Timur dan merupakan salah satu

kabupaten yang dipilih sebagai obyek studi karena

memberikan kontribusi PDRB termasuk kategori kecil

bagi Provinsi Jawa Timur. Namun, Kabupaten Madiun

memiliki landscape pertanian yang sangat luas dan

hingga sekarang menjadi pusat lumbung pangan

bagi daerah lain. Melihat peran serta potensi

penting tersebut, sehingga perlu dilakukan sebuah

kajian studi lebih lanjut untuk menggali potensi

serta identifikasi sektor-sektor perekonomian

sebagai langkah awal dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Peranan tiap sektor yang

memengaruhi kemajuan perekonomian bisa dilihat

dari perkembangan Pendapatan Domestik Regional

Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha atas 17

sektor. Kontribusi sektoral terhadap PDRB

Kabupaten Madiun periode 2013-2017 mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun. Studi ini ingin

mengidentifikasi sektor mana yang termasuk dalam

kriteria sektor unggulan, andalan, prospektif atau

sektor tertinggal.

II. METODE DAN ANALISIS

Beberapa analisis digunakan untuk identifikasi

dan pemetaan potensi ekonomi. Adapun alat

analisis tersebut meliputi Analisis Location

Quotient (LQ), Analisis Shift Share dan Analisis

Tipology Klassen.

Analisis LQ (Location Quotient)

Analisis Location Quotient (LQ)

digunakan dalam menentukan sector mana saja

yang menjadi sector unggulan atau sector basis

pada perekonomian daerah. Menurut Kuncoro,

2014, pertumbuhan ekonomi daerah pada akhirnya

memiliki pengaruh yang signifikan terhadao sektor

unggula yang memiliki perkembangan yang baik

sehingga pendapatan daerah dapat meningkat

secara optimal. Analisa dilakukan dengan

membandingkan distribusi Kabupaten Madiun

dengan Provinsi Jawa Timur (Werrick, 2010).

Perhitungan LQ dinyatakan sebagai berikut:

(Eij / Ej) LQi =

(Eit / Et)

Dimana : Eij = PDRB sektor Kabupaten Madiun Ej = PDRB total Kabupaten Madiun Eit = PDRB sektor Provinsi Jawa Timur Et = PDRB total Provinsi Jawa Timur 1. Jika LQ > 1, maka sektor tersebut pada

Kabupaten Madiun lebih unggul jika dibandingkan

di tingkat Provinsi Jawa Timur dan disebut juga

sebagai sector basis. 2. Jika LQ < 1, maka sektor tersebut di Kabupaten

Madiun kurang unggul jika dibandingkan di tingkat

Provinsi Jawa Timur dan dikategorikan sebagai

sektor non basis. 3. Jika LQ = 1, maka sektor tersebut di Kabupaten

Madiun sama dengan di tingkat Provinsi Jawa

Timur.

Analisis SLQ dan DLQ Metode LQ memiliki keterbatasan yaitu hanya

dapat dipergunakan untuk mengestimasi

Sujarwoto/ JIAP 1 (2015) 1-3

52

52

perubahan-perubahan pada sector unggulan pada

tahun tertentu serta bersifat statis. Sehingga pada

penelitian ini menggunakan metode LQ dinamis

yang diharapkan mampu menganalisa perubahan

struktur perekonomian pada suatu daerah dalam

beberapa periode waktutertentu

Analisis SLQ (Static Location Quotient)

Indeks yang digunakan untuk mengukur

sebuah sektor, apakah merupakan sektor unggulan

(sektor basis) atau tidak bagi suatu daerah.

Pendekatan ini memerlukan data yang berasal dari

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik

yang berasal dari kabupaten ataupun tingkat

provinsi.

Analisis DLQ (Dynamic Location Quotient)

Merupakan analisa modifikasi dari teknik

analisis SLQ dengan menggunakan faktor laju

pertumbuhan keluaran sektor ekonomi suatu daerah

dari waktu ke waktu dimana pada LQ dinamis

menggunakan laju pertumbuhan rata-rata terhadap

setiap nilai tambah sektoral maupun PDRB dalam

kurun waktu 0 sampai tahun ke t (Saharuddin,

2006) dengan persamaan matematis sebagai

berikut:

Dimana :

DLQ = Indeks potensi sektor i di daerah kabupaten/kota

gin = Laju pertumbuhan sektor i di daerah kabupaten/kota

Gi = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di daerah kabupaen/kota gn = Laju pertumbuhan sektor i di provinsi G = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di

provinsi

t= Selisih tahun akhir dan tahun awal

Analisis Shift Share Analisis ini memiliki tujuan mengetahui atau

produktifitas kinerja ekonomi pada sebuah daerah

yakni dengan membandingkan perekonomian pada

tingkat daerah yang lebih tinggi. Pada penelitian ini

melihat produktivitas kinerja ekonomi suatu

Kabupaten dan provinsi sebagai tingkatan daerah

yang lebih tinggi. Kinerja pembangunan daerah jika

dibandingkan dengan kinerja pembangunan daerah

memiliki perubahan yang signifikan dan bisa dinilai

dengan pergeseran differential shift. Pergeseran

differensial atau dalam hal ini adalah differential

shift merupakan skoring untuk komparatif atas

sektor tertentu pada suatu daerah apabila

dibandingkan dengan sektor ekonomi yang sama di

tingkat yang lebih tinggi dalam hal ini adalah

provinsi. Apabila bertanda positif (+) menandakan

bahwa sektor tersebut memiliki kecepatan tumbuh

yag lebih tinggi jika dibandingkan dengan sektor

yang sama di tingkat yang lebih tinggi dalam hal ini

adalah provinsi atau share sebuah daerah atas

tenaga kerja provinsi oleh sektor tertentu yang

mengalami peningkatan. Sedangkan yang bertanda

negatif (-) menyatakan sektor tersebut memiliki

potensi untukmenghambat pertumbuhan ekonomi

daerah tersebut jika dibandingkan dengan sektor

yang sama di tingkat provinsi. Model analisa Shift

Share adalah sebagai berikut (Hidayat, 2014):

∆ E r,i,t = (PSi + P r,i + D r,i )

Dimana:

∆ E r,i,t : tambahan semua sektor;

∆ PSi : Province Share;

∆ Pr,i adalah Proportional Shift; dan

Tatiek Mulyati/ JEDI Vol. 1 No.21 (2018) 49-58

53

∆ D r,i adalah Differential Shift.

Apabila suatu daerah memiliki sebuah

spesialisasi pada beberapa sector tertentu, maka

sektor sektor tersebut akan memiliki keunggulan

kompetitif sebagai hasil dari efek alokasi.

Tabel 1: Pengaruh Alokasi Shift Share

No. Pengaruh Alokasi Komponen Keterangan

PS P D

1 - + - 1 2 + - - 2 3 - - + 3 4 + + + 4

Keterangan:

1 = terdapat spesialisasi, tidak memiliki

keunggulan 2 = tidak terdapat spesialisasi dan Tidak

memiliki keunggulan kompetitif, 3 = tidak terdapat spesialisasi dan tetapi

memiliki keungggulan kompetitif, 4 = terdpat spesialisasi dan memiliki

keunggulan kompetitif, ada spesialisasi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis LQ ditampilkan pada Tabel 5.

Berdasakan hasil pengolahan yang tercantum pada

Tabel 6, diketahui bahwa terdapat 10 sektor yang

memiliki LQ > 1 yakni: Pertanian, ketuhanan &

Perikanan Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan

Limbah, Konstruksi, Informasi dan Komunikasi,

Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Adm.

Pemerintah, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib,

Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial serta Jasa Lainnya. Sektor-sektor ini disebut

sektor basis (base sector) atau sektor komoditas. Sedangkan sektor yang memiliki LQ < 1 yaitu

Pertambangan dan Penggalian, Industri

Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas,

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil,

Transportasi dan Pergudangan, Penyedia

Akomodasi dan Makan Minum dan Jasa

Perusahaan. Sektor-sektor ini disebut sektor non-

basis (non-base sector) atau sektor non-komoditas.

Tabel 2. Hasil Penghitungan SLQ dan DLQ PDRB Tahun 2017 Kabupaten Madiun

Kategori Uraian DLQ SLQ

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.60 2.65 B Pertambangan dan Penggalian 0.45 0.25 C Industri Pengolahan 1.07 0.34 D Pengadaan Listrik dan Gas 1.15 0.25

E Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah 0.97 1.73 F Kontruksi 1.30 1.14 G Perdagangan Besar & Eceran;Reparasi Mobil 1.35 0.83

H Transportasi dan Pergudangan 1.44 0.41

I Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 1.17 0.41

J Informasi dan Komunikasi 1.59 1.36

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.39 0.92

L Real Estate 1.15 1.00

M,N Jasa Perusahaan 1.09 0.39

O Adm. Pemerintah, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib 0.59 2.73

P Jasa Pendidikan 1.03 1.56

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.08 1.30 R,S,T,U Jasa Lainnya 0.93 1.65

Sumber: Data PDRB Kab. Madiun, diolah

Sujarwoto/ JIAP 1 (2015) 1-3

54

54

Sedangkan sektor yang memiliki LQ < 1

yaitu Pertambangan dan Penggalian, Industri

Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas,

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil,

Transportasi dan Pergudangan, Penyedia

Akomodasi dan Makan Minum dan Jasa

Perusahaan. Sektor-sektor ini disebut sektor non-

basis (non-base sector) atau sektor non-komoditas.

Hasil Analisis SLQ dan DLQ

Nilai tambah pada PDRB Provinsi Jawa

Timur dan PDRB Kabupaten Madiun tahun 2013-

2017 merupakan ata yang digunakan dalam analisis

LQ. Klasifikasi sektor dapat dilihat dari nilai hasil

analisa SLQ dan DLQ dan disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, apabila DLQ > 1 dan SLQ >1

menandakan bahwa sector tersebut merupakan

sector unggulan dan tetap memiliki potensi untuk

tetap unggul pada ebberapa periode kedepan.

Tabel 3. Hasil Penghitungan SLQ dan DLQ PDRB Tahun 2017 Kabupaten Madiun

Kategori Uraian DLQ SLQ

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.60 2.65 B Pertambangan dan Penggalian 0.45 0.25

C Industri Pengolahan 1.07 0.34 D Pengadaan Listrik dan Gas 1.15 0.25

E Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah 0.97 1.73 F Kontruksi 1.30 1.14

G Perdagangan Besar & Eceran;Reparasi Mobil 1.35 0.83

H Transportasi dan Pergudangan 1.44 0.41

I Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 1.17 0.41

J Informasi dan Komunikasi 1.59 1.36

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.39 0.92

L Real Estate 1.15 1.00

M,N Jasa Perusahaan 1.09 0.39

O

Adm. Pemerintah, Pertahanan, & Jaminan

Sosial Wajib 0.59 2.73

P Jasa Pendidikan 1.03 1.56

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.08 1.30 R,S,T,U Jasa Lainnya 0.93 1.65

Sumber : PDRB Kab Madiun, data diolah

Apabila DLQ > 1 dan SLQ < 1 masuk pada

klasifikasi sector andalan dalam artian bahwa sector

tersebutbelum masuk klasifikasisektor unggulan,

akan tetapi dalam beberapa waktu kedepan

berpotensi unggul. Selanjutnya adalah sektor

prospektif dengan kriteria SLQ > 1 dan DLQ < 1,

yaitu sector unggulan untuk beberapa tahun ini,

akan tetapi dalam beberapa waktu kedepan

berpotensi menjadi sector yang tidak unggul.

Sedangkan pada klasifikasi sektor tertinggal

memiliki kriteria SLQ < 1 dan DLQ < 1,

menunjukkan sector tersebut dinyatakan tidak

unggul pada saat ini dan pada beberapa waktu ke

Tatiek Mulyati/ JEDI Vol. 1 No.21 (2018) 49-58

55

depan pun belum memiliki potensi untuk menjadi

sektor unggulan. 55

Dari Tabel 3 dapat dikelompokkan sektor-sektor

yang termasuk kriteria unggulan, andalan,

prospektif atau tertinggal di Kabupaten Madiun.

Dari Tabel 4 dapat diketahui Kabupaten

Madiun memiliki sektor-sektor unggulan yaitu

sektor konstruksi, informasi dan komunikasi, real

estate, jasa pendidikan dan jasa kesehatan dan

kegiatan sosial. Hal itu berarti bahwa sektor-sektor

tersebut tetap mempunyai potensi unggul pada

beberapa tahun ke depan. Kondisi ini sesuai dengan

kondisi bahwa sejak tahun 2013, Pusat

Pemerintahan Kabupaten Madiun „hijrah‟ dari Kota

Madiun ke Mejayan Caruban sehingga sektor-

sektor seperti konstruksi, real estate dan sektor

lainnya dan berperan penting memberi kontribusi

yang tinggi terhadap PDRB.

Sektor yang termasuk kriteria prospektif

adalah: Pertanian, kehutanan dan perikanan;

pengadaan air, pengolahan sampah dan limbah,

administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan

sosial serta jasa lainnya. Hal itu berarti bahwa

sektor-sektor tersebut merupakan sektor unggulan

pada saat ini akan tetapi pada beberapa waktu ke

depan tidak berpotensi unggul. Untuk

mempertahankan keunggulan, diperlukan kebijakan

dan strategi Pemerintah daerah.

Tabel 4: Kriteria Sektoral

KRITERIA SLQ > 1 SLQ < 1

UNGGULAN ANDALAN 1. Konstruksi 1. Industri Pengolahan 2. Informasi dan komunikasi 2. Pengadaan listrik dan gas

DLQ > 1 3. Real estate 3.

Perdagangan besar & eceran:

reparasi mobil 4. Jasa pendidikan 4. Transportasi dan pergudangan

5. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 5.

Penyedia akomodasi dan makan

minum 6. Jasa keuangan dan asuransi 7. Jasa perusahaan PROSPEKTIF TERTINGGAL

1. Pertanian, kehutanan dan perikanan 1. Pertambangan dan penggalian

DLQ < 1

2. Pengadaan air, pengolahan

sampah dan limbah

3. Adm pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial

4. Jasa lainnya

Sektor yang termasuk kriteria andalan adalah:

Pengadaan listrik dan gas, perdagangan besar &

eceran: reparasi mobil, transportasi dan

pergudangan, penyedia akomodasi dan makan

minum, jasa keuangan dan asuransi dan jasa

perusahaan. Hal itu berarti bahwa sektor-sektor

tersebut pada saat ini belum unggul tetapi dalam

beberapa waktu ke depan berpotensi unggul. Untuk

mengangkat sektor tersebut agar menjadi unggul,

diperlukan good will dari Pemerintah Kabupaten

Madiun untuk melakukan diskresi atau percepatan.

Sementara sektor yang termasuk kriteria

tertinggal adalah pertambangan dan penggalian.

Hal itu berarti bahwa sektor tersebut tidak unggul

Tatiek Mulyati/ JEDI Vol. 1 No.21 (2018) 49-58

55

pada saat ini hingga beberapa waktu ke depan pun

belum memiliki potensi untuk menjadi sektor

unggulan. Hal ini bisa terjadi karena wilayah

Kabupaten Madiun tidak memiliki pertambangan

yang bisa memberikan kontribusi signifikan

terhadap PDRB.

Hasil Analisa Shift Share Analisis Shift-Share ini digunakan untuk melihat

pergeseran struktur perekonomian padaKabupaten

Madiun secara relatif terhadap struktur

perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Menurut

Putra (2011) Analisa Shift Share mempunyai tiga

unsur utama (Putra, 2011) yaitu: (a) Provincial Share (PS) digunakan melihat

bagaimana pergeseran struktur perekonomian

pada provinsi (tingkatan yang lebih tinggi)

mempengaruhi struktur ekonomi pada suatu

daerah (tingkatan yang lebih rendah). (b) Proportional Shift (P) merupakan

pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor jika

dibandingkan total sektor di tingkat yang lebih

tinggi dalam hal ini provinsi atau untuk mengukur

perubahan secara relatif atas pertumbuhan

ekonomi pada suatu daerah jika dibandingkan

dengan perekonomian di tingkat yang lebih tinggi. (c) Differential shift atau competitive position

(D) untuk mengetahui adanya perbedaan pada

pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan nilai

tambah bruo sektor yang sama di tingkat yang

lebih tinggi. Apabila pergeseran sebuah sektor

kearah positif,maka sektor tersebut memiliki daya

saing yang lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan sektor yang sama pada struktur ekonomi

ditingkat yang lebih tinggi dalam hal ini adalah

provinsi.

Dari Tabel 5, kolom berwarna kuning

menunjukkan bahwa terdapat lima sektor yang

memiliki nilai negatif pada unsur Proportional Shift

yaitu: Pertanian, Kehutanan, Perikanan; Pengadaan

Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah dan limbah; Real Estate; Administrasi

Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

serta Jasa Lainnya. Apabila dibandingkan dengan

tingkat pertumbuhan di Jawa Timur, kelima sektor

tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih

lambat. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh

pada suatu sektor secara regional (diluar daerah

Kabupaten Madiun / ekstern) terhadap sektor

tersebut pada PDRB daerah.

Nilai atas Differential Shift dapat dilihat pada

Tabel 10 dimana nilai yang bertanda negatif

dimiliki oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan; Pertambangan dan Penggalian,

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa

Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

Kelima sektor diatas kurang memberikan

keuntungan dalam pertumbuhan PDRB Kabupaten

Madiun.

Pada kolom berwarna biru pada Tabel 10,

menunjukkan bahwa terdapat 11 sektor progresif

(maju) yang memiliki nilai Pergeseran Bersih > 0

yakni sektor: Industri pengolahan, Konstruksi,

Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil,

Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan

Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real

Estate, Jasa Perusahaan, Jasa pendidikan, Jasa

kesehatan dan kegiatan social

Sujarwoto/ JIAP 1 (2015) 1-3

56

56

Tabel 10. Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Madiun

PS P Persen D Persen Perge

%

(Pergese

Sektor

seran Kriteria

(Ra) * (Ri-Ra) (P)/Yij * (ri-Ri) * (D)/Yij * ran Bersih

Yij * Yij 100% Yij 100 % Bersih)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,003.74 (548.39) (0.17) (94.35) (0.03) (642.74) (0.20)

Lamban

Pertambangan dan Penggalian 34.43 6.81 0.06 (27.35) (0.25) (20.53) (0.19) Lamban

Industri Pengolahan 286.75 7.98 0.01 35.36 0.04 43.35 0.05 Progresif

Pengadaan Listrik dan Gas 2.94 (2.21) (0.24) 1.56 0.17 (0.64) (0.07) Lamban

Pengadaan Air, Pengel. Sampah, Limbah 5.09 (1.42) (0.09) 0.73 0.05 (0.69) (0.04) Lamban

Konstruksi 305.06 10.86 0.01 127.38 0.13 138.24 0.15 Progresif

Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil 438.50 4.79 0.00 149.32 0.11 154.10 0.11 Progresif

Transportasi dan Pergudangan 40.67 8.94 0.07 17.79 0.14 26.73 0.21 Progresif

Penyediaan Akomodasi Makan Minum 64.00 26.11 0.13 (1.21) (0.01) 24.90 0.12 Progresif

Informasi dan Komunikasi 200.93 83.41 0.13 51.46 0.08 134.87 0.21 Progresif

Jasa Keuangan dan Asuransi 74.08 24.85 0.11 11.67 0.05 36.52 0.16 Progresif

Real Estate 49.98 (0.29) (0.00) 10.30 0.07 10.02 0.06 Progresif

Jasa Perusahaan 9.41 1.32 0.04 0.38 0.01 1.69 0.06 Progresif

Adm. Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 184.80 (99.65) (0.17) 6.35 0.01 (93.30) (0.16) Lamban

Jasa Pendidikan 125.34 12.65 0.03 (3.89) (0.01) 8.76 0.02 Progresif

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 25.22 5.16 0.07 (4.77) (0.06) 0.38 0.00 Progresif

Jasa Lainnya 72.42 (10.81) (0.05) 9.59 0.04 (1.22) (0.01) Lamban Sumber: Data PDRB Kab. Madiun, diolah Keterangan: PS (Province Share); P (Proportional Shift); D (Differential Shift)

Tatiek Mulyati/ JEDI Vol. 1 No.21 (2018) 49-58

57

KESIMPULAN

1. Terdapat 10 sektor yang memiliki LQ > 1 yakni:

Pertanian, ketuhanan & Perikanan Pengadaan

Air, Pengolahan Sampah dan Limbah,

Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, Jasa

Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Adm.

Pemerintah, Pertahanan, & Jaminan Sosial

Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial serta Jasa Lainnya. Sektor-

sektor ini disebut sektor basis (base sector) atau

sektor komoditas. 2. Sektor yang memiliki LQ < 1 adalah:

Pertambangan dan Penggalian, Industri

Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas,

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil, Transportasi dan Pergudangan,

Penyedia Akomodasi dan Makan Minum dan

Jasa Perusahaan. Sektor-sektor ini disebut

sektor non-basis (non-base sector) atau sektor

non-komoditas. 3. Berdasarkan LSQ dan DLQ, terdapat sektor-

sektor unggulan yakni : Sektor Konstruksi,

Informasi Dan Komunikasi, Real Estate, Jasa

Pendidikan Dan Jasa Kesehatan Dan Kegiatan

Sosial. Kelima sektor tersebut tetap memiliki

potensi unggul pada tahun-tahun yang akan

datang. 4. Sektor yang termasuk kriteria prospektif adalah:

Pertanian, kehutanan dan perikanan; pengadaan

air, pengolahan sampah dan limbah,

administrasi pemerintah, pertahanan dan

jaminan sosial serta jasa lainnya. Hal tersebut

mendandakan bahwa kelima sektor tersebut

pada saat ini masih menjadi sektor unggulan

akan tetapi berpotensi menjadi sektor yang

tidak unggul pada beberapa waktu kedepan. 5. Sektor yang termasuk kriteria andalan adalah:

Pengadaan Listrik Dan Gas, Perdagangan Besar

& Eceran: Reparasi Mobil, Transportasi Dan

Pergudangan, Penyedia Akomodasi Dan Makan

Minum, Jasa Keuangan Dan Asuransi Dan Jasa

Perusahaan. Hal itu berarti bahwa sektor-sektor

tersebut pada saat ini belum menjadi sector

unggulan tetapi memiliki potensi menjadi

sektor unggulan dalam beberapa waktu

kedepan.

6. Sektor yang termasuk kriteria tertinggal adalah

pertambangan dan penggalian. Hal itu berarti

bahwa sektor tersebut tidak unggul pada saat

ini hingga beberapa waktu ke depan pun belum

memiliki potensi untuk menjadi sektor

unggulan. Hal ini bisa terjadi karena wilayah

Kabupaten Madiun tidak memiliki

pertambangan yang bisa memberikan

kontribusi signifikan terhadap PDRB.

7. Province share terbesar adalah sektor

Pertanian, Kehutanan, Perikanan sedangkan

yang terkecil adalah Pengadaan Listrik dan

Gas. 8. Pada Proportional Shift terdapat lima sektor

yang memiliki nilai negatif yaitu: Pertanian,

Kehutanan, Perikanan; Pengadaan Listrik dan

Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah, Real Estate, Administrasi Pemerintah,

Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib dan Jasa

Lainnya.

Sujarwoto/ JIAP 1 (2015) 1-3

58

58

9. Pada Differential Shift yang bertada negatif ada

lima sector yang kurang menguntungkan dalam

perkembangan PDRB Kabupaten Madiun yaitu:

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;

Pertambangan dan Penggalian, Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Pendidikan,

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

SARAN

Saran yang dapat diberikan dalam

menentukan arah kebijakan pembangunan

wilayah Kabupaten Madiun adalah sebagai

berikut:

1. Kegiatan sektor unggulan perlu diutamakan

dengan merumuskan strategi pengembangan

daerah oleh Pemerintah Kabupaten Madiun.

Diharapkan dalam upaya peningkatan

pertumbuhan ekonomi sektor basis, pemerintah

juga memperhatikan perkembangan sektor non-

basis karena peran sektor non basis yang

memiliki potensi berubah menjadi sektor basis

yang nantinya dapat berpengaruh atas

tercapainya peningkatan pertubuhan ekonomi. 2. Pemerintah daerah diharapkan mempersiapkan

infrastruktur dasar pendukung sektor potensial

guna menambah daya tarik investor dalam dan

luar negeri.

REFERENSI Alhowaish, A.K. 2105. “Location Quotient

Tecnique and Economy Analysis of Regions: Tabuk Province of Saudi Arabia as a Case Study” . International Journal of Science and Research (IJSR). Issue.12, Vol.4.

Amalia, Fitri. 2012. “Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Bone Bolango”. Jurnal Ekonomi: Ikatan Sarjana Ekonomi Insonesia.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2018.

“Produk Domestik Bruto Nasional 2018”.

Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun.

2018.“Produk Domestik Bruto Nasional 2018”. https://madiunkab.bps.go.id

Deddy, M. dan Irwansyah, S., 2013. Analisis

Pergeseran Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Potensial Wilayah Pengembangan (Studi Kasus di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat). Jurnal Social Economic of Agriculture, 2(1), pp.7–28.

Hidayat, M., 2014. Inequality across districts and

cities in the Riau. Economic Journal of Emerging Markets, 6(2), pp.106–118.

Kesuma, Ni, Luh, Aprilia., I, Made, Suyana,

Utama., (2015). “Analisis Sektor Unggulan Dan Pergeseran Pangsa Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung”, E-jurnal EP Universitas Udayana. Vol.4, No.3, Maret 2015.

Kuncoro, Mudrajad., (2012). “Perencanaan

Daerah, Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota dan Kawasan”. Jakarta: Salemba Empat.

Mursidah., Abubakar, Hamzah., & Sofyan., 2013.

“Analisis Pengembangan Kawasan Andalan

di Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal Ilmu

Ekonomi. Vol.1, No. 1, Februari 2013. Putra, G.B.N.P. dan Kartika, I.N., 2013. Analisis

Sektor-Sektor Potensial Dalam Menentukan Prioritas Pembangunan di Kabupaten Badung Tahun 2001-2011. E-Jurnal

Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 2(9), pp.401–405.

Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan

Daerah Dalam Era Otonomi, Jakarta:Rajawali Werwick K. 2010. Manufacturing in the

UK : An Economic analysis of the

sector. BIS Economics papper NO.

10A Dec 2010